Coram Mundo: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Vol.6, No.1 April 2024
e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20
DOI : https://doi.org/10.55606/corammundo.v6i1.279

Revised Januari 25, 2024; Accepted Februari 27, 2024; Published April 30, 2024
*Martin Putra Hura, [email protected]



Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen
Di Era Digital

Martin Putra Hura
Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta
Email: [email protected]

Septiniar Laoli
Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta
Email: [email protected]

Marisa Aulia Gea
Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta
Email: [email protected]


Abstract. Education has experienced rapid development along with the growing technological advances. This can
happen because of the learning methods and systems supported by digital technology. This development shows
the strong influence of the digital era. In the learning process, especially Christian Religious Education, one must
have the ability to choose the right approach and method according to the material and learning objectives. The
method used in this research is a qualitative literature/descriptive study. The purpose of this research is to explore
various methods and digital technologies that can be used in Christianity learning, as well as evaluating their
impact on students' understanding, learning motivation, and active participation in Christianity materials. The
results of this discussion explain the learning methods that Christian Religious Education can use in this
increasingly sophisticated digital era. The implication is that there is better accessibility in learning. To achieve
these implications, it is necessary to transform learning methods to help each student understand and face moral
dilemmas that arise in the use of technology in line with Christian teachings on ethics and morality.

Keywords: transformation, learning methods, christian religious education, digital age


Abstrak. Pendidikan telah mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan kemajuan teknologi yang
semakin berkembang. Hal ini dapat terjadi karena adanya metode dan sistem pembelajaran yang didukung oleh
teknologi digital. Perkembangan ini menunjukkan adanya pengaruh era digital yang kuat Dalam proses
pembelajaran khususnya Pendidikan Agama Kristen harus memiliki kemampuan untuk memilih pendekatan dan
metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kepustakaan/deskriptif kualitatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelajahi berbagai metode
dan teknologi digital yang dapat digunakan dalam pembelajaran agama Kristen, serta mengevaluasi dampaknya
terhadap pemahaman siswa, motivasi belajar, dan partisipasi aktif dalam materi-materi agama Kristen. Hasil dari
pembahasan ini menjelaskan tentang metode pembelajaran yang dapat dilakukan Pendidikan Agama Kristen
dalam era digital yang semakin canggih ini. Implikasinya adalah adanya aksesibilitas yang lebih baik dalam
pembelajaran. Untuk mencapai implikasi tersebut perlu diadakan transformasi metode pembelajaran untuk
membantu setiap siswa memahami dan menghadapi dilema moral yang muncul dalam penggunaan teknologi
sejalan dengan ajaran Agama Kristen tentang etika dan moralitas.

Kata kunci: transformasi, metode pembelajaran, pendidikan agama kristen, era digital


PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi pada era digital yang semakin pesat membawa perubahan
signifikan terhadap cara individu memperoleh informasi, berkomunikasi dan belajar
(Telaumbanua, 2018). Era digital telah membuka pintu bagi akses informasi yang lebih luas
dan cepat. Saat ini, individu dapat mengakses berbagai sumber informasi dari seluruh dunia

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
2 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



dengan mudah melalui jejaring media sosial dan berbagai platform internet. Hal ini terlihat
jelas dari berbagai bentuk media pembelajaran berupa teks, audio dan video untuk memperoleh
pengetahuan (Mohid dkk., 2018).
Penggunaan media digital pada era digital memiliki dua sisi yang berbeda, seperti mata
uang logam yang memiliki dampak baik dan buruk bagi generasi Kristen. Penggunaan
teknologi digital mempengaruhi iman dan perilaku sehari-harinya. Anak-anak muda cenderung
menjadi individu yang lebih suka menyendiri, memiliki keterbatasan dalam berinteraksi sosial
dan terpengaruh oleh tren yang sedang populer di media sosial. Akibatnya, Alkitab menjadi
asing bagi mereka dan tidak lagi menjadi panduan atau standar hidup. Hal ini terjadi karena
perhatiannya telah teralihkan pada pengaruh dunia (Widiyaningtyas & Maranatha, 2023).
Selanjutnya, I Gede Ratnaya dalam (Zega dkk., 2022) menguraikan beberapa dampak negatif
dari kemajuan teknologi bagi anak muda saat ini, termasuk penggunaan waktu yang boros
untuk hal yang tidak produktif, seperti tidak belajar atau tidak berolahraga, sulit berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya karena merasa nyaman dengan kehidupan online, pelanggaran
hak kekayaan intelektual (HaKI), serta kemungkinan melakukan kejahatan melalui media
internet, seperti penyebaran virus komputer, memudahkan anak-anak muda mengakses situs-
situs pornografi, perjudian, tayangan kekerasan, dan konten negatif lainnya.
Pada era digital seperti sekarang, banyak faktor yang membuat peserta didik malas
belajar. Salah satu faktornya adalah keterpakuan peserta didik dengan gadget atau smartphone
untuk bermain game. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sebagian besar waktu peserta
didik dihabiskan untuk bermain game online sebagai rutinitasnya (Kurniasari dkk., 2023).
Selain itu, (Sari, 2021) dalam artikelnya memperjelas bahwa kemajuan teknologi dalam era
digital ini memiliki pengaruh yang signifikan dalam kehidupan pribadi peserta didik, yang pada
akhirnya mempengaruhi disiplin belajarnya. Kemalasan belajar peserta didik karena
menggunakan ponsel untuk belajar namun pada kenyataannya lebih dari 80% peserta didik
cenderung fokus bermain game, kurangnya adab dan nilai-nilai karakter yang baik, dan masih
banyak lagi. Semua ini tampaknya menjadi hiburan sehari-hari, bahkan setiap detik.
Selanjutnya, pendidikan telah mengalami perkembangan yang pesat seiring dengan
kemajuan teknologi yang semakin berkembang. Hal ini dapat terjadi karena adanya metode
dan sistem pembelajaran yang didukung oleh teknologi digital. Perkembangan ini
menunjukkan adanya pengaruh era digital yang kuat (Sapdi, 2023). Dalam proses pembelajaran
khususnya Pendidikan Agama Kristen harus memiliki kemampuan untuk memilih pendekatan
dan metode yang tepat sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Hal itu bertujuan agar
tidak hanya pendidik yang terlihat lebih aktif, tetapi juga peserta didik menjadi sangat aktif
dalam pembelajaran. Kemampuan yang paling penting yang harus dimiliki oleh seorang

e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20


pendidik PAK adalah kemampuan menggunakan metode yang baik dalam proses pengajaran.
Artinya, pendidik PAK harus menyesuaikan metode pembelajaran dengan materi yang
diajarkan agar metode yang digunakan efektif dan tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
maksimal. Selain itu, kreativitas guru Pendidikan Agama Kristen dalam menggunakan metode
pembelajaran juga sangat penting agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan minat belajar
peserta didik dapat meningkat (Hasriadi, 2022). Jadi, berdasarkan penjelasan uraian diatas
maka perlu diadakan transformasi metode pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dalam era
digital saat ini yang semakin canggih.
Dalam masalah ini peneliti terdahulu meneliti tentang "Metode Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen untuk Orang Dewasa di Gereja pada Era Digital dan Pandemi
Covid-19" dengan fokus pembahasan tentang Karakteristik Pendidikan Agama Kristen Bagi
Orang Dewasa, Metode Pembelajaran bagi Jemaat Dewasa pada Era Digital dan Pandemi
Covid-19, Strategi PAK yang Efektif pada Era Digital dan Covid-19, dan Prinsip-Prinsip
Pemilihan Metode Pembelajaran bagi Jemaat Dewasa di Era Digital dan Pandemi Covid-19
(Darmawan dkk., 2023). Di lain pihak, (Supit, 2023) dalam penelitiannya meneliti tentang
"Model Pembelajaran Multiple Intelegensi Pendidikan Agama Kristen bagi Anak dalam
Menghadapi Era Society 5.0" dengan membahas tentang memetakan era society 5.0, lokus
Pendidikan Agama Kristen, dan model pembelajaran multiple Intelligences. Yang menjadi
kebaruan dalam artikel ini adalah penulis lebih berfokus pada Transformasi Metode
Pembelajaran Agama Kristen dalam Era Digital dengan tujuan untuk meningkatkan
efektivitas, efisiensi, dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran agama Kristen.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelajahi berbagai metode dan teknologi digital yang
dapat digunakan dalam pembelajaran agama Kristen, serta mengevaluasi dampaknya terhadap
pemahaman siswa, motivasi belajar, dan partisipasi aktif dalam materi-materi agama Kristen.
Selain itu, tujuan penelitian ini juga meliputi pengembangan strategi pembelajaran yang
inovatif dan relevan dengan kebutuhan siswa di era digital, sehingga dapat meningkatkan
pemahaman dan penghayatan mereka terhadap nilai-nilai agama Kristen.

METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan/deskriptif
kualitatif (Setiawan, 2018). Tujuan kepustakaan untuk memperoleh data atau informasi yang
digunakan oleh penulis dari berbagai sumber misalnya melalui buku, artikel jurnal, dan sumber
lainnya (Saenom 2023:109). Jadi, kajian pustaka dinilai sangat penting karena penelitian tidak
terlepas dari kepustakaan ilmiah yang diperoleh dari hasil karya para peneliti terdahulu. Peneliti

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
4 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



mengumpulkan data dan sumber dari literatur seperti artikel jurnal, berita media sosial, dan
media buku.
Metode deskriptif kualitatif ini dipilih karena tidak menggunakan data berupa statistik
seperti menyebarkan survei atau kuesioner, melainkan melalui penjelasan dengan literasi dan
literatur (Hura, Selan, dkk., 2023). Metode penelitian deskriptif adalah proses penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang ada, baik fenomena nyata yang terjadi
maupun rekayasa alam (Hura, Waruwu, dkk., 2023).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengenalan Era Digital dan Implikasinya terhadap Pendidikan Agama Kristen
Perkembangan digital berlangsung dengan cepat dan tidak dapat dihentikan oleh
manusia. Ada beberapa kemajuan yang terjadi dalam dunia digital, seperti dalam bidang
Komunikasi, Aplikasi Bisnis, Teknologi Keuangan, dan E-Commerce (Choirinisa, 2022). Era
digital muncul karena kemajuan zaman dan diiringi oleh perkembangan teknologi yang
canggih. Teknologi secara bertahap mengubah berbagai aspek kehidupan. Aktivitas sehari-hari
semakin terkait dengan teknologi internet dan menggantikan media massa lalu dengan media
yang lebih praktis. Pengguna dapat dengan mudah mengakses informasi melalui berbagai cara
dan menikmati fasilitas teknologi digital dengan kebebasan dan kendali (Turnip & Siahaan,
2021).
Majunya teknologi dan komunikasi juga memicu perubahan dalam kehidupan manusia.
Inovasi baru yang dihasilkan oleh kemajuan tersebut berdampak pada sektor-sektor seperti
ekonomi, budaya, dan sosial. Teknologi telah menggeser peran manusia dan mengubah cara
kerja, belajar, dan berbagai aspek kehidupan lainnya (Indriani & Yemmardotillah, 2021).
Perkembangan digital yang semakin canggih juga terdapat dampak positif dan negatifnya.
Dampak positif dan negatifnya adalah sebagai berikut (Tsoraya dkk., 2023):
1. Dampak positif adalah adanya sarana untuk menyampaikan informasi dengan cepat,
akurat, dan tepat. Selanjutnya membantu akses mudah ke informasi baru, sehingga
dapat memperoleh informasi kapan dan dimana saja. Kemudian media sosial
memungkinkan individu bertemu dengan orang baru, menghubungkan individu dengan
teman lama yang jarang bertemu, dan memberikan saran dalam berbisnis. Kemudian,
membantu dalam mencari materi pelajaran di sekolah dan sebagai sumber hiburan.
Kemudian, media sosial juga dapat digunakan sebagai wujud eksistensi seseorang. Dan
yang terakhir adalah dapat memberi kemudahan komunikasi meskipun dalam jarak
jauh.

e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20


2. Dampak negatif adalah individualisasi meningkat, mengurangi interaksi sosial
langsung dalam masyarakat. Selanjutnya, pengaruh media sosial pada perilaku remaja,
membuat mereka melihat dunia luar sebagai ancaman. Kemudian, penyebaran berita
tidak bertanggung jawab, berita palsu, dan tindakan bullying. Kemudian, potensi
kerusakan kesehatan mata, seperti masalah rabun jauh atau dekat. Kemudian,
mengalami kesulitan dalam menikmati momen hidup, karena terlalu fokus pada
pengambilan foto dan konten digital. Kemudian, bahaya radiasi dari perangkat
teknologi yang dapat berdampak pada kesehatan otak. Kemudian, meningkatkan kasus
penipuan melalui SMS, telepon, dan internet. Kemudian, memberikan kemudahan
dalam mengakses konten porno. Dan yang terakhir adalah rentan menjadi target
kejahatan seperti penculikan dan pemerkosaan.
Perkembangan teknologi yang semakin maju menimbulkan tantangan dalam
Pendidikan Agama Kristen. Penanaman nilai-nilai kekristenan melalui Pendidikan Agama
Kristen di era teknologi menghadapi penurunan. Salah satu penyebabnya adalah interaksi
antarmanusia telah tergantikan oleh kehadiran perangkat gawai, seperti handphone yang
terhubung dengan internet. Hubungan interpersonal ini tidak lagi dianggap sebagai sesuatu
yang penting. Era teknologi telah menjadi bagian sehari-hari anak-anak dan masyarakat
sehingga mereka merasa tidak nyaman jika tidak menggunakan media internet dan handphone
dalam berinteraksi (Tafonao dkk., 2022). Sekarang, batasan-batasan informasi yang terbatas
tersebut dapat dengan mudah ditembus melalui internet (Sambul dkk., 2022).
Dunia pendidikan akan mengalami perubahan yang signifikan dalam peradaban baru
yang ditandai oleh digitalisasi, transparansi, dan akses informasi yang cepat. Era digital
memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi, pendidikan akan mendapatkan banyak manfaat,
tetapi di sisi lain, akan muncul tantangan baru. Integrasi teknologi digital dalam proses
pembelajaran menantang penyelenggara pendidikan untuk beradaptasi dengan budaya
pembelajaran yang baru (Simanjuntak dkk., 2021). Menurut (Hashim, 2018), terdapat
beberapa tantangan yang akan dihadapi, seperti penguasaan teknologi, penyesuaian konten,
modifikasi teknis evaluasi, dan pendekatan pengajaran yang menjadi tantangan tersendiri
dalam pendidikan di era digital. Hashim melihat tantangan-tantangan tersebut terkait dengan
pembelajar generasi digital asli yang memiliki harapan, gaya belajar, dan kebutuhan belajar
yang berbeda dengan generasi digital imigran. Tantangan-tantangan yang disebutkan oleh
Hashim dalam penelitiannya juga berlaku sebagai tantangan bagi pendidikan di lembaga
pendidikan keagamaan, terutama dalam konteks Pendidikan Agama Kristen (PAK).

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
6 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



Di sisi lain, pemanfaatan teknologi oleh pendidik Pendidikan Agama Kristen (PAK)
memiliki beberapa keuntungan dalam proses pembelajaran. Pertama, penggunaan teknologi
dapat meningkatkan pengalaman belajar dengan memenuhi gaya belajar yang berbeda. Dengan
menggunakan teknologi, pendidik PAK dapat menciptakan variasi dalam metode pembelajaran
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkolaborasi dengan teman sebaya di
sekolah mitra, yang meningkatkan keterlibatan siswa dan memperluas interaksi sosial dalam
pembelajaran. Kedua, teknologi dapat meningkatkan manajemen dan perencanaan
pembelajaran PAK. Dengan memanfaatkan teknologi, pendidik PAK dapat menggunakan
kembali dan mengadaptasi dokumen, mengakses dan berbagi informasi dengan mudah, serta
meningkatkan pengetahuan pribadi mereka. Selain itu, teknologi memungkinkan pendidik
untuk merekam prestasi siswa secara elektronik, melacak kemajuan siswa, dan menggunakan
data untuk menilai pembelajaran. Ketiga, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran PAK
dapat membantu pengembangan pengetahuan mata pelajaran. Pendidik PAK dapat
menyediakan akses kepada sumber materi yang mungkin tidak tersedia bagi siswa. Materi
video berkualitas tinggi juga dapat digunakan secara ekstensif untuk mengembangkan
pemikiran dalam PAK, baik melalui sumber video pra-rekaman maupun online. Mendorong
siswa untuk menggunakan situs web yang dibuat oleh pendidik Kristen atau komunitas Kristen
yang mereka pelajari juga merupakan bagian dari penguasaan pendidikan abad ke-21, di mana
siswa dapat mengakses informasi dan sumber belajar secara mandiri (S dkk., 2023).
Selain itu, Penggunaan teknologi digital memiliki peran yang signifikan dalam
pengembangan pembelajaran Kristen di era digital dengan menyediakan berbagai alat dan
sumber daya yang dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran Kristen. Di era disrupsi saat
ini, teknologi memainkan peran penting dalam menghasilkan kualitas dan pendekatan baru
dalam menghasilkan kualitas dan pendekatan baru dalam Pendidikan Agama Kristen (Jonatan
& Waruwu, 2023). Beberapa contoh pemanfaatan teknologi dalam konteks ini seperti: 1)
pemanfaatan, pengembangan, dan pengelolaan pembelajaran PAK; 2) Evaluasi sumber
pembelajaran yang digunakan guru PAK; 3) Bimbingan dalam menyelesaikan pembelajaran
PAK; 4) Mendorong guru PAK untuk disiplin dalam bidang keilmuan; 5) Memudahkan guru
PAK dalam memanfaatkan teknologi secara efektif dan efesien; 6) Memberikan motivasi baru
kepada peserta didik dalam pembelajaran PAK; 7) Mendorong peserta didik dan pendidik
untuk menghasilkan inovasi baru dan merancang pembelajaran yang responsif di era disrupsi
(Benyamin dkk., 2021).
Dalam pendidikan Agama Kristen, teknologi menjadi salah satu media yang sangat
vital untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Teknologi digunakan untuk menciptakan
konten-konten dengan nilai-nilai Kristen, seperti aplikasi, video, atau materi pembelajaran

e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20


interaktif yang menggambarkan dan mengajarkan prinsip-prinsip etika dan ajaran Kristen
kepada siswa. Dengan menggunakan teknologi, pesan-pesan moral dapat disampaikan dengan
cara yang menarik dan relevan bagi generasi muda, membantu mereka memahami dan
mengaplikasikan nilai-nilai Kristen dalam kehidupan sehari-hari (Pandie, 2022). Menurut
March yang dikutip oleh (Lase, 2022), ada beberapa poin yang disampaikan terkait penggunaan
Teknologi digital dalam pengembangan pemikiran kritis siswa pada pembelajaran Agama
Kristen di sekolah menengah. Pertama, penggunaan teknologi digital dapat memberikan
manfaat dalam mengembangkan pemikiran kritis siswa. Kedua, siswa dapat menggunakan
whiteboard interaktif untuk merekam dan berbagi saran mereka tentang pengembangan situs
web, yang memungkinkan mereka untuk berdiskusi dan memperbaiki ide-ide mereka. Ketiga,
penggunaan video digital dapat digunakan untuk merangsang refleksi dalam kelas Agama
Kristen utama.
Model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Pendidikan Agama Kristen
Model pembelajaran berbasis proyek berfokus pada konsep dan prinsip inti dalam suatu
disiplin, serta mendorong peserta didik untuk melakukan investigasi, pemecahan masalah, dan
tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini menempatkan peserta didik sebagai pusat
pembelajaran (students centered) dan menghasilkan produk nyata sebagai hasil pembelajaran
(Rati dkk., 2017). Hal ini tercermin dalam langkah-langkah yang dilakukan dalam
pembelajaran berbasis proyek. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: (1) Memulai dengan
pertanyaan yang penting; (2) Merancang rencana proyek; (3) Membuat jadwal; (4) Guru
memantau siswa dan perkembangan proyek; (5) Menilai hasil; dan (6) Mengevaluasi
pengalaman (Ismail, 2018).
Dalam model pembelajaran berbasis proyek, peserta didik merancang sebuah masalah
dan mencari solusinya sendiri. Model ini memiliki keunggulan karena membantu peserta didik
merancang proses untuk mencapai hasil, melatih peserta didik untuk bertanggung jawab dalam
mengelola informasi yang terkait dengan proyek, dan menuntut peserta didik untuk
menghasilkan produk nyata kemudian dipresentasikan dalam kelas (Kristanti dkk., 2017).
Untuk itu, Pendidikan agama Kristen perlu menghasilkan peserta didik yang kreatif dan
memiliki daya saing tinggi. Tantangan besar bagi PAK adalah untuk melakukan inovasi yang
sesuai dengan karakteristik peserta didik yang tergantung pada teknologi, terutama dengan
adopsi Kurikulum Merdeka yang menekankan pembelajaran berbasis proyek. Oleh karena itu,
PAK dapat menarik minat peserta didik jika tidak hanya berfokus pada teori semata, tetapi juga
disajikan dengan kreativitas (Heriyati, 2022). Penggunaan desain ini dalam pendidikan agama
Kristen memiliki implikasi yang signifikan. Pertama, desain ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengalami pembelajaran yang lebih bermakna dan relevan. Melalui

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
8 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



proyek nyata yang terkait dengan ajaran agama Kristen, siswa dapat menerapkan nilai-nilai
agama dalam konteks kehidupan nyata, yang pada gilirannya memperkuat pemahaman mereka
tentang konsep-konsep keagamaan. Kedua, desain materi pembelajaran berbasis proyek dapat
meningkatkan motivasi siswa. Partisipasi aktif dalam proyek yang menarik dan menantang
membuat siswa merasa termotivasi untuk belajar dan melaksanakan proyek dengan baik.
Mereka merasa terlibat dalam proyek tersebut, yang pada akhirnya meningkatkan partisipasi
dan minat mereka terhadap pendidikan agama Kristen (Karo dkk., 2023).
Strategi pembelajaran berbasis proyek digunakan untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Namun, dalam pelaksanaannya, baik pendidik
maupun anak didik harus saling berkesesuaian dan menjadikan Roh Kudus sebagai dasar utama
dalam setiap langkahnya. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen berjalan lancar dan anak didik tidak hanya mengumpulkan pengetahuan
semata, tetapi benar-benar memahami pentingnya pengetahuan yang berkelanjutan serta
mampu menanamkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari (Nababan, Manik, dkk.,
2023). Penggunaan pendekatan pembelajaran yang kreatif dalam pengembangan materi
pembelajaran digital dapat dinilai dari sejauh mana guru Pendidikan Agama Kristen
mengadopsi pendekatan tersebut. Contohnya, apakah mereka menerapkan pembelajaran
berbasis proyek, pembelajaran kooperatif, atau pembelajaran berbasis masalah dalam
menyajikan konten agama Kristen kepada peserta didik (Zebua & Sibarani, 2023).
Sebagai pendidik dalam Pendidikan Agama Kristen, guru perlu memberikan dorongan
kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mampu mengembangkan materi yang
telah dipelajari. Dalam model pembelajaran berbasis proyek, guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menyampaikan gagasan, pendapat, memiliki rasa ingin tahu yang
luas, serta memiliki imajinasi yang tinggi. Peserta didik diberikan tugas untuk mengevaluasi
hasil dari diskusi yang telah dipresentasikan oleh setiap kelompok yang telah dibentuk (Gultom
& Sirait, 2022). Dengan menggunakan metode pembelajaran, seperti pembelajaran proyek,
siswa dapat menghubungkan konsep Pendidikan Agama dan Kepercayaan (PAK) dengan
kehidupan sehari-hari mereka. Dengan fokus pada pemahaman yang mendalam dan penerapan
praktis, siswa tidak hanya meningkatkan pemahaman mereka tentang warisan budaya dan nilai-
nilai universal, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Hasilnya
adalah pencapaian akademik yang lebih baik, yang tercermin dalam pemahaman yang lebih
dalam, esensi spiritual, dan integrasi pemikiran kritis dalam studi PAK (Salassa’ dkk., 2023).
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pendidikan Agama Kristen
Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana
siswa terlibat dalam penyelesaian masalah autentik yang memungkinkan mereka untuk

e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20


membangun pengetahuan sendiri, mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
inkuiri, serta menjadi lebih mandiri dan meningkatkan kepercayaan diri. Model ini ditandai
dengan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai fokus pembelajaran, yang bertujuan
untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa,
serta memperoleh pemahaman konsep yang penting (Saputra, 2020). Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah (SPBM) atau yang dikenal sebagai Problem Solving Education melibatkan
proses berpikir, interaksi, eksplorasi, dan pengolahan data untuk mencapai kesimpulan.
Pendekatan ini mengarah pada serangkaian kegiatan terstruktur yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah, di mana masalah menjadi fokus utama, sehingga tanpa adanya
masalah, tidak akan ada proses pembelajaran yang berlangsung. Dalam SPBM, penyelesaian
masalah didasarkan pada pendekatan ilmiah yang sistematis dan empiris, dengan mengikuti
tahapan-tahapan tertentu berdasarkan data dan fakta yang jelas. Strategi ini merupakan metode
pembelajaran yang menekankan pada penyelesaian ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan dalam proses belajar dengan menggunakan cara berpikir logis dan sistematis. SPBM
memiliki beberapa karakteristik khas dalam konsepnya. Salah satunya adalah bahwa SPBM
melibatkan serangkaian kegiatan pembelajaran, yang berarti dalam praktiknya, pendidik dan
peserta didik harus terlibat dalam berbagai kegiatan. Pendekatan ini tidak hanya terbatas pada
ceramah, pencatatan materi, atau menghafal informasi, tetapi melibatkan keterlibatan aktif
pendidik dan peserta didik dalam kegiatan tersebut (Hariyati, 2020).
Strategi penyelesaian masalah sering disamakan dengan strategi inkuiri atau discovery.
Namun, terdapat perbedaan mendasar di antara keduanya. Strategi inkuiri menekankan pada
pengembangan kemampuan diri dan pemrosesan data yang ditemukan, sehingga fokusnya
adalah pada solusi dari masalah tersebut. Sementara itu, strategi discovery berfokus pada
penemuan cara penyelesaian masalah tersebut. Baik inkuiri maupun discovery, keduanya dapat
mengembangkan kompetensi problem solving yang merupakan soft skill yang dibutuhkan
peserta didik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran berbasis masalah seharusnya difokuskan
pada pelatihan peserta didik untuk dapat menyelesaikan masalah melalui proses berpikir dan
mencari jalan keluar. Karena pada akhirnya, kemampuan ini tidak dapat digantikan oleh mesin.
Kemampuan untuk berkreasi dan beradaptasi dengan sumber daya di sekitarnya sangat penting
dalam menemukan solusi-solusi efektif dalam menyelesaikan permasalahan (Batubara dkk.,
2016). Johnson yang dikutip oleh (Runesi dkk., 2021) mengemukakan lima langkah SPBM
melalui kegiatan kelompok. Berdasarkan beberapa bentuk SPBM yang diusulkan oleh para ahli
tersebut, tahapan penyelesaian masalah dalam SPBM secara umum dapat dirangkum sebagai
berikut: identifikasi masalah, perumusan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data,
pengujian hipotesis, penentuan opsi penyelesaian.

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
10 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



Pembelajaran berbasis masalah (PBM) juga sering diartikan pendekatan dimana
pembelajaran dimulai dengan memberikan sebuah permasalahan kepada siswa, dan siswa
diminta untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Namun, untuk dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut, siswa perlu memperoleh pengetahuan baru. Akibatnya, peserta didik
menjadi mampu secara mandiri menemukan suatu konsep dalam pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran ini, diharapkan siswa dapat membentuk pengetahuan baru berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, dengan bimbingan dan arahan dari guru (Yuhani
dkk., 2018). Karakteristik pembelajaran berbasis masalah meliputi: Ketergantungan pada
masalah mencakup pendekatan ini mengandalkan masalah sebagai titik fokus utama. Masalah
yang dihadapi tidak hanya digunakan sebagai tes kemampuan tetapi juga sebagai sarana untuk
mengembangkan kemampuan itu sendiri. Kemudian, masalah yang benar-benar ill-structured
yang mencakup pembelajaran berbasis masalah tidak memiliki solusi yang jelas dan setuju.
Ketika Informasi baru muncul selama proses pembelajaran, persepsi tentang masalah dan
solusi dapat berubah. Kemudian, peran guru sebagai pelatih dan fasilitator mencakup siswa
aktif terlibat dalam menyelesaikan masalah. Guru berperan sebagai pelatih yang membantu dan
fasilitator yang memfasilitasi proses pembelajaran. Kemudian, petunjuk pendekatan masalah,
mencakup siswa diberikan petunjuk tentang cara mendekati masalah, namun tidak ada formula
kaku yang disediakan untuk pendekatan masalah. Hal ini memberikan kebebasan kepada siswa
untuk mengembangkan strategi dan pemecahan masalah mereka sendiri. Kemudian, keaslian
dalam penampilan, hal ini mencakup pembelajaran berbasis masalah mendorong siswa untuk
menghadapi masalah-masalah nyata yang relevan dengan kehidupan sehari-hari atau bidang
studi tertentu. Selain itu, siswa juga didorong untuk mempresentasikan hasil kerja mereka
secara autentik dan menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang masalah yang dihadapi
(Sumartini, 2016).
Sanjaya, yang dikutip oleh Samura, menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Kelebihan pembelajaran berbasis masalah
meliputi: 1) Memberikan tantangan kepada siswa untuk menemukan pengetahuan baru secara
mandiri, 2) Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan mereka ke dalam pemahaman
masalah dalam kehidupan nyata, dan 3) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir
kritis. Sementara itu, kelemahan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1) Jika
siswa tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, mereka mungkin enggan untuk mencobanya, dan 2) Persiapan pembelajaran
membutuhkan waktu yang cukup (Samura, 2019).

e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20


Pendidikan Agama Kristen (PAK) merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat
berkolaborasi dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM). Nainggolan
menekankan bahwa PAK tidak hanya berfungsi sebagai transfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih
dari itu, PAK harus menjadi sarana untuk menanamkan iman dan cara hidup Kristus kepada
peserta didik. Implementasi dari konsep ini dapat dilihat melalui praktik penyelesaian masalah
dalam kehidupan sehari-hari. Perlu diperhatikan bahwa PAK tidak akan efektif jika hanya
dilakukan sekali saja. Pembelajaran PAK harus menjadi suatu proses yang berkelanjutan,
mengarahkan murid-murid untuk mengalami pertemuan dengan Kristus dan menerapkan
ajaran-Nya dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, SPBM sangat cocok digunakan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Mengapa demikian? Karena terdapat korelasi dan
sinergi antara keduanya. Definisi dasar dari Pendidikan Agama Kristen adalah upaya untuk
mendidik orang Kristen agar memiliki pengetahuan, pemahaman, penghayatan, bahkan
penerapan nilai-nilai kekristenan dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah
yang dihadapi setiap hari dapat dikatakan sebagai objek pembelajaran. Oleh karena itu, SPBM
merupakan strategi yang berkorelasi dan relevan dengan upaya dalam Pendidikan Agama
Kristen untuk mempersiapkan individu dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-
hari mereka. Diharapkan bahwa setelah mendapatkan pendidikan tersebut, peserta didik dapat
merespons setiap masalah berdasarkan pada nilai-nilai Kristen atau teladan Kristus (Nababan,
Sitepu, dkk., 2023). Dalam Alkitab, terdapat narasi tentang pendekatan pembelajaran berbasis
masalah yang diterapkan oleh Tuhan Yesus. Contoh yang menonjol dapat ditemukan dalam
Injil Yohanes 6:5-6. Pada waktu itu, terdapat masalah konkret yang perlu diatasi, yaitu
bagaimana memberi makan kepada ribuan orang yang hadir. Dalam konteks ini, Yesus dengan
sengaja menguji murid-murid-Nya dan bertanya kepada Filipus, "Dimana kita dapat membeli
roti supaya mereka ini dapat makan?" Ayat ini mencerminkan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah yang digunakan oleh Yesus. Dengan memanfaatkan situasi dan masalah
tersebut, Yesus membantu membangun pemahaman dan kesadaran terhadap kebutuhan yang
ada serta mendorong murid-murid-Nya untuk berpikir kritis dan mencari solusi (Agus &
Pujiono, 2023).
Metode Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) menjadi salah satu
pendekatan yang sangat efektif dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Model pembelajaran problem based learning juga merupakan salah satu model pembelajaran
yang cocok untuk dipelajari di era digital sebab dapat melatih dan mengembangkan kompetensi
untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual
yang dihadapi oleh peserta didik (Marthen Mau, Saenom, Ina Martha, Gundari Ginting
2022:173).

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
12 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



Dalam hal penguasaan dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan, terjadi proses
pembangunan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dalam kelompok terstruktur sangat membantu dalam membentuk berbagai
keterampilan dan kompetensi individu, seperti kemampuan berkomunikasi, kerja sama dalam
tim, dan keterampilan sosial. Mengingat kompleksitas tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, yaitu membimbing mahasiswa dalam pertumbuhan
mereka di setiap aspek kehidupan, metode pembelajaran berbasis masalah dianggap sangat
tepat untuk dipilih dan diterapkan (Betakore & Boiliu, 2022).
Penggunaan pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam bidang Pendidikan
Agama Kristen dapat memberikan manfaat dalam membantu siswa menghadapi dilema moral
yang kompleks dan merangsang pemikiran kritis. Dengan memperkenalkan masalah-masalah
yang terkait dengan isu-isu moral dalam agama, siswa diajak untuk melibatkan diri dalam
pemikiran kritis, menganalisis konsep-konsep agama, dan merancang solusi berdasarkan
pemahaman mereka (Novarita dkk., 2023). Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah, siswa mengalami perubahan perilaku dengan peningkatan pengetahuan dan
pemahaman mereka tentang materi Gaya Hidup Modern. Materi Gaya Hidup Modern yang
diajarkan melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah diterima dan dipahami dengan
baik oleh siswa karena guru memandu mereka untuk aktif terlibat dalam berbagai kegiatan
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran berbasis masalah menggunakan kelompok kecil
dalam proses pembelajaran, sehingga melatih siswa dalam berinteraksi, bekerja sama, dan
saling menghormati. Selain itu, guru juga berusaha mengaitkan materi pembelajaran dengan
masalah nyata yang sering dihadapi oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
menyampaikan materi pembelajaran, guru menggunakan media dan alat peraga yang konkret
dan familiar bagi siswa, sehingga pembelajaran Pendidikan Agama Kristen menjadi lebih
menarik dan menyenangkan (Nababan, Tiur.L.R.Butarbutar, dkk., 2023).
Penggunaan Sumber Daya Digital dalam Pembelajaran Agama Kristen
Dalam era transformasi digital yang kian pesat, penggunaan teknologi telah memasuki
berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Menurut Useil, digitalisasi telah
membuka peluang baru dalam penyampaian informasi, interaksi dan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran tidak terkecuali dalam Pendidikan Agama Kristen yang berperan penting dalam
membentuk pemahaman dan nilai-nilai spiritual (Usiel dkk., 2022). Hal ini sejalan dengan
pendapat (Yokom, 2023) yang mengatakan bahwa pembelajaran Agama Kristen tidak hanya
membutuhkan pemahaman teks-teks suci, tetapi juga adaptasi terhadap cara mengajar yang
semakin berubah seiring berjalannya waktu. Penggunaan sumber daya digital pada saat ini

e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20


bukan hanya sekadar tern, melainkan suatu kebutuhan untuk memastikan pembelajaran yang
relevan, menyeluruh dan mendalam (Wibowo dkk., 2023).
Dalam konteks Agama Kristen penggunaan sumber daya digital mencakup berbagai
alat, dan platform yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Dari Alkitab yang
berbentuk digital hingga aplikasi khusus yang menggabungkan teknologi animasi untuk
menjelaskan konsep-konsep agama (M. Nainggolan, 2020). Dalam hal ini digitalisasi
membuka pintu bagi akses yang lebih mudah dan kreatif terhadap ajaran-ajaran Agama Kristen
(Nide, 2023). (Pujiono, 2021) menjelaskan bahwa penggunaan sumber daya digital menjadi
penting dalam pembelajaran Agama Kristen terkait dengan kemampuannya untuk memberikan
pengalaman pembelajaran yang lebih menarik, mendalam dan terhubung dengan realitas
kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat menjelajahi konten-konten Agama Kristen
dengan cara yang bersifat interaktif, mulai dari video pengajaran hingga forum diskusi online.
Melalui penggunaan sumber daya digital, tujuan pembelajaran Agama Kristen tidak
hanya terbatas pada pemahaman konsep-konsep teologis tetapi juga pada pengembangan
spiritualisme dan penerapan nila-nilai Agama dalam kehidupan sehari-hari (Boiliu, 2020). Jadi
dengan merangkul kemajuan teknologi, pendidikan Agama Kristen dapat menjadi lebih
inklusif dan dapat diakses oleh berbagai kelompok umur dan latar belakang yang berbeda-beda.
Melalui pemahaman dan penerapan sumber daya digital, diharapkan para guru, siswa maupun
masyarakat dapat melangkah ke arah pembelajaran Agama Kristen yang lebih dinamis dan
relevan dengan tuntutan zaman (Benyamin dkk., 2021).
Pengembangan Komunikasi Pembelajaran Online dalam Pendidikan Agama Kristen
Sistem pembelajaran yang didukung oleh teknologi digital biasanya sering melibatkan
pembelajaran berbasis online yang memungkinkan siswa untuk belajar dari mana saja tanpa
terbatas oleh lokasi geografis atau lokasi fisik yang sama. Pembelajaran online sering disebut
dengan istilah E-learning. E-learning adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara
daring melalui penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Permatasari dkk., 2021). Di
lain pihak, (Fadillah, 2021) mengemukakan bahwa pembelajaran online atau E-learning
merupakan media pendidikan jarak jauh yang menggunakan teknologi dalam pembelajaran
untuk menunjang proses pembelajaran yang tidak terikat oleh dimensi ruang dan waktu. Selain
itu, media pembelajaran E-learning dalam pengajaran Pendidikan Agama Kristen dinilai
sangat ideal untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh karena konsepnya
memanfaatkan teknologi elektronik untuk menyampaikan informasi dan komunikasi secara
online. Media E-learning juga berfungsi sebagai alat bantu yang menggunakan sistem
elektronik untuk menyajikan materi pembelajaran, seperti internet, TV interaktif, pembelajaran
berbasis komputer, dan satelit (Panjaitan, 2021).

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
14 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



Menurut (Nursalam & Efendi, 2008), E-learning memiliki beberapa karakteristik,
yaitu: a) Memanfaatkan teknologi elektronik; b) Menggunakan keunggulan komputer, seperti
media digital dan jaringan komputer; c) Menggunakan bahan ajar mandiri (self-learning
materials) yang disimpan di komputer, sehingga dapat diakses oleh dosen dan mahasiswa
kapan saja dan di mana saja; d) Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil
kemajuan belajar, dan administrasi pendidikan yang dapat dilihat secara real-time di komputer.
Selain itu, Nursalam juga menjelaskan manfaat E-learning sebagai berikut: a) Fleksibel. E-
learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat akses pembelajaran; b)
Belajar Mandiri. E-learning memberikan kesempatan bagi pembelajar untuk mengambil
kendali atas keberhasilan belajar mereka sendiri; c) Efisiensi Biaya. E-learning memberikan
efisiensi biaya dalam hal administrasi penyelenggaraan, penyediaan sarana dan fasilitas fisik
untuk belajar, serta mengurangi biaya transportasi dan akomodasi bagi pembelajar.
Selanjutnya TJOKRO, 2020) menyebutkan empat kelebihan E-Learning sebagai
berikut: a) Kemudahan Penyerapan. E-Learning menggunakan fasilitas multimedia seperti
gambar, teks, animasi, suara, dan video sehingga lebih mudah dipahami dan diserap oleh
pembelajar; b) Efektivitas Biaya. E-Learning jauh lebih efektif dari segi biaya karena tidak
memerlukan instruktur secara langsung, tidak ada batasan minimum audiens, dapat diakses di
mana saja dan kapan saja, serta memiliki biaya yang lebih murah untuk penyebaran materi
pembelajaran; c) Kompak dan Fokus. E-Learning memiliki kelebihan dalam hal
kesederhanaan, tanpa terlalu banyak formalitas kelas, dan langsung fokus pada materi pokok
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajar; d) Ketersediaan 24/7. E-Learning dapat diakses
selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu, sehingga pembelajar dapat menguasai materi
pembelajaran sesuai dengan semangat dan daya serap mereka. Selain itu, kemajuan
pembelajaran juga dapat dipantau dan diuji melalui e-test.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis online adalah proses
pembelajaran yang melibatkan penggunaan internet, platform pembelajaran online, dan
berbagai alat digital untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa sehingga siswa dapat
berinteraksi dengan teman dan guru dalam satu komunitas online tanpa harus bertatap muka
secara langsung, dan menuntun guru untuk dapat mengevaluasi kemajuan siswa.
Pembelajaran secara online menyediakan video pembelajaran, tugas daring, dan
interaksi melalui forum diskusi. Selain itu, banyak sekolah dari tingkat TK sampai perkuliahan
sering juga menggunakan game sebagai media dalam pendidikan, termasuk dalam pengajaran
Pendidikan Agama Kristen bagi anak-anak. Pembelajaran berbasis game seperti Kahoot,
Duolingo, Quizizz, Blooket, dll. Game edukatif seperti ini dapat membantu siswa dalam
mengembangkan keterampilan kritis, penyelesaian masalah dan pemahaman konsep.

e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20


Pembelajaran online atau E-learning cenderung berfokus pada peserta didik yang aktif mencari
sumber ilmunya sendiri. Dengan penggunaan teknologi yang canggih dan semakin
berkembang siswa dapat memperluas pengetahuannya tanpa terbatas pada pengajaran atau
informasi yang diberikan oleh guru (Ajiatmojo, 2021). Hal ini sesuai dengan pendapat
(Rusman, 2017), bahwa ciri-ciri dari pembelajaran online atau E-learning khususnya dalam
pengajaran Agama Kristen yaitu memudahkan komunikasi antara guru dan siswa,
memanfaatkan keunggulan dunia digital, memanfaatkan sumber belajar mandiri serta
informasi pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja.
Menurut (Gulo & Tanasyah, 2022) bahwa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
Pendidikan Agama Kristen di tingkat nasional, perlu diciptakan E-learning (pembelajaran
online) di sekolah-sekolah Kristen, seminari, dan lembaga-lembaga lain yang melayani
komunitas gereja di berbagai daratan, pulau-pulau kecil, dan pulau-pulau yang jauh dari
jangkauan guru-guru yang berkompeten dalam keagamaan. Sehingga banyak masyarakat
terpencil dapat memperoleh pembekalan Pendidikan Agama Kristen yang akan bertumbuh dan
menghasilkan buah di dalam gereja maupun dilingkungan masyarakat. Pengajaran Pendidikan
Agama Kristen bukan hanya sekedar belajar dan berbuah, namun masyarakat diharapkan
terlebih dahulu mendekatkan diri kepada Tuhan dan mengubah keadaan, etika, dan karakter
Kristen untuk memastikan yang terbaik bagi pertumbuhan masyarakat diwaktu yang akan
datang (A. M. Nainggolan & Janis, 2020).

KESIMPULAN
Kemajuan teknologi pada era digital saat ini merupakan hal tidak bisa dihindari, karena
sebagian besar manusia hidup di dalamnya, termasuk dalam pelaksanaan pembelajaran di dunia
pendidikan. Seiring dengan kemajuan teknologi, pelaksanaan pembelajaran banyak dilakukan
melalui berbagai platform digital yang menuntut keaktifan dari guru maupun siswa dan
efektivitas pembelajaran. Hal ini menitikberatkan pada pentingnya adaptasi pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen terhadap tuntutan zaman yang semakin digital. Transformasi
metode pembelajaran Pendidikan Agama Kristen menjadi esensial agar pesan-pesan agama
dapat disampaikan dengan cara yang lebih sesuai dan relevan dengan kehidupan sehari-hari
anak-anak maupun masyarakat yang terbiasa dengan teknologi digital.
Selain itu, perkembangan teknologi di era digital juga membawa membawa tantangan
moral dan etika bagi setiap siswa. Transformasi metode pembelajaran dapat membantu setiap
siswa memahami dan menghadapi dilema moral yang muncul dalam penggunaan teknologi
sejalan dengan ajaran Agama Kristen tentang etika dan moralitas. Pendidikan Agama Kristen
di era digital tidak hanya tentang penyampaian informasi atau pembelajaran keagamaan, tetapi

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
16 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



juga membantu generasi muda untuk berkontribusi dalam pelayanan Kristen serta mampu
mengembangkan keterampilan digital yang menuju dunia yang semakin modern.

DAFTAR PUSTAKA
Agus, S., & Pujiono, A. (2023). Implementasi Strategi Pembelajaran Tuhan Yesus berbasis
Masalah dalam Pendidikan Agama Kristen di Gereja. MANTHANO: Jurnal Pendidikan
Kristen, 2(2), Art. 2. https://doi.org/10.55967/manthano.v2i2.34
Ajiatmojo, A. S. (2021). PENGGUNAAN E -LEARNING PADA PROSES
PEMBELAJARAN DARING. TEACHING : Jurnal Inovasi Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, 1(3), Art. 3. https://doi.org/10.51878/teaching.v1i3.525
Batubara, A. E., Hasruddin, H., & Mulyana, R. (2016). Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri
dan Discovery terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa
pada Topik Bioteknologi di MAN I Padang Sidempuan. Jurnal Pendidikan Biologi, 5(2),
Art. 2. https://doi.org/10.24114/jpb.v5i2.4301
Benyamin, P. I., Sinaga, U. P., & Gracia, F. Y. (2021). Penggunaan Platform Digital Pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Era Disrupsi. Regula Fidei : Jurnal
Pendidikan Agama Kristen, 6(1), Art. 1. https://doi.org/10.46307/rfidei.v6i1.85
Betakore, Y., & Boiliu, F. M. (2022). Penerapan Metode Problem Based Learning dalam
Pendidikan Agama Kristen. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 4(3), Art. 3.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2819
Boiliu, F. M. (2020). Peran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital Sebagai Upaya
Mengatasi Penggunaan Gadget Yang Berlebihan Pada Anak Dalam Keluarga Di Era
Disrupsi 4.0. REAL DIDACHE: Journal of Christian Education, 1(1), Art. 1.
https://doi.org/10.53547/realdidache.v1i1.73
Choirinisa, A. A. (2022). PENGARUH PENGGUNAAN APLIKASI DIGITAL TERHADAP
EFEKTIVITAS KERJA PEGAWA I. Transekonomika: Akuntansi, Bisnis dan Keuangan,
2(5), 483–492. https://doi.org/10.55047/transekonomika.v2i5.239
Darmawan, D., Daud, W., Aliyono, & Sianipar, D. (2023). Metode Pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen untuk Orang Dewasa di Gereja Pada Era Digital dan Pandemi Covid-19.
Jurnal Shanan, 7(1), Art. 1. https://doi.org/10.33541/shanan.v7i1.4627
Fadillah, K. R. D. (2021). PENERAPAN E-LEARNING DI SEKOLAH DASAR.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
PGRI PALEMBANG . https://jurnal.univpgri -
palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/view/5500
Gulo, A., & Tanasyah, Y. (2022). E-Learning Dalam Metode Pembelajaran Pendidikan Agama
Kristen Di Era Industrial 4.0. Indonesia Journal of Religious, 5(1), Art. 1.
https://doi.org/10.46362/ijr.v5i1.9
Gultom, R., & Sirait, C. (2022). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Terhadap Kreativitas Belajar PAK Siswa. Jurnal Christian Humaniora, 6(2), Art. 2.
https://doi.org/10.46965/jch.v6i2.1951
Hariyati, N. R. (2020). METODOLOGI PENELITIAN KARYA ILMIAH . Penerbit Graniti.

e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20


Hashim, H. (2018). Application of Technology in the Digital Era Education. International
Journal of Research in Counseling and Education , 1(2), 1.
https://doi.org/10.24036/002za0002
Hasriadi, H. (2022). Metode Pembelajaran Inovatif di Era Digitalisasi. Jurnal Sinestesia, 12(1),
Art. 1.
Heriyati, T. S. (2022). ADAPTASI KURIKULUM MERDEKA DENGAN MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA PENDIDIKAN
AGAMA KRISTEN. INSPIRASI : JURNAL ILMU-ILMU SOSIAL, 19(2), Art. 2.
https://doi.org/10.29100/insp.v19i2.3648
Hura, M. P., Selan, S., Ndun, D. N., Tamera, D. M., & Novalina, M. (2023). Peran Gembala
Mencerminkan Sifat Allah Bagi Kehidupan Jemaat. REI MAI: Jurnal Ilmu Teologi Dan
Pendidikan Kristen, 1(2), Art. 2.
Hura, M. P., Waruwu, T. S., & Laoli, S. (2023). PERAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
DALAM GEREJA UNTUK MENJALANKAN AMANAT AGUNG TUHAN YESUS.
Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 2(4), 12143–12158.
Indriani, R., & Yemmardotillah, M. (2021). Literasi Digital Bagi Keluarga Milenial Dalam
Mendidik Anak Di Era Digital. Continuous Education: Journal of Science and Research,
2(2), Art. 2. https://doi.org/10.51178/ce.v2i2.223
Ismail, R. (2018). Perbandingan keefektifan pembelajaran berbasis proyek dan pembelajaran
berbasis masalah ditinjau dari ketercapaian tujuan pembelajaran. Pythagoras: Jurnal
Pendidikan Matematika, 13(2), 181–188. https://doi.org/10.21831/pg.v13i2.23595
Karo, D. K., Waruwu, C. S. M., & Jarang, A. K. M. (2023). DESAIN MATERI
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK: MEMOTIVASI SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN AKTIF DALAM PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN. Inculco Journal of Christian Education, 3(3), Art. 3.
https://doi.org/10.59404/ijce.v3i3.156
Kristanti, Y. D., Subiki, S., & Handayani, R. D. (2017). MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING MODEL) PADA
PEMBELAJARAN FISIKA DISMA. JURNAL PEMBELAJARAN FISIKA, 5
Kurniasari, L., Putri, R. A., Yopanda, I., Puspitasari, T. Y., Shadam, Rati, Dianti, S., Alfarizi,
M. P., Risky, W. N., & Sapitri, S. (2023). Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Remaja
yang Kecanduan Game Online. Proceeding Conference On Psychology and Behavioral
Sciences, 2(1), Art. 1.
Marthen Mau, Saenom, Ina Martha, Gundari Ginting, dan Samuel Sirait. 2022. “Model
Pembelajaran Orang Dewasa Di Era Masyarakat 5.0.” Skenoo: Jurnal Teologi Dan
Pendidikan Agama Kristen 2(2):165–78.
Mohid, S. Z., Ramli, R., Rahman, K. A., & Shahabudin, N. N. (2018). TEKNOLOGI
MULTIMEDIA DALAM PENDIDIKAN ABAD 2 .
Nababan, D., Manik, S. M. G., & Siahaan, R. (2023). STRATEGI PROJECT BASED
LEARNING (PjBL). Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 2(2), 557–566.

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
18 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



Nababan, D., Sitepu, I. N., & Sinaga, J. R. B. (2023). MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN
AGAMA KRISTEN. Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 2(2), 752–765.
Nababan, D., Tiur.L.R.Butarbutar, & Nababan, L. (2023). IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA POKOK GAYA HIDUP
MODERN SISWA KELAS XI SMAK. Jurnal Pendidikan Sosial Dan Humaniora, 2(2),
695–705.
Nainggolan, A. M., & Janis, Y. (2020). Etika Guru Agama Kristen Dan Relevansinya Terhadap
Pendidikan Iman Naradidik. CARAKA: Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika, 1(2), Art.
2.
Nainggolan, M. (2020). BLENDED LEARNING SEBAGAI MODEL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI PENDIDIKAN TINGGI PADA MASA DAN
PASCA PANDEMI COVID -19. DIDASKALIA : Jurnal Pendidikan Agama Kristen,
1(2), Art. 2. https://doi.org/10.51667/djpk.v1i2.465
Nide, E. (2023). Kontribusi Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital. Jurnal Teologi Injili
Dan Pendidikan Agama, 1(3), Art. 3. https://doi.org/10.55606/jutipa.v1i3.138
Novarita, N., Rosmilani, R., Agnes, A., Jome’, I., & Tikadang, E. (2023). ANALISIS
PELAKSANAAN TEORI PROGRESIVISME JOHN DEWEY DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN. JURNAL PENDIDIKAN DAN
KEGURUAN, 1(6), Art. 6.
Nursalam, N., & Efendi, F. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan.
Pandie, R. D. Y. (2022). Literasi Digital Berbasis Pendidikan Kristiani sebagai Sarana
Pembentukan Karakter Era Disrupsi Teknologi. EDUKATIF : JURNAL ILMU
PENDIDIKAN, 4(4), Art. 4. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i4.2964
Panjaitan, R. (2021). EFISIENSI PEMANFAATAN MEDIA E LEARNING DI MASA
PANDEMI COVID -19 PADA PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI SMA NEGERI
2 TANJUNG SELOR. EDUTECH : Jurnal Inovasi Pendidikan Berbantuan Teknologi,
1(2), Art. 2. https://doi.org/10.51878/edutech.v1i2.429
Permatasari, K. T., Apriyani, E., & Fitriyana, Z. N. (2021). Pengembangan Media
Pembelajaran Matematika Berupa Alat Peraga Jam Sudut. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains, 9(2), Art. 2. https://doi.org/10.21831/jpms.v9i2.25823
Pujiono, A. (2021). Profesionalitas Guru Pendidikan Agama Kristen di Era Society 5.0.
Skenoo : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen, 1(2), Art. 2.
https://doi.org/10.55649/skenoo.v1i2.15
Rati, N. W., Kusmaryatni, N., & Rediani, N. (2017). MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK, KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA. JPI (Jurnal
Pendidikan Indonesia), 6(1), Art. 1. https://doi.org/10.23887/jpi-undiksha.v6i1.9059
Runesi, A., Yohanes, C., & Juliana, P. M. (2021). Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah dalam Pendidikan Agama Kristen di Era Disrupsi. SIKIP: Jurnal Pendidikan
Agama Kristen, 2(2), Art. 2. https://doi.org/10.52220/sikip.v2i2.100

e-ISSN: 2830-5493; p-ISSN: 2302-5735, Hal 01-20


Rusman, -. (2017). The Development of an E-Learning-Based Learning Service for MKDP
Curriculum and Learning at the Indonesia University of Education. International
Research Journal of Engineering, IT & Scientific Research .
https://doi.org/10.21744/irjeis.v3i2.410
S, A. R., Rantung, D. A., & Naibaho, L. (2023). Integrasi Teknologi dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Kristen (PAK) sebagai Peluang dan Tantangan di Era Digital.
Journal on Education, 6(1), Art. 1. https://doi.org/10.31004/joe.v6i1.3718
Marthen Mau, Saenom, Ina Martha, Gundari Ginting, dan Samuel Sirait. 2022. “Model
Pembelajaran Orang Dewasa Di Era Masyarakat 5.0.” Skenoo: Jurnal Teologi Dan
Pendidikan Agama Kristen 2(2):165–78.
Saenom, Marthen Mau. 2023. “Memercayai Alkitab Sebagai Firman Allah Yang Benar.”
Coram Mundo: Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 5(1).
Salassa’, A., Rombe, R., Rani, R., Nurlita, N., & Parinding, J. F. (2023). PEMBELAJARAN
BERDIFERENSIASI DALAM KURIKULUM MERDEKA BELAJAR MENURUT
KI HAJAR DEWANTARA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
KRISTEN. JURNAL PENDIDIKAN DAN KEGURUAN , 1(6), Art. 6.
Sambul, T. A., Lado, A. P., & Harapan, S. (2022). Perkembangan Metode Pedagogi Pendidikan
Agama Kristen Di Indonesia dan Maknanya Di Era Digital. KAPATA: Jurnal Teologi
dan Pendidikan Kristen, 2(2). https://doi.org/10.55798/kapata.v2i2.23
Samura, A. O. (2019). KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH. MES: Journal of Mathematics
Education and Science, 5(1), Art. 1. https://doi.org/10.30743/mes.v5i1.1934
Sapdi, R. M. (2023). Peran Guru dalam Membangun Pendidikan Karakter di Era Society 5.0.
Jurnal Basicedu, 7(1), Art. 1. https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i1.4730
Saputra, H. (2020). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning).
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/GD8EA
Sari, N. Y. (2021). IKATAN EMOSIONAL GURU DAN SISWA (PERAN GURU DALAM
MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR SISWA DI ERA DIGITAL ). Islamic
Elementary School (IES), 1(1), Art. 1. https://doi.org/10.55380/ies.v1i1.106
Setiawan, A. A., Johan. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak Publisher).
Simanjuntak, R., Jatmiko, B., Pa, A. R., Siswoyo, H., & Langke, A. Y. (2021). Akomodasi
Filsafat Pragmatisme dalam Pendidikan Agama Kristen untuk Menjawab Tantangan
Pembelajaran di Era Digital. Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, 2(2), Art.
2. https://doi.org/10.38189/jan.v2i2.200
Sumartini, T. S. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Mosharafa, 5(2), 148–158.
Supit, S. (2023). Model pembelajaran multiple intelligences pendidikan agama Kristen bagi
anak dalam menghadapi era society 5.0. KURIOS (Jurnal Teologi dan Pendidikan
Agama Kristen), 9(1), Art. 1. https://doi.org/10.30995/kur.v9i1.624

Transformasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Di Era Digital
20 CORAM MUNDO - VOLUME 6, NO. 1, APRIL 2024



Tafonao, T., Gulo, Y., Situmeang, T. M., & Ditakristi, A. H. V. (2022). Tantangan Pendidikan
Agama Kristen dalam Menanamkan Nilai-Nilai Kristen pada Anak Usia Dini di Era
Teknologi. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5), Art. 5.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2645
Telaumbanua, A. (2018). Peranan Guru Pendidikan Agama Kristen Dalam Membentuk
Karakter Siswa.
TJOKRO, S. L. (2020). Presentasi yang Mencekam (New Edition). Elex Media Komputindo.
Tsoraya, N. D., Khasanah, I. A., Asbari, M., & Purwanto, A. (2023). Pentingnya Pendidikan
Karakter Terhadap Moralitas Pelajar di Lingkungan Masyarakat Era Digital. Literaksi:
Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(01), Art. 01. https://doi.org/10.1111/literaksi.v1i01.4
Turnip, E. Y., & Siahaan, C. (2021). ETIKA BERKOMUNIKASI DA LAM ERA MEDIA
DIGITAL. JURNAL EKONOMI, SOSIAL & HUMANIORA , 3(04), Art. 04.
Usiel, Y., Paat, V. B., Sinaga, M., Kagu, R. T., & Sophia, S. (2022). Implementasi Pemahaman
Kristologi dalam Pendidikan Agama Kristen di Sekolah pada Era Industri 4.0. REAL
DIDACHE: Journal of Christian Education , 2(2), Art. 2.
https://doi.org/10.53547/rdj.v2i2.193
Wibowo, D. P., Arifianto, T., Kelibia, M. U., Mardikawati, B., Farlina, B. F., & Rahayu, D. A.
(2023). WORKSHOP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENULISAN ARTIKEL
INTERNASIONAL TERINDEKS SCOPUS MELALUI PEMANFAATAN
TEKNOLOGI ARTIFICIAL INTELLIGENCE. Community Development Journal :
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(5), Art. 5. https://doi.org/10.31004/cdj.v4i5.21712
Widiyaningtyas, E., & Maranatha, S. (2023). IMPLEMENTASI MATIUS 28: 18-20 DALAM
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MENGGUNAKAN STRATEGI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BAGI REMAJ A. Inculco Journal of
Christian Education, 3(1), Art. 1. https://doi.org/10.59404/ijce.v3i1.138
Yokom, S. R. (2023). Kontribusi Pendidikan Agama Kristen Berbasis Literasi-Numerasi
terhadap Strategi Pengembangan Keterampilan Literasi-Numerasi di Indonesia.
EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership, 4(1), Art. 1.
https://doi.org/10.47530/edulead.v4i1.144
Yuhani, A., Zanthy, L. S., & Hendriana, H. (2018). PENGARUH PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIS SISWA SMP. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif), 1(3),
Art. 3. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i3.p445-452
Zebua, S., & Sibarani, M. (2023). Peningkatan Kreativitas Guru Pendidikan Agama Kristen
Melalui Pengembangan Materi Pembelajaran Digital. Sinar Kasih: Jurnal Pendidikan
Agama Dan Filsafat, 1(1), Art. 1. https://doi.org/10.55606/sinarkasih.v1i1.133
Zega, Y. K., Tafonao, T., Tetelepta, H. B., Harefa, O., Gultom, J., S, D. L., & Heeng, G. (2022).
Pembinaan Pendidikan Agama Kristen dalam Keluarga: Upaya Membentuk Karakter
Remaja di GIA Pringgading. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Nusantara, 3(2.1
Desember), Art. 2.1 Desember.