Jurnal Ilmiah Mandala Education
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index
Terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)
Vol. 7. No. 4 Oktober 2021
p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Jurnal Ilmiah Mandala Education | 215
Efektivitas Pendidikan Moral Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di TK Islam
Terpadu Asa Sumbawa

Ramlafatma
1
, Shermina Oruh
2
, Andi Agustang
3

1
Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Sosiologi Universitas Negeri Makassar
2
Dosen Universitas Pejuang Republik Indonesia
3
Dosen Universitas Negeri Makassar
Email: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstract
Moral education is a conscious effort to teach the value of goodness including good behavior, in accordance with normative
rules and human behavior in daily life. As individual and social beings in society. Moral means costums, habits, values or
life procedures, such a honesty, trustworthiness, fairness, responsibility, respect for fellow human beings, harmony, social
solidarity and so on which are packaged in the image of goodness. Moral education is very important to shaping the
character. Student in moral learning, especially children, need orientation, for example, that treatment become actions or
behavior. The purpose of this study was to (1) determine the effectiveness of moral education in student trhough reading
daily prayers and short hadiths in the context of building student character, (2) to know the implementation of moral
education methods in student. This type of research is Classroom Action Research or CAR (Classroom Action Research),
which is research conducted in a class to find out the consequences of action applied to a research subject in that class. The
result of the study show that (1) the educational methods of reading daily prayers and short hadiths in order to shape the
character of student is very effective where the abilities possessed by student can show their daily behavior at school. Their
morals already reflect Islamic behavior. (2) The learning process carried out by the teacher in collaboration with parents at
home is directly interacting with student both during learning and when student are playing.

Keywords: Moral Education, Character Building.

Abstrak
Pendidikan moral adalah usaha sadar tentang mengajarkan nilai kebaikan meliputi perilaku baik, sesuai dengan aturan
normatif dan juga tentang sikap dan tingkah laku manusia dalam kehidupan sehari-hari.Baik sebagai makhluk individu
maupun sebagai makhluk sosial dalam hubungannya dengan masyarakat.Moral berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai atau
tata cara kehidupan, seperti jujur, dapat dipercaya, adil, bertanggung jawab, penghormatan sesama manusia, kerukunan,
kesetiakawanan, solidaritas sosial dan sebagainya yang terkemas dalam citra kebaikan. Pendidikan moral sangatlah penting
dalam membentuk karakter seseorang.Peserta didik dalam pembelajaran moral khususnya anak-anak memerlukan orientasi,
misalnya teladan yang dapat dilihat dan perlakuan yang dapat dirasakan hingga akhirnya menjadi tindakan atau
perilaku.Tujuan penelitian ini untuk (1) Mengetahui efektivitas pendidikan moral pada siswa melalui pembacaan do’a-do’a
harian dan hadits-hadits pendek dalam rangka pembentukan karakter siswa, (2) Mengetahui pelaksanaan metode pendidikan
moral pada siswa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas atau CAR (Classroom Action Research) yaitu
penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek
penelitian di kelas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Metode pendidikan pembacaan do’a-do’a harian dan
hadits-hadits pendek dalam rangka membentuk karakter peserta didik sangat efektif dimana kemampuan yang dimiliki
peserta didik dapat memperlihatkan perilaku mereka sehari-hari di sekolah. Moral mereka sudah mencerminkan perilaku
yang Islami. (2) Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru bekerjasama dengan orang tua di rumah adalah langsung
berinteraksi dengan siswa baik saat pembelajaran berlangsung maupun saat siswa sedang bermain.

Kata Kunci: Pendidikan Moral, Pembentukan Karakter

PENDAHULUAN
Adanya fenomena kekerasan yang
terjadi akhir-akhir ini di tengah masyarakat
seperti peristiwa tawuran antar pelajar sangat
meresahkan karena menyebabkan jatuhnya
korban luka-luka bahkan menyebabkan korban
jiwa.Demikian pula dengan berbagai jenis
kejahatan lainnya seperti kerusuhan, bentrokan
antar agama, suku dan ras, pembunuhan,
pemerkosaan dan tindakan kriminalitas lainnya
sangat menggangu stabilitas keamanan

Jurnal Ilmiah Mandala Education
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index
Terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)
Vol. 7. No. 4 Oktober 2021
p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Jurnal Ilmiah Mandala Education | 216
lingkungan masyarakat. (Hartiningsih, Kompas,
2004).
Kejadian-kejadian tersebut dianggap
melanggar etika hukum dan moral bangsa
Indonesia yang dikenal memiliki karakter
ramah, bergotong royong dengan azas
persatuan dan kesatuan. Hal tersebut
menimbulkan pertanyaan tentang masalah
efektivitas pendidikan, dimana pendidikan
moral menjadi salah satu bagian pembelajaran
dalam pembentukan karakter peserta didik.
Pembelajaran moral peserta didik dilakukan
agar terbentuk perilaku moral pada anak,
khususnya pada anak usia dini yang
memerlukan perhatian dan pemahaman
terhadap dasar-dasar etika serta berbagai
kondisi yang mempengaruhi. Pendidikan moral
ini menjadi salah satu topik yang menarik untuk
dikaji.
Sekolah sebagai institusi pendidikan
formal seharusnya memberi sumbangsih yang
besar dalam penerapan pembelajaran moral. TK
Islam Terpadu ASA Sumbawa sebagai sekolah
pertama yang menerapkan kurikulum Jaringan
Sekolah Islam Terpadu (JSIT) di Sumbawa
menjadi harapan masyarakat dapat memberikan
kontribusi positif bagi pembelajaran moral di
sekolah.
Lingkungan sekolah tempat
berlangsungnya proses pembelajaran
diharapkan memberikan konstribusi yang
positif terhadap perkembangan jiwa siswa
karena sekolah adalah tempat berlangsungnya
pendidikan. Anak belajar untuk menjalani
kehidupan melalui interaksi dengan lingkungan.
Lingkungan yang kedua setelah lingkungan
keluarga dikenal anak adalah lingkungan
sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap perkembangan
kepribadian anak didik. Di sekolah siswa
melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai
keberhasilan belajar berupa nilai dan budi
pekerti.
Maju mundurnya atau baik buruknya
peradaban masyarakat suatu bangsa akan
ditentukan oleh bagaimana pendidikan yang
dijalani atau yang ditempuh oleh masyarakat
bangsa tersebut (Mansyur, 2005 : hal.86).
Karena sesungguhnya runtuhnya pendidikan
mengakibatkan rendahnya moralitas bangsa
yang secara tidak langsung berakibat
meningkatnya kriminalitas diberbagai tempat.
Upaya membangun pendidikan
sebenarnya juga merupakan upaya membangun
moral bangsa yang nantinya dapat memperbaiki
watak bangsa yang dijadikan sebagai identitas
bangsa Indonesia. Dapat dikatakan bahwa jika
dalam suatu masyarakat banyak orang yang
rusak moralnya maka akan goncanglah keadaan
masyarakat itu (Direktorat Jenderal Pendidikan
Agama Islam, 2007: hal. 41).
Program PAUD, telah diprogramkan
oleh pemerintah melalui tiga jalur yaitu jalur
pendidikan formal, non formal, dan informal.
Jalur formal terdiri atas Taman Kanak-kanak
(TK), Roudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain
yang sederajat. Jalur pendidikan nonformal
mencakup Kelompok bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang
sederajat. Sedangkan jalur pendidikan informal
mencakup pendidikan keluarga atau pendidikan
yang diselenggarakan oleh lingkungan (Zakiyah
Daradjat,1976 : hal. 8). Dengan adanya jalur
pendidikan diatas diharapkan upaya
pembentukan moral anak, bisa terlaksana lebih
baik sehingga nantinya dapat mencetak
generasi-generasi penerus yang bermoralitas
tinggi.
Masalah moral merupakan masalah
yang menjadi kekhawatiran bagi semua orang
saat ini. Terlebih bagi para orang tua, mereka
pasti ingin memberikan bekal bagi putra-
putrinya agar kelak sukses di dunia dan selamat
di akhirat. Namun banyak orang tua yang
belum menyadari bahwasanya pendidikan
moral diperoleh pertama kali dari orang tua
sendiri, sebab orang tua merupakan orang
pertama yang dikenal dan berinteraksi dengan
anak. Jadi bisa dikatakan bahwa orang tua
merupakan pendidik yang utama dan yang
pertama bagi anak.
Seorang pendidik harus bisa menjadi
contoh yang baik bagi anak didiknya. Karena
pada usia anak-anak mereka akan

Jurnal Ilmiah Mandala Education
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index
Terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)
Vol. 7. No. 4 Oktober 2021
p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Jurnal Ilmiah Mandala Education | 217
mengidolakan seseorang sebagai tokoh yang
hebat yang selanjutnya akan mencontoh
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Anak-anak pada usia dini belajar melalui
melihat dari apa yang ada dan yang terjadi di
sekitarnya dan bukan lewat mendengarkan
nasihat dari pendidiknya (Theo Riyanto dan
Martin Handoko, 2004 : 71). Sehingga dapat
dikatakan bahwa menjadi model pelaksana
moral bagi anak-anak bukan menjadi suatu
pilihan bebas, tetapi suatu keharusan yang tak
terelakkan sebagai orang tua dan jugapendidik
(Theo Riyanto dan Martin Handoko, 2004 : 72).
Sebagai lembaga pendidikan
prasekolah, keberadaan TK Islam Terpadu ASA
dapat menjadi salah satu alternatif bagi para
orang tua yang ingin memasukkan anak-
anaknya untuk mengenal pendidikan sejak dini.
Melalui kegiatan belajar mengajar di TK Islam
Terpadu ASA maka anak senantiasa
diperkenalkan dan ditanamkan mengenai nilai-
nilai moral, misalnya interaksi anak dengan
sesama akan menjadikan anak lebih bisa
mengerti arti bagaimana pentingnya menjalin
hubungan yang baik dengan orang lain.
TK Islam Terpadu ASA menanamkan
pendidikan moral melalui pembiasaan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman
pendidikan moral tersebut sifatnya saling
mengisi serta menyempurnakan pendidikan
moral yang diberikan oleh orang tua di rumah.
Sehingga TK Islam Terpadu ASA dapat
memenuhi harapan orang tua yaitu bahwa
sekolah bukanlah sekedar tempat untuk
menuangkan ilmu pengetahuan ke otak peserta
didik tetapi lebih dari itu dapat mendidik dan
membentuk karakter anak.
Dari latar belakang di atas, membuat
peneliti tertarik untuk melakukan pendalaman
secara langsung tentang “Efektivitas
Pendidikan Moral Dalam Pembentukan
Karakter Anak Di TK Islam Terpadu ASA
Sumbawa.
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah (1) Bagaimana efektivitas pendidikan
moral pada siswa melalui pembacaan do’a-do’a
harian dan hadits-hadits pendek dalam rangka
pembentukan karakter siswa? (2) Bagaimana
pelaksanaan metode pendidikan moral pada
siswa?
Tujuan penelitian ini untuk (1)
Mengetahui efektivitas pendidikan moral pada
siswa melalui pembacaan do’a-do’a harian dan
hadits-hadits pendek dalam rangka
pembentukan karakter siswa, (2) Mengetahui
pelaksanaan metode pendidikan moral pada
siswa

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Class Action Research (CAR) yang berarti
penelitian pada sebuah kelas untuk mengetahui
akibat tindakan yang diterapkan pada suatu
subyek penelitian di kelas tersebut. Penelitian
tindakan ini melibatkan guru dalam empat
tahap, yaitu : (1) mengidentifikasi fokus
permasalahan, (2) mengumpulkan data, (3)
analisis dan interpretasi data, dan (4)
mengembangkan rencana tindakan. Penelitian
tindakan dapat berupa percobaan untuk
mengangkat ide ke dalam praktek langsung
agar dapat melakukan perbaikan yang
berpengaruh dalam situasi nyata (Kemmis
seperti dikutip Hopkins, 1993:45). Menurut
Supriyadi dkk, (2010: 28-53) bahwa beberapa
karakteristik PTK adalah : (1) Masalahnya
nyata, tidak dicari-cari, bersifat kontekstual, (2)
Berorientasi pada pemecahan masalah, (3) Data
diambil dari berbagai sumber, (4) Bersifat
siklik yaitu penelitian-tindakan-penelitian-
tindakan, (5) Partisipatif, dilakukan sendiri, (6)
Kolaboratif, dibantu teman sejawat dan orang
tua di rumah. Populasi yang digunakan adalah
seluruh siswa kelas B dengan jumlah responden
sebanyak 10 orang. Do’a-do’a harian yang
diajarkan pada siswa TK Islam Terpadu ASA
adalah : (1) Do’a belajar, (2) Do’a masuk dan
keluar WC, (3) Do’a sebelum dan sesudah
makan, (4) Do’a untuk orang tua, (5) Do’a
keselamatan dunia dan akhirat. Sedangkan
hadits-hadits pendek yang dihafalkan adalah :
(1) Hadits tersenyum, (2) Hadits kebersihan, (3)
Hadits larangan marah, (4) Hadits ibadah, (5)

Jurnal Ilmiah Mandala Education
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index
Terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)
Vol. 7. No. 4 Oktober 2021
p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Jurnal Ilmiah Mandala Education | 218
Hadits senang berbagi.
Penelitian dilakukan dengan 4 (empat)
tahap pengamatan yaitu : (1) Prasiklus, sebelum
perlakuan diberikan, (2) Siklus I, setelah 2
minggu perlakuan diberikan, (3) Siklus II,
setelah 4 minggu perlakuan diberikan, dan (4)
Siklus III, setelah 6 minggu perlakuan
diberikan. Setelah do’a harian dan hadits sudah
dihafalkan dan diberi pemahaman, setiap
responden diberi tugas untuk mengamalkan
dalam interaksi mereka sehari-hari baik di
rumah maupun di sekolah. Guru dan orang tua
berkolaborasi mengamati perubahan setiap
responden dengan cara mencatat hasil tugas
yang diberikan kepada setiap responden. Tugas-
tugas yang diberikan antara lain: membaca do’a
sebelum memulai pelajaran, membaca do’a
ketika masuk dan keluar WC, membaca do’a
sebelum dan sesudah makan, membaca do’a
untuk orang tua setelah shalat, membaca do’a
keselamatan dunia dan akhirat setelah shalat,
tersenyum di pagi hari saat memasuki gerbang
sekolah, menjaga kebersihan, menahan emosi
saat ada gangguan teman, shalat tepat waktu
dan berbagi makan dan minuman dengan teman
sekelasnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian ini diperoleh data bahwa
dari 10 orang siswa yang dijadikan responden,
setelah diberi pemahaman tentang do’a-do’a
harian dan hadits-hadits pendek, mereka
mampu mengamalkan nilai-nilai moral yang
terkandung dalam do’a dan hadits yang
dihafalkan. Hal ini terlihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penelitian Per
Tahap n = 10

Berdasarkan data dapat diketahui bahwa tingkat
pemahaman para siswa terhadap do’a-do’a
harian dan hadits-hadits pendek sebagai
berikut:
1. Pada Prasiklus terdapat 8 orang siswa yang
hafalan do’a harian dan haditsnya baru 2
dari 10 yang ditargetkan dan 2 orang siswa
yang hafalan do’a harian dan haditsnya
sudah 3 dari 10 yang ditargetkan. Mereka
dari kelas A berbeda kemampuan
menghafalnya.
2. Pada Siklus I terdapat 1 orang siswa
meningkat hafalannya sebanyak 40% yaitu
Firzan M. Akbar (responden 6), dan 2 orang
siswa yang menambah hafalannya sebanyak
30% yaitu M. Fauzan (responden 8) dan M.
Fadhil Thoriq (responden 9) serta terdapat 7
orang siswa meningkat hafalannya sebesar
20%.
3. Pada Siklus II terdapat 2 orang siswa yang
meningkat hafalannya sebesar 40% yaitu
Putri Kinanti (responden 4) dan M. Daffa
(responden 10), 4 orang siswa yang
meningkat hafalannya sebesar 30% yaitu
Albanna Rahman (responden 1), M. Danish
(responden 2), Aurum Putri Salsabila
(responden 7) dan M. Fauzan (responden 8),
sedangkan yang meningkat hafalannya
sebesar 20% terdapat 3 orang siswa yaitu
Uswatun Hasanah (responden 3), Istiqomah
Mardiyah (responden 5) dan Firzan M.
Akbar (responden 6) dan 1 orang yang
hanya meningkat hafalannya sebesar 10%
yaitu M. Fadhil Thoriq (responden 9).
4. Pada Siklus III penelitian ini terdapat 4
orang siswa yang meningkat hafalannya
sebesar 30% yaitu responden 3, 5 dan 7.
Sedangkan 6 responden lainnya hafalan
do’a harian dan haditsnya meningkat
sebesar 20%.

Dari tabel 1 dapat disebutkan bahwa jumlah
hafalan siswa meningkat dari setiap siklus
penelitian. Hal ini dapat dilihat dari grafik
berikut:

No/Nama
Responden
Hasil Penelitian
Prasiklus
Hasil Penelitian
Siklus I
Hasil Penelitian
Siklus II
Hasil Penelitian
Siklus III



Keterangan
J
umlah
hafalan


%
Jumlah hafalan


%
Jumlah hafalan


%
Jumlah hafalan


%
1. Albanna
Rahman
3 30 5 50 8 80 10 100 Meningkat
2. M. Danish 2 20 4 40 7 70 9 90 Meningkat
3. Uswatun
Hasanah
2 20 4 40 6 60 9 90 Meningkat
4. Putri Kinanti 2 20 4 40 8 80 10 100 Meningkat
5. Istiqomah
Mardiyah
3 30 5 50 7 70 10 100 Meningkat
6. Firzan M.
Akbar
2 20 6 60 8 80 10 100 Meningkat
7. Aurum Putri
Salsabila
2 20 4 40 7 70 10 100 Meningkat
8. M. Fauzan 2 20 5 50 8 80 10 100 Meningkat
9. M. Fadhil
Thoriq
2 20 5 50 6 60 9 90 Meningkat
10. M. Daffa 2 20 4 40 8 80 10 100 Meningkat

Jurnal Ilmiah Mandala Education
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index
Terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)
Vol. 7. No. 4 Oktober 2021
p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Jurnal Ilmiah Mandala Education | 219

Grafik. Rekapitulasi Hasil Penelitian Per
Tahap n = 10
Pada tiga kali siklus penelitian,
kemampuan siswa yang awalnya berbeda-beda,
setelah diberi pemahaman tentang implementasi
dari do’a dan hadits yang dihafalkan, akhirnya
bisa memberi hasil yang relatif sama. Hal ini
dapat dilihat juga dari perilaku mereka sehari-
hari di sekolah. Moral mereka sudah
mencerminkan perilaku yang Islami.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan Moral
Pendidikan moral merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dalam proses
pendidikan. Beberapa hal yang berkaitan
dengan pendidikan moral, yaitu: (1) Pendidikan
karakter yang merupakan pendidikan yang
langsung bersentuhan dengan perkembangan
moral anak; (2) Klarifikasi nilai yang
merupakan proses memberikan bantuan kepada
setiap anak untuk memahami dan menyadari
tujuan hidup serta mengklarifikasi bentuk-
bentuk perilaku apa yang layak dikerjakan.
Menurut Durkheim, dalam Pendidikan
Moral (1990:39), terjemahan Lukas Ginting,
bahwa manusia sebagai makhluk terbatas,
secara fisik merupakan bagian dari alam
semesta, secara moral merupakan bagian dari
masyarakat. Semakin kompleks suatu
masyarakat, semakin sulit pula bagi moralitas
untuk bisa terlaksana berdasarkan mekanisme
otomatik. Keadaan lingkungan tidak pernah
sama, karena itu sebagai akibatnya, dalam
penerapan moralitas diperlukan pemahaman
intelektual. Selanjutnya Durkheim menganggap
bahwa bangsa harus menggantungkan harapan
yang besar kepada guru. Hal ini bukan hanya
karena pendidikan intelektual yang dapat ia
berikan, namun adanya kesempatan yang besar
untuk menanamkan semacam pengaruh pada
anak yang tidak dapat digantikan oleh apapun
(Durkheim, dalam Lukas Ginting, 1990:173).
Melihat tahap masa anak-anak menurut
Durkheim, tahap pertama hampir seluruhnya
berlangsung dalam keluarga, dan tahap kedua
berlangsung di sekolag dasar. Dan pembahasan
mengenai pendidikan moral, akan memusatkan
perhatian pada tahap yang kedua, karena tahap
ini merupakan tahap yang kritis dalam
pembentukan sikap moral. Jika tahap kedua ini
berlalu, dan belum diletakkan dasar-dasar
moralitas, maka dasar-dasar moralitas tersebut
tidak akan pernah tertanam dalam diri anak.
Maka di Indonesia sebaiknya menanamkan
pendidikan mengenai moralitas sejak dini pada
anak.
Pengembangan Kebiasaan Berperilaku Yang
Baik Di Sekolah
Perkembangan moral anak tidak terlepas
dari lingkungan di luar rumah. Pendidikan
moral pada lembaga pendidikan formal dimulai
ketika anak-anak mengikuti pendidikan pada
taman kanak-kanak. Pengalaman yang
diperoleh anak-anak dari taman kanak-kanak
memberikan pengaruh positif pada
perkembangan anak selanjutnya.
Berbicara pendidikan sekolah
merupakan pembicaraan mengenai kehidupan
karena pendidikan adalah proses yang
dilakukan setiap individu menuju ke arah yang
lebih baik sesuai dengan potesi kemanusiaan.
Driyarkara merumuskan pendidikan sebagai
memanusiakan manusia muda, membentuk
manusia muda untuk berkembang menjadi
manusia utuh, bermoral, bersosial,
berkepribadian dan berpengetahuan. Sama
halnya pendidikan yang menciptakan makhluk
baru menurut Durkheim. Lingkungan sekolah
merupakan asosiasi yang lebih luas daripada
keluarga atau teman-teman. Lingkungan
sekolah tidak berasal dari hubungan darah,
bukan juga dari pilihan bebas, tetapi dari
pertemuan yang tidak dapat dielakkan yang
dikumpulkan berdasarkan usia dan berbagai
kondisi sosial yang hampir sama. Serta sebagai
sarana untuk melatih anak dalam kehidupan

Jurnal Ilmiah Mandala Education
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index
Terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)
Vol. 7. No. 4 Oktober 2021
p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Jurnal Ilmiah Mandala Education | 220
kolektif (kelompok), kebutuhan untuk terikat
kepada kekuatan-kekuatan kolektif.
Dengan diberikannya pendidikan moral
bagi anak diharapkan dapat merubah perilaku
anak, sehingga jika sudah dewasa lebih
bertanggung jawab dan menghargai sesamanya
dan mampu menjawab tantangan jaman yang
cepat berubah. Di sinilah pentingnya nilai-nilai
moral yang berfungsi sebagai media
transformasi manusia Indonesia agar lebih baik,
memiliki keunggulan dan kecerdasan di semua
sektor kehidupan baik kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional, kecerdasan sosial
maupun kecerdasan spiritual. Peran orang tua
dan guru hanya sebatas memberi hal yang
terbaik sesuai dengan jiwa dan jaman yang
dihadapi saat ini, agar kelak anak dapat
mengatasi permasalahannya sendiri dan
memiliki keunggulan moral yang baik dan
luhur.

KESIMPULAN
1. Metode pendidikan moral pada siswa
melalui pembacaan do’a-do’a harian dan
hadits-hadits pendek efektif memberikan
dampak dalam pembentukan karakter siswa.
Kemampuan yang dimiliki siswa yang
dijadikan responden dapat memperlihatkan
perilaku mereka sehari-hari di sekolah
dengan menampakkan moral yang
mencerminkan perilaku yang Islami.
2. Hasil pelaksanaan metode pendidikan moral
pada siswa mengalami peningkatan pada
setiap tahap kegiatan penelitian. Proses
pembelajaran yang dilakukan para guru
dengan mendekatkan diri langsung kepada
siswa baik saat pembelajaran berlangsung
maupun saat siswa sedang bermain
membantu siswa untuk lebih berkonsentrasi
dalam belajar dan dapat lebih memahami
do’a-do’a harian dan hadits-hadits pendek
yang diberikan gurunya.

SARAN
1. Diperlukan usaha untuk membentuk anak
menjadi pribadi yang bermoral dengan
memberikan perlakuan yang adil, hormat
dan penuh kasih sayang. Guru menjadi
contoh atau tokoh panutan dan
membetulkan perilaku yang salah pada
siswa dengan bahasa dan perilaku yang
mudah dimengerti siswa.
2. Dibutuhkan peran keluarga dalam
membentuk karakter anak melalui
pendidikan dari lingkungan keluarga yang
bahagia sebagai ruang sosialisasi terdekat
bagi anak baik secara fisik maupun psikis.

UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih diberikan kepada
pihak-pihak yang telah memberi dukungan baik
materil maupun non materil, diantaranya:
1. Kepala Sekolah dan guru-guru TK Islam
Terpadu ASA Sumbawa yang telah
memberi ruang dan waktu bagi
terlaksananya penelitian ini.
2. Para orang tua dari responden yang telah
membantu melakukan pengamatan pada
perilaku anak di rumah.
3. Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
Kabupaten Sumbawa yang telah memberi
saran dan masukan sehingga penelitian ini
dapat berjalan lancar sesuai harapan.

DAFTAR PUSTAKA
David Hopkins. 2003. A Teacher’s Guide in
Classroom Research. Open
University Press. Buckingham.
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam.
2007. Petunjuk Teknis Pembinaan
Konseling. Kementerian Agama
Republik Indonesia.
Driyarkara, N. 2006. Esai-esai Filsafat Pemikir
yang Terlibat dalam Perjuangan
Bangsa. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Durkheim, E. 1973. Moral Education A Study
in the Theory and Application of The
Sociology of Education, alih bahasa:
Everest K Wilson and Herman
Schnurer The Free Press of Glencoe,
New York.
Ginting, L. 1990. Pendidikan Moral: Suatu
Studi Teori Dan Aplikasi Sosiologi

Jurnal Ilmiah Mandala Education
http://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/index
Terakreditasi Peringkat 4 (No. SK: 36/E/KPT/2019)
Vol. 7. No. 4 Oktober 2021
p-ISSN: 2442-9511 e-ISSN: 2656-5862

Jurnal Ilmiah Mandala Education | 221
Pendidikan. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Handoko, M. 1992. Motivasi Perilaku. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.
Mansur. 2005. Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Maria Hartiningsih. 2004. Mungkinkah
Membangun Republik Tanpa
Kekerasan. Kompas, Sabtu 3 Juli.
p.41.
Riyanto, T. 2004. Pendidikan Anak Usia Dini:
Tuntutan Psikologis dan Pedagogis
Bagi Pendidik dan Orang Tua.
Penerbit PT. Gramedia Widya Sarana
Indonesia. Jakarta.
Supriyadi dkk. 2010. Modul Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru Rayon 9
Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Jakarta.
Zakiyah, D. 1976. Guru Dan Anak Didik
Dalam Interkasi Edukatif. Penerbit
Rineka Cipta. Jakarta.