i
 
Modul Analisis Risiko Spesies Asing Invasif (Post Border)
© 2016 FORIS Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Diterbitkan oleh:
FORIS Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Isi dan Materi yang ada pada buku ini dapat direproduksi dan disebarluaskan tanpa
mengurangi isi dan arti dokumen ini. Diperbolehkan mengutip isi buku ini dengan
menyebutkan sumber.

Tim Pengarah:
Dr. Henry Bastaman, MES (Kepala Badan Litbang dan Inovasi, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan)

Penulis:
Tjitrosoedirjo S, Setyawati T, Sunardi, Subiakto A, Irianto R, Garsetiasih R. 2016.
Pedoman Analisis Risiko Tumbuhan Asing Invasif (Pre Border). Bogor (ID):
FORIS Indonesia.

Kontributor
Taman Nasional Baluran
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, GEF Trust Fund 0515 UNEP-
CABI dan Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan

Desain Sampul
Sunardi
 
 




 
 
 

ii
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

iii
 
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan
tersusunnya “Modul Analisis Risiko Spesies Asing Invasif (Pre Border)”.
Dokumen ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi semua pemangku kepentingan
dalam melakukan pencegahan masuknya spesies asing invasif ke dalam wilayah
Indonesia. Dengan demikian dapat mengurangi risiko kerusakan serta dampak
negatif akibat introduksi dan invasi spesies asing. Modul ini diharapkan menjadi
pedoman atau acuan dalam menetapkan atau mengklasifikasikan spesies yang
tidak dikehendaki masuk di Indonesia.
Modul analisis risiko ini sangat penting mengingat salah satu upaya
pengelolaan dan pengendalian spesies asing invasif adalah melakukan upaya
pencegahan. Sejumlah besar spesies asing yang telah masuk ke wilayah Indonesia
telah menjadi invasif dan menimbulkan kerusakan pada sektor pertanian,
kehutanan maupun kelautan. Untuk menghindari hal tersebut terus berlangsung
maka dianggap perlu dikembangkan metode analisis risiko untuk menilai potensi
tumbuhan yang dimasukkan apakah menjadi invasif atau tidak. Modul ini
merupakan pengembangan dari Analisis risiko yang telah banyak diadopsi oleh
banyak negara maupun oleh FAO dan IPPC, yang dikembangkan di Australia,
Weed Risk Assessment (WRA) atau Sistem Analisis Risiko (SAR Australia). SAR ini
telah dimodifikasi oleh banyak ahli, dan kita sesuaikan dengan kondisi di
Indonesia, dan kita sebut SAR (I).
Modul ini telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi yang ada di
Indonesia sehingga dapat dipergunakan dan diterapkan dengan mudah oleh
berbagai pihak terkait pencegahan spesies asing invasif. Kami mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada tim penyusun dan
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan modul ini.
Pada akhirnya kami mengharapkan Modul Analisis Risiko Spesies Asing
Invasif ini dapat menjadi salah satu sumbangsih dalam upaya pelestarian
keanekaragaman hayati Indonesia dari ancaman spesies asing invasif.

iv
 
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
1. PENDAHULUAN 1
2. RISIKO TUMBUHAN INVASIF SECARA KOMPARATIF 4
KEINVASIFAN (INVASIVENESS ) 4
DAMPAK 11
DISTRIBUSI POTENSIAL 18
NILAI RISIKO TUMBUHAN INVASIF SECARA KOMPARATIF 20
3. FISIBILITAS PENGELOLAAN 22
BIAYA KONTROL 22
DISTRIBUSI TUMBUHAN INVASIF 26
PERSISTENSI 28
SKOR FISIBILITAS PENGELOLAAN 30
4. MENENTUKAN PRIORITAS PENGELOLAAN 31
SIAGA 32
ERADIKASI 32
MUSNAHKAN INFESTASI 32
MENCEGAH PENYEBARAN 33
MELINDUNGI SITUS 33
MENGLOLA TUMBUHAN INVASIF 34
MENGELOLA SITUS 34
MONITOR 35
AKSI TERBATAS 35
DAFTAR PUSTAKA 36
LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN PENILAIAN RISIKO
TUMBUHAN INVASIF 37
LAMPIRAN 2 CONTOH HASIL ANALISIS RISIKO POST BORDER
TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO 45
LAMPIRAN 3 CONTOH HASIL ANALISIS RISIKO POST BORDER
TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI (TNGM) 46
LAMPIRAN 4 CONTOH HASIL ANALISIS RISIKO POST BORDER
TAMAN NASIONAL BALURAN 47

v
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

1
 
1. PENDAHULUAN
Indonesia dikenal sebagai negara Megabiodiversty yaitu memiliki
keanekaragaman spesies flora dan fauna yang tinggi. Seiring perkembangan zaman
muncul ancaman terhadap kekayaan dan keanekaragaman spesies flora dan fauna
yang ada di Indonesia. Ancaman tersebut adalah ditemukannya sejumlah spesies
asing yang menginvasi sejumlah kawasan konservasi. Kehadiran spesies tersebut
menimbulkan sejumlah dampak negatif bagi lingkungan, sosial ekonomi maupun
kesehatan masyarakat.
Spesies asing atau alien adalah spesies yang dibawa/terbawa masuk ke suatu
ekosistem secara tidak alami. Spesies invasif adalah spesies, baik spesies asli
maupun bukan, yang secara luas mempengaruhi habitatnya, dapat menyebabkan
kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, atau membahayakan manusia. Spesies
asing tidak selalu invasif, spesies invasif belum tentu berasal dari luar/asing.
Invasive Alien Spesies (IAS) merupakan kombinasi dari spesies asing dan spesies
invasif (CBD-UNEP 2014).
Invasive Alien Spesies (IAS) adalah spesies yang diintroduksi baik secara
sengaja maupun tidak disengaja dari luar habitat alaminya, bisa pada tingkat
spesies, subspesies, varietas dan bangsa, meliputi organisme utuh, bagian-bagian
tubuh, gamet, benih, telur maupun propagul yang mampu hidup dan bereproduksi
pada habitat barunya, yang kemudian menjadi ancaman bagi biodiversitas,
ekosistem, pertanian, sosial ekonomi maupun kesehatan manusia, pada tingkat
ekosistem, individu maupun genetik (CBD-UNEP 2014).
Braun-Blanquet menggunakan istilah invasif terhadap tumbuhan yang
dapat mengolonisasi atau mendominasi suatu daerah atau ekosistem baru (Alpert
et al. 2000). Spesies asing invasif memiliki kemampuan untuk mendominasi semua
bagian ekosistem alami/asli dan menyebabkan spesies asli menjadi punah. Spesies
tumbuhan asing invasif diartikan sebagai spesies flora yang dapat hidup dan
berkembang di luar habitat alaminya, memiliki kemampuan mendominasi vegetasi
atau habitat yang baru karena didukung oleh faktor lingkungan serta tidak

2
 
memiliki musuh alami yang berdampak buruk bagi spesies lokal, baik secara
ekologis maupun ekonomis (Radosevich et al. 2007).
Keberhasilan spesies tumbuhan asing invasif menginvasi suatu vegetasi atau
habitat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya, ada tidaknya gangguan baik
dari hewan maupun aktivitas manusia, ketersediaan sumber daya yang mendukung
untuk pertumbuhan dan perkembangan, kemampuan berkompetisi dengan
tumbuhan asli, dan tekanan propagul (Moser et al. 2009). Keberhasilan spesies
tumbuhan untuk menginvasi daerah atau habitat baru sangat kecil, yaitu hanya
sekitar 10 %. Meskipun memiliki kemungkinan yang sangat kecil namun tetap
harus diwaspadai karena spesies tersebut menyebabkan dampak yang cukup besar
terhadap populasi, komunitas atau ekosistem (Both 2010).
Metode atau cara untuk memprediksi risiko yang ditimbulkan oleh suatu
spesies tumbuhan jika berada di suatu daerah atau kawasan di Indonesia perlu
dikembangkan untuk menghindari agar tumbuhan yang masuk kemudian tidak
merugikan karena bersifat invasif. Risiko adalah peluang terjadinya peristiwa yang
tidak diinginkan, karena putusan atau tindakan yang kita ambil (termasuk jika kita
tidak mengambil tindakan apa-apa). Evaluasi risiko adalah cara menentukan
frekuensi dan konsekuensi peristiwa demikian, dan harus diikuti dengan ekspresi
ketidakpastian dalam proses evaluasi. Konsekuensi dari peristiwa yang tidak
dikehendaki itu biasanya buruk dan diekspresikan dalam artian titik akhir evaluasi.
Pengelolaan Risiko Tumbuhan Invasif (PRTI) ini dikembangkan oleh Tim
Spesies Tumbuhan Invasif dari PUSLITBANG HUTAN, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan dibawah program Removing Barrier of Spesies
Invasives Management in Production and Protection Forets in Southeast Asia (FORIS-
Indonesia), untuk membantu mengketegorikan tumbuhan invasif dalam program
pengelolaannya. Metoda ini berbeda dengan metodologi sebelumnya
(Tjitrosoedirdjo et al. 2010) yang memisahkan antara tumbuhan invasif dengan
non-invasif tetapi tidak memberikan rekomendasi pengelolaan terhadap spesies
invasif yang telah diklasifikasi. Hasil analisis risiko akan memperlihatkan kategori
tumbuhan invasif dari yang sangat tinggi, tinggi, medium, rendah, dan abaikan.

3
 
Berdasarkan kategori tersebut kita dapat menentukan prioritas terhadap masing-
masing spesies yang telah diklasifikasikan. Metode analisis risiko merupakan
serangkaian pertanyaan yang harus dijawab untuk membandingkan nilai relatif
resiko dan fisibilitas pengendalian spesies invasif yang berbeda.
Spesies tumbuhan invasif di evaluasi terpisah untuk berbagai sistem
pemanfaatan lahan, sehingga spesies tumbuhan invasif dari lahan berbeda dapat
diidentifikasi. Pertanyaan dapat berlaku bagi setiap tumbuhan invasif pada setiap
tipe pemanfaatan lahan. Penganalisis dapat mencari sumber jawaban baik berupa
media cetak (jurnal ilmiah, buku, buletin), media online, dan wawancara langsung
(pemilik lahan, pejabat lembaga terkait, peneliti). Terdapat kemungkinan dalam
menjawab pertanyaan ada pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh penganalisis,
sehingga diberikan opsi jawaban “tidak tahu” bernilai "0". Beberapa pertanyaan
terhadap tumbuhan invasif memiliki skor relatif risiko sebagai perbandingan
penilaian risiko dan memperoleh nilai maksimum untuk skor fisibilitas
pengendalian. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari bias terhadap tumbuhan
invasif yang mempunyai skor untuk setiap pertanyaan. Tumbuhan invasif yang
memiliki satu atau lebih pertanyaan yang dijawab “tidak tahu” harus dinyatakan
pada skor akhir penilaian. Saling bertukar informasi dan diskusi mengenai skor
risiko dan fisibilitas pengelolaan tumbuhan invasive adalah kunci untuk
membangun pengetahuan untuk memperoleh hasil maksimum dari sistem PRTI.
Menjawab pertanyaan bersama dalam grup lebih baik daripada secara individu.
Hal tersebut penting untuk memperoleh konsep atau asumsi pengendalian
tumbuhan invasif pada suatu pemanfaatan lahan/lokasi tertentu.
Sistem pemberian skor ini adalah sebagai alat untuk membantu
pengambilan keputusan oleh pihak/manajemen terkait dalam mengendalaikan
tumbuhan asing invasif. Protokol dibawah ini dikembangkan dari sistem Dr John
Virtue, Weed Ecologist, Animal and Plant Control Group Department of Water, Land &
Biodiversity Conservation, South Australia.

4
 
2. RISIKO TUMBUHAN INVASIF SECARA KOMPARATIF
Pertanyaan risiko tumbuhan invasif dibagi menjadi 3 kriteria utama:
1. Keinvasifan
2. Dampak
3. Potensi distribusi.
Risiko = Keinvasifan × Dampak × Potensi Distribusi
Keinvasifan (
Invasiveness) melihat laju perluasan tumbuhan invasif,
tumbuhan invasif
yang menyebar cepat berprioritas tinggi. Dampak adalah
pengaruh ekonomi, lingkungan dan sosial yang disebabkan oleh tumbuhan
invasif. Potensi distribusi mengindikasikan area total tumbuhan invasif mungkin
menyebar
.
KEINVASIFAN (INVASIVENESS )
Seksi ini mengindikasikan berapa cepat tumbuhan invasif menyebar dalam
suatu sistem pemanfaatan lahan. Ini mempertimbangkan seberapa berhasil
tumbuhan ini mapan, bereproduksi dan menyebar.
1. Bagaimana kemampuan tumbuhan invasif mapan
diantara tumbuhan asli yang ada
Skor
Sangat
tinggi
Semai dengan mudah mapan diantara
vegetasi yang rapat atau antara infestasi
gulma lain yang rapat
3
Tinggi
Semai dengan mudah mapan dalam vegetasi
yang terbuka atau antara infestasi rata rata
saja dari tumbuhan lain yang ada
2
Medium
Semai mapan ketika sudah ada gangguan
moderat pada vegetasi yang ada yang
mengurangi banyak kompetisi, seperti
pemotongan rumput, pembersihan pohon,
banjir terkendali, dan kekeringan
1
Rendah
Semai memerlukan tanah terbuka untuk
mapan, meliputi misalnya pembersihan
seresah. Ini terjadi ketika gangguan besar
terjadi seperti kultivasi, overgrazing,
pembakaran, banjir atau kekeringan lama
0
Tidak tahu ?

5
 
Praktek pengendalian spesies invasif untuk pertanyaan ini diabaikan.
Pertanyaan pada bagian ini didasarkan pada sistem pemanfaatan lahan atau
vegetasi meliputi spesies tanaman budidaya, rumput halaman dan/atau di taman
atau perkebunan tebu maupun vegetasi alam. Tumbuhan invasif yang menginvasi
lahan yang dikelola dengan baik (dimana vegetasi yang ada dipelihara sebagai
tumbuhan penutup tanah) diasumsikan lebih berbahaya. Tumbuhan Invasif
dengan skor invasif tinggi meliputi gulma dan parasit, serta tumbuhan asing yang
baru diintroduksi.
Semai berarti pertumbuhan yang timbul dari propagul vegetatif yang
disebarkan (misalnya potongan stolon rumput grinting (Cynodon dactylon atau
bonggol Chromolaena odorata) dan spora disamping biji. "Semai" tidak meliputi
pertumbuhan vegetatif baru yang masih melekat pada batang induk (misalnya
stolon, rhizoma atau akar lateral). Komponen tersebut akan diatur dalam
pertanyaan 3(c).
Faktor yang mendukung tumbuhan invasif mapan diantara tumbuhan yang
ada, meliputi kemampuan berkecambah dibawah kanopi tumbuhan lain, biasanya
mempunyai biji besar atau propagul vegetatif (bulbos, umbi), karena dapat
menyediakan lebih banyak cadangan makanan untuk menunjang tumbuhan
invasif dalam berkompetisi dengan tumbuhan lain, kemampuan untuk mentolerir
atau menghindari tekanan kompetisi (dengan pertumbuhan akar yang cepat,
menfiksasi nitrogen sendiri, atau pertumbuhan vertikal dengan cepat).
2. Seperti apa ketahanan tumbuhan invasif ini terhadap
praktek pengelolaan umumnya di sistem pemanfaatan
lahan yang kita uji?
Skor
Sangat tinggi
Lebih dari 95% gulma itu dapat bertahan hidup
dengan pengendalian umumnya
3
Tinggi Lebih dari 50% masih bertahan hidup 2
Medium Kurang dari 50% saja yang bertahan hidup 1
Rendah Kurang dai 5% bertahan hidup 0
Tidak tahu ?

6
 
Komponen pertanyaan diatas menggambarkan bahwa tumbuhan invasif
telah pada lokasi/vegetasi yang diamati. Pertanyaan ini melihat apakah tumbuhan
invasif mati akibat dari praktek pengendalian tumbuhan invasif yang biasa
dilakukan dalam sistem pemanfaatan lahan. Jika sebagian besar tumbuhan
invasive mati maka potensinya bereproduksi dan menyebar sangat kecil. Jika
hanya sebagian kecil saja yang mati maka sangat disarankan untuk mengganti cara
pengelolaan/pengendalian tumbuhan invasif. Praktek pengelolaan tumbuhan
invasif meliputi pemakaian herbisida, kultivasi, pemangkasan diikuti pembakaran,
dan grazing. Tipe dan waktu dari praktek ini berbeda dengan sistem pemanfaatan
lahan yang berbeda. Apabila suatu tumbuhan invasif tumbuh dan berbuah ketika
tidak ada aktivitas pengendalian atau pengelolaan maka tumbuhan tersebut tahan
terhadap praktek pengendalina tumbuhan invasif yang umum terdapat disitu.
Tumbuhan invasif yang tahan terhadap pengelolaan meliputi Ocimum sp, Hyptis
suavelonece, Bidens biternata, Thespesis lampas, misalnya, juga Asystasia micrantha
(berproduksi biji banyak).

3. Seperti apa kemampuan reproduksi tumbuhan invasif?
Total
a+b+c
Skor
/
nilai
a. Periode
berbuah
b.Produksi
biji
c. Reproduksi
vegetatif
Kategori
 1 tahun 2  Banyak 2 Cepat 2 Tinggi 5 -6 3
 2-3 tahun 1  Sedikit 1 Lambat1
Medium
tinggi
3-4 2
 >3 tahun 0
 Tak
ada
0 Tak ada0
Medium
rendah
1-2 1
 Tidak
tahu
?
 Tidak
tahu

 Tidak
tahu
? Rendah 0 0
Tidak tahu ?

Pertanyaan ini ingin mengetahui seberapa hebat kemampuan tumbuhan
invasif ini dapat bereproduksi, meningkatkan populasinya kemudian menyebar ke
daerah lain. Kalau tumbuhan invasif tidak dapat bereproduksi di suatu sistem
pemanfaatan lahan nilainya 0. Ada 3 faktor yang harus dipertimbangkan ketika
menilai kemampuan tumbuhan bereproduksi:

7
 
a. Periode berbuah adalah rentang waktu dari kemapanan (dari biji atau
propagul vegetatif) sampai berproduksi biji.
b. Produksi biji adalah rataan jumlah biji viabel yang diproduksi per m2
lahan/tahun, dari petak yang diokupasi tumbuhan invasif itu. Ini mungkin
dari tumbuhan invasif besar seperti A.nilotica atau banyak herba atau rumput
kecil. Produksi biji banyak apabila >1000 biji/m2. Jawaban pada pertanyaan
2 akan mempengaruhi produksi biji ini.
c. Reproduksi vegetatif adalah rataan jumlah tumbuhan baru yang diproduksi
setiap tahun oleh sarana reproduksi seperti bulbus, bulbil, cormus, umbi,
rhizoma, stolontunas akar potongan batang. Dikatakan cepat kalau produksi
vegetatif itu >10 tumbuhan baru/tahun dari tumbuhan induk dewasa. Dalam
suatu sistem pemanfaatan lahan, kultivasi justru meningkatkan reproduksi
vegetatif. "Tumbuhan baru" didefinisikan sebagai tajuk baru dengan sistem
perakarannya sendiri, dan mungkin masih melekat pada tumbuhan induknya,
seperti rumput grinting (Cynodon dactylon).

4. Seperti apa penyebaran jarak jauh (>100 m)
secara alamiah
Total
a +b+c+d
Skor
a. Penyebaranan oleh
burung
b. Oleh hewan lain 6,7,8 3
Umum 2 Umum 2 3,4,5 2
Kadang-kadang 1 Kadang-kadang 1 1,2 1
Mungkin tidak 0 Mungkin tidak 0 0 0
Tidak tahu ? Tidak tahu ? Tidak tahu ?
c. Oleh air d. Oleh angin
Umum 2 Umum 2
Kadang-kadang 1 Kadang-kadang 1
Mungkin tidak 0 Mungkin tidak 0
Tidak tahu ? Tidak tahu ?

8
 
Pertanyaan ini ingin mengetahui seberapa hebat tumbuhan invasif ini
dapat menyebarkan propagulnya (biji atau vegetatif) secara alamiah, untuk
memulai invasi baru jarak jauh dari titik orisinalnya. Tumbuhan invasif yang
mempunyai cara dispersal yang lebih banyak cenderung menyebar lebih cepat.
Karena itu bayangkan suatu tumbuhan invasif yang teradaptasi dengan
penyebaran jarak jauh, seberapa teratur cara ini terjadi. Seberapa sering invasi
baru terjadi yang bermula setidaknya 100 m dari invasi original.
Sifat tumbuhan yang mendukung penyebaran jarak jauh oleh burung dan
lain hewan liar (misalnya kelelawar, tupai, monyet, kelinci ) adalah:
1) buah utuh dimakan, dan biji yang masih viabel dikeluarkan lewat feces
(polong A.nilotica yang dimakan herbivora, rusa, kerbau maupun banteng),
atau dimuntahkan kembali (buah mimba yang dimakan monyet), buah
P.aduncum yang dimakan kelelawar,
2) propagul yang mempunyai kait, yang mudah melekat pada rambut atau
kulit hewan, seperti biji Bidens bitternata yang melekat pada bulu rusa atau
kerbau,
3) biji yang kecil yang mudah melekat pada kulit atau kuku hewan liar
seperti biji Eleutheranthera ruderalis
Fitur yan mendukung penyebaran jarak jauh dengan air adalah : propagul
yang mengapung ( seperti polong Mimosa pigra), terutama tumbuhan invasif yang
tumbuh dekat air yang mengalir dan sering banjir . Terutama tumbuhan air invasif
seperti Salvinia molesta, eceng gondok (Eichhornia crassipes, Pistia stratiotes ) tersebar
cepat lebih dari 100 m oleh aliran air.
Penelitian menunjukkan bahwa biji tumbuhan invasif yang disebarkan angin
mendarat dekat dengan tumbuhan induknya saja . Penyebaran jarak jauh lebih
sering terjadi bagi pohon tinggi dengan biji ringan (dengan sayap, plumus atau
pappus, atau bulu) yang terpaparkan pada angin kencang dan tumbuhan invasif
yang patah setelah buahnya masak dan terembus angin bergulung gulung layaknya
bola menggelinding diatas tanah dengan vegetasi yang jarang, seperti didaerah
kering di Australia.

9
 
5. Seperti apa penyebaran jarak jauh oleh
manusia
Total
a+b+c+d
Skor
a. Penyebaran sengaja
oleh manusia
b. Penyebaran tanpa
sengaja oleh manusia
6,7,8 3
Umum 2 Umum 2 3,4,5 2
Kadang-kadang 1 Kadang-kadang 1 1.2 1
Mungkin tidak 0 Mungkin tidak 0 0 0
Tidak tahu? ? Tidak tahu ? Tidak tahu ?
c. Mengkontaminasi
hasil bumi
d. Dibawa hewan ternak
Umum 2 Umum 2
Kadang-kadang 1 Kadang-kadang 1
Mungkin tidak 0 Mungkin tidak 0
Tidak tahu ? Tidak tahu ?

Penyebaran secara sengaja oleh manusia meliputi tumbuhan invasif yang
sudah ditanam untuk keperluan pertanian, kehutanan, hortikultura, tanaman hias,
tanaman pencegah api dan/atau untuk proteksi tanah agar tidak longsor dsb.
Tumbuhan invasif yang sudah ditanam secara luas mempunyai potensi lebih besar
untuk menyebar olehkarena adanya banyak titik introduksi. Abaikan saja sistem
pemanfaatan lahan untuk pertanyaan ini. Misalnya A.nilotica yang ditanam sebagai
ilaran api untuk mencegah api dari savanna ke hutan jati, menanam
Austroeupatorium inulaefolium untuk mengalahkan alang-alang, menanam Mikania
micrantha sebagai penutup tanah. Penyebaran secara sengaja oleh manusia
meliputi tumbuhan sebagai tanaman hias karena berbunga cantik seperti Widelia
trilobata, bunga airmata pengantin, dsb. Banyak kasus suatu tumbuhan dilarang
diperjual belikan tetapi tetap ditanam.
Fitur yang menunjang penyebaran oleh manusi secara tidak senagaja atau
karena terbawa kendaraan adalah : tumbuhan yang tumbuh ditempat transportasi
ramai, melalui sepatu, pakaian atau kendaraan (meliputi mesin pertanian dan
perahu). Tumbuhan invasif seperti Mimosa pigra terbawa oleh kendaraan
pengangkut pasir, sehingga dengan mudah dilihat M. pigra ditemukan dijalan2
baru, bahkan M. pigra masuk ke daerah Merauke karena terbawa alat berat yang
didatangkan dari Surabaya; tumbuhan yang mempunyai propagul dengan kait,

10
 
atau zat yang dapat melekatkan diri pada suatu obyek, propagul yang sangat kecil
sehingga bisa masuk atau menempel pada celah2 kecil dari sepatu, pakaian,
kendaraan dsb.
Untuk produk pertanian yang terkontanimasi propagul tumbuhan invasif
bayangkan bahwa biji kopi yang didatangkan ke Indonesia dari Brasil
terkontaminasi oleh biji Erechtites velerianifolia, biji kacangan penutup tanah
terkontaminasi oleh Mimosa diplotricha, biji gandum yang tekontaminasi oleh
Parthenium hysterfolium dan banyak produk pertanian itu terkontaminasi bukan saja
oleh biji bisa juga potongan batang, tanah, kerikil, seresah, dan butir pupuk.
Fitur yang menunjang penyebaran oleh hewan ternak (domba, sapi, kuda,
kerbau, anjing dsb.) yaitu: buah utuh dimakan kemudian biji yang viabel
dikeluarkan lewat kotoran, atau dimuntahkan, propagul mempunyai kait, atau duri
yang bisa membantu melekat pada ternak. Dan biji yang kecil sehingga mudah
melekat di kaki atau bulu ternak.

11
 
DAMPAK
Seksi ini mengindikasikan potensi dampak tumbuhan invasif. Setiap
pertanyaan dijawab dengan latar belakang sistem pemanfaatan lahan. Bayangkan
bahwa tumbuhan invasif itu telah menyebar diseluruh sistem pemanfaatan lahan
yang kita tangani, itu misalnya kawasan taman nasional, lahan persawahan,
perkebunan kelapa sawit atau karet, atau kawasan danau atau waduk, dan praktek
cara pengelolaan tumbuhan invasif itu tidak berubah untuk tumbuhan invasif
target. Kalau tumbuhan invasif itu terkendali sempurna dengan praktek yang
dilakukan itu maka tumbuhan invasif itu akan berada dalam kerapatan rendah dan
akan berdampak minimal. Alternatifnya kalau tumbuhan invasif itu tidak
terkendali dengan baik dengan cara pengendalian itu maka tumbuhan invasif itu
akan berada dalam kerapatan yang tinggi dan berdampak besar. Kalau tumbuhan
invasif itu mempunyai agen hayati mapan yang efektif yang secara substansial
mereduksi pertumbuhannya, maka dampak tumbuhan invasif ini akan turun.
Tentukan kalau tumbuhan invasif itu mungkin akan mencapai kerapatan
rendah, medium, tinggi pada sistem pemanfaatan lahan yang anda garap.
1. Apakah tumbuhan invasif itu menurunkan mapannya
tumbuhan yang dikehendaki
Skor
>50% reduksi
Tumbuhan invasif menghentikan lebih dari 50%
mapannya tumbuhan yang dikehendaki (regenerasi
padang rumput, tanaman bdidaya, dan semai pohon
yang ditanam, regenerasi tumbuhan asli, dengan
mencegah perkecambahan atau mematikan
kecambah.

3
10–50% reduksi
Tumbuhan invasif itu menghentikan kemapanan 10
– 50 % tumbuhan yang dikehendaki
2
10% reduksi
Tumbuhan invasif menghentikan kurang dari 10%
tumbuhan yang dikehendaki
1
Tidak ada
Tumbuhan invasif itu tidak mempengaruhi
perkecambahandan survival semai dari tumbuhan
yang dikehendaki

0
Tidak tahu ?

12
 
Pertanyaan ini ingin menduga apakah tumbuhan invasif ini mencegah
kemapanan spesies tumbuhan yang kita kehendaki, sehingga kerapatan spesies ini
turun. Tumbuahn invasif itu mungkin mencegah perkecambahan dengan
menciptakan kanopi yang sangar rapat, atau dengan membuat kondisi fisik
sedemikian rupa sehingga menghalangi aliran air . Tumbuah invasif ini mematikan
kecambah dengan mencegah kecambah memperoleh air, cahaya atau nutrient.
Perhatikan bahwa tumbuhan yang kita kehendaki mulai mapan setelah perubahan
besar (seperti pengolahan tanah sebelum tanam, atau setelah kebakaran), sehingga
tumbuhan invasif sendiri juga sedang berusaha mapan. Dalam kasus demikian
adakah dampak tumbuhan invasif terhadap proses kemapanan tumbuhan yang
kita kehendaki? Tumbuhan invasif yang dapat menyebabkan penurunan 50%
kemapanan spesies yang kita kehendaki harus dieradikasi.
2. Apakah tumbuhan invasif itu menurunkan produksi spesies
yang kita kehendaki?
Skor
Penurunan >50%
Tumbuhan invasif menurunkan produksi
tanaman budidaya, hijauan padang rumput,
hasil kayu hutan, atau jumlah vegetasi
ekosistem alam lebih dari 50%
4
Penurunan 25–
50%
Tumbuhan invasif menurunkan produksi 25 -
50%
3
Penurunan 10–
25%
Tumbuhan invasif menurun produksi 10 –
25%
2
Penurunan <10%
Tumbuhan invasif menurunkan produksi
sampai 10%
1
Tidak ada
Tumbuhan invasif itu tidak berpengaruh pada
pertumbuhan spesies yang kita kehendaki, atau
bahkan dapat bermanfaat pada suatu tingkat
pertumbuhannya sehingga imbang dengan
dampak negatifnya.
0
Tidak tahu ?

13
 
Pertanyaan ini melihat pada tingkat kehilangan produksi (dalam tanaman
budidaya, padang rumput, kehutanan) atau penekanan (pada vegetasi alam), yang
disebabkan oleh spesies tumbuhan invasif ini. Ini mengikuti pertanyaan 1, dan
mencoba melihat pertumbuhan yang dicapai oleh tumbuhan yang tidak berhasil
mapan karena karena tumbuhan invasif itu. Pertanyaan dijawab dalam satuan
hektar, dibantingkan dengan vegetasi yang mirip tanpa tumbuhan invasif. Untuk
vegetasi asli baik untuk berpikir dalam persen tutupan. Tumbuhan invasif akan
menurunkan pertumbuhan tumbuhan lain dengan berkompetisi untuk cahaya, air
dan unsur hara. Kompetisi lebih besar pada tumbuhan invasif yang lebih besar
(tinggi dengan kanopi daun yang rapat dan sistem akar yang ekstensif) dan tumbuh
pada saat bersamaan dengan tanaman yang kita kehendaki. Beberapa tumbuhan
invasif berkompetisi dengan membentuk batas fisik yang menghentikan
tumbuhan tumbuh mencapai cahaya, air, dan/atau unsur hara. Kasus khusus
adalah tumbuhan invasif yang bersifat parasitik yang secara langsung menyerang
tumbuhan lain. Tumbuhan invasif yang dapat menyebabkan penurunan 50%
hasil/jumlah tumbuhan yang dikehendaki, meliputi Allepo pines, serrated tussock
dan branched broomrape. Beberapa tumbuhan invasif mungkin meningkatkan
jumlah vegetasi yang bermanfaat dalam suatu pemanfaatan lahan. Misalnya
apakah tumbuhan invasif perennial dari padang rumput menyedaian makan satwa
summer dengan demikian meningkatkan total hijauan rumput yang tersedia
sepanjang tahun.

14
 
3. Apakah tumbuhan invasif ini menurunkan kualitas hasil
atau jasa yang diperoleh dari pemanfaatan lahan
Skor
Tinggi
Tumbuhan invasif menurunkan kualitas hasil
sehingga tidak dapat dijual. Ini mungkin karena
kontaminasi yang berlebihan, beracun,
berbau/abnormal (secara fisik maupun kimia).
Untuk vegetasi lokal tumbuhan invasif menurunkan
biodiversitas (tumbuhan maupun hewan) sehingga
tidak sesuai untuk didaerah konservasi. Di daerah
urban menyebabkan kerusakan konstruksi dan
infrastruktur fisik, seperti bangunan, jalan, jembatan
3
Medium
Tumbuhan invasif menurunkan kualitas dan harga
produk. Untuk daerah vegetasi lokal menurunkan
biodiversitas dan menurunkan prioritas untuk
konservasi. Untuk daerah urban menyebabkan
kerusakan konstruksi dan infrastruktur fisik seperti
bangunan, jalan, jembatan dsb.
2
Rendah
Menurunkan kualitas tetapi sedikit saja, harga masih
bagus, hanya sedikit mempengaruhi vegetasi lokal.
Untuk daerah urban tidak ada dampak
1
Tidak ada
Tidak ada pengaruh kepertanian, vegetasi alam
maupun perkotaan
0
Tidak tahu ?

Pertanyaan ini melihat apakah tumbuhan invasif itu mempengaruhi
kualitas dan kuantitas produk atau jasa dari pemanfaatan lahan apa tidak? Produk
yang terpengaruh oleh tumbuhan invasif demikian meliputi daging, hasil
pertanian, seperti gabah, kedelai, jagung, susu, kayu, buah, dan air. Untuk vegetasi
alam pertimbangkan jasa seperti konservasi alam dan turisme. Sebagai contoh
pengaruh besar pada kualitas misalnya benih kedelai yang terkontaminasi biji
poppy, sehingga tidak laku dijual. Penurunan kondisi ternak mungkin tidak masuk
disini karena mungkin kekurangan makan saja, atau karena gangguan kesehatan
karena makan tumbuhan invasif itu.

15
 

4. Apakah tumbuhan invasif itu membatasi gerakan
manusia, ternak, kendaraan, mesin dan/atau air?
Skor
Tinggi
Infestasi tumbuhan invasif tidak dapat dilewati
sepanjang tahun, sehingga mencegah gerakan fisik
manusia,hewan, kendaraan dan air.
3
Medium
Infestasi gulma jarang sampai tidak bisa dilewati,
tetapi secara signifikan memperlambat gerakan fisik
manusia, hewan, kendaraan/mesin atau air
sepanjang tahun
2
Rendah
Infestasi gulma tidak pernah sampai tidak bisa
dilewati, tetapi secara signifikan memperlambat
gerakan fisik manusia atau hewan, kendaraan pada
suatu saat dalam setahun atau menimbulkan
hambatan aliran air
1
Tidak ada
Tumbuhan invasif tidak berpengarud pada gerakan
hewan
0
Tidak tahu ?

Pertanyaan ini ingin melihat pada tingkat dimana infestasi tumbuhan
invasif yang padat secara fisik menghambat aktivitas. Tumbuhan invasif
menghambat aktivitas ketika tumbuh tinggi, atau berduri, batang berbelit tidak
teratur membentuk massa padat, sehingga sungguh menghalangi aktivitas. Untuk
pertanyaan ini abaikan pemtasan aktivitas yang disengaja yang ditujukan hanya
nuntuk membatasi penyebaran proagul dari tumbuhan invasif itu.
Contoh tumbuhan invasif yang menghalangi aktivitas meliputi :
1. Menghlangi pekerja panen, misalnya pada tebu yang diinvasi M.invisa, oleh
karena tebu cenderung diikat oleh batang M.invisa yang tumbuh membelit
banyak batang tebu, dan banyak duri yang akan menyayat pekerja ketika
akan mematikan mimosa itu, pekerja sukar memanennya, bahkan
meninggalkan areal tebu yang diinvasi M.invisa . Traktor atau alat pertanian
lainnya pada waktu pengolahan tanah atau panen juga terhambat.
Menyebabkan ban bocor karena kena duri.
2. Menghambat pekerjaan penjarangan pada praktek silvikultur, eperti invasi
semai A.mangium pada tanaman generasi ke-2 A.mangium

16
 
3. Menghambat aliran air dalam saluran air, menghambat jalannya perahu,
4. Mencegah satwa mendapatkan air disavanna ketika sumber air savana
diinvasi oleh M.invisa atau M.pigra yang padat. Atau pada petenakan
domba mengambat pencukuran bulu domba
5. Bahkan pada dapat menghalangi satwa pada daerah sarangnya atau
menghalangi pembentukan sarang burung manyar, seperti dilaporkan di
Taman Nasional Bali Barat
Contoh tumbuhan invasif mendapat skor tinggi misalnya M. invisa Bidens
biternata di savanna yang dapat tumbuh padat, juga C. odorata serta L. camara yang
tumbuh padat di padang rumput Alas Purwo misalnya karena dapat membentuk
massa tumbuhan padat menghalangi gerakan banteng.
5. Apakah tumbuhan invasif itu berlengaruh pada
kesehatan satwa atau manusia?
Skor
Tinggi
Tumbuahn invasif itu sangat beracun
menyebabkan kematian atau sakit serius bagi satwa
maupun manusia
3
Medium
Tumbuhan itu kadang2 menyebabkan kesakitan
fisik (onak duri) dan sakit (alergi) pada satwa
maupun manusia, kadang2 menyebabkan kematian
2
rendah
Tumbuhan ini dapat menyebabkan kesakitan
ringan pada satwa maupun manusia tetapi segera
hilang
1
Tidak ada
Tumbuhan tidak berpengaruh pada kesehatan
satwa mapun manusia
0
Tidak tahu ?
.
Pertanyaan ini ingin melihat bagaimana tumbuhan invasif itu mempengaruhi
kesehatan hewan (ternak maupun satwa liar) dan manusia. Perhatikan bahwa
apabila tumbuhan invasif itu beracun non-palatable. Abaikan pengaruh kelaparan
karena pertumbuhan rumput yang turun atau kesulitan mencapat daerah padang
rumput, karena itu sudah dicakup dalam pertanyaan 2 dan 4. Tumbuhan invasif
yang berpengaruh pada kesehatan hewan atau manusia misalnya kecubung(Datura
metel L.)

17
 
6. Apakah tumbuhan invasif itu berpengaruh besar positif/negatif pada
kesehatan lingkungan?

Pengaruh
besar
positif

Pengaruh
besar
negatif
Berpengar
uh kecil /
tidak ada
Tidak tahu
Skor a – f -1 1 0 ?
a. Makanan/naungan?
Tumbuhan invasif berpengaruh negatif misalnya
Digitaria ciliaris yang menjadi inang blas pada padi,
sedang yang berpengaruh positif misalnya Cassia
cobanensis, Antigonon leptopus, Turnera subulata,
Euphorbia heterophylla, yang menyediakan nectar bagi
serangga parasitoid dari ulat kantong (Metisa plana,
Pteroma pendula, Mahasena corbeti) yang menyerang
kelapa sawit.
b. Rezim api?
Ini meliputi perubahan frekuensi, intensitas
dan/atau timing kebakaran. Misalnya invasi
Chromolaena odorata di hutan sekunder yang membuat
hutan rentan kebakaran
c. Meningkatkan unsur
hara?
Leguminosae seperti Acacia nilotica meningkatkan
kandungan unsur hara tanah, walupun
menguntungkan bagi pertanian, tetapi memfasilitasi
invasi gulma lain, seperti Thespesia lampas, Bidens
biternata, Aciranthes aspera dsb.
d. Salinitas tanah?
Apakah daun tumbuhan invasif mengandung garam
tinggi? Dekomposisi daun seperti ini mengingkatkan
salinas tanah permukaan
e. Stabilitas tanah?
Apakah tumbuhan ini meningkatkan erosi tanah atau
sedimentasi waduk?
f. Permukaan air tanah?
Apakah tumbuhan invasif ini menaikkan atau
menurunkan permukaan air tanah? Apakah ini
dampak negatif atau positif?
Jumlah a+b+c+d+e+f >3 2 – 3 1
Nol atau
kurang
Skor Akhir 3 2 1 0

18
 
Pertanyaan ini melihat apakah tumbuhan invasif itu berpengaruh atau
berdampak besar dalam jangka panjang pada tanah dan lingkungan. Pengaruh ini
mungkin menguntungkan atau merugikan. Dampak atau pengaruh itu akan
terlihat ketika tumbuhan invasif itu merubah struktur vegetasi seperti invasi
tumbuhan berkayu misalnya Acacia nilotica pada savanna di Taman Nasional
Baluran. Keputusan adanya dampak besar itu harus didukung dengan data atau
studi ilmiah atau setidaknya berdasarkan pendapat ahli.

DISTRIBUSI POTENSIAL
Seksi ini melihat pada berapa besar kemungkinan pemanfaatan lahan itu
mengandung risiko diinvasi oleh tumbuhan invasif itu. Ini tergantung pada
preferensi iklim dan tanah bagi tumbuhan invasif itu. Misalnya beberapa
tumbuhan invasif mungkin hanya sesuai pada daerah dengan curah hujan tinggi,
atau hanya sesui pada tanah alkalin ( pH tinggi). Perbedaan dalam pemanfaatan
lahan juga harus dipertimbangkan. Misalnya pemanfaatan lahan untuk
perkebunan, tumbuhan invasif menjadi masalah di perkebunan tebu misalnya
tetapi tidak demikian pada perkebunan karet. Skor ini juga harus
mempertimbangkan dimana tumbuhan invasif itu akan tumbuh mencapai
kerapatan sedemikian sehingga memperoleh skor dampak. Artinya kalau anda
mengasumsikan bahwa hanya apabila populasi tinggi akan memperoleh skor,
abaikan daerah dimana tumbuhan invasif itu hanya akan ada dalam populasi
rendah, ketika menentukan distribusi potensial. Pertanyaan ini paling baik dijawab
dengan peta topografi, pemanfaatnan lahan dan tanah dari daerah yang
dievaluasi. Data spasial itu dapat diperoleh dari GeoEye dan Landsat ETM-7
yang setelah peta vegetasi selesai dibangun dapat dianalisis dengan ArcView,
seperti diuraikan dalam pemetaan A.nilotica oleh Setiabudi et al (2013).
Kalau memakai peta langkah berikut mungkin dapat membantu
mengestimasikan persen daerah dari sistem pemanfaatan lahan yang sesuai untuk
tumbuhan invasif itu:

19
 
1. Petakan pemanfaatan lahan dimeja gambar anda. Kalau tidak mempunyai
peta pemanfaatan lahan anda dapat memperkirakan dari peta topografi
dengan mempatkan lembar plastik transparan diatas peta topografi itu lalu
mengaransir atau menghitamkan daerah pemanfaatan lahan dari peta
2. Perhatikan kesesuaian iklim dan tanah bagi tumbuhan invasif, dan tipe
vegetasi/tanaman budidaya/atau savanna dalam sistem pemanfaatan lahan
dimana tumbuhan invasif itu sesuai. Letakkan lembar plastik transparan
diatas peta pemanfaatan lahan dan aransir atau hitamkan daerah
pemanfaatan lahan yang sesuai bagi pertumbuhan spesies invasif itu.
3. Bandingkan peta tumbuhan invasif dan peta pemanfaatan lahan untuk
mengestimasikan persentase lahan yang dimanfaatan yang sesuai untuk
tumbuhan invasif . Lalu jawab pertanyaan dibawah ini.
Dengan peta tadi berapa persen lahan yang dimanfaatkan itu
sesuai untuk pertumbuhan tumbuhan invasif
SKOR
>80% lahan
sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar
pada 80% lahan yang diuji
10
60-80% lahan
sesuai
Tumbuahn invasif berpotensi menyebar
pada 60-80% lahan
8
40-60% lahan
sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar
pada 40-60 lahan
6
20-40% lahan
sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar
pada 20-40% lahan
4
10-20% lahan
sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar
pada 10-20% lahan
2
5-10% lahan
sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar
pada 5 – 10 % lahan
1
1-5% Lahan
sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar
pada 1-5% lahan
0,5
Tidak sesuai
Tumbuhan invasif tidak sesuai dengan
kondisi di lahan yang diuji
0
Tidak tahu ?

20
 
NILAI RISIKO TUMBUHAN INVASIF SECARA KOMPARATIF
Skor atau nilai analisis risiko dikalkulasi dengan menyesuaikan skor atau nilai
keinvasifan, dampak dan potensi distribusi pada skala 0-10 dan kemudian
mengkalikan nilai nilai ini. Risiko tumbuhan invasif ini nilainya maksimum 1000,
dan minimum 0.
Penilaian risiko tumbuhan invasif dibagi menjadi:
1. Keinvasifan (K), nilai total yang diperoleh pada tabel skoring dibagi 15
kemudian dikalikan dengan 10 hasilnya dibulatkan menjadi satu angka
desimal.
2. Dampak (D), nilai total dari tabel skoring dibagi 19 dikalikan dengan 10
dibulatkan menjadi satu angka desimal.
3. Potensi Distribusi (PD), nilai total dari tabel skorsing
Mengapa mengkalikan nilai atau skor keinvasifan, dampak dan potensi distribusi ?
Mengkalikan memberikan sebaran yang lebih lebar dari skor, daripada
pertambahan (misalnya sebaran dari 0-1000, dibandingkan dengan 0-30).
Mengkalikan adalah logis karena ini interaksi antar kriteria. Misalnya dampak dari
suatu tumb.invasif dapat diukur dalam rupiah per hektar pertahun, distribusi
potensial diukur dalam hektar, dan keinvasifan (yaitu laju penyebaran) adalah
ukuran dalam arti penambahan hektar dibandingkan hektar tahun sebelumnya.
Dampak (Rp/ha/th) × Potensi Distribusi (ha) × Keinvasifan (ha th ini/ha th lalu)

Ketika mengkalikan besaran diatas, semua unit hektar akan terkensel
sehingga pentingnya tumbuhan invasif diukur dalam rupiah pertahun.
Dalam mengkalikan skor kriteria keinvasifan, dampak dan potensi distribusi, kita
mengikuti kalkulasi diatas tanpa menyertakan nilai dolar maupun hektar.

21
 
Indeks risiko tumbuhan invasif dikategorikan berdasarkan nilai risiko masing-
masing spesies. Nilai risiko menunjukkan potensi dampak yang ditimbulkan oleh
tumbuhan invasif (Tabel 1).
Tabel 1 Kategori risiko tumbuhan invasif
Nilai Risiko Risiko >192 Sangat Tinggi
101 – 192 Tinggi
39 – 100 Sedang
13 – 38 Rendah
<13 Abaikan

Skor diatas hanya untuk satu tipe sistem pemanfaatan lahan.
Pemanfaatan lahan berbeda nilainya dan berbeda satu dengan yang lain dan sukar
untuk mengukurnya. Misalnya skor risiko tumbuhan invasif untuk lahan
pertanian lebih rendah dibandingkan dengan sistem pemanfaatan lahan yang lain,
ini mungkin karena tingkat pengelolaan tumbihan invasif di lahan pertanian itu
lebih tinggi, bukan berarti bahwa tumbuhan invasif di lahan pertanian itu tidak
penting.

22
 
3. FISIBILITAS PENGELOLAAN
Pertanyaan tentang fisibiltas pengelolaan dibagi menjadi tiga kriteria
utama, biaya kontrol, distribusi tumbuhan invasif dan persistensi pengendalian(kontrol).
Biaya kontrol meliputi biaya pengelolaan deteksi, biaya kontrol riel di lapang, dan
keperluan penguatan dan pendidikan. Distribusi mempertimbangkan seberapa
luas penyebaran tumbuhan invasif itu. Persisten mengacu pada periode dimana
hasilnya bisa bertahan. Nilai atau skor setiap kriteria ini dikalikan (masing2
bervariasi dari 0 – 10) untuk memberikan nilai fisibilitas sebagai pecahan dari
1000. Kemudian bisa dihitung fisibilitas pengendalian untuk sistem pemanfaatan
lahan yang sedang diuji , agar dapat dibandingkan langsung dengan skor atau nilai
risiko tumbuhan invasif dari sistem pemanfaatan lahan yang sama untuk
menentukan prioritas kontrol.
Bagi pertanyaan berikut ini nilai atau skor yang lebih tinggi menunjukkan fisibilitas
pengelolaan yang lebih rendah .
BIAYA KONTROL
Seksi ini mengindikasikan biaya kontrol per hektar pada tahun pertama
dari target kontrol, untuk suatu infestasi dari tumbuhan invasif yang telah
mencapai kerapatan maksimum pada sistem pemanfaatan lahan yang
terkena risiko. Empat faktor biaya utama terkait dengan program kontrol yang
terkoordinasi ini adalah menemukan tumbuhan invasif itu, menilai dan menindak
infestasi itu di lapang, dan mencapai komitment fihak yang terkait atau pemangku
kepentingan.

23
 

Bagaimana mudah tumbuhan invasif ini dideteksi
Total
(a + b + c + d)
Skor
a. Tinggi saat dewasa
b. Ada pertumbuhan
tajuk
7 atau 8 3
□ <0.5 m 2 □ < 4 bulan 2 5 atau 6 2
□ 0.5 – 2 m 1 □ 4 – 8 bulan 1 3 atau 4 1
□ > 2 m 0 □ > 8 bulan 0 0, 1 atau 2 0
□ tidak tahu ? □ tidak tahu ? ?
c. Fitur pembeda
d. Tinggi pra reproduksi
relatif terhadap
vegetasi lain
□ tidak ada 2 □ dibawah kanopi 2
□ kadang berbeda 1 □ tinggi sama 1
□ selalu berbeda 0 □ diatas kanopi 0
□ tidak tahu ? □ tidak tahu ?

Pertanyaan ini mengindikasikan biaya menemukan infestasi tumbuhan
invasif. Bagian (a), (b) dan (c) terkait dengan infestasi baru. Bagian (d) terkait
dengan penemuan dan tindakan terhadap tumbuhan sebelum reproduksi.
a) Tumbuhan yang lebih tinggi dapat dilihat dari jarak lebih jauh.
b) Pertumbuhan tajuk mempertimbangkan kapan tajuk kelihatan (hidup atau
mati). Tumbuhan semusim dan beberapa menahun (misalnya, banyak
tumbuhan semusim di savanna yang tidak kelihatan ketika musim kering
seperti Bidens biternata atau yang menahun seperti Chromolaena odorata yang
tidak nampak karena sudah kering mati setelah berbunga dan berbuah)
c) Fitur yang membedakan meliputi penampakan, bau daun, bunga dan buah.
Ini mengindikasikan bagaimana nampak jelas tumbuhan invasif diantara
vegetasi lain. Misalnya bentuk dan lembaran daun Thespesia lampas yang lebar
berbeda dengan daun rumput dalam savanna.
d) Tinggi pra- reproduktif mengacu pada bagaimana menemukan tumbuhan
invasif untuk dikontrol sebelum menghasilkan biji atau membentuk umbi.
Kontrol harus dilaksanakan sebelum reproduksi kalau eradikasi lokal yang
dikehendaki. Tinggi pra-reproduktif biasanya lebih rendah daripada pada
saat dewasa ( maturity) dan tumbuhan invasif itu akan tumbuh bersama

24
 
diantara vegetasi lain. Oleh karena itu tinggi tumbuhan invasif
dideskripsikan relatif terhadap tinggi kanopi dari vegetasi lain. Misalnya
ketika mempertimbangkan tumbuhan invasif pada sistem pemanfaatan
lahan rotasi tanaman budidaya/padang rumput maka kanopi adalah tinggi
dari tanaman budidaya.
1. Seperti apa secara umum aksesabilitas infestasi yang
telah diketahui
Skor
□ Rendah Sebagian besar lokasi infestasi sukar diakses 2
□ Mdium Sebagian besar lokasi dapat diakses 1
□ Tinggi Seluruh infestasi dapat diakses 0
□ Tidak ada
Tidak diketahui ada tumbuan invasif di
lokasi yang diuji
0
□ Tidak tahu ?

Lokasi mungkin susah dicapai karena kemiringan, berbebatuan, vegetasi yang
padat dan/atau permukaan air. Ini akan memperlambat pencarian dan aktivitas
kontrol. Mungkin ada perbedaan aksesabilitas karena musim (misalnya musim
kering sungai dapat dilewati), tetapi jawablah pertanyaan2 itu dalam pengertian
pencarian dan waktu kontrol tumbuhan invasif itu optimal.

2. Berapa mahalkah biaya kontrol tumbuhan invasif dngan
memakai tehnik yang memaksimumkan efikasi dan
meminimkan kerusakan non target
Skor
a. Biaya kimia, bahan
bakar, dan peralatan
untuk operasi
b. Biaya buruh
Jumlah
(a + b)
Sebaran
0 - 8
□ Tinggi sekali4 □ Tinggi sekali 4 7 – 8 4
□ Tinggi 3 □ Tinggi 3 5 – 6 3
□ Medium 2 □ Medium 2 3 – 4 2
□ Rendah 1 □ Rendah 1 1 – 2 1
□ Tidak sesuai 0 □ Tidak sesuai 0 □ Tidak tahu ?
□ Tidak tahu ? □ tidak tahu ?

25
 
Pilih kategori biaya (A, B atau C) untuk sistim pemanfaatan lahan yang diuji. Ini
memungkinkan estimasi biaya kontrol secara realistik.

Herbisida adalah bahan utama untuk mengendalikan tumbuhan invasif.
Pengendalian secara fisik berupa pemangkasan/pemotongan batang,
pendongkelan dengan pengungkit, buldozer misalnya. Jangan dihitung biaya
kapital untuk membeli peralatan.
3. Seperti apa tingkat kerjasama pemangku
kepentingan dalam area terinvasi?
Skor
□ Rendah
Pengendalian tumbuhan invasif tidak
dilakukan. Biaya dan teknik tdk
tersedia
2
□ Medium
Perlu perobahan metode
pengendalian, biaya dan teknik
tersedia
1
□ Tinggi
Perlu sedikit perubahan saja untuk
mengendalian tumbuhan invasif
0
□ Tidak tau ?

Disamping dari biaya di lapang mencakup pencarian dan kontrol
tumbuhan invasif, suatu program pengendalian terkoordinasi akan mempunyai
jangkauan luas meliputi biaya extensi/ pendidikan, penguatan manajemen proyek
dan administrasi. Kemudahan me motivasi dan mengkoordinasi para pemangku
kepentingan dalam proyek yang sedang berlangsung, bervariasi dengan sistem
pemanfaatan lahan, terutama sehubungan dengan kapasitas finansial utnuk
menunjang program pengendalian.



Kategori Biaya
A B C Skor
Amat tinggi > 5,0 juta rup > 3,0 juta rup 2,0. juta rup 4
Tinggi 2,0 - 3,0 juta 1,0 – 2,0 juta 0,5 – 1,0 juta 3
Medium 1,0 – 2,0 juta 0,5 – 1,0 juta 0,3 – 0,5 juta 2
Rendah < 1,0 juta <0,5 juta < 0,3 juta 1

26
 
DISTRIBUSI TUMBUHAN INVASIF
Istilah ini untuk membedakan dengan “potensi distribusi” ketika menghitung
risiko tumbuhan invasif, sedang “distribusi saat ini” adalah distribusi riel di lapang.
Seksi ini mencoba menilai seberapa luas tumbuhan invasif saat ini tersebar
didaerah yang akan dikendalikan. Ini mempertimbangkan proporsi invasi dari
lahan yang dikelola dan keseluruhan pola invasi dalam kawasan sistem
pemanfaatan lahan yang kita kaji. Disini dibedakan antara “lahan yang dikelola”
dan lahan diluar lahan yang dikelola tetapi masih ada dalam sistem pemanfaatan
lahan yang dikaji.
2. Berapa persen dari lahan yang dikelola diinvasi oleh
tumbuhan Invasif saat ini dan dari keseluruhan sistem
pemanfaatan lahan ?
Skor
 > 80% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif itu menginvasi >80% lahan yang
dikelola dalam sistem pemanfaatan lahan yang
dievaluasi
10
 60 – 80% lahan
terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 60 - 80% lahan 8
 40 – 60% lahan
terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 40 – 60% lahan 6
 20 – 40% lahan
terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 20 - 40% lahan 4
 10 – 20% lahan
terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 10 – 20% lahan 2
 5 – 10% lahan
terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi 5 - 10% lahan 1
 1 – 5% lahan terinvasiTumbuhan invasif menginvasi 1 – 5% lahan 0.5
 < 1% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi lahan yang dikelola
tapi kurang dari 1%
0.1
 0% lahan terinvasi
dan 20 – 40% diluar
dlm sistem
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola tapi
menginvasi 20 - 40 % dikawasan sistem pemanfaatan
lahan
2
 0% lahan terinvasi
dan 10 – 20% diluar
dlm sistem
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola tapi
menginvasi 10 - 20 % dikawasan sistem pemanfaatan
lahan
1
 0% lahan terinvasi
dan 5 –10% diluar
dlm sistem
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola tapi
menginvasi 5 - 10 % dikawasan sistem pemanfaatan
lahan
0.5
 0% lahan terinvasi
dan 1 – 5% diluar
dlm sistem
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola tapi
menginvasi 1 - 5 % dikawasan sistem pemanfaatan
lahan
0.1
 0% lahan terinvasi
dan < 1% diluar
dlm sistem
Tumbuhan invasif tdk ada di lahan yang dikelola dan
menginvasi kurang dari 1 % dikawasan sistem
pemanfaatan lahan
0.05
 0% dalam sistem
Tumbuhan invasif itu tidak ada dalam sistem
pemanfaatan yang sedang dievaluasi
0
 Tidak tahu ?

27
 

Tujuan containment (isolasi) adalah mencegah penyebaran tumbuhan invasif pada
sistem pemanfaatan lahan yang rentan. Makin besar areal yang terinvasi relatif
terhadap lahan yang dikelola makin kecil fisibilitasnya untuk isolasi. Dalam tabel
diatas diasumsikan bahwa kemungkinannya kecil sekali bahwa tumbuhan invasif
yang telah menginvasi 40% dari kawasan pemanfaatan lahan tidak ditemukan
dalam lahan yang dikelola.
3. Seperti apa pola distribusi tumbuhan invasif dalam
sistem pemanfaatan lahan ?
Skor
□ Tersebar luas
Tumbuhan invasif ditemukan dalam
infetasi besar dan kecil diseluruh daerah
sistem pemanfaatan lahan
2
□ Terpencar merata
Tumbuhan invasif ditemukan sebagai
infestasi kecil tersebar disebagian besar
sistem pengelolaan lahan
1
□ Terbatas
Tumbuhan invasif terlokalisir hanya pada
beberapa lokasi dalam keseluruhan sistem
pemanfaatan lahan, tidak ternaturalisasi
0
□ Tidak ditemuka
Tumbuhan invasif itu tidak ada dalam
sistem pemanfaatan lahan yang dikaji
0
□ Tidak tahu ?

Suatu tumbuhan invasif yang tersebar luas akan lebih sukar untuk dikendalikan
daripada yang penyebarannya terbatas padaatau devisi dari suatu sistem
pemanfaatan lahan. Pada kondisi pertama akan lebih luas areal yang terinvasi
melibatkan berbagai variasi lingkungan sehingga juga akan mengancam areal yang
lebih luas.

28
 
PERSISTENSI
Seksi ini mengindikasikan berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mengeradikasi tumbuhan invasif itu. Ini ini mempertimbangkan efikasi target
pengendalian, umur reproduksi, lamanya bank biji dan kemungkinan pemencaran.
1. Berapa efektifkah pengendalian yang ditargetkan pada
infestasi tumbuhan invasif itu?
Skor
□ Rendah
Lebih dari 25% tumbuhan invasif dari
target tahunan, survive
3
□ Medium
Sampai 25% tumbuhan invasif dari target
tahunan survive
2
□ Tinggi
Sampai 5% tumbuhan invasif dari target
tahunan survive
1
□ Sangat tinggi
Sampai 1% tumbuhan invasif dari target
tahunan survive
0
□ Tidak tahu ?

Apakah perlakuan herbisida atau metode fisik lainnya dengan biaya yang telah
disiapkan itu mematikan seluruh tumbuhan invasif dalam infestasi itu?
Efikasi dapat turun karena :
 Toleransi terhadap atau rekoveri dari perlakuan.
 Perlakuan yang tidak sempurna (beberapa individu tidak terkena perlakuan)
 Regenerasi vegetatif (misalnya A. nilotica yang tumbuh kembai)
 Pertumbuhan dari biji
2. Berapakah periode minimum untuk reproduksi seksual
atau propagul vegetatif?
Skor
□ < 1 bulan Minimum waktu generasi < 1 bulan 3
□ <1 tahun Minimum waktu generasi < 1 tahun 2
□ < 2 tahun Minimum waktu generasi < 2 bulan 1
□ > 2 tahun Minimum waktu generasi 2 tahun 0
□ Tidak tahu ?

29
 
Makin pendek periode ke fase reproduksi, makin tinggi frekuensi perlakuan
pengendalian yang diperlukan dan makin besar peluang tumbuhan invasif itu
tidak terkena sebelum reproduksi. Tumbuhan akuatik seperti Salvinia molesta dapat
bereproduksi secara vegetatif dengan sangat cepat.
3. Berapakah lama maksimum propagul seksual maupun
vegetatif tetap viabel?
Skor
□ > 5 tahun Propagul seksual atau vegetatif dapat dorman
setidaknya selama 5 th
2
□ 2 – 5 tahun Propagul seksual atau vegetatif dapat dorman
selama 2 - 5 th
1
□ < 2 tahun Propagul seksual atau vegetatif dapat dorman
kurang dari 5 th
0
□ Tidak tahu ?
Lamanya bank biji didalam tanah adalah penentu utama berapa lama
infestasi harus dikendalikan untuk menentukan keberhasilan eradikasi.
4. Berapa besar kemungkinan propagul baru tetap
datang pada lokasi yang dikaji atau mulai
menginisiasi infestasi baru?
Total
(a +b)
Skor
a. Penyebaran jarak
jauh secara alamiah
b. Tumbuh 4 3
□ Sering 2□ Biasanya ditanam 2 2-3 2
□ Kadang-kadang 1□ Kadang-kadang ditanam 1 1 1
□ Jarang 0□ Tidak ditanam 0 0 0
□ Tidak tahu ? □ Tidak tahu ? Tidak tahu ?

30
 
SKOR FISIBILITAS PENGELOLAAN
Skor fisibilitas pengelolaan dihitung dengan menyesuaikan skor biaya
pengendalian, distribusi dan persistensi kedalam sebaran skor dari 0 – 10 dan
mengalikannya satu dengan lainnya. Fisibilitas pengelolaan akan mempunyai nilai
maksimum 1000, dan minimum 0.
Fisibilitas pengelolaan dibagi menjadi tiga kriteria utama, yaitu:
1. Biaya pengendalian (B), nilai total yang diperoleh pada tabel skoring dibagi
15 kemudian dikalikan dengan 10 hasilnya dibulatkan menjadi satu angka
desimal.
2. Distribusi Tumbuhan Invasif (DTI), nilai total yang diperoleh pada tabel
skoring dibagi 12 kemudian dikalikan dengan 10 hasilnya dibulatkan menjadi
satu angka desimal.
3. Persistensi Pengendalian (P), nilai total yang diperoleh pada tabel skoring
dibagi 11 kemudian dikalikan dengan 10 hasilnya dibulatkan menjadi satu
angka desimal.
Biaya Pengendalian (Rp/ha/th) × Distribusi IAS (ha) × Persistensi Pengendalian (th)
Ketika mengalikan ketiga skor kriteria itu unit hektar dan tahun dihilangkan
sehingga fisibilitas pengelolaan diukur dalam rupiah. Dalam mengalikan skor
kriteria biaya pengendalian, distribusi saat ini dan durasi pengendalian kita meniru
kalkulasi diatas tanpa menyertakan dimensi hektar dan tahun.
Fisibilitas pengelolaan tumbuhan invasif menunjukkan kemungkinan atau peluang
pengendalian. Semakin tinggi nilai fisibilitas maka pengendalian terhadap
tumbuhan invasif tidak berarti atau tidak berdampak secara signifikan (Tabel 2).
Tabel 2 Kategori fisibilitas pengelolaan tumbuhan invasif
Nilai Fisibilitas Fisibilitas
>113 Tidak Bearti
56 –112 Rendah
31 –55 Medium
14 –30 Tinggi
<14 Sangat Tinggi

31
 
4. MENENTUKAN PRIORITAS PENGELOLAAN
Matrikx berikut ini memberikan panduan aksi strategis pengelolaan tumbuhan
invasif yang tepat. Spesies tumbuhan invasif yang berbeda akan kelihatan berada
pada posisi yang berbeda dalam matriks, berdasarkan skor risiko dan fisibilitas
pengelolaannya. Setiap sistem pemanfaatan lahan akan mempunyai matriks
tersendiri.
Risiko
Tumbuhan
Invasif
Fisibilitas pengelolaan
Diabaikan
> 113
Rendah
56 – 112
Medium
31 – 55
Tinggi
14 – 30
Tinggi
sekali
<14
Diabaikan
<14
Aksi
Terbatas
Aksi
Terbatas
Aksi
Terbatas
Aksi
Terbatas
Monitor
Rendah
15 – 38
Aksi
Terbatas
Aksi
Terbatas
Aksi
Terbatas
Monitor Monitor
Medium
39 – 101
Kelola Situs Kelola Situs Kelola Situs
Melindungi
Situs
Mencegah
Penyebaran

Tinggi
102 – 192
Kelola
Tumbuhan
invasif
Kelola
Tumbuhan
Invasif
Melindungi
Situs
Mencegah
penyebaran
Musnahkan
Infestasi
Sangat tinggi
>192
Kelola
Tumbuhan
Invasif
Lindngi Situs
& kelola
Tumbuhan
Invasif
Mencegah
Penyebaran
Musnahkan
Infestasi

Eradikasi

Berikut ini prinsip panduan untuk setiap kategori pengelolaan di dalam matriks.
Pada skala lansekap prinsip ini perlu diinterpretasikan dalam pengertian keluaran
yang berbeda untuk setiap sistem pemanfaatan lahan, bagi setiap spesies
tumbuhan invasif yang berbeda. Misalnya suatu tumbuhan invasif mendapat
ranking “musnahkan infestasi” pada suatu sistem pemanfaatan lahan, dan “ aksi
terbatas” pada sistem pemanfaatan lahan yang lain. Dalam hal ini pengendalian
terkoordinasi masih diperlukan pada kasus pemanfaatan lahan yang belakangan
untuk memungkinkan proteksi pemanfaatan lahan yang pertama. Istilah “Daerah
Pengelolaan” dapat saja dipakai untuk skala spasial yang berbeda, mis. Level
Nasional, Regional, sistem pemanfaatan lahan.

S I A G A

32
 
SIAGA
Spesies tumbuhan invasif yang diketahui tidak ada di daerah pengelolaan dan
menjadi ancaman nyata mendapat skor “0”dalam Fisibilitas Pengelolaan karena
ketidakberadaan didaerah itu.
Pengelolaan kategori SIAGA ini bertujuan untuk mencegah datang dan mapannya
spesies itu:
 Mencegah masuk kedalam daerah pengelolaan
 Pengamatan berkelanjutan untuk serangan tumbuhan invasif (mis.inspeksi
nurseri)
 Pelatihan aktivitas kesadaran masyarakat agar dapat melakukan deteksi dini
ERADIKASI
Bertujuan untuk memusnahkan tumbuhan invasif dari daerah
pengelolaan
 Pengamatan dan pemetaan detail untuk menentukan lokasi dari invasi.
 Memusnahkan semua infestasi meliputi bank biji
 Mencegah pemasukan kedalam dan perdagangan didalam daerah pengelolaan
 Melarang menanam dan mengkultivasi tumbuhan invasif
 Monitor perkembangan program eradikasi
MUSNAHKAN INFESTASI
Bertujuan mengurangi secara signifikan spesies tumbuhan invasif di
dalam daerah pengelolaan
 Pengamatan dan Pemetaan detail untuk melokasi semua infestasi .
 Musnahkan semua infestasi, ditujukan untuk eradikasi lokal pada daerah
yang fisibel
 Mencegah pemasukan kedalam dan gerakan dan perdagangan di dalam
daerah pengelolaan.
 Melarang menanam
 Memonitor progres reduksi.

33
 
MENCEGAH PENYEBARAN
Bertujuan mencegah penyebaran yang terjadi dari tumbuhan invasif di
dalam daerah pengelolaan
 Pengamatan dan pemetaan untuk melokasi semua infestasi pada seluruh
unit lokasi (kepemilikan lahan, desa, unit subsistem dalam ekosistem)
 Kendalikan semua infestasi untuk mengurangi kerapatan tumbuhan
invasif secara signifikan.
 Mencegah pemasukan ke dan gerakan dan perdagangan didalam daerah
pengelolaan
 Tidak mengisinkan penyebaran (kalau ditanam)
 Monitor perubahan dari distribusi yang ada.
MELINDUNGI SITUS
Bertujuan untuk mencegah penyebaran tumbuhan invasif kedalam situs
kunci/aset dng nilai ekonomi tinggi, lingkungan dan/atau sosial
 Tumbuhan invasif mungkin berada pada distribusi terbatas dan hanya
mengancam pada industri/habitat terbatas (risiko tumbuhan invasif rendah).
Atau tumbuhan invasif itu mungkin lebih tersebar luas tetapi belum
menginvasi /berdampak pada banyak industri/ habitat ( risiko tumbuhan
invasif yang lebih besar).
 Pengamatan dan pemetaan untuk menentukan lokasi semua daerah terinvasi.
 Mengindentifikasi situs kunci /aset di dalam daerah pengelolaan .
 Pengelolaan infestasi pada areal dekat situs kunci/aset yang bertujuan untuk
mengurangi kerapatan tumbuhan invasif secara signifikan.
 Membatasi gerakan dan perdagangan spesies tumbuhan invasif dalam daerah
pengelolaan.
 Mencegah pnyebaran tumbuhan invasif yang dikultivasi (kalau ditanam) g
berdekatan dengan sirus kunci.
 Monitor perubahan distribusi saat ini didalam dan yang berdekatan dengan
situs kunci.

34
 
MENGLOLA TUMBUHAN INVASIF
Bertujuan untuk mereduksi dampak ekonomi, lingkungan dan/atau sosial
secara keseluruhan dari tumbuhan invasif melalui pengelolaan target.
 Penelitian dan pengembangan paket Pengelolaan Tumbuhan Invasif
secara Terpadu (PTIT) meliputi pemakaian herbisida dan pengendalian
hayati yang mana yang lebih fisibel
 Mempromosikan paket PTIT pada pemangku kepentingan (termasuk
pemilik lahan)
 Monitor penurunan dampak tumbuhan invasif karena perbaikan
pengelolaan
 Identifikasi situs kunci/aset dalam daerah pengelolaan dan pastikan
kecukupan sumberdaya untuk mengelola tumbuhan invasif
MENGELOLA SITUS
Bertujuan untuk menjaga nilai ekonomi. lingkungan dan/atau sosial
secara keseluruhan dari situs kunci/aset melalui perbaikan pengelolaan
Tumbuhan Invasif secara umum.
 Promosikan prinsip umum PTIT kepada pemangku kepentingan
meliputi seperangkat teknik metode pengendalian, menjaga kemampuan
kompetisi dari vegetasi alam/tanaman budidaya/pastur, kesehatan dan
rencana pengelolaan sistem pemanfaatan lahan.
 Identifikasi situs kunci/aset di dalam daerah pengelolaan dan pastikan
kecukupan sumberdaya untuk megelola ini dan menjaga nilai aset
tersebut.
 Perluas fokus diluar masalah tumbuhan invasif pada semua proses yang
mengancam

35
 
MONITOR
Bertujuan untuk mendeteksi perubahan signifikan risiko spesies umbuhan
invasif. Monitor penyebaran spesies dan review perobahan yang ada dalam
keinvasifan spesies tumbuhan
AKSI TERBATAS
Spesies tumbuhan invasif hanya akan ditargetkan untuk pengendalian
terkoordinasi dalam daerah pengelolaan apabila keberadaan secara lokal
membuat spesies ini kemungkinan menyebar pada sistem pemanfaatan
lahan yang diranking sebagai prioritas tinggi.
 Ambil tindakan untuk mengendalikan kalau diperlukan untuk
keuntungan sistem pemanfaatan lahan yang berada dalam risiko untuk
diinvasi.
 Kalau tidak, saran terbatas pada pengelola, apabila diperlukan.

36
 
DAFTAR PUSTAKA
Downey,P.O., S.B. Johnson, J. G. Virtue and P. A. Williams 2010. Assessing risk
across the spectrum of weed management. CAB Reviews: Perspectives in
Agriculture, Veterinary Science, Nutrition and Natural Resources 2010 5,
No. 038. http://www.cabi.org/cabreviews
Soerjani, M. 1977. Weed Management and Weed Science Development in
Indonesia. Proceedings of Sixth Asian Pacific Weed Science Conference , Jakarta,
Indonesia, 11-17 July 1977. Vol. I : 31 – 41
Tjitrosoedirdjo et al, 2010. Allocating priorities to invasive plant spesies for their
management in Indonesia. Jurnal & Tumbuhan Invasif Tropika 2(1): 20-27
Virtue, J. G. and Melland, R. L. (2003). The Environmental Weed Risk of
Revegetation and Forestry Plants. DWLBC Report 2003/02. The
Department of Water, Land and Biodiversity Conservation. (Available at
www.dwlbc.sa.gov.au)

37
 
Lampiran 1 Daftar pertanyaan penilaian risiko tumbuhan invasif
Keinvasifan (Invasiveness)
1. Bagaimana kemampuan tumbuhan invasif mapan diantara tumbuhan asli yang ada Skor
□ Amat tinggi
Semai dengan mudah mapan diantara vegetasi yang rapat atau antara
infestasi gulma lain yang rapat
3
□ Tinggi
Semai dengan mudah mapan dalam vegetasi yang terbuka atau antara
infestasi rata rata saja dari tumbuhan lain yang ada.
2
□ Medium
Semai mapan ketika sudah ada gangguan moderat pada vegetasi yang
ada yang mengurangi banyak kompetisi, seperti pemotongan
rumput, pembersihan pohon, banjir terkendali, kekeringan.
1
□ Rendah
Semai memerlukan tanah terbuka untuk mapan, meliputi misalnya
pembersihan seresah. Ini terjadi ketika gangguan besar terjadi seperti
kultivasi, overgrazing, pembakaran, banjir atau kekeringan lama.
0
□ Tidak tahu ?

2. Seperti apa ketahanan tumbuhan invasif ini terhadap praktek pengelolaan umumnya
di sistem pemanfaatan lahan yang kita uji?
Skor
□ Sangat tinggi
Lebih dari 95% gulma itu survive dengan pengendalian
umumnya.
3
□ Tinggi Lebih dari 50% masih survive. 2
□ Medium Kurang dari 50% saja yang bertahan hidup. 1
□ Rendah Kurang dari 5% bertahan hidup. 0
□ Tidak tahu ?

3. Seperti apa kemampuan reproduksi tumbuhan invasif itu
Total
a+b+c
Skor/
nilai
a. Periode berbuah b. Prod. biji c. Repro vegetatif
□ 1 tahun 2 □ Banyak 2 □ Cepat 2 Tinggi 5 -6 3
□ 2-3 tahun 1 □ Sedikit 1 □ Lambat 1
Medium
tinggi
3-4 2
□ >3 tahun 0 □ Tak ada 0 □ Tak ada 0
Medium
rendah
1-2 1
□ Tidak tahu ? □ Tak tahu ? □ Tak tahu ? Rendah 0 0

Tidak
tahu
?

38
 
4. Seperti apa penyebaran jarak jauh ( >100 m) secara alamiah Total
a +b+c+d
Skor
a. Penyebaran oleh burung b. Oleh hewan lain 6,7,8 3
Umum 2 Umum
2
3,4,5 2
Kadang-kadang 1 Kadang-kadang 1 1,2 1
Mungkin tidak 0 Mungkin tidak
0
0 0
Tidak tahu ? Tidak tahu ? Tidak tahu ?
c. Oleh air d. Oleh angin
Umum 2 Umum 2
Kadang-kadang 1 Kadang kadang 1
Mungkin tidak 0 Mungkin tidak
0
Tidak tahu ? Tidak tahu ?



Dampak

1. Apakah tumbuhan invasif menurunkan mapannya tumbuhan yang
dikehendaki
Skor
>50%
reduksi
Tumbuhan invasif menghentikan lebih dari 50% mapannya
tumbuhan yang dikehendaki (regenerasi padang rumput, tanaman
budidaya, dan semai pohon yang ditanam, regenerasi tumbuhan
asli, dengan mencegah perkecambahan atau mematikan
kecambah).
3
10 – 50%
reduksi
Tumbuhan invasif itu menghentikan kemapanan 10 – 50 %
tumbuhan yang dikehendaki
2
10% reduksi
Tumbuhan invasif menghentikan kurang dari 10% tumbuhan
yang dikehendaki
1
Tidak ada
Tumbuhan invasif itu tidak mempengaruhi perkecambahan dan
survival semai dari tumbuhan yang dikehendaki
0
Tidak tahu ?

5. Seperti apa penyebaran jarak jauh oleh manusia
Total
a+b+c+d
Skor
a. Penyebaran sengaja oleh
manusia
b. Penyebaran tanpa sengaja
oleh manusia
6,7,8 3
Umum 2 Umum 2 3,4,5 2
Kadang-kadang 1 Kadang-kadang 1 1.2 1
Mungkin tidak 0 Mungkin tidak 0 0 0
Tidak tahu ? Tidak tahu ? Tak tahu ?
c. Mengkontaminasi hasil bumi d. Dibawa hewan ternak
Umum 2 Umum 2
Kadang-kadang 1 Kadang-kadang 1
Mungkin tidak 0 Mungkin tidak 0
Tidak tahu ? Tidak tahu ?

39
 
2. Apakah tumbuhan invasif itu menurunkan produksi species yang kita
kehendaki?
Skor
Penurunan >50%
Tumbuhan invasif menurunkan produksi tanaman
budidaya, hijauan padang rumput, hasil kayu hutan, atau
jumlah vegetasi ekosistem alam lebih dari 50%
4
Penurunan 25 – 50% Tumbuhan invasif menurunkan produksi 25 -50% 3
Penurunan 10 – 25% Tumbuhan invasif menurun produksi 10 – 25% 2
Penurunan < 10% Tumbuhan invasif menurunkan produksi sampai 10% 1
Tidak ada
Tumbuhan invasif itu tidak berpengaruh pada
pertumbuhan species yang kita kehendaki, atau bahkan
dapat bermanfaat pada suatu tingkat pertumbuhannya
sehingga imbang dengan dampak negatifnya.
0
Tidak tahu ?


3. Apakah tumbuhan invasif ini menurunkan hasil atau jasa yang diperoleh dari
pemanfaatan lahan
Skor
Tinggi
Tumbuhan invasif menurunkan kualitas hasil sehingga tidak dapat
dijual karena kontaminasi yang berlebihan, beracun,
berbau/abnormal (secara fisik maupun kimia). Untuk vegetasi lokal
tumbuhan invasif menurunkan biodiversitas (tumbuhan maupun
hewan) sehingga tidak sesuai untuk didaerah konservasi.
3
Medium
Tumbuhan invasif menurunkan kualitas dan harga produk. Untuk
daerah vegetasi lokal menurunkan biodiversitas dan menurunkan
prioritas untuk konservasi.
2
Rendah
Menurunkan kualitas tetapi sedikit saja, harga masih bagus, hanya
sedikit mempengaruhi vegetasi lokal. Untuk daerah urban tidak ada
dampak.
1
Tidak ada Tidak ada pengaruh kepertanian, vegetasi alam maupun perkotaan 0
Tidak tahu ?
 
4. Apakah tumbuhan invasif itu membatasi gerakan manusia, ternak, kendaraan,
mesin dan/atau air?
Skor
Tinggi
Infestasi tumbuhan invasif tidak dapat dilewati sepanjang tahun,
sehingga mencegah gerakan fisik manusia, hewan, kendaraan dan air.
3
Medium
Infestasi gulma jarang sampai tidak bisa dilewati, tetapi secara
signifikan memperlambat gerakan fisik manusia, hewan,
kendaraan/mesin atau air sepanjang tahun.
2
Rendah
Infestasi gulma tidak pernah sampai tidak bisa dilewati, tetapi secara
signifikan memperlambat gerakan fisik manusia atau hewan,
kendaraan pada suatu saat dalam setahun atau menimbulkan
hambatan aliran air.
1
Tidak ada Tumbuhan invasif tidak berpengaruh pada gerakan hewan. 0
Tidak
tahu
?

40
 
5. Tumbuhan invasif itu berlengaruh pada kesehatan satwa atau manusia? Skor
Tinggi
Tumbuhan invasif itu sangat beracun menyebabkan kematian atau
sakit serius bagi satwa maupun manusia
3
Medium
Tumbuhan itu dapat menyebabkan kesakitan fisik (onak duri) dan
sakit (alergi) pada satwa maupun manusia, serta dapat
menyebabkan kematian
2
Rendah
Tumbuhan ini dapat menyebabkan kesakitan ringan pada satwa
maupun manusia tetapi segera hilang
1
Tidak ada
Tumbuhan tidak berpengaruh pada kesehatan satwa mapun
manusia
0
Tidak tahu ?

6. Apakah tumbuhan invasif itu berpengaruh besar positif/negatif pada kesehatan
lingkungan?

Pengaruh besar
positif

Pengaruh
besar negatif
Berpengaruh
kecil / tidak
ada
Tidak
tahu
Skor (a) – (f) -1 1 0 ?
(a) Makanan/naungan?
Tumbuhan invasif berpengaruh negatif misalnya Digitaria ciliaris
yang menjadi inang blas pada padi, sedang yang berpengaruh
positif misalnya Cassia cobanensis, Antigonon leptopus, Turnera
subulata, Euphorbia heterophylla, yang menyediakan nectar bagi
serangga parasitoid dari ulat kantong (Metisa plana, Pteroma
pendula, Mahasena corbeti) yang menyerang kelapa sawit.
(b) Rezim api?
Ini meliputi perubahan frekuensi, intensitas dan/atau timing
kebakaran. Misalnya invasi Chromolaena odorata di hutan sekunder
yang membuat hutan rentan kebakaran .
(c) Meningkatkan
unsur hara?
Leguminosae seperti Acacia nilotica meningkatkan kandungan
unsur hara tanah, walupun menguntungkan bagi pertanian,
tetapi memfasilitasi invasi gulma lain, seperti Thespesia lampas,
Bidens biternata, Aciranthes aspera.
(d) Salinitas tanah?
Apakah daun tumbuhan invasif mengandung garam tinggi?
Dekomposisi daun seperti ini mengingkatkan salinas tanah
permukaan
(e) Stabilitas tanah?
Apakah tumbuhan ini meningkatkan erosi tanah atau
sedimentasi waduk?
(f) Permukaan air
tanah?
Apakah tumbuhan invasif ini menaikkan atau menurunkan
permukaan air tanah? Apakah ini dampak negatif atau positif?
Jumlah
a +b +c +d +e +f
>3 2-3 1
Nol atau
kurang
Skor untuk (6) 3 2 1 0

41
 
Distribusi Potensial
Dengan peta tadi berapa persen lahan yang dimanfaatkan itu sesuai untuk
pertumbuhan tumbuhan invasif
Skor
>80% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 80% lahan
yang diuji
10
60-80% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 60-80%
lahan
8
40-60% lahan sesuai Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 40-60 lahan 6
20-40% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 20-40%
lahan
4
10-20% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 10-20%
lahan
2
5-10% lahan sesuai
Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 5 – 10 %
lahan
1
1-5% Lahan sesuai Tumbuhan invasif berpotensi menyebar pada 1-5% lahan 0,5
Tidak sesuai
Tumbuhan invasif tidak sesuai dengan kondisi di lahan
yang diuji
0
Tidak tahu ?

Fisibilitas Pengelolaan
Biaya Kontrol
1. Bagaimana mudah tumbuhan invasif ini dideteksi
Total
(a + b + c +
d)
Skor
a) Tinggi saat dewasa b) Ada pertumbuhan tajuk 7 atau 8 3
□ <0,5 m 2 □ < 4 bulan 2 5 atau 6 2
□ 0,5 – 2 m 1 □ 4 – 8 bulan 1 3 atau 4 1
□ > 2 m 0 □ > 8 bulan 0 0,1 atau 2 0
□ Tidak tahu ? □ Tidak tahu ? ?
c) Fitur pembeda
d) Tinggi pra reproduksi relatif
terhadap vegetasi lain
□ Tidak ada 2 □ Dibawah kanopi 2
□ Kadang berbeda 1 □ Tinggi sama 1
□ Selalu berbeda 0 □ Diatas kanopi 0
□ Tidak tahu ? □ Tidak tahu ?

2. Seperti apa secara umum aksesabilitas infestasi yang telah diketahui Skor
□ Rendah Sebagian besar lokasi infestasi sukar diakses 2
□ Medium Sebagian besar lokasi dapat diakses 1
□ Tinggi Seluruh infestasi dapat diakses 0
□ Tidak ada Tidak diketahui ada tumbuan invasif di lokasi yang diuji 0
□ Tidak tahu ?

42
 
3. Berapa mahalkah biaya kontrol tumbuhan invasif dngan memakai tehnik
yang memaksimumkan efikasi dan meminimkan kerusakan non target
Skor
a) Biaya kimia, bahan bakar,
dan peralatan untuk operasi
b)Biaya buruh Jumlah
(a + b)
Sebaran
0 - 8
□ Tinggi sekali 4 □ Tinggi sekali 4 7,8 4
□ Tinggi 3 □ Tinggi 3 5,6 3
□ Medium 2 □ Medium 2 3,4 2
□ Rendah 1 □ Rendah 1 1,2 1
□ Tidak sesuai 0 □ Tidak sesuai 0 □ Tidak
tahu
?
□ Tidak tahu ? □ Tidak tahu ?


Kategori Biaya
Skor
A B C
Amat tinggi > Rp. 5,0 juta > Rp.3,0 juta Rp. >1,0. juta 4
Tinggi Rp. 2,0 - 3,0 juta
Rp. 1,0 – 2,0
juta
Rp. 0,5 – 1,0
juta
3
Medium
Rp. 1,0 – 2,0
juta
Rp. 0,5 – 1,0
juta
Rp. 0,3 – 0,5
juta
2
Rendah < Rp. 1,0 juta < Rp.0,5 juta < Rp. 0,3 juta 1


4. Seperti apa tingkat kerjasama pemangku kepentingan dalam area
terinvasi?
Skor
□ Rendah Pengendalian tumbuhan invasif tidak dilakukan. Biaya dan
teknik tidak tersedia
2
□ Medium Perlu perobahan metoda pengendalian, biaya dan teknik
tersedia
1
□ Tinggi Perlu sedikit perubahan saja untuk mengendalian tumbuhan
invasif
0
□ Tidak tau ?

43
 
Distribusi Tumbuhan Invasif

1. Berapa persen dari lahan yang dikelola diinvasi oleh tumbuhan Invasif saat
ini dan dari keseluruhan sistem pemanfaatan lahan ?
Skor
□ > 80% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif itu menginvasi >80% lahan
yang dikelola dalam sistem pemanfaatan lahan
yang dievaluasi
10
□ 60 – 80% lahan terinvasi Tumbuhan invasif menginvasi 60 - 80% lahan 8
□ 40 – 60% lahan terinvasi Tumbuhan invasif menginvasi 40 - 60% lahan 6
□ 20 – 40% lahan terinvasi Tumbuhan invasif menginvasi 20 - 40% lahan 4
□ 10 – 20% lahan terinvasi Tumbuhan invasif menginvasi 10 - 20% lahan 2
□ 5 – 10% lahan terinvasi Tumbuhan invasif menginvasi 5 - 10% lahan 1
□ 1 – 5% lahan terinvasi Tumbuhan invasif menginvasi 1 - 5% lahan 0,5
□ < 1% lahan terinvasi
Tumbuhan invasif menginvasi lahan yang dikelola
tapi kurang dari 1%
0,1
□ 0% lahan terinvasi dan
20–40% diluar dalam
sistem
Tumbuhan invasif tidak ada di lahan yang dikelola
tapi menginvasi 20 - 40 % dikawasan sistem
pemanfaatan lahan
2
□ 0% lahan terinvasi dan
10-20% diluar dalam
sistem
Tumbuhan invasif tidak ada di lahan yang dikelola
tapi menginvasi 10 - 20 % dikawasan sistem
pemanfaatan lahan
1
□ 0% lahan terinvasi dan
5-10% diluar dalam
sistem
Tumbuhan invasif tidak ada di lahan yang dikelola
tapi menginvasi 5 - 10 % dikawasan sistem
pemanfaatan lahan
0,5
□ 0% lahan terinvasi dan
1-5% diluar dalam
sistem
Tumbuhan invasif tidak ada di lahan yang dikelola
tapi menginvasi 1 - 5 % dikawasan sistem
pemanfaatan lahan
0,1
□ 0% lahan terinvasi dan
<1% diluar dalam
sistem
Tumbuhan invasif tidak ada di lahan yang dikelola
dan menginvasi kurang dari 1 % dikawasan sistem
pemanfaatan lahan
0,05
□ 0% dalam sistem
Tumbuhan invasif itu tidak ada dalam sistem
pemanfaatan yang sedang dievaluasi
0
□ tidak tahu ?

2. Seperti apa pola distribusi tumbuhan invasif dalam sistem pemanfaatan lahan? Skor
□ Tersebar luas
Tumbuhan invasif ditemukan dalam infetasi besar dan kecil
diseluruh daerah sistem pemanfaatan lahan
2
□ Terpencar
merata
Tumbuhan invasif ditemukan sebagai infestasi kecil tersebar
disebagian besar sistem pengelolaan lahan
1
□ Terbatas
Tumbuhan invasif terlokalisir hanya pada beberapa lokasi
dalam keseluruhan sistem pemanfaatan lahan, tidak
ternaturalisasi
0
□ Tidak
ditemukan
Tumbuhan invasif itu tidak ada dalam sistem pemanfaatan
lahan yang dikaji
0

44
 
Persistensi

1. Berapa efektifkah pengendalian yang ditargetkan pada infestasi tumbuhan
invasif?
Skor
□ Rendah Lebih dari 25% tumbuhan invasif dari target tahunan, survive 3
□ Medium Sampai 25% tumbuhan invasif dari target tahunan survive 2
□ Tinggi Sampai 5% tumbuhan invasif dari target tahunan survive 1
□ Sangat tinggi Sampai 1% tumbuhan invasif dari target tahunan survive 0
□ Tidak tahu ?
2. Berapakah periode minimum untuk reproduksi seksual atau propagul vegetatif? Skor
□ < 1 bulan Minimum waktu generasi < 1 bulan 3
□ <1 tahun Minimum waktu generasi < 1 tahun 2
□ < 2 tahun Minimum waktu generasi < 2 tahun 1
□ > 2 tahun Minimum waktu generasi 2 tahun 0
□ Tidak tahu ?

3. Berapakah lama maksimum propagul seksual maupun vegetatif tetap viabel? Skor
□ > 5 tahun
Propagul seksual atau vegetatif dapat dorman setidaknya selama
5 tahun
2
□ 2 – 5 tahun
Propagul seksual atau vegetatif dapat dorman selama 2 – 5
tahun
1
□ < 2 tahun
Propagul seksual atau vegetatif dapat dorman kurang dari 2
tahun
0
□ Tidak tahu ?

Lamanya bank biji didalam tanah adalah penentu utama berapa lama infestasi harus
dikendalikan untuk menentukan keberhasilan eradikasi
4. Berapa besar kemungkinan propagul baru tetap datang pada
lokasi yang dikaji atau mulai menginisiasi infestasi baru?
Total
(a +b)
Skor
a) Penyebaran jarak jauh
secara alamiah
b) Tumbuh 4 3
□ Sering 2 □ Biasanya ditanam 2 2-3 2
□ Kadang-kadang 1 □ Kadang-kadang ditanam 1 1 1
□ Jarang 0 □ Tidak ditanam 0 0 0
□ Tidak tahu ? □ Tidak tahu ? Tidak tahu ?

45
 
Lampiran 2 Contoh Hasil Analisis Risiko Post Border Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango
 
No. Spesies
Kategori
Risiko
Fisibilitas Rekomendasi
1. Ageratina riparia Rendah Tinggi Monitoring
2. Ageratum boustonianum Diabaikan Tinggi Aksi Terbatas
3. Ammomun concinianum Medium Tinggi Lindungi Situs
4. Austroeupatorium inulifolium Tinggi Tinggi Cegah Penyebaran
5. Barletttina sordida Diabaikan Sanggat Tinggi Monitor
6. Brugmansia suaveolens Medium Tinggi Lindungi Situs
7. Caliandra colothyrsus Medium Tinggi Lindungi Situs
8. Cecropia peltata Medium Sangat Tinggi Cegah Penyebaran
9. Cestrum Aurantiacum
Sangat
Tinggi
Tinggi
Musnahkan
Investasi
10. Chimonobambusa quadrangularis
Sangat
Tinggi
Sangat Tinggi Eradikasi
11. Cinchona lancifolia Tinggi Tinggi Cegah penyebaran
12. Clibadium surinamense Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
13. Clidemia hirta Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
14. Cucurbita sp. (liana) Tinggi Sangat Tinggi
Musnahkan
Investasi
15. Diadea sarmentosa Diabaikan Sangat Tinggi Aksi Terbatas
16. Lantana Camara Rendah Sangat Tinggi Monitor
17. Melastoma affine Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
18. Mikania micrantha Medium Sangat Tinggi Cegah Penyebaran
19. Montanoa quadrangularis Medium Sangat Tinggi Cegah Penyebaran
20. Musa acuminata Medium Tinggi Cegah Penyebaran
21. Passiflora ligularis
Sangat
Tinggi
Tinggi
Musnahkan
Investasi
22. Piper aduncum L. Medium Sangat Tinggi Cegah Penyebaran
23. Solanum verbascifolium L. Medium Sangat Tinggi Cegah Penyebaran
24. Solanum chriysothifolium Medium Sangat Tinggi Cegah Penyebaran
 

46
 
Lampiran 3 Contoh Hasil Analisis Risiko Post Border Taman Nasional
Gunung Merapi (TNGM)

Nilai risiko tumbuhan asing invasif di TNGM
Spesies
Nilai Risiko
Indeks
Risiko
Kategori
Risiko
Keinvasifan Dampak
Potensi
Distribus
i
Acacia decurrens 7.3 7.8 6 341.6
Sangat
Tinggi
Pennisetum macrostachyum 5.3 1.0 0.5 1.7 Diabaikan
Chromolena odorata 6.0 4.7 6.0 170.5 Tinggi
Imperata cilyndrica 4.0 4.7 6.0 113.6 Tinggi
Wedeliatrilobata 4.6 3.1 1.0 14.7 Rendah

Nilai fisibilitas pengelolaan tumbuhan asing invasif di TNGM
Spesies
Nilai Fisibilitas
Nilai
Fisibilitas
Kategori
Fisibilitas
Biaya
Kontrol
Distribusi Persistensi
Acacia decurrens 6.0 2.5 2.8 42.0 Medium
Pennisetum macrostachyum 5.8 1.6 6.3 58.5 Rendah
Chromolena odorata 4.6 1.5 6.3 43.5 Medium
Imperata cilyndrica 2.7 2.7 5.4 39.4 Medium
Wedeliatrilobata 4.6 2.5 3.6 41.4 Medium

Rekomendasi pengelolaan tumbuhan asing invasif di TNGM
Spesies Kategori Risiko Fisibilitas Rekomendasi
Acacia decurrens Sangat Tinggi Medium Cegah Penyebaran
Pennisetum macrostachyum Diabaikan Rendah Aksi Terbatas
Chromolena odorata Tinggi Medium Lindungi Situs
Imperata cilyndrica Tinggi Medium Lindungi Situs
Wedeliatrilobatata Rendah Medium Aksi Terbatas

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

47
 
Lampiran 4 Contoh Hasil Analisis Risiko Post Border Taman Nasional
Baluran
 
No Spesies Risiko
Fisibilitas
Pengelolaan
Rekomendasi
1 Acacia auriculiformis Bent. Diabaikan Sangat tingi Monitor
2 Acacia nilotica (L.) Delile Sangat Tinggi Tidak berarti Aksi Terbatas
3 Acalypha wilkesiana M.A. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
4 Acacia xanthophloea (Benth.) Diabaikan Sangat tingi Monitor  
5 Aeschynomene americana (L.) Medium Rendah Kelola Situs
6 Agave vivipara L. Diabaikan Sangat tingi Monitor
7 Ageratum conyzoides (L.) Rendah Medium Aksi terbatas
8 Albizia saman (Jacq.) Merr. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
9 Aloe vera (L.) Burm.f. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
10 Alternanthera pungens Kunth Diabaikan Sangat tingi Monitor  
11
Austroeupatorium inulifolium (Kunth)
R.M.King & H.Rob.
Rendah Sangat tingi
Monitor
 
12 Azadirachta indica A.Juss. Medium Tidak berarti
Mencegah
penyebaran
13 Barleria lupulina Lindl. Rendah Sangat tingi Monitor  
14 Boerhavia erecta L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
15 Calliandra calothyrsus Meisn. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
16 Calopogonium mucunoides Desf. Rendah TINGGI Monitor  
17 Canna indica L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
18 Cascabela thevetia (L.) Lippold Diabaikan Sangat tingi Monitor  
19 Celosia argentea L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
20 Centrosema pubescens Benth. Rendah TINGGI Monitor  
21
Chromolaena odorata (L.) R.M.King &
H.Rob.
Sangat Tinggi Medium Melindungi situs
22 Cleome rutidosperma DC. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
23 Crassocephalum crepidioides (Benth.) S.Moore Diabaikan Sangat tingi Monitor  
24 Crotalaria incana L. Rendah Sangat tingi Monitor  
25 Croton hirtus L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
26 Cucurbita moschata DUCH Medium Sangat tingi
Mencegah
penyebaran
27 Cyperus alternifolius L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
28 Cyperus eragrostis Lam. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
29 Delonix regia (Hook.) Raf. Medium Sangat tingi
Mencegah
penyebaran
30 Eichhornia crassipes (Mart.) Solms Diabaikan Sangat tingi Monitor  
31 Eleutheranthera ruderalis (Sw.) Sch.Bip. Rendah TINGGI Monitor  
32 Euphorbia heterophylla L. Medium TINGGI Melindungi situs
33 Euphorbia hirta L. Medium Medium Kelola Situs
34 Gliricidia sepium (Jacq.) Walp. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
35 Hyptis capitata L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  

48
 
No Spesies Risiko
Fisibilitas
Pengelolaan
Rekomendasi
36 Hyptis pectinata Poit. Medium Rendah Kelola Situs
37 Hyptis suaveolens (L.) Poit. Sangat Tinggi Medium
Mencegah
penyebaran
38 Ipomoea fistulosa Mart. ex Choisy Medium Sangat tingi
Mencegah
penyebaran
39 Jatropha curcas L. Rendah Medium Aksi Terbatas
40 Jatropha gossypifolia L. Sangat Tinggi Medium
Mencegah
penyebaran
41 Lantana camara L. Sangat Tinggi Rendah
Lindungi Situs
dan Kelola
Tumbuhan
Invasif
42 Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit Diabaikan Sangat tingi Monitor  
43 Melinis repens (Willd.) Zizka Rendah Sangat tingi Monitor  
44 Millingtonia hortensis L.f. Rendah Sangat tingi Monitor  
45 Mimosa invisa Colla Sangat Tinggi Rendah
Lindungi Situs
dan Kelola
Tumbuhan
Invasif
46 Muntingia calabura L. Rendah Sangat tingi Monitor  
47 Opuntia elatior Mill. Medium Tinggi Monitor  
48 Passiflora foetida L. Medium Medium Kelola Situs
49 Phaseolus lathyroides L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
50 Physalis angulata L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
51 Ruellia tuberosa L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
52 Salsola kali L. Diabaikan TINGGI Monitor  
53 Sansevieria trifasciata Diabaikan Sangat tingi Monitor  
54 Sphenoclea zeylanica Gaertn. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
55 Spigelia anthelmia L. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
56 Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl Diabaikan Sangat tingi Monitor  
57 Synedrella nodiflora (L.) Gaertn. Diabaikan Sangat tingi Monitor  
58 Tamarindus indica L. Medium Rendah Kelola Situs
59 Tridax procumbens L. Diabaikan Sangat tingi Monitor