3.
550 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
D
AM
PAK IMPLEMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KELAS
RANGKAP TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS II DAN III DI SD
NEGERI GARI II WONOSARI
THE IMPACT OF THE LEARNING IMPLEMENTATION OF THE MULTI GRADE TEACHING
TOWARD ACADEMIC ACHIEVEMENT OF STUDENT IN CLASS II AND III AT SD N GARI
WONOSARI
Oleh: Rosyid Hidayat, Universitas Negeri Yogyakarta
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dampak implementasi pembelajaran kelas rangkap (PKR)
terhadap prestasi belajar siswa kelas II dan kelas III di SD Negeri Gari II. Jenis Penelitian ini yaitu penelitian
deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, Guru Kelas Rangkap, dan tiga orang
siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan cara
reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Dampak pembelajaran Kelas Rangkap terhadap proses pembelajaran di
SD Negeri Gari II Wonosari yaitu: 1) perencanaan pembelajaran telah terlaksana dengan cukup baik meskipun
ada beberapa administasi guru yang belum lengkap; 2) persiapan pembelajaran telah terlaksana dengan baik
karena fasilitas, sarana dan prasarana sekolah yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik; 3) pelaksanaan
pembelajaran telah sesuai dengan teori pembelajaran kelas rangkap; dan 4) evaluasi dilaksanakan mengunakan
soal atau instrumen yang berbeda sesuai dengan tingkatan kelas dan tujuan pembelajaran masing-masing
kelas.Dampak PKR terhadap prestasi belajar anak adalah baik karena adanya peningkatan nilai rata-rata siswa
dari masing-masing kelas. Pembelajaran kelas rangkap dapat meningkatkan prestasi belajar dan lebih mudah
diterapkan untuk kelas dengan jumlah siswa yang sedikit.
Kata kunci: Pembelajaran Kelas Rangkap
Abstract
This study aimed to describe the impact of the implementation of multigrade learning toward students’
achievement of class II and class III in SD Negeri Gari II. This type of research was descriptive qualitative
research. The subjects in this study were Principal, Teachers’ of multigrade learning, and three students. Data
collection was done by observation, interview, and documentation. Data were analyzed by data reduction, data
display, and conclusion. Technique examination of data validity used triangulation of source and triangulation
technique. The impacts of multigrade learning on the learning process in SD Negeri Gari II Wonosari were: 1)
learning planning has been done quite well even though there are some teachers’ administration that is not yet
complete; 2) the preparation of learning has been done well because of the facilities, tools and infrastructure of
schools in accordance with the needs of learners; 3) the implementation of learning has been in accordance with
multigrade learning theory; and 4) the evaluation was carried out using different problems or instruments
according to the grade level and the learning objectives of each class. The impact of multigrade learning on the
learning achievement of the children was good because of the increase in the average score of the students from
each class. Multigrade learning could improved
learning achievement and was easier to apply to classes with
fewer students.
Keywords: Multigrade learning
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan pendidikan di
Indonesia yang sudah sangat sering kita jumpai
adalah tentang masalah pemerataan dan
kurangnya tenaga pendidik. Berdasarkan “Data
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Gunungkidul
menyebutkan, jumlah tenaga PNS di Kabupaten
Gunungkidul pada tahun 2010 sebanyak 16.512
orang, tahun 2011 (15.996 orang), tahun 2012
sebanyak (15.051 orang), tahun 2013 (14.043
orang), tahun 2014 (13.456 orang), tahun 2015
(13.749 orang). BKD memastikan jumlah tenaga
PNS akan kembali menurun di tahun 2016.
Sebanyak 634 orang PNS memasuki masa

Dampak Implementasi Pendekatan ...
(Rosyid Hidayat) 3.551
pe
nsiun yang mayoritas tenaga pendidik”
(Kedaulatan Rakyat, 2016: 15). Berdasarkan
kutipan di atas dapat kita lihat bahwa Mayoritas
PNS yang akan pension adalah tenaga pendidik
yang di dalamnya termasuk guru. Fakta tersebut
membuktikan bahwa beberapa daerah di
Indonesia kekurangan tenaga pendidik.
Kekurangan jumlah tenaga pendidik
disebabkan oleh beberapa faktor seperti terus
meningkatnya angka guru PNS yang pensiun
setiap tahun. Meningkatnya angka guru yang
pensiun adalah imbas dari pengangkatan guru
menjadi PNS pada tahun 70-an akibat kurangnya
guru yang mengajar di SD-SD Inpres pada masa
itu. Sehingga dapat kita perkirakan pada tahun
2015
-2017 pensiunan guru PNS akan terus
meningkat karena guru-guru di era itu telah
memasuki usia pensiun sebagai PNS (60 tahun).
Kurangnya jumlah guru juga disebabkan oleh
tidak seimbangnya antara jumlah kebutuhan guru
di setiap daerah dengan jumlah penerimaan guru
PNS. Meskipun banyak lulusan sarjana
pendidikan di masa sekarang ini namun tidak
sedikit yang lebih memilih untuk tidak menjadi
guru. Alasan untuk tidak menjadi guru
dilatarbelakangi berbagai hal dari alasan
ekonomi, beban kerja, hingga tidak mau repot.
Salah satunya di SD Muhammadiyah Bogor,
Playen, Gunungkidul di sana ada dua pegawai
tidak tetap (PTT) yang berlatar pendidikan guru
sekolah dasar.
Kekurangan guru tidak hanya dialami oleh
daerah pelosok atau terpencil namun juga dialami
oleh daerah-daerah perkotaan. Untuk mengatasi
kekurangan jumlah guru beberapa sekolah
mengatasinya dengan mengangkat guru honorer
dengan menggunakan dana BOS maupun Bosda.
Kebijakan pengangkat guru honorer adalah solusi
yang efektif untuk mengatasi masalah kekurangan
tenaga pendidik. Akan tetapi, bagaimana dengan
sekolah yang kesulitan mendapatkan guru yang
honorer berkompeten karena letaknya yang
berada di daerah terpencil atau bahkan tidak
melakukan pengangkatan karena alasan-alasan
tertentu.

Kurangnya guru akan berakibat terhadap
terganggunya proses pembelajaran. Korbannya
adalah siswa dikarenakan proses pembelajaran
yang terganggu. Prestasi dan sikap yang ingin
ditanam pada diri siswa tidak akan tercapai secara
maksimal. Bahkan yang dijumpai di lapangan ada
jika tidak ada guru yang mengajar para siswa ada
yang bermain di luar kelas hingga sampai ada
yang masuk ke kelas lain pada saat jam pelajaran
sudah dimulai. Bisa kita contohkan yang terjadi
di SD Gari II jika tidak ada guru yang menunggui
kelas walapun telah diberikan tugas siswa sering
mencuri-curi kesempatan untuk keluar kelas
maupun mengunjungi kelas lain.
Begitu pentingnya masalah kekurangan guru
ini pemerintah tidaklah tinggal diam berbagai
upaya dilakukan mengatasi permasalahan
tersebut. Seperti diperbolehkannya menggunakan
dan
a BOS untuk mengangkat guru honorer
sampai adanya kebijakan re-gouping. Namun
pada praktiknya kebijakan-kebijakan yang
diambil tidak semuanya berdampak baik. Salah
satunya adalah program re-gouping sekolah. Re-
gouping dimaksudkan untuk mengatasi
kekurangan jumlah siswa dan guru pada suatu
sekolah.
Pada dasarnya kebijakan re-grouping
bertujuan untuk mengatasi masalah tidak
seimbangnya jumlah guru yang mengajar dengan

3.
552 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
jumlah siswanya. Terkadang jumlah guru untuk
mengajar setiap kelas kurang atau sebaliknya
jumlah siswanya hanya sedikit sedangkan jumlah
guru sudah terpenuhi. Meskipun telah
direncanakan dengan baik akan tetapi kebijakan
re-grouping pada kenyataannya memiliki
beberapa dampak yang tidak diharapkan. Sebagai
contohnya adalah yang dialami oleh SD Pakem 1.
Seperti yang dapat kita lihat bahwa meskipun
telah diperogram dengan baik namun dalam
pelaksanaannya re-grouping belum bisa
terlaksana dengan baik serta memunculkan
dampak-dampak yang tidak diharapakan.
Dampaknya tidak hanya dalam berkaitan dengan
proses pembelajaran serta sarana prasarana saja
namun juga dengan penggelolaan gedung yang
ditinggal menjadi terbengkalai. Selain hal-hal
tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa akan
ada yang kehilangan mata pencaharian bagi PTT
dan GTT. Mesikipun ada beberapa fakta bahwa
kebijakan re-grouping cukup efektif untuk
mengatasi kekurangan tenaga pendidik dan
menghemat biaya penganggaran pemerintah
daerah dan pusat. Namun ada baiknya perlu dicari
kebijakan lain, untuk mengatasi masalah
kekurangan tenaga pendidik.
Dari hasil wawancara dengan pihak SD
Negeri Gari II yang terletak di Desa Gari
Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi Yogyakarta. SD Negeri Gari II adalah
salah satu yang mengalami permasalahan
kekurangan tenaga pendidik atau guru karena
hanya memiliki 5 guru kelas untuk mengajar 6
kelas. Karena selain mengalami kekurangan
tenaga pendidik jumlah siswa di SD Negeri Gari
II kurang dari 100 sehingga termasuk salah satu
SD yang kemungkinan akan mengalami re-
grouping dalam waktu dekat. Dengan alasan
tersebut maka pihak sekolah tidak mengangkat
guru honorer dikarenakan ada kemungkinan
sekolah akan di-regroup. Sebagai gantinya kelas
yang tidak memiliki wali kelas terkadang diajar
secara bersamaan oleh satu guru. Pembelajaran
yang telah berjalan selama ini telah berjalan
cukup lancar. Dua kelas yang diajar bersamaan
oleh satu guru tersebut adalah kelas II dan kelas
III. Kelas II sebanyak 5 siswa dan kelas III
sebanyak 14 siswa. Kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas II dan III menggunakan
Pendekatan pembelajaran kelas Rangkap.
Pendekatan Pembelajaran Kelas Rankap pada
dasarnya adalah mengajar dua atau lebih kelas
yang berbeda pada waktu yang sama. .
Pelaksanaan Pembelajaran kelas rangkap di SD
Negeri Gari II membuat kegiatan pembelajaran di
kelas II dan III terlihat lebih tertib dan tertata
dibandingkan dengan kelas yang hanya diberi
tugas tanpa adanya guru yang membimbing
siswa.
Berdasarkan uraian di atas peneliti
berpendapat bahwa dengan melaksanakan
pembelajaran kelas rangkap suatu sekolah
diharapkan bisa melaksanakan kegiatan
pembelajran dengan efektif dan efisien meski
mengalami kekurangan tenaga pendidik. Melalui
pembelajaran kelas rangkap juga sekolah yang
mengalami kekurangan siswa tidak harus di re-
grouping dengan sekolah lain karena sekolah
hanya perlu mengurangi jumlah guru yang
mengajar. Guru yang tidak mengajar dapat
dipindahkan ke sekolah lain yang mengalami
kekurangan tenaga pendidik. Untuk mengetahui

lebih lanjut mengenai pelaksanaan pembelajaran
kelas rangkap di Sekolah Dasar (SD).
Penelitiaan yang relevan dengan penelitian
ini salah satunya yaitu Penelitian yang dilakuakn
Alif Maulana yang berjudul Studi Deskriptif
Model Pembelajaran Kelas Rangkap di (PKR) di
Sekolah Dasar.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data mengguna
kann trianggulasi. Pada penelitian
kulaitatif lebih menekank
an makna dari pada
generalisasi (Sugiyono, 2013: 15).
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Gari II,
Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Waktu penelitian yaitu pada bulan April –
Mei 2018.
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pihak-
pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
pembelajaran kelas rangkap di SD Negeri Gari II.
Di antaranya yaitu kepala sekolah, dua guru, dan
tiga
murid di SD Negeri Gari II.
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini berupa
deskripsi-deskripsi mengenai dampak
implementasi pembelajaran kelas rangkap
terhadap prestasi belajar anak pada siswa kelas II
dan kelas III di SD Gari II yang diperoleh melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Dampak Implementasi Pendekatan ...
(Rosyid Hidayat) 3.553
Instrumen
yang digunakan yaitu pedoman
observasi,
pedoman wawancara, dan pedoman
dokumentasi.
Pedoman tersebut digunakaan
untuk memudahkan peneliti dalam
mengumpulkan data. Pedoman dapat
dikembangkan dalam proses penelitian
disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.
Observasi yang dilakukan di SD Negeri
Gari II Wonosari dilakukan untuk mencari data
mengenai profil sekolah, program sekolah,
dampak implementasikan pembelajaran kelas
rangkap, faktor pendukung dan penghambat
implementasi pembelajaran kelas rangkap, serta
cara sekolah dalam mengatasi hambatan-
hambatan tersebut. Peneliti akan melakukan
kepada kepala sekolah, guru, dan siswa di SD
Negeri Gari II Wonosari. Pelaksanaan wawancara
akan dilakukan setelah menyusun panduan
wawancara. Meskipun apabila diperlukan
panduan dapat berubah sesuai dengan keadaan di
lapangan. Dokumentasi dilaksanaakan untuk
memperoleh data sebagai penguat terhadap hasil
wawancara dan obeservasi. Data hasil dari
dokumentasi berupa foto, profil sekolah, nilai
hasil belajar siswa dan data administrasi guru
kelas.
Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan deskriptif kualitatif.
Menelaah data yang didapat dari beberapa
sumber seperti hasil observasi pada saat
pembelajaran, dan wawancara. Analisis data
selama dilapangan meliputi pengumpulan data,
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.

3.
554 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
Data yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi dipilih mana yang
penting dan yang tidak perlu digunakan dalam
penelitian ini. Data yang telah direduksi
kemudian disajikan dan dikaji dengan teori yang
telah dibuat. Data yang telah diolah dan disajikan
tersebu
t kemudian akan ditarik kesimpulan yang
dapat menjawab fokus masalah atau rumusan
masalah dalam penelitian ini.

Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam
penelitian ini menggunakan teknik Triangulasi.
Triangulasi yang digunakan peneliti adalah
triangulasi
teknik dan triangulasi sumber.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pembelajaran kelas rangkap merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang dilakukan
dengan menggabungkan dua atau lebih kelas
dengan tingkat kemampauan yang berbeda dalam
satu pembelajaran. Sekolah dalam melaksanakan
PKR tentunya sudah melalui berbagai
pertimbangan yang matang dan persiapan yang
cukup sebelum menerapkan pendekatan
pembelajaran kelas rangkap. PKR dapat
mengatasi masalah kekurangan tenaga pendidik
karena dengan PKR siswa dengan tingkatan kelas
dan kemampuan yang berbeda dapat dijadikan
satu pembelajaran dan diajar oleh seorang guru.
Pendekatan PKR yang berbeda dengan
pembelejaran pada umumnya akan membawa
dampak terhdap peserta didik dan sekolah,
termasuk didalamnya terhadap prestasi belajar
siswa.
SD Gari II adalah salah satu sekolah yang
terletak di Kabupaten Gunungkidul. SD Gari II
menerapkan pembelajaran kelas rangkap untuk
kelas II dan kelas III. Berdasarkan hasil penelitian
terhadap informa kepala sekolah, guru,an siswa
SD Gari II serta dilakukan observasi dan
pengumpulan data dari beberapa dokumen maka
diperoleh informasi dan pembahasan sebagai
berikut:
1. Dampak Implementasi Pendekatan
Pembelajaran Kelas Rangkap terhadap
Pro
ses Pembelajaran di SD Negeri Gari II
a. Dampak terhadap Perencanaan
Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa SD Gari II melaksanakan PKR sejak tahun 2014/2015 dan menggunakan kurikulum 2006.
Kelas yang melaksanakan pembelajaran kelas
rangkap yaitu kelas II dan kelas III. Dalam
pelaksanaannya pembelajaran kelas rangkap
membutuhkan persiapan yang matang, baik dari
segi kondisi fisik sekolah, kemampuan guru, dan
hal-hal lain yang mendukung pembelajaran kelas
rangkap.
Hasil penelitian sesuai dengan salah satu
alasan mengapa pembelajaran kelas rangkap
diperlukan menurut Djalil ( 2011: 14-16) yaitu
adanya masalah demografis atau sekolah yang
mengalami kekurangan murid dan masalah
kekurangan guru dalam suatu sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian
teori dapat disimpulkan bahwa perencanaan
p
elaksanaan pembelajaran kelas rangkap di SD
Negeri Gari II meliputi penyusunan administrasi
pembelajaran dan penugaas guru mengajar
melalui SK mengajar. Dikarenakan kekurangan
siswa, kurangnya jumlah guru, masalah keuangan
sekolah, dan adanya rencana regrouping dari

Dampak Implementasi Pendekatan ...
(Rosyid Hidayat) 3.555
pemer
intah menjadi pertimbangan bagi SD Gari
II untuk melaksanakan PKR.
b. Dampak terhadap Persiapan Pembelajaran
Persiapan pembelajaran diperlukan sebelum
memulai pelaksanaan pembelajaran agar nantinya
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan
lancar. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
bahwa persiapan pelaksanaan PKR di SD Gari II
meliputi penyiapan RPP, pemilahan materi ajar,
persiapan pemberian tugas, dan pengkondisian
kelas, walupun ada beberapa hal yang masih
kurang yaitu tidak dibuatnya RPP setiap hari.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dibuat
oleh guru SD Gari II dijadikan satu antara
kelas 2 dan kelas 3 namun berbeda untuk maateri,
kegiatan , dan tugas yang diberikan.
Pengkondisian kelas yang dilakukan yaitu dengan
menggabungkan kelas 2 dan kelas 3 dalam satu
kelas namun duduknya masih dikelompokkan
perkelas. Dalam satu kelas terdapat dua tingkatan
kelas dan diajar dengan satu mata pelajaran yang
sama dalam suatu waktu.
Hasil penelitian sesuai dengan salah satu
model PKR menurut Udin S. Winataputra (1999:
27) yaitu model 211. Model 211 yaitu model
PKR dengan menggabungkan dua kelas menjadi
satu ruangan dan diajar dengan satu mata
pelajaran yang sama. Hal ini juga sesuai dengan
prinsip pembelajaran kelas rangkap menurut
Djalil (2011: 110
-111) yang salah satunya yaitu
keserempakan pembelajaran. Keserempakan
pembelajaran, dalam pembelajaran kelas rangkap
guru menghadapi beberapa kelas secara
bersamaan dengan kemampuan peserta didik
yang bermacam-macam,
Berdasarkan hasil penelitian kesiapan
kondisi fisik kelas di SD Gari II sudah
mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran
kelas rangkap. Ruang kelas cukup untuk berbagai
aktivitas pembelajaran seperti berdiskusi, berjalan
di kelas, dan bermain. Sarana dan prasarana yang
ada juga cukup lengkap untuk pross pembelajaran
seperti meja, kursi, papan tulis, almari, dan sarana
pendukung pembelajaran lainnya. Sarana dan
prasarana yang ada di sekolah juga sudah
dimanfaatkan cukup baik oleh guru dan siswa
dalam proses pembelajaran kelas rangkap.
Kondisi fisik kelas yang cukup baik akan
mendukung dalam proses pembelajaran kelas
rangkap.
Hasil penelitian sesuai dengan salah satu
prinsip pembelajaran rangkap menurut menurut
Djalil (2011: 110-111) yaitu pemanfaatan sumber
secara efisien. Pemanfaatan sumebr termasauk
pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah
dengan baik untuk menunjang proses
pembelajaran kelas rangkap. Dalam PKR,
pemanfaatan sumber secara efisien sangat penting
dilakukan agar pembelajaran dapat berjalan
maksimal. Menurut Oemar Hamalik (2010: 57-
64) menyebutkan salah satu teori pembelajaran
adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik
Mengorganisaasikan lingkungan atau menata
lingkungan dengan sebaik mungkin agar dapat
terciptanya kondisi belajar yang baik bagi peserta
didik. Lingkungan yang baik sangat diperlukan
untuk dapat mencapai keberhasilan proses
pembelajaran. kondisi fisik kelas dan sarana dan
prasarana yang ada di SD Gari II sudah cukup
memadai untuk pelaksanaan PKR dan sarana
prasarana yang ada sudah dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh guru dan siswa sehingga sudah

3.
556 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
dapat mendukung proses pembelajaran dengan
baik.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian
teori dapat disimpulkan bahwa persiapan PKR
yang dilakukan SD Gari II sudah cukup sesuai
dengan PKR seperti pengkondisian kelas dengan
menggabungkan dua kelas menjadi satu dan
diajar dengan satu mata pelajaran yang sama,
pembuatan RPP, pemilihan materi yang sesuai
dan persiapan pemberian tugas.
c.Dampak terhadap Pelaksanaan
Pembelajaran
Pelaksanaan
pembelajaran yang baik adalah
yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, efektif, dan efisien. Setiap guru
mempunyai cara yang berbeda-beda dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Dalam PKR
pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan
menggabungkan beberapa tingkatan kelas
menjadi satu pembelajaran. SD Gari II dalam
melaksanakan PKR menggabungkan kelas 2 dan
kelas 3 manjadi satu kelas.
Hasil penelitian sesuai dengan pengertian
PKR menurut Udin S. Winataputra (1999: 13)
yang menyatakan pengertian PKR adalah Seorang
guru menghadapi dua kelas atau lebih atau satu
kelas dengan dua atau beberapa kelompok murid
yang berbeda kemampuannya,untuk membimbing
belajar dalam satu mata pelajaran atau
lebihataubeberapa topik yang berbeda dalam satu
mata pelajarandalam satu atau lebih dari satu
ruanganpada jam pelajaran yang bersamaan.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan hal
yang sangat penting, karena pada tahap ini proses
pembelajaran berlangsung. Interaksi antara siswa
dan guru terjadi dan penyampaian materi ajar.
Pelaksanaan pembelajaran pada kelas biasa dan
pada PKR terdapat beberpa perbedaan yaitu pada
pembelajaran PKR dua kelas dijadikan satu
ruangan dan diajar oleh seorang guru. Dengan
adanya perbedaan ini, tentunya akan berpengaruh
pada pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi penelitiandapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
kelas rangkap di SD Gari II dilakukan pada kelas
2 dan kelas 3, dan dijadikan dalam satu ruangan
dengan diampu oleh seorang guru. Penyampaian
materi pembelajaran jika masih berhubungan
antar tingkatan kelas maka disampaikan secara
tematik, namun jika cukup jauh berbeda
disampaikan secara bergantian. Hal ini juga sudah
sesuai dengan prinsip pembelajaran kelas rangkap
menurut Djalil (2011: 110-111) yang salah
satunya yaitu keserempakan pembelajaran.
Dalam pembelajaran PKR di SD Gari II
guru juga menggunakan metode pembelajaran
yang bervariasi seperti ceramah, tanya jawab,
diskusi dan penugasan. Penggunaan metode
pembelajaran dan penugasan disesuaikan dengan
materi yang harus dikuasai siswa pada masing-
masing tingkatan kelas. Guru juga menggunakan
media pembelajaran untuk beberapa materi yang
dianggap perlu menggunakan media, selain itu
guru juga dapat membagi waktu dengan baik
dalam proses pembelajaran dan membimbing
kedua kelompok belajar. Pembelajaran kelas
rangkap juga mendapatkan tangapan yang baik
dari siswa yang dibuktikan dengan mereka
senang mengikuti pembelajaran kelas rangkap.
Hal ini sejalan dengan kajian teori yang
menyatakan bahwa guru harus dapat memilih
strategi pembelajaran yang sesuai. Menurut

Dampak Implementasi Pendekatan ...
(Rosyid Hidayat) 3.557
Sujar
wo (2011: 10) Strategi adalah suatu
penataan mengenai cara mengelola,
mengorganisasi, dan menyampaikan sejumlah
materi pembelajran untuk dapat mewujudkan
tujuan pembelajaran, Selain itu penggunaan
media juga sangat penting dalam pembelajaran.
Moh. Sholeh Hamid (2012: 149) mengemukakan
media adalah alat saluran komunikasi, yaitu
saluran komunikasi antara pendidik dengan
peserta didik dalam suatu pembelajaran. Medeia
yang digunakan di SD Gari II sudah cukup baik
dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan
adanya media pembelajaran materi dapat lebih
mudah dipahami anak. Guru juga dapat membagi
waktu dengan baik untuk kedua kelompok belajar
atau tingkatan kelas, hal ini sesuai dengan salah
satu prinsip pembelajaran kelas rangkap menurut
Djalil (2011: 110-111) yaitu kadar tinggi
keefektifan waktu. Pada PKR waktu harus dapat
digunakan seefektif mungkin oleh guru untuk
dapat menyampaikan materi ajar kepada keldua
kelas dalam satu pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian
teori dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan PKR
di SD Gari II sudah cukup sesuai dengan teori
yang ada yaitu PKR dilaksanakan dengan
menggabungkan dua kelas dan diajar oleh
seorang guru. Materi pembelajaran disampaikan
secara tematik untuk materi yang hampir sama
dan terpisah atau bergantian pada materi yang
bebeda. Guru juga sudah menggunakan berbagai
metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan
siswa. Media yang diguanakn guru cukup
sederhana namun sesuai dengan materi yang
diaj
arkan dan guru juga sudah dapat
memanfaatkan waktu dengan baik untuk kedua
kelas yang digabung menjadi satu.
Berdasarkan hasil penelitian keunggulan
PKR yaitu secara umum di SD negeri Gari II
yaitu dapat mengatasi masalah kekurangan guru
yang ada di SD Gari II. Pelaksanaan PKR dapat
mengatasi masalah kekurangan guru, karena pada
PKR seorang guru dapat mengajar dua kelas
sekaligus. Pelaksanaan PKR juga mempunyai
keunggulan lain yaitu dapat mengatasi masalah
keuangan yang ada di SD Gari II, dengan
digabungkannya dua kelas menjadi satu maka
biaya yang dikeluarkan sekolah untuk membayar
honor tenaga pendidik dapat lebih sedikit dan
dapat menghemat biaya belanja sekolah. Pada
pembelajaran PKR, siswa juga dapat terawasi
dengan baik karena guru tidak perlu berpindah
-
pindah ruangan kelas untuk mengajar. Siswa juga
merasa senang dengan PKR karena mereka dapat
mempunyai lebih banyak teman dan siswa yang
lebih paham dapat membimbing adik kelasnya
dalam proses pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan UNESCO (Udin S. Winataputra,
1999: 19) PKR mempunyai manfaat antara lain
yaitu siswa kelas yang lebih tinggi dapat
membantu siswa adik kelasnya yang pada
gilirannya akan memperkuat dirinya dalam
belajar. Manfaat lain PKR yaitu terbuka peluang
yang lebih leluasa untuk pembinaan saling
pengertian dan kerjasama antar siswa dari
berbagai usia/kelas. PKR juga dapat membuat
pembelajaran lebih efisien.
Berdasarkan penelitian di SD Negeri Garii
II dapat disimpulkan kelemahan pelaksanaan
pembelajaran kelas rangkap di SD Gari II yaitu
sebagai kurangnya pemahaman guru tentang
pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Guru
sudah memahami konsep awal PKR namun

3.
558 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
belum memahaminya secara lebih mendalam,
masih ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan.
Kurangnya pemahaman guru juiga disebabkan
karena sedikitnya referensi tentang pendekatan
pembelajaran kelas rangkap. Tidak terlalu banyak
buku yang membahas mengenai PKR yang dapat
dijumpai dengan mudah dan dipelajari oleh guru.
Kelemahan dari pembelajaran kelas rangkap
lainnya yaitu menambah administrasi dan
persiapan yang harus dilakukan guru. Mengajar
dua kelas dalam satu kelas tentunya
membutuhkan persiapan yang lebih banyak dan
matang. Kelemahan lainnya yaitu lebih sulit
dalam pengkondisian dan persiapan siswa. Guru
harus dapat membagi fokusnya untuk kedua
tingkatan kelas, jika guru tidak dapat
membimbing dengan baik maka siswa
pengk
ondisian kelas dapat terganggu.
d. Dampak terhadap Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk
menilai suatu objek dengan menggunakan suatu
instrument atau alat ukur. Evaluasi sangat
diperlukan untuk dapat mengetahui keberhasilan
suatu pembelajaran yang selanjutnya dapat
digunakan untuk peningkatan proses
pembelajaran guna mencapai tujaun pembelajaran
yang optimal. Evaluasi dalam pembelajaran dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan dengan
menggunakan instrument yang beragam. Pada
evaluasi proses pembelajaran sering digunakan
instrument soal, pengamatan, dan praktik.
Cara evaluasi dan pemberian tugas yang
diberikan oleh guru PKR di SD Gari II bentuknya
adalah tertulis dan pengamatan. Bentuk tugas
yang diberikan guru di SD Negeri Gari II yang
menerapkan pembelajaran kelas rangkap adalah
tugas kelompok, individu, dan PR. Secara umum
dilaksanakan bersamaan dalam satu ruang kelas
menyesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan. Setiap rombongan belajar diberikan
evaluasi dan tugas yang berbeda sesuai dengan
kurikulum dari masing-masing kelas termasuk
juga PR yang diberikan. Evaluasi pembelajaran
yang dilaksanakan berbeda untuk setiap kelas.
Hal ini sejalan dengan kurikulum dari setiap
jenjang kelas bahwa materi yang harus dikuasai
tiap jenjang kelas berbeda sehingga diperlukan
instrument evaluasi yang berbeda pula. Menurut
Sujarwo (2011: 9) kurikulum merupakan
seperangkat rencana kegiatan pembelajaran yang
berisi tujuan, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, dan penilaian dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Tatang M.
Amrin, dkk, (2013: 56) evaluasi juga dapat
difungsikan sebagai pengukur keberhasilan suatu
program.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian
teori diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
pembelajaran sangat penting dilakuakn untuk
mengetahui keberhasilan suatu proses belajar
mengajar. Evaluasi pembelajaran dilakukan
dengan berbagai cara dan instrument, dengan
tolak mukur sesuai dengan tujuan pembelajaran
masing-masing kelas. SD Gari II sudah
melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan
cukup baik dan menggunakan soal atau
instrument evaluasi yang berbeda untuk tiap
jenjang kelas dalam PKR sesuai dengan tingkatan
kelas dan tujaun pembelajaran masing-masing
tingkatan.

Dampak Implementasi Pendekatan ...
(Rosyid Hidayat) 3.559
2.Dampak Implementasi Pembelajaran
Kelas Rangkap terhadap Prestasi
Belajar Siswa
di SD Negeri Gari II
Hasil penelitan tentang pelaksanaan
pembelajaran kelas rangkap di SD Negeri Gari II
menunjukan bahwa:
a.Dampak PKR terhadap prestasi belajar anak
adalah baik karena adanya peningkatan
nilai rata- rata siswa dari masing-masing
kelas. Hal ini disebabkan karena pada PKR
dapat terjadi tutor sebaya,dan guru lebih
fokus dalam pembelajaran dan tidak
berpindah- pindah seperti saat dahulu
kekurangan guru dan tidak melaksanakan
PKR. Meningkatnya kinerja guru juga akan
berdampak pada prestasi belajar anak,
selain itu pada PKR dapat terjadi tutor
sebaya antara kelas yang lebih tinggi
dengan kelas yang lebih rendah. PKR juga
dapat memberikan dampak positif pada
kelas yang lebih tingi karena pada PKR
kelas yang lebih tinggi dapat mendengarkan
saat guru menjelaskan konsep pelajaran
pada kelas di tingkatan sebelumnya.
Namun, dampak PKR terhadap prestasi
belajar di SD Gari II tidak terlalu
signifikan, hal ini karena masih adanya
kendala dan prestasi belajar yang tidak
hanya dipengaruhi dari sekolah saja
melainkan dari beberapa faktor seperti dari
dalam diri peserta didik, keluarga, dan
lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini
sejalan dengan teori yang dikemukan
Slameto (2003: 54- 71) yang menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar anak dapat berasal dari dalam diri
siswa, keluarga, dan masyarakat atau
lingkungan siswa. Prestasi anak yang
cenderung meningkat pada PKR walupun
tidak signifikan juga sejalan dengan
UNESCO (Udin S. Winataputra, 1999: 19)
yang menyatakan salah satu manfaat PKR
yaitu siswa kelas yang lebih tinggi dapat
membantu siswa adik kelasnya yang pada
gilirannya akan memperkuat dirinya dalam
belajar,dan pada PKR terbuka peluang yang
lebih leluasa untuk pembinaan saling
pengertian dan kerjasama antar siswa dari
berbagai usia/kelas.KEdua manfaat PKR
tersebut dapat menjadikan prestasi belajar
siswa meningkat jika dapat dimanfaatkan
dan dikelola dengan baik.
b.Pembelajaran Kelas Rangkap membawa
dampak yang baik dalam proses kegiatan
belajar mengajar di SD Negeri Gari II yaitu
1)
tercapainya tujuan pembelajaran karena
guru tidak perlu berpindah-pindah kelas; 2)
guru menjadi lebih kreatif dalam mengelola
proses pembelajaran dan pengkondisian
kelas. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukanan Djalil (2011: 110-111) bahwa
prinsip pembelajaran kelas rangkap antara
lain yaitu keserempakan kegiatan
pembelajaran dan kadar tinggi waktu
keefektifan akademik. Dalam PKR terjadi
keserempakan pembelajaran sehingga
menuntut guru dalam pengelolaan kelas
menjadi lebih fokus dan keatif, dan PKR
juga menuntut guru untuk dapat
memanfaatkan waktu dengan baik dalam
pembagian menjelaskan materi untuk kedua
kelas baiik secara tematik maupun terpisah.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan

3.
560 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 36 Tahun ke-7 2018
bahwa setelah melaksanakan pembelajaran
kelas rangkap proses kegiatan belajar
mengajar di SD Negeri Gari II yang
kekurangan tenaga pendidikan dapat
berjalan dengan lebih baik. Hasil penelitian
sesuai dengan salah satu alasan mengapa
pembelajaran kelas rangkap diperlukan
menurut Djalil ( 2011: 14-16) yaitu adanya
masalah demografis atau sekolah yang
mengalami kekurangan murid dan masalah
kekurangan guru dalam suatu sekolah.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dampak pembelajaran Kelas Rangkap
terhadap
proses pembelajaran di SD Negeri Gari
II Wonosari yaitu: 1) perencanaan pembelajaran
telah terlaksana dengan cukup baik meskipun ada
beberapa administasi guru yang belum lengkap;
2) persiapan pembelajaran telah terlaksana
dengan baik karena fasilitas, sarana dan prasarana
sekolah yang sesuai dengan kebutuhan peserta
didik; 3) pelaksanaan pembelajaran telah sesuai
dengan teori pembelajaran kelas rangkap; dan 4)
evaluasi dilaksanakan mengunakan soal atau
instrumen yang berbeda sesuai dengan tingkatan
kelas dan tujuan pembelajaran masing-masing
kelas.
Dampak PKR terhadap prestasi belajar anak
adalah baik karena adanya peningkatan nilai rata-
rata siswa dari masing-masing kelas .
Pembelajaran kelas rangkap dapat meningkatkan
prestasi belajar dan lebih mudah diterapkan untuk
kelas dengan jumlah siswa yang sedikit.
Saran
Guru diharapkan untuk dapat mempersiapkan
administrasi pembelajaran yang sesuai dengan
teori pembelajaran kelas rangkap dengan lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA
Amirin, T.
M. (2013). Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: UNY Press
Djalil, A
. (2011). Pembelajaran Kelas Rangkap.
Jakarta: Universitas Terbuka
Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamid, M. S. (2012). Metode Edutainment.
Yogyakarta: DIVA Press
Herdiansyah, H. (2015). Wawancara, Observasi,
dan focus groups sebagai instrument
Penggalian Data Kualitatif. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada
Kemendagri. (1998). Permendagri Nomor
421.2/2501, Tahun 1998, tentang Pedoman
Pelaksanaan Penggabungan (Re-grouping)
Sekolah Dasar.
Kurangnya PNS di Gunungkidul Didominasi
Tenaga Pendidik. ( 17 Januari 2016).
Kedaulatan Rakyat, hlm. 15.
Moleong, L. J. (2007). Metoddologi Penelitian
Kualititif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta.
Sudiyono, dkk. (2009). Dampak Regrouping
Sekolah Dasar : Kasus SDN Pakem 1
Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.
Diakses dari Staff.uny.ac.id pada tanggal 18
Oktober 2017.
Sujarwo. (2011). Model-model Pembelajaran
Suatu Strategi Mengajar. Yogyakarta: CV
Venus Gold Press.
Winaputra, U. S. (1999). Pendekatan
Pembelajaran Kelas Rangkap. Jakarta:
Depdikbud.