Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
31
Pujilestari, Nurullah Ika.dkk.(2020).Media Husada Journal of Nursing Science.Vol1(No1),31-42
https://ojs.widyagamahusada.ac.id
HUBUNGAN KETERBUKAAN STATUS HIV DENGAN STIGMA DIRI PADA
ORANG DENGAN HIV/AID S
Nurullah Ika Pujilestari
1*
,Wira Daramatasia
2
,AbdulQodir
3
1
STIKES Widyagama Husada Malang
2
STIKES Widyagama Husada Malang
3
STIKES Widyagama Husada Malang
Correspondingauthor:
Nurullah Ika Pujilestari
STIKES Widyagama Husada Malang
Email:[email protected]
Abstract
Background:Theresponses of PLWHA after knowing that they have HIV/AIDS are shock, anxiety,
fear, worry, guilt, and self-blame. PLWHA still have a fear of disclosing their disease status because
of the negative stigma against themselvesregarding HIV / AIDS.Objective:To examine the
correlation between HIV status disclosure and self-stigma among PLWHA in Jombang Care Center
Plus (JCC+) Jombang Regency.Research Methods:The research design was analytical survey
correlationwithcross-sectionalapproach. The samples were taken by purposive sampling with a
sample size of 55 respondents living with HIV at the Jombang Care Center (JCC+). The research
instrument used were the Self Disclosure Scale questionnaire andthe stigmaquestionnaire Selected
Berger Scale. Data analysis used Pearson Correlation test.Results:The results of data analysis
showed the magnitude of the correlation coefficient r = 0.200 with a significant level of p = 0.143
(p> 0.05), meaning that there was no significantcorrelation between HIV status disclosure and self-
stigma among PLWHA in Jombang Care Center Plus (JCC +) Jombang Regency.Conclusion:Itcan
beconcludedthat there is no correlation between disclosure of HIV status and self-stigma among
PLWHA in JombangCare Center Plus (JCC+) Jombang Regency.Suggestion:PLWHA should
develop more positive self-concepts such as trying to socialize with other people by joining
the community that can provide support and encouragement to PLWHA.
Keywords:HIV/AIDS, DisclosureStatus, Self Stigma.
Abstrak
Latar Belakang:Respon ODHA setelah mengetahui bahwa dirinya terkena
HIV/AIDS ialah syok, cemas, takut, khawatir, rasa bersalah, dan
menyalahkan diri sendiri.ODHA masih mempunyai ketakutan untuk
mengungkapkan statuspenyakitnya karena adanya stigma negatif terhadap
diri sendiri mengenai HIV/AIDS.Tujuan:Mengetahui hubungan
keterbukaan status HIV dengan stigma diri pada ODHA diJombang Care
Center Plus(JCC+) Kabupaten Jombang.Metode Penelitian:Desain
penelitian adalah survey analitik korelasi dengan pendekatanCross-
Sectional. Teknik sampel yaituPurposive Samplingdengan jumlah sampel
55 responden ODHA diJombang Care Center(JCC+). Instrumen penelitian
menggunakan kuesionerSelf Disclosure Scaledan kuesioner skala stigma
Selected Berger Scale. Analisa data menggunakan uji Korelasi Pearson.Hasil
Penelitian:Hasil analisis data menunjukkan besarnya koefisien korelasi r=
0,200 dengan taraf signifikan p=0,143 (p>0,05), artinya tidak ada hubungan
yang bermakna antara keterbukaan status HIV dengan stigma diri pada
ODHA diJombang Care Center Plus(JCC+) Kabupaten Jombang.
Kesimpulan:Dapat d simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
keterbukaan status HIV dengan stigma diri pada ODHA di Jombang Care
Center Plus (JCC+) Kabupaten Jombang. Saran:ODHAlebih
mengembangkan konsep diri positif seperti mencoba bersosialisasi dengan
orang lain dengan cara bergabung dengan orang-orang yang dapat
memberikan dukungan dan semangat pada ODHA.
Kata Kunci:HIV/AIDS, Keterbukaan Status, Stigma Diri.
© 2019TheAuthor(s).ThisisanOpenAccessarticledistributedunderthetermsoftheCreativeCommonsAttribution4.0InternationalLicense.
whichpermitsunrestrictednon-commercialuse,distribution,andreproductioninanymedium,providedtheoriginalworkisproperlycited.

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
32
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
PENDAHULUAN
HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan
masyarakat terbesar di dunia. HIV/AIDS terdapat
hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali
termasuk Indonesia.Data surveilans dariUNAIDS
tahun 2019,orang dengan HIV didunia sebanyak 37,9
juta jiwa. Berdasarkan hasil laporan Kemenkes RI
bulan Juni 2019terdapatjumlah kasus HIV yang
dilaporkan dari tahun 2005 sampai tahun 2019
mengalamipeningkatan setiap tahunnya. Jumlah
kumulatif kasus HIV yang dilaporkan sampai dengan
Juni 2019 sebanyak 349.882 dengan jumlah tertinggi
yaitu Jakarta, diikuti Jawa Timur, Papua, Jawa Barat
dan Jawa Tengah.DiProvinsi Jawa Timurterdapat
51.990penderita HIV (Kemenkes RI,2019). Dari
jumlah tersebut paling tinggi terdapat di Surabaya,
Malang dan Jombang.Jumlah penderita HIV/AIDS di
Jombang berdasarkan data yang dirilis Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) kabupaten Jombang
(2019),sejak 1999–Juni2019jumlah penderita
HIV/AIDS berhasil dideteksi sebanyak 1.504orang
dengan penyebaran hampir merata ada disetiap
kecamatan.Angka ini diperkirakan akan meningkat
menjadi 0,16% pada tahun 2020.
Pada penelitian sebelumnya diteliti jumlah
yang membuka status penyakit (HIV) pada orang
terdekatnya, ditemukan 19 dari 40 ODHA yang sudah
membuka status HIV kepada keluarga dan orang
terdekat(Khububiyah, 2018). Untuk stigma diri dari
55 ODHA di KDS JCC+ ditemukan 13 memiliki
stigma baik, 41 cukup, dan 1 ODHA dengan stigma
diri buruk(Mariyamah, 2019).Meskipun banyak
upaya telah dilakukan untuk meningkatkan tingkat
identifikasi ODHAdengankualitas dan aksessibilitas
layanan kesehatan, ada banyak hambatan sosial,
ekonomi, budaya, dan sistem kesehatan yang
menghambatproses.Stigma terkait HIV/AIDS adalah
salah satu hambatan yang paling disorot dalam hal ini.
Menurut Devito (2011)self disclosureatau
pengungkapan diri merupakan jenis komunikasi yang
mengungkapkan informasi tentang diri sendiri kepada
orang lain secara aktif disembunyikan. Selama ini
HIV/AIDS dikaitkan dengan penyakit kutukan,
sehingga ketika seseorang terinfeksi penyakit tersebut
tidak jarang masyarakat menganggap tindakan yang
dilakukan adalah buruk dan kadang tidak beragama.
Selain itu masyarakat yang menjauh pada ODHA
dengan alasan ketakutan akan penularan penyakit
tersebut. Itulah sebabnya ODHA cenderung menutup
diri dari masyarakat maupun keluarganya sendiri
(Hemawati, 2009).Suriana (2013)menemukan
beberapa ODHA mampu melakukan pengungkapan
diri, hasil yang didapat oleh ODHA setelah
melakukan pengungkapan diri mengenai status HIV-
nya kepada keluarganya adalah keluarga memberi
dukungan positif kepada ODHA untuk selalu
melakukan pengobatan, meskipun pada awal
pengungkapan diri sempat mengalami pengucilan
oleh keluarga. Pengungkapan diri yang dilakukan
ODHA karena mempunyai dorongan dan tujuan
tertentu. Manfaat dari pengungkapan diri yang
dirasakan oleh subjek kepada orang-orang terdekatnya
yaitu subjek merasa tenang, beban pikiran mengenai
penyakitnya berkurang, bisa membagi pengalaman
kepada yang mendengarkan ceritanya supaya berhati-
hati dan tidak tertular seperti dirinya.
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi
ODHA terhadap stigma.Penelitian sebelumnya telah
melaporkan jenis kelamin, faktor usia, kelas sosial,
dukungan sosial, tingkat stereotip, dan rute penularan
HIV sebagai faktor yang mempengaruhi stigma yang
dirasakan oleh ODHA(Xu,. et al, 2017).Stigma
terkaitHIV adalah hasil dari interaksi yang kompleks
antara faktor sosial, kontekstual dan diri.Aksesibilitas
pelayanan kesehatan, dukungan sosial, ketersediaan
informasi yang sesuai dan masalah ekonomi, budaya,

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
33
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
dan politik adalah beberapa faktor sosial yang
mempengaruhi persepsi stigma oleh ODHA.Dalam
kategori faktor kontekstual, kondisi kehidupan,
penggunaan narkoba dan / atau alkohol, status
kesehatan, waktu sejak diagnosis, dan keadaan
keluarga lebih disorot dalam hal ini(Stangl, A., Brady,
L., Fritz, 2012).
Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti tanggal 17 November 2019 dengan
pihak Kelompok Dukungan Sebaya JCC+. Sebagian
penderita HIV yang tergabung dalam JCC+ masih
takut untuk mengungkapkan status penyakitnya
kepada keluarga dan orang terdekat karena alasan
takut jika keluarga dan orang terdekat tidak mau
menerima keadaannya dan ODHA akan mendapat
diskriminasi ataupun stigma yang berhubungan
dengan penyakit yang dideritanya. Stigma yang terjadi
di masyarakat, HIV/AIDS adalah penyakit yang
mematikan dan tidak ada obatnya. Stigma diri pada
ODHA setelah mengetahui bahwa dirinya terkena
HIV/AIDS ialah syok, cemas, takut, khawatir akan
menularkan penyakitnya kepada orang terdekat, rasa
bersalah, dan ada juga yang berfikir bahwa itu adalah
teguran untuk dirinya.ODHA masih mempunyai
ketakutan untuk mengungkapkan status penyakitnya
karena adanya stigma negatif terhadap diri sendiri
mengenai HIV/AIDS, sehingga ODHA cenderung
menutup diri dari lingkungan masyarakat tanpa
memberitahu keadaan yang sebenarnya dan hanya
dengan orang-orang tertentu ODHA mau berbagi.
Dengan demikian, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian diJombangCare Center
tentang Keterbukaan status HIV kepada masyarakat
dengan stigma diri pada ODHA diJombang Care
Center Plus(JCC+).
METODE
Subjek penelitian ini adalah ODHAyang
bergabung di KDS JCC+, berusia≥ 18 tahun, dalam
kondisi baik atau tidak mengalami penurunan
kesadaran, telahmendapat terapi ARV≥ 6 bulan,
anggota dari JCC+, dan telah menandatangani
informed consent.Desain penelitian yang digunakan
yaitu analitik observasional dengan pendekatanCross
Sectional. Responden berjumlah55ODHA yang
diambil dari550ODHA yang bergabung di KDS JCC+
berdasarkan rumusArikunto.KeterbukaanStatus
dikaji dengan menggunakan kuesionerkuesionerself
disclosure scale.Stigma diriODHA dikaji
menggunakan kuisionerSelected Berger Scale.
HASIL
Distribusi Karakteristik Responden
Karakteristik Subjek Penelitian initerdiri dariusia
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status
pernikahan,lama terdiagnosa,cara penularan,
keterbukaan status, dan stigma diridapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Variabel
Jumlah
(n)
Prosentase
(%)
Usia
17-25tahun 6 10,9
26-45tahun 39 70,9
46-65tahun 10 18,2
Jenis Kelamin
Laki-laki 31 56,4
Perempuan 24 43,6
Pendidikan
SD 7 12,7
SMP 13 23,6
SMA 27 49,1
Akademi/Universitas 8 14,6
Status Pekerjaan
Bekerja 42 76,4
Tidak Bekerja 13 23,6
Status Pernikahan
Menikah 23 41,8
Belum menikah 20 36,4
Janda 11 20
Duda 1 1,8

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
34
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
Lama terdiagnosa
<1 tahun 12 21,8
1-5 tahun 29 52,7
5-10 tahun 12 21,8
>10 tahun 2 3,6
Cara Penularan
Hubungan Seksual 42 76,4
Terinfeksi darah 0 0
Jarum suntik 0 0
Sekssesama jenis 13 23,6
Keterbukaan Status
Terbuka 43 78,2
Tidak terbuka 12 21,8
Stigma Diri
Baik 12 21,8
Cukup 41 74,5
Buruk 2 3,6
Hasil Analisa Bivariat
Analisa dilakukan dengan menggunakan uji korelasi
Pearson,dengan hasil sebagai berikut:
Tabel2
Hubungan keterbukaan status denganstigma diri pada ODHA
di JCC+ Kab. Jombang(n=55)
Skor Stigma Diri
Skor Keterbukaan Status r = 0,200
p = 0,143
n = 55
Pada tabeldiatas, diperoleh nilai p = 0,143 (p>0,05)
yang menunjukkan bahwa korelasi antara
keterbukaan status dengan stigma diri pada Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA) diJombang Care Center
Plus(JCC+) Kabupaten Jombang tidak bermakna.
Nilaicorrelation coefficientsebesar 0,200
menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan
korelasi yang lemah karena mendekati angka 0.
PEMBAHASAN
Karakteristik umum subjek penelitian ODHA
Pada Tabel 1 menunjukan karakteristik
responden ODHA di KDSJCC+ berdasarkan usia,
jenis kelamin,tingkat pendidikan, status pekerjaan,
statuspernikahan,lama terdiagnosa HIV/AIDS, cara
penularan, keterbukaan status, dan stigma diri.
Berdasarkan usia yang didapat responden
yang tergabung dalam JCC+ paling banyak usia 26-45
tahun yaitu sebanyak 39 responden (70,9%). Hal ini
sesuai dengan data dari(Dinas Kesehatan, 2018),
berdasarkan jumlah penderita HIV/AIDS pada tahun
2018 terdapat 173 kasus baru HIV/AIDS dengan
presentase kasus tertinggi terdapat pada golongan usia
25-49 tahun yaitu sebanyak 71,7%. Hal ini juga
didukung olehFinnajakh, Meilani,& Setiyawati
(2019)dalam jurnal “Hubungan Tingkat Pengetahuan
dan Persepsi Dengan Stigma Masyarakat Terhadap
Odha di Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman” dengan total 150 responden
didapat usia paling banyak yaitu 26-45 tahun yaitu
sebanyak 89 orang dan jika dipresentasikan yaitu
sebanyak 59,3%.Kelompok usia ini merupakan
kelompok usia produktif dan aktif melakukan berbagai
macam aktifitas dan kontak dengan orang lain, tanpa
terkecuali dengan orang yang terinfeksi HIV/AIDS
(Ramadhani, 2017). Selain itu, produksi hormon
seksual telah matang sehingga aktifitas seksual yang
tak terkendali menyebabkan perilaku seksual yang
bersiko sehingga dapat menjadi sumber penularan
(Fadli, 2015).
Berdasarkan jenis kelamin responden,
mayoritas responden yang paling banyak adalah
adalah yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak
31 (56,4%) responden, sedangkan yang berjenis
kelamin perempuan adalah 24 responden (43,6%).
Hasil dari penelitian ini didukung penelitianyang
dilakukan olehPourmarzi, Khoramirad, & Gaeeni
(2017)dalam jurnal yang berjudul “Perceived Stigma
in People Living With HIV in Qom” dengan jumlah
responden 118 orang, dari hasil penelitian tersebut
didapat bahwa terdapat 75 responden (63,6 %) berjenis
kelamin laki-laki dan 43 responden (36,4%) yang
berjenis kelamin perempuan. Laki-laki lebih bersiko
terkena HIV dan AIDS karena faktor resiko
HIV/AIDS dominan pada laki-laku. Hasil penelitian
ini selaras penelitianLaksana & Lestari (2010)yang

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
35
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
menyatakan bahwa laki-laki homoseksual memiliki
resiko tertular HIV/AIDS lebih besar daripada laki-
laki heteroseksual, khususnya melalui perilaku seksual
beresiko, seperti hubungan seks lebih dari satu partner
dan seks anal.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa
respondenyangpaling banyak memiliki tingkat
pendidikan SMA yaitu sebanyak 27 responden
(49,1%). Hasil dari penelitian ini juga didukung oleh
Finnajakh et al., (2019)dengan jumlah responden
sebanyak 150 orang, dimana menjelaskan bahwa rata-
rata penderita HIV banyak terjadi pada mereka dengan
pendidikanterakhir SMA yaitu sebanyak 101
responden atau jika dipresentasikan menjadi 67,3%.
SMA termasuk dalam kategori pendidikan menengah.
Pengetahuan tentang kesehatan masih kurang pada
tingkat pendidikan ini, sehingga belum mengetahui
risiko tinggi serta penularan HIV/AIDS(Widayanti,
dkk, 2018).
Penderita atau responden yang tergabung di
Jombang Care Center plus(JCC+) kabupaten
Jombang banyak yang sudah bekerja dengan jumlah
42 responden atau jika dipresentasikan menjadi 74,6%
dan responden yang belum bekerja didapat data ada 13
responden jika dipresentasikan menjadi 23,6%.Hasil
penelitian ini juga sama dengan yang dilakukan oleh
Lisnawati (2016) dalam jurnal “Hubungan stigma,
depresi dan kelelahan dengan kualitas hidup pasien
HIV/AIDS di klinik veteran Medan” dimana dalam
penelitian tersebut peneliti menggunakan responden
sebanyak 78 orang dan didapat hasil bahwa responden
yang menderita HIV/AIDS banyak yang sudah bekerja
yaitu terdapat 59 responden yang bekerja atau jika di
presentasikan menjadi 75,6 % dan yang tidak bekerja
terdapat 19 respondendan jika dipresentasikan
menjadi 24,4 %.Tingginya kasus HIV/AIDS bila
dikaitkan dengan pekerjaan, dapat diasumsikan bahwa
orang yang bekerja dan mempunyai penghasilan
sendiri cenderung dapat menjadi faktor pendorong
untuk melakukan apa saja sesuai keinginannya dengan
penghasilannya, termasuk seks bebas yang sebenarnya
merupakan perilaku seks berisiko terhadap rentannya
infeksi HIV (Kambu Y, 2015).
Berdasrkan status pernikahanpaling banyak
yang sudah menikah yaitu sebanyak 23 responden
(41,8%). Hasil penelitian ini juga sama dengan yang
dilakukan olehLubis, dkk (2016)dalam jurnal
“Hubungan stigma, depresi dan kelelahan dengan
kualitas hidup pasien HIV/AIDS di klinik veteran
Medan” dimana dalam penelitian tersebut peneliti
menggunakan responden sebanyak 78 orang dan
didapat hasil bahwa responden yang menderita
HIV/AIDS banyak yang sudah menikah yaitu terdapat
46 responden yang berstatus menikah atau jika
dipresentasikan menjadi 59%, belum menikah 20
responden jika dipresentasikan menjadi 25,6%, dan
yang berstatus janda atau duda didapat ada 12 orang
jika dipresentasikan menjadi 15,4%.Perkawinan dan
kesetiaan tidak cukup melindungi mereka dari
terinfeksi HIV(Llano et al., 2006). Tingginya angka
kasus ODHA yang sudah menikah dapat disebabkan
karena penularan HIV melalui kontak seksual dari
pasangannya (suami/istri). Oleh karena itu, informasi
kesehatan tentang pentingnya tidak melakukan seks
bebas dan setia pada satu pasangan menjadi satu hal
yang wajib dilakukan.
berdasarkan lama diagnosa paling banyak
yaitu yang telah menderitaHIV selama 1-5 tahun
sebanyak 29 responden (52,7%).Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan olehEgbe et
al, (2020), dalam jurnal “Stigmatization among People
Living with HIV/AIDS at the Kumba Health District,
Cameroon” dimana dalam penelitian tersebut
digunakan 385 responden dan didapat hasil bahwa
ODHA yangsudah terdiagnosa≤5 tahun yaitu
sebanyak 294 responden jika dipresentasikan menjadi

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
36
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
76,4%.Namun, data responden berdasarkan lamanya
seseorang terdiagnosa penyakit HIV/AIDS dikatakan
positif belum bisa dipastikan, karena ada
kemungkinan responden tertular HIV terjadi sebelum
mereka mengetahui di dalam tubuhnya terdapat virus
HIV. Karena sebagian besarODHAmengetahui
bahwa mereka terkena HIV positif ketika mereka
melakukan pemeriksaan di rumah sakit saat mereka
mengalami atau timbul gejala-gejala HIV/AIDS
(Wiyati, 2019).
Berdasarkan carapenularan HIV/AIDS hasil
penelitian menunjukkan mayoritas adalah melalui
hubungan seks (seks bebas) sebanyak 42 orang
(76,4%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan olehWira Daramatasia (2017), dalam
jurnal “Hubungan Jumlah CD4 Dengan Kualitas
Hidup Pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di
Jombang Care Center Plus” dimana dalam penelitian
tersebut digunakan 79 responden dan didapat hasil
bahwa cara penularan melalui hubungan seks (seks
bebas) sebanyak 49 responden jika dipresentasekan
menjadi 62%.Pada tahun 2016 sekitar 63% remaja di
Indonesia melakukan seks bebas (Jovian, 2016).
Berawal dari tidak sengaja melihat gambar porno, lalu
meningkat menjadi melakukan perbuatan seks bebas
sampai akhirnya mengalami HIV & AIDS. Perlunya
dampingan dan pengawasan orang tua sejak dini
menjadifaktorpenting agar anak tidak melakukan
seks bebas di kemudian hari. Selain itu, peran guru di
sekolahjuga penting dalammengatur pola pergaulan
anak hingga usia remaja.
Dari penelitian yang sudah dilakukan dengan
total 55 responden orang dengan HIV/AIDS di
Jombang Care Center Plus(JCC+), didapatkan hasil
43 dari 55 responden terbuka kepada orang lain.
Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian
olehDhea et al., (2017)menyebutkan bahwa
mayoritas36 (72%)ODHA terbuka tentang status
HIV/AIDS dari 50 responden.Pengungkapan status
HIV/AIDS yang dilakukan tidak hanya mencakup isu
mengenai HIV/AIDS, tetapi juga mencakup
keseharian, penilaian, pandangan, maupun perasaan
pribadi yang dimiliki ODHA. Orang-orang yang
mendapatkan pengungkapan merupakan orang yang
sangat dipercaya ataupun memiliki kedekatan
emosional. Pengungkapan diri mendapatkan reaksi
yang positif, berupa pemberian dukungan sosial, baik
yang bersifat emosional (moral) maupun praktikal
(materil)(Tambunan, 2017).
Dari penelitian yang sudah dilakukan di
Jombang Care Center Plus(JCC+) dengan total 55
responden orang dengan HIV/AIDS, didapatkan hasil
41 dari 55 responden mengalami stigma cukup
.Penelitian yang dilakukan sejalan dengan penelitian
olehIbrahim, Kombong, & Sriati, (2019)
menyebutkan bahwa21 dari30 ODHAmemiliki
stigma diricukup.Hasil penelitian ini juga didukung
dengan hasil penelitian yang dilakukanSyahrina &
Pranata (2018)yang menyatakan 31 dari 40 ODHA
memiliki stigma diri sedang atau cukup.Setiap
responden memilikiketahanan psikologis yang
berbeda-beda sebagai salah satunya adalah stigma dari
masyarakat yang juga bisa menjadi faktor ODHA
memiliki stigma diri cenderung negatif. Stigma
berawal dari adanya pemahaman yang salah mengenai
anggapan bahwa HIV/AIDS merupakanpenyakit
yang menjijikan yang menjangkiti orang yang
menyimpang perilaku seksualnya (Ramani & Urias,
2018).
HubunganKeterbukaan StatusDengan
Stigma Diri padaODHA
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah
dilakukan sebelumnya menggunakan teknik analisis
dataPearson. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
nilaip = 0,143(p>0,05) yang mengartikan bahwa

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
37
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
variabel keterbukaan status HIV tidak memiliki
hubungan terhadap variabel stigma diri. Berdasarkan
hal tersebut, hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini ditolak. Tidak adanya hubungan yang kuat serta
tidak signifikan antara variabel keterbukaan status
HIV dengan stigma diri dapat dilihat dari hasil
penelitian serta beberapa alasan lain yang tidak
mampu menjelaskan bagaimana kedua variabel
tersebut dapat saling mempengaruhi secara signifikan.
Sebagai contoh varibel 1 adalah keterbukaan status
dan variabel 2 adalah stigma diri, namun dalam hasil
penelitian setelah dilakukan uji statistik pearson
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antarakedua variabel. Yang mana
seharusnya jika ODHA tidak membuka status
penyakitnya maka stigma dirinya akan semakin buruk
atau negatif.
Namun hasil penelitian yang telahdilakukan
oleh peneliti menunjukkan tidak ada hubungan yang
antara keterbukaan status HIV dengan stigma diri pada
ODHA di JCC+ Kabupaten Jombang. Maka hipotesis
(H0) diterima yaitu tidak ada hubungan yang
bermakna antara keterbukaan status HIV/AIDS
denganstigma diripada ODHA diJombang Care
Center Plus (JCC+).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan olehLi, Chen,& Yu (2016)dalam jurnal
yang berjudul “Disclosure appraisal mediating the
association between perceived stigma and HIV
disclosure to casual sex partners among HIV + MSM :
a path model analysis” dalam jurnal tersebut
menjelaskan bahwaperceived stigmaatau stigma diri
memiliki hubungan negatif dengan sikap, niat, dan
perilaku pengungkapan status.Penelitian yang
dilakukan peneliti hanya mencakup responden dengan
lingkup kecil dan belum memenuhi jawaban dari
seluruh ODHA. Penelitian dengan responden lingkup
lebih luas memungkinkan untuk didapatkan hasil yang
berbeda.
Faktor lain yang berhubungan dengan
keterbukaan status HIV pada penelitian yang
dilakukan olehGunawan (2015), pada penelitian
tersebut peneliti mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan antaraketerbukaan ODHA pada pasangan
dengan tindakan pencegahan penularan HIV/AIDS
(melaluisafer-sexdan PMTCT) pada keluarga oleh
ODHA.KarenaODHA yang terbuka cenderung akan
melakukan tindakan pencegahan penularan
HIV/AIDS yang tidak berisiko menularkan
dibandingkan dengan ODHA yang tidak terbuka.
Untuk faktor lain yang berhubungan dengan stigma
diri pada ODHA dalam penelitian yang dilakukan oleh
Syahrina& Pranata (2018)dengan penelitian tentang
“Stigma Internal Hubungannya Dengan Interaksi
Sosial Orang Dengan HIV/AIDS di Yayasan Taratak
Jiwa Hati Padang” yang menyatakan adanya
hubungan antara stigma internal dengan interaksi
sosial Orang Dengan HIV/AIDS yang berada dalam
pendampingan Yayasan Taratak Jiwa Hati Padang.
Namun pendapat ini berlawanan dengan penelitan
yang dilakukan olehOverstreet, et al (2013)yang
mengungkapkan bahwa stigma diri sangat
berhubungan dengan pengungkapan status HIV,
terutama pada pasangan seksual terakhir dan keluarga
terdekat. Stigma menjadi faktor yang paling utama
dan paling besar yang dihadapi oleh ODHA untuk
dapat mengungkapkan status HIVnya(Bilardi et al.,
2019).Hal ini menyatakan bahwa banyak faktor yang
berhubungan dengan keterbukaan status HIV maupun
stigma diri pada ODHA. Sesuai dengan data-data yang
didapat, hasil setiap penelitianbisa saja berbeda.

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
38
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
KESIMPULANDAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti adalah
sebagai berikut :
1.Jumlah ODHA diJombang Care Center Plus
(JCC+) kabupaten Jombang yangsudahmembuka
status penyakit berjumlah43responden dan yang
tidakmembuka status penyakitnya ada 12
responden.
2.Stigma Diri pada ODHA di JCC+ Kab. Jombang
sebagian besar memilkistigma diricukup dengan
jumlah responden 41 (74,5%).
3.Hubungan antara keterbukaan status dengan
stigma diri pada Orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) diJombang Care Center Plus(JCC+)
Kabupaten Jombang tidak bermakna, dengan nilai
signifikanp 0.143(p>0,05).
Saran
Bagi ODHA diharapkan untuk lebih
mengembangkan konsep diri positif seperti mencoba
bersosialisasi dengan orang lain dengan cara
bergabung dengan orang-orang yang dapat
memberikan dukungan dan semangat pada ODHA.
ODHA juga harus menambah wawasan tentang HIV
dan AIDS seperti seminar atau penyuluhan sehingga
menjadikan stigma pada ODHAmenjadi positif,
menjalani hidup lebih percaya diri, mampu
mengembangkan diri, dan meningkatkan kualitas
hidup.
Diharapkan anggota keluarga dapat
memberikan perhatian, semangat, motivasi dan
menghibur anggota keluarganya yang memiliki status
penyakit HIV/AIDS. Kemudian selalu mencari tau
informasi mengenai penyakit HIV/AIDS, sehingga
menambah wawasan keluarga tentang penyakit yang
diderita oleh anggota keluarga.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada
bapak dan ibu dosen STIKESWidyagama Husada,
Civitas akademika STIKES Widyagama Husada yang
senantiasa memberi dukungan, responden ODHA
KDS JCC+ Kabupaten Jombang yang telah bersedia
menjadi subjek penelitian, dan pihak-pihak lain yang
telah membantu hingga penelitian dan penulisan
artikel ini dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Abraham Maslow. (2006).On Dominace, Self Esteen
and Self Actualization. Ann Kaplan: Maurice
Basset.
Anggraeni,D.M & Saryono. (2013).Metodelogi
Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam
BidangKesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Arikunto, S. (2010).Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.A.
Astari, L., Safitri, Y. E., & P, D. H. (2007). Viral Load
pada Infeksi HIV ( ViralLoad in HIV Infection
), 31–39.
Astuti, A., & Budiyani, K. (2010). Hubungan antara
dukungan sosial yang diterima dengan
kebermaknaan hidup pada ODHA (orang dengan
HIV/AIDS).Insight, 1–10.
Bilardi, J. E., Hulme-Chambers, A., Chen, M. Y.,
Fairley, C. K., Huffam, S. E., & Tomnay, J. E.
(2019). The role of stigma in the acceptance and
disclosure of HIV among recently diagnosed
men who have sex with men in Australia: A
qualitative study.PLoS ONE,14(11), 1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0224616
Cahyadi. (2013).Uji validitas dan reabilitas berger
stigma scale versi bahasa indonesia dalam
menilai perceived stigma.

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
39
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
Corrigan, P. W., Bink, A. B., Schmidt, A., Jones, N.,
& Rüsch, N. (2016).What is the impact of self-
stigma? Loss of self-respect and the “why try”
effect.Journal of Mental Health,25(1), 10–15.
https://doi.org/10.3109/09638237.2015.102190
2
Daramatasia, W., & Soelistyoningsih, D. (2017).
Hubungan Jumlah Cd4 Dengan Kualitas Hidup
Pada Orang Dengan Hiv/Aids (Odha) Di
Jombang Care Center Plus.Media Husada,8(1).
Retrieved from
http://ojs.widyagamahusada.ac.id/index.php/JIK
/article/download/198/133
Dhea, F., Tandi, W., Asrifuddin, A., Sekeon, S. A. S.,
Kesehatan, F., Universitas,M., & Ratulangi, S.
(2017). HUBUNGAN KETERBUKAAN
ODHA PADA PASANGAN DENGAN
TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN
HIV / AIDS ( MELALUI SAFER–SEX DAN
PMTCT ) PADA KELUARGA DI KOTA
MANADO Immunodeficiency Virus ( HIV )
hamil tahun 2016 sebanyak 0 , 49 % dan jumlah
ibu hamil positif yang meme,7.
Dinas Kesehatan. (2018).Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang 2018 .
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.00
4
Ditchman, N., Kosyluk, K., Lee, E.-J., & Jones, N.
(2016). How stigma affects the lives of people
with intellectual disabilities: An overview. In
Intellectual disability and stigma: Stepping out
from the margins.(pp. 31–47). Ditchman,
Nicole: Department of Psychology, Illinois
Institute of Technology, Chicago, IL, US,
[email protected]: Palgrave Macmillan.
https://doi.org/10.1057/978-1-137-52499-7_3
Egbe, T. O., Nge, C. A., Ngouekam, H., Asonganyi,
E., & Nsagha, D. S. (2020). Stigmatization
among People Living with HIV/AIDS at the
Kumba Health District,Cameroon.Journal of
the International Association of Providers of
AIDS Care , 19, 1 –7.
https://doi.org/10.1177/2325958219899305
Evans-Lacko, S., Gronholm, P. C., Hankir, A.,
Pingani, L., & Corrigan, P. (2016). Practical
strategies to fight stigma in mental health. In
Psychiatry in practice: Education, experience,
and expertise.(pp. 237–255). New York, NY,
US: Oxford University Press.
Fadli, G. (2015). Gambaran Karakteristik ODHA di
Yayasan Lentera Minangkabau Kota Padang.
Skripsi.
https://doi.org/10.1377/hlthaff.2013.0625
Finnajakh, A., Meilani, N., &Setiyawati, N. (2019).
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Persepsi
dengan Stigma Masyarakat terhadap ODHA di
Desa Pandowoharjo, Kecamatan Sleman,
Kabupaten Sleman, hal 1,10,11.
Friedman, S. R., Pouget, E. R., Sandoval, M., Rossi,
D., MateuGelabert, P., Nikolopoulos, G. K., …
Stall, R. D. (2018). populations : A descriptive
and exploratory study,21(9), 2561–2578.
https://doi.org/10.1007/s10461-016-1578-
4.Interpersonal
Goffman, E. (2016).Stigma. Retrieved from
http://www.irwish.de/PDF/Goffman/Goffman-
Stigma.pdf
Gunawan, A. H. (2015). Hubungan Keterbukaan Odha
Pada Pasangan dengan Tindakan Pencegahan
Penularan HIV/AIDS (Melalui Safer-Sex dan

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
40
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
PMTCT) Pada Keluarga Oleh Odha.Universitas
Muhammadiyah Malang. Retrieved from
http://eprints.umm.ac.id/26047/1/jiptummpp-
gdl-alfianhari-38102-1-pendahul-n.pdf
Halli, S. S., Khan, C. G. H., Moses, S., Blanchard, J.,
Washington, R., Shah, I., & Isac, S. (2017).
Family and community level stigma and
discrimination among women living with
HIV/AIDS in a high HIV prevalence district of
India.Journal of HIV/AIDS and Social Services,
16(1), 4 –19.
https://doi.org/10.1080/15381501.2015.110779
8
Ibrahim, K., Kombong, R., &Sriati, A. (2019). The
Difference of Perceived HIV Stigma between
People Living with HIV Infection and Their
Families.Nurse Media Journal of Nursing,9(2),
117–127.
https://doi.org/10.14710/nmjn.v9i2.24256
Khasanah, N. (2014). Dampak Ekonomi , Sosial Dan
Psikologi Hiv / Aids Pada Orang Dengan
Hiv/Aids (Odha) Di Kabupaten Kebumen.STIE
Putra Bangsa Kebumen, 630–645.
Khububiyah, N. (2018). Hubungan keterbukaan status
HIV kepada masyarakat dengan tingkat stres
pada ODHA di Jombang Care Center Plus
(JCC+).Skripsi.
Kumar, A., Abbas, W., & Herbein, G. (2014). HIV-1
latency in monocytes/macrophages.Viruses,
6(4), 1837 –1860.
https://doi.org/10.3390/v6041837
Kusuma, H. (2011). Hubungan Antara Depresi dan
Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup
Pasien HIV/AIDS yang Menjalani Perawatan di
RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Universitas Indonesia, 20,21,76–79,111–
114,135–139. Retrieved from www.lib.ac.id
Laksana, A. S. D., & Lestari, D. W. D. (2010). Faktor-
faktor Risiko Penularan HIV/AIDS pada Laki-
laki dengan Orientasi Seks Heteroseksual dan
Homoseksual di Purwokerto.Mandala of
Health,4.
Li, H., Chen, X., & Yu, B. (2016). Disclosure
appraisal mediating the association between
perceived stigma and HIV disclosure to casual
sex partners among HIV+ MSM: A path model
analysis.AIDS Care-Psychological and Socio-
Medical Aspects of AIDS/HIV,28(6), 722–725.
https://doi.org/10.1080/09540121.2016.114088
4
Llano, M., Saenz, D. T., Meehan, A., Wongthida, P.,
Peretz, M., Walker, W.H., … Poeschla, E. M.
(2006). An essential role for LEDGF/p75 in HIV
integration.Science,314(5798), 461–464.
https://doi.org/10.1126/science.1132319
Lubis, L., Sarumpaet, S. M., & Ismayadi. (2016).
Hubungan Stigma, Depresi Dan Kelelahan
Dengan Kualitas Hidup Pasien Hiv/Aids Di
Klinik Veteran Medan.Idea Nursing Journal,
7(1).
Mariyamah, S. (2019). Hubungan dukungan keluarga
dengan self stigma pada odha di jombang care
center (jcc+) kabupaten jombang.Skripsi.
Maryam B. Gainau. (2012). Keterbukaan Diri.
Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri
(STAKPN) Papua, 12–36.
Muhammad Saleh Nuwa, Stefanus Mendes Kiik, A. R.
V. (2019). Penanganan Terhadap Stigma
Masyarakat tentang Orang Dengan HIV/AIDS
(ODHA) di Komunitas.Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes,10(1), 49–54.

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
41
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33846/sf.v10
i1.310
Nursalam, Nurs, M., & Dian, N. (2007).Asuhan
Keperawatan Pasien Terinfeksi HIV.Salemba
Medika. Jakarta .
https://doi.org/10.1177/140349489502300202
Nyamathi, A. M., Dean, F., Ekstrand, M., Francisco,
S., Francisco, S., Angeles, L., … Delhi, N.
(2018). Quality of Life among Women Living
with HIV in Rural India,28(4), 575–586.
https://doi.org/10.1016/j.jana.2017.03.004.Qual
ity
Overstreet, N. M., Earnshaw, V. A., Kalichman, S. C.,
& Quinn, D. M. (2013). Internalized stigma and
HIV status disclosure among HIV-positive black
men who have sex with men.AIDS Care-
Psychological and Socio-Medical Aspects of
AIDS/HIV, 25(4), 466 –471.
https://doi.org/10.1080/09540121.2012.720362
Pourmarzi, D.,Khoramirad, A., & Gaeeni, M. (2017).
Perceived Stigma in People Living With HIV in
Qom.Journal of Family & Reproductive Health,
11(4), 202–210. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3028816
7
Ramadhani, F. R. (2017). Analisis Karakteristik
Penderita HIV/AIDS di RS Wahidin
Sudirohusodo Makassar. Sripsi.
https://doi.org/10.1007/s10551-007-9638-3
Rao, D., Molina, Y., Lambert, N., & Cohn, S. E.
(2017). Assessing Stigma among African
Americans Living with HIV.Physiology &
Behavior, 176(1), 139 –148.
https://doi.org/10.1016/j.physbeh.2017.03.040
Stangl, A., Brady, L., Fritz, K. (2012). Measuring HIV
stigma and discrimination; International Centre
for Research on Women, Washington D.C.,
USA.STRIVE Technical Brief.
Suriana, A. (2013). Penelitian tentang.Self Disclosure
Pada Pasien ODHA,01, 1–10.
Syahrina, I. A., & Pranata, ade yuda. (2018). Stigma
Internal Hubungannya dengan Interaksi Sosial
Orang dengan HIV/AIDS di Yayasan Taratak
Jiwa Hati Padang.Jurnal Fakultas Psikologi
Universitas WisnuwardhanaMalang,22(1), 1–
17. Retrieved from
file:///C:/Users/Administrator/Downloads/98-
Article Text-171-1-10-20181114.pdf
Tambunan, M. S. E. (2017). Pengungkapan Diri pada
Orang dengan HIV / AIDS ( ODHA ).Skripsi.
Retrieved from
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/21
02Downloaded
Thurman, T. R., Kidman, R., Nice, J., & Ikamari, L.
(2015). Family Functioning and Child
Behavioral Problems in Households Affected by
HIV and AIDS in Kenya.AIDS and Behavior,
19(8), 1408 –1414.
https://doi.org/10.1007/s10461-014-0897-6
Wahyu, S., Taufik, T., & Ilyas, A. (2012). Konsep Diri
dan Masalah yang Dialami Orang Terinfeksi
HIV/Aids. Konselor, 1(2), 1–12.
https://doi.org/10.24036/0201212695-0-00
Wang, D., Carroll, G. T., Turro, N. J., Koberstein, J.
T., Kováč, P., Saksena, R., … Steinman, L.
(2007). Photogenerated glycan arrays identify
immunogenic sugar moieties of Bacillus
anthracis exosporium.Proteomics,7(2), 180–
184. https://doi.org/10.1002/pmic.200600478
Wang, X., Guo, G., Liang, X., Zhou, L., Zheng, J., Li,

Media Husada Journal of Nursing Science, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2020
42
Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020)
Citethisarticleas:Pujilestari, Nurullah Ika. dkk. (2020).
HubunganKeterbukaan Status Hiv Dengan Stigma
Diri Pada Orang Dengan Hiv/Aids.Media Husada
Journal of Nursing Science. Vol. 1(No.1),31-42.
https://doi.org/10.33475/mhjns.vdiisitim redaksi.
S., … Lu, L. (2018). Health Utility of Pregnant
Women Living with HIV / AIDS : Prevention of
Mother-to-Child Transmission of HIV ( PMTCT
) Programs in Yunnan Province : A Cross-
Sectional Study.Value in Health Regional
Issues, 15(309), 27 –33.
https://doi.org/10.1016/j.vhri.2017.05.004
Widayanti, L. P., Hidayati, S., Lusiana, N., & Ratodi,
M. (2018). Hubungan pengetahuan tentang
HIV/AIDS dan sikap mahasiswa terhadap
ODHA.Journal of Health Science and
Prevention,2(2), 100–107.
Wiyati, T. G. K. (2019). Hubungan Antara Lama
Terdiagnosa Dengan Kualitas Hidup Orang
Dengan Hiv / Aids Di Yayasan Victory Plus
Tahun 2019 Hubungan Antara Lama
Terdiagnosa Dengan Kualitas Hidup Orang
Dengan Hiv / Aids Di Yayasan Victory Plus
Tahun 2019.Skripsi.
Xu, X., Sheng, Y., Khoshnood, K., & Clark, K.
(2017). Factors Predicting Internalized Stigma
Among Men Who Have Sex with Men Living
with HIV in Beijing, China.Journal of the
Association of Nurses in AIDS Care,28(1), 142–
153. https://doi.org/10.1016/j.jana.2016.08.004
Yuliyanasari, N. (2017). GLOBAL BURDEN
DESEASE – HUMAN
IMMUNODEFICIENCY VIRUS –
ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY
SYNDROME ( HIV-AIDS ), (October 2016),
65–77.