Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif ISSN 2614-221X (print)
Volume 4, No. 1, Januari 2021 ISSN 2614-2155 (online)

DOI 10.22460/jpmi.v4i1.39-44

39
AKTIVITAS DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING
DI SMK
Magdalena Dhema
1
, Adi Jufriansah
2
1
Program Studi Pendidikan Matematika, IKIP Muhammadiyah Maumere. Jl. Jenderal Sudirman,
Waioti Maumere, NTT,86118, Indonesia

2
Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP Muhammadiyah Maumere. Jl. Jenderal Sudirman, Waioti
Maumere, NTT,86118, Indonesia

1
[email protected],
2
[email protected]

Diterima: 1 Desember, 2020; Disetujui: 28 Desember, 2020
Abstract
Vocational High School is a formal institution that creates more independent, creative, innovative,
skilled, and responsible students in solving a problem. Graduates from vocational education are expected
to be more competent in solving problems in the world of work. Students are also required to be more
active in solving a problem. The research objective was to determine student activity and analyze
mathematical problem-solving abilities in implementing mathematics learning using the Problem Based
Learning model. The method used is to use a qualitative design. In this method, student activity is
measure using the observation sheet, and the problem-solving ability test is carried out by following the
steps of Polya's theory. The results showed that the overall student activity reached the excellent
category. The general average problem-solving ability obtained an ideal classification, with the
movement and moderate mathematical problem-solving ability of students achieving a reasonable
variety and positively impacting all vocational students.
Keywords: : Activities, Problem Solving, and Problem Based Learning
Abstrak
Sekolah Menengah Kejuruan merupakan lembaga formal yang menciptakan siswa yang lebih mandiri,
kreatif, inovatif, terampil dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan suatu masalah. Lulusan dari
pendidikan SMK diharapkan lebih terampil dalam pemecahan masalah yang ada di dunia kerja. Siswa
juga dituntut untuk lebih aktif dalam menyelesaikan suatu masalah. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui aktivitas siswa dan menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematika pada
pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model Problem Based Learning. Metode yang
digunakan adalah dengan menggunakan desain kualitatif. Pada metode ini aktivitas siswa diukur
menggunakan lembar observasi dan tes kemampuan penyelesaian masalah dilakukan dengan mengikuti
langkah-langkah teori Polya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas siswa secara keseluruhan
mencapai kategori sangat baik dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah secara keseluruhan
memperoleh klasifikasi baik, dengan aktivitas dan rata-rata kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang mencapai klasifikasi baik dan dapat memberi dampak yang positif kepada
seluruh siswa SMK.
Kata Kunci: Aktifitas, Pemecahan Masalah dan Problem Based Learning

How to cite: Dhema, M. & Jufriansah, A. (2021). Aktivitas dan Pemecahan Masalah
Matematika Menggunakan Model Problem Based Learning di SMK. JPMI – Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif, 4 (1), 39-44.

Dhema & Jufriansah, Aktivitas dan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan M...

40
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah wadah yang diperuntukkan untuk membangun kecerdasan dan kepribadian
peserta didik sehingga lebih berguna dan berkarater bagi orang tua, agama, bangsa dan negara.
Pendidikan sendiri terus menerus dilakukan dan dikembangkan baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat (Adiastuty et al., 2012; Akinoǧlu & Tandoǧan, 2007),
contohnya SMK. SMK pada dasarnya menekan pada proses pembelajarannya yang berorientasi
pada pengembangan potensi atau keahlian sesuai kejuruan yang diambil.
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan bahwa siswa SMK mengalami kesulitan yang
ditunjukkan dengan kurangnya respon, sikap acuh tak acuh dan sulit diatur ketika proses belajar
matematika. Peneliti juga menemukan bahwa terdapat kurangnya aktivitas visual dan aktivitas
mental. Penemuan masalah tersebut memiliki dampak pada hasil pembelajaran matematika
yang kurang baik.
Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan pembaharuan dalam pembelajaran. Model
pembelajaran tersebut dapat dijadikan sebagai rencana atau pola dalam kegiatan pembelajaran.
Hal ini berkaitan dengan pemberian rangsangan melalui teknik dan cara mengajar serta
menggunakan model atau metode yang tepat oleh guru sehingga menciptakan ketertarikan
siswa terhadap mata pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran yang dimaksudkan
adalah berorientasi pada masalah atau yang dikenal dengan PBL (Problem Based Learning).
Untuk meningkatkan hasil pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan model
pembelajaran pemecahan masalah atau PBL (Rerung et al., 2017).
Tantangan siswa pada optimalisasi PBL adalah mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis,
analisis, menemukan, serta kesesuaian sumber belajar (Fadly, 2012). Hal ini dikarenakan proses
pemecahan masalah akan menciptakan suasana yang mengarah pada proses dinamis dan
suasana yang ceria sehingga proses dalam menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan
penyelesaiaan soal-soal metematika dapat terlaksana dengan baik. Sebagai tambahan maka
pada penelitian ini, peneliti menerapkan langkah-langkah Polya yang dapat dilihat dalam
(Ifanali, 2014). Penerapan model PBL memiliki pengaruh positif terhadap kemampuan siswa
dalam memecahan masalah (Lestanti, 2015). Berdasarkan uraian latar belakang, maka tujuan
dari penelitian ini adalah melakukan kajian tentang aktivitas dan pemecahan masalah
matematika siswa dengan PBL, dimana siswa dituntut aktif dan mampu melakukan pemecahan
masalah dengan baik.
METODE
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, lihat (Muntaha & Hartono,
2013). Subjek penelitian adalah siswa pada program studi Keperawatan SMK pada semester
1 (ganjil), dengan jumlah 20 orang yang terdiri 18 orang perempuan dan 2 orang laki-laki
dengan kemampuan yang heterogen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, tes dan wawancara (Rerung et al., 2017). Sedangkan instrumen penelitian yang
digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini yaitu berupa peneliti, lembar observasi,
tes dan pedoman wawancara. Penelitian ini menggunakan teknis analisis induksi deskriptif
yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman dalam (Mawaddah & Anisah, 2015), dengan
kategori nilai valid pada data yang diperoleh pada Tabel 1.

Volume 4, No. 1, Januari 2021 pp 39-44


41
Tabel 1. Kategori Kevalidan
Kategori Keterangan
3  RTV RPP  5
Valid
1  RTV RPP  2
Tidak Valid
Sedangkan pada perhitungan nilai akhir menggunakan persamaan (1). %100
MaksimalSkor
PerolehanSkor
N 
(1)
N merupakan nilai akhir. Sedangkan kulifikasi nilai kemampuan pemecahan masalah disajikan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah
Nilai Kualifikasi
8,50 – 10,00 Sangat Baik
7,00 – 8,49 Baik
5,50 – 6,99 Cukup
4,00 – 5,49 Kurang
0 – 3,99 Sangat Kurang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil observasi aktivitas siswa dari dua pengamat diperoleh hasil skor rata-rata sebesar 4,62.
Berdasarkan Tabel 2 maka aktivitas siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model
PBL masuk dalam kategori “Sangat Baik”. Rekapitulasi hasil tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Data Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa
No. Pengamat
Rata-rata Aktivitas Siswa
Pertemuan 1 Pertemuan 2
1. 1 4,50 4,75
2. 2 4,25 5,00
Jumlah 8,75 9,75
Rata-rata 4,38 4,87
Jumlah 9,25
Nilai Rata-rata 4,62
Kategori Skala Penilaian Sangat Baik
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata siswa dari empat indikator (Ifanali, 2014)
mengalami peningkatan.

Dhema & Jufriansah, Aktivitas dan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan M...

42
Tabel 4. Rata-Rata Hasil Posttest Per Indikator Pemecahan Masalah Matematika
No. Indikator Pemecahan Masalah Posttest Kualifikasi
1 Memahami permasalahan 9,66 Baik
2 Merencanakan Penyelesaian 9,50 Baik
3 Melaksanakan Rencana 9,33 Baik
4 Mengecek kembali dan menarik kesimpulan 3,50 Kurang
Rata-rata Keseluruhan 7,99 Baik
Indikator kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sesuai tabel 4 mengalami
peningkatan dari 4 aspek yaitu kualifikasi aspek memahami masalah dengan kategori sangat
baik dengan nilai posttest 9,66. Hal ini menandakan informasi bahwa model PBL dapat
dijadikan sebagai acuan untuk menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan dari sebuah
permasalahan. Aspek merencanakan penyelesaian berada pada nilai posttest 9,50 dengan
kualifikasi sangat baik. Hal tersebut berhubungan dengan siswa sebagai penentu strategi dalam
memecahkan masalah. Sebagai contoh bahwa siswa dapat membuat model matematika untuk
menentukan rumus yang digunakan sebagai penyelesaian masalah. Pada tahap ini siswa mampu
melakukan dengan sangat baik karena model pembelajaran berbasis masalah lebih menuntut
siswa untuk lebih kreatif dalam menentukan rencana penyelesaian.
Apek melaksanakan rencana berada pada kualifikasi sangat baik dengan nilai posttest 9,33. Hal
ini menunjukkan bahwa siswa sangat baik dalam melaksanakan rencana untuk menyelesaikan
masalah. Sedangkan aspek mengecek kembali dan menarik kesimpulan diperoleh nilai posttest
sebesar 3,50 dan masih berada pada kualifikasi yang masih kurang karena sebagian besar siswa
menuliskan kesimpulan yang tidak tepat dan tidak melakukan pengecek kembali.
Pembahasan
Secara keseluruhan dari keempat indikator harus dipertahankan atau ditingkatkan lagi dalam
proses pembelajaran matematika selanjutnya sehingga suasana kelas menjadi lebih hangat
dengan aktivitas siswa juga bukan semata-mata hanya aktivitas guru. Siswa juga menjadi lebih
senang untuk mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, tidak merasa bosan dan tidak acuh
tak acuh lagi dengan matematika karena sama-sama mempunyai aktivitas yang menyenangkan.
Seperti yang telah jelaskan bahwa proses pembelajaran yang menggunakan PBL dapat
meningkatkan hasil belajar siswa (Sari, 2014). keberhasilan ini meliputi adanya peningkatan
hasil belajar pada materi yang dipelajari dan terdapat ketuntasan belajar klasikal (Husnidar et
al., 2014).
Berdasarkan hasil kajian (Husnidar et al., 2014) menjelaskan bahwa secara keseluruhan
aktivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah dari awal pertemuan ke pertemuan kedua
mengalami hasil peningkatan yang signifikan. Hasil penelitian ini sejalan yang dilakukan oleh
(Jaisook et al., 2013) yaitu, belajar dengan model PBL mengalami peningkatan dibandingkan
yang tidak menggunakan.
Pada hasil analisis kemampuan pemecahan masalah matematika pada postes yang diberikan
kepada siswa (Tabel 4), memiliki hasil 14 orang siswa tuntas dan 6 orang siswa belum tuntas
dengan nilai rata-rata keseluruhan adalah 75. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh
diketahui bahwa pada langkah pertama yaitu memahami masalah, subjek mengerti apa yang
ditanya dan apa yang diketahui. Demikian juga dengan langkah kedua yaitu merencanakan
penyelesaian juga subjek mengerti, kemudian pada langkah ketiga yaitu melaksanakan rencana,

Volume 4, No. 1, Januari 2021 pp 39-44


43
subjek belum secara lengkap menyelesaikan tahap demi tahap sesuai yang direncanakan karena
subjek terkesan buru-buru, lupa dengan rumus dan keliru menulis angka-angka seperti pada
hasil pekerjaannya untuk nomor soal 2 dan 5. Sedangkan pada langkah keempat yaitu mengecek
kembali, subjek belum memahami bagimana cara untuk mengecek kembali hasil pengerjaan.
Subjek masih terfokus pada bagaimana menuliskan kesimpulannya.
Dilihat dari kajian penelitian yang dilakukan oleh (Masrurotullaily et al., 2013) jika dikaitkan
dengan penelitian yang peneliti lakukan menerangkan bahwa ada kesesuaian hasil yaitu
peningkatan yang sangat baik dari setiap aspek pemecahan masalah menurut Polya dengan rata-
rata keseluruhan mencapai 7,99 % dengan kualifikasi Baik. Sedangkan wawancara digunakan
untuk mengecek pemahaman siswa dan mengetahui seberapa besar kekeliruan yang dihadapi
oleh siswa.
Didasarkan pada langkah-langkah Polya, dan sejalan dengan penelititan yang dilkukan oleh
(Miranti et al., 2015; Muntaha & Hartono, 2013) bahwa pembelajaran menggunakan langkah
Polya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Seperti yang dikemukakan
oleh (Yanti & Syazali, 2016) diantaranya, 1) pemahaman masalah: siswa menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan dari sebuah masalah dengan baik; 2) merencanakan
penyelesaian: siswa menyusun strategi yang akan dilakukan terhadap masalah yang diberikan
dengan baik; 3) melaksanakan rencana: siswa melaksanakan rencana penyelesaian yang telah
disusun untuk memecahkan masalah yang diberikan dan mengecek kembali setiap langkah
dengan baik; dan 4) mengecek kembali dan menarik kesimpulan.
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diketahui bahwa, aktivitas siswa
selama proses pembelajaran menggunakan model PBL memenuhi kriteria sangat baik.
Kemampuan pemecahan masalah matematika secara keseluruhan dari keempat indikator
mencapai klasifikasi “Baik”, artinya siswa secara keseluruhan telah memahami masalah yang
disajikan dalam bentuk soal cerita, mampu merencanakan penyelesaian, mampu melaksanakan
rencana penyelasaian dan mampu mengecek kembali dan menarik kesimpulan dari suatu
masalah. Sedangkan untuk hasil belajar siswa pada posttest memperoleh ketuntasan secara
klasikal tidak kurang dari 75 di atas KKM.
DAFTAR PUSTAKA
Adiastuty, N., Rochmad, & Masrukan. (2012). Perangkat Pembelajaran Model BBL Materi
Barisan dan Deret untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah. Unnes Journal
of Mathematics Education, 1(2), 87–93.
Akinoǧlu, O., & Tandoǧan, R. Ö. (2007). The Effects of Problem-Based Active Learning in
Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning.
Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, 3(1), 71–81.
https://doi.org/10.12973/ejmste/75375
Fadly, A. (2012). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) (Studi pada Kelas X Bisnis dan Manajemen Mata
Pelajaran Kewirausahaan di SMK Ardjuna 1 Malang). Jurnal Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Malang, 1–15.
Husnidar, Ikhsan, M., & Rizal, S. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal
Didaktik Matematika, 1(1), 71–82. https://doi.org/10.24815/jdm.v1i1.1243

Dhema & Jufriansah, Aktivitas dan Pemecahan Masalah Matematika Menggunakan M...

44
Ifanali. (2014). Penerapan Langkah-langkah Polya untuk Meningkatkan Pemecahan Masalah
Soal Cerita Pecahan Pada Siswa Kelas VII SMA Negeri 13 Palu. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako , 1(2), 147 –158.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3217
Jaisook, S., Chidmongkol, S., & Thongthew, S. (2013). A Mathematics Instructional Model by
Integrating Problem Based Learning and Collaborative Learning Approaches. 7th
International Technology, Education and Development Conference, 13(2), 271–294.
Lestanti, M. L. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Ditinjau Dari Karakteristik
Cara Berpikir Siswa Dalam Model Problem Based Learning. Doctoral dissertation,
Universitas Negeri Semarang
Masrurotullaily, Hobri, & Suharto. (2013). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Keuangan Berdasarkan Model Polya Siswa Smk Negeri 6 Jember. Kadikma,
4(2), 129–138.
Mawaddah, S., & Anisah, H. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada
Pembelajaran Matematika dengan Menggunakag Model Pembelajaran Generatif
(Generative Learning) di SMP. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2), 166–
175. https://doi.org/10.20527/edumat.v3i2.644
Miranti, N. K., Agoestanto, A., & Kurniasih, A. W. (2015). Komparasi Pembelajaran Mea Dan
PBL Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Disposisi Matematis Siswa SMP
Kelas VIII Pada Materi SPLDV. Unnes Journal of Mathematics Education, 4(3), 213–
221. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs
Muntaha, A., & Hartono. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Problem
Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif. Journal of Primary
Educational, 2(2), 115–119.
Rerung, N., Sinon, I. L. S., & Widyaningsih, S. W. (2017). Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik SMA
Pada Materi Usaha dan Energi. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, 6(1), 47–55.
https://doi.org/10.33578/jpfkip.v7i1.5338
Sari, S. (2014). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padang Tahun Pelajaran
2013/2014. Doctoral dissertation, Universitas Negeri Padang.
Yanti, A. P., & Syazali, M. (2016). Analisis Proses Berpikir Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Bransford dan Stein Ditinjau dari Adversity
Quotient. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(1), 63–74.