Jurnal Muria Pengabdian Masyarakat
Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
113

Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Rumah Tangga dan
Penanaman 1000 Bibit Pohon pada Mahasiswa KKN Universitas
Muria Kudus di Desa Larikrejo

Raihan Ariel Prasetyo
1
, Mutiara Fitri Afriana
2
, Angga Nurul Huda
3
, Mita Nurul
Rahmawati
4

1234
Universitas Muria Kudus,
2
Afiliasi/Institusi (Times New Roman, size 11)

Penulis Korespondensi:
E-mail: [email protected] (Raihan Ariel Prasetyo)



Article History:
Received: 5 Januari 2024
Revised: 8 Januari 2024
Accepted: 30 Januari 2024


Abstrak: Pengabdian masyarakat ini membahas isu
lingkungan yang kritis, yaitu manajemen limbah rumah
tangga dan degradasi lingkungan. Fokusnya adalah
mengajak mahasiswa KKN UMK untuk berkolaborasi
dengan masyarakat Desa Larikrejo dalam upaya
mengatasi masalah tersebut. Tujuan utama pengabdian ini
adalah untuk mengurangi jumlah limbah rumah tangga
dan memulihkan ekosistem lokal melalui pembuatan pupuk
kompos dari limbah rumah tangga dan penanaman 1000
bibit pohon. Selain itu, tujuan lainnya adalah
meningkatkan kesadaran lingkungan masyarakat serta
meningkatkan kualitas tanah di desa tersebut. Kami
menggunakan metode partisipatif, melibatkan warga desa,
dan memberikan pelatihan kepada mahasiswa KKN.
Strategi kami mencakup pemilahan limbah, pengomposan,
dan kegiatan penanaman pohon secara berkelanjutan.
Pendekatan yang digunakan adalah edukasi dan praktik
lapangan. Hasil pengabdian ini mencakup peningkatan
produksi pupuk kompos, peningkatan kesadaran
lingkungan masyarakat, serta penanaman 1000 bibit
pohon yang telah berhasil menghijaukan lahan kritis di
Desa Larikrejo. Upaya ini telah memberikan dampak
positif pada lingkungan dan kualitas hidup masyarakat
setempat.

Keywords: Pupuk; Kompos; Penghijauan; Penanaman; Pengelolaan
Sampah

Pendahuluan
Bersamaan dengan perkembangan zaman, terdapat peningkatan sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk. Dampak dari fenomena ini menciptakan berbagai tantangan
yang meliputi aspek politik, pendidikan, ekonomi, dan bahkan lingkungan. Pertumbuhan
populasi yang terus meningkat juga memacu tingkat konsumsi masyarakat, yang pada gilirannya
mengakibatkan peningkatan volume sampah rumah tangga, termasuk sampah organik dan non-
organik. Tidak hanya itu, kondisi jalanan yang kering dikarenakan tidak adanya pepohonan juga
menyebabkan kondisi lingkungan semakin memburuk (Handayani et. al., 2023). Sejumlah
langkah telah diambil untuk mengatasi permasalahan ini, salah satunya adalah melalui inisiatif

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
114

pembuatan pupuk kompos menggunakan bahan dasar sampah rumah tangga serta melakukan
penanaman 1000 bibit pohon di Desa Larikrejo.
Pengomposan adalah salah satu teknik dalam mengelola sampah organik yang bertujuan
untuk mengurangi volume sampah dan mengubah komposisi sampah menjadi produk yang
memiliki nilai tambah. Pengomposan merupakan salah satu metode pengolahan limbah organik
yang menghasilkan humus sebagai produk akhir (Suwatanti & Widiyaningrum, 2017).
Biasanya, kompos dibuat dari limbah organik yang berasal dari tumbuhan dan kotoran hewan.
Bahan-bahan ini sengaja dikombinasikan untuk mencapai keseimbangan antara nitrogen dan
karbon, yang mempercepat proses dekomposisi dan menghasilkan rasio N/C yang ideal. Oleh
karena itu, masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Desa Larikrejo adalah kurangnya
pengolahan sampah organik yang selama ini hanya dibiarkan begitu saja. Namun, jika
pengolahan yang tepat dilakukan, limbah organik tersebut dapat memberikan manfaat dan nilai
tambah yang signifikan jika dihasilkan dalam jumlah yang lebih besar atau diproduksi secara
massal.
Dalam proses pembuatan kompos, jenis limbah rumah tangga yang digunakan adalah
sisa-sisa sayuran, kulit buah, dan dedaunan sebagai sumber nitrogen. Selain itu, sampah kering
seperti kertas, kardus, daun kering, dan tisu digunakan sebagai sumber karbon. Sumber-sumber
karbon dan nitrogen ini kemudian akan diuraikan oleh mikroorganisme pengurai menjadi pupuk
kompos. Perkiraan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses ini, mulai dari
persiapan hingga pupuk kompos siap digunakan, adalah kurang dari 4 minggu, tergantung pada
kapasitas pupuk yang akan diproduksi.
Salah satu bentuk kepedulian terhadap lingkungan dapat dilaksanakan melalui tindakan
penanaman bibit pohon. Penanaman pohon memiliki dampak positif bagi kelangsungan hidup
berbagai jenis makhluk hidup (Wattimena, 2019). Dengan melakukan penanaman pohon dalam
skala besar, ini dapat bermanfaat dalam menyerap sejumlah polutan tertentu dan mengurangi
jumlah debu yang sering ditemukan di sekitar udara. Oleh karena itu, sebagai manusia, penting
bagi kita untuk berkolaborasi dan mengambil peran dalam menjaga kelestarian lingkungan dan
alam kita. Menanam pohon adalah salah satu bentuk implementasi dari upaya yang baik dalam
merawat lingkungan, menjaga sumber daya air, mencegah banjir, serta memastikan bahwa udara
tetap bersih dari polusi yang berasal dari kendaraan, pabrik, atau sumber asap lainnya.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengurangi jumlah limbah rumah tangga di
lingkungan desa, dan jika dapat diproduksi dalam jumlah besar atau massal, maka akan memiliki
nilai tambah yang signifikan. Selain itu, Tujuan dari kegiatan penanaman bibit pohon adalah
untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai praktik budidaya, teknik penanaman
bibit pohon yang tepat, serta untuk mengubah lingkungan Desa Larikrejo menjadi lebih sejuk,
hijau, dan mengurangi kekeringan. Diharapkan bahwa produk kompos ini dapat menjadi
alternatif bagi penduduk desa dalam mengurangi ketergantungan pada penggunaan pupuk kimia
dan pupuk buatan pabrik yang selama ini telah digunakan secara rutin oleh mereka.

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
115

Metode
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah pendekatan kualitatif dengan
model deskriptif-eksplanatif (Dewi et. al., 2023). Tujuannya adalah untuk memberikan
gambaran yang rinci tentang program pembuatan pupuk kompos dan penanaman bibit pohon
yang dilaksanakan selama
Kuliah Kerja Nyata yaitu pada Selasa, 4 September 2023 pukul 08.00 – 11.00 di Ds.
Larikrejo, RT.05/RW.05, Kec. Undaan, Kab. Kudus sekaligus menjelaskan setiap tahapan
mulai dari persiapan sebelum pembuatan, proses, hingga hasil dan dampak dari program
tersebut. Data yang digunakan dalam penulisan artikel ini terdiri dari data primer yang
diperoleh melalui pengalaman dan observasi langsung oleh anggota kelompok, serta data
sekunder yang diperoleh dari tinjauan literatur dan penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan pembuatan pupuk kompos.
Adapun pembuatan pupuk kompos dalam program kerja ini memiliki tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1) Sampah organik rumah tangga yang telah dikumpulkan kemudian dicacah hingga
menjadi berukuran kecil. Semakin kecil partikel cacahan sampah, semakin cepat
pengomposan berlangsung.
2) Selanjutnya, ditambahkan kompos jadi/tanah/pupuk kandang sebagai inokulan.
3) Bahan-bahan tersebut kemudian dicampurkan secara merata dengan larutan aktivator
EM4 hingga mencapai konsistensi yang tidak terlalu kering.
4) Bahan yang telah tercampur rata kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat dan
didiamkan selama 4 minggu.
5) Setiap 4 hari sekali, bahan diaduk agar aerasi (aliran udara) dalam wadah berlangsung
baik.
6) Selama proses pengomposan, suhu dalam wadah akan naik. Ini menandakan bahwa
mikroorganisme sedang bekerja.
7) Setelah 4 minggu, pengomposan selesai, ditandai dengan suhu dalam wadah yang
menjadi normal kembali. Pada tahap ini, kompos siap digunakan.
Adapun pelaksanaan kegiatan penanaman 1000 bibit pohon dilakukan melalui 3
tahapan utama yaitu: persiapan, pelaksanaan dan evaluasi yaitu sebagai berikut :
1) Tahap persiapan yang dilakukan meliputi survey lokasi untuk menentukan lokasi yang
tepat untuk penanaman, mengurus perijinan pada kepala desa setempat secara resmi,
mempersiapkan bibit tanaman yang akan ditanam yaitu 500 bibit pohon tabebuya dan
500 bibit pohon cemara, dan melakukan briefing atau arahan kepada kelompok
mahasiswa yang akan terlibat.
2) Pelaksanaan kegiatan dilakukan selama 4 hari di lokasi yang telah ditentukan
berdasarkan survey oleh tim pelaksana.
3) Dan yang terakhir tahap evaluasi yang dilakukan dengan memantau bibit tanaman yang
telah ditanam dan penyusunan laporan kegiatan sebagai bentuk pertanggungjawaban.

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
116

Hasil
1) Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Rumah Tangga
Program sosialisasi tentang manfaat pupuk kompos dan praktik pembuatan pupuk
kompos dalam skala rumah tangga berlangsung selama periode 4 hari yang terdiri dari 7
sesi kegiatan. Kegiatan dimulai pada tanggal 4 September 2023 dengan pengumpulan
limbah rumah tangga dan peralatan yang digunakan untuk pembuatan kompos, dan
berakhir pada tanggal 7
September 2023 dengan sesi pengecekan dan pengadukan bahan. Untuk
memastikan aerasi (aliran udara) dalam wadah tetap optimal, pengecekan dan pengadukan
bahan dilakukan setiap 4 hari sekali. Karena batas waktu Kuliah Kerja Nyata (KKN) hanya
sampai tanggal 21 September 2023, kami menugaskan warga untuk melanjutkan proses
pengecekan dan pengadukan sehingga diharapkan pupuk kompos dapat digunakan dalam
waktu 4 minggu. Evaluasi kesuksesan program ini akan dilakukan melalui analisis hasil
awal, proses pelaksanaan, dan hasil akhir. Selain itu, kelancaran program dapat dinilai dari
sejauh mana kegiatan berjalan dengan baik selama pelaksanaan.


Gambar 1. Proses Pembuatan Kompos
Berdasarkan pengamatan kami selama pelaksanaan program ini, dapat disimpulkan
bahwa minat dan perhatian masyarakat Desa Larikrejo terhadap materi penyuluhan sangat
tinggi. Ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
117

selama kegiatan berlangsung. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya berkaitan
dengan proses pembuatan pupuk kompos, tetapi juga mengenai penerapannya dalam
pertanian lokal, seperti contoh pertanyaan tentang penggunaan pupuk kompos pada
tanaman jagung, tanaman buah- buahan, dan aspek lainnya. Selain itu, beberapa peserta
juga bertanya apakah pupuk kompos dapat menggantikan pupuk non-subsidi yang dibeli
oleh petani atau masyarakat, serta apakah memiliki dampak yang serupa terhadap hasil
pertanian. Keragaman pertanyaan ini membuat suasana pelatihan menjadi interaktif dan
tidak monoton.
Sebelumnya, tidak ada pemahaman atau praktik yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Larikrejo terkait pemanfaatan limbah rumah tangga untuk membuat pupuk
kompos. Melalui penyuluhan dan praktek ini, diharapkan bahwa wawasan akan diberikan
kepada masyarakat untuk memanfaatkan limbah rumah tangga sebagai bahan baku pupuk
kompos, yang tentunya akan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman di sekitar mereka.
Selain itu, harapannya adalah bahwa ini akan mengurangi ketergantungan pada pupuk
kimia dan pupuk buatan pabrik yang umumnya digunakan oleh masyarakat desa, sehingga
dapat mengurangi pengeluaran petani dalam proses berkebun. Untuk mendapatkan
gambaran lebih jelas tentang perubahan yang diharapkan dalam perilaku masyarakat
peserta penyuluhan di Desa Larikrejo, dapat dilihat dalam Tabel 1 yang menggambarkan
situasi awal dan situasi akhir yang diharapkan.

Tabel 1. Situasi Awal dan Situuasi Akhir yang Diharapkan dari Peserta Penyuluhan
No Situasi
Awal
Perlakuan Situasi Akhir
1 Sebagian besar masyarakat yang
berpartisipasi dalam penyuluhan
belum memiliki pengetahuan dan
pemahaman mengenai
pemanfaatan limbah rumah
tangga untuk menghasilkan
pupuk kompos.
Materi yang
disampaikan
meliputi potensi,
prospek, dan
manfaat yang dapat
diperoleh dari
limbah rumah
tangga.
Para peserta penyuluhan
memiliki kesempatan
untuk memperoleh
pemahaman yang lebih
mendalam, menguasai
teori, dan prinsip-prinsip
dasar terkait pemanfaatan
limbah rumah tangga.
2 Sebagian besar masyarakat yang
mengikuti penyuluhan belum
memiliki kemampuan praktis
dalam pembuatan pupuk
kompos dari limbah rumah
tangga.
Melakukan praktik
pembuatan pupuk
kompos
menggunakan
limbah rumah
tangga.
Para peserta penyuluhan
diberdayakan untuk bisa
membuat pupuk kompos
dari limbah rumah tangga
secara mandiri.

Dari penjelasan tabel 1, terlihat bahwa pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah
rumah tangga masih terbilang kurang. Sebenarnya, masyarakat seharusnya dapat
menggunakan limbah rumah tangga sebagai alternatif untuk menggantikan pupuk kimia
dan pupuk buatan pabrik, yang pada akhirnya akan membantu dalam mengurangi
pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh para petani selama proses bercocok tanam.

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
118

2) Penanaman 1000 Bibit Pohon
Persiapan tahap awal telah berhasil memperoleh izin dari pihak desa untuk
melaksanakan penanaman di Desa Larikrejo. Pada tahap ini, tim pelaksana juga telah
menentukan lokasi yang paling tepat untuk pelaksanaan penanaman bibit berdasarkan
arahan dan tinjauan yang diberikan oleh kepala desa setempat. Lokasi penanaman yang
dipilih adalah sepanjang jalan raya yang merupakan jalur masuk utama menuju Desa
Larikrejo, yang mana menjadi pusat lalu lintas yang sering digunakan oleh masyarakat
sekitar untuk berbagai aktivitas.
Dengan dasar penentuan lokasi tersebut, tim pelaksana telah memulai persiapan
untuk pelaksanaan penanaman, memberikan arahan kepada mahasiswa yang terlibat dalam
kegiatan ini. Partisipan kegiatan ini mencakup beberapa warga dan 16 mahasiswa yang
berasal dari 9 program studi yang berbeda, seperti Manajemen, Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Teknik Informatika, Sistem Informasi, Teknik Industri, Ilmu Hukum, Akuntansi,
Bimbingan dan Konseling, serta Psikologi. Kegiatan dimulai pada pukul 07.00 dengan
pertemuan di lapangan untuk melakukan koordinasi awal antara tim dan peserta kegiatan.
Bibit pohon yang ditanam terdiri dari 500 bibit pohon tabebuya dan 500 bibit pohon
cemara.
Kegiatan penanaman tersebut berhasil dilaksanakan dalam periode empat hari
dengan partisipasi aktif dan semangat tinggi dari semua peserta. Selain melibatkan dosen
dan warga desa setempat, kegiatan ini juga diikuti oleh mahasiswa. Kolaborasi antara
semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini memberikan kelancaran dalam
proses penanaman bibit pohon. Dalam konteks lebih luas, kegiatan pengabdian seperti ini
memberikan manfaat signifikan, tidak hanya dalam hal dampak langsung terhadap
lingkungan, tetapi juga dalam meningkatkan kesadaran masyarakat desa akan pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar (Utaminingsih et. al., 2023).
Meskipun ada beberapa tantangan kecil yang dihadapi selama pelaksanaan
kegiatan, seperti:
a) Kondisi tanah yang kering akibat kurangnya hujan membuat penggalian tanah
menjadi lebih sulit.
b) Keterbatasan peralatan yang dibawa oleh peserta, yang memperlambat proses
penanaman bibit.
Tetapi, tantangan-tantangan ini dapat diatasi, contohnya dengan mencari sumber
air tambahan untuk membasahi tanah yang kering sehingga memudahkan proses
penggalian dan penanaman bibit. Dokumentasi foto pada Gambar 2 memperlihatkan
persiapan dan pelaksanaan kegiatan penanaman bibit pohon di Desa Larikrejo, Kecamatan
Undaan, Kabupaten Kudus.

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
119


Gambar 2 Kegiatan Penanaman Bibit Pohon
Berdasarkan pengamatan kami selama pelaksanaan program ini, dapat disimpulkan
bahwa minat dan perhatian masyarakat Desa Larikrejo terhadap materi penyuluhan sangat
tinggi. Ini terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan
selama kegiatan berlangsung. Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak hanya berkaitan
dengan proses penanaman bibit pohon, tetapi juga mengenai penerapannya dalam dampak
terhadap lingkungan, seperti contoh pertanyaan tentang dampak penanaman pohon
terhadap jalan dan terhadap warga sekitar. Selain itu, beberapa peserta juga bertanya
apakah pohon tersebut akan mengganggu aktivitas warga apabila sudah tumbuh besar.
Keragaman pertanyaan ini membuat suasana pelatihan menjadi interaktif dan tidak
monoton (Kuryanto et. al., 2023).
Sebelumnya, tidak ada pemahaman atau praktik yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Larikrejo terkait penanaman bibit pohon di pinggir jalan raya. Melalui penyuluhan
dan praktek ini, diharapkan bahwa wawasan akan diberikan kepada masyarakat untuk
dapat melestarikan lingkungan dan melakukan penghijauan, yang tentunya akan
bermanfaat bagi lingkungan di sekitar jalan desa mereka. Selain itu, harapannya adalah
bahwa ini akan mengurangi kekeringan yang ada pada jalan raya yang umumnya membuat
kondisi lingkungan terasa panas. Untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang
perubahan yang diharapkan dalam perilaku masyarakat peserta penanaman bibit di Desa
Larikrejo, dapat dilihat dalam Tabel 2 yang menggambarkan situasi awal dan situasi akhir
yang diharapkan.

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
120

Tabel 2. Situasi Awal dan Situuasi Akhir yang Diharapkan dari Peserta Penanaman
bibit
No Situasi Awal Perlakuan Situasi Akhir
1 Sebagian besar masyarakat
yang berpartisipasi dalam
penyuluhan penanaman bibit
belum memiliki
pengetahuan dan pemahaman
Materi yang
disampaikan
meliputi potensi,
prospek,
manfaat, dan
perawatan
Para peserta penyuluhan
penanaman bibit
memiliki kesempatan
untuk memperoleh
mengenai proses dan
perawatan dari penanaman
bibit di sepanjang jalan.
yang dapat
diperoleh dari
penanaman bibit di
sepanjang jalan.
pemahaman yang lebih
mendalam, menguasai
teori, dan prinsip-
prinsip dasar terkait
penanaman dan
perawatan bibit pohon
di sepanjang jalan.
2 Sebagian besar masyarakat
yang mengikuti kegiatan
belum memiliki
kemampuan praktis dalam
proses penanaman bibit
pohon di sepanjang jalan
raya.
Melakukan praktik
penanaman bibit
pohon di sepanjang
jalan raya dan
perawatannya.
Para peserta penanaman
bibit diberdayakan
untuk bisa melakukan
penanaman dan
perawatan secara
mandiri.
Dari penjelasan Tabel 2, terlihat bahwa pengetahuan mengenai penanaman dan
perawatan bibit pohon masih terbilang kurang. Sebenarnya, terdapat beberapa manfaat dari
penanaman bibit pohon diantaranya yaitu :
a) Menjadikan lingkungan di Desa Larikrejo menjadi teduh, hijau, dan tidak gersang.
b) Meminimalisir terjadinya banjir dengan memperbanyak penanaman pohon di
wilayah pedesaan.
c) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya
melestarikan lingkungan untuk kehidupan yang lebih baik.
d) Mendidik dan menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan kepada
mahasiswa melalui penanaman bibit pohon.
Diskusi
1) Pembuatan Pupuk Kompos dari Limbah Rumah Tangga
Kompos adalah jenis pupuk yang terbentuk dari hasil akhir dekomposisi sisa-sisa
organik, baik dari hewan maupun tumbuhan. Fungsinya adalah sebagai penyedia unsur
hara untuk tanah, sehingga dapat meningkatkan kualitas tanah dari segi fisik, kimia, dan
biologi (Sutanto, 2002). Proses pembuatan kompos dapat melibatkan bahan organik yang
berasal dari limbah pertanian maupun limbah non-pertanian (Harizena, 2012). Limbah
non-pertanian yang dapat diubah menjadi kompos meliputi sampah organik yang biasanya
terkumpul dari pasar dan rumah tangga. Bahan-bahan organik dan non-organik ini
kemudian mengalami proses pengomposan dengan bantuan mikroorganisme pengurai

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
121

untuk memaksimalkan manfaatnya baik di lahan pertanian maupun dalam skala rumah
tangga. Kegiatan pengomposan menggunakan bahan dari sampah non-organik atau
sampah rumah tangga membawa manfaat dalam mengurangi jumlah sampah rumah tangga
dengan cara mendaur ulang dan memanfaatkan sampah, salah satunya adalah melalui
pengomposan. Sampah yang cocok untuk dijadikan kompos memiliki karakteristik, seperti
tingginya kandungan sampah organik (59,88%), rasio C/N sekitar 37,1, dan ukuran yang
berkisar antara 2,5 hingga 7,5 cm. (Sahwan et al., 2016).
Dalam proses pembuatan pupuk kompos, digunakan mikroorganisme jenis EM4,
yaitu bakteri pengurai yang berperan penting dalam proses penguraian bahan organik.
EM4, yang merupakan singkatan dari Effective Microorganism 4, mengandung sekitar 80
jenis mikroorganisme fermentasi, termasuk bakteri fotosintetik, Lactobacillus sp.,
Streptomyces sp., Actinomycetes sp., dan ragi (Indriani, 2002). EM4 ini digunakan sebagai
inokulan untuk meningkatkan keragaman dan jumlah mikroorganisme dalam tanah dan
tanaman. Hal ini pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, serta
kualitas dan jumlah hasil pertanian, terutama dalam skala rumah tangga (Wididana, 1994).
Pupuk kompos yang dihasilkan melalui metode ini merupakan solusi yang ramah
lingkungan, berbeda dengan kompos anorganik yang menggunakan bahan kimia dalam
proses pembuatannya. Kompos yang dihasilkan mengandung nutrisi yang penting bagi
tanaman dan tidak tersedia dalam kompos anorganik.
Berdasarkan pelaksanaan program pembuatan kompos di Desa Larikrejo, berikut
adalah hasil yang diperoleh:
a) Melalui sosialisasi yang diberikan, kelompok tani di Desa Larikrejo dapat
mengidentifikasi kandungan unsur hara dalam sisa panen dan limbah rumah tangga
yang tidak lagi digunakan, yang dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk
organik. Misalnya, limbah sayuran memiliki kandungan C-Organik sekitar 31,24%
dan kandungan N-total sekitar 2,57% (Damayanti et al., 2017).
b) Kelompok Tani di Desa Larikrejo juga memahami manfaat pupuk organik sebagai
penyedia nutrisi makro dan mikro, kemampuan untuk memperbaiki kualitas fisik,
kimia, dan biologi tanah, serta meningkatkan produktivitas lahan. Oleh karena itu,
petani sangat tertarik pada pembuatan dan pemanfaatan pupuk organik (Darma et
al., 2020).
c) Proses pembuatan kompos menghasilkan air lindi, yaitu air yang dihasilkan dari
fermentasi penyiraman pupuk kompos yang dikumpulkan di bagian bawah ember
dan dapat digunakan sebagai pupuk cair. Setelah sekitar 4 minggu, pupuk kompos
matang dan dapat diaplikasikan pada tanaman di sekitar desa. Masyarakat dan
pemerintah desa mendukung kegiatan ini, terlihat dari antusiasme warga yang
berpartisipasi dan memperhatikan praktik pembuatan pupuk kompos.
Dalam penilaian akhir, evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat antusiasme
kelompok tani Desa Larikrejo dalam mengikuti sosialisasi tentang pupuk kompos,
partisipasi mereka dalam proses pembuatan pupuk kompos, dan bagaimana mereka
mengimplementasikan pupuk ini pada tanaman di sekitar rumah mereka.

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
122

Dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia seperti limbah sayur, kulit buah,
dan sisa hasil panen yang kaya akan unsur hara, anggota kelompok tani memiliki potensi
untuk menciptakan produk yang bermanfaat dan memiliki nilai tambah, terutama jika
produksi dapat ditingkatkan atau dilakukan secara massal. Salah satu contoh hasilnya
adalah kompos. Pemberian pupuk bertujuan untuk memperkaya dan meningkatkan
kesuburan tanah. Namun, petani tidak dapat langsung mengaplikasikan pupuk kompos ke
tanah karena diperlukan waktu untuk proses dekomposisi bahan organik dengan bantuan
mikroorganisme. Tingkat keberhasilan dalam praktik pembuatan pupuk kompos mencapai
95%. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pupuk kompos yang telah matang belum
memiliki tekstur yang serupa dengan pupuk kompos konvensional, karena proses
dekomposisi masih belum sempurna.
Pupuk kompos biasanya membutuhkan waktu 3-4 minggu untuk mengalami
dekomposisi alami yang efisien. Selama proses ini, penting untuk melakukan pengecekan
dan pengadukan secara berkala agar udara dapat beredar dengan baik dan gas hasil
ekskresi mikroorganisme dapat dikeluarkan. Kegiatan pembuatan kompos ini dapat
menjadi dorongan bagi masyarakat untuk mencoba membuatnya sendiri di rumah, karena
menggunakan bahan- bahan yang sederhana dan memiliki proses yang relatif mudah.
Ketika petani mulai mengenal dan terbiasa dengan penggunaan pupuk organik,
mereka dapat mengurangi ketergantungannya pada pupuk kimia. Terkadang, pupuk kimia
subsidi sulit ditemukan di beberapa daerah, sehingga petani harus mencari solusi alternatif
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman mereka. Pupuk kimia memiliki kemampuan
untuk memberikan nutrisi langsung kepada tanaman, mempercepat pertumbuhan mereka.
Namun, penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang dapat merusak kualitas tanah dan
tanaman. Produktivitas lahan dapat menurun karena penggunaan pupuk anorganik,
menyebabkan tanah menjadi subur dan tidak produktif dalam jangka panjang. Selain itu,
residu dari zat-zat kimia dalam pupuk dapat merusak kesehatan tanah (Irawan et al., 2015).
Salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan adalah perlahan kembali
mengadopsi praktik pertanian organik untuk memulihkan lahan-lahan yang mengalami
masalah serius. Bahan organik memiliki peran kunci dalam menentukan kualitas tanah,
yang sangat penting untuk menjaga keberlanjutan produksi pertanian melalui pengaruhnya
terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Larasati et al., 2016). Meskipun pupuk
organik memiliki potensi besar dalam memperbaiki tanah dan mendukung pertumbuhan
tanaman, sayangnya masih banyak petani di Desa Larikrejo yang belum memahami
manfaatnya. Oleh karena itu, melalui program kerja pembuatan kompos ini, diharapkan
para petani di Desa Larikrejo dapat secara perlahan beralih ke praktik pertanian organik.
Adapun faktor-faktor yang mendukung demi kelancaran dan keberhasilan program
kerja ini adalah :
a) Adanya kerjasama yang baik diantara sesama peserta dan sesama anggota tim,
mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan pelatihan ini.
b) Cukup memadainya sarana dan prasarana berupa alat dan bahan pelatihan berupa
LCD, laptop, dan limbah rumah tangga yang telah disiapkan.

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
123

Terdapat pula faktor-faktor yang menghambat program kerja ini diantaranya yaitu
sebagai berikut ini :
a) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat pupuk kompos dan cara
pembuatannya dapat menjadi hambatan.
b) Masyarakat yang sibuk dengan kegiatan pertanian atau pekerjaan lainnya mungkin
memiliki waktu yang terbatas untuk mengikuti program pembuatan pupuk kompos.
2) Penanaman 1000 Bibit Pohon
Salah satu aspek yang memerlukan perhatian penting dalam perencanaan
penanaman pohon adalah ketersediaan jenis tanaman yang akan ditanam. Penanaman ini
dilakukan di sepanjang jalan raya, sehingga dapat dianggap sebagai upaya penghijauan.
Oleh karena itu, pemilihan jenis pohon harus didasarkan pada berbagai kriteria yang
relevan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan, termasuk pertimbangan ekologi,
ekonomi, sosial, dan waktu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan
(Indriyanto, 2008). Tanaman yang akan dipilih harus memenuhi sejumlah persyaratan,
termasuk:
a) Cocok dengan kondisi tumbuh di lokasi yang telah disediakan.
b) Dapat ditanam dengan teknik budidaya yang sesuai.
c) Ketersediaan bibit atau bahan tanam yang memadai.
d) Kemampuan pertumbuhan yang relatif cepat.
Selain persyaratan yang disebutkan di atas, tanaman juga harus mampu tumbuh di
lingkungan terbuka dengan paparan sinar matahari penuh. Tanaman yang tumbuh dengan
cepat memiliki keunggulan dalam bersaing dengan tumbuhan liar seperti alang-alang dan
gulma. Bibit-bibit yang akan ditanam dalam kegiatan penanaman pohon ini mencakup
sebanyak 500 bibit Tabebuya dan sebanyak 500 bibit Cemara.
Jenis-jenis bibit ini diperoleh dari Kantor Pembenihan dan Pembibitan Kabupaten
Jepara yang terletak di Jalan Raya Guyangan-Bangsri, Kecamatan Bangsri, Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah 59453.
Di tanah yang subur, biasanya jarak antara tanaman ditanam lebih luas jika
dibandingkan dengan tanah yang kurang subur. Tanaman dengan tajuk yang lebar ditanam
dengan jarak yang lebih besar daripada tanaman dengan tajuk yang lebih kecil (Sri, 2006).
Saat melakukan penanaman, jarak antara lubang tanam diatur sejauh 5 meter, dan
kedalaman lubang tanam berkisar antara 20 hingga 25 cm. Sebelum lubang tanam dibuat,
langkah awal yang penting adalah membersihkan lahan, yang merupakan persiapan yang
sangat penting dalam penanaman hutan. Aktivitas pembersihan lahan mencakup
penghilangan semak, perdu, dan sisa-sisa pohon yang ada.

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
124

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dari pelatihan pembuatan pupuk kompos dari limbah
rumah tangga yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1) Tingkat ketertarikan masyarakat, terutama kelompok tani di Desa Larikrejo, terhadap
materi penyuluhan yang disampaikan sangat tinggi. Ini dapat diamati dari jumlah
pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan, yang tidak hanya berkaitan dengan
proses pembuatan pupuk kompos, tetapi juga tentang cara mengaplikasikannya dalam
konteks pertanian lokal.
2) Petani dengan antusiasme tinggi dan rasa ingin tahu yang besar mengikuti dan aktif
berpartisipasi dalam praktik pembuatan pupuk kompos. Melalui kegiatan ini, diharapkan
mereka akan mampu membuat pupuk kompos sendiri di rumah dengan menggunakan
bahan- bahan yang mudah ditemukan dan proses yang relatif sederhana. Tingkat
keberhasilan dalam praktik pembuatan pupuk kompos ini mencapai 95%, meskipun
pupuk kompos yang dihasilkan belum memiliki tekstur yang serupa dengan pupuk
kompos konvensional karena waktu yang diperlukan dalam proses dekomposisi masih
terbatas.
3) Dengan menerapkan praktik pertanian organik secara berkelanjutan, petani dapat
mengurangi ketergantungannya pada penggunaan pupuk anorganik atau kimia.
Penggunaan terus- menerus pupuk kimia dalam jangka panjang dapat berdampak negatif
pada kualitas tanah dan tanaman, yang pada gilirannya dapat memengaruhi hasil panen
petani. Selain itu, petani di Desa Gedung Harapan juga dapat mengurangi pengeluaran
mereka dalam kegiatan pertanian.
Berdasarkan hasil diskusi dan pelaksanaan penanaman 1000 bibit pohon yang telah
dilakukan, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1) Upaya ini telah mengubah Desa Larikrejo menjadi lingkungan yang lebih rimbun, hijau,
dan mengurangi kekeringan.
2) Langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko banjir di daerah pedesaan
melalui peningkatan penanaman pohon.
3) Proyek ini telah meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat terhadap
pentingnya menjaga lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup.
4) Selain itu, kegiatan penanaman pohon ini juga telah memberikan pengajaran dan
menggugah kesadaran mahasiswa tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Pengakuan/Acknowledgements
Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa kami panjatkan karena hanya dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan pengabdian ini. Kami juga banyak
mendapatkan dukungan dari berbagai pihak yang telah menyumbangkan pikiran, waktu,
tenaga, dan sebagainya. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini kami mengucapkan
terima kasih kepada:
a) Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si. selaku Rektor Universitas Muria Kudus,
b) Ibu Dr. Ir. Endang Dewi Murrinie, MP. selaku Ketua LPPM Universitas Muria Kudus,

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
125

c) Bapak Qomaruddin, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Lapangan KKN Desa
Larikrejo,
d) Bapak Muchamad Rochim. selaku Kepala Desa Larikrejo, dan
e) Masyarakat Desa Larikrejo.
Semoga amal dan kebaikan yang diberikan kepada kami akan mendapatkan balasan
dari Allah SWT. Aamiin.

Daftar Pustaka
Damayanti, V., Oktiawan, W., & Sutrisno, E. (2017). Pengaruh Penambahan Limbah Sayuran
Terahadap Kandungan C-oraganik dan Organik Total Dalam Vermikompos Limbah
Rumen dari Sapi Rumah Potong Hewan (RPH). Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), 1–14.
Darma, S., Ramayana, S., Sadaruddin, & Suprianto, B. (2020). Investigasi kandungan C
organik, N, P, K dan C/N ratio daun tanaman buah untuk bahan pupuk organik. Jurnal
Agroekoteknologi Tropika Lembab, 3(1), 12–18.
Dewi, J., Rondli, W. S., & Fajrie, N. (2023). Nilai-Nilai Persatuan Yang Terkandung Dalam
Film Animasi Adit Dan Sopo Jarwo Episode Upacara Kemerdekaan Indonesia.
Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(5), 10391–10400.
https://doi.org/https://doi.org/10.31004/innovative.v3i5.6121
Handayani, R., Rondli, W. S., & Azman, M. N. A. (2023). Visual Process of Nature View from
Image Expression of Children in Wotan Village. ARTiES: International Journal of Arts
and Technology in Elementary School , 1(1), 22–28.
https://doi.org/10.24176/arties.v1i1.11488
Harizena, I. N. D. (2012). Pengaruh Jenis dan Dosis MOL terhadap Kualitas Kompos Sampah
Rumah Tangga. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.
Indriani, Y. H. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Cet. 4, Penebar Swadaya, 2002.
Indriyanto. (2008). Pengantar Budi Daya Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Irawan, Dariah, A., & Rachman, A. (2015). Pengembangan dan diseminasi inovasi teknologi
pertanian mendukung optimalisasi pengelolaan lahan kering masam. Jurnal
Sumberdaya Lahan, 9(1), 37–50. https://media.neliti.com/media/publications/133861-
ID- pengembangan-dan-diseminasi-inovasi-tekn.pdf
Kuryanto, M. S., Santoso, D. A., Fardani, M. A., Rondli, W. S., & Hariyadi, A. (2023).
PENDAMPINGAN SENAM WARGA PANTI PELAYANAN SOSIAL
DISABILITAS SENSORIK NETRA (PPSDSN) PENDOWO KUDUS. Community
Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(4), 9526–9533.
https://doi.org/10.31004/cdj.v4i4.19849
Larasati, A. A., Puspikawati, S. I., Lingkungan, D. K., (2016). Pengolahan Sampah Sayuran
Menjadi Kompos Dengan Metode Takakura. Jurnal Ikesma, 15(2), 60–68.

Vol. 01, No. 01, Januari, 2024, pp. 113 - 126
126

Sahwan, F. L., Wahyono, S., & Suryanto, F. (2016). Evaluasi Populasi Mikroba Fungsional
Pada Pupuk Organik Kompos (Pok) Murni Dan Pupuk Organik Granul (Pog)
Yang Diperkaya Dengan Pupuk Hayati. Jurnal Teknologi Lingkungan, 12(2), 187.
https://doi.org/10.29122/jtl.v12i2.1250
Sri Wilarso Budi R. (2006). Modul Pelatihan Penanaman Pohon. ITTO Project Participatory
Establishment Collaborative Sustainable Forest Management In Dusun Aro, Jambi.
Serial Number: PD 210/03 Rev. 3 (F). Faculty Of Forestry IPB.
Sutanto, R. (2002). Penerapan Pertanian Organik: Pemasyarakatan dan Pengembangannya.
Kanisius. Jakarta.
Suwatanti, E., & Widiyaningrum, P. (2017). Pemanfaatan MOL Limbah Sayur pada Proses
Pembuatan Kompos. Jurnal MIPA, 40(1), 1–6.
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM
Utaminingsih, S., Putri, J., Rondli, W. S., Fathurohman, I., & Hariyadi, A. (2023). Project P5:
How is assistance in implementing the independent curriculum in elementary schools?
Jurnal Inovasi Dan Pengembangan Hasil Pengabdian Masyarakat, 1(2), 73–79.
https://doi.org/10.61650/jip-dimas.v1i2.229
Wattimena, L. (2019). “Kepedulian Terhadap Lingkungan: Penanaman Bibit Pohon di Taman
Wisata Alam (TWA) Kota Sorong Provinsi Papua Barat”. Jurnal Dedication to Papua
Community, 2(1). DOI: 10.34124/jpkm.v2i1.30.
Wididana, G.N. (1994). “Application of Effective Microorganism (EM) and Bokashi on
Natural Farming.” Bulletin Kyusei Nature Farming 03, No. 2: 47-54.