DOI: https://doi.org/10.33005/border.v6i1.756 Border: Jurnal Arsitekt ur, Vol.6 No.1 , June 2024
ISSN 2656-5889 (cetak) / ISSN 2685-1598 (online)
15
STUDI KOMPARASI PEMILIHAN SOFTWARE DAN TIPOLOGI
BANGUNAN DALAM PROSES DESAIN STUDIO ARSITEKTUR
Stephanus Wirawan Dharmatanna
1*
, Elvina Shanggrama Wijaya
1

1
Program Studi Arsitektur, Universitas Kristen Petra, Siwalankerto 121 - 131, Surabaya, Indonesia
*Email korespondensi: [email protected]

Received: May 2024; Accepted: May 2024; Published: July 2024

ABSTRAK
Perkembangan teknologi informasi telah memberikan dampak signifikan dalam dunia pendidikan
arsitektur, terutama dalam penggunaan software arsitektural sebagai media pendukung dalam proses desain.
Penguasaan software arsitektural menjadi kompetensi penting dalam profesi arsitektur, karena dapat
mempengaruhi hasil dan proses desain secara keseluruhan. Penguasaan terhadap software akan mempengaruhi
optimalnya proses dan output yang dihasilkan, melebihi fitur - fitur yang dimiliki suatu software arsitektural. Di
lain pihak, pembelajaran dalam studio arsitektur akan memiliki tema atau objek perancangan, yang dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis tipologi bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara tipologi bangunan yang menjadi objek perancangan dengan preferensi software arsitektur yang digunakan
para mahasiswa, dalam tiap fase proses desain. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner
kepada mahasiswa Program Studi Arsitektur pada semester 5, 6, 7, dan 8, yang mengikuti studio dengan metode
penggambaran digital. Data preferensi software dari setiap semester dianalisis secara deskriptif untuk
menggambarkan pola penggunaan software pada setiap semester. Selanjutnya, dilakukan analisis korelasi untuk
mencari hubungan antara preferensi software dan tipologi bangunan yang menjadi objek perancangan. Temuan
ini akan berguna sebagai masukan untuk kurikulum pendidikan Arsitektur, tentang software yang paling relevan
dan membawa manfaat untuk pembelajaran di tiap fase desain Arsitektural, dari sudut pandang mahasiswa.
Kata-kunci: arsitektur digital; proses desain; software; studio arsitektur


COMPARATIVE STUDY OF SOFTWARE PREFERENCES AND BUILDING
TYPOLOGY IN ARCHITECTURAL DESIGN STUDIO
ABSTRACT
The development of information technology have affected architectural education method significantly,
especially in the usage of architectural design software throughout the design process. Proficiency to operate
certain software has become one of important considerations in professional architectural practice, because such
skill will affect the whole process and output. With excellent skill, one can visualize and communicate design more
effectively, rather than other individuals that use more updated software features but still learning to operate
them. On the other hand, the learning process in architectural design studios always has a theme that can be
classified to certain building typologies. This research aims to study the relation between building typology and
software preferences in each design stage, from students point of view. The targeted students are the ones in third
and fourth year of study, where the digital media are utilized in the studio process. The data obtained from
questionnaires will be analyzed further using descriptive and correlational analysis. The findings from this
research will serve as an input for the development of architectural education curriculum, regarding the most
relevant and beneficial architectural software in each design process, from students' preferences.

Keywords: digital architecture; design proces; software; architectural studio

Stephanus Wirawan Dharmatanna, Elvina Shanggrama Wijaya DOI: https://doi.org/10.33005/border.v6i1.756
16
BORDER Jurnal Arsitektur, Vol. 6 No.1 , June 2024
PENDAHULUAN
Pendidikan arsitektur telah secara aktif menanggapi perkembangan teknologi digital,
contohnya, University of Adelaide membuka jurusan desain yang menggunakan media digital
dalam arsitektur, dan University of Technology Sydney telah menawarkan program S2 Master
of Digital Architecture. Di UK, University of Newcastle Upon Tyne menawarkan program S3
dalam arsitektur digital. Keberadaan program-program ini menunjukkan pemahaman bahwa
arsitektur digital diakui sebagai disiplin ilmu yang penting. Di Indonesia, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta membuka program pascasarjana konsentrasi teknologi digital pada tahun
2005 (Satwiko, 2016) dan pada tahun 2020 Universitas Katolik Soegijapranata berkomitmen
mendirikan Program Studi Doktor Arsitektur Konsentrasi Arsitektur Digital untuk
mengembangkan keilmuan dalam bidang Arsitektur digital.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dalam merancang adalah dengan
memanfaatkan teknologi digital. Komputer telah menjadi kebutuhan utama bagi mahasiswa
arsitektur (Lubis, 2022). Peneliti terdahulu menyatakan bahwa kesulitan mempelajari software
dan digitalisasi termasuk dalam urutan kedua dan ketiga yang menjadi faktor kesulitan
mahasiswa dalam menyelesaikan tugas studio perancangan arsitektur (Raihan et al., 2023).
Penggunaan komputer dalam perancangan arsitektur tidak terbatas hanya pada fungsi sebagai
media untuk menghasilkan gambar atau mempercepat proses desain (komputerisasi), namun
komputer juga telah menjadi bagian aktif dalam proses perancangan arsitektur itu sendiri, yang
dikenal sebagai komputasi dalam arsitektur. Kemajuan teknologi telah mengubah cara
mahasiswa merancang dan menggambar. Perkembangan teknologi informasi telah memiliki
dampak yang signifikan dalam dunia pendidikan arsitektur. Salah satu dampaknya adalah
penggunaan software arsitektural sebagai media pendukung dalam proses desain. Penguasaan
software arsitektural menjadi kompetensi penting bagi mahasiswa arsitektur, karena dapat
mempengaruhi hasil dan proses desain secara keseluruhan. Sebagai mahasiswa arsitektur,
memahami perangkat lunak desain dan tipologi bangunan yang digunakan dalam proses desain
sangat penting untuk pengembangan keterampilan dan pengetahuan arsitektur. Pemilihan
software yang tepat dan pemahaman tentang berbagai tipologi bangunan dapat mempengaruhi
keberhasilan dan kualitas karya desain para mahasiswa arsitektur. Meskipun fitur-fitur yang
dimiliki oleh suatu software arsitektural penting, penguasaan terhadap software secara
keseluruhan juga memiliki pengaruh yang signifikan.
Secara umum, perangkat lunak dalam teknologi digital dalam perancangan arsitektur
dapat melakukan beberapa fungsi, antara lain:
1. Pembuatan gambar kerja arsitektur dalam format 2D (drafting), untuk menghasilkan
gambar kerja yang detail dan akurat.
2. Pembuatan model tiga dimensi (modeling 3D), untuk membuat studi mengenai massa,
geometri, ruang, dan bentuk dari suatu desain.
3. Proses rendering, yang memungkinkan pembuatan gambar realistis dengan
pencahayaan yang sesuai, untuk presentasi desain dan studi mengenai pencahayaan
serta bahan arsitektur yang digunakan.
4. Pembuatan animasi, yang memungkinkan simulasi gerakan manusia dalam ruang
secara sekuensial, baik berjalan atau melayang, untuk memahami pengalaman ruang
secara lebih mendalam.
5. Penggunaan perangkat lunak seperti Ruang Maya untuk melakukan studi mengenai

STUDI KOMPARASI PEMILIHAN SOFTWARE
17
ISSN 2656-5889 (cetak) / ISSN 2685-1598 (online)
kesempurnaan karya, ruang, atau massa arsitektur dengan simulasi virtual yang lebih
kompleks dan realistis.
Walaupun begitu, keberadaan media manual seperti sketsa cenderung penting
digunakan pada tahapan awal desain (Wahyuningrum and Sudarwanto, 2017). Hal ini sejalan
dengan sudut pandang praktisi yang menyatakan bahwa sketsa dan maket manual tidak
tergantikan perannya dalam proses desain, karena secara natural akan langsung menyoroti pada
tujuan dan konsep pemikiran besar desain arsitektural (Higgins, 2021)
Secara umum, ada dua fase dalam integrasi teknologi informasi ke dalam perancangan
arsitektur. Pada fase pertama, teknologi digital hanya digunakan sebagai sarana untuk
memvisualisasikan desain (Putra, 2018). Namun, seiring perkembangan teknologi digital, kini
teknologi tersebut dapat digunakan sebagai bagian dari proses perancangan dan dianggap
sebagai alat yang membantu berpikir dalam proses perancangan. Penggunaan teknologi digital
dalam dunia perancangan arsitektur tidak terbatas pada CAD (Computer-Aided Design) saja,
Terdapat berbagai software - software lainnya yang dapat membantu seperti Sketchup,
ArchiCAD dan Revit.
Penggunaan teknologi digital dalam perancangan arsitektur memiliki beberapa
keunggulan. Salah satunya adalah kebebasan dalam menciptakan bentuk bangunan dan
lingkungan binaan, yang didukung oleh perhitungan yang cepat, tepat, dan akurat. Fleksibilitas
dan kedalaman materi arsitektur digital tergantung pada kombinasi teori, praktik, dan
perangkat lunak yang digunakan. Namun, ada beberapa konsekuensi yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan arsitektur digital. Pertanyaan yang muncul adalah pada semester berapa
materi arsitektur digital sebaiknya diajarkan sebagai mata kuliah, apakah mata kuliah tersebut
harus berdiri sendiri atau terintegrasi dalam studio. Keputusan mengenai penyajian materi
arsitektur digital sebagai mata kuliah dapat bergantung pada kebijakan universitas atau institusi
pendidikan. Hal ini melibatkan pertimbangan antara waktu yang tepat untuk memperkenalkan
konsep dan keterampilan arsitektur digital kepada mahasiswa, serta apakah materi tersebut
harus diajarkan secara terpisah atau terintegrasi dengan kegiatan studio arsitektur lainnya
(Setiadi and Purwanto, 2021).
Dukungan teknologi digital yang semakin meningkat dalam praktik berarsitektur telah
berhasil dalam tahap pengembangan desain dan produksi dokumen konstruksi (Idedhyana,
2017). Tidak semua jenis perangkat lunak digunakan dalam praktik desain arsitektur. Ada
berbagai faktor yang mempengaruhi penggunaan perangkat lunak pemodelan tertentu.
Kesalahan dalam pemilihan perangkat lunak kadang-kadang justru dapat menghambat proses
desain (Arisman, 2018) dan baru-baru ini teknologi digital mulai secara resmi terlibat dalam
fase desain awal (brainstorming), sebagian mahasiswa sudah mulai meninggalkan kertas dan
pensil. Beberapa penelitian sejenis pernah dilakukan seperti yang dilakukan oleh Satwiko
(2011) tentang Pemakaian Perangkat Lunak DIALux Sebagai Alat Bantu Proses Belajar Tata
Cahaya dimana DIALux merupakan alat yang menjanjikan bagi proses belajar-mengajar
pencahayaan arsitektural. Selain itu Peran Teknologi Digital Dalam Perkembangan Dunia
Perancangan Arsitektur yang diteliti oleh Putra tahun 2017 menyimpulkan Arsitektur modern
tidak dapat terlepas dari pengaruh teknologi digital. Teknologi digital telah menjadi elemen
penting dalam industri desain arsitektur, baik di kalangan profesional maupun mahasiswa.
Meskipun dalam proyek nyata persoalan teknis akan lebih beragam, yang menuntut
kemampuan mahasiswa termasuk penguasaan software untuk menyelesaikan persoalan

Stephanus Wirawan Dharmatanna, Elvina Shanggrama Wijaya DOI: https://doi.org/10.33005/border.v6i1.756
18
BORDER Jurnal Arsitektur, Vol. 6 No.1 , June 2024
tersebut. (Irvansyah et al., 2022). Pada penelitian lainnya, ditemukan bahwa pembelajaran
desain parametrik untuk mahasiswa tahun pertama, yang mengandung bahasa pemrograman,
dapat meningkatkan kreativitas, serta kemampuan pengembangan desain (Sunarya et al.,
2023). Oleh karena itu Perkembangan teknologi digital seiring berjalannya waktu telah
memberikan dampak yang signifikan dalam kemajuan proses desain arsitektur.
Hasil penelitian ini akan memberikan informasi tentang software yang paling relevan
dan bermanfaat untuk pembelajaran di setiap fase desain arsitektural, dari perspektif
mahasiswa. Dengan demikian, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kurikulum
pendidikan arsitektur dengan memastikan penggunaan software yang tepat dalam setiap tahap
proses desain, sesuai dengan tipologi bangunan yang menjadi objek perancangan.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner secara online pada mahasiswa
Program Studi Arsitektur, Universitas Kristen Petra, yakni para mahasiswa pada semester 5, 6,
7 dan 8 (tugas akhir). Kuesioner terdiri dari tiga bagian utama, yakni:
1. Pertanyaan mengenai identitas responden (nama dan nomor referensi mahasiswa) dan
project yang sedang dikerjakan (fungsi dan jumlah lantai)
2. Pertanyaan tentang penggunaan software digital yang digunakan. Software yang
menjadi fokus pembahasan adalah: SketchUp (S), Autocad (A), ArchiCAD (C), Revit
(R), dan Sketsa - maket manual (M). Pada bagian ini, mahasiswa diminta untuk
menandai bagian dimana mereka menggunakan software yang dimaksud, pada tahapan
- tahapan Studio Perancangan, yakni: (1) Brainstorming, (2) 3D Modelling, (3) 2D
Drafting, (4) Rendering visualisasi, (5) Layouting produk presentasi, dan (6) Asistensi
dan diskusi. Mahasiswa dapat memilih untuk menggunakan suatu software di lebih dari
satu tahapan proses desain
3. Pertanyaan mengenai histori pengenalan dan penggunaan software digital, serta
kecakapan penggunaan software digital tersebut secara self-assessment.
Tangkapan layar kuesioner dapat dilihat di Gambar 1. Pengolahan kuesioner dilakukan
secara kuantitatif, dengan metode analisis deskriptif dan menjelaskan distribusi frekuensi dari
penggunaan software di tiap tahapan pada tiap kategori tipologi bangunan berdasarkan Undang
- Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Klasifikasi bangunan gedung
berdasarkan ketinggian memiliki keterkaitan yang kuat dengan hasil desain arsitektural
bangunan, serta memiliki karakter yang cukup universal, yang dapat diaplikasikan dalam setiap
proyek di studio yang berbeda, sehingga klasifikasi bangunan berdasarkan aspek ketinggian
digunakan pada penelitian ini untuk analisis data lebih lanjut.






Gambar 1. Tangkapan layar pertanyaan pada kuesioner penelitian
(Sumber: Penulis, 2023).

STUDI KOMPARASI PEMILIHAN SOFTWARE
19
ISSN 2656-5889 (cetak) / ISSN 2685-1598 (online)
Dalam melakukan analisis data, tiap tahapan yang dipilih oleh responden pada
penggunaan suatu software tertentu akan diterjemahkan menjadi satu tindakan interaksi, yang
diberi skor 1 (satu). Maka dari itu, makin banyak skor yang didapatkan oleh suatu software,
maka makin sering sebuah software tersebut digunakan oleh responden. Hal ini juga
merupakan suatu usaha untuk mengolah data kuesioner secara kuantitatif. Selain itu, untuk
mengetahui hubungan korelasi antara tipologi bangunan, software tertentu dengan lama
penggunaan suatu software serta tingkat kecakapan penguasaan suatu software, maka data set
dari google sheet diolah menggunakan software IBM SPSS Statistics 29.0.1.0, untuk
melakukan uji validitas dan reliabilitas, serta pearson correlation.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Responden dan Tipologi Desain Bangunan
Kuesioner diisi oleh 140 responden mahasiswa, dengan 326 proyek desain arsitektural
yang tengah mereka kerjakan. Terjadi penambahan satu tipologi desain, yakni Desain
Kawasan, sebagai proyek perancangan pada salah satu studio desain, yang dikerjakan secara
berkelompok. Sebanyak 48.5% proyek merupakan bangunan bertingkat rendah, 32.2%
merupakan bangunan tinggi, 13.2% desain kawasan, dan 6.1% merupakan bangunan
menengah. Sebaran tipologi bangunan dapat dilihat di Gambar 2.
Desain Bangunan Tingkat Rendah
Seperti terlihat di Gambar 3, untuk desain bangunan bertingkat rendah, software
sketchup mendapatkan 455 interaksi, dan digunakan sebanyak 30.9% dari total tahapan.
Penggunaan sketchup disusul dengan Revit (307 interaksi), Autocad (217 interaksi) dan
ArchiCAD (178 interaksi). Proses desain manual memiliki porsi yang cukup besar dalam
desain bangunan rendah (316 interaksi), yang lebih besar dari penggunaan software digital
lainnya.






















Gambar 2. Sebaran tipologi bangunan
(Sumber: Penulis, 2023).

Stephanus Wirawan Dharmatanna, Elvina Shanggrama Wijaya DOI: https://doi.org/10.33005/border.v6i1.756
20
BORDER Jurnal Arsitektur, Vol. 6 No.1 , June 2024


Gambar 3. Penggunaan Software Digital untuk Desain Bangunan Rendah
(Sumber : Penulis, 2023)




Gambar 4. Penggunaan software di tiap tahapan desain
(Sumber: Penulis, 2023)

Pada desain bangunan menengah, responden paling sering menggunakan metode
manual berupa sketsa (46%) dalam tahap brainstorming dan asistensi - diskusi. Autocad
digunakan, terutama pada proses drafting (40%), namun tidak digunakan dalam proses
modelling dan rendering. ArchiCAD dan Revit digunakan juga dalam tahapan drafting.
Sketchup digunakan, terutama untuk modelling massa 3D, selain Revit, dengan total 60%
interaksi. Penggunaan ArchiCAD dan Revit cenderung terus ada di tiap tahap desain,
menandakan pengguna dapat memanfaatkan kedua software tersebut di setiap tahapan, kecuali
pada tahap rendering untuk ArchiCAD. Hal ini dapat dilihat di Gambar 4.

STUDI KOMPARASI PEMILIHAN SOFTWARE
21
ISSN 2656-5889 (cetak) / ISSN 2685-1598 (online)

Desain Bangunan Tingkat Menengah
Pada Gambar 5, dapat dilihat, sebanyak 40% interaksi proses menggunakan Sketchup,
dan menjadi software yang paling sering digunakan. Autocad digunakan oleh 18% responden,
sedangkan Revit dan Archicad secara total digunakan oleh 10% responden. Proses desain
manual memiliki porsi yang cukup besar dalam desain bangunan menengah, yakni 30% dari
total interaksi. Proses desain manual memiliki total interaksi yang lebih banyak dari Autocad,
Revit dan ArchiCAD.
Pada desain bangunan menengah, seperti tergambar pada Gambar 6, responden paling
sering menggunakan metode manual berupa sketsa (46%) dalam tahap brainstorming dan
asistensi - diskusi. Autocad digunakan, terutama pada proses drafting (40%), namun tidak
digunakan dalam proses modelling dan rendering. ArchiCAD dan Revit digunakan juga dalam
tahapan drafting.
Sketchup digunakan, terutama untuk modelling massa 3D, selain Revit,
dengan total 60% interaksi. Penggunaan ArchiCAD dan Revit cenderung terus ada di tiap tahap
desain, menandakan pengguna dapat memanfaatkan kedua software tersebut di setiap tahapan,
kecuali pada tahap rendering untuk ArchiCAD.



Gambar 5. Penggunaan Software Digital untuk Desain Bangunan Menengah
(Sumber: Penulis, 2023)


Gambar 6. Penggunaan software di tiap tahapan desain bangunan menengah
(Sumber: Penulis, 2023)

Stephanus Wirawan Dharmatanna, Elvina Shanggrama Wijaya DOI: https://doi.org/10.33005/border.v6i1.756
22
BORDER Jurnal Arsitektur, Vol. 6 No.1 , June 2024


Desain Kawasan
Desain kawasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah desain masterplan dengan
konteks site urban, untuk mahasiswa semester 7. Pada desain kawasan, penggunaan Sketchup
tetap memiliki interaksi terbanyak (43%), disusul dengan penggunaan media manual (26%),
Autocad (17%), dan kemudian Revit (7,5%), serta ArchiCAD (4.8%), seperti terlihat pada
Gambar 7. Penjelasan untuk tiap tahap proses desain akan di detailkan lebih lanjut.
Pada desain kawasan, responden paling sering menggunakan metode manual berupa
sketsa (46%) dalam tahap brainstorming dan asistensi - diskusi (31%). Pada fase modelling
massa 3D, penggunaan software Sketchup dan Revit cenderung berimbang (31%). Penggunaan
Autocad pada proses drafting sangat dominan (56%), namun tidak digunakan dalam proses
modelling dan rendering. Selain Autocad, ArchiCAD (29%) dan Revit (19%) digunakan juga
dalam tahapan drafting. Hal ini dapat dilihat di Gambar 8.


Gambar 7. Penggunaan Software Digital untuk Desain Kawasan
(Sumber: Penulis, 2023)


Gambar 8. Penggunaan software di tiap tahapan desain
(Sumber: Penulis, 2023)

STUDI KOMPARASI PEMILIHAN SOFTWARE
23
ISSN 2656-5889 (cetak) / ISSN 2685-1598 (online)


Desain Bangunan Tingkat Tinggi
Dari Gambar 9, dapat dilihat bahwa penggunaan Sketchup tetap dominan untuk desain
bangunan tingkat tinggi (38.9%). Namun demikian, software Revit, sebagai salah satu software
Building Information Modelling (BIM) mengalami kenaikan persentase interaksi yang
signifikan, yakni sebanyak 18.2%, menggeser penggunaan Autocad dan ArchiCAD.
Penggunaan sketsa dan maket manual juga cukup banyak, yakni 156 interaksi.
Penggunaan software BIM seperti ArchiCAD dan Revit dalam desain bangunan tinggi
memiliki peningkatan yang cukup signifikan. Selain selalu ada di setiap tahapan proses desain,
jika digabungkan, penggunaan ArchiCAD dan Revit dapat mencapai lebih dari 50% interaksi
di tahap 3D modelling dan Drafting produk, serta lebih dari 30% di tahap layouting produk
presentasi serta asistensi dan diskusi, seperti terlihat pada Gambar 10. Hal ini disebabkan
tingkat akurasi dan fitur - fitur BIM yang dapat dioptimalkan pada tipe bangunan tinggi dengan
lantai tipikal, sehingga dapat menyingkat waktu pengerjaan gambar dengan tingkat akurasi
gambar yang lebih baik.
Gambar 9. Penggunaan Software Digital untuk Bangunan Tingkat Tinggi
(Sumber: Penulis, 2023)




Gambar 10. Penggunaan software di tiap tahapan desain
(Sumber: Penulis, 2023)

Stephanus Wirawan Dharmatanna, Elvina Shanggrama Wijaya DOI: https://doi.org/10.33005/border.v6i1.756
24
BORDER Jurnal Arsitektur, Vol. 6 No.1 , June 2024
Interaksi pada Software Digital
Pada tahap ini, variasi kombinasi penggunaan software akan dijelaskan lebih detail
dengan kode: (1) Brainstorming, (2) 3D Modelling, (3) 2D Drafting, (4) Rendering visualisasi,
(5) Layouting produk presentasi, dan (6) Asistensi dan diskusi. Dari Gambar 4, Gambar 6,
Gambar 8 dan Gambar 10, dapat ditemukan beberapa hal, yakni:
- Software sketchup paling sering digunakan untuk proses brainstorming, 3d modelling serta
diskusi dan asistensi. Hasil ini muncul di keempat tipologi bangunan yang diteliti.
- Autocad dominan digunakan untuk drafting pada empat tipologi bangunan. Selain dari
fungsi ini, Autocad cenderung digunakan untuk brainstorming, serta layouting produk
presentasi
- Software BIM, yakni ArchiCAD dan Revit tidak digunakan oleh sebagian besar responden,
namun begitu, jika dicermati, software ini dapat digunakan oleh beberapa anak secara
menyeluruh di setiap proses desain. Responden cenderung menggunakan ArchiCAD untuk
bangunan menengah, serta brainstorming untuk bangunan rendah, sedangkan Revit lebih
sering digunakan untuk modelling 3D bangunan, serta keseluruhan tahapan desain untuk
keempat tipe desain bangunan. Selain itu, responden juga menggunakan Revit sebagai
software modelling 3D desain mereka.
- Proses desain manual dominan digunakan pada tahap brainstorming dan asistensi - diskusi,
pada setiap tipe desain bangunan yang ada.

Korelasi Software, Tipe Bangunan, Lama Penggunaan dan Kompetensi Pengguna
Analisis reliabilitas pada data kuesioner desain bangunan rendah dan tinggi
menunjukan skor cronbach alpha yang cukup baik, yakni 0,759 (reliabel) untuk bangunan
tinggi, dan 0.678 (cukup reliabel) untuk bangunan rendah, sehingga kedua grup tipologi
bangunan tersebut yang digunakan untuk analisis selanjutnya. Selanjutnya, dicari korelasi
antara software yang digunakan, terhadap lama mahasiswa telah menggunakan software
tersebut, serta kompetensi mahasiswa dalam mengoperasikan suatu software. Tangkapan layar
dari hasil analisis ini dapat dilihat di Gambar 11.
Penggunaan Sketchup pada bangunan tinggi memiliki korelasi yang kuat dengan
penggunaannya pada desain bangunan rendah (0.616, sig. 0.01). Penggunaan sketchup pada
bangunan tinggi berkorelasi dengan kompetensi mahasiswa (0.252, sig. 0.05). Lebih lanjut,
lama penggunaan software berkorelasi kuat dengan kompetensi (0.392, sig. 0.01).
Hal ini dapat dimengerti bahwa pembelajaran pada penggunaan software sketchup bersifat
menerus mulai dari proyek bangunan rendah ke tinggi dengan proses penggunaan yang
menerus antar semester. Penggunaan Sketchup pada proyek bangunan rendah maupun tinggi,
tidak berkorelasi dengan lama software tersebut digunakan membuktikan bahwa Sketchup
tergolong software yang mudah untuk digunakan. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa
sketchup adalah software yang lebih bersifat fleksibel untuk digunakan pada tipe proyek apa
pun dan cukup mudah penggunaannya.
Autocad
Penggunaan software Autocad memiliki korelasi yang kuat, antara desain bangunan
rendah dengan desain bangunan tinggi (0.550, sig. 0.01). Selain itu, penggunaan Autocad pada
desain bangunan rendah berkorelasi kuat juga dengan lama penggunaan software oleh
mahasiswa (0.366, sig 0,01).

STUDI KOMPARASI PEMILIHAN SOFTWARE
25
ISSN 2656-5889 (cetak) / ISSN 2685-1598 (online)






Gambar 11. Hasil cronbach alpha untuk data bangunan tinggi dan bangunan rendah
(Sumber: Penulis, 2023).


Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan software Autocad membutuhkan
waktu untuk membiasakan diri terhadap tools - tools yang digunakan. Namun demikian, tools
- tools tersebut, saling terkait antara desain bangunan rendah dan bangunan tinggi, sehingga
penggunaannya saling mendukung dan berkorelasi. Hal lain adalah, penggunaan Autocad pada
tipologi bangunan rendah dan tinggi berkorelasi negatif dengan kompetensi. Hal ini berarti,
saat kompetensi meningkat, Autocad bukan menjadi pilihan software untuk mengerjakannya.

ArchiCAD
Pengolahan data pada penggunaan software ArchiCAD dalam desain bangunan tinggi
dan rendah saling berkorelasi, demikian pula dengan lama penggunaan, serta kompetensi
responden. Korelasi yang terjadi antar variabel - variabel ini merupakan korelasi di level sig
0.01, yang merupakan korelasi yang kuat.
Nilai korelasi penggunaan ArchiCAD pada desain bangunan tinggi terhadap lama
penggunaan dan kompetensi lebih tinggi daripada dalam desain bangunan rendah. Pada
bangunan tinggi, korelasi dengan kompetensi adalah 0.700, sedangkan dengan lama
penggunaan sebesar 0.659, dibanding pada bangunan rendah, yaitu 0.341 dengan lama
penggunaan dan 0.383 dengan kompetensi. Hal ini juga berarti, penggunaan ArchiCAD lebih
krusial pada bangunan tinggi dibanding bangunan rendah, karena sebanding dengan lama
penggunaan dan kompetensinya.

Revit
Penggunaan Revit sebagai salah satu software BIM memiliki hasil pengolahan data
yang mirip dengan ArchiCAD, yakni memiliki korelasi erat di level sig. 0.01, baik di tipe
desain bangunannya, maupun lama penggunaan dan kompetensinya.
Nilai korelasi pada desain bangunan tinggi lebih tinggi daripada pada bangunan rendah
terhadap lama penggunaan dan kompetensi, namun dengan selisih yang lebih sedikit daripada
penggunaan ArchiCAD. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan Revit lebih balance
antara bangunan tinggi dan rendah, dimana korelasi bangunan tinggi dengan lama penggunaan
Revit adalah 0.748, sedangkan bangunan rendah 0.511, dan korelasi dengan kompetensi
sebesar 0.728 dengan bangunan tinggi, dan 0,537 dengan bangunan rendah. Keseluruhan hasil
korelasi untuk masing masing variabel di atas dapat dilihat pada Tabel 1.

Stephanus Wirawan Dharmatanna, Elvina Shanggrama Wijaya DOI: https://doi.org/10.33005/border.v6i1.756
26
BORDER Jurnal Arsitektur, Vol. 6 No.1 , June 2024
Tabel 1. Hasil Korelasi
















(Sumber : Penulis, 2023)



Sketchup Bangunan Tinggi Bangunan Rendah Lama Penggunaan Kompetensi
Bangunan Tinggi 0.616 0.252
Bangunan Rendah 0.616
Lama Penggunaan 0.392
Kompetensi 0.252 0.392

Autocad Bangunan Tinggi Bangunan Rendah Lama Penggunaan Kompetensi
Bangunan Tinggi 0.550 0.366 -0.056
Bangunan Rendah 0.550 0.306 -0.104
Lama Penggunaan
Kompetensi -0.056 -0.104

ArchiCAD Bangunan Tinggi Bangunan Rendah Lama Penggunaan Kompetensi
Bangunan Tinggi 0.449 0.659 0.700
Bangunan Rendah 0.449 0.341 0.383
Lama Penggunaan 0.659 0.341 0.821
Kompetensi 0.700 0.383 0.821

REVIT Bangunan Tinggi Bangunan Rendah Lama Penggunaan Kompetensi
Bangunan Tinggi 0.678 0.748 0.728
Bangunan Rendah 0.678 0.511 0.537
Lama Penggunaan 0.748 0.511 0.813
Kompetensi 0.728 0.537 0.813

Korelasi signifikan dengan level <0.001 (2 tailed)
Korelasi signifikan dengan level <0.005 (2 tailed)
Korelasi Negatif

STUDI KOMPARASI PEMILIHAN SOFTWARE
27
ISSN 2656-5889 (cetak) / ISSN 2685-1598 (online)
KESIMPULAN

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tipologi bangunan mempengaruhi
pemilihan software yang digunakan dalam tahapan tahapan desainnya. Pemilihan software
dalam tiap tahapan tersebut bisa overlap, bisa juga unik.
● Sketchup digunakan hampir di setiap jenis tipologi bangunan, terutama dalam tahap
brainstorming, 3D modelling dan asistensi.
● Autocad digunakan, khususnya pada tahapan drafting di setiap jenis tipologi bangunan.
Terdapat korelasi yang kuat antar penggunaan Autocad pada desain bangunan tinggi
dan rendah, yang menunjukkan keterkaitan pembelajaran pada tahap tahap
kompleksitas bangunan yang berbeda.
● ArchiCAD dan Revit, sebagai software BIM, digunakan oleh beberapa mahasiswa,
dengan tingkat penguasaan yang tinggi. Hal ini dapat dibaca dari penggunaan software
BIM dalam setiap tahapan desain oleh sebagian responden. Selain itu, penggunaan BIM
terutama Revit, lebih besar dalam bangunan tinggi, walaupun dalam korelasinya,
penggunaan Revit dapat lebih terhubung antara bangunan tinggi dan rendah.
● Keberadaan sketsa dan maket manual dalam proses brainstorming awal dan asistensi -
diskusi tetap dominan dan cenderung seimbang dengan penggunaan media digital.
Untuk pengajaran, software dapat mulai diperkenalkan di mata kuliah inti, terutama
pada studio arsitektur. Sketchup dapat dikenalkan pada proyek - proyek awal yang fokus pada
brainstorming dan 3D model dasar. Autocad bisa diajarkan pada tahap drafting awal dengan
aplikasi pada proyek sederhana seperti rumah tinggal atau bangunan rendah. ArchiCAD dan
Revit dapat diperkenalkan pada proyek proyek kompleks di studio lanjutan, seperti desain
bangunan tinggi, untuk memberikan pemahaman tentang BIM dan aplikasinya pada berbagai
skala bangunan. Selain itu integrasi sketsa dan maket manual tetap penting dalam proyek
proyek ini untuk menyeimbangkan kemampuan digital dan keterampilan manual.
Penelitian tentang penggunaan software digital di kemudian hari dapat dikembangkan
dengan menggabungkan tiga proses desain utama yaitu konseptualisasi, representasi dan
assessment, sebagaimana yang telah diidentifikasikan dalam penelitian sebelumnya.
Pendekatan ini bertujuan untuk menekankan pada aspek kreativitas desain yang dimungkinkan
dalam desain menggunakan media digital.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman, A., 2018. Hubungan antara Penggunaan Software Pemodelan Arsitektur dengan
Kompleksitas Bangunan. J. Lingkung. Binaan Indones. 7, 68–73.
https://doi.org/10.32315/jlbi.7.2.68
Higgins, C., 2021. Computer Aided Design In Architecture [WWW Document]. Thomas
Robinson Archit. URL https://www.thomasrobinsonarchitects.co.uk/blog/how-
architects-work-and-use-computer-aided-design-a-no-jargon-guide-for-clients
(accessed 5.30.24).
Idedhyana, I.B., 2017. Desain Parametrik Pada Perancangan Arsitektur. J. Tek. Gradien 9,
145–156.
Irvansyah, Muchlis, N., Suryawan, W.A., 2022. Analysis Of The Bim Implementation
Competencies Of Building Cluster Vocational High School Students In The East Java.

Stephanus Wirawan Dharmatanna, Elvina Shanggrama Wijaya DOI: https://doi.org/10.33005/border.v6i1.756
28
BORDER Jurnal Arsitektur, Vol. 6 No.1 , June 2024
Bord. J. Arsit. 4, 95–108.
Lubis, A.S., 2022. Tingkat Kebutuhan Fasilitas Digital pada Studio Arsitektur untuk
Meningkatkan Produktivitas Mahasiswa Arsitektur di Era Digital. J. Teknol. Dan Ilmu
Komput. Prima Jutikomp 5, 49–53. https://doi.org/10.34012/jutikomp.v5i1.2814
Putra, R.A., 2018. Peran Teknologi Digital dalam Perkembangan Dunia Perancangan
Arsitektur. Elkawnie J. Is lam. Sci. Technol. 4, 67–78.
https://doi.org/10.22373/ekw.v4i1.2959
Raihan, M., Kusuma, H.E., Zr, D.L., 2023. Identifikasi Kesulitan Mahasiswa dalam
Penyelesaian Tugas Studio Perancangan Arsitektur Berdasarkan Tingkat Semester.
Arsir 7, 244–255. https://doi.org/10.32502/arsir.v7i2.7352
Satwiko, P., 2016. Arsitektur Digital. Penerbit UAJY, Yogyakarta.
Setiadi, W., Purwanto, L.M.F., 2021. Teknologi Digital pada Pendidikan Arsitektur di Era
Industri 4.0. JoDA J. Digit. Archit. 1, 42. https://doi.org/10.24167/joda.v1i1.3681
Sunarya, W., Seputra, J.A.P., Zakariya, A.F., 2023. Parametric modeling practice for the first-
year architecture students learning. ARTEKS J. Tek. Arsit. 8, 293–304.
https://doi.org/10.30822/arteks.v8i2.2189
Wahyuningrum, S., Sudarwanto, B., 2017. Peran Gambar Sketsa Arsitektur Untuk Menggali
Karakter Disain Bangunan Dalam Kerangka Pengembangan Pelestarian Kawasan.
Modul 17, 36. Https://Doi.Org/10.14710/Mdl.17.1.2017.36-41