1

STRUKTUR PENYAJIAN TARI LANGKAH 12 DI DESA BALAI SEBUT
KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

Tita Oktaviani, Imma Fretisari, Chiristianly Yeri Silaban, M.Sn.
Program Studi Pendidikan Seni Pertunjukan. FKIP Untan Pontianak
Email:[email protected]

Abstract
The research problem is related to the Tari Langkah 12 Presentation Strcture in Balai
Sebut kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau. This study aims to describe the
structure of the presentation of Tari Langkah 12 in Balai Sebut Kecamatan Jangkang
Kabupaten Sanggau. The method used is descriptive method with a qualitative form
and choreograpic approach. The data of this research is to find out the overall
structre of Tari Langkah 12 from the composision of a presentation. Data collection
techniques are triangulation, observation, interview, and documentation to the
speakers Sdarmodjo, Mustafa Tomik and Abang Sahl Nizam. Data analysis techniqes
include data redction, data presentation and verification. Based on the results of the
study concluded with that Tari Langkah 12 is expected to appear in the 1940s. Motion
is divided into three namely there are initial movements, middle movements (contests)
and closing motion and connecting monition. Three are supporting elements of dance,
namely clothing,cosmetology, music The results of the study can be a material for
teachers to handle or teaching matetials in schools in learning Cultural Arts.

Keywords: Presentation Structure, Tari Langkah 12


PENDAHULUAN
Tari Langkah 12 merupakan
kebudayaan yang tumbuh dan berkembang
di Desa Balai Sebut Kecamatan Jangkang.
Kecamatan Jangkang terdiri dari sebelas
desa, dimana Desa Balai Sebut merupakan
satu diantara sebelas desa tersebut. Balai
Sebut merupakan daerah yang terletak
diantara desa Semiru dan desa Jangkang
Benua. Di Kecamatan jangkang ini
memiliki banyak wilayah yang mayoritas
masyarakatnya berumpun Suku Dayak akan
tetapi di daerah Balai Sebut itu sendiri lebih
didominasi oleh masyarakat berumpun
Suku Melayu. Di Balai sebut inilah tumbuh
dan berkembangnya Tari Langkah 12 yang
di kembangkan oleh masyarakat Melayu
yang bertepat tinggal di daerah tersebut.
Sejarah muncul dan berkembangnya
Tari Langkah 12 di Balai Sebut sendiri di
perkirakan pada tahun 1940-an. Awal
kemunculan tarian ini yang membawakan
ialah Bapak Yahya. Bapak yahya selain
memiliki keterampilan dalam menari juga
beliau mahir dalam memainkan alat musik
gambus, beliau jugalah merupakan pencetus
dan pembawa tari langkah 12 yang ada di
desa Balai Sebut. Pak yahya sendiri
merupakan masyarakat asli dari Balai Sebut
dan lahir disana. Awal mula terciptanya tari
langkah 12 ketika Bapak Yahya bekerja di
sungai dekan untuk menoreh, Sungai dekan
terletak di Desa Kuala Buayan, Kecamatan
Meliau. Saat disungai dekanlah beliau
menciptakan langkah 12.
Ada banyak sekali tari langkah 12 di
daerah Sanggau tetapi pada dasarnya
gerakkan dan tabuhan musik sangat
berbeda. Hanya saja yang menyamakan
yaitu penyebutan langkah 12 serta tangan
yang (belemay). Belemay artinya tangan
yang berlenggang dan hanya mengikuti
gerak tubuh dengan tenaga yang kecil serta
lembut. Daerah Balai Sebut sendiri
memiliki ke khasan pada bagian alunan
petikkan gambus yang di bagian masuk
penari alunan gambus lembut atau mengalir
mulai masuk pada langkah awal musik
mulai memiliki petikan gambus yang
sedang dan bagian tengah tarian alunan

2

petikan gambus cukup rancak dan pada
bagian akhir musik mulai perlahan serta
langkah kaki yang memiliki langkah yang
berbeda-beda serta bervariasi dalam satu
tarian.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan bapak Sudarmodjo selaku
tetua dan pengembang sanggar Seluang
Badar desa Balai Sebut yang dilakukkan
pada tanggal 18 Desember 2018 diperoleh
informasi bahwa tari langkah 12 berfungsi
sebagai tari hiburan. Dahulunya tari
Langkah 12 ini berfungsi sebagai tari
hiburan pada acara-acara islami seperti
maulid nabi dan isra miraj, namun setelah
mengalami perkembangan tarian ini
berfungsi sebagai tari hiburan masyarakat
pada malam hari ketika acara pernikahan.
Langkah yang memiliki kekhasan pada
lompat kijang, lompat kijang itu sendiri
merupakan gerak kaki yang sedikit diangkat
dan melakukan lompatan dan melakukan
perpindahan posisi dengan kaki yang
bergantian pada setiap langkah kaki yang
memiliki 12 ragam dalam artian 1 ragam
memiliki 1 langkah terdapat gerakan
mengalir, lompatan dan berayun. Tetapi
pada saat ini langkah 12 memiliki
perubahan dibagian tangan, yang pada
awalnya berlemay (lenggang) saat ini
mengalami pengembangan, pengembangan
tersebut bertujuan untuk menjadi susunan
tangan yang sudah lebih tegas serta lebih
rapi.
Tari ini tidak menggunakan properti
apapun yang digunakan karena yang lebih
ditonjolkan pada tarian ini adalah langkah
kaki. Tarian ini memiliki keunikkan
langkah yang beragam seperti namanya
yaitu miliki 12 langkah yang berbeda-beda
setiap langkahnya. Tarian ini juga memiliki
keunikkan lain pada malam acara
pernikahan masyarakat menarikan tari
langkah 12 ini secara beramai-ramai. Penari
juga menarik pengantin untuk ikut serta
dalam Tari Langkah 12 ini.
Langkah 12 memiliki ciri khas
tersendiri dibandingkan tari langkah 12
yang ada didaerah sungai bungkok dan
tanjung serta lainnya. Dari bentuk
penyajianya, gerak, musik dan busana serta
tata riasnya memiliki ciri khas tersendiri
dan keunikkan tersendiri. Dengan melihat
dan ketertarikkan dengan Tari Langkah 12
membuat peneliti tertarik untuk
mengangkat Struktur Penyajian Tari
Langkah 12.
Menurut Soedarsono (1978:1) Tari
adalah gerak dan ritme, gerak merupakan
pengalaman fisik yang paling elementer
dari kehidupan manusia. Gerak yang
dihasilkan merupakan gerakkan melalui
gambaran keseharian, menggambarkkan
perang, bercocok tanam dan lain-lain.
Gerak didalam tari tidaklah gerak yang
realistis, tetapi gerak yang sudah diberi
suatu bentuk ekspresif serta estetis. Suatu
tarian sesungguhnya ialah sebuah
kombinasi dari sebagian unsur, yakni
wiraga (raga), wirama (irama), wirasa
(rasa). Unsur paling utama dalam tari yaitu
sebuah gerak. Gerak tari senantiasa
melibatkan suatu unsur anggota badan
manusia. Langer (dalam Soedarsono,
1978:3) ingin menekankan pentingnya rasa
dalam melakukan gerak tari, sehingga dapat
menyatu dengan ritme yang ada.
Tari tradisional berdasarkan nilai
artistiknya dibagi menjadi tiga, yaitu tari
primitif (sederhana), tari rakyat dan tari
klasik yang juga dikenal dengan tari istana
Soedarsono (1978:12). Tari primitif
menurut Soedarsono (1978:12) memiliki
bentuk gerak yang sangat sederhana tanpa
digarap secara koreografis, gerak-gerak
sederhana, iringan musik sederhana, serta
pakaian dan rias juga sangat sederhana.
Soedarsono (1978:13) menyatakan tari
rakyat merupakan hasil garapan rakyat yang
masih sangat sederhana dan berpijak pada
warisan budaya primitif
(tradisionil).Menurut Soedarsono (1978:12)
tari memiliki tiga fungsi yakni: tari
berfungsi sebagai upacara agama dan adat,
tari dapat berfungsi sebagai sarana untuk
mengungkapkan kegembiraan atau
pergaulan, dan yang terakhir berfungsi
sebagai tontonan.
Menurut Sumaryonobahwa “Struktur
pada dasarnya adalah bangunan relasional,
yakni makna yang terbentuk oleh adanya
kesaling berhubungan antara satu bagian

3

dengan bagian lainnya baik abstrak maupun
representatif” (2006:85).Struktur dalam tari
pada dasarnya berarti suatu susunan dari
berbagai material atau komponen, sehingga
membentuk suatu kesatuan. Seperti garis-
garis yang memiliki hubungan satu sama
lainnya sehingga membentuk suatu
kesatuan. Jika tidak, maka tarian tersebut
boleh dikatakan tidak membangun sebuah
struktur. Tari memiliki aspek-aspek yang
mendukung salah satunya adalah aspek
waktu. Karena untuk mewujudkan suatu
gerakan dibutuhkan suatu porsi atau durasi
waktu, panjangnya waktu untuk menari
adalah sepanjang tarian itu. Sepanjang
waktu itulah struktur tari terbentuk.
Penyajian dalam masyarakat
merupakan penyajian yang mengutamakan
cara penyajian, proses pengatur dan
penampilan yang berada diatas panggung
dan didukung oleh unsur-unsur yang tidak
terlepas dari sebuah pertunjukkan. Suatu
penyajian tari biasanya meliputi sajian
gerak, iringan, rias dan busana, tempat
pertunjukan, dan properti. Dalam tari untuk
mengenal batas bagian agaklah sulit, yang
bisa kita amati adalah mengenai
pengulangan-pengulangan gerak,
perpindahan posisi, dan perubahan karakter
atau suasana. Dalam sebuah tari, pasti
memiliki bagian awal tengah dan akhir atau
pengantar, isi, kesimpulan, pengenalan-
konflik-penyelesaian. Dalam tarian tradisi
lainnya membagi dari sisi tempo, misalnya
bagian lambat, bagian sedang dan bagian
cepat. Banyak pula bagian tradisi yang
melihatnya hanya dari dua bagian awal-
akhir, depan-belakang atau lambat cepat.
Tari Langkah 12 ini memiliki bagian awal,
tengah dan akhir, hal ini menurut
Sumaryono (2006:86).
Soedarsono (1978:21:36) elemen-
elemen pokok dalam komposisi tari ialah
gerak tari, desain lantai, dinamika,
koreografer kelompok, tema, musik
pengiring tata rias dan tata busana. Ini tak
bisa lepas dari struktur penyajian karna
memiliki kesatuan tari yang utuh. Sebuah
pertunjukan mempunyai elemen-elemen
yang digunakan untuk mendukung bentuk
penyajian tari tersebut. Sumaryono
(2006:63) gerak tari adalah gerak tubuh
membutuhkan waktu dan tenaga. Desain
lantai atau floor desainadalah garis yang
dilalui oleh seorang penari atau garis-garis
lantai yang dibuat oleh formasi penari
secara berkelompok (Soedarsono, 1977:43).
Menurut Soedarsono (1977:43) bahwa
desain atas atau air desain merupakan
desain yang berada diatas lantai yang
dilihat oleh penonton, yang tampak terlukis
pada ruang yang berada di atas
lantai.Dinamika adalah kekuatan dalam
yang menyebabkan gerak menjadi hidup
dan menarik (Sudarsono,1977:49).
Dalam koreografi kelompok
memerlukan elemen-elemen yang harus
ada, maka untuk koreografi kelompok
masih memerlukan satu desain yaitu desain
kelompok (Sudaarsono, 1977:51). Tema
dalam sebuah garapan tari dapat terwujud
dari berbagai peristiwa kehidupan, baik
kehidupan manusia, satwa dan alam (La
Merri, 1977:54).Musik iringan adalah
elemen penunjang yang paling utama dalam
tari. Pada dasarnya musik dan tari adalah
unsur yang tidak dapat dipisahkan.
Terdapat keselarasan antara tempo dan
irama sehingga gerakan tersebut dapat
terasa nyaman dipertunjukan oleh
penarinya dengan suasana dan temanya.
Irama dan dinamika musik yang tepat, juga
akanmendukung dan mempertegas suatu
gerakan tari sehingga gerakan tari akan
lebih tegas dan ekspresif
(Murgianto,1992:49).
Rias dan busana memiliki kaitan yang
sangat erat dengan tema tari yang
dibawakan. Menurut Suanda dan
Sumaryono (2006:100) tema tari memang
sering disimbolkan dari rias dan busananya,
seperti misalnya tari gagah, tari harus, tari
perang dan sebagainya. Oleh karena itu rias
dan busana suatu tari bukan hanya
memperhatikan aspek kemeriahannya dan
glamournya saja melainkan memiliki
makna lain, baik dari bentuk yang simbolis
maupun yang realis. Tata rias realis
berfungsi mempertegas atau mempertebal
garis-garis wajah, dimana penari tetap
menunjukan wajah aslinya tetapi sekaligus
mempertajam ekspresi dari karakter tarian

4

yang dibawakan. Sedangkan tata rias
simbolis adalah yang memakai garis-garis
atau bentuk yang tidak menyerupai wajah
atau alam nyata, seperti misalnya dewa-
dewa, makhluk ajaib dan sebagainya
(Sumaryono, 2016:100).
Tata busana realis, umumnya merujuk
pada tata busana yang biasa kita lihat dalam
keseharian, namun ini tidak berarti tata
busanyanya tidak memiliki simbol.
Sedangkan tata busana simbolis adalah tata
busana yang memiliki simbol-simbol
khusus dalam pertunjukan (Soedarsono,
1978:35).Sebuah tempat pertunjukan harus
ditata sedemikian rupa agar terlihat indah
dimata penonton. Gagasan tersebut
kemudian dirumuskan sehingga mengubah
gagasan menjadi penggambaran fisik yang
merefleksikan gerakan, menceritakan
sebuah cerita, menciptakan suasana,
menyampaikan pesan, dan mengajak
penonton larut dalam sebuah pertunjukan
(Jazuli,2014:81).

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif.
Metode deskriptif digunakan dalam
penelitian ini karena peneliti bermaksud
membuat gambaran secara jelas tentang
objek penelitian yang diteliti sesuai dengan
sudut pandang penelitian tari,
mengungkapkan, menggambarkan dan
mengemukakan struktur penyajian tari
Langkah 12.Zuldafrial dan lahir, (2012:5)
menjelaskan bahwa “ Metode deskriptif
merupakan data yang dikumpulkan berupa
kata-kata, gambaran dan bukan angka-
angka. Selain itu, data yang dikumpulkan
kemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang diteliti”. Metode deskriptif merupakan
metode penelitian yang mengumpulkan
data untuk memberikan gambaran semua
data/objek penelitian kemudian dianalisis
dan dibandingkan berdasarkan kenyataan
yang sedang berlangsung pada saat ini dan
selanjutnya mencoba untuk memberikan
pemecahan masalah (Widi, 2010:84).
Menurut Ratna (2010:336) metode
deskriptif adalah metode yang tidak hanya
menggambarkan subjek atau objek,
penelitian yang berdasarkan fakta-fakta
yang ada atau sebagaimana adanya. Akan
tetapi metode ini bisa langsung
menganalisis subjek atau objek penelitian,
yang dilakukan dengan cara mengurai
sekaligus menganalisis, diharapkan objek
dapat memberikan makna secara maksimal.
Metode deskriptif adalah suatu metode atau
carauntuk memecahkan masalah dengan
menganalisis permasalahan atau dengan
cara mengumpulkan data. Maka dari itu
peneliti menggunakan metode ini untuk
membahas secara rinci tentangStruktur
Penyajian Tari Langkah 12.
Bentuk penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
kualitatif.Menurut Sugiyono (2017:207)
dalam penelitian kualitatif instrumentnya
adalah orang atau human instrument, yaitu
peneliti itu sendiri.Untuk dapat menjadi
instrument, maka peneliti harus memiliki
bekal teori dan wawasan yang luas,
sehingga mampu bertanya, menganalisis,
memotret, dan mengkonstruksi situasi
sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan
bermakna.Untuk mendapat pemahaman
yang lebih luas dan mendalam terhadap
situasi sosial yang diteliti, maka teknik
pengumpulan bersifat triangulasi, yaitu
menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data secara
gabungan.Analisis data yang dilakukan
bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta
yang ditemukan dilapangan dan kemudian
dikonstruksikan menjadi hipotesis atau
teori.Berdasarkan pernyataan diatas peneliti
menggunakan bentuk penelitian kualitatif
karena data yang diperoleh disampaikan
dalam bentuk hasil observasi, hasil
wawancara, hasil pemotretan, rekaman
video yang kemudian dianalisis dan
disimpulkan sehingga menjadi data yang
relevan. Data yang didapat bisa
digambarkan dan diuraikan secara jelas,
sehingga peneliti dapat memahami tentang
tari Langkah 12.
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan pendekatan koreografi.
Koreografi merupakan penyeleksian dan
pembentukan gerak kedalam sebuah tarian,
dan perencanaan gerak untuk memenuhi

5

tujuan khusus. Menurut Sumandiyo
(2017:35), pendekatan koreografiadalah
sebuah pemahaman melihat atau
mengamati sebuah tarian yang dapat
dilakukan dengan menganalisis konsep-
konsep “isi”, “bentuk”, dan “tekniknya”.
Ketika konsep koreografi diatas
sesungguhnya merupakan satu kesatuan
bentuk tari, namun dapat dipahami secara
terpisah. Sebuah pemahaman konsep “isi”
tidak akan hadir tanpa “bentuk”, sementara
konsep “bentuk” sendiri tidak akan hadir
tanpa “teknik” yang baik. Karena
pengamatan koreografis tidak terlepas dari
apsek-aspek estetik, struktur dan bentuk
yang mengangkat gerak, ruang dan waktu,
namun diharapkan pendekatan ini dapat
mengetahui struktur koreografi tari
Langkah 12 secara keseluruhan baik dari
susunan suatu kesatuan tarian dari awal,
tengah, dan akhir, ragam gerak tari dengan
desain pola lantai, desain dramatik,
dinamika, koreografer kelompok, tema,
iringan musik, rias dan busana, serta
properti tari yang digunakan
Penelitian mengenai Tari Langkah 12
ini berlokasi Di Desa Balai Sebut
Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau
Kalimantan Barat. Kabupaten Sanggau
merupakan daerah yang terletak ditengah-
tengah dan berada dibagian utara Provinsi
Kalimantan Barat yang terbagi dalam 15
kecamatan, 163 desa dan kelurahan, serta
berbatasan langsung dengan wilayah
Sarawak-Malaysia.Salah satu kecamatan
yang terdapat di Kabupaten Sanggau adalah
Kecamatan Jangkang, kecamatan ini
memiliki 11 desa diantaranya Desa Balai
Sebut, Desa Empiyang, Desa Jangkang
Benua, Desa Ketori, Desa Pisang, Desa
Sape, Desa Selambung, Desa Semirau,
Desa Semombat, Desa Tanggung, dan Desa
Terati.
Sumber data yang peneliti dapatkan
dari Tari Langkah 12 di Desa Balai Sebut
Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau
ini adalah dari tokoh dan pelaku seni yang
ada di Desa Balai Sebut Kecamatan
Jangkang, narasumber tersebut ialah Bapak
Mustafa Tomik, Bapak Sudarmodjo, Abang
Syahrul Nizam. Para informan tersebut
merupakan pewaris serta tokoh masyarakat
di Desa Balai Sebut Kecamatan Jangkang
Kabupaten Sanggau.
Observasi adalah proses teknik
pengambilan data yang kompleks, suatu
proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis melalui pengamatan
dan ingatan, Sutrisno (dalam Sugiyono,
2017:145).Observasi yang dilakukan adalah
untuk mencari data-data terkait dengan
kebutuhan penelitian untuk yang diperlukan
dalam analisis judul. Menurut Ratna
(2010:222) wawancara adalah cara
memperoleh data data dengan berhadapan
langsung, bercakap-cakap, baik antara
individu dengan individu maupun individu
dengan kelompok. Wawancara dilakukan
peneliti bersama narasumber utama, pelaku
seni yang terlibat langsung maupun yang
tidak langsung pada tari Langkah 12 di
Desa Balai Sebut. Teknik dokumentasi
perlu dilakukan dalam penelitian mengenai
Strutur Penyajian Tari Langkah 12 yang
dilakukan dengan carapengambilan video
yang sesuai dengan fakta yang diperoleh.
Dalam penelitian ini dilakukan proses
merekam suara pada saat melakukan
wawancara dengan narasumber serta dapat
merekam peristiwa-peristiwa yang terjadi
sehubungan dengan tari Langkah 12 yang
berguna untuk mendukung penelitian yang
berlangsung.
Selain peneliti sebagai instrument
utamaakan digunakan juga alat
pengumpulan data lain. Alat yang
digunakan antara lain: Kamera sebagai alat
perekam, pedoman observasi, pedoman
wawancara dan buku catatan lapangan
untuk pencatatan hasil wawancara. Selain
itu peneliti juga menggunakan kamera
untuk mengambil gambar yang
berhubungan dengan objek yang diteliti.
Teknik menguji keabsahan data yang
peneliti gunakan adalah teknik uji
kerdibilitas (Credibility). Kredibilitas data
yaitu untuk menilai kebenaran dari temuan
penelitian kualitatif. Adapun teknik yang
digunakan peneliti adalah teknik
perpanjang pengamatan dan teknik
triagulasi. Sugiyono (2017:271)
menyatakan perpanjangan pengamatan

6

yaitu: peneliti kembali kelapangan,
melakukan pengamatan dan wawancara lagi
dengan informan-informan atau narasumber
yang pernah ditemui maupun yang baru.
Tujuan dari perpanjang pengamatan ini
adalah menjadikan hubungan peneliti dan
narasumber semakin akrab, saling
mempercayai dan saling terbuka sehingga
tidak ada informasi yang dirahasiakan.
Menurut Sugiyono (2017:273)
triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu. Dalam hal
ini peneliti menggunakan Triangulasi
Sumber, di mana untuk menguji kredibilitas
data dilakukan dengan cara mengecek data
yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber.
Menurut Sugiyono (2017:244) analisis
data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh sendiri
maupun orang lain.
Melalui reduksi data ini, peneliti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok
dan memfokuskan pada hal-hal yang
penting. Misalnya data yang berhubungan
dengan masalah penelitian. Peneliti
menyajikan data dari hasil analisis data
reduksi ke dalam bentuk uraian dan table
agar lebih mudah dipahami. Semua data
yang sudah direduksi, ditulis ke dalam
skripsi dengan bentuk uraian dan table
sesuai dengan data yang sudah diperoleh
dari narasumber.
Peneliti membuat kesimpulan dari
analisis data yang telah disampaikan:
Kesimpulan mengenai Struktur Penyajian
Tari Langkah 12 di Desa Balai Sebut
Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau
Provinsi Kalimantan Barat, yaitu
melakukan rangkuman menganai struktur
penyajian tari langkah 12 khususnya
mengenai ragam gerak, busana, tata rias,
musik iringan serta tempat pertunjukkan
yang digunakan pada saat ini. Dilakukan
pula pengelompokan untuk memilah data
yang sama dari narasumber-narasumber dri
hasil wawancara serta obeservasi lapangan
sehingga memperoleh data valid.

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil
Pada Tari Langkah 12 memiliki 12
ragam pada geraknya, akan tetapi saat ini
langkah 12 hanya ditarikan 4 – 5 ragam
mengingat durasi waktu dan tenaga yang
dibutuhkan. Langkah 12 memiliki langkah
pengembangan yaitu langkah 4 tepuk,
langkah kembang melati serta gelombang
laut. Dahulu tari langkah 12 hanya terdiri
dari laki-laki saja, seiring perkembangan
jaman tari ini sudah dapat ditarikan oleh
perempuan untuk malam acara
pernikahan.Saat ini langkah yang ditarikan
paling sering ialah :
1. Langkah pembuka (langkah 1)
2. Langkah 3 (isi)
3. Langkah 4 (isi)
4. Langkah 4 tepuk (isi)
5. Langkah penutup (langkah surailek)
Tari Langkah 12 ini memiliki tema
peristiwa kehidupan sehari-hari. Awal mula
terciptanya tarian ini di ambil dari gerak–
gerak sederhana, yang nyaman dan mudah
untuk diikuti ataupun digerakkan oleh
masyarakat/penari. Langkah 12 mengalami
pergeseran fungsi menjadi tari
tontonan/pertunjukan, perubahan terjadi
pada pola lantai yang sudah bervarisai,
sikap pernari yaitu terletak pada bagian
tangan penari, alat musik iringan yang
memiliki tambahan alat musik beruas serta
perubahan pada komposisi kelompok.
Tari Langkah 12 ini tergolong jenis
tari berkelompok, karena ditarikan lebih
dari satu orang.Pola garap tari Langkah 12
termasuk dalam tari rakyat yang di mana
tari tersebut merupakan tari yang ditarikan
secara turun temurun dalam lingkungan
masyarakat di Desa Balai Sebut Kecamatan

7

Jangkang Kabupaten Sanggau.Informasi
selanjutnya yang didapatkan dari ketiga
narasumber, yaitu Bapak Sudarmodjo,
Bapak Mustafa Tomik dan Abang Sahrul
Nizam dapat disimpulkan bahwa tari
Langkah 12 adalah tari tradisional karena
tari tersebut termasuk tari untuk bergembira
dan untuk tontonan masyarakat.

Pembahasan
Gerak yang digunakan pada tari
langkah 12 yaitu gerak murni yang dimana
sumber gerak itu sendiri terdapat gerak
yang memainkan langkah kaki, menyilang,
menyerong, mengangkat serta memutar.
Dalam gerak tari langkah 12 tidak memiliki
nama ragam sehingga masyarakat sepakat
menamakan ragam tersebut dengan
langkah1, 2, 3 dan seterusnnya.
Tari langkah 12 juga memiliki langkah
kembang melati yang merupakan
pengembangan dari langkah 3 yang dimana
pada gerak ini membentuk seakan-akan
bunga yang akan memekar. Pada langkah
kembang melati tersebut gerak tangan
penari yang saling berpegangan tangan
inilah yang menggambarkan bunga akan
memekar, gerak kaki tidak mengalami
pengembangan karena masih
mempertahankan keaslian pada langkah
atau gerak kaki itu sendiri.
Selain langkah 3 yang memiliki
sebutan lain terdapat juga pada langkah 9
yang disebut gelombang laut dimana
gerakan ini lebih terfokuskan kepada gerak
tubuh yang seakan-akan seperti gelombang.
Langkah tari ini sekarang tidak semua
ragam ditarikan hanya ditarikan beberapa
ragam saja minimal 4 sampai 5 ragam gerak
yang ditarikan, karena untuk saat ini
langkah lebih diminimkan mengingat durasi
serta tenaga yang dibutuhkan untuk
menarikan tarian ini. Langkah pembuka
(langkah 1), langkah inti (langkah 2-12
yang dipilih penari untuk di tarikan) serta
langkah penutup (langkah surailek).
Langkah 12 juga memiliki langkah
penghubung untuk pergantian setiap
geraknya.
Tari Langkah 12 ini merupakan sebuah
gerak tari yang dalam setiap geraknya
memiliki ruang, waktu dan tenaga.Hampir
disetiap ragam gerak tari Langkah 12 ini
memiliki ruang yang luas dengan waktu
yang digunakan tergolong sedang,
dibutuhkan pula tenaga yang besar untuk
menarikan tarian ini terutama penari laki-
laki serta level penari dalam menarikan
tarian ini tergolong level rendah karena
posisi kaki sedikit menekuk. Tidak terdapat
desain dramatik dalam tari Langkah 12,
karena tarian ini tidak memiliki kenaikan
klimaks atau penurunan klimaksakan tetapi
memilki dinamika yang memilki perubahan
gerak pada bagian langkah surailek, level
gerak dari duduk menjadi berdiri.
Terdapat beberapa desain atas yang
digunakan dalam Tari Langkah 12 ini yang
merupakan desain tinggi, desain
rendah,desain datar, desain dalam. Desain
lantai yang terdapat pada gerak awal tari
Langkah 12 adalah desain lantai lurus. Tari
ini juga menggunakan pola garis lengkung,
dari dasar garis lengkung ini juga dapat
dibuat lingkaran misalnya dari posisi serong
membentuk lingkaran.Kemudian desain
serong terdapat di gerak tengah pada saat
para penari saling berhadapan antara penari
satu dan pasanganya dan melakukan
gerakan saling bersilangan berpindah posisi
antara penari satu dan lainnya. Selanjutnya
pada gerakkan akhir penari kembali pada
desain lurus sampai gerakkan penutup.
Tari Langkah 12 memiliki dinamika
yang sedemikian rupa seperti pergantian
level pada saatlangkah surailek penari
posisi berdiri lalu kemudian duduk dengan
posisi kaki kiri hampir menyentuh lantai
seperti berlutut kemudian berdiri kembali.
Namun Tari Langkah 12 lebih
didomiansikan pada gerak-gerak atas atau
gerak berdiri serta juga mnggunakan gerak
lompatan. Gerakan Tari Langkah 12 juga
memiliki pergerakan yang cukup
membutuhkan tenaga yang besar dari
perubahan level gerak, tinggi, sedang dan
rendah, gerakan dimulai dari berlutut
selanjutnya berdiri, lompatan, serta berlutut
kembali. Berdasarkan informasi yang
didapat dari ketiga narasumber pada
tahun2017-2018an alat musik yang
digunakan untuk mengiring tari langkah 12

8

hingga sekarang ini adalah Gambus,
Rebana, dan Beruas. Pengiring lainnya juga
yaitu menggunakan syair yang berisikan
nasehat. Lagu satu dan lagu lainnya hanya
terdapat perbedaan dimawal awal atau
masuknya musik. Musik atau lagu laila
sayang menggunakan mawal pentingan
gambus sedangkan lagu anak ayam
menggunakkan beruas terlebih dahulu.
Lirik yang digunakan berisikan
nasehat, pantun dan masih banyak lagi.
Pada saat dilakukan penelitian lirik yang
digunakan berisikan pantun penyambut
pengantin yang datang. Masuknya penari
ataupun mulainya penari bergerak yaitu
berpatokan pada pentingan gambus
sedangkan untuk tempo gerak
menyesuaikan pada pukulan rebana.

Gambar 1. Gambus


Gambar 2. Beruas


Gambar 3. Rebana

Tema yang digunakan dalam tari
Langkah 12 ini merupakan kehidupan
sehari-hari masyarakat. Sehingga langkah
kaki dalam tarian inilah yang sangat
ditonjolkan dengan berbagai macam
langkah yang beragam serta bervariasi.
Tarian ini dulunya hanya diciptakan untuk
hiburan dan menghilangkan penat setelah
lelah bekerja seharian, dengan
diciptakannya tarian ini diharapkan rasa
penat yang ada berubah menjadi rasa
bahagia serta masyarakat dapat berkumpul
untuk menarikan secara beramai-ramai.
Dahulu pada saat menarikan tarian tersebut
masyarakat tidak menggukankan makeup
sehingga menampakkan asli wajah para
penari tersebut akan tetapi semenjak tari ini
dibawakan pada perlombaan paradje’
sekitar tahun 2006-2007 mulailah
menggunakan makeup realisitis yg tetap
menunjukkan garis-garis wajah asli penari
yang bertujuan agar tampak lebih anggun,
cantik serta lebih fresh. Untuk tata rias
sendiri memang realistis karena sifat tarian
ini juga bukan tarian yang bertajuk
penokohan sehingga tidak menggunakan
makeup karakter.
Makeup pada perempuan seiring
perkembangan jaman untuk menarikkan
disekitaran acara hiburan pada malam hari
pada rumah pengentin perempuan hanya
menggukanan bedak dan lipstik. Namun
untuk acara lomba serta penyambutan
pengantin makeup yang digunakan rias
yang cantik yang tetap menampakkan
wajah asli penari yang menjunjang
penampilan penari di panggung agar
tampak lebih menarik dipandang penonton.
Laki-laki juga menggunakan rias yang
menunjang penampilan yaitu menggunakan
bedak agar tampak lebih menarik
dipandang penonton.

9


Gambar 4. Tata Rias Penari Perempuan

Pada awal mula munculnya tari
langkah 12 busana yang digunakan bukan
pakaian sehari-hari pada saat itu
digunkanan, tidak ada baju khusus untuk
menarikan tarian ini. Seiring perkembangan
jaman busana yang digunakan ialah busana
khas melayu yaitu bagian atas memakai
baju kurung warna tidak dibatasi atau di
khususkan sertarok songket. Panjang rok
yang digunakan sepanjang mata kaki.
Untuk kepala menggunakan sanggul,
selendang serta jurai melayu, jurai melayu
merupakan hiasan kepala pada pengantin
wanita pada saat pernikahan yang
digunakan pada bagian sisi depan kanan
dan kiri kepala pengantin.Busana yang
digunakan laki-laki yaitu baju teluk
belanga, yaitu baju panjang serta bawahan
celana dan ditambah kain songet setengah
tiang lengkap dengan aksesoris kepala
berupa kopiah/peci ditambah bros
berbentuk bulu.


Gambar 5. Busana Tari untuk perempuan
(Baju Kurung)


Gambar 6. Busana Laki-Laki


Gambar 7. Tempat Pertunjukkan Jalan
ataupun Lapangan Tari langkah 12
dalam Acara Pernikahan

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat 12 ragam gerak yaitu langkah
satu, langkah dua, langkah tiga, langkah
empat, langkah lima, langkah enam,
langkah tujuh, langkah deapan, langkah
sembilan (kembang melati), langkah
sepuluh, langkah sebelas, langkah dua belas
serta langkah penutup langkah surailek.
Saat ini tari langkah 12 tidak ditampilkan
hingga 12 langkah dan hanya beberapa
langkah yang ditarikan paling sedikit 4 atau
5 langkah. Tari Langkah 12 merupakan
jenis tari berkelompok karna terdiri dari 4,
6 hingga lebih dalam kelipatan genap, tidak
ada batasan umur untuk menarikan tarian
ini. Tari Langkah 12 berfungsi sebagai tari
hiburan dan tari tontonan. Selain gerak,
dalam struktur penyajian Tari Langkah 12
juga terdapat unsur-unsur pendukung
tari.Desain lantai merupakan unsur

10

pendukung tari Langkah 12, desain lantai
yang terdapat dalam tarian ini adalah desain
lantai lurus,segitiga, dan horizontal. Desain
atas juga terdapat dalam tarian ini,
diantaranya menggunakan desain datar,
desain tinggi, desain statis, desain medium
dan desain rendah.Kemudian tarian ini juga
memiliki dinamika, seperti pergantian level,
tempo dan pergantian gerak badan. Tari
Langkah 12 memiliki komposisi kelompok
serempak dan berimbang. Tema dalam
tarian merupakan keseharian kehidupan
masyarakat di Desa Balai Sebut Kecamatan
Jangkang Kabupaten Sanggau. Terdapat
juga iringan musik dalam Tari Langkah 12
diantaranya gambus, rebana dan beruas
serta vokal. Rias dan busana tidak hanya
memperhatikan aspek kemeriahannya saja,
rias dan busana dalam tarian ini adalah
realis dan simbolis. Tempat pertunjukan
yang digunakan dalam Tari Langkah 12 ini
adalah panggung terbuka seperti lapangan
dan jalan serta panggung tertutup.

Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dari
penelitian diatas, peneliti berkeinginan
untuk menyampaikansaran. Dengan ada
penelitian ini, peneliti berharapTari
Langkah 12 juga dapat digunakan sebagai
materi ajar dalam pembelajaran disekolah.
Dalam hal ini peneliti membuat sebuah
materi ajar berbentuk bahan ajar pegangan
guru/rancangan perencanaan pembelajaran
(RPP) yang dikhususkan untuk pendidikan
jejang SMP kelas VII, semester 1, kedalam
kurikulum 2013, terdapat dalam
Kompetensi Dasar 3.1Memahami keunikan
gerak tari tradisional berdasarkan pola
lantai dengan menggunakan unsur
pendukung tari, dan Kompetensi Dasar 4.1
Memperagakan Tari tradisional dengan
menggunakan unsur pendukung
tari.Dengan adanya RPP ini diharapkan
dapat membantu mempermudah guru dalam
segi materi ajar dan bahan pegangan guru
untuk diajarkan kepada siswa. Dapat juga
menjadi media pembelajaran interaktif
sehingga lebih mempermudah guru untuk
menyampaikan materi ajar melalui media
yang dapat juga berupa CD/kaset. Buku
paket atau lks bisa menjadi alternatif
lainnya yang menjadi bahan pegangan
siswa dan guru sehingga materi yang di
ajarkan sudah terdapat pada buku paket dan
lks sehingga siswa dapat tetap belajar
dirumah melalui buku tersebut.

DAFTAR RUJUKAN
Jazuli, M. (2014). Manajemen Seni
Pertunjukkan Edisi 2. Yogyakarta:
Grahya Ilmu.
Meri, La. (1975). Dance competition: The
Basic Elements. Yogyakarta:
Akademik Seni Tari Yogyakarta.
Murgiyanto. (1992)). Koreografi.Jakarta:
Pusat Pembukuan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010.Metodologi
Penelitian Kajian Budaya Ilmu Sosial
Humaniora Pada
Umumnya.Yogyakarta: Pusat Belajar.
Soedarsono. 1977. Tari-Tarian Indonesia.
Jakarta: Proyek Pengembangan Media
Kebudayaan, Direktorat Jendral
Kebudayaan, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Soedarsono. (1978). Diklat Pengantar
Pengetahuan Tari dan Komposisi
Tari.Yogyakarta: Akademik Seni Tari
Indonesia.
Suanda, Endo, Sumaryono. (2006). Tari
Tontonan. Jakarta. Lembaga
Pendidikan Nusantara.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: CV, Alfabeta
Sumandiyo, Y Hadi. (2017). Koreografi:
Bentuk-Teknik-Isi. Yogyakarta: Cipta
Media.
Sumaryono. (2006). Tari Tontonan. Jakarta.
Lembaga Pendidikan Nusantara
.