1




















PENDAHULUAN
Menyadari akan pentingnya peran serta
masyarakat dalam pembangunan kesehatan
maka Kementerian Kesehatan RI menetapkan
visi : “ Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan “. Masyarakat yang mandiri untuk
hidup sehat adalah suatu kondisi di mana
masyarakat Indonesia menyadari, mau dan
mampu untuk mengenali, mencegah dan
mengatasi permasalahan kesehatan yang
dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan
kesehatan akibat bencana maupun lingkungan
dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup
sehat.
Tingginya angka kematian, terutama
kematian ibu sebesar 177 / 100.000 kelahiran
hidup dan kematian bayi sebesar 24/ 1000
kelahiran hidup, menunjukkan masih rendahnya
kualitas pelayanan kesehatan. Demikian juga
dengan tingginya angka kesakitan yang akhir-
akhir ini ditandai dengan munculnya kembali
berbagai penyakit lama seperti malaria dan
tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit
baru yang bersifat pandemik seperti HIV/AIDS
dan Flu Burung serta belum hilangnya penyakit-
penyakit endemis seperti diare, campak dan
demam berdarah. Keadaan ini diperparah dengan
timbulnya berbagai kejadian bencana yang dalam
kurun waktu terakhir sering menimpa negeri kita,
baik bencana karena faktor alam seperti gunung
meletus, gempa bumi, angin puting beliung
maupun bencana karena perilaku manusia yang
mengakibatkan semakin rusaknya alam seperti
banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal.
























Berbagai masalah yang timbul sebenarnya
tidak perlu terjadi apabila masyarakat berperan
secara aktif sesuai dengan perannya masing-
masing mulai dari kesadaran memelihara
kesehatan pribadi, keluarga, lingkungan,
perencaaan program kesehatan dan hin gga
pengawasan atas kebijakan atau pelaksanaan
program-program kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah ataupun pihak – pihak lain.
Salah satu alternatif terobosan yang
berhasil dirumuskan adalah mengembangkan
setiap desa menjadi ” Desa / Kelurahan Siaga
aktif “. Inti kegiatan desa / kelurahan siaga aktif
adalah memberdayakan masyarakat agar mau
dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu,
maka dalam pengembangannya diperlukan
langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu
upaya mendampingi / memfasilitasi masyarakat
untuk menjalani proses pembelajaran mulai dari
pengenalan masalah ke sehatan, pemilihan
prioritas masalah, perencanaan pemecahan
masalah kesehatan sesuai situasi dan potensi
IMPLEMENTASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PADA PROGRAM DESA
KELURAHAN SIAGA AKTIF DI KABUPATEN WAJO
The Implementation Of Community Empowerment To Desa
Kelurahan Siaga Aktif Program In Wajo Regency
Abdul Kadir, SKM,
1)

Abdul Muhaimin Taiyeb, SKM,M.Kes
2)

1)
Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo
2)
Widyaiswara Muda BBPK Makassar

[email protected]

ABSTRACT
The aim of the study was to analyze the implementation of community empowerment to alert village
program in Wajo regency. The study was qualitative using a phenomenological approach. The study was
conducted at Tonralipue village, Tanasitolo district and Sanreseng Ade village, Bola district, Wajo regency.
The selection of the location was done by stratified purposive sampling. The data were analyzed qualitatively.
The results of the study indicate that Desa / Kelurahan Siaga is known as a village in which the community is
able to identify, formulate, and fid solution to health problems, and make use of potential resource owned.
The empowerment of community is the form of meeting, self alertness, discussion, observation of simple
epidemiology and family of nutritional awareness.
Keywords : community empowerment, desa /kelurahan siaga aktif, family of nutritional awareness
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada
program desa dan kelurahan siaga aktif di Kabupaten Wajo. Disain penelitian adalah pendekatan kualitatif
untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada
program desa dan kelurahan siaga aktif. Lokasi penelitian di desa Tonralipue kecamatan Tanasitolo dan
desa Sanreseng Ade Kecamatan Bola Kabupaten Wajo yang dipilih secara stratified purposive sampling.
Analisis data kualitatif Hasil penelitian ini diketahui bahwa desa dan kelurahan siaga aktif dipahami sebagai
sebuah desa dan kelurahan yang masyarakatnya mampu mengindetifikasi, merumuskan dan menemukan
sendiri solusi atas masalah kesehatan, memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki. Pemberdayaan
Masyarakat berupa pertemuan tingkat desa, survei mawas diri, musyawarah masyarakat desa, pengamatan
epidemiologi sederhana dan keluarga sadar gizi
Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Desa / Kelurahan Siaga Aktif, Keluarga Sadar Gizi

2

yang dimiliki, penggerakkan dan pelaksanaan
kegiatan, pemantauan dan penilaian kegiatan
serta pengembangan kegiatan.
Untuk mewujudkan langkah -langkah
pendekatan edukatif tersebut dalam
pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan
dengan mengadakan pertemuan tingkat desa,
survei mawas diri serta musyawarah masyarakat
desa
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
dalam pengembangan Desa / Kelurahan Siaga
Aktif diwujudkan dalam bentuk pelayanan Pos
Kesehatan Desa( Poskesdes ) yang merupakan
upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
yang dikelola minimal satu orang bidan dibantu
dua orang kader. Untuk menjalankan kegiatan
tersebut maka kader perlu dibekali pengetahuan
tentang penggerakkan masyarakat yang terdiri
dari pengamatan epidemiologi sederhana,
perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ),
keluarga sadar gizi ( Kadarzi ), penyehatan
lingkungan dan kesehatan ibu dan anak (KIA).
Poskesdes dapat dikembangkan dari berbagai
kegiatan bersumberdaya masyarakat yang ada
dewasa ini seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat
Desa dan lainnya. Dengan demikian mengubah
desa menjadi desa dan kelurahan siaga aktif
akan lebih cepat bila di desa itu telah ada
berbagai upaya kesehatan bersumberdaya
masyarakat ( Kemenkes 2014).
Pemerintah Provinsi Sulawesi selatan telah
mencanangkan desa dan kelurahan siaga aktif
sebanyak 2887 desa dan kelurahan Sementara
itu pemerintah Kabupaten Wajo juga telah
membentuk desa dan kelurahan siaga aktif
secara bertahap sebanyak 182 dari 190 desa dan
kelurahanada tahun 2018.
Hingga tahun 2018 telah dilatih 60 orang
tenaga bidan Poskesdes selain itu juga telah
dilatih kader desa dan kelurahan siaga aktif
sebanyak 170 orang dan tokoh masyarakat
sebanyak 85 orang. Bangunan Poskesdes yang
ada saat ini sudah sebanyak 100 buah dan dan
alat kesehatan poskesdes baru ada 90 buah.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada
program desa / kelurahan siaga aktif.

BAHAN DAN METODE
Penelitian ini mengunakan studi kulitatif
dengan pendekatan fenomenologi, merupakan
pandangan berfikir yang menekankan kepada
fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif
manusia dan atau berusaha memahami subyek
dari segi pandangan mereka sendiri. Untuk
memperoleh informasi tersebut dilakukan melalui
wawancara mendalam dan observasi tentang
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat pada
program desa / kelurahan siaga. Instrumen utama
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan
untuk memperlancar kegiatan penelitian
digunakan alat bantu yaitu pedoman wawancara,
alat perekam suara maupun perekam gambar,
buku catatab dan lain-lain. Untuk menjamin
keabsahan data maka dilakukan tehnis triangulasi
sumber yaitu membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara
mendalam, membandingkan hasil wawancara
dengn data sekunder sehingga di dapatkan data
valid dan akurat.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Tonralipue Kecamatan Tanasitolo dan Desa
Sanreseng Ade Kecamatan Bola Kabupaten Wajo
dengan pemilihan lokasi dilakukan secara
stratified purposive sampling
Populasi dan Sampel
Untuk memperoleh Informasi-informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian ini maka
diperlukan informan artinya orang yang
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian. Agar informasi yang didapat
betul-betul akurat, maka informan yang dipilih
telah mengetahui dan memahami sepenuhnya
obyek yang diteliti. Jumlah informan sebanyak 15
orang
Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yakni dilakukan melalui reduksi data,
pada tahap ini merupakan proses pemilihan,
pemusatan, penyederhanaan, pengabstrakan
dan transformasi data kasar yang ditemukan
dilapangan. Dengan kata lain pada tahap ini
dilakukan analisis untuk menggolong-golongkan,
membuang data yang tidak perlu, mengarahkan
dan mengorganisasi data, selanjutnya melalui
penyajian data, pada tahap ini adalah menyajikan
data yang telah dianalisis pada alur pertama dan
kemudian disajikan dalam bentuk teks dan narasi
dan yang terakhir melalui penarikan kesimpulan,
pada alur ini adalah verifikasi dan penarikan
kesimpulan berdasarkan temuan di lapangan.

HASIL
Jumlah informan dalam penelitian ini
sebanyak 15 orang , terdiri dari 1 orang Kepala
Bidang Kesga Dinas Kesehatan, 2 orang camat,
2 orang kepala Puskesmas, 2 orang petugas
PKM Puskesmas, 2 orang bidan desa, 2 orang
kepala desa, 2 orang tokoh masyarakat dan 2
orang kader. Pendidikan informan adalah SMP
1 orang, SMA 3 orang, D3 2 orang, S1 7
orang dan S2 2 orang, jumlah informan berjenis
kelamin laki-laki 9 orang dan perempuan 6 orang.
Dengan karakteristik umur informan 27 tahun –
46 tahun

3

Pemahaman Informan Tentang Program
Desa / Kelurahan Siaga Aktif
Pemahaman informan tentang desa dan
kelurahan siaga aktif akan disajikan dalam dua
bagian yaitu gambaran program desa dan
kelurahan siaga aktif dan dukungan kebijakan,
sarana dan prasarana.
Gambaran program desa dan kelurahan
siaga aktif adalah suatu kondisi faktual yang
memberi penjelasan sederhana tentang desa /
kelurahan siaga aktif yang telah dilaksanakan di
Kabupaten Wajo. Gambaran program desa /
kelurahan siaga aktif di Kabupaten Wajo dapat
diketahui dari hasil wawancara mendalam dengan
informan berikut ini:
“… bagaimana supaya masyarakat yang ada di
suatu desa/ kelurahan itu bisa tanggap terhadap
masalah-masalah kesehatan yang terjadi di
daerahnya dan upaya-upaya apa yang dilakukan
untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.
Dan menjadi sasaran adalah semua masyarakat
khususnya tokoh-tokoh masyarakat dan Pemda
setempat, dimana mereka punya pengaruh yang
besar terhadap pengerakkan masyarakat …”
(NAI, 43 Tahun)
“…masyarakatnya siaga terhadap masalah -
masalah kesehatan terutama yang berhubungan
dengan penyakit dan penyakit yang berpotensi
KLB. Dan untuk mengsukseskannya kita lakukan
pendekatan kepada tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh pemuda dan pemda setempat …”
(MS. 31 tahun)
Berdasarkan hasil pengumpulan data di
atas menunjukkan bahwa desa dan kelurahan
siaga aktif adalah pemahaman, tanggap dan
upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kesehatan. Oleh karena itu ketika ada masalah
kesehatan yang muncul maka menginginkan agar
warga masyarakat di setiap desa dan kelurahan
siaga aktif mampu memahami, menanggapi dan
menyusun rencara intervensi untuk mengatasi
masalah kesehatan.
Selain itu hasil wawancara di atas juga
terungkap bahwa desa dan kelurahan siaga aktif
adalah desa dan kelurahan yang penduduknya
siaga terhadap timbulnya masalah penyakit yang
berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa. Konsep
yang dimiliki tentang desa dan kelurahan siaga
aktif adalah desa dan kelurahan yang
penduduknya siaga dalam menangani penyakit.
Implementasinya adalah jika ada masalah
kesehatan ditemui maka penduduk di desa dan
kelurahan siaga telah mampu mengatasi sendiri
masalahnya.
Pemahaman informan di atas sebagai
sebuah definisi dalam perspektik emik
nampaknya telah sesuai dengan definisi yang
dikemukakan oleh Kemenkes dalam perspektif
etik. Desa / kelurahan siaga aktif adalah
desa / kelurahan yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan serta
kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah - masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan, secara mandiri. Kesesuaian
definisi tentang desa dan kelurahan siaga aktif
pemerintah sebagai agen pembaharu akan
membawa konsekwensi terhadap percepatan
tujuan desa dan kelurahan siaga aktif . Program
desa dan kelurahan siaga aktif diluncurkan karena
dipicu oleh kenyataan bahwa program Visi
Indonesia Sehat 2010 terancam tidak bisa
tercapai tepat waktu. Sebanyak 69.000 desa /
kelurahan telah menjadi desa dan kelurahan
siaga aktif pada akhir tahun 2014. Dengan adanya
program desa dan kelurahan siaga ini
diharapkan masyarakat desa memiliki
kemampuan dalam menemukan permasalahan
yang ada, kemudian merencanakan dan
melakukan pemecahannya sesuai potensi yang
dimiliki serta siap siaga dalam menghadapi
berbagai ancaman yang akan menghadangnya.
Dukungan Kebijakan, Sarana dan Prasarana
Dukungan kebijakan,sarana dan prasarana
dalam desa siaga dianggap sangat penting. Hal
ini terungkap dalam wawancara mendalam
berikut ini:
“… dukungan sarana dan prasarana yaitu
Sebanyak 100 sarana dibangun pada tahun 2017
dan pada tahun 2018 di bangun lagi Poskesdes
sebanyak 2 buah dengan anggaran APBD
Kabupaten Wajo. Dan kita senantiasa ikut terlibat
langsung dalam kegiatan-kegiatan seperti
sosialisasi, penyuluhan, pelatihan yang
dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat
kabupaten sampai tingkat desa . ” (NAI, 43
Tahun).
Berdasarkan hasil wawancara di atas
bahwa dukungan Dinas Kesehatan dalam
pelaksanaan desa / kelurahan siaga aktif adalah
dalam bentuk peningkatan sarana dan prasarana
kesehatan, sosialisasi, penyuluhan dan pelatihan
secara berjenjang hingga ke tingkat desa.
Dukungan terhadap program desa /kelurahan
siaga aktif yaitu dengan peningkatan sarana dan
prasarana melalui pembangunan Poskesdes dan
meningkatkan kegiatan sosialisasi, penyuluhan
dan pelatihan pihak terkait hingga ke tingkat desa.
Jika sarana dan prasarana tersedia dibarengi dan
diikuti dengan kegiatan sosialisasi , penyuluhan,
pelatihan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Wajo
maka itu berarti Dinas Kesehatan Kabupaten
Wajo telah memberikan dukungan nyata pada
program desa / kelurahan siaga aktif
Berikut petikan hasil wawancara dengan
salah satu informan yaitu:

4

”…Memfasilitasi kebutuhan, secara pribadi saya
sumbangkan tanah untuk bangunan Poskesdes.
Pembelian tegel untuk lantai Poskesdes sebanyak
50 dos secara pribadi. Pengadaan obat-obatan (
melalui organisasi saya ) pada tahun 2017 pada
saat banjir, diserahkan kepada ibu bidan
Poskesdes. Membuat Surat Keputusan tentang
Struktur Organisasi Desa Siaga..” (AI, 43 Tahun)
Dukungan informan dalam pelaksanaan
desa siaga adalah dukungan dana dengan
memberikan tanah untuk dibangun Poskesdes
dan material serta dukungan sarana pendukung
berupa pengadaan obat obatan dan membenahi
pengorganisasian di tingkat desa. Dukungan
dalam memfasilitasi kebutuhan d alam
pelaksanaan desa siaga sangat penting
diberikan, hal ini didasarkan pada konsep
dukungan pemerintah desa yang telah diberikan
baik sebagai pribadi maupun sebagai organisasi
ditingkat desa. Informan telah memberikan
dukungan yang sangat besar dengan
memberikan tanah untuk bangunan, pengadaan
material untuk Poskesdes dan pengadaan obat
obatan pada tahun 2017.
Informan lain juga memberikan informasi
tentang dukungan sarana berikut ini:
”… memberikan bimbingan kepada kader tentang
pengisian format survei mawas diri , memberikan
penyuluhan kepada masyarakat dan memberikan
pelayanan kesehatan dasar…” (SY, 31 tahun)
Dukungan informan dalam desa siaga
adalah melakukan bimbingan dan latihan kepada
kader sebagai motor penggerak desa siagar. Jika
latihan dan bimbingan diberikan kepada kader
terutama dalam hal pengisian format survei
mawas diri atau kegiatan penyuluhan dan
pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat ,
maka hal ini merupakan salah satu bentuk
dukungan kepada pelaksanaan desa da
kelurahan siaga aktif Implementasi dukungan
dalam pelaksanaan desa daan kelurahan siaga
aktif sangat penting artinya mengingat kader perlu
dilatih tentang cara mengisi format survei mawas
diri atau dengan melalui penyuluhan yang
dilakukan bidan di desa / kelurahan binaan
masing masing.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemahaman tentang pemberdayaan
masyarakat menurut informan berikut ini
:“…dalam hal ini pemda dapat menfasilitasi
sehingga masyarakat dapat menghindari suatu
kegiatan yang dapat merugikan kesehatan,
mereka proaktif yang semula pasif. Selain itu
melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan,
pelaksanaan sampai kepada evaluasi kegiatan.”
(ABM,43 Tahun).
“… upaya menfasilitasi yang bersifat tidak
memerintah bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat agar masyarakat itu
dapat menemukan, merencanakan dan
memecahkan masalah itu sendiri dengan
menggunakan potensi yang ada di masyarakat itu
sendiri…” (SP,28 Tahun)
Berdasarkan hasil wawancara dengan
informan diketahui bahwa pemberdayaan
masyarakat adalah upaya yang dilakukan untuk
mengaktifkan masyarakat mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam
bidang penanganan masalah kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan
dengan mengaktifkan masyarakat mulai dari
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi
program penanggulangan masalah kesehatan.
Jika masyarakat diaktifkan sejak dari tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi
maka dengan sendirinya masyarakat akan dapat
diberdayakan dalam bidang kesehatan. Pada
setiap pelibatan masyarakat mulai dari
perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi
kegiatan pelayanan di bidang kesehatan
merupakan bentuk upaya pemberdayaan
masyarakat dalam implementasi desa dan
kelurahan siaga aktif
Pemberdayaan ini mengandung makna
bahwa masyarakat mampu merencanakan dan
melaksanakan sendiri kegiatannya dengan
difasilitasi petugas kesehatan. Kemampuan dan
kemauan masyarakat untuk mengatasi masalah
haruslah melalui upaya pihak lain untuk
memberdayakan mereka. Keberdayaan individu
dapat dilihat dari kemampuannya untuk berpikir
kreatif, inovatif, mandiri dan dapat
mendayagunakan semua pengetahuan yang
dimiliki sehingga mampu membangun dirinya
sendiri dan membangun lingkungannya
Pertemuan Tingkat Desa
Hasil wawancara dengan informan dalam
pelaksanaan pertemuan tingkat desa / kelurahan
adalah sebagai berikut .
“…mengsosialisasikan tentang desa dan
kelurahan siaga sktif dan apa tujuan desa dan
kelurahan siaga. … konsultasi sama Pak Camat,
menemui Pak Desa dan mengundang
masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh
agama,…masyarakat dapat memahami tujuan
program desa dn kelurahan siaga aktif…. “ (MD,
44 tahun)
“… tujuannya penyampaian tentang desa dan
kelurahan siaga aktif ,… mengumpulkan
masyarakat, kader, tokoh masyarakat, tokoh
agama, …masyarakat dapat mengetahui
program desa dan kelurahan siaga. Aktid .”
(AI, 43 Tahun)
Menurut informan bahwa langkah
pemberdayaan masyarakat yaitu melalui
pertemuan di tingkat desa. Materi yang dibahas

5

adalah tujuan program desa dan kelurahan siaga
aktif Dengan melakukan pertemuan bersama
tokoh masyarakat baik formal maupun informal
merupakan langkah awal dalam kegiata n
pemberdayaan masyarakat. Pertemuan ini
membahas tujuan di bentuknya desa dan
kelurahan siaga aktif. Konsep pemberdayaan
yang dilakukan oleh informan adalah bahwa
dengan melakukan pertemuan terhadap pihak
yang terkait diharapkan diperoleh dukungan
dalam pelaksanaan desa dan kelurahan siaga
aktif lalu membahas tujuan dan hal lainnya yang
terkait maka pelaksanaan desa dan kelurahan
siaga aktif akan mampu berjalan dengan
sendirinya di tingkat masyarakat. Faktanya
adalah bahwa saat ini telah dilakukan pertemuan
dengan tokoh masyarakat membicarakan tentang
tujuan dari terbentuknya desa Sn Kelurahan siaga
aktif. Hasilnya masyarakat dapat memahami
maksud dan tujuan program desa dan kelurahan
siaga aktif dan dukungan dari kepala desa dan
tokoh masyarakat.

Survei Mawas Diri
Hasil wawancara dengan informan lain
tentang pelaksanaan survei mawas diri adalah
sebagai berikut:
“…mengsosialisasikan tentang desa/kelurahan
siaga aktif dan apa tujuannya. … konsultasi sama
Pak Camat, menemui Pak Desa dan mengundang
masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh
agama,…masyarakat dapat memahami tujuan
program desa siaga…. “ (MD, 44 tahun)
“….untuk mengumpulkan data, dan mengetahui
masalah apa yang ada di masyarakat,…
menjelaskan format isian…. pendataan oleh kader
dan tokoh masyarakat yang sudah dilatih. dan
didampingi bidan,…data tentang masalah
kesehatan di masyarakat. “. ( AIF, 31 Tahun )
Menurut informan bahwa survei mawas
diri adalah upaya pengumpulan data masalah
kesehatan yang dilaksanakan oleh kader terlatih
dan didampingi oleh bidan desa. Survei mawas
diri dilakukan agar supaya ada data masalah
kesehatan termasuk data penyakit yang ada di
desa. Survei mawas diri adalah suatu hal yang
penting untuk dilakukan agar masalah kesehatan
yang mendasar dapat diketahui. Pada saat ini
setelah dilakukan survei mawas diri, maka
diharapkan semua pihak yang terkait telah
memahami maksud dan tujuan dilakukannya
survei mawas diri yaitu dalam rangka mengetahui
masalah kesehatan secara bersama-sama.
Beberapa hal pokok yang dapat
dirumuskan sehubungan dengan pelaksanaan
desa siaga melalui kegiatan survei mawas diri
adalah bahwa pihak yang terkait telah memahami,
melaksanakan prinsip dasar SMD dan
mensosialisasikan hasilnya kepada masyarakat.
Hal ini sejalan dengan penjelasan teoritik bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses
pengorganisasian masyarakat yang dimulai dari
mengidentifikasi masalah yang dihadapi di
masyarakat, kemudian menyusun urutan prioritas
masalah. Setelah prioritas masalah diperoleh lalu
masyarakat mengupayakan untuk mencari
sumber daya baik yang ada di masyarakat itu
sendiri maupun di luar lingkungan masyarakat
yang bersangkutan. Sumber daya tersebut
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
masalah yang ada melalui tindakan-tindakan
yang diperlukan dengan cara kerjasama dengan
anggota masyarakat lainnya ( Kemenkes RI. 2014
).
Musyawarah Masyarakat Desa
Hasil wawancara dengan informan
tentang musyawarah masyarakat desa berikut ini
“… mendiskusikan hasil survei mawas diri,
mencari prioritas masalah dan bagaimana
memecahkan masalah tersebut,..koordinasi
dengan kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh
agama,tenaga kesehatan dan pendidik, kemudian
mengedarkan undangan atau mengumumkan
melalui mesjid,…. diskusi hasil survei mawas
diri,… masyarakat bertambah pengetahuan
tentang rmasalah kesehatan “. (SB, 31 Tahun)
“…membahas hasil survei mawas diri....
menyiapkan data hasil survei, mengundang
masyarakat, tokoh masyarakat, kader, bidan
desa, dan dihadiri dari kecamatan dan fasilitator
dari puskesmas,…mengadakan pertemuan
dengan masyarakat,…. ada kesepakatan
bersama untuk memecahkan masalah yang
ada”. (AIF, 31 tahun)
Musyawarah masyarakat desa adalah
mendiskusikan hasil survei mawas diri, mencari
prioritas masalah dan memecahkan masalah.
Musyawarah masyarakat desa dilakukan dengan
cara koordinasi dengan kepala desa, tokoh
masyarakat, tokoh agama,tenaga kesehatan dan
pendidik, lalu diskusi hasil survei mawas diri.
Hasil MMD akhirnya akan mampu meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang masalah
kesehatan dan dibuat kesepakatan bersama
untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena
itu MMD penting dilakukan . Fakta saai ini telah
dilakukan MMD dan hasilnya cukup baik.
Kegiatan MMD yang telah dilakukan
sebagaimana pengakuan informan diatas jelas
terlihat bahwa ada fakta-fakta dan permasalahan
yang terjadi. Masyarakat yang mampu atau
mandiri di bidang kesehatan apabila masyarakat
mampu menemukan / mengenali masalah
kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah-masalah kesehatan terutama di
lingkungan atau perilaku masyarakat setempat.

6

Menemukan / mengenali masalah - masalah
kesehatan dilakukan oleh kader atau tokoh
masyarakat setempat di bawah bimbingan
petugas kesehatan di desa / bidan desa serta
daftar potensi di desa yang dapat didayagunakan
dalam mengatasi masalah- masalah kesehatan
yang ada di desa.
Pengamatan Epidemiologi Sederhana
Hasil wawancara dengan informan tentang
pengamatan epidemiologi sederhana adalah
sebagai berikut:
”…penyakit yang ada yaitu ISPA, Influensa,
diare, TB Paru, kusta, batuk, gatal-gatal dan
suspek tipes… (ER, 33 Tahun).
”…kalau ada yang sakit kita laporkan kepada
bidan, kita lakukan pada saat survei mawas diri.
(NSD, 30 Tahun)
”… kita mendata orang- orang yang sakit yang
ada di desa ini, pada saat kunjungan rumah. ” (
NFS, 27 Tahun )
Pengamatan epidemiologi sederhana
adalah pengamatan yang dilakukan di desa
dengan cara kunjungan rumah yaitu pengamatan
penyakit ISPA, diare, TB Paru, kusta, batuk batuk
dan tipes. Kegiatan pelaporan ini dilakukan
dengan melaporkan kepada bidan desa, Oleh
karena itu setiap kasus penyakit akan segera
dilaporkan kepada pihak yang berwenang.
Sehingga saat ini pengamatan epidemiologi
sederhana telah dilakukan di desa .
Pengamatan epidemiologi sederhana
sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan akan meng hasilkan
kemandirian masyarakat. Masyarakat yang
mandiri di bidang kesehatan apabila masyarakat
mampu mengenali masalah kesehatan dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
lingkungan atau perilaku masyarakat dan dapat
mengatasi masalah kesehatan yang ada di desa.
Sehingga pada akhirnya masyarakat dapat hidup
sehat.
Keluarga Sadar Gizi
Hasil wawancara dengan informan
tentang palaksanaan keluarga sadar gizi adalah
sebagai berikut:
“…Keluarga sadar gizi adalah keluarga yang
sadar akan kebutuhan gizi anggota keluarganya
dan mampu menanggulangi masalah gizi anggota
keluarganya misalnya makan beraneka ragam ( 4
sehat 5 sempurna ), cara pengolahan makanan
yang benar, menggunakan garam yang
beryodium…” ( SP, 28 Tahun )
Menurut informan keluarga sadar gizi
adalah keluarga yang sadar akan kebutuhan gizi
anggota keluarganya dengan makan beraneka
ragam dan menggunakan garam beryodium.
Makan yang beraneka ragam dalam hal ini
dengan mengkonsumsi makanan pokok, lauk -
paut, sayur dan buah serta menggunakan garam
beryodium untuk memasak secara nyata telah
menerapkan 2 indikator kadarzi. Kesadaran
keluarga untuk memenuhi kebutuhan akan gizi
anggota keluarganya dapat dikatakan sebagai
keluarga sadar gizi.
Hasil wawancara dengan informan
lainnya adalah sebagai berikut:
“…Ya, pendataan pada saat dilakukan survei
mawas diri dengan menggunakan format
misalnya pemberian ASI eksklusif, Timbang berat
badan, makan sayur dan buah.“ (AM, 46 Tahun ).
Menurut informan pelaksanaan keluarga
sadar gizi dapat diketahui bila menimbang berat
badan secara teratur, pemberian Asi eksklusif
kepada bayinya dan makan sayur dan buah setiap
hari. Penerapan keluarga sadar gizi dapat dilihat
pada saat ibu datang menimbang berat badan
balita, memberikan asi eksklusif, serta makan
sayur dan buah merupakan bagian perilaku gizi
yang baik. Saat ini dilakukan survei untuk
memantau perilaku keluarga dalam menerapkan
sadar gizi bagi anggota keluarganya.
Beberapa penjelasan diatas
membuktikan bahwa keluarga sadar gizi menurut
indikator ASI Eksklusif dan penimbangan balita
sudah dilakukan oleh penduduk di mana saja
termasuk di desa siaga. Pernyataan ini
merupakan fakta tentang implementasi keluarga
sadar gizi secara partial mengingat definisi
keluarga sadar gizi yang ideal adalah keluarga
yang telah menerapkan kelima indikator sadar gizi
secara keseluruhan.
Hasil penelitian di Kecamatan Suppa
diketahui bahwa persentase keluarga sadar gizi
hanya 12.6%. Jumlah ini masing sangat rendah
dari target 80% dari Standar Pelayanan Minimal .
Hasil ini juga sejalan dengan hasil penelitian oleh
Iswandi dkk di Samarinda dimana ditemukan
persentase keluarga sadar gizi hanya 40,9%.
Berdasarkan hasil penelitian ini dan dua
penelitian sebelumnya di Pinrang dan Kalimantan
Timur membuktikan bahwa keluarga sadar gizi
masih diterapkan secara parsial per indikator.
Pedoman pelaksanaan keluarga sadar gizi yang
ideal adalah gabungan kelima indikator. Hasilnya
diketahui keluarga sadar gizi cakupannya selalu
rendah.

KESIMPULAN
Pertemuan tingkat desa / kelurahan,
survei mawas diri dan musyawarah masyarakat
desa telah dilaksanakan di setiap desa yang
diproyeksikan menjadi desa / kelurahan siaga
aktif. Pengamatan epidemiologi sederhana telah
dilaksanakan dengan cara masyarakat melapor
sama bidan desa ketika ada kasus penyakit yang

7

didapatkan atau melalui pendataan pada saat
kunjungan rumah. Pelaksanaan keluarga sadar
gizi dalam rangka desa dan kelurahan siaga aktif
telah terintegrasi dalam kegiatan program
perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu
memberikan ASI eksklusif, menimbang bayi dan
balita dan makan buah dan sayur.
SARAN
Frekuensi pertemuan forum masyarakat
desa agar lebih ditingkatkan lagi sehingga
masyarakat lebih memahami maksud dan tujuan
program desa dan kelurahan siaga aktif sebagai
target akhir terjadinya perubahan perilaku hidup
bersih dan sehat .

UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini perkenankanlah
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada .
1. Prof. Dr.dr. H. Muh Syafar, MS dan
Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc sebagai dosen
di Pasca Sarjana .
2 Bapak Bupati Wajo dan Bapak Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten
3 Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat
Atas segala dukungan dan bantuan dari
semua pihak yang diberikan kepada penulis,
semoga Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang senantiasa akan membalasnya,
Insya Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, Modul Dasar Penyuluh Kesehatan
Masyarakat Ahli, Jakarta. 2015
Kemenkes RI, Pedoman Manajemen
Puskesmas, Jakarta 2016
Kemenkes RI dan Kemendagri Pedoman Umum
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif ,
Jakarta, 2014
Mantra, Ida Bagus, Beberapa Cara Sederhana
Menyampaikan Pesan Kepada Masyarakat ,
Jakarta, 1980
Ngatimin,H.M.Rusli,“ DOA “,Disability Oriented
Approach, Yayasan “PK-3 “ Makassar, 2015
Pascasarjana,Unhas, Pedoman Penulisan Tesis
dan Disertasi Program Pascasarjana Universitas
Hasanuddin, Makassar, 2016
Sirajuddin, Perbedaan Indeks Antropometri Anak
Usia 6-36 Bulan Antara Keluarga Sadar Gizi dan
Keluarga Belum Sadar Gizi. Media Gizi Pangan.
Volume V Edisi 1 Januari – Juni 2014
Iswandi, Pengaruh Pelatian Tenaga Gizi
Puskesmas terhadap Program Keluarga Sadar
Gizi di Kota Samarinda Propinsi Kalimantan
Timur. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Volume 4 No.2
Nopember 2017
Interaksi, VIII/2006, Konsep Desa Siaga, 10.
Patton Quinn M., Metode Evaluasi Kualitatif
,Yokyakarta, 2014
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian
Kualitatif, Bandung , 2014
Kemenkes RI dan Unicef, Panduan Umum
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Ibu dan Anak, Jakarta, 20015
Kemenkes RI, Pedoman Kampanye Keluarga
Mandiri sadar Gizi ( Kadarzi )
Jakarta, 2010
Dinkes Provinsi Sul-Sel, Panduan dan Informasi
Ringkas, Makassar, 2015
Setiana Lucie, Teknik Penyuluhan dan
Pemberdayaan Masyarakat ,
Jakarta, 2014
Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan &
Ilmu Perilaku, Jakarta, 2007
Notoatmodjo, Soekidjo, Promosi Kesehatan Teori
dan Aplikasi, Jakarta, 2005
Kemenkes RI, Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan, Jakarta, 2017