PETUNJUK PRAKTIKUM
FARMASETIKA II

Lukman Hakim, S.Farm., Apt.






Nama
NIM.
Kelompok
:
:
:
________________________________
________________________________
________________________________



HALAMAN SAMPUL
LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS PERADABAN
2019

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | ii

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
PERATURAN PRAKTIKUM ............................................................................................ iii
PERCOBAAN I. SUPOSITORIA ......................................................................................... 1
PERCOBAAN II. PASTA DAN KRIM................................................................................ 6
PERCOBAAN III. EMULSI ................................................................................................. 9
PERCOBAAN IV. SUSPENSI ........................................................................................... 12
PERCOBAAN V. SIRUP .................................................................................................... 17
PERCOBAAN VI. TABLET .............................................................................................. 19
LAMPIRAN ........................................................................................................................ 24

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | iii

PERATURAN PRAKTIKUM

1. Asistensi wajib diikuti seluruh praktikan
2. Pretes dilakukan 1 minggu/ sebelum praktikum dimulai dengan
asisten praktikum yang telah ditentukan. Pada saat pre tes
diwajibkan membawa laporan sementara (lihat lampiran).
3. Mahasiswa wajib hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai.
4. Selama praktikum berlangsung dilarang meninggalkan laboratorium
tanpa seizin dari asisten/dosen.
5. Sebelum praktikum selesai masing -masing praktikan meminta
pengesahan data praktikum yang telah diperoleh pada
asisten/dosen.
6. Praktikan yang tidak mengikuti acara praktikum lebih dari 1x (satu
kali) dari jadwal yang telah ditetapkan tanpa alasan yang benar maka
dinyatakan GAGAL
7. Laporan resmi dibuat individual dengan cover dan format yang telah
ditentukan dan diserahkan 1 minggu berikutnya sebagai syarat
untuk praktikum minggu yang bersangkutan.
8. Pembobotan Nilai
a. Kehadiran : 5%
b. Pretes : 20%
c. Kerja : 25%
d. Laporan : 10%
e. Postes/ Ujian Akhir Praktikum : 40%
9. Demi kelancaran dan keamanan praktikum, hal -hal berikut perlu
diperhatikan
a. Praktikan harap memakai jas praktikum, bekerja dengan tenang
dan tidak diperbolehkan bermain HP diluar kepentingan
praktikum
b. Gunakan kaca mata laboratorium, sarung tangan, masker
bilamana diperlukan
c. Pipet yang digunakan untuk mengambil larutan pere aksi harus
bersih, dicuci dengan air untuk menghindari kontaminasi reagen
ataupun zat yang akan ditetapkan
d. Jangan megambil pereaksi yang berlebihan dan dilarang
mengembalikan kelebihan pereaksi kebotol semula
e. Hati-hati bila mengambil asam-asam pekat dan ba han-bahan
yang mengiritasi.
f. Pada waktu memanaskan cairan di dalam tabung reaksi, mulut
tabung jangan diarahkan kepada sesama praktikan
g. Hati-hati bila bekerja menggunakan eter, jauhkan dari api.
h. Lampu spiritus hanya dinyalakan bila diperlukan saja.
i. Kembalikan alat-alat yang telah digunakan dalam keadaan bersih
ketempat almari penyimpanan semula

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 1

PERCOBAAN I. SUPOSITORIA
A. Tujuan
Mengenal, mempraktikan bentuk sediaan supositoria.

B. Pendahuluan
Supositoria adalah sediaan farmasi yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam
rektum dimana masa supositoria akan melebur, melarut, terdispersi, dan menunjukkan
efek lokal atau sistemik. Ovula adalah sediaan farmasi yang dirancang untuk dimasukkan
ke dalam vagina, biasanya untuk efek lokal. Pembuatan supositoria dan ovula dikejakan
dg cara penuangan massa ke dalam cetakan yang sesuai. Supositoria berbentuk kerucut
bundar (ronded cone), peluru atau terpedo supaya dapat ditekan oleh kontraksi rektum.
Ovula dibuat dg cara yang sama spt supositoria, bentuk kerucut bundar dg ujung
bundar. Cetakan logam, dibuka dan dikemas plastik, diserahkan kpd pasien dlm keadaan
tertutup, saat digunakan baru dikeluarkan. Sifat supositoria dan ovula yang ideal yaitu:
1. Melebur pada suhu tubuh atau melarut dalam cairan tubuh
2. Tidak toksik dan tidak merangsang
3. Dapat tercampur (kompatibel) dg bahan obat
4. Dapat melepas obat dengan segera
5. Mudah dituang ke dalam cetakan dan dapat dg mudah dilepas dari cetakan
6. Stabil terhadap pemanasan di atas suhu lebur
7. Mudah ditangani
8. Stabil selama penyimpanan

Basis supositoria dan ovula yaitu:
1. Basis Berlemak
Dirancang untuk melebur pada suhu tubuh, ada dua jenis basis berlemak
yaitu:
a. Bahan alam semisintetik atau sintetik yaitutrigliserida dihidrogenasi sebagian/
keseluruhan
b. minyak coklat (ol. Cacao) btk padat warna kuning putih bau coklat. Berupa ester
glisiril stearat, palmitat, oleat, dan asam lemak lain.
2. Basis larut air atau tercampur air
Dirancang untuk melarut dan terdispersi dalam liang tubuh yaitu:
a. glisero – gelatin : campuran gliserol dan air + gelatin akan membentuk gel.
b. makrogol (polietilenglikol ) : campuran peg menurut komposisi tertentu dapat
digunakan sbg basis supos dan ovula, dan suhu lebur yang diperlukan dapat
dicapai Keuntungan basis ol. Cacao yaitu:
- Rentang suhu lebur 30-36 ◦c
- Segera melebur bila dihangatkan & cepat kembali padat jika didinginkan
- Dapat tercampur dg banyak komponen
- Cukup menyenangkan, tidak merangsang

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 2


Kerugian basis ol.cacao
- Adanya sifat polimorfisme
- Tdk cukup berkontraksi pd saat pendinginan, harus tambahkan pelicin/
pelincir
- Suhu pelunakan terlalu rendah untuk daerah tropis
- Suhu lebur turun jika ada komponen yg larut, dpt diatasi dg penambahanan
cera (malam lebah)
- Mudah teroksidasi, bau tengik
- Kemampuan absorpsi air rendah
- Sering keluar dari tubuh, jarang untuk basis ovula

3. Lemak sintetik padat
Minyak nabati hidrolisis ASAM LEMAK hidrogenasi Re-esterifikasi asam asam
dg pemanasan + gliserol mono/trigliserida asam lemak jenuh rantai c9-c17. Minyak
kelapa sawit difraksinasi bp Merupakan lemak padat warna putih, getas, tidak
berbau, suhu lebur 31-36◦C. Diperoleh dg cara fraksinasi selektif pelarut dan
hidrogenasi
Keuntungan basis lemak hasil sintesis:
- Suhu pemadatan tdk terpengaruh pemanasan berlebih
- Lebih tahan oksidasi krn ikatan tidak jenuh sdh berkurang
- Perbedaan suhu lebur dan suhu memadat kecil, sehingga memadat lebih
cepat.
- Kemampuan mengabsopsi air lebih baik dari ol.cacao
- Dapat berkontraksi dg baik, tidak butuh pelicin cetakan
- Supos yang dihasilkan, warna putih tidak berbau, bersih, licin (spt disemir)

Kerugian basis lemak hasil sintesis:
- Vikositas rendah jika dilebur, mungkin terjadi sedimentasi bahan obat, perlu
pengental
- Pendinginan terlalu cepat akan menghasilkan supos yang getas

Contoh basis lemak sintetik:
- Suppocire ( perancis )
- Witepsol ( jerman)
- Masupol
- Cobirine
- Massa estarinum

4. Basis Larut Air dan Tercampur Air

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 3

Glisero – Gelatin, merupakan campuran gliserol dan air membentuk gel
dengan penambahan gelatin. Untuk massa supositoria dan ovula mengandung 70%
gliserol dan 14% gelatin. Dikenal 2 jenis gelatin untuk sediaan farmasi:
a. Tipe A. dibuat secara hidrolisis asam, titik iso – elektrik 7-9,pd daerah asam
berperilaku sebagai bahan kationik, efektif pd pH 3,2
b. Tipe B. dibuat secara hidrolisis basa, titik iso-elektrik 4-7, pada daerah alkalis
berperilaku sbg bahan anionik, efektif pada pH 7-8

Kerugian basis glisero-gelatin:
- Efek fisiologi supositoria gg menunjukkan efek Laksatif
- Waktu larut tidak dapat diperkirakan
- Higroskopis, harus dilindungi dari panas dan lembab
- Menunjukkan efek dehidrasi pada mukosa rektum atau vagina sehingga
menimbulan iritasi
- Mudah dicemari oleh mikroba, perlu pengawet
- Waktu pembuatan lama, kontraksi sangat kecil,
- Perlu pelicin cetakan

5. Makrogol (Polietilen glikol)
Campuran PEG dpt digunakan sbg basis supositoria dan ovula
a. polimer tinggi : produk hancur, melepas obat secara perlahan
b. PEG BM tinggi + medium / rendah : melepas obat cepat, mengatasi penurunan
suhu lebur.
Keuntungan basis PEG
- Tidak ada efek laksatif
- Kontaminasi mikroba lebih kecil
- Kontraksi baik, tidak perlu pelicin cetakan
- Suhu lebur diatas suhu tubuh (tinggi), basis melarut dan mendisperikan obat
secara perlahan dalam tubuh.
- Hasil larutan lebih viskos, tidak mudah bocor selama pemakaian penampilan
bersih dan licin
Kerugian basis PEG:
- Higroskopis : menimbulkan iritasi pd mukosa, sebelum digunakan
supos/ovula dicelupkan ke dalam air
- Ketersediaan hayati tidak baik
- Inkompatibilitas : basis PEG inkompatebel dg bbrp obat, spt garam bismut,
ichtyol,benzokain, fenol, mengurangai aktivitas amonium kwarterner &
hidroksibenzoatselama penyimpanan dpt menjadi retak karena mengandung
air,hal disebabkan kelarutan PEG tinggi, larutan menjadi lewat jenuh dlm air
dan terjadi kristalisasi, akibatnya terjadi massa menjadi granulat dan getas.

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 4

- Kristalisasi dapat terjadi dg adanya obat yang larut dan PEG dlm btk suspensi,
disamping getas juga menyebabkan iritasi , waktu disolusi menjadi lebih lama
(ukuran lebih besar)

C. Resep

dr. Andalan
SIP: 000234/DU/XI-2000
Jl. Mandiri2 No, 03 Masuk Gang
HP 085786090000, POS 5316667
Mandiri, 2 April 2019
R/ PCT 0,25
Ol. Cacao 1.8

mf. Sup dtd. No. 3
sb dd supp 1






Pro: Ani (6 thn)


dr. Andalan
SIP: 000234/DU/XI-2000
Jl. Mandiri2 No, 03 Masuk Gang
HP 085786090000, POS 5316667

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 5

Apotek Perdaban Mandiri
Jl. Mandiri No, 01 Masuk Gang
HP 085786080000, POS 5316667
SIPA. No. 19910728/SIPA_3302/2017/1471
COPY RESEP

Tertulis Tgl. : 30-3-19
Nama Dokter : dr. andalan
SIP : 003838
Nama Pasien : Inzi
Ex. Copy Apt Tegar Far.
No. : 23
Umur : 8 thn
BB/ TB :
Alamat : Karangpundung

R/ Aspirin 0,25
Ol. Cacao 1.5
Cera. Flav. 0,1

mf. Sup dtd. No. 2
sb dd supp 1 nedet.








Mandiri, 30 Maret 2019

PCC

Dr. Pujangga, Apt._______
SIPA. No. 34577-OA12



D. Prosedur Kerja
1. Pilihlah salah satu resep, kemudian kerjakan secara lengkap beserta copy resepnya.

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 6

PERCOBAAN II. PASTA DAN KRIM

A. Tujuan
Mahasiswa mampu mengerjakan resep krim dan/atau pasta dengan baik dan
benar.

B. Pendahuluan
Pasta merupakan sediaan semipadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan yang ditujukan untuk pemakaian topikal (Departemen Kesehatan
RI, 1995). Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri
dari bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum
zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh
dan berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Efek pasta
lebih melekat dibandingkan salep, mempunyai daya penetrasi dan daya maserasi
lebih rendah dari salep. Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit.
Bentuk sediaan ini lebih dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak
meleleh pada suhu tubuh. Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu
menyerap lesi yang basah seperti serum.
Krim merupakan bentuk emulsi dengan konsistensi semisolida sehingga
mempunyai viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sediaan likuida.
Sediaan krim terdiri dari dua fase yang tidak saling ampur, yaitu fase internal
(fase terdispersi) dan fase eksternal (fase pendispersi) yang digabungkan dengan
adanya surfaktan. Pada umumnya sediaan krim dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe
minyak dalam air terdiri dari tetes-tetes kecil minyak (fase internal) yang
terdispersi dalam air (fase eksternal), dan sebaliknya pada krim air dalam minyak
Penggunaan surfaktan sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas krim
secara termodinamika. Surfaktan yang sering digunakan adalah surfaktan
golongan ionic dan anionic, sedangkan surfaktan kationik hanya digunakan dalam
kombinasi dengan surfaktan tipe lainnya. Contoh-contoh surfaktan yang sering
digunakan antara lain : sodium alkyl sulfat, alkyl ammonium halida, polioksietilen
alkyl eter, sorbitan, dan lain-lain. Dalam melakukan pemilihan surfaktan,
formulator harus memperhatikan sifat atau karakteristik bahan aktif dan bahan
tambahan lain yang digunakan dalam formula.
Penggunaan campuran dari beberapa surfaktan dalam satu formula
semisolida, dapat memberikan sediaan yang lebih stabil jika dibandingkan dengan
penggunaan surfaktan tunggal. Sedangkan komponen lain yang perlu ditambahkan
dalam sediaan semisolida adalah kosolven, peningkat viskositas, preservatif,
dapar, antioksidan, dan korigen. Penggunaan bahan-bahan tambahan tersebut
harus disesuaikan dengan sifat fisikokimia bahan aktif yang digunakan. Hasil
campuran bahan aktif dan bahan-bahan tambahan tersebut harus dapat
menghasilkan sediaan semisolida yang memenuhi persyaratan aman, efektif, stabil
dan dapat diterima oleh masyarakat. Aman berarti sediaan tersebut memiliki

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 7

kandungan bahan aktif yang sesuai dengan monografi dan tidak memberikan
pelepasan bahan aktif dalam jumlah yang sesuai dari sediaan pada tempat
penggunaannya. Stabil berarti sediaan tidak mengalami perubahan sifat dan
konsistensi baik secara fisika, kimia, mikrobiologi, toksikologi, maupun
farmakologi.
Krim dengan basis minyak dalam air memiliki sifat yang lebih nyaman
dan cenderung disukai oleh masyarakat, karena memberikan konsistensi yang
berminyak dan cenderung lengket, akan tetapi banyak bahan aktif yang bersifat
hidrofobik yang pelepasannya lebih mudah jika menggunakan basis jenis ini.
Krim air dalam minyak sering digunakan untuk memberikan efek emolien pada
kulit.
Sediaan krim banyak digunakan untuk sediaan obat misalnya untuk obat
anti inflamasi, antijamur, anastetik, antibiotik, dan hormon. Sediaan krim juga
sering digunakan dalam industri kosmetik, misalnya untuk sediaan pembersih,
emolien, tabir surya, antiaging, dan masih banyak lagi.


C. Resep
dr. Andalan
SIP: 000234/DU/XI-2000
Jl. Mandiri2 No, 03 Masuk Gang
HP 085786090000, POS 5316667
Mandiri,12 April 2019
R/ asam salisilat 0,2
ZnO2 0,2
Pati singkong 2,5
Vasl.Flav. ad 10
m.f. pasta
s.u.e





Pro: Luthfi ( 3.5 thn)

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 8

dr. Andalan
SIP: 000234/DU/XI-2000
Jl. Mandiri2 No, 03 Masuk Gang
HP 085786090000, POS 5316667
Mandiri,12 April 2019
R/ kloramfenikol 0,4
Adeps lanae 14
Nipagin q.s.
ZnO2 2
m.f. cream
s.u.e





Pro: Luthfi ( 3.5 thn)

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 9

PERCOBAAN III. EMULSI

A. Tujuan
Mahasiswa mampu mengerjakan resep dalam bentuk sediaan Emulsi

B. Pendahuluan
Menurut FI IV, Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Tipe emulsi ada dua yaitu oil in
water (O/W) atau minyak dalam air (M/A), dan water in oil (W/O) atau air dalam minyak
(A/M). Emulsi dapat di stabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang di sebut
EMULGATOR atau SURFAKTAN yang dapat mencegah koalesensi, yaitu penyatuan
tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah.
Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati antar-permukaan tetesan dan fase
eksternal, dan dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan berkoalesensi.
Surfaktan juga mengurangi proses emulsifikasi selama pencampuran.
Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus ada di dalam emulsi,
a. Fase dispers/ fase internal/ fase diskontinu/ fase terdispersi/ fase dalam, yaitu zat
cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/ fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat cair dalam
emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) emulsi tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi.
2. Komponen tambahan adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan ke dalam
emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya Corrigen Saporis, Odoris,
Coloris, Pengawet dan antioksidan.

Tipe Emulsi, berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal
ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu:
1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air.
Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).
3. Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak. Air sebagai
fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
Tujuan Pembuatan sediaan emulsi, emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat
yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak dapat bercampur

Bahan-bahan pengemulsi (emulgator)
1. Emulgator alam, Emulgator alam yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa
proses yang rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan:
a. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan
 Gom arab, Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum.
Kestabilan emulsi yang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2 faktor yaitu:

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 10

1) Kerja gom sebagai koloid pelindung; 2) Terbentuknya cairan yang cukup
kental sehingga laju pengendapan cukup kecil ,
sedangkan bahan yang membentuk masa mudah dituang (tiksotropi) seperti:
1) Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat; 2) Minyak
atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri; 3) Minyak lemak : PGA ½
kali berat minyak; Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam
minyak lemak; Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform;
Balsam-balsam; Oleum lecoris aseli
 Tragacanth
 Agar-agar
 Chondrus
 Emulgator lain : Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.
b. Emulgator alam dari hewan
 Kuning telur
 Adeps lanae
a. Emulgator alam dari tanah mineral
 Veegum / Magnesium Aluminium Silikat
 Bentonit

2. Emulgator buatan
a. Sabun
b. Tween 20; 40; 60; 80
c. Span 20; 40; 80

Cara pembuatan emulsi, dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu:
1. Metode gom kering atau metode continental
2. Metode gom basah atau metode inggris
3. Metode botol atau metode botol forbes

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi, untuk pembuatan emulsi yang
baik.
1. Mortar dan stamper
2. Botol
3. Mixer, blender
4. Homogenizer
5. Colloid mill

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti dibawah ini:
1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana yang satu
mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat
reversibel artinya bila dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 11

2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena film yang meliputi
partikel rusak dan butir minyak akan koalesen (menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak
bisa diperbaiki). Hal ini dapat terjadi karena:
- Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH, penambahan
CaO / CaCL2
- Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan dan
pengadukan.
3. Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi W/O menjadi
O/W atau sebaliknya dan sifatnya irreversible.

C. Resep
dr. Andalan
SIP: 000234/DU/XI-2000
Jl. Mandiri2 No, 03 Masuk Gang
HP 085786090000, POS 5316667
Mandiri, 7 April 2019
R/ Levertan 50
Vit. B 100 mg
PGA 10
Esensi q.s.
Adua ad 100 mL
m.f. emulsi.
s. 1dd. 1 cth





Pro: Andi( 4 thn)

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 12

PERCOBAAN IV. SUSPENSI

A. Tujuan
Mahasiswa dapat mengerjakan resep dengan bentuk sediaan Suspensi

B. Pendahuluan
Pengertian sediaan suspensi menurut buku referensi yaitu sebagai berikut:
1. Farmakope Indonesia IV Th. 1995: Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung
partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi Oral: sediaaan
cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan
pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral.
2. USP XXVII, 2004 Suspensi oral : sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel
padat terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok
yang dimaksudkan untuk pemberian oral. Suspensi topikal : sediaan cair yang
mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair
yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit. Suspensi otic : sediaan cair yang
mengandung partikel-partikel mikro dengan maksud ditanamkan di luar telinga.

Pengertian suspensi secara umum Suspensi adalah sediaan cair yang
mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Sistem
terdispers terdiri dari partikel kecil yang dikenal sebagai fase dispers, terdistribusi
keseluruh medium kontinu atau medium dispersi. Untuk menjamin stabilitas suspensi
umumnya ditambahkan bahan tambahan yang disebut bahan pensuspensi atau
suspending agent. Suspensi oral adalah sediaan cair rnengandung-partikel padat yang
terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan
untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi-yang diberi etiket sebagai susu atau magma
termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan
yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan
pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan.
Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi
dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi
yang diberi etiket sebagai "lotio" termasuk dalam kategori ini. Suspensi tetes telinga
adalah sediaan : cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk di
teteskan telinga bagian luar. Suspensi optalmik adalah sediaan cair steal yang
mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian
pada mata. Obat dalam suspensii harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak
menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensii obat mata tidak boleh
digunakan bila terjadi masses yang mengeras atau penggumpalan. Suspensi untuk
injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal. Suspensi untuk injeksi
terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 13

membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Persyaratan sediaan suspensi, Menurut Farmakope Indonesia edisi III
adalah:
1. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
2. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
3. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspensi
4. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok atau dituang
5. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari
6. Suspensi tetap agak konstan untuk jangka penyimpanan yang lama

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah:
1. Suspensi tidak boleh di injeksikan secara intravena dan intratekal
2. Suspensi yang dinyatakan untuk digunakan untuk cara tertentu harus mengandung
3. anti mikroba, suspensi harus dikocok sebelum digunakan.

Cara Pembuatan Suspensi Secara Umum
1. Metode dispersi, Ditambahkan bahan oral kedalam mucilage yang telah terbentuk,
kemudian diencerkan
2. Metode Presipitasi, Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dulu dalam pelarut
organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik
larutan zat ini kemudian di encerkan dengan latrutan pensuspensi dalam air
sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dalam air seningga akan terjadi
endapan halus tersuspensi dengan bahan pensuspensi.

Pengertian Suspending Agent, adalah bahan tambahan yang berfungsi
mendispersikan partikel tidak larut dalam pembawa dan meningkatkan viskositas
sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. Mekanisme kerja suspending agent
adalah untuk memperbesar kekentalan (viskositas), tatapi kekentalan yang berlebihan
akan mempersulit rekonstitusi dengan pengocokan. Bahan pensuspensi atau suspending
agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Bahan pensuspensi dari alam, Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut,
gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga
campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya
mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas
suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses
fermentasi bakteri. Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan: Simpan 2 botol
yang berisi mucilago sejenis. Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan,
kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama. Setelah beberapa hari diamati
ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan m engalami

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 14

penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk galongan gom adalah:
a. Acasia (pulvis gummi arabici), Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat
larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari
mucilagonya antara pH 5 - 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan
pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang
nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama
dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi
harus ditambahkan zat pengawet (preservative);
b. Chondrus, Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartine mamilosa,
dapat larut dalam air tidak larut dalam alkohol, bersifat alkali. Ekstrak dari
chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen
merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu
penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut;
c. Tragacanth, Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth
sangat kambat mengalami hidrasi, untuk mempercepdt hidrasi biasanya
dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth Iebih kental dari mucilago dari gom
arab. Mucilago tragacanth balk sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan
sebagai emulgator
d. Algin, Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan
terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan
senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi
dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai
suspending agent umumnya 1- 2%.
e. Termasuk golongan bukan gom, Suspending agent dari alam bukan gom adalah
tanah Iiat. Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah
stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila
tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah
bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena
peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas dari
suspensi menjadi lebih baik. Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air,
sehingga penambahan bahantersebut kedalam suspensi adalah dengan
menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah
liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri,
karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan
karbohidrat.
2. Bahan pensuspensi sintetis
a. Derivat selulosa Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol,
tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari
nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka
ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas da cairan yang dipergunakan

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 15

untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin
tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun, sehingga
banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan
pensuspensi juga digunakan sebagai l aksansia dan bahan
penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet.
b. Golongan organik polimer yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah
Carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik) Merupakan serbuk putih bereaksi
asam, sedikit larut dalam air, tidak beracun dan tidak mengiritasi kulit, serta
sedikit pemakaiannya. Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan
pensuspensi. Untuk memperoleh viskositas yang baik diperlukan kadar ± 1%.
Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit. Hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam suspensi:
1. Kecepatan sedimentasi (Hukum Stokes), Untuk sediaan farmasi tidak mutlak
berlaku, tetapi dapat dipakai sebagai pegangan supaya suspensi stabil, tidak
cepat mengendap, maka: Perbedaan antara fase terdispersi dan fase pendispersi
harus kecil, dapat menggunakan sorbitol atau sukrosa. BJ medium meningkat.
Diameter partikel diperkecil, dapat dihaluskan dengan blender/ koloid mill
Memperbesar viskositas dengan menambah suspending agent.
2. Pembasahan serbuk, Untuk menurunkan tegangan permukaan, dipakai wetting
agent atau surfaktan, misal : span dan tween.
3. Floatasi (terapung), disebabkan oleh:
- Perbedaan densitas.
- Partikel padat hanya sebagian terbasahi dan tetap pada permukaan
- Adanya adsorpsi gas pada permukaan zat padat. Hal ini dapat diatasi dengan
penambahan humektan. Humektan ialah zat yang digunakan untuk
membasahi zat padat. Mekanisme humektan : mengganti lapisan udara yang
ada di permukaan partikel sehingga zat mudah terbasahi. Contoh : gliserin,
propilenglikol.
4. Pertumbuhan kristal : Larutan air suatu suspensi sebenarnya merupakan larutan
jenuh. Bila terjadi perubahan suhu dapat terjadi pertumbuhan kristal. Ini dapat
dihalangi dengan penambahan surfaktan. Adanya polimorfisme dapat
mempercepat pertumbuhan kristal.

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 16

C. Resep
dr. Andalan
SIP: 000234/DU/XI-2000
Jl. Mandiri2 No, 03 Masuk Gang
HP 085786090000, POS 5316667
Mandiri, 8 April 2019
R/ Ibuprofen 250 mg
CMC Na 1 g
Syrup Simpl. 30 mL
Essensi q.s.
Aquadest ad. 100 mL
m.f. suspensi
s. 3 dd. 1 cth.





Pro: Ayu( 3 thn)

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 17

PERCOBAAN V. SIRUP

Secara umum sediaan cair dalam bahasa Latin disebut Solutiones, artinya bentuk
sediaan berupa larutan. Menurut Farmakope Indonesia ed. IV, solutiones atau larutan
adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Larutan terjadi jika suatu bahan padat tercampur atau terlarut secara kimia maupun
fisika ke dalam bahan cair. Jika bahan NaCl atau KBr dilarutkan dalam air, ke 2 bahan
akan larut, terjadinya larutan ini karena peristiwa kimia, apabila pelarut air diuapkan
akan terbentuk kembali NaCl dan KBr, larutan seperti ini disebut larutan langsung.
Selain itu jika Zn dilarutkan ke dalam H2SO4 akan terjadi reaksi kimia menjadi larutan
ZnSO4 dan larutan ini tidak dapat kembali menjadi bahan awal Zn dan H2SO4. Larutan
seperti ini disebut larutan tidak langsung. Keuntungan dan kerugian bentuk sediaan
cair/larutan:
Keuntungan:
1. Merupakan campuran yang homogen
2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan
3. Dapat diberikan dalam larutan encer, sementara kapsul dan tablet tidak dapat
diencerkan
4. Kerja awal obat lebih cepat karena absorpsi lebih cepat dibandingkan sediaan padat
5. Lebih cocok untuk anak-anak, kerena dapat ditambahkan pemanis, zat warna, dan
aroma tertentu sehingga menarik.
Kerugian:
1. Bahan obat ada yang tidak larut dalam larutan
2. Bahan obat tidak stabil dalam sediaan cair
3. Bau dan rasa yang tidak dapat ditutupi jika dalam bentuk sediaan cair

Berdasarkan jenis bahan yang terlarut dalam suatu larutan, digolongkan menjadi:
1. Larutan mikromolekuler, Merupakan larutan yang mengandung mikrounit yang
terdiri dari molekul atau ion, misalnya alkohol, gliserin, ion natrium, dan ion klorida
dengan ukuran 1 – 10 Ả.
2. Larutan miseler, Suatu larutan yang mengandung bahan padat terlarut berupa
agregat (misel) bisa berupa molekul atau ion.
3. Larutan makromolekuler, ialah larutan yang mengandung bahan padat dimana
molekulnya lebih besar dari larutan mikro, seperti larutan : Pulvis Gummi Arabicum,
CMC, PVP, albumin.
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain yang berkadar
tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa
dalam sirup adalah 64 - 66%, kecuali dinyatakan lain. Selain sukrosa dan gula lain, pada
larutan oral ini dapat ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk
menghambat penghabluran dan mengubah kelarutan, rasa dan sifat lain zat pembawa.
Umumnya juga ditambahkan zat antimikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri,

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 18

jamur dan ragi. Larutan oral yang tidak mengandung gula, tetapi bahan pemanis buatan
seperti sorbitol atau aspartame dan bahan pengental seperti gom selulosa sering
digunakan untuk penderita diabetes. Macam-macam sirup, yaitu:
1. Sirup simpleks, mengandung gula 65 % dengan penambahan nipagin 0,25% b/v
2. Sirup obat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan
dan digunakan untuk pengobatan.
3. Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat
penyedap lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa dan bau
obat yang tidak enak.
Resep
dr. Andalan
SIP: 000234/DU/XI-2000
Jl. Mandiri2 No, 03 Masuk Gang
HP 085786090000, POS 5316667
Mandiri, 8 April 2019
R/ CTM 0,4
Gliserin 15 mL
Syrup Simpl. 40 mL
Essensi q.s.
Aquadest ad. 100 mL
m.f. sirup
s. 3 dd. 1 cth.





Pro: Ayu( 4 thn)

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 19

PERCOBAAN VI. TABLET

Menurut Farmakope Indonesia (ed IV) tablet adalah sediaan padat yang
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode
pembuatan, tablet dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet
cetak dibuat dengan cara menekan masa serbuk lembab dengan tekanan rendah ke
dalam cetakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk
atau granul menggunakan cetakan baja (tahan karat). Bentuk tablet rata atau cembung
rangkap, umumnya bulat, dapat ditambahkan bahan tambahan atau tanpa bahan
tambahan. Bahan tambahan dapat berupa bahan pengisi, penghancur , pengikat, pelicin,
pelincir dan pembasah.
Tujuan utama penggunaan obat sediaan tablet adalah penghantaran obat ke
lokasi kerja dengan dosis yang cukup, kecepatan kerja yang sesuai dan lama kerja yang
sudah ditentukan serta beberapa kriteria lainnya. Tablet dapat digunakan untuk
mendapatkan efek lokal dan sistemik dalam pengobatan meliputi:
1. Pengobatan untuk efek lokal, Misalnya: Tablet untuk vagina, berbentuk seperti
amandel, oval, digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi dan penggunaan hormon
secara lokal. Loazenges, Trochici, digunakan untuk efek lokal di mulut dan
tenggorokan, umumnya sebagai anti infeksi.
2. Pengobatan untuk efek sistemik, Pengobatan untuk efek sistemik antara lain, Tablet
biasa yang digunakan secara oral, Tablet Bukal, digunakan dengan cara disisipkan di
antara pipi dan gusi dalam rongga mulut, umumnya mengandung bahan aktif
hormon steroid, absorpsi melalui mukosa mulut dan masuk ke dalam peredaran
darah, Tablet Sublingual, digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah,
umumnya berisi hormon steroid, obat jantung (Nitro gliserin), obat hipertensi,
absorpsi melalui mukosa mulut dan masuk ke dalam peredaran darah, Tablet
Implantasi, disebut juga Pellet, bentuk bulat atau oval pipih, merupakan tablet steril,
dimasukkan dengan cara merobek jaringan kulit dalam badan. Sementara tablet
hipodermik dilarutkan terlebih dahulu dalam pelarut steril, kemudian disuntikkan
secara subcutan.
Tujuan penggunaan tablet dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Oral
a. Ditelan : cara kerja dapat berupa tablet lepas cepat, lepas lambat, lepas tunda
b. Dikunyah : tablet tidak langsung ditelan melainkan dikunyah kemudian baru
ditelan, efek sistemik
c. Sublingual : merupakan tablet dengan efek sistemik tanpa dicerna melalui saluran
pencernaan, diletakkan dibawah lidah
d. Buccal : merupakan tablet yang disisipkan antara pipi dan gusi, berefek sistemi

2. Pemakaian luar
a. Vaginal : tablet vaginal, pipih, bentuk seperti amandel, oval, efek lokal

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 20

b. Implantasi : ditahan di bawah kulit, dengan merobek jaringan tubuh, steril,
memberikan efek sistemik
c. Parenteral : tablet harus dilarutkan terlebih dulu dengan pelarut steril kemudian
disuntikkan secara subcutan
d. Lain lain : tablet yang dilarutkan terlebih dahulu kemudian diminum dan ditelan
(tablet effervescent)


Komponen penyusun tablet:
1. Bahan pengisi (diluent/filler), Fungsi pengisi untuk mempeerebesar volume dan
menambah bobot tablet. Lazim digunakan Laktosum, Amylum Manihot, Avicel, Calsii
Phosphas, Calcii Carbonas, dan bahan lain yang cocok.
2. Bahan pengikat (binder), Penggunaan bahan pengikat dalam pembuatan tablet
gunanya untuk mengikat partikel serbuk/padat supaya menyatu dan merekat,
sehingga tablet tidak mudah pecah dan retak, menambah kekerasan tablet.
Termasuk pengikat antara lain, larutan Gelatin, Mucillago Amyli, larutan PVP,
sesuaikan rentang kadar masingmasing bahan.
3. Bahan penghancur (disintegran), Penghancur dimasukkan dalam proses pembuatan
tablet dengan tujuan supaya tablet yang dihasilkan dapat hancur, jika proses
pembuatan dengan metode granulasi maka perlu penghancur luar. Biasanya
digunakan Amylum Manihot, Starch 1500, LH-PC.
4. Bahan pelicin (glidan), pelincir (lubricant), anti lengket (antiadheren), Maksud
penggunaan pelicin ialah supaya tablet yang dihasilkan mudah keluar dari cetakan
dan tidak lengket, disamping itu serbuk tablet / granul mudah mengalir dari hopper
ke ruang cetak. Umumnya digunakan Magnesium stearat sebagai lubricant, Talkum
sebagai glidan dan antiadheran, dan Aerosil sebagai glidan.
5. Zat warna, Penambahan zat warna bertujuan untuk perbedaan produk, menutupi
warna asli yang kurang menarik, disamping itu untuk mendapatkan hasil yang
homogen. Keamanan zat warna dengan konsentrasi yang digunakan harus
diperhatikan, kemampuan pewarnaan yang cukup kuat dan kompatibel dengan
formulasi.

Penyalutan tablet dilakukan mempunyai maksud dan tujuan tertentu, misalnya
untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak dari bahan aktif. Mencegah rusaknya
bahan aktif yang sensitif kena cahaya atau akan terurai, atau tujuan lain. Macam-macam
penyalutan tablet yaitu sebagai berikut:
1. Tablet salut gula, Penyalutan tablet dengan gula (dragee) dilakukan dengan larutan
gula dalam panci untuk penyalutan dan panci untuk mengkilapkan tablet, panci
berputar digerakkan motor dilengkapi alat penghisap dan penghembus udara panas
(blower).

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 21

2. Tablet salut kempa, Penyalutan ini dilakukan pada tablet inti yang sudah jadi, granul
halus dan kering dikempa di sekitar tablet inti, proses ini sering disebut tablet dalam
tablet. Tablet salut kempa prosesnya lebih cepat dan ekonomis, syaratnya tablet
harus bebas lembab dan tidak terjadi reaksi inkompatibilitas dengan adanya lembab.
3. Tablet salut selaput, Penyalutan ini dilakukan dengan melapisi tablet dengan bahan
penyalut yang disemprokan pada tablet secara tipis-tipis. Campuran penyalut terdiri
dari CMC na, Acetatphthalat, Hydroxyaethyl cellulosum dan Polyvinylpyrolidon dalam
pelarut alkohol atau terdispersi dalam isopropanol dengan penambahan Span dan
Tween.
4. Tablet salut enterik, Bahan campuran salut enterik terdiri dari serbuk lilin karnauba
atau asam stearat dan serbuk tumbuh-tumbuhan dari agar-agar atau kulit pohon elm.
Tablet yang masuk kedalam lambung akan mengisap air dan mengembang sehingga
terjadi penghancuran. Penyalutan enterik yang baik ialah dengan bahan Cellulosa
Acetis Phthalatum. Penyalutan enterik dimaksudkan untuk tablet yang diharapkan
larut dalam usus, maka penyalut yang digunakan relatif tidak larut dalam asam
lambung.Tujuan penyalutan enterik adalah:
- Supaya obat tidak mengiritasi lambung
- Diinginkan bahan aktif bekerja dalam usus seperti obat cacing
- Melindungi bahan aktif supaya tidak rusak/inaktif dengan adanya cairan
lambung (pH asam).


Resep
dr. Andalan
SIP: 000234/DU/XI-2000
Jl. Mandiri2 No, 03 Masuk Gang
HP 085786090000, POS 5316667
Mandiri, 7 April 2019
R/ PCT X
s. prn

R/ Co-Amoxiclav XV
s. 3dd. I

R/ Loperamid HCl X





Pro: Ayu( 20 thn)

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 22

Apotek Perdaban Mandiri
Jl. Mandiri No, 01 Masuk Gang
HP 085786080000, POS 5316667
SIPA. No. 19910728/SIPA_3302/2017/1471
COPY RESEP

Tertulis Tgl. : 30-3-19
Nama Dokter : dr. andalan
SIP : 003838
Nama Pasien : Tn. Injul
Ex. Copy Apotek Mekar J.
No. : 23
Umur : 55 thn
BB/ TB :
Alamat : Karangpundung

R/ Fargoksin XXX
s. 1 dd I tab_______det. XX

R/ Amlodipin XXX
s. 2 dd. I tab ______ det XV

R/ Furosemid XXX
s. 1 dd I tab.______det X

R/ Simvastatin X
s. 1 dd I tab________det








Mandiri, 30 Maret 2019

PCC

Dr. Pujangga, Apt._______
SIPA. No. 34577-OA12

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 23

dr. Andalan
SIP: 000234/DU/XI-2000
Jl. Mandiri2 No, 03 Masuk Gang
HP 085786090000, POS 5316667
Mandiri, 27 April 2019
R/ PCT IX
s. 3 dd I tab

R/ Acyclovir XV
s. 4 dd. I tab






Pro: Ayu( 20 thn)

Farmasetika II | Farmasi | Fakultas Sains dan Teknologi | Universitas Peradaban | 24

LAMPIRAN

1. Format Laporan Sementara
Mengikuti format laporan resmi namun hanya sampai BAB 2
2. Format Laporan Praktikum Resmi memuat:
a. COVER (memuat: judul topik/ praktikum, lambang Universitas Peradaban, nama
semester, NIM, kelompok, gelombang dan menuliskan bulan serta tahun di bawah
kata Bumiayu) sesuai pada lampiran.
b. BAB 1 PENDAHULUAN
A. Dasar Teori (dicari dari sumber buku/ jurnal bukan kopas dari laporan praktikum)
Salep adalah.................…………………. (Anief, 2008: 100).
B. Tujuan

c. BAB 2 METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas Beker
b. ....dst
2. Bahan
a. Tragakan
b. Sulfadiasin...dst

B. Prosedur Kerja (sistematis di buat diagram alir)









d. BAB 3 HASIL, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
B. ANALISIS DATA (analisis deskriptif meliputi: mean, pencilan, SD, CV)
C. PEMBAHASAN (sesuaikan dengan hasil praktikum, analisis data dan dasar teori)

e. BAB 4 KESIMPULAN (sesuaikan dengan tujuan praktikum)
Berdasarkan uraian pembahasan...........................dapat ditarik simpulan:
1. .............
2. .............dst
f. DAFTAR PUSTAKA (mengacu pada buku dan/atau jurnal)
Day R.A. and Underwood alih bahasa Pudjaatmaka A,J,; 1996, Analisis Kimia
Kuantitatif, Ed. V, Penerbit Erlangga, Jakarta
Kanti, Feri. 2017. Penetapan Kadar Parasetamol menggunakan Metode
Spektrofotometri UV dan KLT. Jurnal Kimia Farmasi. 10(2):200-210
g. LAMPIRAN
1. Hasil Praktikum (yang sudah di ACC asisten/ dosen)
2. Dokumen Foto (jika ada)
3. Jawaban Soal (jika ada)

3. Cover Laporan Praktikum
Menimbang 2g Parasetamol
Memasukan ke dalam Mortir
Menambahkan 10mL aquades

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA II

.......................................................................





Oleh :

Nama
.................................................
SMT/ NIM
.................
Kelompok/Gelombang
................




LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS PERADABAN
BUMIAYU
...............