I.W. Sasongko, S. Anggiani / Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

239
ANALISIS PENGARUH PERILAKU ORGANISASI DAN
KEPEMIMPINAN DALAM MEMPERLANCAR
TUJUAN SUATU ORGANISASI
Oleh:
Irwan Widya Sasongko¹
Sarfilianti Anggiani²
¹
,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Program Doktoral
Universitas Trisakti
Email:
[email protected]
ABSTRACT
This research to convey that organizational behaviour is closely related to
leadership in improving organizational performance and also plays a major role in
the success of an organization. To find out the extent to which organizational
behaviour and leadership improve performance, descriptive methods are used by
conducting qualitative data analysis. Analysis is carried out through literature
studies on several relevant books, publications, reports or news. From the results
of the review, it was found that there are still treatments that need to be improved
and paid attention to between groups and individuals as well as ways of leading so
that organizational performance can achieve goals.
Keywords:Individual Behaviour, Leadership, Organizational Behaviour
ABSTRAK
Penelitian ini menyampaikan bahwa perilaku organisasi sangat erat hubungannya
dengan kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja organisasi dan juga sangat
berperan atas keberhasilan suatu organisasi. Untuk mengetahui sejauh mana
perilaku organisasi dan kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja digunakan
metode deskriptif dengan melakukan analisis data kualitatif. Analisis dilakukan
melalui studi literatur pada beberapa buku, publikasi, laporan atau berita yang
relevan. Dari hasil tinjauan ditemukan masih ada perlakuan yang perlu dibenahi dan
diperhatikan diantara kelompok dan individu serta cara-cara memimpin sehingga
kinerja organisasi dapat mencapai tujuan dengan waktu yang telah ditentukan.
Kata kunci: Kepemimpinan, Perilaku Individu, Perilaku Organisasi

Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

240
A. PENDAHULUAN
Pemahaman atas makna perilaku organisasi berarti memahami perilaku para
anggota organisasi, baik secara individu maupun secara kelompok karena dengan
memahami perilaku organisasi akan diperoleh manfaat berupa pemahaman
bagaimana para anggota organisasi berperilaku yang berarti juga berusaha
memahami perilaku manusia. Memahami perilaku manusia adalah suatu hal yang
sulit karena setiap manusia sebagai individu mempunyai perilaku yang berbeda-
beda.
Perilaku organisasi lebih ditekankan pada bagaimana membuat orang-orang
terbiasa bekerja dalam tim kerja yang efektif. Kinerja Tim akan lebih unggul dari
kinerja individu-individu karena tugas yang harus dilakukan menuntut
keterampilan ganda. Pada tatanan professional, perilaku organisasi dituntut
menunjukkan pada suatu sikap dan perilaku dari individu dan kelompok dalam
organisasi serta interaksinya dengan konteks organisasi itu sendiri. Berbagai
pendekatan dan teori telah dikembangkan untuk memahami dan menjelaskan esensi
kepemimpinan. Salah satu pendekatan yang telah mendapatkan perhatian luas
adalah pendekatan perilaku kepemimpinan. Pendekatan perilaku (behavioral
approach) merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan
atau kegagalan pemimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang
dilakukan oleh pemimpin yang bersangkutan. Dalam pelaksanan implementasi
kepemimpinan dalam organisasi kerja yang terjadi saat ini Pimpinan dan para
anggota masih mengabaikan pentingnya pendekatan perilaku sebagai aspek yang
memperlancar tujuan Organisasi. Pendekatan yang terjadi masih bersifat biasa-
biasa saja (business as usual), seperti pendekatan yang bersifat top down yang
merupakan salah satu hambatan utama yang dihadapi organisasi. Hambatan yang
cukup popular dalam organisasi kerja adalah rendahnya motivasi kerja karyawan
yang sekaligus menghambat pencapaian efektivitas organisasi yang menuntut
adanya peran aktif dari pelaku organisasi. Diperlukan pendekatan perilaku
organisasi yang mampu meningkatkan kompetensi/keterampilan sumber daya
manusianya untuk dapat mengelola sumber daya lain yang ada dalam organisasi
dalam mencapai tujuan dan memperlancar tercapainya tujuan suatu Organisasi.
Pendekatan perilaku kepemimpinan menempatkan fokus pada perilaku dan
tindakan pemimpin sebagai faktor utama yang memengaruhi kinerja individu dan
kelompok dalam suatu organisasi. Dalam pendekatan ini, perhatian diberikan pada
apa yang dilakukan pemimpin, bagaimana mereka berinteraksi dengan bawahan,
dan bagaimana perilaku mereka memengaruhi motivasi dan kinerja. Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pada kesempatan ini peneliti
sangat tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Perilaku
Organisasi dan Kepemimpinan Dalam Memperlancar Tujuan Suatu Organisasi.
B. KAJIAN PUSTAKA
Perilaku Organisasi
Robbins & Judge, (2013) dalam (Tewal et al., 2017) mendefiniskan bahwa
organizational behaviour is a field of study that investigates the impact that
individuals, groups, and structure have on behavior within organizations, for the

I.W. Sasongko, S. Anggiani / Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

241
purpose of applying such knowledge toward improving an organization’s
effectiveness yang bermakna bahwa Perilaku organisasi adalah bidang studi yang
menyelidiki dampak yang dimiliki individu, kelompok, dan struktur terhadap
perilaku di dalam organisasi, dengan tujuan menerapkan pengetahuan tersebut
untuk meningkatkan efektivitas organisasi). Kemudian (Jailani, 2022)),
menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah hubungan atara individu dan
berbagai hal disekitar tempat dia berada, baik dalam lingkup keluarga, pekerjaan,
dan masyarakat. Dengan demikian perilaku organisasi sangat memengaruhi
kemajuan sautu organisasi.
Selanjutnya Robbins (1993) dalam (Selanno, 2014) mengemukakan
pengertian perilaku organisasi (Organizational behaviour) as a field of study that
investigated the impact that individuals, groups, and structure have on behaviour
within organization for the purpose of applying such knowledge toward improving
an organization’s effectiveness, yakni sebuah studi yang menyelidiki pengaruh
yang dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam
organisasi yang bertujuan menerapkan ilmu pengetahuan semacam ini guna
meningkatkan efektivitas suatu organisasi. (Selanno, 2014) juga menjelaskan
bahwa organisasi merupakan wadah berkumpulnya sekelompok orang-orang yang
mempunyai tujuan bersama. Dengan demikian secara definitif perilaku dalam
organisasi sendiri adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku
manusia dalam suatu organisasi, atau kelompok tertentu.
Dengan mengacu pendapat kedua pakar di atas, (Tahir, 2014) menegaskan
bahwa perilaku organisasi berhubungan dengan cara manusia berinteraksi disemua
jenis dan jenjang organisasi. Dalam organisasi, setiap anggota dididik, dilatih dan
diperkerjakan, diberi informasi, dilindungi dan dikembangkan. Dengan demikian
dapat dipahami dengan jelas bahwa perilaku organisasi merupakan cara dan
bagaimana seseorang bertindak dan bertingkah laku di dalam suatu organisasi.
Perilaku Kepemimpinan
Menurut Kreitner & Kinicki (2005) dalam (Sahrudin, 2021) menyatakan
bahwa kepemimpinan (leadership) didefinisikan sebagai “Suatu proses pengaruh
sosial dimana peran pemimpin untuk mengusahakan partisipasi sukarela dari para
bawahannya dalam suatu target guna mencapai tujuan organisasi.” Mendefinisikan
arti kepemimpinan (leadership) sebagai suatu keahlian dalam memberikan
pengaruh pada individu atau sekelompok orang untuk memperoleh visi atau tujuan.
Seperti halnya pada organisasi formal, dampak ini dapat menjadi bersifat formal
yang diberikan oleh pimpinan yang memegang sebuah jabatan pada organisasi
sehingga harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh bawahannya. Seorang pemimpin
dalam dilihat dari bagaimana pemimpin tersebut dapat memengaruhi orang lain
dengan kharisma yang dimilikinya dan juga dapat mengendalikan semua situasi dan
kondisi yang sedang dihadapinya di lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan, maka perusahaan perlu membangun strategi untuk
bisa bersaing dalam pasar yang kompetitif dan dengan meningkatkan kinerja
perusahaan. (Harjanti,( 2017). Di dalam sebuah fenomena persaingan yang semakin
banyak dan juga ketat antar perusahaan, maka setiap perusahaan harus bisa tampil
lebih baik dibandingkan dengan pesaing lainnya. Keunggulan yang kompetitif

Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

242
tersebut baru bisa dicapai ketika perusahaan itu memiliki lingkungan kerja yang
baik. Pandangan di atas menjadi panduan (Iqbal et al., 2015) bahwa kinerja
perusahaan juga tergantung pada kinerja karyawan karena karyawanlah yang
merencanakan, melaksanakan dan yang melakukan evaluasi atas kinerja. Pada
bagian dari karya, upaya, ketekunan dan efisiensi mereka yang tak kenal lelah
mengarah pada tujuan yang diinginkan adalah replika berbagai gaya
kepemimpinan. Menurut (Elgelal & Noermijati, 2015) dua gaya perilaku pemimpin
dianggap berada di ujung satu rangkaian. Meskipun pandangan ini menunjukkan
bahwa para pemimpin mungkin sangat berpusat pada pekerjaan, sangat berpusat
pada karyawan, atau di suatu tempat diantara keduanya.
Penjelasan Siagian (2002) dalam (Jannah, 2019), indikator-indikator
kepemimpinan yang terkandung dalam perilaku organisasi adalah pertama iklim
saling mempercayai. Sangat penting bagi pimpinan dan karyawan untuk
menciptakan iklim atau suasana saling mempercayai. Kondisi ini akan tercipta
ketika seorang pemimpin memperlakukan bawahannya dengan baik dan
bertanggung jawab serta pihak bawahan menerima dan mempercayai sikap
pemimpin. Kedua, penghargaan terhadap ide bawahan. Seorang pemimpin yang
senantiasa memberikan apresiasi terhadap ide-ide yang diberikan oleh karyawan
akan memberikan perasaan tersendiri bagi bawahannya. Karyawan akan
bersemangat dalam menciptakan ideide kreatif yang berkaitan dengan pencapaian
tujuan organisasi di masa yang akan datang.
Ketiga, memperhitungkan perasaan para bawahan. Perasaan adalah sesuatu
yang sangat sensitif yang ada pada diri manusia. Ketika pimpinan memberikan
perhatian kepada seluruh karyawan secara baik dan adil, maka hal ini akan
memberikan pengaruh positif bagi performa para karyawan. Hal ini dikarenakan,
bahwa perhatian yang diberikan kepada manusia merupakan visi manajerial yang
didasarkan pada aspek kemanusiaan dari perilaku seorang pemimpin. Keempat,
perhatian pada kenyamanan kerja. Hubungan antara individu dan kelompok akan
menciptakan harapan-harapan dari perilaku individu. Dari harapan ini, akan
menghasilkan peranan tertentu yang harus dimainkan. Sebagian orang harus
memerankan sebagai pemimpin sementara lainnya berperan sebagai bawahan.
Kelima, pengakuan terhadap status bawahan. Pemimpin dalam berhubungan
dengan anggotanya perlu mengakui dan menghormati status yang disandang
anggotanya secara tepat dan profesional. Pengakuan atas status para anggota secara
tepat dan profesional mencakup sejauh mana para anggota dapat menerima dan
mengakui kekuasaannya dalam menjalankan kepemimpinan. Keenam, perhatian
pada kesejahteraan. Seorang pemimpin dalam fungsi kepemimpinannya akan selalu
berkaitan dengan dua hal penting yaitu hubungan dengan bawahan dan hubungan
yang berkaitan dengan tugas. Perhatian tersebut dapat berupa berbuat baik pada
bawahan, bertukar pikiran dengan bawahan, dan memperjuangkan kepentingan
bawahan.
Ketujuh, memperhitungkan faktor kepuasan kerja. Dalam sebuah organisasi
seorang pemimpin harus senantiasa memperhitungkan faktor-faktor apa saja yang
dapat menimbulkan kepuasan kerja para bawahan dalam menyelesaikan tugasnya,
dengan demikian hubungan yang harmonis antara pemimpin dan bawahan akan
tercapai.

I.W. Sasongko, S. Anggiani / Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

243
Kepemimpinan Dalam Organisasi
Pandangan Stoner tentang model Kepemimpinan dalam Andiwilaga, (2018)
menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang disukai oleh
para pemimpin dalam proses mengarahkan dan memengaruhi pekerjaan dan
karyawan. Model ini di aplikasikan sebagai acuan dalam memahami perilaku
pemimimpin dan manajemen, secara keseluruhan manajer dalam tingkat tertinggi
dapat memengaruhi keseluruhan jalannya suatu organisasi.
John W. Davis, Keith & Newstrom dalam Jailani, (2022) menjelaskan ada
lima model perilaku organisasi yang paling sering digunakan dalam satu abad
terakhir. Model ini dipakai sebagai acuan dalam memahami perilaku pemimimpin
dan manajemen, secara keseluruhan manajer dalam tingkat tertinggi dapat
memengaruhi keseluruhan jalannya suatu organisasi. Di bawah ini diuraikan model
tersebut.
Model Autokratik. Model ini lebih mengutamakan kekuatan. Manajer
mempunyai kekuatan atau wewenang untuk menempatkan pegawai pada pekerjaan
sesuai kehendaknya, dan manajer berhak memberikan sanksi jika pegawai tidak
mengikuti perintahnya, dan manajer memiliki kekuasaan mutlak atas pegawai atau
bawahannya. Dalam prakteknya dalam model ini pegawai harus diarahkan dan
didorong untuk melaksanakan pekerjaannya. Manajemen mempunyai pandangan
bahwa pegawai harus mematuhi semua peraturan yang ditetapkan oleh pimpinan.
Para pegawai di awasi secara ketat. Pada prakteknya manajer mempunyai
kekuasaan mutlak, ia bisa memecat, memanggil, menindak lanjut pegawai sesuai
keinginannya. Kelemahan model seperti ini adalah adanya keterbatasan
manajemen, dimana seorang manajer mengatur seluruh hal secara detail dalam
perjalanan perusahaan sehari-hari. Manajer mengatur waktu serta proses, bahkan
sampai kepada hal kecil sekalipun. Permasalahan yang terdapat dalam model ini
dan mikro manajemen adalah mengakibatkan rendahnya moral karyawan,
pengambilan keputusan buruk (tidak ada yang berani membantah), dan biasanya
sering terjadi penggatian pegawai.
Model Kustodial. Pendekatan model ini tergantung pada sumber daya
ekonomi yang dimiliki, modal dan upah, untuk memotivasi karyawan dalam
bekerja. Perusahaan harus memiliki keuangan yang cukup untuk bisa menutupi
kebutuhan ini. Sebagian besar karyawan menginginkan adanya program
kesejahteraan, seperti ; adanya perumahan, asuransi kesehatan, gaji lembur, uang
pensiun, dan hari liburan. Permasalahan dari model kustodial ini adalah adanya
ketergantungan perusahaan terhadap karyawan karena keamanannya. Para pegawai
suka terhadap perusaan bukan karena perusahaannya akan tetapi karena keamanan
yang didapat dari tempat mereka bekerja sehingga mereka merasa enggan untuk
keluar. Dalam model ini para karyawan fokus untuk mendapatkan imbalan
ekonomis, mereka cukup berperan, akan tetapi kurang termotivasi dalam bekerja,
mereka hanya pasif saja. Perusahaan yang memakai pendekatan kustodial ini
biasanya terlihat dari rendahnya pergantian keluar dan masuk pegawai.
Model Suportif, Model ini menganggap bahawa karyawan mau bekerja dan
dan karyawan didorong dan di motivasi untuk menggunakan kemampuan
terbaiknya. Para karyawan lebih besar motivasi dalam dirinya karena adanya status
atau pengakuan dan pengahargaan yang diberikan dan lebih baik dari dua model di

Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

244
atas tadi. Pendekatan model bukan materi (uang), akan tetapi bagaimana seorang
manajer dalam memberikan perlakuan terbaiknya kepada karyawan. Manajer yang
suka memberikan dukungan dan semangat membantu karyawan dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam menyelesaikan pekerjaan. Namun
demikian, beberapa pimpinan ada yang setuju akan tetapi tidak selalu diaplikasikan
dalam kenyataannya.
Model Kolegial, model ini diperkenalkan sejak sekitar lima puluh tahun
yang lalu. Kolegial yaitu keseluruhan sumber daya manusia bekerja secara
bersama-sama dan saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan. Pada model
ini, manajemen membangun rasa persaudaraan dan persahabatan dengan para
karyawan. Dengan adanya suasana dilingkungan yang mempunyai keterbukaan dan
partisipasi dari berbagai sumber daya manusia. Model kolegial yaitu lebih
menekankan pada kerja sama. Manajer sebagai orang yang melatih untuk
memberikan bantuan dalam membangun tim kerja yang lebih baik. Para pegawai
merasa bertanggung jawab antara satu sama lain agar dapat menghasilkan kualitas
pekerjaan yang lebih baik. Para pegawai memiliki rasa disiplin terhadap diri mereka
sendiri. Sebagaian besar karyawan merasa puas akan apa yang mereka berikan
untuk perusahaan.
Model Sistem. Model sistem mengedepankan terhadap identifikasi
perkembangan dan memanajemen kekuatan dalam diri pegawai. Pimpinan lebih
fokus untuk membantu mengembangkan para pegawai akan harapan, rasa yang
optimis, kepercayaan diri, empati, kepercayaan, rasa dihargai, keberhasilan,
keberanian, dan kebahagiaan. Model ini pimpinan memberikan pendidikan dan
perlindungan kepada karyawan untuk membuat budaya lingkungan kerja yang
positif untuk tercapainya kesuksesan organisasi dan komitmen dan tekat dari para
karyawan.manajer dan karyawan sama-sama memiliki kecerdasan sosial, dimana
manajer sebagai seorang fasilitatornya. Dalam model sistem ini, manajer dan
karyawan sama-sama merasa memiliki dan sama-sama diuntungkan. Setiap orang
dalam organisasi punya rasa memiliki secara psikologis terhadap organisasi,
produk-produk, dan layanannya.
C. METODE PENELITIAN
(Nursanjaya et al., 2021) mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pada penelitian ini
menerapkan pendekatan post positivist dengan menggunakan metode pengumpulan
data yaitu studi literatur (literatur review) terhadap beberapa buku, artikel ilmiah,
publikasi, atau berita tentang perilaku organisasi. Dengan melakukan studi literatur,
peneliti berharap akan mendapatkan teori-teori serta pemikiran yang relevan
dengan masalah perilaku organisasi, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
rujukan dalam melakukan analisis terkait bagaimana agar perilaku organisasi dapat
meberikan dampak yang positif bagi organisasi demi suatu kemajuan organisasi
tersebut. Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian,
khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan
aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis. Studi kepustakaan dilakukan oleh
setiap peneliti dengan tujuan utama yaitu mencari dasar pijakan/fondasi utnuk

I.W. Sasongko, S. Anggiani / Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

245
memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukan
dugaan sementara atau disebut juga dengan hipotesis penelitian. Sehingga para
peneliti dapat mengelompokkan, mengalokasikan mengorganisasikan, dan
menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Seperti yang disampaikan Zed dan
Mestika 2003 dalam Nursalam, (2019) dengan melakukan studi kepustakaan, para
peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah
yang hendak diteliti.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian dan kajian literatur terhadap beberapa buku, artikel
ilmiah, publikasi, atau berita tentang perilaku organisasi, perilaku kepemimpinan,
kepemimpinan dalam organisasi, diperoleh hasil sebagai berikut:
Perilaku Organisasi
Mengkaji perilaku organisasi sifatnya abstrak (tidak bisa dilihat seperti apa
bentuknya keran berkaitan dengan tingkah laku tidak bisa dipastikan). Perilaku
organisasi hanya bisa dianaliasa pada saat situasi tertentu, sehingga sulit
mendapatkan prinsip yang kompleks. Pengertian perilaku organisasi untuk berbagai
disiplin dapat di gambarkan dalam beberapa hal yaitu: pertama, perilaku organisasi;
yaitu suatu kegiatan yang berkaitan dengan cara seorang dalam berpikir, perilaku
dan sama halnya dengan aktivitas yang dilakukan oleh individu, kelompok, maupun
organisasi.
Kedua, perilaku organisasi menyangkut berbagai disiplin yang mencakup
tentang teori, metode serta prinsip-prinsip dari berbagai disiplin ilmu. Ketiga, dalam
organisasi terdapat suatu pengenalan kemanusiaan, dimana terdapat perilaku,
pandangan, perasaan, dan kapasitas dari ilmu yang dimilikinya (kapasitas
pembelajaran). Keempat, perilaku organisasi berkaitan pada kinerja, tujuan dari
organisasi adalah meningkatkan produktivitas, yang nantinya berkaitan dengan
upaya bagaimana perilaku organisasi dapat mencapai tujuan tersebut. Kelima,
lingkungan di luar organisasi sangat berpengaruh terhadap perilaku organisasi.
Keenam, untuk mempelajari perilaku organisasi, kita perlu menggunakan metode
ilmiah, karena perilaku organisasi ini sangat tergantung dari disiplin ilmu yang
meliputinya.
Hasil penelitian (Tahir, 2014) menyebutkan bahwa perilaku organiassi adalah
upaya yang dilakukan oleh individu yang ada didalam organisasi untuk saling
memengaruhi guna suatu perubahan baik berdasarkan kesepakatan maupun tidak,
untuk mencapai tujuan yang sudah di sepakati bersama.
Perilaku Kepemimpinan
Pendekatan perilaku memandang bahwa kepemimpinan dapat dipelajari dari
pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits). Sorotan teori ini adalah tingkah
laku para pemimpin pada saat mereka berupaya memengaruhi para anggota
kelompok, baik secara perseorangan maupun kolektif. Perilaku kepemimpinan

Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

246
dalam penelitian ini merupakan tindakan-tindakan spesifik seorang pemimpin
dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kerja anggota kelompok.
Hasil penelitian (Hutahaean & Simamora, 2018) yang tentang pengaruh
perilaku pemimpin, yakni diperoleh bukti empiris bahwa perilaku pemimpin
berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen pegawai, kepemimpinan
sebagai kemampuan untuk memengaruhi kelompok orang kearah pencapaian
tujuan. Seorang pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang mempunyai visi ke
depan dan mampu mengidentifikasi perubahan lingkungan serta mampu
mentrasformasikan perubahan tersebut ke dalam organisasi. Perilaku
kepemimpinan mampu menempatkan dirinya dengan baik di antara para
bawahannya dengan kata lain duduk sama rendah berdiri sama tinggi mampu
membaur, memotivasi, dan mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap
prestasi bawahan.
Kepemimpinan Dalam Organisasi
Dari hasil penelitian (Guterres et al., 2014) diperoleh pendapat bahwa
kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap budaya organisasi. Hal ini
berarti bahwa semakin baik gaya kepemimpinan dalam organisasi maka semakin
baik penerapan budaya organisasi. Kepemimpinan juga berpengaruh positif
signifikan terhadap motivasi dan kinerja karyawan. Hal ini berarti bahwa semakin
baik gaya kepemimpinan dalam organisasi maka semakin baik pula motivasi kerja
karyawan. Kepemimpinan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
karyawan.
Pembahasan
Untuk memperlancar tujuan suatu organisasi diperlukan pemahaman dan
karakter perilaku organisasi, perilaku kepemimpinan dan kepemimpinan dalam
organisasi, yang pembahasannya adalah sebagai berikut.
Perilaku Organisasi
Dalam membahas perilaku organisasi, perlu dipahami terdapat empat unsur
perilaku organisasi dan tiga level organisasi yang sangat berperan dalam
menciptakan efektivitas organisasi.
Empat Unsur Perilaku Organisasi
Diketahui bahwa unsur-unsur yang akan memengaruhi organisasi yaitu
sebagai berikut: individu atau kelompok yang membentuk organisasi. Dimana
individu berupa mahluk berjiwa, berpikiran, berperasaan yang kemudian
membentuk sistem sosial intern organisasi. Mereka terdiri dari individu-individu
dan kelompok (baik kelompok besar maupun kelompok kecil). Berdasarkan
penelitian (Inayatuddiniyah, 2019) bahwa perilaku individu ataupun seorang yang
ada di dalam organisasi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan
suatu organisasi, seperti persamaan regresi linier dapat ditulis sebagai berikut:
Y = 33,181 + 0,269X

I.W. Sasongko, S. Anggiani / Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

247
Dari persamaan tersebut, dapat diartikan bahwa jika terjadi perubahan pada
perilaku individu sebesar 1% maka kinerja pegawai juga akan mengalami
perubahan sebesar 26,9%.
Untuk memperlancar hubungan antar kelompok, di dalam organisasi juga
perlu adanya komunikasi anta satu pihak yang saling berkaitan dengan pihak
lainnya dalam melakukan aktivitas. Komunikasi sesama karyawan merupakan
suatu hal yang sangat penting, interaksi yang baik antara karyawan dapat
mengurangi dan menghidari konfik sehingga tim kerja yang ada diperusahaan dapat
dihandalkan dalam mengambil keputusan pekerjaan (Rajagukguk, 2017).
Dari berbagai unsur di atas mulai dari orang, struktur, teknologi dan
lingkungan merupaka hal yang tak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya karena
kesemuanya akan saling memerikan pengaruh dan saling mendukung yang nantinya
akan berdampak terhadap suatu organisasi, maju dan mundurnya suatu organisasi
tergantung bagaimana seorang pimpinan dalam memanfaatkan unsur yang ada
sebaik mungkin untuk kepentingan organisasi.
Tiga Level Perilaku Organisasi
Adapun ketiga level prilaku organisasi yang dimaksud adalah: pertama,
tingkat individu, yaitu menganalisis perilaku seseorang berdasarkan interaksi
kepribadian dirinya, mulai dari sifat, sikap dan kepribadian sampai dengan
pengalaman hidupnya. Ada kalanya perilaku seseorang dipengaruhi oleh
kemampuan yang dimilikinya, ada pula faktor kebutuhannya, dipengaruhi oleh
lingkungan dan harapan dalam hidupnya (Purnamasari, 2016).
Kedua, tingkat kelompok yaitu pengaruh yang berasal dari anggota yang ada
di dalam suatu kelompok tersebut baik itu berupa, aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan
kelompok. Ketiga, tingkat organisasi yaitu jabatan yang ada pada seseorang di
dalam suatu organisasi juga akan memberikan pengaruh interaksi yang ada pada
organisasi tersebut. Tingkatan yang akan memengaruhi suatu organisasi adalah ada
yang berasal dari individu, kelompok dan kepemimpinan di dalam organisasi itu
sendiri, atau posisi seseorang di dalam suatu organisasi. Kesemuanya akan saling
memberikan dampak terhadap suatu organisasi.
Perilaku Kepemimpinan
Perilaku dan karakteristik pimpinan dapat ditandai dengan penampilan
perilaku (Agustina, 2018) yang terdiri: Pertama, memberikan keteladanan dalam
kedisiplinan. Hal ini memberikan dampak baik yaitu menimbulkan budaya
kedisiplinan kerja yang diikuti oleh pegawai dan kedisiplinan menaati peraturan.
Selain itu, juga terlaksananya kebiasaan budaya hormat yang bertujuan
menimbulkan karakter kesopanan sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Penerapan
disiplin oleh pimpinan berdampak pada kedisiplinan para supervisor karena meniru
dari pimpnan yang profesional dan disiplin terhadap tugasnya.
Kedua, perilaku kepemimpinan yang tegas. Pimpinan bersikap tegas dalam
menjalankan peraturan dan memberikan tugas. Perilaku kepemimpinan yang sangat
memperhatikan detail suatu rencana yang akan dilaksanakan, koordinasi
(pembagian tugas suatu kegiatan) dilakukan tanpa ada kompromi disesuaikan

Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

248
dengan kemampuan dan kompetensi karyawan. Hal ini berdampak pada
berkembangnya budaya disiplin dan efisiensi kerja para karyawan untuk
melaksanakan tugas karena disertai rasa semangat dan penuh tanggung jawab
dalam melaksanakan tugas yang sudah dibebankan.
Ketiga, perilaku kepemimpinan yang optimis dan semangat. Beberapa
penugasan yang sudah dilakukan untuk meningkatkan mutu pegawai, serta
kesadaran akan kelengkapan perlengkapan dan fasilitas yang dimiliki organisasi
kerja sebagai penunjang prestasi masyarakat. Adanya kebijakan pemimpin untuk
selalu memberikan penghargaan bagi siapa saja yang dapat membawa nama baik
organisasi, menjadi motivasi bagi setiap warga untuk dapat berprestasi. Salah satu
kebijakan yang dibuat yaitu pemberian rangsangan berupa hadiah untuk
meningkatkan motivasi semangat para pegawai, demi tercapainya visi dan misi
organisasi. Bijaksana dalam pengambilan keputusan dan pembagian tugas kepada
bawahan, penempatan orang yang tepat tentu saja akan membuat pekerjaan menjadi
terselesaikan dengan baik.
Kepemimpinan dalam Organisasi
(Prasetya et al., 2017) menjelaskan kepemimpinan dalam organisasi
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam menentukan seluruh kegiatan
diperusahaan. (Milton, 2001) menjelaskan bahwa Faktor-faktor yang dapat
memengaruhi kinerja karyawan pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan
menjadi dua kelompok, yaitu: faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh
setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya. Faktor ekstrinsik
menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan, antara lain kondisi fisik
lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain, sistem penggajian, gaya
kepemimpinan dan pola pengembangan karier. Sedangkan kepemimpinan yang
kurang memberikan perhatian pada bawahannya kurang memberikan peluang di
dalam penciptaan peningkatan kerja karyawannya. Sementara House and Mitchell
mengatakan bahwa : “Gaya kepemimpinan manajer dapat menumbuhkan movitasi
kerja karyawan, tumbuhnya motivasi kerja karyawan akan berdampak pada
peningkatan kinerja karyawan, artinya bahwa gaya kepemimpinan seorang manajer
akan berhubungan positif dengan peningkatan kinerja karyawannya.
Gaya kepemimpinan merupakan faktor eksternal, yang dapat berpengaruh
terhadap kinerja karyawan. (House and Mitchell, 2000). Salah satu gaya
kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan delegatif. Kepemimpinan Delegatif
apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan
agak lengkap. Dengan demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan
kebijakan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Pemimpin
tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya,
sepenuhnya diserahkan kepada bawahan. Pada prinsipnya pemimpin bersikap,
menyerahkan, Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan
pekerjaan kepada bawahan dalam arti pimpinan menginginkan agar para bawahan
bisa mengendalikan diri mereka sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Hasibuan,(2005), menyatakan bahwa kepemimpinan delegatif terlihat saat
seorang pemimpin mendelegasikan wewenang dengan agak lengkap. Dengan

I.W. Sasongko, S. Anggiani / Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

249
demikian, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan bebas atau
leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Tanpa memperdulikan cara bawahan
mengambil keputusan dan mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan
kepada bawahan. Disisi lain Kepemimpinan Situasional merupakan kegiatan
pimpinan dalam usahanya untuk memengaruhi, mendorong, membimbing,
mengarahkan dan menggerakkan karyawan dengan melakukan pendekatan sesuai
situasi tertentu dan tingkat kematangan (maturity) para bawahan yang dipimpin.
Dengan demikian dimensi dari kepemimpinan situasional memiliki tiga indikator
yaitu Cara pimpinan mendorong karyawan berprestasi, Cara pimpinan memberi
perintah atau petunjuk, Cara pimpinan ikut berpartisipasi dengan bawahan.
KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Faktor Internal secara signifikan diketahui sangat memengaruhi Perilaku
Organisasi. Ini dapat diketahui dari faktor intenal yang memengaruhi
perilaku individu dan perilaku kelompok dalam organisasi.
2. Perilaku Organisasi merupakan dapat menjadi indikator utama dalam kajian
terhadap pengaruh yang dimiliki oleh individu, kelompok, dan struktur
terhadap perilaku dalam organisasi yang bertujuan menerapkan ilmu
pengetahuan guna meningkatkan kelancaran operasiona suatu organisasi.
3. Kepemimpinan menyandang posisi ing arso seng tulodo dan ing madyo
mangun karso merupakan panutan para anggotanya. Semakin baik gaya
kepemimpinan dalam organisasi maka semakin baik penerapan budaya
organisasi.
4. Perilaku individu setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda
dalam memengaruhi pola dan sistem kerja organisasi seperti Motivasi,
Persepsi, Sikap, Keperibadian. Untuk itu dalam Pembelajaran Perilaku
kelompok harus metekankan cara berpikir dalam memahami persoalan-
persoalan dan menjelaskan secara nyata hasil penemuan, serta tindakan-
tindakan pemecahannya.

Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

250
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, P. (2018). Karakteristik Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan
Budaya Sekolah di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Karakter, 9(2), 206–
219. https://doi.org/10.21831/jpk.v8i2.21853
Andiwilaga, R. (2018). Kepemimpinan Pemerintah Indonesia (Teori dan
Prakteknya) (1st ed.). Deepublish (CV Budi Utama).
Guterres, N., Gede, S. W., & Made, S. (2014). Pengaruh Kepemimpinan Terhadap
Budaya Organisasi, Motivasi Kerja, Dan Kinerja Pegawai Kantor
Kepresidenan Timor Leste. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Udayana, 3(11), 639 –649.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/view/9653/8965
Harjanti, D. (2017). The effect of social capital and knowledge sharing on
innovation capability. Jurnal Manajemen Dan Kewirahusahaan, 19(2), 65–
71. https://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/man/article/view/20387
Hutahaean, M., & Simamora, D. V. W. O. (2018). Pengaruh Perilaku Pemimpin,
Suasana Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Pegawai Dinas
Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kabupaten Humbang Hasundutan.
Repositsori. https://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/4754
Inayatuddiniyah, I. (2019). U., & Mahfudoh.(2019). Pengaruh Perilaku Individu
Terhadap Kinerja Karyawan Pada Karyawan Hotel Sari Kuring Indah Kota
Cilegon. Prosiding Seminar Nasional Humanis, 153–160.
Iqbal, N., Anwar, S., & Haider, N. (2015). Effect of Leadership Style on Employee
Performance. Arabian Journal Of Business And Management Review, 5(5), 1–
6. https://www.hilarispublisher.com/open-access/effect-of-leadership-style-
on-employee-performance-2223-5833-1000146.pdf
Jailani, K. (2022). Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan.
Widyacarya: Jurnal Pendidikan, Agama Dan Budaya, 6(2), 121–130.
Jannah, M. (2019). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Supervisor Dan Lingkungan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Karyawan Bagian
Produksi Cv. Kairos Sukses Sejati, Yogyakarta). Jurnal Ilmu Manajemen,
16(1), 10–20.
Khalifa Elgelal, K. S., & Noermijati, N. (2014). The Influences of Transformational
Leaderships on Employees Performance (A Study of the Economics and
Business Faculty Employee at University of Muhammadiyah Malang). Asia
Pacific Management and Business Application, 3(1), 48–66.
https://doi.org/10.21776/ub.apmba.2014.003.01.4
Nursalam, N. (2019). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan (87). Stikes Perintis Padang.
Nursanjaya. (2021). Memahami Prosedur Penelitian Kualitatif: Panduan Praktis
untuk Memudahkan Mahasiswa. Negotium : Jurnal Ilmu Administrasi Bisnis,
04(01), 126–141. https://ojs.unimal.ac.id/na/article/view/4925
Prasetya, D. W., Wasiati, I., & Azhari, A. K. (2017). Pengaruh Kepemimpinan
Delegatif Terhadap Kinerja Pencatatan Sipil Kabupaten Jember. International
Journal of Social Science and Business, 1, 197–208.
Purnamasari, H. (2016). Perilaku Organisasi Dalam Pelayanan Administrasi

I.W. Sasongko, S. Anggiani / Journal of Applied Business and Economic (JABE)
Vol. 10 No. 2 (Desember 2023) 239-251

251
Kependudukan (Studi Pelayanan Pembuatan Kartu Keluarga (KK) Pada
Kantor Kecamatan Lemahabang Kabupaten Karawang). Jurnal Politikom
Indonesiana, 1(1), 152.
Rajagukguk, T. (2017). Pengaruh perilaku organisasi terhadap prestasi karyawan
pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Medan. Jurnal Ilmiah
Methonomi, 3(2), 124–137.
Sahrudin. (2021). Pentingnya Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Mutu Pada
Sebuah Organisasi. Proceeding: Islamic University of Kalimantan.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.31602/.v0i0.4721
Selanno, H. (2014). Faktor Internal yang Mempengaruhi Perilaku Organisasi.
Jurnal Populis, 8(2), 44–56.
Tahir, A. (2014). Buku Ajar: Perilaku Organisasi (1st ed.). Deepublish.
Tewal, B., Adolfina, Pandowo, M. H. C., & Tawas, H. N. (2017). Perilaku
Organisasi. CV Patra Media Grafindo.