Journal Perikanan, 12 (3), 292-302 (2022 )
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309


e-ISSN : 2622-1934, p-ISSN : 2302-6049 292
MONITORING PEMELIHARAAN UDANG VANAME ( Litopeneus
vannamei) SUPER INTENSIF DI PT MAKMUR PERSADA,
BULUKUMBA


MONITORING OF SUPERINTENSIVE CULTURE OF WHITELEG
SHRIMP (Litopenaeus vannamei) AT PT MAKMUR PERSADA,
BULUKUMBA

Budiyati
1
, Diana Putri Renitasari
1*
, Siti Aisyah Saridu
1
, Ardana Kurniaji
1
, Anton
1
, Supryady
1
,
Muhammad Syahrir
1
, Ihwan
1
, Rahmat Hidayat
1

1 Teknik Budidaya Perikanan, Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone, Jl. Sungai Musi KM
9, Pallete, Tanete Riattang Timor, Kabupaten Bone

*Korespondensi email : [email protected]

(Received 17 Juli 2022; Accepted 11 Agustus 2022)

ABSTRAK

Pembesaran udang vaname secara super internsif merupakan teknologi terkini dan terdepan
dengan lahan sempit dan padat tebar yang tinggi sehingga meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah monitoring pertumbuhan dan pengelolaan kualitas air udang vaname superintensif. Lokasi penelitian di PT Makmur Persada, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Metode penelitian secara surve dengan mengambil data yang ada dilapangan. Hasil penelitian menunjukan pemberian pakan DOC 1-4 diberikan sebanyak 4 kali, dan DOC
5 sampai panen sebanyak 5 kali sehari, dosis pakan perhari menurun seiring masa pemeliharaan. DOC 35 mulai diberikan feed addictive. Kadar suhu 28 - 32º C, kecerahan 20 -
40 cm, salinitas 25 - 27 ppt, pH 7,5 – 8,1, NO3 stabil selama masa pemeliharaan yakni 23ppm,
NO2 tertinggi 1 ppm, NH3 tertinggi 0,141, NH4 7,8 ppm tertinggi, alkalinitas 168 ppm, TOM tertinggi mencapai 133,98 ppm. ADG 0,265 dan ABW 9,40 gram. Panen yang dihasilkan adalah sebanyak 2,935 ton/kg.
Kata Kunci: Kualitas Air, Pakan, Pertumbuhan, Superintensif, Udang vaname

ABSTRACT

Super intensive vaname shrimp enlargement is the latest and foremost technology with narrow land and high stocking density to increase a company's productivity. The purpose of this study was to monitor the growth and water quality management of superintensive vaname shrimp.
The research location is PT Makmur Persada, Bulukumba Regency, South Sulawesi. The research method is a survey by taking data in the field. The results showed that feeding DOC 1-4 was given 4 times, and DOC 5 until harvested 5 times a day. The dose of feed per day decreased with the maintenance period. DOC 35 began to be given an addictive feed. Temperature 28 - 32º C, brightness 20 - 40 cm, salinity 25 - 27 ppt, pH 7.5 - 8.1, NO3 was
stable during the maintenance period, namely 23ppm, highest NO2 1 ppm, highest NH3 0.141,

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

293
NH4 7.8 ppm highest, alkalinity 168 ppm, the highest TOM reached 133.98 ppm. ADG 0.265
and ABW 9.40 grams. The resulting harvest is 2,935 tons/kg.

Keywords: Water Quality, Feed, Growth, Superintensive, Vannamei Shrimp

PENDAHULUAN

Udang vanname (Litopenaeus vannamei) adalah salah satu sepesies udang yang bernilai
ekonomis tinggi, menjadikan produk perikanan yang dapat menghasilkan devisa bagi negara
(Yuniartik et al., 2021). Udang Vanname (Litopenaeus v annamei) merupakan menjadi
komoditi yang banyak diminati karena pertumbuhan cepat, tahan penyakit, padat tebar tinggi,
tahap terhadap lingkungan yang berubah- ubah, sintasan tinggi dan FCR rendah (Rahim et al. ,
2021). Peningkatan produksi budidaya udang vaname pada tahun 2011 sebesar 245.420 ton,
tahun 2012 sebesar 251.763 ton dan tahun 2013 sebesar 386.314 ton (Kurniawan et al. , 2016).
Udang vaname saat ini masih menjadi tumpuan yang strategis dalam pencapaian target
secara nasional. Teknologi yang semakin berkembang dengan padat tebar tinggi, lahan sempit,
produktivitas tinggi, bersih (Syah et al., 2017). Perkembangan teknologi budidaya dan disertai
dengan peningkatan konsumen udang vaname hal ini membuat suatu manajemen budidaya
dengan padat terbar tinggi.
Inovasi teknologi terkini disebut dengan budidaya superintensif. Teknologi ini mampu
meningkatkan pendapatan perusahaan dan produktivitas lahan (Lailiyah et al., 2018). Budidaya
udang superintensif dicirikan dengan padat tebar tinggi dengan luasan sempit. Peningkatan
produksi budidaya udang vanname (Litopenaeus vannamei ) selalu dilakukan dengan cara
meningkatkan padat tebar dengan lahan dan sumber air yang terbatas (Syah et al., 2017).
Keberhasilan sistem ini dengan menerapkan pengunaan benih berkualitas, kesehatan
lingkungan terjaga, sarana prasarana memadani, manajemen modern dan penerapan teknologi
budidaya yang sesuai (Rahim et al., 2021). Oleh karena itu, perlu adanya monitoring
pembesaran udang vaname secara superintensif sebagai upaya evaluasi pemeliharaan udang
vaname yang berkelanjutan.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan mulai tanggal 28 September 2021 sampai 28
November 2021 di PT Prima Bahari Lestari, Kelurahan Lemo-lemo, Kecamatan Bonto Bahari
kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan selama penelitian yakni terdiri dari Timbangan, Botol sampel, pH
meter, Thermometer, Refraktometer, DO Meter, Secchi Disk, Spektrofotometer. Bahan yang
digunakan terdiri dari Udnag vaname, Pakan merk CJ, Vitamin C dan B Complexs , Garlick,
Aquadiamond, Progol, AN-WF3 , Air Tawar, Probiotik, CuSO
4, Trichloroisocyanuric Acid
(TCCA), Natrium Tiosulfat (Na
2S2O3), Molase, Calcium Hypopchlorite, CaCl.

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari pengaturan kincir, perlakuan media budidaya, penentuan
padat penebaran, sampai dengan pemeliharaan. Wadah yang digunakan dalam penelitian ini
kolam dengan kontruksi wadah plastik HDPE dengan luasan 2500 m2 dan jumlah kincir 16
buah. Pemeliharaan dilakukan dengan pengontrolan anco, pengukuran kualitas air tiap tahapan
DOC.

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

294
Pemasangan kincir dilakukan pada saat air belum terisi dengan jarak 4 meter dari
pematang. Pengaturan pemasangan kincir dengan memperhatikan perputarannya berjalan
dengan baik sehingga kotoran – kotoran selama proses pembesaran udang vannamei dapat
terkumpul pada titik tengah tambak (Central drain).
Persiapan media air diambil dari laut yang jaraknya ± 100 m dari bibir pantai . Air yang
digunakan disterilisasi terlebih dulu dalam tandon dengan menggunakan Cupri Sulfat, Natrium
Tiosulfat, TCCA dan K aporit, setelah itu dialirkan ke wadah penelitian dengan tinggi berkisar
100-120 cm.
Benur yang digunakan berasal dr STP barru dengan PL 10. Penebaran benur dilakukan
pada saat sore hari dan dilakukan aklimatisasi terlebih dulu. Proses aklimatisasi suhu
membutuhkan waktu 30 menit atau sampai kantong plastik terlihat berembun. Pemeliharaan
udang vaname terdiri dari pengelolaan pakan dengan penentuan dosis, frekunsi dan jenis pakan
serta pengelolaan kualitas air
Parameter Penelitian
Parameter yang diamati selama penelitian terdiri dari kualitas air seperti suhu,
pH,salinitas, kecerahan, amonia, nitrat, nitrit, ammonium, pospat, alkalinitas, TOM dan
sampling udang untuk melihat pertumbuhan,

Analisis Data
Analisis data yang digunakan secara deskriptif kuantitatif. Data yang diperoleh selama
penelitian ini diolah dalam bentuk penyajian tabel maupun grafik dan di analisis secara
deskriptif.

HASIL
Sterilisasi Air
Tabel 1. Metode Sterilisasi Air
Jenis Bahan Dosis Waktu Aplikasi
Kupri sulfat 3-5 ppm 15.00-17.00
TCCA (Trichloroisocyanuric Acid) 20 ppm Sore
Kaporit 30-40 ppm Sore
Natrium Tiosulfat 25-30% dari TCCA Sore

Pemberian Pakan
Tabel 2. Bentuk, Ukuran, Dosis dan Frekunesi Pakan
No
.
Kode Bentuk dan Ukuran
Pakan (mm)
Berat
Udang (gr)
Dosis Pakan
(% hari)
Frekuensi
(/Hari)
1. SI-00 Crumble <0.4 PL 12 – 0.1 - 3
2. SI-01 Crumble 0.4 – 0.8 0.1 – 1.0 10.0 – 8.0 4
3. SI-02S Crumble 0.8 – 1.0 0.1 – 2.0 8.0 – 7.4 4
4. SI-02 Crumble 1.0 – 1.2 2.0 – 3.5 7.4 – 5.45 4
5. SI-02SP Pellet 1.2 x 2.0 3.5 – 8.0 5.45 – 3.89 4-5
6. SI-02P Pellet 1.4 x 2.0 8.0 – 15.0 3.89 – 2.39 5
7. SI-03 Pellet 1.6 x 2.5 15.0 – 20.0 2.39 - 2.02 5
8. SI-04 Pellet 1.6 x 4.0 >20.0 <2.02 5
Tabel 3. Program Kontrol Pakan Berdasarkan Anco (4 Anco)
Hasil Kontrol Anco Kontrol Pakan

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

295
Keterangan :
H : Habis yaitu tidak ada pakan yang tersisa di anco.
S : Sisa sedikit yaitu pakan yang tersisa dalam anco kurang dari 50% dari pakan yang diberikan di
anco.
B : Sisa banyak yaitu pakan yang tersisa dalam anco lebih dari 50% dari pakan yang diberikan
pada anco.

Tabel 4. Dosis dan Kontrol Anco
No DOC Anco% Waktu Kontrol
1. 17 - 25 0,4 % 2,5 Jam
2. 26 - 30 0,5 % 2,5 jam
3. 31 - 35 0,7 % 2 Jam
4. 36 - 40 0,8 % 2 Jam
5. 41 - 50 0,9 % 2 Jam
6. 51 - 60 1 % 2 Jam

Tabel 5. Bahan dan D osis Pencampuran Pakan
No. Campuran Additive Pakan Dosis Pemberian
1. Pakan Udang 1 Zak 25 Kg
2. Vitamin C 50 gr
3. Vitamin B Complexs 50 gr
4. Garlick 50 gr
5. Aqua Diamond 25 gr
6. Progol 100 gr
7. AN-WF3 (Senin + Kamis) 25 gr
Kualitas Air














Gambar 1. Suhu Pagi dan Sore mulai DOC 30 sampai dengan 75
H H H H + 5 – 7%
H H H S + 3 – 5%
H H S S Tetap
S S S S - 10%
S S S H - 7%
S S B H - 15%
B B B B - 50%/Puasa
B B B H - 30%
B B S H - 25%
24
26
28
30
32
34
30313233343536373839404142434445464748495051525354555657585960616263646566676869707172737475
SUHU
DOC
Pagi Sore

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

296


Gambar 2. Pengukuran pH pagi dan sore hari














Gambar 3. Kecerahan pada pagi dan sore hari















Gambar 4. Monitoring salinitas pagi dan sore hari


0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3032343638404244464850525456586062646668707274
pH
DOC
Pagi
Sore
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
3032343638404244464850525456586062646668707274
kecerahan (cm)
DOC
pagi sore
23
24
25
26
27
28
29
30
3032343638404244464850525456586062646668707274
ppt
DOC
Pagi Sore

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

297
Tabel 6. Pengukuran Kualitas air


DOC

NO3

NO2

NH3

NH4

PO4
Alkalinitas
TOM CO
3
HCO
3
Total
St ˂ 60 ˂ 0,1 ˂0,1 ˂ 2 ≤ 30 ≤ 90 120-150 ˂ 80
15 2.3 0.05 0.021 0.8 0.25 0 128 128 39.18
19 0 0.05 0.019 0.8 0.75 0 136 136 40.45
26 2.3 0.05 0.22 0.4 0.5 0 140 140 45.5
32 2.3 0.15 0.014 0.4 0.5 0 140 140 59.41
36 2.3 0.05 0.031 0.8 2 0 156 156 84.69
41 2.3 0.05 0.023 0.8 2 0 136 136 94.8
48 0 0.5 0.071 2.3 3 0 152 152 84.69
54 2.3 0.5 0.141 3.9 3 0 152 152 99.86
62 2.3 1 0.282 7.8 3 0 168 168 84.69
72 2.3 0,3 0.014 0.4 3 0 108 108 133,98
Keterangan : St = Standart, satuan keseluruhan ppm

Monitoring Pertumbuhan
Tabel 7. Data Hasil Sampling
DOC
Udang
(Hari)
Berat Udang
Yang Terjala
(gr)
Jumlah Udang
Yang Terjala
(ekor)
Size ABW
(Gram/ekor)
ADG
(Gram/hari)
40 882 218 250 4
50 581 86 148,02 6,75 0,27
60 1,157 123 106,38 9,40 0,265

Hasil Panen
Tabel 8. Hasil panen parsial dan panen total
DOC Size Tonase/Kg SR % Keterangan
65 98,97 1.342,42 26.41% Panen Parsial
76 104,7 2.935,53 61.09% Panen Total

PEMBAHASAN

Sterilisasi air bertujuan untuk mensterilkan air dari organisme carrier dan ikan serta
hewan berdarah merah. Beberapa bahan kimia yang digunakan untuk sterilisasi air pada tabel
1. Umunya setelah pemberian bahan di nyalakan kicir kurang lebih 2 jam agar bahan tercampur
merata. Ghufron et al., (2017) tujuan dari pemberian kaporit adalah sebagai upaya sanitasi air
yang dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang merupakan bahan pencemar.
Tujuan pemberian kuprisulfat untuk membunuh alga. Pradeep et al., (2015) pemberian cupri
sulfat dapat menekan alga dengan menghambat proses fotosintesis dan fosforilasi oksidatif
pada rantai transportasi electron. Sedangkan, Trichloroisocyanuric Acid (TCCA) bertujuan
untuk membunuh segala jenis populasi seperti plankton dan molusca. Hidayat et al., (2019)

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

298
Trichloroisocyanuric acid (TCCA) 90% dengan tujuan membunuh mikroorganisme yang ada
di air. Selanjutnya pemberian Natrium Tiosulfat untuk mempercepat menghilangkan
kandungan klorin dalam air. Setelah 12-24 jam jika kandungan klorin sudah nol atau kondisi
air sudah netral maka siap dialirkan ke kolam pemeliharaan. Pengisian air kedalam tambak
yakni sebanyak 100-120 ppm.
Benur yang digunakan sudah bersertifikasi bebas penyakit SPF (Spesific pathogen Free)
dan bersertifikat SPR (Spesific pathgen Resistence). Teknik aklimatisasi suhu membutuhkan
waktu kurang lebih 30 menit atau sampai kantong plastik terlihat berembun. Setelah itu benur
ditebar dengan membuka karet atau tali pada kantong dengan cara hati-hati dan dilepas pada
perairan tambak agar udang tidak stress. Penebaran benur dilakukan pada sore hari karena suhu
dirasa cukup optimal dan udang bisa dengan mudah beradaptasi. Berikut tabel kepadatan dan
jumlah tebar benur per petakan.
Frekuensi maupun dosis pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan udang.
Pemberian pakan dengan jumlah yang berlebihan akan berdampak negatif pada kualitas air dan
tanah dasar tambak yang dapat menurunkan tingkat kesehatan udang. Kebutuhan pakan udang
vaname meliputi dosis pakan, frekuensi dan pengontrolan pakan. Menurut Suradi et al., (2012)
dosis pemberian pakan dari udang mulai ditebar sampai waktu panen bervariasi dimana udang
muda perbandingan antara jumlah pakan dan berat tubuhnya lebih tinggi dari udang yang
dewasa. Berdasarkan tabel 2 bahwa jenis pakan terdiri dari 2 dengan frekuensi dan dosis yang
beda tiap umur udang.
Pada umur 17 hari anco sudah bisa digunakan sebagai acuan penambahan dan
pengurangan dosis pakan perharinya. Jumlah pakan perhari pada awal program kontrol anco
ini adalah melanjutkan dari program pakan blind feeding . Setelah itu pemberiannya didasarkan
pada sisa pakan di anco. Tabel 3 hasil kontrol anco dan program pemberian pakan jika dari
keempat ancho habis semua makan di tambahkan 5-7% tetapi jika semua sisa sedikit maka
dikurangi 10% pakan di anchonya, tetapi jika keempat ancho sisa banyak maka udang
dipuasakan. Renitasari et al., (2021) pengecekan ancho digunakan sebagai media untuk
mengetahui tingkat nafsu makan udang.
Udang perlu diberi vitamin yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan udang sebagai
pemacu pertumbuhan. Dengan pemberian vitamin akan menambah sistem kekebalan tubuh
dalam tubuh udang sehingga pakan akan banyak terserap untuk pertumbuhan. Feed addicitive
yang digunakan adalah Vitamin C, Vitamin B Complexs, Garlick, Aqua Diamond, Progol dan
AN-WF3 yang pengaplikasiannya dicampurkan pada pakan dengan cara diencerkan terlebih
dahulu menggunakan air. Pencampuran pakan dilakukan pada DOC 35 hari (Tabel 4).
Pencampuran pakan dilakukan pada jam 10:30 menggunakan alat pengaduk pakan. Manfaat
dari pencampuran pakan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan performa kesehatan,
kelangsungan hidup yang baik, respon imun lokal yang lebih kuat, peningkatan pembentukan
flok bakteri, peningkatan kualitas air, mengurangi endapan dasar tambak, tidak ada efek
samping negatif. Husaeni & Sudarmayasa, (2018), bahwa pemberian pakan dnegan
penambahan probiotik dapat meningkatkan daya serap pakan didalam tubuh sehingga
meningkatkan pertumbuhan pada udang.
Penyimpanan pakan adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan. Karena, pakan yang
disimpan dengan cara yang kurang tepat bisa menyebabkan kualitasnya menurun. Pakan
disimpan di gudang khusus, dengan sirkulasi udara yang cukup. Hal ini sesuai dengan pendapat
Akbar et al., (2017) penyimpanan pakan berupa pellet harus terdapat sirkulasi udara atau
ventilasi jendela, dan didalam gudang khusus penyimpanan. Yudiati et al., (2010) bahwa
pemberian pakan dengan penambahan probiotik dapat meningkatkan daya serap pakan didalam
tubuh.

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

299
Hasil pengukuran suhu pada gambar 1 suhu air yang didapat dari pengukuran di tambak
pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) adalah berkisar pada 28 - 32º C. Suhu
air tersebut masih merupakan suhu yang optimal bagi kehidupan udang. Menurut Supriyat na
et al., (2020), suhu optimal bagi udang adalah 28 – 32
0
C, suhu optimal pemeliharaan udang
berkisar 27-31 (Adipu, 2019). Pengukuran kecerahan pada gambar 3 tambak udang vaname
berkisar antara 20 - 40 cm. Kecerahan optimal air tambak yaitu sekitar 20 - 30 cm (Renitasari
& Musa, 2020), 20-39 cm (Fuady et al., 2013), 14-40 cm (Putra & Manan, 2014). Gambar 4
menunjukan bahwa kisaran salinitas yang diperoleh adalah 25 - 27 ppt. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ghufron et al., (2017) bahwa udang vanname menyukai air yang bersalinitas antara
1 – 40 ppt, (Malik, 2014) kisaran optimal salinitas 15-25 ppt. Grafik gambar 2 menunjukan
hasil pH berkisar antara 7,5 – 8,1. Hasil yang didapat menunjukkan kadar pH masih dalam
kisaran optimal yang dapat di toleransi udang vaname. pH optimal udang vaname pagi hari
7,6-8 dan sore hari 7,7-8,1 (Renitasari & Musa, 2020), sekitar 6,8-8,5 (Boyd, 1992).
Berdasarkan tabel 5 bahwa pengukuran NO2, NO3, NH3, NH4, TOM dan alkalinitas
masih dalam kondisi memenuhi standart pemeliharaan udang vaname sampai DOC 32. Akan
tetapi, pada saat DOC 36 kadar TOM mulai mengalami peningkatan. Hal ini karena, frekuensi
dan dosis pemberian pakan yang meningkat sehingga meningkatkan bahan organic didalam
tambak. Begitu pula, dengan kenaikan NO2 dan NH4. Sisa pakan yang tidak dimakan udang
mengandung unsur N yang tinggi sehingga terjadi itu yang menyebabkan adanya kenaikan
kadar NO2 dan NH4 pada parameter tersebut. Renitasari et al., (2021) bahwa TOM yang
meningkat akibat penumpukan fases, sisa pakan dan plankton yang mati. Budiardi et al., (2019)
menyatakan bahwa sisa pakan merupakan penyumbang tingginya kadar TOM.
Pengelolaan kualitas air yang dapat dilakukan jika kadar tersebut terus meningkat
yakni dengan penyifonan, aplikasi pemberian probiotik dan pergantian air. Penyiponan juga
dilakukan dengan memperhatikan hasil pengukuran parameter kualitas air yaitu apabila Total
Organic Matter (TOM) tinggi atau melewati batas parameter yang telah ditentukan. Setelah
selesai melakukan penyiponan maka sekitar area central drain atau area yang telah dilakukan
penyiponan dilakukan pemberian mineral yaitu omyacarb yang berguna untuk mengikat gas –
gas beracun yang terangkat hasil penyiponan tadi dengan dosis 2 ppm. Jenis probiotik yang
diberikan adalah Bacillus subtilis dan Lactobacillus bakteri tersebut merupakan bakteri yang
menguntungkan yang dapat menguraikan bahan organic khusunya mendegradasi unsur N
dalam tambak sehingga kualitas air akan membaik. Pergantian air juga dilakukan untuk
pengenceran . Pengenceran dilakukan apabila kondisi plankton pada petakan terlalu padat.
Apabila kandungan plankton terlalu padat maka akan ditandai dengan kecerahan kurang dari
30 cm, kandungan bahan organik berlebihan dan kematian plankton secara massal. Pergantian
air maksimal sekitar 10% dari air yang ada di petakan.
Renitasari & Musa, (2020), pergantian air bertujuan untuk mengencerkan bahan
organic dari sisa pakan dan metabolisme udang. Penyifonan dilakukan 3-4 hari s ekali atau
seminggu dua kali saat udang memasuki DOC 50 karena bahan organic yang tinggi. Aplikasi
pemberian probiotik jenis Bacillus sp dapat mendegradasi lingkungan perairan.
Selain itu, untuk menstabilkan kadar pH juga dilakukan dengan pengapuran.
Pengapuran pada perikanan tambak mempunyai manfaat yang banyak antara lain
meningkatkan kualitas air tambak (pH menjadi netral, bahan organik terurai) unsur Ca
(kalsium) Mg (Magnesium) pada kapur bertujuan untuk pembentukan kulit udang,
meningkatkan ketersediaan unsur p (fosfor) yang berguna bagi pertumbuhan plankton yang
merupakan pakan alami bagi udang, kondisi pH air yang nyaman, menekan perkembangan
hama penyakit juga mempercepat perkembangan udang dalam tambak yang pada akhirnya
dapat meningkatkan produktivitas udang di tambak. Jika pH rendah maka pemberian mineral
dilakukan pada pagi hari dengan tujuan untuk meningkatkan pH, kemudian jika kecerahan air

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

300
tinggi maka dilakukan pemberian mineral pada pagi hari untuk menumbuhkan plankton,
mineral yang diberikan yaitu Magnesium Chlorida (MgCl).
Berdasarkan tabel bobot rata-rata udang per 10 hari di tambak udang mengalami
peningkatan seiring dengan bertambahnya masa pemeliharaan. Kemudian nilai ADG dari DOC
40 – 60gram/hari pemeliharaan rata-rata harian mengalami penuruna n hal ini sebabkan oleh
kondisi cuaca yang tidak stabil terkait hujan. kondisi hujan menyebabkan suhu perairan
menjadi rendah sehingga menyebabkan turunnya metabolisme udang. Penurunan metabolisme
tubuh menyebabkan konsumsi atau nafsu makan menjadi turun. Yunarty et al., (2022), ADG
dipengaruhi oleh udang awal dan akhir pengamatan.
Pada umumnya, panen parsial biasanya dilakukan pada DOC 60, dengan mengambil
25%-30%. Selain itu, tujuan panen parsial agar oksigen yang tersedia masih dalam kondisi
normal, sehingga udang yang dibudidayakan dapat sesuai dengan hasil yang di inginkan dan
panen dilakukan dengan ukuran yang diinginkan pasar. Setelah pemanenan selesai, udang
secepatnya harus ditangani. Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas udang,
Menurut Nugroho et al., (2016) bahwa cara panen yang baik dengan cepat dan cermat baik itu
parsial maupun total.

KESIMPULAN

Monitoring pembesaran udang vaname perlu dilakukan sebagai upaya perbaikan
produksi siklus pembesaran udang vaname. Hasil monitoring ini dijadikan sebagai evaluasi
untuk pemeliharaan udang vaname. pemberian pakan berhubungan dengan kondisi kualitas air, dan kesehatan udang. Pada penelitian ini manajemen pembesaran sudah termasuk katagori bagus karena hasil panen dan SR mencapai hasil yang memenuhi standart perusahaan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam penelitian ini
khususnya di lokasi penelitian yakni PT. Makmur persada, Kabupaten Bulukumba.

DAFTAR PUSTAKA

Adipu, Y. (2019). Profil Kualitas Air Pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)
Sistem Bioflok Dengan Sumber Karbohidrat Gula Aren. Jurnal Mipa, 8(3), 122–125.
Akbar, M. R. L., Suci, D. M., Wijayanti, I., & Sarjana, P. (2017). Evaluasi Kualitas Pellet
Pakan Itik Yang Disuplementasi Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Dan
Disimpan Selama 6 Minggu. Buletin Makanan Ternak , 104(2), 31–48.
Arif, K. L., Arief, M., Manan, A., & Daruti, D , N. (2016). Pengaruh Pemberian Probiotik
Berbeda Pada Pakan Terhadap Retensi Protein Dan Retensi Lemak Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). Journal Of Aquaculture And Fish Health, 6(1), 32–40.
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W., & Suprapto, H. (2018). Teknik Pembesaran Udang
Vaname (Litopenaeus v annamei) Pada Tambak Pendampingan Pt C entral Proteina Prima
Tbk Di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, Probolinggo, Jawa Timur. Journal Of
Aquaculture And Fish Health, 7(2), 70. Https://Doi.Org/10.20473/Jafh.V7i2.11251
Husaeni Dan, & I Ketut Agus Sudarmayasa. (2018). Pemberian Probiotik Pada Budidaya
Udang Vaname (Litopenaeus v annamei) Semi Intensif Di Tambak. Buletin Teknik
Litkayasa Akuakultur, 16(1), 57–60.
Lailiyah, U. S., Sinung Rahardjo, Maria G.E. Kristiany Dan, & Mugi Mulyono. (2018).
Produktivitas Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus v annamei) Tambak Superintensif

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

301
Di Pt. Dewi Laut Aquaculture Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Jurnal Kelautan
Dan Perikanan Terapan, 1(1), 1–11.
M.Faiz Fuady, Mustofa Niti Supardjo, & Haeruddin. (2013). Pengaruh Pengelolaan Kualitas
Air Terhadap Tingkat Kelulushidupandan Laju Pertumb uhan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Di Pt. Indokor Bangun Desa, Yogyakarta. Diponegoro Journal
Of Maquares, 2(4), 155–162.
Nugroho, L. R., Sukardi, & Triyatmo, B. (2016). Penerapan Cara Budidaya Ikan Yang Baik
Pada Pembesaran Udang Vaname (Litopenaeus v anname) Di Pesisir Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 18(2), 47–53.
Pradeep, V., Van, G . L, S. W., Park, S., Igou, T., Yi, C., Fu, H., Johnston, R., Snell, T., & Chen,
Y. (2015). Use Of Copper To Selectively Inhibit Brachionus Calyciflorus (Predator)
Growth In Chlorella k essleri (Prey) Mass Cultures For Algae Biodiesel Production.
International Journal Of Molecular Sciences , 16(9), 20674–20684.
Https://Doi.Org/10.3390/Ijms160920674
Rahim., Muhammad, R. A. R., Anti, L . D., & Asni. (2021). Budidaya Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) Super Intensif Dengan Padat Tebar Berbeda Menggunakan
Sistem Zero Water Discharge. Journal Of Fisheries And Marine Research, 5(3), 595–
602.
Rama Putra Dan Abdul Manan, F. (2014). Monitoring Of Water Quality On Rearing Ponds Of
Vannamei Shrimp (Litopenaeus v annamei) In Situbondo, Jawa Timur. In Jurnal Ilmiah
Perikanan Dan Kelautan, 6(2).
Renitasari, D. P., & Musa, M. (2020). Teknik Pengelolaan Kualitas Air Pada Budidaya Intensif
Udang Vanamei (Litopeneus v anammei) Dengan Metode Hybrid System. Jurnal
Salamata, 2(1), 7–12.
Renitasari, D. P., & Musa, M. (2020b). Teknik Pengelolaan Kualitas Air Pada Budidaya
Intensif Udang Vanamei (Litopeneus vanammei) Dengan Metode Hybrid System Water.
In Jurnal Salamata, 2(1).
Renitasari, D. P., Yunarty, & Aisyah Saridu. (2021). Pemberian Pakan Pada Budidaya Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei) Intensif Dengan Sistem Index. Jurnal Salamata, 3(1),
20–24.
Renitasari, D. P., Yunarty, & Siti Asma. (2021). Studi Monitoring Kualitas Air Pada Tambak
Intensif Budidaya Udang Vaname, Situbondo Monitoring Water Quality In White Shrimp
Farm, Situbondo. Jurnal Airaha, 10(02), 139–145.
Suradi, W. S., D., & Ayu, R. (2013). Beberapa Aspek Biologiudang Jerbung (Penaeus
merguiensis) Di Perairan Pantai Cilacap Jawa Tengah. Journal Of Management Of
Aquatic Resources, 2(3), 47–55.
Syah, R., Makmur, & Mat, F. (2017). Budidaya Udang Vaname Dengan Padat Penebaran
Tinggi. Media Akuakultur, 12(1), 19–26.
Wahyu, Hidayat. K., Amatullah, Nabilah. I., Nurazizah, S., & Bobby, I. G. (2019). Pembesaran
Udang Vaname (Litopenaeus v annamei) Di Pt. Dewi Laut Aquaculture Garut Jawa Barat.
In Journal Of Aquaculture And Fish Health, 8(3).
Yudiati, E., Arifin, Z., & Riniatsih, I. (2010). Pengaruh Aplikasi Probiotik Terhadap Laju
Sintasan Dan Pertumbuhan Tokolan Udang Vanamei (Litopeneus vannamei), Populasi
Bakteri Vibrio, Serta Kandungan Amoniak Dan Bahan Organik Media Budidaya. Ilmu
Kelautan, 15(3), 153–158.
Yunarty, K. A., Putri, R. D., & Resa, M. (2022). Karakteristik Kualitas Air Dan Performa
Pertumbuhan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus v annamei) Pola Intensif.
Penaakuatika, 21(1), 71–85.
Yuniartik, M., Tri, A., Dewi, K., Wijaya, S., & Setyaningrum, W. (2021). 1pertumbuhan

Jurnal Perikanan, 12 ( 3), 292-302 (2022)
Budiyati et al. (2022)
http://doi.org/10.29303/jp.v12i3.309

302
Rumput Laut Gracilaria sp. Pada Media Bioremediator Limbah Udang Vaname Di
Banyuwang. Jfmr , 5(1), 119–124.