JURNAL PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Journal of Environmental Education and Sustainable
Development
Volume 24 - Nomor 02, 2023
Available at http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/plpb
ISSN : 1411-1829 (print), 2580-9199 (online)



Copyright © 2023

Analisis Sosiologi Lingkungan Terhadap Pemburuan Biawak (Varanus
Salvator) Bagi Keberlanjutan Ekosistem Sungai

M. Syamsudin
1
*, M. Labibunnuful
1
, Ahmad Fauzan Hidayatullah
2

1
Departemen Sosiologi UIN Walisongo Semarang
2
Departemen Teknik Lingkungan UIN Walisongo Semarang
*Coressponding author email: [email protected]

Artikel info ABSTRAK
Received : 13 Desember
2022
Revised : 20 Agustus
2023
Accepted : 21 September
2023

Biawak dianggap sebagai hama dan populasinya masih banyak, apabila
perburuan dilakukan terus menerus tidak menutup kemungkinan akan
berakibat pada kepunahan. Biawak termasuk memiliki peran yang cukup
penting dalam ekosistem sungai, seperti pemakan bangkai hewan-hewan
yang ada disungai dan juga bisa mengendalikan populasi ular dengan
memakan telur-telur ular. Penelian ini menerapkan metode kualitatif dengan
pengumpulan data nya menggunakan observasi, wawancara dan juga
dokumentasi kami melakukan observasi dengan terjun kelapangan tepatnya
di Sungai Beringin, kemudian melakukan wawancara kepada masyarakat
setempat dan juga pemburu yang biasa melakukan perburuan di sekitar
sungai tersebut dan untuk dokumentasi nya berupa foto dari sungai Bringin
sebagai pelengkap data penelitian ini. Hasil penelitian kami dapat
kesimpulan bahwa kegiatan berburu yang dilakukan oleh warga adalah hal
yang membuat ekosistem sungai terganggu dan populasi biawak semakin
berkurang. Salah satu cara yang baik adalah semua warga harus bisa
mengurangi dan mengingatkan apabila ada pemburuan terjadi di sungai
beringin.
ABSTRACT
Lizards are considered pests and their population is still large. If hunting
continues, it is possible that it will result in extinction. Monitor lizards have
quite an important role in the river ecosystem, such as eating carrion from
animals in the river and also being able to control the snake population by
eating snake eggs. This research applies qualitative methods by collecting data
using observation, interviews and documentation. We made observations by
jumping into the field, precisely in the Beringin River, then conducting
interviews with local people and also hunters who usually hunt around the river
and for documentation in the form of photos. from the Bringin river as a
complement to this research data. From the results of our research, we can
conclude that hunting activities carried out by residents are what disrupts the
river ecosystem and reduces the monitor lizard population. One good way is
for all residents to be able to reduce and warn if poaching occurs in the Banyan
River.
Kata kunci:
Satwa, Ekosistem, Biawak






Keywords:
Animal, Ecosystem, Water
Monitor



https://doi.org/10.21009/plpb.v%vi%i.31766


How to Cite: Syamsudin, M., Labibunnuful, M., & Hidayatullah. A.F. (2023). Analisis Sosiologi
Lingkungan Terhadap Pemburuan Biawak (Varanus Salvator) Bagi Keberlanjutan Ekosistem Sungai. Jurnal
Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan, 24(02), 13-20.doi:
https://doi.org/10.21009/plpb.v%vi%i.31766

14 Jurnal Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan - 24(02), 2023

PENDAHULUAN

Kegiatan perburuan dan jual beli hewan liar di Indonesia saat inimarak terjadi
khususnya pada satwa liar seperti Biawak (Varanus Salvator) hewan-hewan tersebut yang biasa
sering kita jumpai di sungai ataupun sekitar permukiman manusia. Adanya perburuan tersebut
tak lain adalah diakibatkan karena nilai jual nya yang cukup tinggi dan menguntungkan yang
mengakibatkan banyak orang memburu biawak untuk dikonsumsi maupun diperjual belikan.
(Yudha, Kusrini, & Arida, 2021). Ekosistem sungai pada dasarnya mempunyai posisi dan
peranan utama bagi seluruh kehidupan manusia ataupun mahluk hidup lainya, maka adanya
upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemya menjadi suatu hal yang wajib bagi
setiap manusia untuk menjaga atau melindungi satwa. Salah satunya adalah banyak nya hewan
yang diburu oleh manusia yang menyebabkan ketidak seimbangan ekosistem, maka
perkembangan hidup satwa-satwa tersebut wajib diperhatikan agar nantinya keseimbangan
ekosistem tetap terjaga . (Achmadi & Rusdiana, 2015).
Pada tubuh biawak memiliki ketahanan dari eksplanasi logam berat dan nemanasi
tingkat tinggi, padahal spesies ini memakan buntang hewan lain yang telah membusuk dan
mengandung kuman hidup dan berkembang biaknya juga di tempat yang kotor maka tak heran
biawak air memiliki masa hidup yang lumayan panjang dan jarang dilaporkan terjangkitnya
suatu penyakit atau menerima kanker. Daging biawak dipercaya sebagian orang sebagai obat
tradisional yang bisa menyembuhkan beragam penyakit kulit serta beberapa bagian tubuh nya
seperti kulit juga bisa digunakan sebagai bahan kerajinan sepatu maupun ikat pinggang. Apabila
perburuan biawak ini semakin marak dan tidak terkontrol maka bisa dipastikan akan terjadi
kelangkaan bahkan bisa mengalami kepunahan yang berakibat pada terganggu nya ekosistem
pada sungai. Padahal biawak memiliki peran yang cukup penting dalam ekosistem sungai salah
satunya sebagai pemakan bangkai hewan yang mati disungai. Akan tetapi bagi sebagian
masyarakat di pedesaan yang rumah nya didekat persawahan ataupun sungai memang biawak
memiliki citra yang buruk karena sering memangsa satwa ternak.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap pola persebaran kasus perburuan
biawak yang dilakukan manusia terhadap keberlanjutan ekosistem sungai yang ada di daerah
semarang.Penelitian ini diharapkan mampu memberikan metode yang cepat untuk
inventarisasidan pemantauan kasus satwa liar. Yang kemudian hasil penelitianini akan
berguna bagi para pemangku kepentinganuntuk memahami daerah-daerah yang rawan
konflikdan mampu mengambil kebijakan untuk pengelolaan kasus manusia dengan satwa
liar.

Analisis Sosiologi Lingkungan Terhadap Pemburuan Biawak
(Varanus Salvator) Bagi Keberlanjutan Ekosistem Sungai
15

METODOLOGI
Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kualitatif yang dimana metode ini
juga dapat membantu peneliti dalam memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang
bagaimana keberlanjutan suatu ekosistem sungai yang diakibatkan dari adanya perburuan
biawak.
Populasi dan Sampel
Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai
Beringin dan pemburu yang sering berburu di sekitar Sungai Beringin.
Prosedur Penelitian
Dalam proses penggalian data pada penelitian ini kami menggunakan tehnik observasi,
wawancara dan juga dokumentasi sebagai berikut :
a) Observasi
Observasi ini dilakukan secara langsung dengan terjun ke lapangan ke tempat penelitian
yang dipilih yakni di Sungai Beringin untuk mengamati dan menggali data secara langsung.
Obervasi ini juga dilakukan dengan beberapa tahap yang pertama deskriptif yang dimana
peneliti melakukannya secara menyeluruh, kemudian observasi terfokus yang mana dalam
tahapan ini peneliti melakukan observasi yang dipersempit untuk difokuskan pada aspek
tertentu dengan tujuan memperkuat data yang akan diteliti pada masyarakat desa beringin yang
memburu biawak.
b) Wawancara
Wawancara yang dipakai oleh peneliti adalah semi terstruktur yang termasuk dalam in-
depth interview. Wawancara ini dilakukan secara langsung oleh peneliti kepada masyarakat dan
juga pemburu yang kami temui di lokasi penelitian dengan berdialog dan tanya jawab dengan
mengajukan beberapa pertanyaan mengenai isu-isu dan mengenai pembicaraan sesuai dengan
pembahasan penelitian agar data yang didapat akan lebih terperinci.
c) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang ditunjukan pada subyek penelitian.
Adapun metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang gambaran
umum analisis sosiologi lingkungan tentang penangkapan biawak ekosistem sungai di beringin.
Dokumentasi ini juga digunakan oleh peneliti sebagai metode pendukung untuk melengkapi
beberapa data-data yang dirasa masih kurang dari penelitian ini. Adapun data yang digunakan
tersebut adalah foto dari sungai beringin dengan menggunakan kamera ponsel untuk
mengumpulkan data secara visual yang ada pada lokasi penelitian.
Data, Instruments dan Teknik Pengambilan Data
Didalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan juga data skunder sebagai
sumber data yang nantinya bisa membantu peneliti dalam pengumpulan datanya. Adapun data
utama merupakan data yang diperoleh peneliti dengan cara turun ke lapangan secara langsung

16 Jurnal Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan - 24(02), 2023

ataupun dari lokasi penelitian dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang
dianggap mengerti dan dapat dipercaya untuk mendapatkan informasi atau gambaran secara
spesifik mengenai perburuan biawak yang ada di sungai Bringin.Kemudian data dokumentasi
yang digunakan oleh peneliti yakni berupa foto dari perburuan biawak dan juga foto dari sungai
Bringin sebagai pelengkap data dari penelitian.Sedangkan data skunder yang digunakan oleh
peneliti merupakan data yang didapatkan dari studi literatur seperti jurnal, buku ataupun
penelitian terdahulu yang dirasa berkaitan dengan tema yang dibahas oleh peneliti dan juga
nantinya bisa mendukung penelitian ini.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.
Teknik analisis deskriptif digunakan untuk dapat memberikan gambaran secara luas terkait data
yang didapatkan melalui wawancara dan observasi lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di sungai Beringin sebagai tempat observasi yang dimana
sungai Beringin berada di kota Semarang. Sungai ini mengalir pada wilayah Semarang Barat,
berhulu dari Kecamatan Mijen dan Ngaliyan serta bermuara pada Kecamatan Tugu. Panjang
dari sungai ini sekitar 15,5 km, dengan luas aliran sungainya 32km2. Sungai yang ada di
sekitaran kecamatan Ngaliyan saat ini sudah mengalami pengikisan akibat dari perubahan lahan
yang kemudian dijadikan permukiman oleh penduduk sekitar desa tersebut.



















Gambar 1. Sungai Beringin

Analisis Sosiologi Lingkungan Terhadap Pemburuan Biawak
(Varanus Salvator) Bagi Keberlanjutan Ekosistem Sungai
17

Sedangkan di Kecamatan Mijen sendiri juga terjadi perubahan lahan yang dieksploitasi oleh
masyarakat sekitar menjadi lahan perkebunan, sawah dan ladang bahkan ada juga yang
memanfaatkan sungai Beringin untuk diambil pasir nya. Secara umum sungai Beringin
memiliki air yang berwarna coklat dan di sekitarnya banyak dijumpai pepohonan seperti bambu
yang bergerombol dan di kelilingi dengan tanaman-tanaman lainnya.



Gambar 2. Biawak yang ada di sekitaran Sungai Beringin

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan beberapa kali menjumpai biawak yang berada
di sekitar pinggiran sungai di sekitar pepohonan yang berdekatan dengan pemukiman
penduduk, mereka juga sering berada di tumpukan sampah untuk mencari makan. Hal ini
dikarenakan adanya ketersediaan sumber makanan dan habitat yang mendukung bagi
keberlangsungan hidup mereka, jika dilihat dari faktor kebutuhan makanan nya biawak
merupakan satwa yang tidak terlalu pemilih dalam hal kebutuhan makanannya karena pada
dasarnya mereka bisa memakan sisa-sisa makanan ataupun bangkai hewan yang ada di sungai.

1. Metode Berburu
Kami melakukan wawancara dengan warga yang ada disekitar sungai beringin dan
menanyakan apakah ada orang yang berburu biawak di sungai ini, menurut beberapa warga
yang kami temui mereka biasanya melihat orang yang sedang berburu biawak membawa
senapan di sekitar sungai ini. “biasanya disini ada orang berburu biawak mas, tapi
kayaknya bukan asli dari warga sini”.
Kemudian kami beberapa kali melakukan pengamatan di sekitaran sungai beringin
tersebut dengan tujuan untuk mecari orang yang berburu biawak kemudian menggali
informasi mengenai metode berburu yang mereka gunakan serta menanyakan kegiatan
berburu tersebut mereka lakukan setiap hari atau beberapa kali saja. Dari hasil wawancara
kepada pemburu yang berjumlah 2 orang tersebut mereka menggunakan metode berburu

18 Jurnal Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan - 24(02), 2023

dengan senapan angin dan juga jerat, “saya biasa pakek senapan angin ini satu mas, sama
bawa jerat buat dipasang didekat bambu sana yang sering ada biawaknya sama saya
pasangin umpan ayam yang udah mati”, mereka juga menjelaskansenapan angin yang
mereka gunakan ini untuk menembak biawak di sekitaran sungai, satu orang menggunakan
senapan untuk menembak biawak dari jauh dan yang satunya lagi jaga-jaga buat ambil
biawak yang terkena tembak. Dari hasil buruan tersebut kemudian mereka menjual kepada
orang lain atau yang mereka biasa bilang penadah.



Gambar 3. Perburuan Biawak

Faktor utama yang mendasari mereka melakukan perburuan yakni karena
membutuhkan uang untuk mengurus ekonomi mereka maka penjualan ilegal masih terus
berlanjut dengan berbagai cara entah dari pasar atau rumah penjual itu sendiri.tidak jarang,
ada para komunitas satwa seperti reptil dari beragam tempat yang datang ke kediamannya
untuk sekedar berbincang-bincang dan melihat-lihat koleksi biawak mulai dari anakan
ataupun yang sudah jinak. Selain itu, mereka juga datang untuk membeli anakan bibit
biawak yang diternak oleh bayu dan biasanya satu anakan biawak inidihargai mulai dari
Rp150 ribu hingga Rp5 juta per ekornya. Maka dari itu pemburu dan penjual ada koneksi
satu sama lain agar tahu informasi mengenai penjualan tersebut.

2. Dampak Perburuan Bagi Ekosistem Sungai
Biawak sebagai satwa liar yang banyak diburu oleh manusia mengalami tekanan
yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena hampir dari semua bagian tubuh nya bisa
dimanfaatkan dan juga memiliki nilai jual yang cukup menjanjikan. Aapabila perburuan
maupun perdagangan biawak terjadi terus menerus ditakutkan mengalami kepunahan yang
kemudian menyebabkan keseimbangan ekosistem alam tentunya akan terganggu akibat
kepunahanya. Menurut Tabel yang dirilis CITES (Convention on International Trade in

Analisis Sosiologi Lingkungan Terhadap Pemburuan Biawak
(Varanus Salvator) Bagi Keberlanjutan Ekosistem Sungai
19

Endangered Species) of Wild Fauna and Flora menempatkan Varanus salvator termasuk
memiliki risiko kepunahan yang rendah. Namun melihat dari kegunaannya yang sangat
luas dan aktivitas perburuan yang dilakukan oleh manusiannya secara terus menerus tak
menuntup kemungkinan hewan ini akan punah, maka dari itu penting bagi kita
untukmengurangiperburuan biawak air secara berlebihan.
Apabila perburuan biawak ini semakin marak dan tidak terkontrol maka bisa
dipastikan akan terjadi kelangkaan bahkan bisa mengalami kepunahan yang berakibat pada
terganggu nya ekosistem pada sungai. Padahal biawak memiliki peran yang cukup penting
dalam ekosistem sungai salah satunya sebagai pemakan bangkai hewan yang mati disungai
dan juga dapat mengendalikan populasi ular. Akan tetapi bagi sebagian masyarakat di
pedesaan yang rumah nya didekat persawahan ataupun sungai memang biawak memiliki
citra yang buruk karena sering memangsa hewan ternak.Terjaganya suatu ekosistem sungai
juga tak luput dari tangan manusia, sungai bisa menjadi komponen pemenuhan kebutuhan
manusia, manusia sebagai penjaga, pemerhati sekaligus pemakai juga sangat berperan
penting dalam keberlanjutan ekosistem ini. Maka dari itu manusia diharapkan bisa tetap
menjaga keberlangsungan ekosistem dengan tidak memburu hewan secara terus menerus
tanpa memikirkan keberlanjutan suatu ekosistem yang ada jika suatu ekosistem itu berjalan
seimbang maka kehidupan dan keberlanjutan nya pun akan terjaga. Manusia bisa
memanfaatkan apa yang ada disekitarnya untuk kebutuhan hidup akan tetapi dengan tetap
memperhatikan kelestariannya.

KESIMPULAN
Setelah melakukan penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa masih banyak warga
desa beringin khususnya melakukan pemburuan satwa liar yaitu biawak dengan terus menerus
demi kepentingan pribadi mereka.salah satu cara untuk menguranginya yaitu dengan kesadaran
warga satu sama lain dengan mengingatkan bahwa pemburuan liar tersebut bisa merusak
ekosistem sungai serta menggangu ekosistem sungai.hal tersebut juga mengurangi populasi
biawak apabila hal dilakukan secara terus menerus yang biasa dilakukan seminggu 3 ataupun
4 kali pemburuan.melihat manfaat penangkapan biawak secara ilegal membuat keuntungan
seperti dimakan, dijual dan dibuat untuk kerajinan namun hal itu tidak baik dilakukan karena
secara langsung tidak memiliki hak izin termasuk kedalam katagori pemburuan hewan secara
ilegal .pihak kepolisamn juga akan mengambil sikap tegas kepada penjualan dan pembelian
hewan tersebut secara ilegal di semarang karena sudah tertera pasal tentang pemburuan satwa
liar.

20 Jurnal Pendidikan Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan - 24(02), 2023

REFERENSI

Adi, Annis Catur, Dini Ririn Andrias, and Qonita Rachmah. (2020).The potential of using wild
edible animals as alternative food sources among food-insecure areas in
Indonesia. Journal of Health Research 34.3: 247-257.
Andhika Prima Yudha, M. D. (2021). Perburuan dan Perdagangan Biawak Air,Varanus salvator
(Laurenti,1768)di Daerah Bogor. Journal of Tropical Ethnobiology, 20-28.
Arida, Evy, et al. (2020). Consumption and Trade of Asian Water Monitor, Varanus salvator as
Reliance on Wildlife for Livelihoods among Rural Communities in North Sumatra,
Indonesia. Journal of tropical ethnobiology 3.2: 81-92.
Arroyyan, A. N. (2022). Aktivitas nokturnal Biawak Kalimantan Lanthanotus borneensis
(Steindachner, 1878) di habitat buatan Museum Zoologicum Bogoriense (Doctoral
dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Chatterjee, A. &Bhattacharyya S. (2015).Distribution and abundanceof monitor lizards
(Varanus spp.) In human habitations of southwest bengal: people’s tradition of
coexisting with wildlife. Afr JSci Res. 7: 1-7.
Fadli, F. (2019). Jual beli biawak oleh masyarakat di Desa Lingkungan Bangun Rejo
Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhanbatu (Doctoral dissertation, IAIN
Padangsidimpuan).
Iskandar, Djoko T., and Walter R. Erdelen. (2006). Conservation of amphibians and reptiles in
Indonesia: issues and problems. Amphibian and reptile Conservation 4.1: 60-87.
Nijman, Vincent. (2015). Water monitor lizards for sale as novelty food in Java,
Indonesia. Biawak 9.1: 28-32.
Salsabiela, M., Anggoro, S., & Purnaweni, H. (2104). The Effectiveness Assessement of Coral
Reef Management (Case Study: Marine Conservation Area (MPA) Biawak Island and
Area, Indramayu District). Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries Science
and Technology, 10(1), 13-18.
Taofiqurohman, A. (2013). Penilaian tingkat risiko terumbu karang akibat dampak aktivitas
penangkapan ikan dan wisata bahari di Pulau Biawak, Jawa Barat. Depik, 2(2).
Yudha, A. P., Kusrini, M. D., & Arida, E. (2021). Perburuan dan Perdagangan Biawak Air,
Varanus salvator (Laurenti, 1768) di Daerah Bogor. Journal of Tropical Ethnobiology,
20-28.
Ziegler, T. H. O. M. A. S., A. N. N. A. Rauhaus & I. Gill. (2016). A preliminary review of
monitor lizards in zoological gardens. Biawak 10.1: 26-35.