JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur
Vol. 5, No.1, p10-17, Juni 2021
DOI: https//doi.org/10.18196/jmpm.v5i1.12081



10 DOI: https//doi.org/10.18196/jmpm.v5i1.12081
https://journal.umy.ac.id/index.php/jmpm


Penerapan Sistem Persamaan Diferensial Linier pada Simulasi Debit Air
pada Pipa

Rustam Efendi
a
, Diang Sagita
b
a
Department of Mechanical and Biosystem Engineering, IPB University, Indonesia.
e-mail: [email protected]

b
Pusat Penelitian Teknologi Tepat Guna – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
JL. K.S. Tubun No. 5 Subang, Jawa Barat
e-mail: [email protected]



ABSTRAK
Kata kunci:
analisis
numerik;
metode
Euler;
persamaan
diferensial;
sistem
instalasi
pipa.

Salah satu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang cukup rumit untuk
diselesaikan adalah sistem aliran fluida (air) dalam bejana bertingkat. Pada penelitian
ini, telah dilakukan pembuatan model sistem persamaan diferensial linear (SPDL) yang
menggambarkan aliran air dari sistem instalasi air dengan tangki bertingkat serta
membandingkan hasil simulasi numerik dari model dengan hasil eksperimen. Model
SPDL dibangun dengan melibatkan observasi lapang secara langsung untuk
menentukan nilai konstanta model (C1, C2 dan C3). Model yang telah dibangun
disimulasikan secara numerik menggunakan metode Euler dengan 4 skenario nilai
konstanta. Hasil menunjukkan bahwa volume tangki A dan B serta laju perubahan
volume airnya telah berhasil digambarkan oleh model SPDL yang telah dibangun
dengan hasil yang paling mendekati hasil eksperimen adalah nilai C1 sebesar 0.01323
dan C2 sebesar 0.01091 dengan nilai RMSE 0.2599.

ABSTRACT

One of the problems in daily life that are quite complicated to solve is the fluid flow system
(water) in a muliterilevel vessel. In this study, a model of a system of linear differential equations
(SPDL) has been developed which describes the flow of water from a water installation system
with a muliterilevel vessel and compared the resuliters of the numerical simulation with the
experimental resuliters. The SPDL model was builiter by involving direct field observations to
determine the model constants (C1, C2, and C3). The model that has been builiter was simulated
numerically using the Euler method with 4 scenarios of constant values. The resuliters show that
the volumes of tanks A and B and the rate of change of their water volume have been successfully
described by the SPDL model that has been builiter with the resuliters closest to the experimental
resuliters, namely the C1 value of 0.01356 and C2 of 0.01091 with RMSE value 0.2599.




Keyword:
differential equations;
Euler's method;
numerical analysis;
pipe installation
system.

1. PENDAHULUAN
Suatu sistem yang cukup kompleks dimana perubahan terjadi setiap saat (satuan waktu) umumnya
sulit dipecahkan dengan perhitungan Aljabar sederhana. Salah satu permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang cukup rumit adalah sistem aliran fluida (air) dalam bejana bertingkat (Gambar 1).
Dalam kasus ini, volume air pada tangki A dan B akan terus mengalami perubahan setiap satuan waktu
akibat adanya input air yang masuk dan output air yang keluar, begitu juga pada tangki B. Hal yang
menarik dari kasus ini adalah laju pengeluaran air dari tangki A dan tangki B sangat dipengaruhi oleh
volume di tangki masing-masing sebagaimana berlaku hukum Torricelli [1]. Hukum Torricelli, juga
dikenal sebagai teorema Torricelli, adalah teorema dalam dinamika fluida yang berkaitan dengan
kecepatan fluida yang mengalir dari sebuah lubang yang dipengaruhi oleh ketinggian air terhadap
lubang pengeluaran. Hal ini dapat dilihat pada ilustrasi Gambar 2.

Efendi, et.al.



JMPM Vol. (5), No. (1), Tahun (2021), pp (10-17) 11

Secara teori, kasus sebagaimana Gambar 1 memungkinkan terjadinya perubahan volume dan juga
debit setiap saat karena dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai contoh volume air di tangki A
dipengaruhi oleh input air dan output air. Namun dengan berlakunya hukum Torricelli, output air
tangki A juga dipengaruhi oleh volume air di tangki A itu sendiri sehingga kasusnya menjadi lebih
kompleks.


Gambar 1 Sistem instalasi aliran air pada tangki bertingkat


Gambar 2 Ilustrasi kecepatan air keluar dari tangki berdasarkan hukum Toricelli [1]

Dengan demikian, untuk memodelkan kasus aliran air ini diperlukan suatu pendekatan sistem
persamaan diferensial linear (SPDL) yang bergantung kepada waktu. Persamaan diferensial adalah
persamaan yang memuat atau melibatkan turunan (derivative) atau diferensial dari fungsi yang tidak
diketahui [2]. Persamaan diferensial memiliki aplikasi yang luas dalam berbagai disiplin ilmu teknik dan
sains. Secara umum, pemodelan diaplikasikan pada variasi besaran fisika seperti suhu, tekanan,
perpindahan, kecepatan, tegangan, regangan, arus dan besaran lainnya yang bergantung kepada waktu
atau lokasi, atau keduanya [3]. Dalam kasus penelitian ini, model umum dari SPDL yang diilustrasikan
oleh Gambar 1 dapat dilihat pada persamaan (1)-(3). Sebuah sistem persamaan diferensial terdiri dari
sebuah himpunan persamaan-persamaan yang simuliteran mencakup beberapa turunan dari suatu
fungsi.

Efendi, et.al.



12 JMPM Vol. (5), No. (1), Tahun (2021), pp (10-17)


t
V
CQ 
3 (1)
VACC
t
VA



13 (2)
VBCVAC
t
VB



21 (3)
Dimana, Q adalah laju aliran air (liter/s), VA adalah volume air pada tangki A (liter), VB adalah volume
air pada tangki B (liter); t adalah waktu (s); C1 dan C2 adalah konstanta.

Dalam penelitian ini, terapan matematika yang digunakan untuk mencari solusi persamaan SPDL
ini adalah metode numerik, yakni suatu teknik penyelesaian yang diformulasikan secara matematis
dengan cara operasi hitungan dan dilakukan secara berulang-ulang [4]. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat model persamaan diferensial linear dalam kasus aliran air pada pipa dan tangk i air
sebagaimana Gambar 1 serta membandingkan hasil keluaran dari model secara numerik dan
eksperimental. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam upaya menerapkan sistem persamaan
diferensial linear dalam aplikasi sistem instalasi air dengan tangki bertingkat sehingga perubahan-
perbuhan yang terjadi pada sistem (debit, volume dan laju aliran) dapat dimodelkan dan diprediksi
melalui pendekatan numerik.

2. METODE PENELITIAN
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem instalasi air yang terdiri atas tiga buah
tangki, satu buah pompa air sentrifugal, dan satu buah kamera perekam. Sementara bahan yang
digunakan adalah air sebagai objek fluida yang dialirkan.

2.1 Prosedur Penelitian
Unit instalasi pipa yang diuji terdiri dari tiga buah tangki air (A, B dan C), empat buah valve yang
terhubung dengan instalasi pipa, dan satu buah pompa air sentrifugal (Gambar 3). Pengujian ini dimulai
dengan mengisi tangki C hingga penuh, kemudian pompa dinyalakan. Debit air pompa yang masuk ke
tangki A diukur untuk menentukan nilai Q atau C3 (liter/s). C3 diukur dengan cara membiarkan pompa
mengisi tangki A sampai ketinggian volume tertentu dengan kondisi valve 2 tertutup. Bukaan valve 1
dibuka setengah agar air di tangki C tidak cepat habis. Nilai C3 dihitung menggunakan persamaan (4). C3
ditentukan dengan menghitung perubahan volume per 3 detik sampai volume tangki A mencapai 20
liter.
)(
)(
1
1
3





nn
nn
tt
VAVA
C (4)
Selanjutnya, untuk mencari nilai konstanta C1 dan C2, diperlukan observasi terhadap besarnya laju
perubahan volume air di tangki A ( ) dan di tangki B ( ). Observasi dimulai dengan
membuka valve 2 dan valve 3 secara penuh sehingga airnya mengalir. Pada kondisi ini, air di tangki A
memiliki volume 20 liter. Laju dan ( ) didapatkan dari hasil pengamatan perubahan
volume dalam waktu 180 detik (3 menit) di tangki A dan B pada kondisi valve 1, 2, dan 3 dibuka sesuai
uraian di atas. Laju dan ( ) masing-masing dihitung menggunakan persamaan (5) dan (6).
Selanjutnya untuk menghitung nilai konstanta C1 dan C2, digunakan persamaan (7) dan (8).
)(
)(
1
1







nn
nn
n tt
VAVA
t
VA (5)
)(
)(
1
1







nn
nn
n
tt
VBVB
t
VB (6)

Efendi, et.al.



JMPM Vol. (5), No. (1), Tahun (2021), pp (10-17) 13

n
n
n
VA
t
A
C
C
)(
3
1



 (7)
n
nn
n
VA
t
B
t
A
C
C
)(
3
2






 (8)

Gambar 3 Tampak isometri dari sistem instalasi air

2.2 Analisis Numerik
Analisis numerik dilakukan pada model yang telah dibangun berdasarkan nilai konstanta yang
diperoleh yaitu C1, C2 dan C3. Model yang telah dibangun diuji secara numerik mengunakan metode
Euler sebagaimana yang digunakan oleh Fajar et al. [5] untuk mensimulasikan asas Torricelli pada sebuah
bejana serta oleh Wijaya et al. [6] untuk membandingkan hasil penyelesaian persamaan diferensial biasa.
Pada dasarnya terdapat beberapa metode numerik yang sering digunakan untuk menghitung solusi
persamaan differensial biasa, antara lain metode Euler, Heun, Deret Taylor, dan Runge-Kutta bertingkat
[7], Ng et al. [8] juga menggunakan Hukum Torricelli untuk mengeringkan drainase dengan sistem
pemodelan numerik, namun pada penelitian ini hanya berfokus pada metode Euler saja. Metode Euler
disebut juga metode orde pertama karena pencarian dalam persamaannya hanya mengambil sampai
orde pertama saja. Metode Euler juga menggunakan bantuan dari deret Taylor [9]. Perhitungan numerik
dilakukan untuk mengetahui besar volume pada tangki A dan B menggunakan beberapa skenario nilai
C1 dan C2 dengan tujuan untuk mendapatkan model yang paling mendekati kebenaran. Simulasi numerik
dilakukan menggunakan aplikasi microsoft excel dengan menerapkan persamaan (9) dan (10). t
t
A
VAVA
ii



1
(9) t
t
B
VBVB
ii



1
(10)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Nilai Konstanta C3 (Debit Pompa)
Sesuai dengan prosedur penelitian yang dijelaskan pada Bab Metode Penelitian, nilai konstanta C3
dapat diketahui melalui observasi. Nilai C3 bersifat tetap karena pompa mengalirkan debit air secara
konstan dengan syarat kecepatan putarnya tetap. Hasil pengukuran debit air pompa disajikan pada
Tabel 1.

Efendi, et.al.



14 JMPM Vol. (5), No. (1), Tahun (2021), pp (10-17)


Tabel 1 Hasil pengamatan volume tangki A
Waktu (s) Volume tangki A (liter)
Nilai debit C3
(liter/s)
0 15.0 -
3 15.5 0.16667
6 16.0 0.16667
9 16.5 0.16667
11 17.0 0.25000
14 17.5 0.16667
17 18.0 0.16667
20 18.5 0.16667
24 19.0 0.12500
26 19.5 0.25000
30 20.0 0.12500
Rata-rata 0.17500
Pengamatan dilakukan per tiga detik agar didapatkan pembacaan skala yang lebih jelas. Dengan
memasukkan nilai VA dan t ke dalam persamaan (4) maka nilai C3 diperoleh. Untuk mendapatkan hasil
rata-rata maka penghitungan nilai C3 dilakukan dari detik ke nol sampai 30 detik. Sehingga diperoleh
nilai rata-rata C3 yaitu 0.175 liter/s.

3.2 Nilai Konstanta C1 dan C2
Nilai konstanta C1 dan C2 diperoleh dengan cara observasi dan pengukuran secara langsung pada
sistem instalasi air. Sistem aliran air dijalankan sebagaimana prosedur yang telah dijelaskan, dimana air
secara kontinyu dipompa dengan debit yang telah diketahui yang dinotasikan sebagai C3 sehingga
masuk ke tangki A. Kemudian air keluar dari tangki A melalui valve 2 ke tangki B dan dari tangki B
dialirkan ke tangki C melalui valve 3. Untuk mendapatkan nilai C1 dan C2 dibutuhkan perhitungan
dengan menggunakan persamaan (5), (6), (7) dan (8). Pada penelitian ini, pengamatan perubahan volume
pada tangki A dan B dilakukan per 10 detik. Dari hasil Tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata untuk
C1 adalah 0.01312 sedangkan nilai C2 adalah 0.01093.
Tabel 2 Hasil observasi perubahan volume air tangki A dan B
t (s) A (l) B (l) C1 C2
0 15 -0.025 16 0.025 0.01356 0.01077
10 14.75 0 16.25 0.025 0.01186 0.00909
20 14.75 -0.025 16.5 0 0.01379 0.01212
30 14.5 0 16.5 0 0.01207 0.01061
40 14.5 0 16.5 0.025 0.01207 0.00896
50 14.5 0 16.75 0 0.01207 0.01045
60 14.5 0 16.75 0 0.01207 0.01045
70 14.5 -0.01 16.75 0 0.01285 0.01104
80 14.4 -0.01 16.75 0 0.01294 0.01104
90 14.3 -0.02 16.75 0 0.01383 0.01164
100 14.1 -0.01 16.75 0 0.01321 0.01104
110 14 0 16.75 0 0.01250 0.01045
120 14 -0.01 16.75 0 0.01331 0.01104
130 13.9 -0.015 16.75 0 0.01382 0.01134
140 13.75 -0.025 16.75 0 0.01481 0.01194
150 13.5 0 16.75 0 0.01296 0.01045
160 13.5 -0.025 16.75 0 0.01509 0.01194
170 13.25 -0.025 16.75 0 0.01538 0.01194
180 13 - 16.75 - - -
Rata-rata 0.01323 0.01091

Efendi, et.al.



JMPM Vol. (5), No. (1), Tahun (2021), pp (10-17) 15


3.3 Hasil Pemodelan Sistem Persamaan Diferensial Linear dan Simulasi Numerik
Nilai-nilai yang telah diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yaitu C1, C2 dan C3 kemudian
dimasukan ke dalam persamaan (2) dan (3) untuk membangun initial model persamaan diferensial
dalam kasus aliran air bertingkat ini. Model persamaan diferensial dari sistem instalasi air ini dapat
dilihat pada persamaan (11) dan (12).
Selanjutnya, model yang telah dibangun diuji secara numerik mengunakan metode Euler.
Perhitungan numerik dilakukan untuk mengetahui profil perubahan volume air pada tangki A dan B
menggunakan beberapa skenario nilai C1 dan C2 dengan tujuan untuk mendapatkan model yang paling
mendekati kebenaran. Sementara itu, skenario simulasi numerik ditunjukan pada Tabel 3. Nilai-nilai C1
dan C2 diambil dari nilai yang didapat pada hasil pengukuran (Tabel 2) dimana skenario 1 merupakan
nilai rata-rata dan skenario 2-4 diambil secara random dari Tabel 2. VAC
t
VA
1175.0


(11) VBCVAC
t
VB
21


(12)
Tabel 3 Skenario nilai konstanta pada simulasi numerik
Skenario C1 C2
1 0.01323 0.01091
2 0.01333 0.01094
3 0.01356 0.01212
4 0.01356 0.01091

3.4 Perbandingan Metode Numerik dan Eksperimental
Hasil simulasi numerik dari keempat skenario yang telah dibangun beserta hasil eksperimen
volume air pada tangki A dan B disajikan pada Gambar 3.
(a)

(b)
Gambar 3 Perubahan volume air dalam tangki hasil eksperimen dan numerik: (a) tangki A; (b) tangki B
Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa skenario yang paling mendekati dengan kurva hasil
eksperimen adalah skenario 1,2 dan 4. Namun, untuk menentukan skenario terbaik, diperlukan
perhitungan root mean square error (RMSE) dimana semakin kecil nilainya maka semakin baik suatu
model [10]. Hasil perhitungan RMSE setiap skenario disajikan pada Tabel 4.

12.5
13.0
13.5
14.0
14.5
15.0
15.5
0 50 100 150 200
Volume air tangki A (ilter)

Waktu (s)
Tangki A (Eksperimen) Tangki A (Numerik 1)
Tangki A (Numerik 2) Tangki A (Numerik 3)
Tangki A (Numerik 4)
15.0
16.0
17.0
0 50 100 150 200
Volume tangki B (liter)

Waktu (s)
Tangki B (Eksperimen)
Tangki B (Numerik 1)
Tangki B (Numerik 2)
Tangki B (Numerik 3)
Tangki B (Numerik 4)

Efendi, et.al.



16 JMPM Vol. (5), No. (1), Tahun (2021), pp (10-17)


Tabel 4 Hasil perhitungan nilai RMSE setiap skenario
Skenario RMSE
1 0.2599
2 0.2933
3 0.8509
4 0.3836

Berdasarkan Tabel 4, model yang menghasilkan nilai RMSE paling kecil adalah skenario 1 dengan
nilai 0.2599 sehingga model skenario 1 merupakan model yang paling bagus. Hasil simulasi
menggunakan metode Euler ini sudah bagus sebagaimana analisa numerik yang telah dilakukan oleh
Fajar et al. [6] dimana menghasilkan error dibawah 2% saja. Dengan demikian, hasil simulasi numerik
dalam kasus peneliterian ini merupakan gambaran ideal dari perubahan volume air pada tangki A dan B
setiap satuan waktu. Namun pada kenyataanya, hasil eksperimen menunjukkan kurva yang tidak halus
karena adanya faktor yang mempengaruhi keakuratan hasil pengukuran mulai dari skala terkecil alat
ukur volume air, kurang presisi dalam pengukuran waktu dan pengamatan volume air khususnya yang
dilakukan secara manual dengan mata. Namun demikian, hasil eksperimen dan simulasi terlihat memliki
pola yang hampir sama sehingga model SPDL telah mampu menggambarkan kondisi laju perubahan
volume air tangki A dan B secara kontinyu. Dari hasil simulasi 4 skenario, model yang memang paling
sesuai dalam menggambarkan kasus sistem aliran air pada tangki bertingkat ini adalah skenario 1
dengan nilai C1 0.01323 dan C2 0.01091. Persamaan dari model ini dapat dilihat pada persamaan (13) dan
(14).
VA
t
VA
01323.0175.0


(13) VBVA
t
VB
01091.001323.0 


(14)
Grafik laju perubahan volume dari tangki A dan B disajikan pada Gambar 4. Terlihat bahwa hasil
ekperimen menunjukkan ada hasil yang fluktuatif. Hal ini terjadi sebagimana faktor yang telah
dijelaskan sebelumnya yaitu faktor kepresisian alat ukur dan faktor pengamatan yang kurang akurat.
Secara umu, hasil simulasi telah mampu menggamabarkan laju perubahan volume pada tangki A dan B
dan yang paling mendekati hasil eksperimen adalah skenario 1.
(a)

(b)
Gambar 4 Perbandingan laju perubahan volume tangki A dan B secara eksperimen dan numerik



-0.05
-0.04
-0.03
-0.02
-0.01
0.00
0.01
0 50 100 150 200
Laju perubahan volume air tangki A
(liter/s)

Waktu (s)
Tangki A (Eksperimen) Tangki A (Numerik 1)
Tangki A (Numerik 2) Tangki A (Numerik 3)
Tangki A (Numerik 4)
-0.05
-0.03
-0.01
0.01
0.03
0.05
0 50 100 150 200
Laju perubahan volume air tangki B
(liter/s)

Waktu (s)
Tangki B (Eksperimen) Tangki B (Numerik 1)
Tangki B (Numerik 2) Tangki B (Numerik 3)
Tangki B (Numerik 4)

Efendi, et.al.



JMPM Vol. (5), No. (1), Tahun (2021), pp (10-17) 17

4. Kesimpulan
4.1 Kesimpulan
Dari hasil perbandingan metode eksperimental dan metode numerik yang mengaplikasikan sistem
persamaan diferensial linear, dapat disimpulkan bahwa kondisi volume air tangki A dan B serta laju
perubahan volume airnya setiap satuan waktu menunjukkan tren yang hampir sama. Hasil terbaik
diperoleh pada skenario 1 dengan nilai C1 dan C2 bertutur turut adalah 0.01323 dan 0.01091 dimana nilai
RMSE pada skenario ini merupakan yang paling kecil yaitu 0.2599. Adapun ketidakakuratan hasil
eksperimen terjadi karena pengukuran dilakukan sesuai kondisi di lapangan yang mana alat ukur
volume air memiliki tingkat keteliatian rendah dan pengamatan dilakukan secara manual menggunakan
mata. Hasil simulasi numerik metode Euler dengan mengpalikasikan SPDL telah mampu
menggambarkan kondisi ideal sistem aliran air bertingkat sehingga dapat kondisi volume air dan laju
perubahan volumenya dapat diprediksi mendekati kondisi sebenarnya.

4.2 Saran
Pengukuran secara eksperimen perlu dilakukan menggunakan alat ukur yang lebih presisi dan
menggunakan data logger yang mampu merekam data secara simuliteran dan menghindari kesalahan
pengamatan.

REFERENCES
[1] Kreyszig E. Advanced Engineering Mathematics. 10th ed. New York: John Wiley & Sons Inc; 2011.
[2] Hadi AN, Djauhari E, Supriatna AK, Johansyah MD. Teknik Penentuan Solusi Sistem Persamaan
Diferensial Linear Non-Homogen Orde Satu. Jurnal Matematika. 2019;18(1):29-40.
[3] Sumithra B. Engineering Applications of Differential equations. nternational Journal Application or
Innovation in Engineering & Management. 2017;6(7):110 -114.
[4] Setiawan A. Pengantar Metode Numerik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta; 2006.
[5] Fajar DM, Wibowo HAC, Putri WA. Simulasi asas Torricelli menggunakan visual basic for
application (VBA) pada microsoft excel. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan
Sains; 2014.
[6] Wijaya JY, Liong TH, Wardani KRR. Perbandingan Penyelesaian Persamaan Diferensial Biasa
Menggunakan Metode Backpropagation , Euler, Heun, dan Runge-kutta Orde 4. Jurnal Telematika.
2015;11(1):1-6.
[7] Munir R. Metode Numerik. 3rd ed: Informatika; 2010.
[8] Ng KC, Ng YL, Lam WH. Particle simulation and flow sequence on drainage of liquid particles.
Computers & Mathematics with Applications. 2013;66(8):1437-51.
[9] Chapra SC. Numerical Methods for Engineers With Personal Computer Application. 2nd ed. New
York: McGraw Hill College; 1988.
[10] Saputra TW, Waluyo S, Septiawan A, Ristiyana S. Pengembangan model prediksi laju pengeringan
pada irisan wortel (Daucus carota) berbasis regresi linier berganda (RLB) dan jaringan syaraf tiruan
(JST). Jurnal Ilmu Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 2020;8(2):209–218.