Modul 1

Kebutuhan Dasar Manusia

Ir. Henky Hermantoro, M.U.R.P./M.P.A.




ebutuhan dasar manusia sering dibahas berkenaan dengan kebutuhan
dasar universal menyangkut hal kebutuhan fisik dan psikologis
sebagaimana disampaikan oleh Maslow (1954)
1
. Bila Maslow hanya
menyinggung kebutuhan dasar secara umum, Mill & Morrison (2009)
2

mengembangkannya sesuai dengan pemikirannya atas jenjang kebutuhan
dasar wisata. Menurut mereka, kebutuhan dasar wisata tidak cukup dipahami
sebagai kebutuhan dasar fisik dan psikologis, namun juga intelektual. Pada
tingkat ini, walaupun tidak secara eksplisit, kreativitas juga merupakan
bagian dari bahasan Mill & Morrison.
Dalam hierarki kebutuhan dasar Maslow secara spesifik menyebutkan
bahwa kreativitas adalah bagian dari aktualisasi diri, tahap tertinggi dari
kebutuhan dasar manusia. Kreativitas tersebut bukan hanya seka dar ide dan
gagasan, namun sebuah ide yang telah dituangkan dalam bentuk produk yang
dapat memecahkan sebuah solusi.
Untuk dapat memahami pengertiannya lebih lanjut, materi di atas akan
dijelaskan secara lebih rinci ke dalam dua topik kegiatan belajar berikut.
1. Rekreasi dan wisata menjelaskan posisi mereka dalam struktur
kebutuhan dasar manusia. Ia tidak berhenti pada kebutuhan dasar
psikologis namun intelektual. Dijelaskan pula pengertian kreativitas
sebagai bagian penting dari produk yang dihasilkan dalam proses
kebutuhan dasar manusia.

1
Maslow, A.H, Motivation and Personality, (New York: Harper & Row, 1954), in Goble,
F.G, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, trans., (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1987), 69 -92.
2
Mill, R.C. & Morrison, A.M, The Tourism System, edisi keenam., ( Dubuque: Kendall Hout
Publishing Company, 2009), 288-289.
K
PENDAHULUAN

1.2 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
2. Waktu luang dan wisata menjelaskan bahwa wisata tidak saja
merupakan kebutuhan dasar, namun juga sebagai bagian dari hak dasar
dan hak asasi manusia yang diakui secara universal. Ini kemudian
mendorong tumbuhnya produktivitas dan kreativitas manusia.

Dengan mempelajari dan terutama memahami materi yang disampaikan
dalam Modul 1 ini maka mahasiswa/mahasiswi diharapkan dapat menguasai
pengertian dasar mengenai peran para pemangku kegiatan pariwisata.
Pemahaman ini penting diketahui karena berhasil tidaknya pembangunan
pariwisata sangat tergantung pada seberapa erat hubungan koordinasi antar
pemangku kegiatan tersebut.

z SPAR4312/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1

Rekreasi dan Kreativitas

aslow (1954)
3
dikenal karena teori kebutuhan dasar manusia yang
menjelaskan tentang jenjang kebutuhan dasar manusia secara umum
dalam dua kelompok utama, yaitu fisik dan psikologis. Menurutnya, hierarki
kebutuhan dasar manusia dimulai dari kebutuhan fisik dan psikologis.
Kebutuhan psikologis dibedakan atas kebutuhan atas keamanan, cinta,
penghargaan, dan aktualisasi diri sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1
berikut. Kebutuhan tersebut berjenjang. Ketika tahap awal telah dipenuhi
maka manusia akan termotivasi untuk mencapai tahap selanjutnya. Motivasi
untuk mencapai tingkat kebutuhan dasar yang lebih tinggi di atas didorong
oleh faktor-faktor escape, relaksasi, prestige, kebersamaan dengan keluarga
dan teman, pengetahuan, olahraga, petualangan, menikmati alam, dan
sebagainya (Alghamdi, 2007)
4
.


Sumber: Maslow, 1954

Gambar 1.1
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia

3
Maslow, A.H., Motivation and Personality, (New York: Harper & Row, 1954), in Goble,
F.G, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, trans., (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1987), 69 -92.
4
Alghamdi, A., Explicit and Implicit Motivation Towards Outbound Tourism: A Study of
Saudi Tourists, (2007): 46. Dikutip dari Waluya, D.H.B., Analisis Faktor-faktor Pendorong
Motivasi Wisatawan Nusantara terhadap Keputusan Berkunjung k e Kebun Raya Bogor.
Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, n o.1 (2012): 245.
M

1.4 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
Teori Maslow tersebut menjelaskan kebutuhan dasar manusia yang
dibagi atas tingkatan kebutuhan (hierachy of needs) dengan penjelasan
sebagaimana berikut.
1. Pada tahap awal seseorang memerlukan kebutuhan dasar fisik untuk
mempertahankan hidupnya, seperti bernafas, makan, minum, sex , tidur
dan homeostatis
5
. Jenjang ini merupakan tahap penting agar manusia
dapat tetap mempertahankan hidupnya sebelum naik ke jenjang
kebutuhan berikutnya.
2. Tahap kebutuhan akan keamanan dapat berupa permintaan akan
tersedianya jaminan terhadap lapangan kerja, akses ke sumber daya,
moral, keluarga, kesehatan, dan kepemilikan (properti). Tahap ini
merupakan kebutuhan dasar yang dijamin oleh negara agar masyarakat
merasakan bahwa negara benar-benar dapat menjamin kebutuhannya.
Realisasinya dapat berupa pemberian jaminan kesehatan dan bahkan
sampai dengan jaminan pendidikan.
3. Tahap kebutuhan akan cinta berupa kebutuhan akan persahabatan,
kekeluargaan, dan intimacy
6
. Ini tahap di mana seseorang sebagai
makhluk sosial akan membutuhkan kehadiran orang lain dalam mengisi
kehidupannya.
4. Tahap kebutuhan akan penghargaan berupa kebutuhan untuk
mendapatkan penghargaan, keyakinan, pencapaian, menghormati orang
lain, dan dihormati orang lain. Pada tahap ini seseorang memerlukan
bentuk penghargaan tertentu untuk dapat diakui oleh komunitasnya
yang membedakan dirinya dengan orang lain; dan
5. Tahap kebutuhan aktualisasi diri berupa moral, kreativitas, spontanitas,
pemecahan masalah, berpikir positif, dan mau menerima fakta.
Aktualisasi diyakini merupakan alasan adanya kebutuhan- kebutuhan
dasar lain. Dalam teori ini, Maslow juga meyakini bahwa kreativitas
adalah inti dari aktualisasi diri.


5
Kata homeostasis merujuk pada sebuah pengertian mekanisme pengaturan
lingkungan terhadap keseimbangan dinamis (dalam badan organisme) yang berlangsung
secara konstan. Misalnya, seseorang akan otomatis mengeluarkan keringat sehabis
berolahraga untuk menurunkan suhu tubuh ke suhu normal.
6
Intimacy menjelaskan kedekatan emosional antara seseorang dengan orang lainnya yang
terjadi karena adanya saling percaya, saling peduli, dan dapat saling menerima. Bentuk
intimacy ini dapat berupa fisik, estetis, rekreasional, intelektual, spiritual, emosional,
sexual, dan unconditional.

z SPAR4312/MODUL 1 1.5
Teori Maslow di atas menjelaskan dua hal penting terkait dengan materi
pembelajaran ini, yaitu wisata dan kreativitas. Teori tersebut memang tidak
menjelaskan secara eksplisit kebutuhan wisata. Namun, Dumazier (1976)
7

menjelaskan bahwa wisata dibutuhkan pada setiap jenjang kebutuhan dasar.
Bahkan Zohar & Marshall (2004)
8
menyebutkan bahwa Maslow sendiri pun
sepakat bahwa kebutuhan wisata ada pada setiap jenjang kebutuhan dasar
tersebut. Pernyataan ini menjelaskan bahwa wisata dibutuhkan oleh setiap
orang bahkan sejak mereka belum selesai dengan kebutuhan fisiknya. Dalam
pengertian ini, rekreasi dibutuhkan pada setiap jenjang kebutuhan dasar.
Rekreasi adalah kebutuhan dasar manusia yang diperlukan sejak
kebutuhan fisik sampai psikologis. Pengertian rekreasi secara sederhana
adalah “. ..refreshment of strength and spirits after work” (Merriemwebster,
nd)
9
. Cara rekreasi dapat bermacam-macam dan salah satu bentuknya adalah
wisata karena tujuan dasar wisata adalah rekreasi. Ini dijelaskan oleh UU N o.
10 Tahun 2009
10
bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan untuk “…tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”.
Maslow memang tidak secara eksplisit menyampaikan wisata sebagai
kebutuhan dasar manusia walaupun penulis lain, seperti Dumazier,
sebagaimana dijelaskan di atas menginterpretasikan bahwa wisata adalah
bagian penting dalam kehidupan manusia. Penulis yang secara spesifik
menjelaskan bahwa wisata masuk dalam kebutuhan dasar manusia adalah
Mill & Morrison (2009)
11
. Mereka menjelaskan bahwa kebutuhan wisata
tidak cukup berhenti pada tingkat kebutuhan dasar fisik dan psikologis saja ,
namun juga intelektual.
Dalam pandangannya, kebutuhan wisata dimulai dari seka dar memenuhi
kebutuhan fisik untuk melepaskan diri dari beban pekerjaan rutin, kebutuhan
psikologis untuk memenuhi kebutuhan penghargaan, dan sebagainya
kemudian pada kebutuhan intelektual. Proses perubahan kebutuhan dasar
wisata ini menjelaskan terjadinya perubahan paradigma dan minat wisata.

7
Dumazier, (1967). Dalam Hermantoro, H., Creative-Based Tourism: Dari Wisata Rekreatif
menuju Wisata Kreatif (Depok: Aditri, 2011), 60.
8
Zohar, D. & Marshall, I. Spiritual Capital: Wealth We Can Live By, (2004). Dalam Kotler,
P., et al. Marketing 3.0. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 20.
9
Recreation. Dikutip dari https://www.merriam-webster.com/dictionary/recreation pada 19
Oktober 2019.
10
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 1.
11
Mill, R.C. & Morrison, A.M., The Tourism System (edisi keenam), (Dubuque: Kendall Hout
Publishing Company, 2009), 288-289.

1.6 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
Kebutuhan intelektual ini menjadi bagian penting pada perubahan paradigma
dan minat wisatawan saat ini terkait dengan perubahan paradigma wisata dari
bersenang-senang, pelayanan, dan pengetahuan. Jadi, wisata saat ini tidak
sekadar dipahami hanya untuk tujuan bersenang- senang namun juga
pengetahuan
12
.
Pendapat Mill & Morrison ini kemudian dijabarkan dalam puncak
kebutuhan dasar wisata dalam uraian memahami dan estetika sebagaimana
terlihat pada Gambar 1.2 berikut. Gambar ini merupakan perkembangan dari
pemikiran Maslow mengenai hierarki kebutuhan manusia. Hal penting yang
disampaikan oleh Mill & Morrison adalah mereka secara eksplisit
menjelaskan teori Maslow tersebut ke dalam kebutuhan dasar wisata yang
dianggap belum tampak secara eksplisit dalam teori Maslow.


Sumber: Mill & Morrison, 2009

Gambar 1.2
Kebutuhan Dasar Wisata

Menurut Mill & Morrison, kebutuhan dasar wisata tertinggi yang ingin
dicapai oleh wisatawan adalah kebutuhan intelektual. Pada tahap ini seorang
wisatawan memerlukan wisata tidak hanya untuk melepas lelah, namun untuk
tujuan pengayaan dan pemenuhan diri (self enrichment dan self fulfillment).

12
Perubahan-perubahan minat terkait dengan pendapat Mill & Morrison ini dapat dipelajari
lebih dalam pada Modul 2.

z SPAR4312/MODUL 1 1.7
Kebutuhan ini direalisasikan dalam bentuk mencari ilmu pengetahuan dan
mengapresiasi keindahan daya tarik wisata.
Kebutuhan dasar wisata pada jenjang sebelumnya adalah kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan psikologis. Kebutuhan psikologis yang
diperlukan adalah dalam bentuk permintaan akan kesehatan, kebersamaan
dengan keluarga, prestasi, dan kepuasan batin. Pada tingkat paling dasar,
kebutuhan wisata adalah relaksasi yang digambarkan dalam bentuk mencari
hiburan, dan sebagainya. Tahapan ini dijelaskan oleh Mill & Morrison
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1
Kebutuhan Dasar dan Kepustakaan Pariwisata

Kebutuhan Dasar Motivasi Kepustakaan Pariwisata
Fisik Fisik Relaksasi
Hiburan, relaksasi, lepas dari
ketegangan, sunlust
13
, fisik,
relaksasi mental.
Psikologis
Keselamatan Keamanan
Kesehatan, rekreasi, tetap aktif, dan
sehat untuk masa depan.
Memiliki Cinta
Kebersamaan bersama keluarga,
peningkatan kekerabatan,
persahabatan, fasilitasi interaksi
sosial, memelihara hubungan
personal dan hubungan
interpersonal, kasih sayang
terhadap keluarga, memelihara
kontak sosial.
Penghargaan Prestasi
Meyakinkan seseorang pada
prestasi, kehormatan, pengakuan
sosial, peningkatan ego, profesional,
status dan kehormatan.
Aktualisasi diri Kebenaran diri
Eksplorasi dan evaluasi terhadap
alam, penemuan diri, kepuasan
batin.


13
Sunlust adalah motivasi wisata pada destinasi yang menawarkan sesuatu yang unik,
spesifik, dan menantang.

1.8 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
Kebutuhan Dasar Motivasi Kepustakaan Pariwisata
Intelektual
Mengerti dan
memahami
Ilmu
pengetahuan
Budaya, pendidikan, wanderlust
14
,
berkepentingan pada lingkungan
asing.
Apresiasi
terhadap
keindahan
Apresiasi
terhadap
keindahan
Mengapresiasi lingkungan hidup,
pemandangan alam
Sumber: Mill & Morrison, 2009

Penjelasan tabel di atas sebagai berikut.
1. Motivasi wisata pada tahap fisik adalah relaksasi yang direpresentasikan
dalam bentuk kegiatan untuk mencari hiburan, relaksasi, dan penyegaran
fisik.
2. Motivasi wisata pada tahap psikologis dapat dibedakan atas beberapa
hal, yaitu:
a. motivasi keamanan dalam bentuk, antara lain untuk mencari
kesehatan dalam bentuk wisata kebugaran;
b. motivasi cinta dalam bentuk wisata bersama keluarga dan
membangun kontak sosial dengan teman serta masyarakat lokal;
c. motivasi prestasi dalam bentuk keinginan wisata untuk mendapatkan
penghargaan dan pengakuan sosial;
d. motivasi kebenaran diri dalam bentuk keinginan wisata untuk
mencari kepuasan batin.
3. Motivasi wisata pada tahap intelektual dapat dibedakan atas:
a. motivasi mencari ilmu pengetahuan yang direperesentasikan dalam
bentuk wisata edukasi dan wisata kreatif;
b. motivasi apresiasi terhadap keindahan alam direpresentasikan dalam
bentuk wisata minat khusus berbasis alam dan juga keberagaman
budaya lokal.

Menurut teori di atas, pada puncaknya wisatawan melakukan sebuah
perjalanan wisata tidak lagi bertujuan untuk seka dar melepas beban
kehidupan kerja ataupun istirahat fisik, demikian pula mereka tidak bertujuan
sekadar untuk hanya untuk bersenang- senang dan seka dar mengikuti tren
masa kini bahwa berwisata itu adalah suatu keharusan (gaya hidup). Pada

14
Wanderlust adalah motivasi wisata pada destinasi yang belum pernah dikunjungi.

z SPAR4312/MODUL 1 1.9
tahap intelektual, wisatawan akan melakukan pilihan bukan lagi pada
pemenuhan kebutuhan fisik, namun intelektual. Mereka akan melakukan
pilihan pada jeni s-jenis wisata yang lebih bermakna dalam mengisi
kehidupan dan pengalaman baru, bahkan dapat meningkatkan daya
kreativitasnya.
Motivasi merupakan faktor penting dalam menghasilkan sebuah
perjalanan wisata. Mill & Morrison (2009)
15
menggambarkan posisi penting
motivasi tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut.


Sumber: Mill & Morrison, 2009

Gambar 1.3
Kebutuhan, Keinginan, Motivasi

Penjelasan Gambar 1.3 di atas sebagaimana berikut.
1. Setiap manusia memerlukan wisata sebagai bagian dari kebutuhan
dasarnya (needs). Namun perjalanan wisata hanya akan terjadi ketika
seseorang mulai disadarkan (atau sadar) bahwa ia berkeinginan (wants)
untuk berwisata. Misalnya, seseorang memiliki kebutuhan dasar fisik
maka ia perlu disadarkan bahwa ia memerlukan bepergian ke pantai
untuk bersenang- senang melepas beban fisiknya. Bentuk penyadaran

15
Mill, R.C. & Morrison, A.M., The Tourism System (edisi keenam), (Dubuque: Kendall
Hout Publishing Company, 2009), 285.

1.10 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
(awareness) tersebut adalah berupa informasi dan promosi produk yang
sesuai dengan kebutuhan dasar orang yang bersangkutan.
2. Sebuah keinginan masih belum akan menjadi sebuah perjalanan bila
belum ada motivasi di dalamnya. Motivasi dapat bersifat intrinsik, yaitu
faktor pendorong dari diri sendiri (self-directed motivation) ataupun
ekstrinsik, yaitu faktor dari luar (other-directed motivation). Jenis- jenis
motivasi sebagaimana dijelaskan di bagian depan k egiatan belajar ini.
3. Ditambah dengan anjuran maka seseorang akan secara riil melakukan
perjalanan pada tujuan destinasi pariwisata pilihannya. Hasilnya adalah
ia akan mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya atau
sebaliknya, ia mendapatkan ketidakpuasan ketika realita yang diterima
tidak sama dengan ekspektasinya.

Motivasi wisata tidak terlepas pula dari dua faktor motivasi, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik melibatkan
keterlibatan dalam perilaku karena secara pribadi bermanfaat. Motivasi ini
mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan untuk kepentingannya
sendiri dan bukan atas keinginan untuk imbalan eksternal. Pelaku akan
mendapatkan kepuasan bagi dirinya sendiri. Dalam wisata, motivasi ini
berbentuk dorongan untuk melakukan wisata. Misalnya, seseorang berwisata
karena ingin memperluas pengalamannya.
Sebaliknya, motivasi ekstrinsik terjadi ketika seseorang termotivasi
untuk melakukan perilaku atau terlibat dalam suatu kegiatan atas pengaruh
dari luar, misalnya karena tugas, untuk mendapatkan hadiah, atau
menghindari hukuman. Berbeda dengan motivasi intrinsik, dalam motivasi
ekstrinsik pelaku belum tentu mendapatkan kepuasan karena kegiatan yang
dilakukan bukan atas kemauannya sendiri. Dalam wisata, motivasi ekstrinsik
berbentuk dorongan untuk melakukan wisata karena pengaruh luar. Misalnya,
seseorang berwisata karena urusan pekerjaan (MICE) ataupun karena
mendapatkan insentif atas prestasi kerjanya atau karena mendapatkan undian
wisata atau adanya promosi paket wisata murah (Mill & Morrison, 2009)
16

dalam Gambar 1.4 berikut.
Gambar 1.4 menjelaskan adanya pengaruh internal dan eksternal akan
kebutuhan wisata. Pada tahap awal (relaksasi) kebutuhan yang mendorong
seseorang untuk berwisata adalah kebutuhan pemulihan fisik dan relaksasi,

16
Mill, R.C. & Morrison, A.M., The Tourism System (edisi keenam), (Dubuque: Kendall
Hout Publishing Company, 2009), 293.

1.26 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
Petunjuk Jawaban Latihan

1) Banyak orang masih menginterpretasikan bahwa waktu luang adalah
waktu sisa dalam kehidupan manusia diluar waktu kerja, makan, minum,
dan sebagainya. Pengertian ini menyebabkan mereka kemudian
mengabaikan pentingnya waktu luang dalam kehidupan padahal justru
pada waktu luang ini seseorang dapat melakukan pilihan kegiatannya
secara bebas untuk rekreasi, wisata, dan sebagainya. Penelitian juga
menyebutkan bahwa waktu luang justru dapat menyebabkan
kebahagiaan dan kreativitas sehingga menyebabkan peningkatan
produktivitas manusia.
2) Wisata menurut Lyubomirsky adalah cara untuk mencapai kebahagiaan.
Sifat kebahagiaan itu sendiri memang relatif, berbeda antara satu orang
dengan orang lainnya. Namun, Hermantoro mencoba mengelompokkan
ke dalam tiga paham, yaitu eudominia di mana seseorang merasa
berbahagia bila hidupnya bermanfaat bagi orang lain, hedonism di mana
hanya kesenangan yang dikejar, dan epicureanisme di mana orang lebih
mementingkan kepuasan batin. Paham- paham ini dalam praktik akan
berpengaruh pada pilihan jenis wisata. Penganut paham hedonism lebih
memilih bentuk wisata lingkungan, hedonism pada wisata massal, dan
epicureanisme pada wisata religi.
3) Rekreasi hadir sebagai kebutuhan dasar manusia yang paling penting dan
menjadi hak mereka sejak dari kebutuhan dasar fisik, psikologis, dan
intelektual. Bila rekreasi merupakan kebutuhan dasar maka wisata adalah
proses perjalanan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya tersebut. Namun, untuk dipahami, pengertiannya juga sering
tidak sama seperti itu. Rekreasi sering digunakan untuk istilah di mana
seseorang melakukan perjalanan di dalam destinasinya sendiri,
sebaiknya wisata digunakan untuk menjelaskan pergerakan seseorang
keluar dari destinasi yang dihuninya sehari-hari.




Waktu luang adalah waktu diluar waktu wajib (bekerja, makan,
minum, dan sebagainya) di mana seseorang mendapatkan kebebasan
untuk melakukan kegiatan apapun yang dimauinya. Ada yang
menggunakan waktu luang hanya untuk beristirahat saja, duduk- duduk
RANGKUMAN

z SPAR4312/MODUL 1 1.27
baca novel. Namun, ada yang menggunakan waktu luang itu untuk
kegiatan rekreasi dan wisata.
Pengertian rekreasi dan literatur berbeda dalam konteksnya. Dalam
UU No. 10 T ahun 2009 rekreasi diartikan sebagai tujuan atau kebutuhan
dan wisata adalah kegiatan perjalanan untuk mencapai tujuan tersebut.
Literatur lain lebih menjelaskan mengenai wilayah kegiatan. Rekreasi
adalah kegiatan yang dilakukan di dalam destinasi mereka tinggal dan
wisata adalah kegiatan perjalanan di luar destinasi tinggalnya.
Rekreasi dan wisata merupakan faktor penting dalam kehidupan
manusia karena dapat meningkatkan produktivitas mereka, tidak seka dar
melepaskan lelah. Ini sebabnya rekreasi dan wisata masuk dalam
kelompok hak dasar dan hak asasi manusia. Tidak hanya itu, rekreasi
dapat mendorong pula tumbuhnya ide dan gagasan yang dapat berujung
pada kreativitas.





1) Hal yang bukan disyaratkan sebagai memenuhi pengertian waktu luang
adalah ….
A. seorang harus bebas dari keinginan bersifat material
B. seseorang harus paham bagaimana memanfaatkan waktu luangnya
C. waktu luang bukan digunakan untuk mencari ketenaran, kekayaan
ataupun faktor ekstrinsik lainnya namun untuk kebebasan
D. waktu luang akan mengurangi produktivitas seseorang

2) Konsep waktu luang menurut Cuellar adalah ….
A. waktu sisa
B. kebutuhan primer manusia
C. waktu istirahat diluar jam kerja
D. syarat dalam menentukan waktu libur

3) Tidak hanya sebagai kebutuhan dasar, wisata juga merupakan hak asasi
manusia yang ditetapkan dalam piagam UNO (PBB). P ernyataan yang
terkait dengan ini adalah setiap orang ….
A. berhak untuk meninggalkan negaranya
B. berhak dan tidak boleh dilarang untuk berwisata di negara lain
C. berhak untuk tinggal selamanya di negara lain
D. wajib melakukan perjalanan wisata

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1.28 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
4) Tujuan utama wisata selain untuk tujuan bersenang- senang adalah ....
A. penghargaan dari lingkungan
B. kebahagiaan
C. memberikan kontribusi pada ekonomi suatu negara
D. memberikan lapangan kerja pada masyarakat

5) Yang dimaksud dengan paham eudomonia dalam kebahagiaan adalah ….
A. didapat ketika telah meraih status sosial yang lebih baik
B. dicapai ketika status ekonomi meningkat
C. didapat ketika seseorang telah mencapai nilai spiritual yang tinggi
D. didapat ketika merasa dapat lebih bermanfaat bagi orang lain

6) Maksud dari paham hedonism dalam kebahagiaan adalah ....
A. mengejar kesenangan
B. dapat menolong sesama
C. dinilai dari status sosial yang tinggi di masyarakat
D. dinilai dari status ekonomi

7) Maksud dari paham epicureanisme dalam kebahagiaan adalah ….
A. didapat dari kemapanan ekonomi
B. dicapai melalui pengkayaan batin dan rohani
C. dicapai ketika status sosial meningkat
D. dicapai ketika keinginan terkabul

8) Istilah rekreasi sering dibedakan dengan wisata.
Penjelasannya adalah ….
A. rekreasi berkunjung ke atraksi, sedangkan wisata terbatas pada
pemanfaatan fasilitas pariwisata berupa akomodasi dan makan
minum
B. rekreasi hanya untuk bersenang- senang, namun wisata untuk
kegiatan yang lebih serius
C. rekreasi dilakukan pada daerah diluar seseorang tinggal, sedangkan
wisata lebih menjelaskan kegiatan rekreasi di daerahnya sendiri
D. rekreasi adalah tujuan, sedangkan wisata adalah proses untuk
mencapai kebutuhan tersebut

9) Maksud Dumadezier sebagai rekreasi adalah ….
A. kebutuhan psikologis setelah kebutuhan fisik terpenuhi
B. bukan kebutuhan dasar manusia namun keinginan
C. kebutuhan dasar manusia yang dilakukan diwaktu luang
D. kebutuhan intelektual

z SPAR4312/MODUL 1 1.29
10) Hal yang dikatakan oleh Cuellar tentang keluaran (outcome) utama dari
rekreasi dan wisata adalah ….
A. kesenangan
B. penghargaan dari lingkungan
C. kemampuan meraih status sosial ekonomi lebih baik
D. semua jawaban salah


Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.





Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2 , terutama bagian yang
belum dikuasai.


Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal
u

1.30 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) C
2) A
3) C
4) D
5) B
6) A
7) D
8) A
9) C
10) B

Tes Formatif 2
1) C
2) B
3) D
4) B
5) A
6) B
7) D
8) D
9) A
10) B

z SPAR4312/MODUL 1 1.31
Daftar Pustaka

Alghamdi, A. (2007). Explicit towards and implicit motivation outbound
tourism: A study of Saudi tourists, hal. 46. Dikutip dari Waluya, D.H.B.
(2012). Analisis faktor-faktor pendorong motivasi wisatawan nusantara
terhadap keputusan berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Tourism and
Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II (1), 245.

Australian Council for Health, Physical Education and Recreation/Royal
Australian Institute of Parks and Recreation. (1980). Recreation Working
Paper, Adelaide: ACHPER Publications, p 3. School of l eisure. Sport
and Tourism Working Paper No. 4. Definitions of leisure and recreation .
Dalam A. J. Veal r eproduced from: Aust ralian Journal of Leisure and
Recreation, 2(4), 1992, pp. 44-48, 52.

Clawson, M., & Kentsch, J.L. (1974). L eisure in m odern America. Dalam
Murphy, J.F., (ed). Concept of l eisure (pp.78- 90). Engelwoof Cliffs:
Prentice Hall. Dalam Veal A.J. (1992). Definition of leisure and
recreation. Australian Journal of Leisure and Recreation, 2(4), 1992,44-
48, 52.

Creativity. Dikutip dari https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/
creativity pada15 Agustus 2019.

Cuellar, P. (1987). Dalam Veal, A.J. (2002). Leisure and tourism policy and
planning (edisi kedua). New York: CABI Publishing.

Dumazier. (1967). Dikutip dari www.authenticholidayfilms.com/tourist_
motivation_35.html, pada 22 September 2010.

___________ (1967). Dalam Hermantoro, H. (2011). Creative-based
tourism: Dari wisata rekreatif menuju wisata kreatif. Depok: Aditri.

Fairchild, H. (ed). (1970). Dictionary of sociology (pp.251). Westport:
Greenwood Press. Dalam Veal A.J. (1992). Definition of leisure and
recreation. Australian Journal of Leisure and Recreation, 2(4), 1992.

1.32 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
Gerlovina, Z. (2011). EuReka! Unraveling the mystery behind creativity.
Spring. Dikutip dari https://academiccommons.colum bia.edu/doi/
10.../download pada 15 Agustus 2019.

Gershuny, J., & Fisher, K. (1999). “Leisure in the UK across the twentieth
century”. Institute of Social and Economic Research Working Paper 99-
3, published as a chapter in Halsey, A.H. (ed). (2000). British social
trends: The twentieth century. London: MacMillan. In Broadhurst, R.
(2001). Managing environment for leisure and recreation. Dikutip dari
http://www.iser.essex.ac.uk/pubs/workpaps/wp99- 03.php, pada 24
September 2000.

Gist, N.P., & Fava, S.F. (1964). Urban s ociety (pp.411). New York: Crowell.
In Veal A.J. (1992). Definition of leisure and recreation . Australian
Journal of Leisure and Recreation, 2(4), 1992.

___________ (1964). Urban society (pp.411). New York: Crowell. Dalam
Veal, A.J. (2002). Leisure and tourism policy and planning (edisi
kedua). New York: CABI Publishing.

Hall, C.M., & Page, S.J. (1999). The geography of tourism and recreation:
environment, place, and space. London: Routledge.

Happiness. Dikutip dari https://www.lifehack.org/articles/communication/
20-definitions- happiness-you-need-know.html.

___________ Dikutip dari https://www.thefreedictionary.com/happiness.

Hermantoro, H. (2015). Kepariwisataan, destinasi pariwisata, produk
pariwisata. Depok: Aditri.

___________ (2016). Pariwisata perkotaan. Depok: Aditri.

Hurd, A.M., & Anderson, D.M. (nd). Definition of leisure, play, and
recreation. Dikutip dari www.humankinetics.com pada 29 Desember
2015.

z SPAR4312/MODUL 1 1.33
John, Ap. (1986). Recreation trends and implications for government. In R.
Castle, D. Lewis, & J. Mangan (Eds.). Work, leisure, and technology.
Melbourne: Longman Cheshire, 167-83 (p. 167). In A. J. Veal
reproduced from: Australian Journal of Leisure and Recreation, 2(4),
1992, pp. 44-48, 52.

Leisure time. Dikutip dari https://www.collinsdictionary.com/dictionary/
english/ leisure-time.

Lyubomirsky, S. et al. (2005). Pursuing happiness: The architecture of
sustainable change. Review of General Psychology, 9(2), 111-131. In
Liu, K. (2013). Happiness and t ourism. International Journal of Business
and Social Science, 4(15), (special issue, November 2013).

Maslow, A.H. (1954). Motivation and personality. New York: Harper &
Row. In Goble, F.G. (1987). Mazhab ketiga: Psikologi humanistik
Abraham Maslow (Terj.). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

McLean, D.J. (2013). Philosophy and l eisure. In Kassing, G. (2013).
Introduction to recreation & leisure . Champaign: Human Kinetics.

___________ (2013). Philosophy and l eisure. Dalam Kassing, G. (2013).
Introduction to recreation & leisure . Champaign: Human Kinetics.

Mill, R.C., & Morrison, A.M. (2009). The tourism system (edisi keenam).
Dubuque: Kendall Hout Publishing Company.

Recreation. Dikutip dari https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/
recreation pada 5 Juni 2019.

___________ Dikutip dari https://www.merriam-webster.com/dictionary/
recreation pada 19 Oktober 2019.

Undang- undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

UNO. (1948). Universal declaration of human right. United Nations
Organization. Artikel 13.

1.34 Pariwisata Berbasis Kreativitas z
Wholebrain creativity. Dikutip dari https://www.futurelearn.com/courses/
creative- problem-solving/0/steps/43756.

Wiliams, S. (2009). Tourism geography: A new synthesis (edisi kedua).
London: Routledge.

WLO. (2000). Charter for leisure. World Leisure Organization. Dalam Veal,
A.J. (2002). Leisure and tourism policy and planning (edisi kedua). New
York: CABI Publishing.

Yukic, T.S. (1970). Fundamentals of r ecreation (edisi kedua ) (pp.5). New
York; Harper & Row. Dalam Veal A.J. (1992). Definition of leisure and
recreation. Australian Journal of Leisure and Recreation, 2(4).

Zohar, D., & Marshall, I. (2004). Spiritual capital: Wealth we can live by.
Dalam Kotler, P. et al. (2010). Marketing 3.0. Jakarta: Penerbit Erlangga.