https://abdi.ppj.unp.ac.id/index.php/abdi
Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Volume 5 Nomor 2 2023, pp 298-305
ISSN: 2684-8570 (Online) – 2656-369X (Print)
DOI: https://doi.org/10.24036/abdi.v5i2.441
Received: November 17, 2022; Revised: May 26, 2023; Accepted: June 5, 2023

298

Mendesain Media Pembelajaran dalam Mereduksi Kejenuhan
Belajar Anak Didik

Andi Sugiati
1
, Musdalifah Syahrir
2
, Muhajir Muhajir
3*

1,2,3
Universitas Muhammadiyah Makassar
*Corresponding author, e-mail: [email protected].

Abstrak
Taman Kanak-Kanak PKK Batua Raya terletak di Di Kelurahan Paropo, Kecamatan Panakukang,
Kota Makassar. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Batua Raya Seperti kebanyakan Pendidikan
TK lainnya, TK PKK Batua Raya juga dilengkapi dengan ruang kelas dan sekaligus tempat bermain
anak, akan tetapi pengelolaan dan media pembelajaran masih perlu dilakukan pengembangan untuk
menunjang kualitas pendidikan TK tersebut. Oleh karena itu tujuan dan target khusus yang ingin
dicapai adalah Melakukan Pendampingan dan Mendesain Media Pembelajaran dalam Mereduksi
Kejenuhan Belajar Anak Didik di TK, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan Pendidikan TK
khususnya menyusun materi ajar, mendesain media pembelajaran yang sesuai dengan dengan
karakteristik anak usia Taman Kanak-kanak yaitu bermain, bercerita, demonstrasi, dan pembagian
tugas, dengan adanya pembelajaran yang lebih menarik dan variatif, guru dapat menvariasikan
media tersebut sehingga menarik minat anak dalam pembelajaran, dan anak tidak mudah jenuh
menerima pembelajaran. Pendekatan yang ditawarkan untuk mencapai tujuan tersebut adalah
melalui media pengembangan, yang meliputi beberapa tahapan antara lain: (1) Analisis Situasi (2)
Perumusan dan Klarifikasi Permasalahan, (3) Hipotesis Tindakan, (4) Perencanaan Tindakan, (5)
Implementasi tindakan dan memonitoringnya, (6) Evaluasi hasil tindakan, dan (7) Refleksi dan
pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya. Untuk mencapai target luaran yang
diharapkan maka pelaksanaan yang akan digunakan adalah pelatihan dan pendampingan pada
Pendidikan TK Batua Raya Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukang Kota Makassar.
Keyword: Pendidikan TK; Pendampingan; Pelatihan.
Abstract
PKK Batua Raya Kindergarten is located in Paropo Village, Panakukang District, Makassar City.
Batua Raya Kindergarten Education (TK) Like most other Kindergarten Education, Batua Raya
PKK Kindergarten is also equipped with classrooms and at the same time a place for children to
play, but the management and learning media still need to be developed to support the quality of the
kindergarten education. Therefore, the specific goals and targets to be achieved are to provide
assistance and design learning media in reducing the learning saturation of students in kindergarten,
so that they can increase knowledge of kindergarten education, especially compiling teaching
materials, designing learning media that are in accordance with the characteristics of kindergarten-
aged children. children namely playing, storytelling, demonstrations, and division of tasks, with
more interesting and varied learning, the teacher can vary the media so that it attracts children's
interest in learning, and children are not easily bored receiving learning. The approach offered to
achieve these goals is through media development, which includes several stages including: (1)
Situation Analysis (2) Problem Formulation and Clarification, (3) Action Hypothesis, (4) Action
Planning, (5) Action Implementation and monitoring it, (6) Evaluation of action results, and (7)
Reflection and decision making for further development. To achieve the expected output targets, the
implementation that will be used is training and mentoring in Batua Raya Kindergarten Education,
Paropo Village, Panakukang District, Makassar City.
Keywords: Kindergarten education; Mentoring; Training.

How to Cite: Sugiati, A., Syahrir, M., & Muhajir, M. (2023). Mendesain Media Pembelajaran
dalam Mereduksi Kejenuhan Belajar Anak Didik. Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan
Masyarakat, 5(2), 298-305.

This is an open access article distributed under the Creative Commons Share-Alike 4.0 International License. If you remix, transform, or build
upon the material, you must distribute your contributions under the same license as the original. ©2023 by author.

Sugiati, A., Syahrir, M., & Muhajir, M. 299


Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Pendahuluan
Media pembelajaran mempunyai peranan yang penting dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Dengan adanya media, proses kegiatan belajar mengajar akan semakin dirasakan manfaatnya. Penggunaan
media diharapkan akan menimbulkan dampak positif, seperti timbulnya proses pembelajaran yang lebih
kondusif, terjadi umpan balik dalam proses belajar mengajar, dan mencapai hasil yang optimal. Berbicara
mengenai media, tentu memiliki cakupan yang luas. Oleh karena itu, masalah media akan dibahas dibatasi
ke arah yang relevan dengan pembelajaran Anak Usia Dini yaitu media pembelajaran (Media Kartu).
Kehadiran media pembelajaran dalam proses pengajaran diharapkan dapat menyentuh aspek-aspek
psikologis sehingga terjadi proses belajar mengajar dalam diri siswa tersebut. media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
digunakan menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
serta perhatian siswa agar proses belajar terjadi. Dalam (Nurrita, 2018) juga dinyatakan bahwa media
pembelajaran adalah Media pembelajaran adalah adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar
sehingga makna pesan yang disampaikan menjadi lebih jelas dan tujuan pendidikan atau pembelajaran dapat
tercapai dengan efektif dan efisien.
Dengan menggunakan istilah media pembelajaran, (Irsan, S. R, 2018) manfaat media dalam proses
pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran akan lebih
efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci misalnya
mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:
a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.
e. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
f. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.
g. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar.
h. Merubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.
Media pembelajaran adalah alat bantu yang berguna bagi pendidik dalam membantu tugas
kependidikannya yang berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar.
Pengalaman belajar tergantung adanya interaksi siwa dengan media. Dengan penggunaan media yang tepat
dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, tentunya akan mempertinggi hasil belajar. Menurut (Nurgiyantoro,
2005) bahwa setiap tahapan perkembangan kejiwaan anak memiliki karakteristik yang berbeda, dan itu
berarti harus berbeda pula tanggapan anak terhadap buku bacaan yang dihadapi. Tahapan-tahapan
perkembangan anak, yang menjadi perhatian dalam memberikaan media pembelajaaran yaitu:
1. Tahap Sensorimotor. Tahap sensorimotor terjadi pada bayi usia 0-2 tahun. Menurut Piaget, setiap bayi
lahir dengan refleks bawaan dan keinginan untuk mengekplorasi sekitarnya. Pada usia ini, kemampuan
bayi masih sangat terbatas pada gerak refleks dan panca indra. Gerakan-gerakan refleks pun nantinya
akan berkembang menjadi kebiasaan. Pada tahapan ini, si Kecil belum bisa mempertimbangkan
keinginan orang lain. Ia hanya mau keinginannya yang terpenuhi. Mungkin terkesan egois ya, tetapi
itulah yang terjadi. Nah pada usia 18 bulan, si Kecil sudah bisa memahami fungsi barang yang dekat
dengannya sehari-hari. Ia juga bisa melihat hubungan antar peristiwa dan mengenali orang-orang seperti
anggota keluarganya.
2. Tahap Praoperasional. Tahap praoperasional adalah tahap perkembangan bayi usia 2-7 tahun. Pada
masa ini, si Kecil sudah bisa bersosialisasi dengan lingkungannya. Ia juga bisa mengelompokkan
berbagai barang berdasarkan warna, bentuk, dan lain sebagainya.
3. Tahap Operasional Konkret. Ketika si Kecil memasuki usia 7-11 tahun, ia sudah memasuki tahap
operasional konkret. Ia mampu mengurutkan dan mengklasifikasikan objek serta situasi-situasi yang
dihadapi. Ia juga sudah mampu mengingat dan berpikir secara logis. Anak-anak di tahapan
perkembangan ini mulai memahami konsep sebab akibat secara sistematis dan rasional. Ini adalah waktu
yang tepat untuk belajar membaca dan matematika. Sikap egoisnya pun menghilang secara perlahan,
karena ia mulai memahami suatu permasalahan dan sudut pandang orang lain.
4. Tahap Operasional Formal. Tahapan perkembangan ini berkisar dari usia 11 tahun ke atas. Si Kecil
sudah mulai mampu berpikir abstrak dan menggunakan nalarnya. Ia sudah bisa menarik kesimpulan dari
berbagai informasi yang diterima. Ia mulai memahami konsep mulai melihat kalau hidup tidak selalu
hitam ataupun putih. Tahapan terakhir ini adalah persiapan si Kecil menuju dewasa.

ISSN: 2684-8570 300

(Mendesain Media Pembelajaran …)
Berdasarkan (Nurtaniawati, 2017) tersebut bahwa Taman Kanak-kanak, yang selanjutnya disingkat
TK, merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6
(enam) yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Permasalahan yang ditemukan di lapangan berdasarkan observasi awal yang dilakukan adalah masi
rendahnya guru itu sendiri untuk melihat tahapaan-tahapan perkembangan anak dalam memberikan media
pembelajaran guru lebih banyak yang berperan aktif, kurang dalam pengembangan kreativitas dan proses-
proses intelektual lainnya, misalnya memberikan karya nyata, eksprimen dan lain sebagainya. Ini yang
kurang dilakukan sehingga cepat menimbulkan rasa jenuh atau bosan dalam belajar, padahal melalui suatu
karya nyata, setiap anak akan menggunakan imajinasinya untuk membentuk suatu bangunan atau benda
tertentu sesuai dengan khayalannya.
Dalam menciptakan karya nyata bukan hanya kreativitas yang akan berkembang dengan baik, tetapi
juga kemampuan kognetif anak. Strategi ini akan mendorong anak menggunakan imajinasinya untuk
mencoba sesuatu yang baru bagi dirinya baik berupa benda atau bangunan tertentu. Ketika anak
menciptakan suatu karya nyata terjadi proses internalisasi antara imajinasi dan kemampuan kreatifnya.
Karya nyata anak dapat berupa sesuatu yang baru bagi dirinya atau merupakan inovasi dari karya-karya
yang sudah ada, dan setiap anak akan menunjukkan bentuk karya yang berbeda-beda sesuai dengan
kemapuan dan daya imajinasinya. Strategi pengembangan kreativitas melalui suatu karya nyata ini
memberikan kesempatan pada setiap anak untuk menciptakan benda buatan sendiri yang belum pernah
ditemuinya. Mereka juga bisa memodifikasi sesuatu dari benda yang telah ada sebelumnya. Oleh karena itu
diperlukan upaya yang mampu menfasilitasi anak dalam masa tumbuh kembangnya berupa kegiatan
pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan minat anak, sebab saat paling baik
seorang anak untuk memperoleh pendidikan yang tepat adalah pada usia dini, sebab anak pada masa ini
biasa meniru atau mengikuti nilai perilaku yang ada di sekitarnya. Lingkungan keluarga maupun lingkungan
sekitarnya. Penanaman pendidikan perlu diberikan sejak usia dini, karena di usia inilah anak memasuki
masa keemasan (golden age) yang hanya terjadi sekali dalam hidupnya. Usia dini merupakan masa yang
sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan anak. Pentingnya pendidikan pada anak usia dini,
diharapkan agar terbentuk manusia yang cerdas. Taman kanak- kanak merupakan basis pembentukan
karakter manusia, sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap
perkembangannya agar selanjutnya dapat menjadi warga negara yang baik sesuai harapan. Taman kanak-
kanak bertujuan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Solusi yang ditawarkan pada permasalahan tersebut yaitu melakukan pendampingan pada guru
bagaimana mendesain media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia Taman kanak-kanak
yaitu bermain sambal belajar dengan menggunakan Media Kartu. (Sukidi, 2019) menyatakan dengan tegas
agar menggunakan media yang memeliki kesuaian dengan kebutuhan belajar. Dengan demikian, secara
sederhana media apapun dapat digunakan dalam aktivitas belajar mengajar asal sesuai dengan tujuan
pembelajaran dan pengajaran itu sendiri.

Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan adalah terlebih dahulu melakukan adalah:
a. Observasi dilakukan untuk mengetahui lokasi penelitian dan situasi yang ada pada lokasi penelitian
agar memudahkan dalam melakukan tindakan.
b. Identifikasi Permasalahan. Pelaksanaan ini dilakukan untuk mengetahui tentang permasalahan yang
ada pada objek penelitian
c. Analisis Masalah. Setelah mengindentifikasi masalah, dilakukan analisis masalah guna mencari solusi
dari permasalahan yang ada, dan diselesaikan berdasarkan tingkatan masalah yang ditemukan
d. Perencanaan Tindakan. Setelah menganalisis masalah, pelaksanaaan membuat rencana tindakan atau
rencana kerja atau kegiatan yang akan diterapkan.
e. Inplementasi tindakan dan Memonitoringnya. Setelah menganalisis masalah, merumuskan masalah
dan membuat rencana tindakan maka yang dilakukan adalah melakukan inplementasi tentang
permasalahan tersebut yaitu melakukan Pelatihan dan Pendampingan, khususnya dalam perbaikan
administrasi serta pengembangan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakter anak usia Taman
Kanak-kanak dan memonitoring pelaksanaan kegiatan tersebut.
f. Evaluasi hasil tindakan untuk semua program kegiatan dan mengevaluasi sesuai target luaran.
g. Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan selanjutnya.

Sugiati, A., Syahrir, M., & Muhajir, M. 301


Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Adapun tujuan dari pelaksanaaan pendampingan (Workshop) ini adalah:
1. Memberikan solusi permasalahan melalui pelatihan dan pendampngan dan menambah pengetahuan
tentang pentingnya pengelolaan pembelajaran, mulai mempersiapkan murid sebelum memberikan
materi, bagaimana alat atau media yang digunakan yang akan agar nantinya anak didik tidak mudah
jenuh dalam menerimaa pembelajaran dari gurunya.
2. Memberikan pendampingan dalam membuat atau mendesain media pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik anak.
Tujuan tersebut sejalan dengan pendapat (Abdul, 2018) mengemukakan beberapa manfaat media
dalam proses belajar siswa, yaitu:
a. Dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka
b. Makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat di pahami siswa dan memungkinkan
terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata di dasarkan atas komunikasi verbal melalui
kata-kata
d. Murid lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga
mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.

Hasil dan Pembahasan
Pendampingan (Workshop) dilaksanakan pada hari rabu tanggal, 28 September 2022, pada jam 8.30-
16.30 wita yang pelaksanaannya dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak Batua Raya, Kelurahan Paropo,
Kecamatan Panakukang, Kota Makassar yang di ikuti oleh guru dan tenaga pengajar. Peserta worshop
sebanyak 5 orang, terdiri dari guru 2 orang dan pendampingan 3 orang. Dan juga 5 mahasiswa yang magang.
Adapun jumlah murid adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Murid Pendampingan
No Murid Jumlah
1. Laki-laki 7 orang
2. Perempuan 6 orang



Gambar 1. Dokumentasi pada saaat Pembukaan Pelatihan yang di ikuti oleh peserta dan di hadiri oleh
orarng tua murid serta mahasiswa magang

Pada tahap pelatihan dan pendampingan ini tim pendamping pertama-tama memberikan materi
kepada peserta pelatihan tentang:
Pentingnya pengelolaan media pembelajaran
Setiap kegiatan dalam pendidikan hendaklah diatur dengan baik, mulai dari perencanaan, proses,
bahkan evaluasinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan pengelolaan yang baik, semua
perangkat pendidikan akan dapat bersinergi dengan baik sehingga kegiatan yang diselenggarakan dapat
berjalan dengan baik pula. Konsep dan prinsip-prinsip yang diterapkan dengan baik dan benar akan
berdampak pada efektifitas pelaksanaan program, meningkatkan kualitas, dan produktivitas pendidikan
yang pada akhirnya akan menjadikan guru tersebut bermutu. Pengelolaan media pembelajaran dalam
pelaksanaan program pendidikan bukanlah tujuan, melainkan sebuah alat atau metode untuk mencapai

ISSN: 2684-8570 302

(Mendesain Media Pembelajaran …)
mutu dan meningkatkan performance yang diharapkan. Pada pelatihan ini pemateri menfokuskanpada
bagaimana mendesain media pembelajaran.

Gambar 2. Salah satu Pemateri mendampingi Peserta Workshop Mendesain Media Pembelajaran

Memberikan Pelatihan dan Pendampingan tentang Metode/Media Pembelajaran
Pemateri memaparkan bagaimana mempersiapkan anak didik sebelum pembelajaran dimulai,
bagaimana mempersiapkan materi, bagaimana mempersiapkan alat atau media yang akan digunakan.
Berbagai variasi media pembelajaran dan diharapkan agar nantinya anak didik tidak jenuh selama proses
pembelajaran berlangsuung dan diharapkan guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana yang nyaman
agar materi yang diberikan oleh gurunya dapat diperhatikan dengan baik.
Pada tahap pelatihan dan pendampingan pembuatan atau mendesain media pembelajaran langkah
yang dilakukan adalah:
1) Guru membagikan kartu kepada siswa
2) Beberapa siswa diminta membaca kartu kata yang dimilikinya
3) Guru meminta siswa memilih dua kata dari kartunya
4) Siswa diminta membuat kalimat yang logis dari kata yang dipilihnya

Gambar 3. Dokumentasi pada saat Guru membagikan kartu kepada siswa
Langkah-langkah yang dilakukan pada pendampingan tersebut sejalan dengan teori (Rumidjan et
al., 2017) yang mengatakan bahwa Media Kartu Kata adalah:
1) Guru membagikan kartu kepada siswa
2) Beberapa siswa diminta membaca kartu kata yang dimilikinya
3) Guru meminta siswa memilih dua kata dari kartunya
4) Siswa diminta membuat kalimat yang logis dari kata yang dipilihnya
5) Guru meminta beberapa siswa untuk membuat contoh kalimat tersebut
6) Guru meminta siswa dari masing-masing kelompok kemudian mengumumkan pada kelas,bahwa
orang ini akan menyampaikan ceritanya dengan dua kata yang dipilih
7) Guru meminta siswa untuk membalikkan badan setelah semuanya mengungkapkan ceritanya
8) Siswa di kelas memilih siapa yang terbaik pertama, kedua, ketiga dan keempat.

Sugiati, A., Syahrir, M., & Muhajir, M. 303


Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Pada pelatihan ini pemateri memaparkan beberapa manfaat bermain sambal belajar antara lain:
1) Bermain dapat mengembangkan otot-otot di saat anak terlibat dalam aktivitas- aktivitas yang menuntut
pikirannya
2) Bermain dapat mengembangkan keterampilan intelektual disaat anak terlibat dalam aktivitas-aktivitas
yang menuntut pikirannya
3) Bermain dapat mengembangkan ketrampilan sosial di saat sejumlah anak terlibat aktif dalam suatu
interaksi dengan orang lain
4) Bermain dapat mengemangkan aspek emosi bodi saat anak belajar mengendalikan emosinya.
Peran pendidik sangatlah berpengaruh sebagai fasilitator yang penuh perhatian terhadap aktivitas-
aktivitas yang dilakukan anak untuk menfasilitasi aktivitas bermain anak. Para pendidik perlu melakukan
aktifitas sebagai berikut:
1) Menyediakan dan mendesain lingkungan dan perlengkapan bermain yang kaya dan aman.
2) Menyediakan waktu atau mengatur jadwal untuk aktivitas bermain yang fleksibel dan sesuai dengan
kebutuhan.
3) Mengamati aktivitas anak saat bermain.

Gambar 4. Piramida Pengalaman
Secara umum, media pembelajaran berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai
pengalaman belajar. Pengalaman belajar tergantung adanya interaksi siwa dengan media. Dengan
penggunaan media yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, tentunya akan mempertinggi hasil
belajar. Ini sejalan dengan teori “Cone Experience” yang dikemukakan oleh (Jackson, 2016), yang menjadi
pokok penggunaan media dalam pembelajaran.
Inti dari teori tersebut adalah pengetahuan akan semakin abstrak apabila pesan hanya disampaikan
menggunakan kata verbal. Siswa akan memahami pengetahuan dalam bentuk kata, tanpa mengetahui apa
yang terkandung dalam pengetahuan tersebut. Sebaliknya, semakin ke bawah dalam gambar di atas, siswa
akan semakin konkret dan tidak salah persepsi. Jadi, agar siswa memiliki pengalaman yang konkret salah satu
caranya adalah penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
Jika fungsi dari media di atas dikaitkan dalam pembelajaran, tentunya akan terlihat bahwa medialah
yang digunakan guru sebagai penjelas, media yang dapat memunculkan suatu permasalahan yang nantinya
akan dikaji siswa lebih lanjut dan media merupakan sumber belajar bagi siswa. Selain itu, sudah selayaknya
jika media itu tidak hanya dipandang sebagai alat bantu bagi guru mengajar namun sebagai alat penyalur
pesan dari pemberi pesan. Sebagai pembawa pesan, media juga tidak hanya berguna bagi guru tapi dapat
pula digunakan siswa. Oleh karena itu guru sebagai penyalur pesan dan penyaji dalam hal-hal tertentu
hendaknya dapat menyampaikan informasi kepada siswa secara lebih baik.
Dalam pelatihan ini pematieri melakukan aktivitas yang mempraktikkan kemampuan dalam kegiatan
tersebut, terlihat antusias siswa yang penuh perhatian terhadap aktivitas- aktivitas yang dilakukan oleh
pemateri.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal siswa harus belajar dengan giat. Belajar merupakan aktvitas
yang paling utama dalam upaya memberikan bekal kompetensi kepada peserta didik. Kompetensi yang
diharapkan jelas akan mewujudkan perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara individu dan
kolektif. Rousseau yang dikutip oleh Sadirman mengatakan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh
dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan

ISSN: 2684-8570 304

(Mendesain Media Pembelajaran …)
fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis.Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang
yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas dari siswa proses pembelajaran tidak mungkin
berlangsung dengan baik.
Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetahuan harus diperoleh
melalui pengamatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energi sendiri dan dapat menjadi aktif karena
didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Jadi, dalam pembelajaran yang meng-olah dan mencerna adalah peserta
didik sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing- masing, guru hanya
merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran (Muis, 2013).
Menurut (Hasanah, 2018), teori pembelajaran sangat beragam salah satunya pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran yang melibatkan para pelajar dalam melakukan
suatu hal dan memikirkan apa yang sedang mereka lakukan. Pembelajaran aktif itu diambil dari asumsi
bahwa belajar pada dasarnya adalah proses yang aktif, dan orang yang berbeda, belajar dalam cara yang
berbeda pula. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti merekalah yang mendominasi aktivitas
pembelajaran. Mereka menggunakan otak secara aktif, baik untuk menemukan ide pokok dari materi
pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu
persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas memang tidak
semata tergantug pada guru, tetapi melibatkan banyak faktor, diantaranya keaktifan siswa. Mengajar adalah
membimbing kegiatan belajar siswa sehigga ia mau belajar. Dengan demikian aktivitas siswa sangat
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil Workshop ini sangat bermanfaat:
1. Bagi sekolah terutama bagi guru karena setelah mengikuti Pelatihan dan pendampingan ini proses belajar
dan mengajar akan lebih bervariasi dan menarik
2. Dengan adanya pelatihan ini pengembangan media pembelajaran akan menambah keterampilan guru
dalam menyiapkan materi, alat peraga atau media pemblajaran yang akan digunakan
3. Dengan adanya pelatihan ini guru akan termotivasi untuk senantiasa mengembangkan media
pembelajarannya agar anak didiknya semangat dan tidak mudah jenuh dalam menerima materi dari
gurunya


Kesimpulan
Terselenggaranya Pengabdiam Masyarakat (PKM), bagi tenaga pengajar di TK.Batua Raya sebagai
upaya untuk meningkatkan keterampilan guru-guru yang ada di TK Batua Raya dalam mengelola
pembelajarannya. Program tersebut terlaksana melalui beberapa rangkaian persiapan yang bertujuan untuk
mengoptimalkan kegiatan tersebut. Guru sebagai agen pembelajaran perlu dan berinovatif, kreatif dalam
mendesain media pembelajaran yang digunakan sebagai media penunjang proses belajar guna mendorong
anak untuk lebih bersemangat, bergairah dan termotivasi dan merangsang kecerdasan menerima
pembelajaran serta tumbuh kembang anak.

Daftar Pustaka
Abdul, I. (2018). Manfaat Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar dan Mengajar Mahasiswa di
Perguruan Tinggi. Jurnal Kepemimpinan dan Pengurusan Sekolah, 3(2), 139–144.
Hasanah, U. (2018). Strategi Pembelajaran Aktif Untuk Anak Usia Dini. Insania: Jurnal Pemikiran Alternatif
Kependidikan, 23(2), 204–222. https://doi.org/10.24090/insania.v23i2.2291
Irsan, S. R. (2018). Manfaat Media dalam Pembelajaran. Axiom, 7(1), 91–96.
Jackson, J. (2016). Myths of Active Learning: Edgar Dale and the Cone of Experience. HAPS Educator, 20(2),
51–53. https://doi.org/10.21692/haps.2016.007
Muis, A. A. (2013). Prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran. Istiqra: Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Islam,
I(1), 29–30.
Nurgiyantoro, B. (2005). Tahapan perkembangan anak dan tahapan perkembangan sastra anak. Cakrawala
Pendidikan, 2, 197–222.
Nurrita, N. (2018). Pengembangan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Misykat,
3(1), 171–187.
Nurtaniawati, N. (2017). Peran Guru dan Media Pembelajaran Dalam Menstimulasi Perkembangan
Kognitif Pada Anak Usia Dini. Jurnal Tunas Siliwangi, 3(1), 1–20. http://www.e-
journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-siliwangi/article/view/315

Sugiati, A., Syahrir, M., & Muhajir, M. 305


Abdi: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat
Rumidjan, R., Sumanto, S., & Badawi, A. (2017). Pengembangan Media Kartu Kata Untuk Melatih
Keterampilan Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas 1 Sd. Sekolah Dasar: Kajian Teori dan Praktik
Pendidikan, 26(1), 62–68. https://doi.org/10.17977/um009v26i12017p062
Sukidi, M. (2019). Penggunaan Media Gambar Seri Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan
Narasi Siswa Kelas III SDN Kebaron I Tulangan Sidoarjo. JPGSD, 6(13), 2458–2467.