JoDA-Journal of Digital Architecture ● Volume 1 ● No 1 ● September 2021
3
e-ISSN: 2798-6896
PENGARUH INDUSTRI 4.0 DALAM PERKEMBANGAN
ARSITEKTUR DIGITAL

Stephanus Evert Indrawan
1,2*
, Prasasto Satwiko
3

1. Program Studi Doktor Arsitektur Digital, Fakultas Arsitektur dan Desain,
Universitas Soegijapranata, Semarang
2. Program Studi Arsitektur, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Ciputra, Surabaya
3. Program Studi Arsitektur Universitas Atmajaya Yogyakarta, Yogyakarta

*Correspondent Author: [email protected]
Tgl masuk naskah: 27-05-2021 • Tgl review I: 27-07-2021 • Tgl revisi: 03-08-2021• Tgl review II: 07-08-2021
Tgl terbit 06-09-2021

DOI: 10.24167/joda.v1i1.3492

Abstrak: Perkembangan teknologi saat ini sedang berubah sejalan dengan paradigma
Industri 4.0. Ada tiga perkembangan signifikan: teknologi rekayasa, teknologi digital,
teknologi biologi dan medis. Kondisi ini niscaya akan mempengaruhi praktik pendidikan
dan praktik profesional, khususnya dalam Arsitektur Digital. Makalah ini akan membahas
perkembangan teknologi rekayasa yang memiliki pengaruh kuat pada Arsitektur Digital.
Perkembangan teknologi manufaktur menuntut arsitek memahami konsep fabrikasi
digital serta perkembangan perangkat lunak komersial dan open source yang semakin
spesifik untuk fungsi tertentu, seperti menemukan bentuk, mengoptimalkan struktur dan
kinerja bangunan. Penulisan ini akan melakukan studi literatur terkait pemahaman
industri 4.0, arsitektur digital, tektonik digital, fabrikasi digital, dan pengembangan
perangkat lunak arsitektural. Melalui tulisan ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang
merupakan pendukung dan yang menjadi tantangan dalam penggunaan arsitektur digital.

Kata Kunci: industri 4.0, arsitektur digital, tektonika digital, fabrikasi digital

Abstract: Nowadays, Technological developments are currently changing in line with the
Industry 4.0 paradigm. There are three significant progress: engineering technology,
digital technology, and biological and medical technology. This condition will undoubtedly
affect educational practice and professional practice, especially in Digital Architecture.
This paper will discuss developments in engineering technology that have had a strong
influence on Digital Architecture. The result of manufacturing technology requires
architects to understand the concept of digital fabrication and the development of
commercial and open-source software that are increasingly specific for certain functions,
such as finding shapes and optimizing building structures and performance. This writing
will conduct literature studies related to understanding industry 4.0, digital architecture,
digital tectonics, digital fabrication, and architectural software development. This paper
concludes with factors that support and become challenges in the use of digital
architecture.

Keywords: industry 4.0, digital architecture, digital tectonics, digital fabrication
1. Latar Belakang dan Tujuan
Konsep Industri 4.0 pada pada awalnya digunakan
untuk menjelaskan perkembangan industri modern
yang terjadi di negara Jerman[1].Fase industri
modern pertama telah dimulai sejak akhir abad 18
atau sejak dimulainya industri berbasis mesin uap,
kemudian dilanjutkan pada fase kedua dengan
industri yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah
banyak dan menggunakan tenaga tenaga listrik. Fase
ketiga dimulai sekitar tahun 1970 dimana industri

JoDA-Journal of Digital Architecture ● Volume 1 ● No 1 ● September 2021
4
e-ISSN: 2798-6896
melibatkan sistem automatisasi dan jaringan internet.
Saat ini dunia industri telah memasuki fase keempat
atau kita sebut sebagai Industri 4.0. Salah satu
karakter industri ini adalah melibatkan cyber physical
systems (CPS). Teknologi ini melibatkan berbagai
macam jenis data dan menuntut pengetahuan yang
terintegrasi bagi pelakunya. Dimana hal ini diperlukan
untuk menjawab kebutuhan industry masa kini yang
sangat dinamis dan menuntut efektifitas maupun
efisiensi yang tinggi. Industri 4.0 ini juga mencakup
berbagai teknologi maju lainnya seperti Radio
Frequency Identification (RFID), Enterprise Resource
Planning (ERP), Internet of Things (IoT), cloud-based
manufacturing dan berbagai pengembangan produk
yang berorientasi sosial lainnya. [2]. Dalam
penjelasan selanjutnya akan dijelaskan relasi antara
Industri 4.0 dengan perkembangan Arsitektur Digital
dengan kemajuan fabrikasi digital dan software
penunjangnya. Secara umum trend teknologi Industri
4.0 dapat dikelompokan menjadi tiga domain besar
yakni teknologi engineering, teknologi digital dan
teknologi terkait biologi maupun kedokteran [3].
Terdapat 4 temuan utama dalam bidang Teknologi
Engineering yakni autonomous vehicles, 3dprinitng,
advance robotics dan material baru. Dalam teknologi
Digital ada aplikasi Internet of Things (IoT) yang
semakin maju, sehingga dikenal sebagai Internet of all
Things dimana manusia dapat terkoneksi satu sama
lain. Melihat majunya fenomena Industri 4.0 ini maka
penulisan ini bermaksud untuk mengeksplorasi
relevansi kemajuan teknologi dengan perkembangan
arsitektur diranah digital.
2. Metode Penelitian
Metode Metode yang digunakan dalam penulisan ini
adalah tinjauan segenap pustaka yang memiliki tema
relevan. Studi Pustaka merupakan serangkaian
kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan
data, membaca refrensi dari buku jurnal maupun
sumber yang terkait dan mengolahnya sebagai bahan
penelitian [4] Sesuai dengan pendapat dari Mardalis,
studi Pustaka dapat dirtikan sebagai aktivitas
mengumpulkan dokumen, buku, media cetak maupun
segenap dokumen sejarah terkait [5]. Dimana
didalamnya terdapat berbagai teknik untuk
mengumpulkan data-data lewat penelusuran buku
refrensi, literatur, jurnal hasil penelitian yang terkait
dengan masalah penelitian yang ingin dikerjakan [6].
Studi Pustaka juga dapat dipahami sebagai kajian
teoritis, refrensi yang relevan dan literatur ilmiah yang
berhubungan dengan budaya, nilai maupun norma
yang ada dalam lingkungan sosial obyek penelitian [7].
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah
menentukan topik, eksplorasi dan ekstrak informasi,
menentukan fokus penelitian, mengumpulkan data dari
berbagai sumber, menyajikan data dan menyusun
kesimpulan. Instrumen dari pengumpulan data adalah
dengan mencari segenap informasi mengenai hal
maupun variabel dari berbagai jurnal, literatur,
makalah dan lain sebagainya [8].
3. Tinjauan Pustaka
Dalam kajian Pustaka ini akan dibahas beberapa hal
yang mempengaruhi perkembangan praktik maupun
pendidikan Arsitektur masa kini. Kajian ini akan
diawali dengan definisi arsitektur digital,
perkembangan perangkatnya, pemanfaatan aplikasi
yang mempengaruhi pemahaman arsitek terhadap
makna tektonis.

3.1. Arsitektur Digital
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Arsitektur
adalah 1 seni dan ilmu merancang serta membuat
konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya; 2
metode dan gaya rancangan suatu konstruksi
bangunan. Digital adalah berhubungan dengan
angka-angka untuk sistem perhitungan tertentu;
berhubungan dengan penomoran. Sehingga dari
penjelasan ini dapat dipahami bahwa arsitektur
digital tidak hanya sebatas proses menggambar yang
hanya menggunakan komputer, namun melibatkan
penggunaan produk Teknologi Komunikasi dan
Informasi dalam sebuah proses perancangan
arsitektur secara menyeluruh. Dalam praktek
Arsitektur Digital komputer tidak hanya dimanfaatkan
sebagai alat bantu dalam mengelola gambar namun
juga dimanfaatkan sebagai perpanjangan otak
perancang dalam berfikir, melakukan evaluasi dan
mengambil keputusan. Dari pemahaman ini maka
tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan industri
modern akan sangat mempengaruhi dunia Arsitektur
terutama dari aplikasi Digital.
3.2. Pengaruh Pemanfaatan Aplikasi Digital kedalam
perkembangan pemahaman Tektonika
Praktek arsitektur tidak terlepas dari pemahaman
tektonika. Tektonika merupakan istilah yang berasal
dari Bahasa Yunani yang memiliki arti tukang atau
tukang kayu. Secara konseptual, desain arsitektur
terkait dengan sifat struktur dan material. Perubahan
simbiosis antara arsitektur dan struktur dapat
dimaknai sebagai salah satu pengaruh formatif yang
membedakan konsep tektonika dalam era yang
berbeda juga [9]. Teknologi dan teori terkait desain
digital [10] memberikan makna baru dalam
pemahaman tektonika dari sisi teknologi digital.

JoDA-Journal of Digital Architecture ● Volume 1 ● No 1 ● September 2021
5
e-ISSN: 2798-6896
Digital telah menjadi media dan perangkat yang
mampu untuk mengintegrasikan, memberikan ruang
mediasi dan membantu dalam memberikan alternatif
solusi tektonis seperti mengakomodasi visualisasi
material dan mendukung pemahaman ruang secara
virtual, menunjukan aspek-aspek fisika bangunan
termasuk deformasi bentukannya, mengkaitkan
pemahaman ketukangan dengan permesinan modern
dari sudut pandang digital, menghubungkan proses
perancangan dengan proses fabrikasi digital sebagai
satu kesatuan. “technological possibilities afforded by
the digital realm”[11], mendukung proses eksplorasi
bentukan baru melalui teknologi digital sehingga
memungkinkan perancang untuk mengadopsi bentuk
alam dalam level pemahaman yang berbeda, dan
memungkinkan perancang untuk terlibat dalam
mencari konsep smart material untuk mendukung
perancangan bangunan yang adaptif.
3.3. Perkembangan Perangkat dalam Perkembangan
metode menggambar dalam Arsitektur
Penulisan ini akan diawali dengan sejarah
perkembangan perangkat Arsitektur Digital. Menurut
Robin Evans, Arsitek tidak membuat bangunan
melainkan membuat gambar mengenai bangunan.
Oleh sebab itu gambar merupakan medium utama
bagi Arsitek dalam mengorganisasikan ide, sumber-
sumber refrensi penunjang, pemahaman ruang dan
informasi lainnya.[12]. Proses praktek menggambar
dalam arsitektur dapat dibagi menjadi 2 [13], pertama
proses additive Tahap ini dapat dikenali sebagai
tahapan menggambar secara tradisional atau secara
manual. Proses ini sangat bergantung pada
penggunaan perangkat gambar seperti pensil
maupun penggaris. Metode menggambar perspektif
merupakan salah satu metode awal bagi arsitek di
jaman Renaissace untuk menyampaikan ide,
selanjutnya metode ini berkembang menjadi metode
untuk menggambar teknik atau multiview atau
ortographics drawing yang dtemukan leh ahli
matematika prancis bernama Gaspard Monge[14].
Proses ini memiliki keterbatasan dimana produk yang
dihasilkan sangat tergantung pada kemampuan
kognitif dari pelakunya sehingga sangat
mempengaruhi penyampaian informasi, proses ini
juga tidak bisa menggambarkan aspek fisik yang
mempengaruhi keberadaan bangunan seperti
gravitasi maupun gaya eksternal struktur. Dari sisi
teknologi digital, proses ini lebih mirip sebagai proses
menggambar berbasis CAD (Computational Aided
Drawing). Pada proses ini mouse dan computer
dianggap sebagai perpanjangan tangan dari Arsitek.
Kedua Proses Associative Tahapan ini merupakan
tahapan dimana arsitek berusaha untu menjelaskan
informasi melalui berbagai urutan gambar
(selanjutnya dikenal sebagai animasi). Pada tahun
1960, Arsitek Peter Eisenman menyampaikan
informasi mengenai bangunannya melalui diagram
yang dikenal sebagai proses Operasi Geometri
(Geometric Operation). Pada abad 19, Anthonio Gaudi
menggunakan model untuk menjelaskan perilaku
struktur dan mencari bentukan yang dikenal sebagai
proses Descriptive Geometry. Proses yang serupa juga
dilakukan oleh Arsitektur modern seperti Frei Otto
dengan nama Form Finding Process. Proses ini
berusaha menjelaskan informasi non statis yang tidak
bisa dicapai melalui gambar manual. Dari sisi
teknologi digital, proses ini merupakan proses
pemanfaatan perangkat komputer sebagai alat untuk
merancang, menghitung dan mengambil keputusan.

4. Perkembangan Software
Sudah lebih dari 25 tahun perkembangan pembuatan
software untuk kebutuhan dalam praktek Arsitektur.
Kegiatan pengembangan software arsitektur tidak
dianggap sebagai salah satu hasil dari produk
perancangan software semata, namun sudah
dipertimbangkan sebagai disiplin ilmu yang serius. Hal
ini juga ditunjang dengan semakin majunya teknologi
Internet dan keterlibatan yang aktif dari Arsitek dalam
membangun software [15]. Menurut perjalanan
sejarah perkembangannya, software arsitektur
mengalami 5 fase evolusi :
4.1. Fase Monolithic (1980) : Modules, Information
Hiding. Merupakan masa pengembangan sistem,
perangkat lunak bukanlah sebagai disiplin ilmu
namun sudah diakui sebagai pelopor untuk desain
yang bersala besar. Teknik pengembangan sudah
memanfaatkan modul-modul untuk mengarah pada
desain struktural.[16]
4.2. Fase Distributed (1990) : Views, Stakeholders,
Styles, Assessment. Terjadi peningkatan kompleksitas
sistem dalam mengambil keputusan desain. Pada
masa ini, software mengenalkan teknik untuk
mengenali lingkungan yang kompleks, yakni
penggunaan viewpoints dan views [17]
4.3. Fase Internet-Connected (2000) : NFRs,
Agility, Decisions. Sistem ini memasuki tantangan
baru yang mempertimbangkan faktor non fungsional
(NFR : Non Functional Requirements) seperti skala
penggunaan software, keamanan penggunaan dan

JoDA-Journal of Digital Architecture ● Volume 1 ● No 1 ● September 2021
6
e-ISSN: 2798-6896
performa dalam penggunaannya). Tuntutan pasar
semakin cepat dan tinggi. [15]

4.4. Fase Internet Native (2010) : Evolution,
Sustainability, Principles. Pada fase ini Internet
menjadi sebuah sistem dan bukanlah bagian yang
terpisah. Software dituntut untuk mampu bergabung
dengan platform yang berbeda baik online maupun
offline dan sementara patform software pada era ini
sudah semakin unik dan individual. [15]
4.5. Fase Intelligent Connected (2010 – sekarang)
Pada masa ini Artificial Intellegence atau kecerdasan
buatan sudah menjadi lazim[18]. Jaringan internet
untuk mengakses sudah dapat diandalkn sehingga
diharapkan ada “bantuan cerdas” bagi pengguna yang
akan disediakan oleh pengembang software.
Berdasarkan penjelasan perkembangan software
arsitektur diatas maka dapat bahwa sistem dan
lingkungan komputer sudah berubah jauh oleh sebab
itu pengembang software Arsitektur dan Arsitek juga
dituntut untuk mengantisipasi hal ini. Pada tabel
terlihat prediksi masa depan software Arstektur [15]
Oleh sebab itu untuk pengembangan Arsitektur
Digital dibutuhkan pengetahuan digital maupun
arsitektur yang progresif dari sisi teknologi maupun
segala kemungkinan lainnya. Rivka Oxman bahkan
mengklaim bahwa Arsitektur Digital merupakan
disiplin ilmu yang berdiri sendiri, dimana disiplin ini
akan mampu menginspirasi dan mendukung segala
kemungkinan untuk menimbulkan pendekatan
proyek-proyek yang baru [10].
Tabal 1: Kecenderungan evolusi software
Arsitektur[15]
Less More
Structural Design Data and Algorithm
Design
Defined Structure Emergent Runtime
Structure
Decisions Principles, Policies,
Algorithms
Certainty Probability
Operational Process Operational Policy and
Automation
Capex Opex


5. Aplikasi Fabrikasi Digital dalam karya Arsitektur
Digital
Salah satu tema yang terkait dalam Arsitektur digital
adalah Fabrikasi Digital. Fabrikasi digital memiliki
kemampuan untuk mendokumentasikan proses
arsitektur melalui desain digital dan mengkaitkannya
dengan penggunaan mesin-mesin fabrikasi digital
seperti 3d printer, CNC milling, lasercut maupun
peralatan lain yang didukung oleh robot. Terdapat 5
kategori yang disebutkan oleh Iwamoto, yaitu
Sectioning, Tessellating, Folding Contouring dan
Forming [19], yakni :
Sectioning adalah bagian dari sejarah konstruksi.
Metode ini biasa digunakan untuk membangun
permukaan pesawat terbang dan industri pembuatan
kapal. Bentuk pesawat terbang dan bangunan kapal
pertama-tama didefinisikan sebagai bagian sebagai
rangkaian elemen konstruksi. Metode ini diadopsi
oleh Le Corbusier untuk mempelajari konstruksi Atap
Ronchamps. Ini dapat dilihat pada model kertas
Ronchamp selama studi konstruksi internalnya. Karya
Frederick Kiesler juga terkait dengan konteks fabrikasi
digital, terutama untuk bentuk yang tiada habisnya.
Greg Lynn menggunakan metode pembagian yang
dibuat secara digital sebagai metodologi desainnya
yang berpengaruh dan legendaris. Dari penjelasan
tersebut, Iwamoto secara gamblang menjelaskan
bahwa terdapat keterkaitan sejarah antara fabrikasi
digital dengan evolusi bentuk pada awal era modern.
Arsitek SHoP mempresentasikan metode sectioning
dalam bentuk kombinasi yang baik dan elevasi
persepsi. Proyek ini memenangkan program Arsitek
muda P.S.1. Instalasi ini dibangun dan dirancang
sendiri oleh arsitek. Pemandangan bukit pasir adalah
elemen lanskap arsitektural, dibangun oleh rangkaian
paralel dan tumpukan kayu. Metodologi ini
sepenuhnya digerakkan oleh digital, para pekerja
manual perlu memotong, merakit, dan
mengencangkan sambungan selama proses
konstruksi sebenarnya. Karya-karya Mafoombey juga
merupakan contoh bagus dari metode pembagian
yang berhubungan dengan fungsi. Mafoombey
membuat instalasi dari karton bergelombang. Bentuk
bangunan adalah ruang melengkung bebas yang
dibangun dengan tumpukan karton. Seluruh 360 lapis
karton tujuh milimeter dipotong dengan mesin
pemotong terkontrol yang dioperasikan di bawah
komputer. [20]

JoDA-Journal of Digital Architecture ● Volume 1 ● No 1 ● September 2021
7
e-ISSN: 2798-6896

Gambar 1. Karya Mafoombey, melalui pendekatan
Sectioning


Gambar 2. Karya SHoP, melalui pendekatan Sectioning

Tessellation adalah bentuk kumpulan yang diterapkan
pada suatu bentuk atau permukaan. Tessellation
dikenal selama Romawi kuno dan Kekaisaran
Bizantium ke dinding layar Arsitektur Islam untuk
menyaring cahaya, menentukan ruang atau
menyampaikan makna simbolis. Tessellation sangat
erat kaitannya dengan budaya kerajinan tangan dan
fabrikasi digital memberikan sudut pandang yang
berbeda untuk menghasilkan karya keramik. Dengan
bekerja secara digital, pengguna dapat memproduksi
modul nonkonvensional dan tidak bergantung pada
fabrikasi standar. Iwamoto membawa penjelasan
tentang definisi tessellation ke level lain, karya digital
mengurangi kendala pekerjaan tangan.
Mengaplikasikan material pada permukaan lengkung
menjadi dapat diprediksi dan menciptakan proses
fluida. Penjelasan ini membuat pembaca menyadari
bahwa tessellating dapat menjadi relevansi untuk
kompleks bangunan skala besar. Kubah geodesik
Buckminster Fuller adalah salah satu contoh awal
bagaimana prinsip tessellation diterapkan pada objek
berskala besar. Strukturnya ringan dan dirancang
untuk produksi massal. Pada tahun 2007, Brennan
Buck mendesain prototipe skala hidup yang dibangun
dengan lengkungan ganda, dirancang secara digital
tetapi teknologi fabrikasi sepenuhnya standar.
Instalasi ini terdiri dari empat belas ratus panel datar
yang dipotong secara unik dan menciptakan
permukaan melengkung yang elegan dan mulus.
Bucks menyajikan studi kaleidoskopik tentang pola
tiga dimensi dalam pendekatan yang tidak
konvensional.[20]

Gambar 3. Formasi Batu Bata yang disusun oleh
Robot, karya Mathias Kohler [19]

Gambar 4. Geodesic Dome, karya Buckminster
Fuller [19]
Folding adalah teknik yang ampuh untuk mengubah
permukaan datar menjadi bentuk tiga dimensi.
Struktur lipat memiliki kemampuan untuk menopang
diri sendiri dan struktur bentang lebar. Prinsip melipat
telah dianut oleh arsitek selama lebih dari lima belas
tahun dan Iwamoto menjelaskan prinsip ini dalam
ruang lingkup operasi material. Karya Chris Bosse
menjelaskan penerapan prinsip melipat sebagai
instalasi origami yang dirancang secara digital. Setiap
modul origami terbuat dari karton.[20]

JoDA-Journal of Digital Architecture ● Volume 1 ● No 1 ● September 2021
8
e-ISSN: 2798-6896



Gambar 5. Origami Pavilion, karya Chris Bosse[19]

Contouring adalah metode menumpuk permukaan
datar untuk membuat objek 3d. Fabrikasi digital
memungkinkan metode ini untuk mengubah gagasan
kerajinan tangan dalam praktik yang tidak ortodoks.
Karya Erwin Hauer didukung oleh prinsip yang
dinamakan Bone Wall. Karya ini adalah sekelompok
objek bentuk sel yang harus dideformasi sepanjang
komposisi bentuk umum. Setiap bentuk memiliki
skala dan bentuk yang berbeda-beda. [20]

Gambar 6. Bone Wall, karya Erwin Hauer: [19]

Forming adalah metode menggabungkan beberapa
teknik yang telah dijelaskan sebelumnya ke dalam
proyek Arsitektur. Berikut contoh tahapan
peaplikasian metode fabrikasi digital kedalam sebuah
proyek dari UN Studio architects. Dari penjelasan
Iwamoto, dapat dipahami prinsip-prinsip fabrikasi
digital dan menggunakannya sebagai landasan ilmu
pendukung untuk mengembangkan pendekatan
desain digital.[20]

Gambar 7. 3D Model awal dari bangunan
Music Theater di Graz,
menjelaskan konsep awal dari ruang yang
transparan, organis dan fleksibel [19]


Gambar 8. Aplikasi kedalam bentukan
sesungguhnya : transparan, terlihat samar elemen
organis dan fleksibel [19]

6. Pembahasan Hasil
Melalui penjelasan diatas dapat terlihat bahwa
perkembangan revolusi indstri sudah demikian
pesatnya terutama dalam dunia arsitektur.
Pekembangan software yang pada awalnya hanya
sebagai alat bantu sudah berkembang menjadi alat
untuk merancang[15].Proses yang dilakukan melalui
aplikasi digital lebih luwes dibandingkan dengan
proses konvensional karena perangkat komputer
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan. Aplikasi
simulasi digital cenderung lebih unggul dibandingkan
dengan simulasi fisik karena laboraturium fisik lebih
mahal, aplikasi digital dari sudut finansial lebih
murah, jumlah tenaga kerja bisa lebih sedikit dan
prosesnya ditergantunga pada skala maupun
lingkungan. Dilihat dari majunya perkembangan
software, pada saat ini begitu banyak pilihan begitu
beragam mulai dari software open source, freeware
maupun dengan cara berlangganan. Simulasi
bangunan tidak hanya sebagai media untuk
berkomunikasi dengan klien namun sudah menjadi
sebuah media untuk menyajikan data dalam
menunjukan performa bangunan, struktur bangunan
sampai ke metoda fabrikasi[12]. Faktor yang menjadi
tantangan dalam simulasi bangunan adalah pertama
kebanyakan program studi arsitektur tidak
memberikan dasar pengetahuan yang cukup terkait
matematika lanjut, aerodinamika, perpindahan

JoDA-Journal of Digital Architecture ● Volume 1 ● No 1 ● September 2021
9
e-ISSN: 2798-6896
panas, fluida kedua Simulasi bangunan belum
memberikan keuntungan yang cukup, masih dianggap
sebagai bonus dalam jasa arsitektur ketiga software
dibuat oleh ahli dan kondisi yang berbeda dengan
Indonesia sehingga ada perbedaan data iklim dan
bahan bangunan. Paradigma arsitek dalam
merancang melalui pendekatan digital tidak lagi
terbatas pada gambar namun juga menyajikan data
dan konsep fabrikasi material yang tidak terpisahkan.
Oleh sebab itu kondisi ini merubah paradiga arsitek
dalam merancang
7. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat terlihat bahwa
perkembangan Industri 4.0 atau perkembangan
Industri modern sangat berdampak pada
perkembangan Arsitektur Digital. Dimana faktor-
faktor yang mempengaruhi pemahaman samapi
peralatan penunjang juga telah berevolusi.
Perubahan ini adalah sebuah keniscayaan yang dapat
disadari atau tidak telah mempengaruhi dalam
praktek berarsitektur. Arsitek masa kini dan masa
depan tidak hanya dituntut untuk dapat
berkomunikasi melalui gambar maupun teks,
kemampuan untuk memahami informasi teknologi
juga diperlukan. Secara skematik penjelasan dapat
disimpulkan seperti pada tabel di lembar lampiran.

Pustaka

[1] V. Roblek, M. Meško, and A. Krapež, “A
Complex View of Industry 4.0,” SAGE Open,
vol. 6, no. 2, 2016, doi:
10.1177/2158244016653987.
[2] D. Lukac, “The fourth ICT-based industrial
revolution ‘industry 4.0’ - HMI and the case
of CAE/CAD innovation with EPLAN P8,”
2015 23rd Telecommun. Forum, TELFOR
2015, pp. 835–838, 2016, doi:
10.1109/TELFOR.2015.7377595.
[3] K. Schwab, “The fourth industrial
revolution,” Penguin Books. Penguin Books,
2016, doi: 10.4337/9781786430328.00006.
[4] M. Zed, Metode peneletian kepustakaan.
Yayasan Obor, 2008.
[5] Mardalis, Metode penelitian: suatu
pendekatan proposal. Bumi Aksara, 1995.
[6] M. Nazir, Metode penelitian. Ghalia
Indonesia, 1985.
[7] Sugiyono, “Metode Penelitian,” Metod.
Penelit., 2015.
[8] S. Arikunto, Prosedur penelitian: suatu
pendekatan praktik. Rineka Cipta, 1992.
[9] R. Oxman, “Informed tectonics in material-
based design,” Des. Stud., vol. 33, no. 5, pp.
427–455, 2012, doi:
10.1016/j.destud.2012.05.005.
[10] R. Oxman, “Theory and design in the first
digital age,” Des. Stud., vol. 27, no. 3, pp.
229–265, 2006, doi:
10.1016/j.destud.2005.11.002.
[11] T. Dufva and M. Dufva, “Grasping the future
of the digital society,” Futures, vol. 107, no.
November, pp. 17–28, 2019, doi:
10.1016/j.futures.2018.11.001.
[12] R. Evans, Translations from Drawing to
Building and Other Essays (AA Documents).
1986.
[13] A. Tedeschi, AAD Algorithms-Aided Design:
Parametric Strategies Using Grasshopper.
2014.
[14] J. Sakarovitch, “Gaspard Monge Founder of
‘Constructive Geometry,’” Proc. Third Int.
Congr. Constr. Hist., no. May, pp. 1293–1300,
2009.
[15] D. E. P. and A. L. Wolf, “Foundations for the
study of software architecture,” SIGSOFT
Softw. Eng. Notes ACM SIGSOFT Softw. Eng.
Notes, vol. 17, no. 4, pp. 40–52, 1992.
[16] D. L. Parnas, “On the criteria to be used in
decomposing systems into modules,”
Commun. ACM Commun. ACM, vol. 15, no.
12, pp. 1053–1058, 1972.
[17] ISO/IEC/IEEE, “Systems and software
engineering: architecture and description =
Ingénierie des systèmes et du logiciels:
description architecturale,” 2011.
[18] I. Amazon Web Services, “‘Amazon Machine
Learning - Predictive Analytics with AWS,’
Amazon Web Services, Inc.,”
https://aws.amazon.com/machine-
learning/., 2016. .
[19] L. Iwamoto, Digital fabrications :architectural
and material techniques. 2010.
[20] S. E. Indrawan, “Digital Fabrication,
Architectural and Material Techniques
Iwamoto, Lisa,” Int. J. Creat. Arts Stud., vol. 3,
no. 1, pp. 87–91, 2017, doi:
10.24821/ijcas.v3i1.2074.