Gorontalo
Development Review

Vol. 6 No. 1 April 2023
P-ISSN: 2614-5170, E-ISSN: 2615-1375

69

KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PANGAN
Leading Commodities for Food Subsectors


Istiqomah Dunggio
1)
Suharno
2)
Nia Rosiana
3)
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB University
1, 2,3
email: [email protected]
Disubmit: 1 Februari 2023; Direvisi; 20 Maret 2023; Dipublish; 1 April 2023





































Abstract

Based on constant prices, the agricultural sector's GRDP growth rate trends to
decline between 2018 and 2020. Given the various commodities that have been
developed in Gorontalo Regency's agricultural sector, particularly in the food sub-
sector, it is hoped that there will soon be superior commodities that are well
developed and can positively affect the region's economic growth, particularly in
the agricultural sector, particularly in the food sub-sector. The goal of this study
was to use LQ (Location Quotient) and SSA (Shift Share Analysis) analysis tools
to identify basic and non-basic commodities in the food sub-sector of Gorontalo
Regency, identify commodities belonging to progressive growth, and identify the
leading commodities in the food sub-sector of Gorontalo Regency. According to the
analysis's findings, rice, corn, and soybeans were the three most important
fundamental commodities in the Gorontalo Regency's food sub-sector. Corn, rice,
and soybeans were among the agricultural products in the Gorontalo Regency that
were categorized as having advanced or progressive development. According to
the findings of the LQ and SSA analysis summarized, corn, rice, and soybeans are
the top three commodities in the Gorontalo Regency

Keywords : Food Sub-sector; Leading Commodities; Location Quotient; Shift Share
Analysis

Abstrak

Laju pertumbuhan PDRB pada sektor pertanian berdasarkan harga konstan
cenderung mengalami penurunan pada tahun 2018-2020. Melihat beragamnya
jenis komoditas yang dikembangkan pada sektor pertanian khususnya pada
subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo, diharapkan adanya komoditas
unggulan yang dengan baik dikembangkan dan dapat memberikan dampak
yang baik pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo khususnya pada
sektor pertanian terlebih pada subsektor pangan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi komoditas basis dan nonbasis pada subsektor pangan
Kabupaten Gorontalo, mengidentifi kasi komoditas yang tergolong dalam
pertumbuhan progresif serta menentukan komoditas unggulan pada subsektor
pangan Kabupaten Gorontalo menggunakan alat analisis LQ ( Location Quotient)
dan SSA (Shift Share Analysis). Berdasarkan hasil analisis didapatkan
komoditas basis yang paling mendominasi pada subsektor pangan Kabupaten
Gorontalo adalah padi, jagung dan kedelai, Komoditas subsektor pangan di
Kabupaten Gorontalo yang tergolong memiliki pertumbuhan yang progresif atau
maju adalah komoditas jagung, padi d an kedelai. Komoditas unggulan di
Kabupaten Gorontalo berdasarkan rekapitulasi hasil analisis LQ dan SSA
adalah jagung, padi dan kedelai.

Kata kunci: Komoditas Unggulan; Location Quotient; Shift Share Analysis;
Subsektor Pangan

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
70

0
5
10
15
20
25
30
35
40
45


1. PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peran besar
dalam dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selama kurun waktu
10 tahun (2010-2020), PDB ADHK sektor pertanian mengalami kenaikan
yang signifikan dari Rp. 956.119,7 Milyar menjadi Rp. 1.378.398,9
Milyar dan pada tahun 2020 merupakan sektor penyumbang PDB
terbesar setelah sektor industri dan perdagangan (BPS 2020). Terkait
penyerapan tenaga kerja di Indonesia, sektor pertanian kehutanan dan
perikanan berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja terbesar dengan
jumlah tenaga kerja sejumlah 38,22 juta orang (29,7%) pekerja
berdasarkan survei angkatan kerja tahun 2020 oleh BPS.
Besarnya peran sektor pertanian dalam nilai pertumbuhan
ekonomi di Indonesia menjadikan sektor ini menjadi salah satu sektor
vital dalam peran pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa sekarang
pun di masa yang akan datang. Peran kebijakan dalam hal ini sangat
berpengaruh dalam proses berjalannya seluruh kegiatan dalam ruang
lingkup pertanian. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 mengenai
Pemerintahan Daerah mengemukakan bahwa wewenang kecuali hukum,
kegamaan, kebijakan moneter dan fiskal, pertahanan dan keamanan
dan kebijakan luar negeri dialihkan dari Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Daerah. Berdasarkan isi U ndang-Undang tersebut
menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan wewenang yang
dipegang oleh masing -masing Pemerintah Daerah. Mayrowani
(2012)menyebutkan bahwa peran Kementeria n Pertanian adalah sebagai
penetap berbagai program dan kebijakan, pengaturan, standar dan
norma yang berhubungan dengan program nasional pembangunan
pertanian sementara APBN sektor pertanian lebih dari 80% diserahkan
kepada Pemerintah Daerah yang menunjuk kan bahwa secara
operasional program pembagunan pertanian diserahkan tanggung
jawabnya kepada Pemerintah Daerah. Provinsi Gorontalo merupakan
salah satu provinsi di Indonesia dengan sektor pertanian yang
mendominasi dalam pertumbuhan ekonominya. Hal ini da pat dilihat
pada data BPS (2020) sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
menyumbang sebesar 38,8% pada PDRB Provinsi Gorontalo (Gambar. 1).














Gambar 1. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto menurut
Lapangan Usaha (2020)
Sumber: BPS (2021) (diolah)

Pembangunan pada sektor pertanian pada dasarnya merupakan
pengembangan dari visi pembangunan nasional yang diantaranya

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
71

termasuk visi pembangunan berbasis kinerja yang berorientasi outcome
dan berdimensi wilayah yang dilaksanakan dalam otonomi daerah.
Berdasarkan visi pembangunan nasional tersebut dapat dikatakan
bahwasanya pembangunan komoditas pertanian dengan basis wilayah
sangat dibutuhkan dengan adanya pertimbangan berupa keterbatasan
anggaran pembangunan membuat pemerintah pusat dan daerah harus
menentukan usaha pertanian yang diprioritaskan untuk dikembangkan
mulai dari hulu hingga hilirnya agar kegiatan pertanian dapat terfokus
dan mampu berdampak pada meningkatnya efisiensi penggunaan
anggaran pembangunan. Pembangunan pertanian akan lebih berhasil
melalui pendekatan sistem agribisnis mulai dari subsistem hulu hingga
hilir dan seluruh subsistem terkait baik penunjang dan pendukungnya.
Pada pembangunan pertanian di masa sebelumnya pendekatan ini lebih
dikenal dengan pendekatan terpadu yang telah diuji taraf
keberhasilannya dalam program pencapaian swasembada beras,
pengembangan industri gula serta pengembangan komodita s
perkebunan berorientasi ekspor dan pengembangan industri
perunggasan (Pasandaran et al. 2015) . Mayrowani (2012) juga
menyampaikan bahwa berbagai kewenangan di sektor pertanian
diserahkan kepada pihak kabupaten dan kota yang menunjukkan
bahwa kewenangan tersebut tidak diserahkan kepada pihak provinsi,
sehingga peran kabupaten dan kota sangat besar terhadap pembuatan
kebijakan terkait bidang pertanian. Sejalan dengan salah satu visi dan
misi Kabupaten Gorontalo yakni ketahanan ekonomi dan pertumbuhan
yang berkualitas, sektor pertanian menjadi salah satu sektor dengan
potensi mampu menumbuhkan perekonomian yang berkualitas di
Kabupaten Gorontalo hal ini berdasarkan data BPS (2021) Kabupaten
Gorontalo dalam kurun waktu tiga tahun terakhir (2018-2020) (Gambar.
2) menjadi wilayah dengan nilai PDRB tertinggi dibanding
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Gorontalo.















Gambar 2. PDRB lapangan usaha ADHB menurut
kabupaten/kota(persen)
Sumber: BPS (2021) (diolah)


Data pada Gambar 3 menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat
mempengaruhi tingkat PDRB Kabupaten Gorontalo atas dasar harga
konstan menurut lapangan usaha yang artinya sektor ini menjadi salah
satu tumpuan kehidupan bagi sebagian besar masyarakat di Kabupa ten
Gorontalo. Dengan meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian
diharapkan PDRB Kabupaten Gorontalo dapat mengalami peningkatan.
0
5
10
15
20
25
30
35
Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone BolangoGorontalo UtaraKota Gorontalo
2018 2019 2020

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
72

Berdasarkan data pada Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo (2015)
bahwasanya secara administratif Kabupaten Gorontalo memiliki
berbagai potensi pada sumber daya alam yang terbilang cukup besar di
Provinsi Gorontalo yang hal tersebut dapat dilihat dengan beragamnya
jenis komoditas pada subsektor tanaman pangan, hortikultura serta
perkebunan yang juga pada berbagai jenis komoditas te rsebut sudah
sejak dahulu menjadi sumber pendapatan maupun pangan bagi
masyarakat terutama petani di Kabupaten Gorontalo.


Gambar 3. Distribusi persentase PDRB ADHK menurut
lapangan usaha Kabupaten Gorontalo (Juta Rupiah)
Sumber: BPS (2021) (diolah)


Penelitian ini difokuskan kepada subsektor pangan dikarenakan
kebutuhan bahan pangan akan terus meningkat sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi perkapita.
Tetapi dalam hal peningkatan pr oduksi pangan pada saat ini
dihadapkan oleh berbagai kendala seperti konversi lahan sawah yang
terus dilakukan, perubahan iklim, gejala kelelahan teknologi serta
penurunan kualitas sumber daya lahan yang berdampak terhadap
penurunan produktivitas. Komodita s pada subsektor pangan di
Kabupaten Gorontalo sendiri cukup beragam yakni terdiri dari padi,
jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar.
Pentingnya peran subsektor ini di Kabupaten Gorontalo menjadikan
perlu adanya upaya dalam pen ingkatan nilai tambah sehingga
kehidupan perekonomian masyarakat dapat lebih baik dari sebelumnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pengembangan pada komoditas unggulan. Sitorus et al. (2014) juga
berpendapat bahwa pentingnya d ilakukan penentuan komoditas
unggulan adalah agar pengembangan pada suatu komoditas yang telah
ditetapkan dapat terfokus dan menjadi prioritas dengan tidak
mengabaikan fokus pada komoditas non unggulan lainnya. Dengan
dikembangkannya komoditas unggulan jug a diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimaksud yang tentunya
dapat meningkatkan kesejahteraan di wilayah tersebut. Penentuan
komoditas unggulan juga penting dilakukan sebagai pertimbangan
dalam menyusun prioritas kebijakan pembangunan oleh pemerintah
terkait dikarenakan terdapatnya keterbatasan sumberdaya manusia,
keuangan dan lahan disamping hal tersebut keberhasilan dalam
menggapai tujuan dan sasaran pembangunan diharapkan dapat lebih
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2018
2019
2020

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
73

baik dari sebelumnya sebab aktivitas yang dilakukan lebih terfokus pada
program yang diprioritaskan (Bachrein 2003). Ameriyani (2014)
mengatakan bahwa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
komoditas unggulan adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil
yang telah diproduksi dengan menggunakan sumber daya lokal secara
efektif dan efisien yang kemudian dilakukan ekpor yang berdampak
pada kekayaan daerah dan perluasan lapangan kerja sehingga laju
pertumbuhan ekonomi daerah dapat meningkat. Baehaqi (2010) juga
menyebutkan bahwa aspek ekologi, ekono mi dan sosial perlu ikut
dipertimbangkan dalam pengembangan komoditas unggulan daerah agar
terjadi keberlanjutan dalam setiap kegiatan pertanian yang
dilaksanakan. Berdasarkan berbagai uraian diatas maka studi analisis
mengenai penentuan komoditas unggulan subsektor pangan di
Kabupaten Gorontalo perlu dilakukan sebagai bahan pertimbangan
dalam pembuatan kebijakan terkait sektor pertanian khusunya
subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo yang diharapkan mampu
berdampak pada perekonomian daerah.
Kabupaten Kabupaten Gorontalo merupakan salah satu kabupaten
di Provinsi Gorontalo dengan jumlah penduduk tertinggi dan potensi
lahan pertaniannya cukup luas dengan subsektor yang pada umumnya
dibudidayakan adalah subsektor pangan, hortikultura dan perkebunan.
Sektor pertanian dalam pembangunan daerah Kabupaten Gorontalo
berperan sebagai penggerak utama dalam hal penguatan ekonomi
kerakyatan. Pada sudut pandang penyerapan tenaga kerja dalam skala
provinsi, sektor pertanian merupakan sektor basis dan tergolong cukup
besar serta stabil pada setiap tahunnya (Biki et al., 2016). Dalam data
yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sektor pertanian dalam PDRB
Kabupaten Gorontalo merupakan sektor penyumbang PDRB tertinggi
dibanding sektor lainnya, tetapi berdasarkan data BPS (2021) (Gambar
4) mengenai laju pertumbuhan PDRB berdasarkan harga konstan (2010)
terlihat bahwa sektor pertanian cenderung mengalami penurunan pada
tahun 2018-2020 yang pada tahun 2020 terjadi penurunan laju
pertumbuhan PDRB menjad sebesar -1,10 persen. Biki et al. (2016)
berpendapat bahwa penurunan laju pertumbuhan sektor pertanian
disebabkan oleh semakin berkembangnya sektor -sektor lain. Sehingga
pemerintah diharapkan memberikan kebijakan-kebijakan yang sesuai
dalam tahap pertumbuhan sektor pertanian agar bisa berkembang
seperti sektor lainnya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan pengembangan yang berfokus pada salah satu
subsektor yang berperan penting dalam sektor tersebut yang dalam
penelitian ini adalah subsektor pangan. Kabupaten Gorontalo dalam
sektor pertanian masih berfokus kepada penyediaan sarana dan
prasarana terkait keberlangsungan kegiatan pertanian di masing-masing
wilayah.

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
74

-10
-5
0
5
10
15
20
201820192020














Gambar 4. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK (2010) Menurut
Lapangan Usaha Kabupaten Gorontalo ( persen) 2018-2020
Sumber: BPS (2021) (diolah)

Melihat beragamnya jenis komoditas yang dikembangkan pada
sektor pertanian khususnya pada subsektor pangan di Kabupaten
Gorontalo, diharapkan adanya komoditas unggulan yang dengan baik
dikembangkan dan dapat memberikan dampak yang baik pada
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gorontalo khususnya pada sektor
pertanian terlebih pada subsektor pangan. Penentuan komoditas
unggulan menurut Bachrein (2003) penting untuk dilakukan sebagai
pertimbangan dalam menyusun prioritas kebijakan pembangunan oleh
pemerintah terkait dikarenakan terdapatnya keterbatasan sumberdaya
sehingga diharapkan dapat terfokus pada program yang diprioritaskan.
Seperti halnya dalam penelitian oleh Tuminem et al. (2018) jagung
ditetapkan sebagai komoditas unggulan dalam subsektor tanaman
pangan dengan potensi yang diharapkan mampu memacu pertumbuhan
ekonomi dan menyerap tenaga kerja di Kabupaten Sukoharjo.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk;(1)Mengidentifikasi unggulan subsektor pangan Kabupaten
Gorontalo (2) Mengidentifikasi komoditas yang tergolong dalam kelompok
pertumbuhan progresif pada subsektor pangan Kabupaten Gorontalo .

2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020 hingga April
2021 di Kabupaten Gorontalo. Data dalam penelitian ini terdiri dari data
sekunder. Data sekunder yang digunakan terdiri dari, data statistik yang
didapatkan dari instansi terkait yakni Dinas Pertanian Kabupaten
Gorontalo berupa data luas panen komoditas subsektor pangan
Kabupaten Gorontalo (2016 -2020) dan hasil produksi komoditas
subsektor pangan Kabupaten Gorontalo (2016-2020).
Dalam metode analisis penentuan komoditas unggulan dan
rancangan strategi pengembangannya dilakukan beberapa tahap analisis
yakni analisis Location Quotient (LQ) untuk menentukan komoditas basis
dan nonbasis, kemudian Shift Share Analysis (SSA) untuk menentukan
komoditas yang tergolong dalam pertumbuhan progresif dalam tahap
terakhir dilakukan rekapitulasi hasil analisis LQ dan Shift Share untuk
penentuan komoditas unggulan.
• Analisis Location Quotient (LQ)
Nilai LQ yang dihasilkan menjelaskan indikasi kemampuan suatu
daerah dalam menghasilkan suatu komoditas. Data luas panen tanaman
per kecamatan dengan total wilayah kabupaten merupakan data yang

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
75

akan digunakan dalam analisis ini, dengan data yang digunakan adalah
data pada tahun 2016-2020 hal ini didasarkan pada Hendayana (2003)
untuk menghindari data bias maka data yang digunakan harus minimal
sejumlah lima tahun. Analisis LQ terbagi menjadi dua analisis yakni
Static Location Quotient (SLQ) Dynamic Location Quotient (DLQ)
Persamaan SLQ dan DLQ diformulasikan sebagai berikut (Tallo et al.,
2018):
SLQ =
pipt⁄
Pi/Pt
…………………………………………………..(1)
Keterangan:
Pi = luas panen komoditas i pada tingkat kecamatan,
Pt = total luas panen subsektor pertanian pada tingkat kecamatan,
Pi = luas panen komoditas i pada tingkat kabupaten,
Pt = luas panen subsesktor pertanian ada tingkat kabupaten.

DLQ=
(1+gij)/(1+gj)
(1+Gi)/(1+G)
…………………………………………..(2)
Keterangan:
gij = Tingkat pertumbuhan komoditas i di kecamatan j
gj = Tingkat pertumbuhan di kecamatan j
Gi = Tingkat pertumbuhan komoditas i di Kabupaten Gorontalo
G = Tingkat pertumbuhan subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo

Tabel 1. Klasifikasi komoditas berdasarkan kombinasi SLQ dan DLQ
SLQ
DLQ
SLQ>1 SLQ<1
DLQ>1 Unggul Andalan
DLQ<1 Prospektif Tertinggal
Sumber : (Tallo et al., 2018)

• Shift Share Analysis (SSA)
Analisis Shift Share dilakukan untuk menentukan komoditas pada
subsektor pangan yang mempunyai pertumbuhan progresif yang secara
matematis dituliskan sebagai berikut (Sapratama & Erli H, 2013):

PB
ij=(
Y′i−Yi
Yi

Y′..−Y..
Y..
)Y
ij+(
Y′ij−Yij
Yij

Y′i−Yi
Yi
)Y
ij……………………………………………(3)

Keterangan:
PBij = Pergeseran bersih komoditas i pada wilayah j
Y.. = Total produksi di tingkat kabupaten pada tahun dasar
analisis (2016)
Y’.. = Total produksi di tingkat kabupaten pada tahun akhir
analisis (2020)
Yi = Produksi komoditas i tingkat kabupaten pada tahun
dasar analisis (2016)
Y’i = Produksi komoditas i tingkat kabupaten pada tahun
akhir analisis (2020)
Yij = Produksi komoditas i pada kecamatan j pada tahun dasar
analisis (2016)
Y’ij = Produksi komoditas i pada kecamatan j pada tahun akhir
analisis (2020)
Nilai PB diinterpretasikan sebagai berikut:
a) Jika PB bernilai positif (PB>0), maka komoditas i pada Kecamatan j
termasuk kelompok pertumbuhan yang progresif (maju)

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
76

b) Jika PB bernilai negatif (PB<0), maka komoditas i di Kecamatan j
termasuk pada kelompok dengan pertumbuhan yang lambat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Komoditas Unggul
Data yang digunakan dalam perhitungan nilai LQ komoditas
subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo adalah data luas panen
komoditas padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, kacang hijau dan
kedelai pada tahun 2016-2020 yang diperoleh dari Dinas Pertanian
Kabupaten Gorontalo. Menurut Tuminem et al. (2018) hal yang perlu
diperhatikan dalam pengembangan komoditas basis adalah kemampuan
pasar di luar wilayah dalam menampung komoditas basis tersebut.
Berdasarkan data pada hasil analisis LQ dengan rekapitulasi nilai SLQ
dan DLQ dapat diketahui bahwa setiap kecamatan memiliki komoditas
unggulnya masing-masing dengan komoditas yang paling mendominasi
adalah komoditas padi pada 7 dari 19 kecamatan yakni Kecamatan
Telaga Biru, Telaga Jaya, Limbo to, Limboto Barat, Tabongo dan
Mootilango, kemudian diikuti oleh komoditas kedelai pada Kecamatan
Telaga dan Pulubala serta komoditas jagung sebagai komoditas unggul
pada Kecamatan Asparaga.

3.2 Komoditas dengan Pertumbuhan Progresif
Pada penelitian ini komoditas subsektor pangan di Kabupaten
Gorontalo yang memiliki nilai PB>0 adalah komoditas jagung, kedelai
dan padi. Komoditas dengan nilai PB>0 atau memiliki pertumbuhan
yang progresif menurut (Saptana, 2008) adalah komoditas tersebut
dikatakan diproduksi secara efektif dan efisien sehingga memiliki daya
saing dari aspek kualitas, kuantitas, kontuinitas maupun harga.
Pertumbuhan komoditas jagung paling mendominasi dalam komoditas
yang memiliki pertumbuhan progresif di Kabupaten Gorontalo hal ini
ditandai dengan jumlah kecamatan di Kabupaten Gorontalo yang
memiliki nilai PB>0 pada komoditas jagung sebanyak 11 kecamatan
dari 19 kecamatan di Kabupaten Gorontalo. Komoditas jagung memiliki
pertumbuhan yang progresif pada Kecamatan Telaga, Limboto,
Pulubala, Bongomeme, Tabongo, Batudaa, Batudaa Pantai, Biluhu,
Mootilango, Tolangohula dan Asparaga dengan masing -masing nilai PB
tertera pada lampiran. Selain itu komoditas kedelai yang tergolong
progresif pertumbuhannya di Kabupaten Gorontalo terdapat pada dua
kecamatan yakni Kecamatan Telaga dengan nilai PB sebesar 70,95 dan
Kecamatan Pulubala dengan nilai PB sebesar 65,76. Kemudian
komoditas padi yang pertumbuhannya tergolong progresif di Kabupaten
Gorontalo hanya terdapat pada Kecamatan Boliyohuto dengan nilai PB
sebesar 177,84. Ketiga jenis komoditas subsektor pangan tersebut
digolongkan sebagai komoditas yang mempunyai keunggulan kompetitif
pada masing-masing wilayahnya.

3.3 Komoditas Unggulan Subsektor Pangan Kabupaten Gorontalo
Penentuan komoditas unggulan dilakukan dengan melihat
kombinasi antara hasil analisis LQ dan SSA. Apabila nilai SLQ,DLQ>1
dan PB>0 maka dapat dikatakan bahwa komoditas tersebut tergolong
dalam komoditas unggul yang memiliki pertumbuhan yang progresif.
Dalam hasil perhitungan nilai LQ didapatkan bahwa komoditas unggul
dalam subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo adalah padi, kedelai
dan jagung demikian juga pada hasil analisis SSA, komoditas yang
tergolong dalam kelompok yang memiliki pertumbuhan progresif adalah
jagung, kedelai dan padi dengan jagung sebagai komoditas yang paling

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
77

mendominasi. Berikut (Tabel 2) merupakan hasil interpretasi
berdasarkan nilai LQ dan SSA dalam penentuan komoditas unggulan
subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo:

Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis SLQ, DLQ dan SSA
No Kecamatan
Komoditas
SLQ>1
Komoditas
DLQ>1
Komoditas
PB>0
1 Telaga Padi, Kedelai Jagung, kedelai Jagung, Kedelai

2 Telaga Biru
Padi, Ubi Jalar,
Ubi Kayu,
Kacang Hijau,
Kedelai
Padi, Kedelai -

3 Talaga Jaya Padi Padi -

4 Tilango Jagung - -

5 Limboto Padi Padi Jagung

6 Limboto Barat Padi Padi -

7 Tibawa Jagung Padi -

8 Pulubala
Jagung, Ubi
Kayu, Kacang
Tanah, Kedelai
Kedelai Jagung, Kedelai

9 Bongomeme
Jagung, Kacang
Tanah
- Jagung

10 Dungaliyo Padi - -

11 Tabongo Padi, Ubi Kayu Padi, Jagung Jagung

12 Batudaa
Jagung, Ubi
Kayu
- Jagung

13 Batudaa Pantai Jagung - Jagung

14 Biluhu Jagung - Jagung

15 Boliyohuto Padi Padi Padi

16 Mootilango Padi Padi, Jagung Jagung

17 Tolangohula Padi Jagung Jagung

18 Asparaga Jagung, Kedelai Jagung Jagung

19 Bilato Jagung, Kedelai - -

Sumber: Olah data oleh Penulis

Berdasarkan rekapitulasi nilai LQ dan SSA pada Tabel 2.
Rekapitulasi hasil analisis SLQ, DLQ dan SSA didapatkan bahwa
komoditas yang menjadi komoditas unggulan dalam subsektor pangan
di Kabupaten Gorontalo adalah kedelai, padi dan jagung. Kedelai yang
berdasarkan rekapitulasi hasil analisis LQ dan Shift Share tergolong
dalam komoditas unggulan. Kedelai mulai diperhitungkan keadaannya
karena kebutuhan dalam negeri yang semakin meningkat sehingga
pemerintah pusat dan daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) mulai
memprogramkan pengadaan benih kedelai setiap tahunnya guna
mengurangi impor (Dinas Pertanian 2015). Di Kabupaten Gorontalo luas
panen komoditas cenderung meningkat hal ini dapat dilihat pada tahun
2018 luas panen komoditas kedelai hanya mencapai 2 ha kemudian di
tahun 2020 meningkat menjadi 285 ha dengan kecamatan dengan luas
panen terluas adalah Kecamatan Telaga karena adanya ketersediaan
lahan serta antusiasme petani dalam menanam komoditas tersebut.
Pada hasil penelitian terkait komoditas kedelai oleh (Sarwono &
Pratama, 2014)di tiga agroekosistem yang berbeda yakni di lahan sawah
irigasi, sawah tadah hujan dan lahan tegalan di 3 daerah yakni
Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Jawa Timur ditemukan bahwa

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
78

usahatani kedelai pada tiga agroekosistem tersebut terbilang cukup
memadai sebagai subtitusi impor. Dalam penelitian oleh Kaiman et al.
(2019) di Kabupaten Pohuwato yang juga merupakan bagian dari
Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa secara simultan luas laha n,
benih, pupuk, tenaga kerja, dan pestisida berpengaruh signifikan
terhadap produksi kedelai di Kabupaten Pohuwato. Dalam hasil analisis
teknis juga menunjukkan luas lahan, benih dan pestisida berada dalam
keadaan increasing return to scale sehingga jika dilakukan penambahan
input berupa luas lahan, benih dan pestisida masih berpeluang untuk
meningkatkan produksi kedelai di Kabupaten Pohuwato. Pengembangan
komoditas kedelai di Negara Afrika Sub Sahara yang pada umumnya
terdiri dari negara-negara miskin disebutkan juga cukup menjanjikan
(Khojely et al., 2018). Kabupaten Gorontalo diharapkan mampu dalam
mengelola komoditas jagung, padi dan kedelai agar mampu memenuhi
kriteria komoditas unggulan berdasarkan (Daryanto & Hafizrianda,
2010) yakni dapat menjadi penggerak utama pembangunan
perekonomian dengan memberikan kontribusi yang signifikan dalam hal
peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran, dapat bersaing
dengan produk sejenis di wilayah lain di pas ar nasional maupun
internasional dalam hal harga, kualitas hingga biaya, yang terakhir
komoditas unggulan dalam pengembangannya wajib mendapatkan
berbagai dukungan seperti dalam hal keamanan, informasi dan peluang
pasar, kelembagaan dan berbagai fasilitas lainnya.
Selain kedelai, padi juga ditentukan sebagai komoditas unggulan
subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo setelah berdasarkan
rekapitulasi analisis LQ dan Shift Share. Berdasarkan potensi lahan
sawah di Kabupaten Gorontalo disebutkan bahwa luas pa nen pada
tahun 2020 adalah sebesar 35.533 ha dengan kecamatan yang memiliki
luas panen terluas adalah Kecamatan Tolangohula dengan luas 5.660
ha. Dalam penelitian oleh Habi (2018) disebutkan bahwa padi
merupakan komoditas unggulan pada subsektor tanaman pa ngan di
Kabupaten Gorontalo dengan faktor -faktor penentu pengembangan
komoditasnya secara berturut -turut adalah ketersediaan sarana
produksi, kondisi harga, ketersediaan bahan baku, kondisi pasar,
kontribusi terhadap perekonomian dan kemampuan dalam menyer ap
tenaga kerja. Komoditas padi di Kabupaten Gorontalo menurut Habi
(2018) memiliki keunggulan pada kontribusi terhadap perekonomian,
ketersediaan bahan baku, kondisi pasar, ketersediaan sarana produksi
dan kondisi harga. Sehingga disarankan program yang d ibuat oleh
Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo diarahkan dalam menunjang
upaya pengembangan padi sawah diantaranya adalah penyediaan bibit
unggul, pendampingan dalam penanganan pasca panen, penyediaan
pupuk dan obat-obatan serta sistem pengairan yang baik agar dapat
mengatasi kelangkaan air pada saat musim kemarau. Dengan hasil
akumulasi LQ dan SSA yang bernilai positif diharapkan komoditas padi
dapat berpotensi secara berkelanjutan dalam memenuhi konsumsi
pangan serta mampu mendorong perekonomian di Kabupa ten
Gorontalo.
Setelah padi dan kedelai, jagung menjadi salah satu komoditas
unggulan karena sebagian besar lahan kering di Kabupaten Gorontalo
dimanfaatkan untuk penanaman jagung, hal ini ditandai dengan rata -
rata luas panen jagung yang lebih luas dibandingkan komoditas pangan
lainnya serta pada tahun 2020 tanaman jagung menjadi penyumbang
terbesar (78,54%) terhadap total tanaman pangan di Kabupaten
Gorontalo (BPS 2020). Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Hendayana
(2003)yang menyatakan bahwa komoditas pertanian yang tergolong

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
79

basis dan memiliki sebaran wilayah terluas menjadi salah satu indikator
dalam komoditas unggulan. Kecamatan Pulubala menjadi wilayah
dengan luas panen komoditas jagung terbesar di Kabupaten Gorontalo
dengan luas sebesar 15.608 ha. Berdasarkan penelitian oleh Haluti
(2018) di Kabupaten Gorontalo jagung unggul dalam hal kondisi pasar,
kontribusi terhadap perekonomian, ketersediaan bahan baku serta
kemampuan menyerap tenaga kerja. Kontribusi dalam bidang
perekonomian ditandai dengan menurunnya PDRB sektor pertanian
dikarenakan menurunnya produksi jagung sebesar 6,92% pada tahun
2020 dibandingkan pada tahun 2019. Dalam penelitian oleh Ilato &
Bahua (2014) disebutkan bahwasanya hambatan dalam pengembangan
komoditas jagung di Provinsi Gorontalo adalah: (1) belum tersedianya
integrasi antara produksi yang dihasilkan petani dengan kebutuhan
industri, (2) lemahnya penerapan cara budidaya tanaman yang baik, (3)
belum maksimalnya penanganan pasca panen yang mengakibatkan
hilangnya sebagian hasil panen dan menurunnya kualitas jagung, (4)
lemahnya kapasitas lembaga pendukung di tingkat petani yakni
kelompok tani atau GAPOKTAN yang mengakibatkan bargaining power
petani melemah serta kecilnya akses petani kepada sumber informasi,
permodalan dan teknologi. Dengan hasil akumulasi LQ dan SSA yang
bernilai positif diharapkan komoditas jagung dapat berpotensi secara
berkelanjutan dalam memenuhi konsumsi pangan serta mampu
mendorong perekonomian di Kabupaten Gorontalo. Adapun usulan -
usulan pengembangan komditas jagung di Provinsi Gorontalo menurut
(Ilato & Bahua, 2014) berdasarkan hambatan dalam pengembangan
komoditas jagung terdiri dari: (1) penerapan budidaya tanaman yang
baik (good agriculture practise), (2) penanganan pasca panen yang baik
(post harvest management), (3) penguatan petani dan lembaga
pendukung petani, dan (4) sinkronisasi produksi dan kebutuhan pasar.

Rekomendasi Kebijakan Pendukung Komoditas Unggulan
Pada berbagai kebijakan yang diterapkan komoditas kedelai, padi
dan jagung di beberapa daerah di Indonesia, dapat dinyatakan
bahwasanya perkembangan komoditas pangan berupa padi, jagung dan
kedelai sangat berkaitan erat dengan Peraturan Kementerian Pertanian
No.03/Permentan/OT.140/2/2015 mengenai Pedoman Upaya Khusus
(Upsus) dalam peningkatan komoditas padi, jagung dan kedelai (Pajale).
Kementerian Pertanian mengadakan program tersebut dengan tujuan
untuk mendukung tercapainya swasembada yang berkelanjutan di era
tahun 2015-2017 pada komoditas padi, jagung dan kedelai melalui
penyediaan fasilitas pertanian berupa benih, pupuk, air irigasi, alsintan
dan prasarana produksi pertanian lainnya. Di Kabupaten Gorontalo,
program ini telah dilaksanakan seperti halnya dalam penelitian oleh
Tangahu (2018)pelaksanaan program Upsus Pajale yang spesifik pada
komoditas jagung hibrida di Kabupaten Gorontalo telah dilaksanakan
dengan baik oleh pelaku -pelaku yang terlibat didalamnya. Hasil
penelitian menunjukkan secara simultan b eberapa faktor produksi
seperti benih, pupuk, luas lahan, pendampingan dan bantuan mesin
pertanian berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi
jagung hibrida di Kabupaten Gorontalo, selain itu terdapat perbedaan
yang signifikan antara pendapatan p etani jagung dan R/C rasio
usahatani jagung sebelum dan sesudah pelaksanaan program Upsus
Pajale spesifik komoditas jagung hibrida di Kabupaten Gorontalo
dengan nilai yang meningkat setelah program Upsus Pajale spesifik
jagung hibrida diterapkan. Namun ter dapat beberapa evaluasi dari
program ini dari sudut pandang para petani yang perlu untuk

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
80

mendapatkan perhatian seperti bantuan alat yang masih minim serta
kurangnya partisipasi pendamping yang ditandai dengan kurang
rutinnya frekuensi pendampingan terhadap para petani. Tangahu (2018)
juga menyampaikan bahwasanya diperlukan adanya penyuluhan yang
lebih intens terhadap para petani terkait upaya memaksimalkan
produksi dengan efisiensi input produksi yang lebih baik dari
sebelumnya serta bimbingan mengenai pen gembangan inovasi pada
hasil produksi sehingga output yang dihasilkan memiliki nilai tambah
dan mampu mendorong petani untuk melakukan diversifikasi usaha
khususnya pada produk olahan pangan. Berdasarkan penelitian
tersebut juga dapat direkomendasikan kebi jakan yang diharapkan
mampu menjadi penggerak dalam pengembangan komoditas unggulan
subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo yakni mengenai penyuluhan
yang lebih intens kepada petani terkait upaya budidaya jagung, padi
dan kedelai agar berbagai faktor produksi yang dimiliki oleh petani
dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
Jika dikaitkan dengan bidang agribisnis, komoditas unggulan di
Kabupaten Gorontalo berupa jagung, padi dan kedelai dapat menjadi
prospek bagi para pelaku usaha agribisnis dengan m elihat adanya
potensi beberapa komoditas tersebut untuk dapat diekspor ke luar
wilayah Kabupaten Gorontalo. Selain itu beberapa komoditas tersebut
dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah contohnya
untuk jagung dapat diolah menjadi tepung, kerupuk, kue kering serta
pengolahan limbah menjadi pupuk organik, pakan ternak serta bahan
bakar alternatif yakni briket. Komoditas padi dapat diolah menjadi
tepung beras serta limbahnya dapat diolah menjadi pakan ternak dan
pupuk organik. Kemudian komoditas kedelai dapat diolah menjadi tahu,
tempe, kecap, susu kedelai serta limbahnya dapat diolah menjadi pakan
ternak dan pupuk organik. Berdasarkan prospek tersebut diharapkan
para pengusaha agribisnis di Kabupaten Gorontalo dapat melihat
adanya potensi pada komoditas jagung, padi dan kedelai untuk dapat
diekspor ke luar wilayah Kabupaten Gorontalo serta dapat diolah
menjadi produk yang memiliki nilai tambah.

4. PENUTUP
Komoditas unggulan subsektor pangan di Kabupaten Gorontalo
dengan pertumbuhan yang progresif adalah Kedelai, padi dan jagung.
Lembaga pertanian terkait di Kabupaten Gorontalo diharapkan mampu
memberikan bimbingan secara intensif kepada para petani jagung, padi
dan kedelai utamanya dalam hal penggunaan input produksi yang efektif
dan efisien serta pengembangan inovasi pada hasil produksi komoditas
jagung, padi maupun kedelai yang diharapkan mampu berdampak pada
laju pertumbuhan ekonomi daerah khususnya pada sektor pertanian.
Para pelaku usaha agribisnis di Kabupaten Gorontalo diharapkan dapat
melihat adanya potensi pada komoditas jagung, padi dan kedelai untuk
dapat diekspor ke luar wilayah Kabupaten Gorontalo serta dapat diolah
menjadi produk yang memiliki nilai tambah.


5. DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Ameriyani, P. (2014). PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUB SEKTOR
PERIKANAN LAUT DI LIMA KECAMATAN DI KABUPATEN
REMBANG. Economics Development Analysis Journal , 3(1), 225–234.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
81

Biki, M. A. N., Rumagit, G. A. J., & Ngangi, C. R. (2016). PERANAN
SEKTOR PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN DAN PENYERAPAN
TENAGA KERJA DI PROVINSI GORONTALO. ASE, 12(1A), 73–86.
Hendayana, R. (2003). Aplikasi metode location quotient (LQ) da lam
penentuan komoditas unggulan nasional. Informatika Pertanian, 12,
1–21.
Kaiman, S., Rauf, A., & Amir Arham , M. (2019). ANALISIS FUNGSI
PRODUKSI USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN POHUWATO
“Studi Kasus Program Upaya Khusus PAJALE.” Jurnal Agribisnis,
21(1), 114–127.
Khojely, D. M., Ibrahim, S. E., Sapey, E., & Han, T. (2018). History,
current status, and prospects of soybean production and research in
sub-Saharan Africa. In Crop Journal (Vol. 6, Issue 3, pp. 226–235).
Crop Science Society of China/ Institute of Crop Sciences.
https://doi.org/10.1016/j.cj.2018.03.006
Mayrowani, H. (2012). PEMBANGUNAN PERTANIAN PADA E RA
OTONOMI DAERAH: KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI. Forum
Penelitian Agroekonomi, 30(1), 31–47.
Sapratama, R. M. E., & Erli H, K. D. M. (2013). Penentuan Kawasan
Agroindustri Berdasarkan Komoditas Unggulan di Kabupaten
Bondowoso. JURNAL TEKNIK POMITS , 2(2), 109–113.
https://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/view/4341/1164
Saptana. (2008). KEUNGGULAN KOMPARATIF -KOMPETITIF DAN
STRATEGI KEMITRAAN SAPTANA. Jurnal Soca (Socio-Economic of
Agriculturre and Agribusiness) , 8(2), 1 –26.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/view/4196
Sarwono, & Pratama, W. (2014). ANALISIS DAYA SAING KEDELAI
INDONESIA. Jejak, 7(2), 100 –202.
https://doi.org/10.15294/jejak.v7i1.3596
Tallo, A. J., Arianti, S. P., Abdillah, F., Bahri, A. S., Heryanto, S., Fassa,
F., Prihandrijanti, M., & Anshory, B. J. (2018). Typology Analysis
and Leading Sector of East Nusa Tenggara Province in 2017. Journal
of Physics: Conference Series , 1114(1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1114/1/012122
Tuminem, Supardi, S., & Ferichani, M. (2018). The role of leading food
crop commodities toward job opportunities and income in Sukoharjo
Regency (Input-output analysis). PANGAN, 27(3), 203–214.
Buku :
Daryanto, A., & Hafizrianda, Y. (2010). Analisis Input-Output & Social
Accounting Matrix.
Sitorus, S. R. P., Mulya, S. P. M., Iswati, A., Panuju, D. R., & Iman, L. O.
S. (2014). Teknik Penentuan Komoditas Unggulan Pertanian
berdasarkan Potensi Wilayah dalam Rangka Pengembangan Wilayah .
Penelitian :
Baehaqi, A. (2010). PENGEMBANG AN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN
PANGAN DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH . Institut Pertanian
Bogor.
Habi, D. R. H. (2018). Pengembangan Komoditas Unggulan Tanaman
Pangan Melalui Pendekatan Ekonomi Lokal Di Kabupaten
Gorontalo Tahun 2014-2016. Universitas Negeri Gorontalo.
Haluti, Y. (2018). Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Jagung
melalui Pendekatan Ekonomi Lokal Kabupaten Gorontalo. Universitas
Negeri Gorontalo.
Ilato, R., & Bahua, M. I. (2014). ANALISIS RANTAI NILAI KOMODITAS
JAGUNG SERTASTRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI
JAGUNGDI PROVINSI GORONTALO .

Gorontalo Development Review (GOLDER)
Volume 6 Nomor 1 , April 2023
82

Tangahu, F. (2018). Dampak Program Upaya Khusus (UPSUS) Pajale
Spesifik Komoditas Jagung Terhadap Pendapatan Petani di
Kabupaten Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.
Dokumen :
Bachrein S. 2003. Penetapan Komoditas Unggulan Propinsi. BP2TP
Working Paper. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi
Pertanian. Bogor. Indonesia
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Tabel Distribusi Produk Domestik
Regional Bruto menurut Lapangan Usaha (2019). Gorontalo (ID):
Badan Pusat Statisik Provinsi Gorontalo.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Tabel Laju Pertumbuhan PDRB
ADHK (2010) Menurut Lapangan U saha Kabupaten Gorontalo (
persen) 2017-2019. Gorontalo (ID): Badan Pusat Statisik Kabupaten
Gorontalo.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Tabel PDRB lapangan usaha atas
dasar harga konstan menurut kabupaten/kota (Juta Rupiah).
Gorontalo (ID): Badan Pusat Statisik Provinsi Gorontalo.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Tabel PDRB atas dasar harga
konstan menurut lapangan usaha Kabupaten Gorontalo (Juta
Rupiah). Gorontalo (ID): Badan Pusat Statisik Kabupaten
Gorontalo.
Dinas Pertanian. 2015. Data Kinerja dan Informasi. Gorontalo (ID):
Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo.
Dinas Pertanian. 2020. Data Kinerja dan Informasi. Gorontalo (ID):
Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo.