Modul 1

Kebutuhan Dasar Manusia

Ir. Henky Hermantoro, M.U.R.P./M.P.A.




ebutuhan dasar manusia sering dibahas berkenaan dengan kebutuhan
dasar universal menyangkut hal kebutuhan fisik dan psikologis
sebagaimana disampaikan oleh Maslow (1954)
1
. Bila Maslow hanya
menyinggung kebutuhan dasar secara umum, Mill & Morrison (2009)
2

mengembangkannya sesuai dengan pemikirannya atas jenjang kebutuhan
dasar wisata. Menurut mereka, kebutuhan dasar wisata tidak cukup dipahami
sebagai kebutuhan dasar fisik dan psikologis, namun juga intelektual. Pada
tingkat ini, walaupun tidak secara eksplisit, kreativitas juga merupakan
bagian dari bahasan Mill & Morrison.
Dalam hierarki kebutuhan dasar Maslow secara spesifik menyebutkan
bahwa kreativitas adalah bagian dari aktualisasi diri, tahap tertinggi dari
kebutuhan dasar manusia. Kreativitas tersebut bukan hanya seka dar ide dan
gagasan, namun sebuah ide yang telah dituangkan dalam bentuk produk yang
dapat memecahkan sebuah solusi.
Untuk dapat memahami pengertiannya lebih lanjut, materi di atas akan
dijelaskan secara lebih rinci ke dalam dua topik kegiatan belajar berikut.
1. Rekreasi dan wisata menjelaskan posisi mereka dalam struktur
kebutuhan dasar manusia. Ia tidak berhenti pada kebutuhan dasar
psikologis namun intelektual. Dijelaskan pula pengertian kreativitas
sebagai bagian penting dari produk yang dihasilkan dalam proses
kebutuhan dasar manusia.

1
Maslow, A.H, Motivation and Personality, (New York: Harper & Row, 1954), in Goble,
F.G, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, trans., (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1987), 69 -92.
2
Mill, R.C. & Morrison, A.M, The Tourism System, edisi keenam., ( Dubuque: Kendall Hout
Publishing Company, 2009), 288-289.
K
PENDAHULUAN

1.2 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
2. Waktu luang dan wisata menjelaskan bahwa wisata tidak saja
merupakan kebutuhan dasar, namun juga sebagai bagian dari hak dasar
dan hak asasi manusia yang diakui secara universal. Ini kemudian
mendorong tumbuhnya produktivitas dan kreativitas manusia.

Dengan mempelajari dan terutama memahami materi yang disampaikan
dalam Modul 1 ini maka mahasiswa/mahasiswi diharapkan dapat menguasai
pengertian dasar mengenai peran para pemangku kegiatan pariwisata.
Pemahaman ini penting diketahui karena berhasil tidaknya pembangunan
pariwisata sangat tergantung pada seberapa erat hubungan koordinasi antar
pemangku kegiatan tersebut.

 SPAR4312/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1

Rekreasi dan Kreativitas

aslow (1954)
3
dikenal karena teori kebutuhan dasar manusia yang
menjelaskan tentang jenjang kebutuhan dasar manusia secara umum
dalam dua kelompok utama, yaitu fisik dan psikologis. Menurutnya, hierarki
kebutuhan dasar manusia dimulai dari kebutuhan fisik dan psikologis.
Kebutuhan psikologis dibedakan atas kebutuhan atas keamanan, cinta,
penghargaan, dan aktualisasi diri sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1
berikut. Kebutuhan tersebut berjenjang. Ketika tahap awal telah dipenuhi
maka manusia akan termotivasi untuk mencapai tahap selanjutnya. Motivasi
untuk mencapai tingkat kebutuhan dasar yang lebih tinggi di atas didorong
oleh faktor-faktor escape, relaksasi, prestige, kebersamaan dengan keluarga
dan teman, pengetahuan, olahraga, petualangan, menikmati alam, dan
sebagainya (Alghamdi, 2007)
4
.


Sumber: Maslow, 1954

Gambar 1.1
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia

3
Maslow, A.H., Motivation and Personality, (New York: Harper & Row, 1954), in Goble,
F.G, Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow, trans., (Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1987), 69 -92.
4
Alghamdi, A., Explicit and Implicit Motivation Towards Outbound Tourism: A Study of
Saudi Tourists, (2007): 46. Dikutip dari Waluya, D.H.B., Analisis Faktor-faktor Pendorong
Motivasi Wisatawan Nusantara terhadap Keputusan Berkunjung k e Kebun Raya Bogor.
Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II, n o.1 (2012): 245.
M

1.4 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Teori Maslow tersebut menjelaskan kebutuhan dasar manusia yang
dibagi atas tingkatan kebutuhan (hierachy of needs) dengan penjelasan
sebagaimana berikut.
1. Pada tahap awal seseorang memerlukan kebutuhan dasar fisik untuk
mempertahankan hidupnya, seperti bernafas, makan, minum, sex , tidur
dan homeostatis
5
. Jenjang ini merupakan tahap penting agar manusia
dapat tetap mempertahankan hidupnya sebelum naik ke jenjang
kebutuhan berikutnya.
2. Tahap kebutuhan akan keamanan dapat berupa permintaan akan
tersedianya jaminan terhadap lapangan kerja, akses ke sumber daya,
moral, keluarga, kesehatan, dan kepemilikan (properti). Tahap ini
merupakan kebutuhan dasar yang dijamin oleh negara agar masyarakat
merasakan bahwa negara benar-benar dapat menjamin kebutuhannya.
Realisasinya dapat berupa pemberian jaminan kesehatan dan bahkan
sampai dengan jaminan pendidikan.
3. Tahap kebutuhan akan cinta berupa kebutuhan akan persahabatan,
kekeluargaan, dan intimacy
6
. Ini tahap di mana seseorang sebagai
makhluk sosial akan membutuhkan kehadiran orang lain dalam mengisi
kehidupannya.
4. Tahap kebutuhan akan penghargaan berupa kebutuhan untuk
mendapatkan penghargaan, keyakinan, pencapaian, menghormati orang
lain, dan dihormati orang lain. Pada tahap ini seseorang memerlukan
bentuk penghargaan tertentu untuk dapat diakui oleh komunitasnya
yang membedakan dirinya dengan orang lain; dan
5. Tahap kebutuhan aktualisasi diri berupa moral, kreativitas, spontanitas,
pemecahan masalah, berpikir positif, dan mau menerima fakta.
Aktualisasi diyakini merupakan alasan adanya kebutuhan- kebutuhan
dasar lain. Dalam teori ini, Maslow juga meyakini bahwa kreativitas
adalah inti dari aktualisasi diri.


5
Kata homeostasis merujuk pada sebuah pengertian mekanisme pengaturan
lingkungan terhadap keseimbangan dinamis (dalam badan organisme) yang berlangsung
secara konstan. Misalnya, seseorang akan otomatis mengeluarkan keringat sehabis
berolahraga untuk menurunkan suhu tubuh ke suhu normal.
6
Intimacy menjelaskan kedekatan emosional antara seseorang dengan orang lainnya yang
terjadi karena adanya saling percaya, saling peduli, dan dapat saling menerima. Bentuk
intimacy ini dapat berupa fisik, estetis, rekreasional, intelektual, spiritual, emosional,
sexual, dan unconditional.

 SPAR4312/MODUL 1 1.5
Teori Maslow di atas menjelaskan dua hal penting terkait dengan materi
pembelajaran ini, yaitu wisata dan kreativitas. Teori tersebut memang tidak
menjelaskan secara eksplisit kebutuhan wisata. Namun, Dumazier (1976)
7

menjelaskan bahwa wisata dibutuhkan pada setiap jenjang kebutuhan dasar.
Bahkan Zohar & Marshall (2004)
8
menyebutkan bahwa Maslow sendiri pun
sepakat bahwa kebutuhan wisata ada pada setiap jenjang kebutuhan dasar
tersebut. Pernyataan ini menjelaskan bahwa wisata dibutuhkan oleh setiap
orang bahkan sejak mereka belum selesai dengan kebutuhan fisiknya. Dalam
pengertian ini, rekreasi dibutuhkan pada setiap jenjang kebutuhan dasar.
Rekreasi adalah kebutuhan dasar manusia yang diperlukan sejak
kebutuhan fisik sampai psikologis. Pengertian rekreasi secara sederhana
adalah “. ..refreshment of strength and spirits after work” (Merriemwebster,
nd)
9
. Cara rekreasi dapat bermacam-macam dan salah satu bentuknya adalah
wisata karena tujuan dasar wisata adalah rekreasi. Ini dijelaskan oleh UU N o.
10 Tahun 2009
10
bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan untuk “…tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”.
Maslow memang tidak secara eksplisit menyampaikan wisata sebagai
kebutuhan dasar manusia walaupun penulis lain, seperti Dumazier,
sebagaimana dijelaskan di atas menginterpretasikan bahwa wisata adalah
bagian penting dalam kehidupan manusia. Penulis yang secara spesifik
menjelaskan bahwa wisata masuk dalam kebutuhan dasar manusia adalah
Mill & Morrison (2009)
11
. Mereka menjelaskan bahwa kebutuhan wisata
tidak cukup berhenti pada tingkat kebutuhan dasar fisik dan psikologis saja ,
namun juga intelektual.
Dalam pandangannya, kebutuhan wisata dimulai dari seka dar memenuhi
kebutuhan fisik untuk melepaskan diri dari beban pekerjaan rutin, kebutuhan
psikologis untuk memenuhi kebutuhan penghargaan, dan sebagainya
kemudian pada kebutuhan intelektual. Proses perubahan kebutuhan dasar
wisata ini menjelaskan terjadinya perubahan paradigma dan minat wisata.

7
Dumazier, (1967). Dalam Hermantoro, H., Creative-Based Tourism: Dari Wisata Rekreatif
menuju Wisata Kreatif (Depok: Aditri, 2011), 60.
8
Zohar, D. & Marshall, I. Spiritual Capital: Wealth We Can Live By, (2004). Dalam Kotler,
P., et al. Marketing 3.0. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), 20.
9
Recreation. Dikutip dari https://www.merriam-webster.com/dictionary/recreation pada 19
Oktober 2019.
10
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 1.
11
Mill, R.C. & Morrison, A.M., The Tourism System (edisi keenam), (Dubuque: Kendall Hout
Publishing Company, 2009), 288-289.

1.6 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Kebutuhan intelektual ini menjadi bagian penting pada perubahan paradigma
dan minat wisatawan saat ini terkait dengan perubahan paradigma wisata dari
bersenang-senang, pelayanan, dan pengetahuan. Jadi, wisata saat ini tidak
sekadar dipahami hanya untuk tujuan bersenang- senang namun juga
pengetahuan
12
.
Pendapat Mill & Morrison ini kemudian dijabarkan dalam puncak
kebutuhan dasar wisata dalam uraian memahami dan estetika sebagaimana
terlihat pada Gambar 1.2 berikut. Gambar ini merupakan perkembangan dari
pemikiran Maslow mengenai hierarki kebutuhan manusia. Hal penting yang
disampaikan oleh Mill & Morrison adalah mereka secara eksplisit
menjelaskan teori Maslow tersebut ke dalam kebutuhan dasar wisata yang
dianggap belum tampak secara eksplisit dalam teori Maslow.


Sumber: Mill & Morrison, 2009

Gambar 1.2
Kebutuhan Dasar Wisata

Menurut Mill & Morrison, kebutuhan dasar wisata tertinggi yang ingin
dicapai oleh wisatawan adalah kebutuhan intelektual. Pada tahap ini seorang
wisatawan memerlukan wisata tidak hanya untuk melepas lelah, namun untuk
tujuan pengayaan dan pemenuhan diri (self enrichment dan self fulfillment).

12
Perubahan-perubahan minat terkait dengan pendapat Mill & Morrison ini dapat dipelajari
lebih dalam pada Modul 2.

 SPAR4312/MODUL 1 1.7
Kebutuhan ini direalisasikan dalam bentuk mencari ilmu pengetahuan dan
mengapresiasi keindahan daya tarik wisata.
Kebutuhan dasar wisata pada jenjang sebelumnya adalah kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan psikologis. Kebutuhan psikologis yang
diperlukan adalah dalam bentuk permintaan akan kesehatan, kebersamaan
dengan keluarga, prestasi, dan kepuasan batin. Pada tingkat paling dasar,
kebutuhan wisata adalah relaksasi yang digambarkan dalam bentuk mencari
hiburan, dan sebagainya. Tahapan ini dijelaskan oleh Mill & Morrison
sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1
Kebutuhan Dasar dan Kepustakaan Pariwisata

Kebutuhan Dasar Motivasi Kepustakaan Pariwisata
Fisik Fisik Relaksasi
Hiburan, relaksasi, lepas dari
ketegangan, sunlust
13
, fisik,
relaksasi mental.
Psikologis
Keselamatan Keamanan
Kesehatan, rekreasi, tetap aktif, dan
sehat untuk masa depan.
Memiliki Cinta
Kebersamaan bersama keluarga,
peningkatan kekerabatan,
persahabatan, fasilitasi interaksi
sosial, memelihara hubungan
personal dan hubungan
interpersonal, kasih sayang
terhadap keluarga, memelihara
kontak sosial.
Penghargaan Prestasi
Meyakinkan seseorang pada
prestasi, kehormatan, pengakuan
sosial, peningkatan ego, profesional,
status dan kehormatan.
Aktualisasi diri Kebenaran diri
Eksplorasi dan evaluasi terhadap
alam, penemuan diri, kepuasan
batin.


13
Sunlust adalah motivasi wisata pada destinasi yang menawarkan sesuatu yang unik,
spesifik, dan menantang.

1.8 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Kebutuhan Dasar Motivasi Kepustakaan Pariwisata
Intelektual
Mengerti dan
memahami
Ilmu
pengetahuan
Budaya, pendidikan, wanderlust
14
,
berkepentingan pada lingkungan
asing.
Apresiasi
terhadap
keindahan
Apresiasi
terhadap
keindahan
Mengapresiasi lingkungan hidup,
pemandangan alam
Sumber: Mill & Morrison, 2009

Penjelasan tabel di atas sebagai berikut.
1. Motivasi wisata pada tahap fisik adalah relaksasi yang direpresentasikan
dalam bentuk kegiatan untuk mencari hiburan, relaksasi, dan penyegaran
fisik.
2. Motivasi wisata pada tahap psikologis dapat dibedakan atas beberapa
hal, yaitu:
a. motivasi keamanan dalam bentuk, antara lain untuk mencari
kesehatan dalam bentuk wisata kebugaran;
b. motivasi cinta dalam bentuk wisata bersama keluarga dan
membangun kontak sosial dengan teman serta masyarakat lokal;
c. motivasi prestasi dalam bentuk keinginan wisata untuk mendapatkan
penghargaan dan pengakuan sosial;
d. motivasi kebenaran diri dalam bentuk keinginan wisata untuk
mencari kepuasan batin.
3. Motivasi wisata pada tahap intelektual dapat dibedakan atas:
a. motivasi mencari ilmu pengetahuan yang direperesentasikan dalam
bentuk wisata edukasi dan wisata kreatif;
b. motivasi apresiasi terhadap keindahan alam direpresentasikan dalam
bentuk wisata minat khusus berbasis alam dan juga keberagaman
budaya lokal.

Menurut teori di atas, pada puncaknya wisatawan melakukan sebuah
perjalanan wisata tidak lagi bertujuan untuk seka dar melepas beban
kehidupan kerja ataupun istirahat fisik, demikian pula mereka tidak bertujuan
sekadar untuk hanya untuk bersenang- senang dan seka dar mengikuti tren
masa kini bahwa berwisata itu adalah suatu keharusan (gaya hidup). Pada

14
Wanderlust adalah motivasi wisata pada destinasi yang belum pernah dikunjungi.

 SPAR4312/MODUL 1 1.9
tahap intelektual, wisatawan akan melakukan pilihan bukan lagi pada
pemenuhan kebutuhan fisik, namun intelektual. Mereka akan melakukan
pilihan pada jeni s-jenis wisata yang lebih bermakna dalam mengisi
kehidupan dan pengalaman baru, bahkan dapat meningkatkan daya
kreativitasnya.
Motivasi merupakan faktor penting dalam menghasilkan sebuah
perjalanan wisata. Mill & Morrison (2009)
15
menggambarkan posisi penting
motivasi tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut.


Sumber: Mill & Morrison, 2009

Gambar 1.3
Kebutuhan, Keinginan, Motivasi

Penjelasan Gambar 1.3 di atas sebagaimana berikut.
1. Setiap manusia memerlukan wisata sebagai bagian dari kebutuhan
dasarnya (needs). Namun perjalanan wisata hanya akan terjadi ketika
seseorang mulai disadarkan (atau sadar) bahwa ia berkeinginan (wants)
untuk berwisata. Misalnya, seseorang memiliki kebutuhan dasar fisik
maka ia perlu disadarkan bahwa ia memerlukan bepergian ke pantai
untuk bersenang- senang melepas beban fisiknya. Bentuk penyadaran

15
Mill, R.C. & Morrison, A.M., The Tourism System (edisi keenam), (Dubuque: Kendall
Hout Publishing Company, 2009), 285.

1.10 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
(awareness) tersebut adalah berupa informasi dan promosi produk yang
sesuai dengan kebutuhan dasar orang yang bersangkutan.
2. Sebuah keinginan masih belum akan menjadi sebuah perjalanan bila
belum ada motivasi di dalamnya. Motivasi dapat bersifat intrinsik, yaitu
faktor pendorong dari diri sendiri (self-directed motivation) ataupun
ekstrinsik, yaitu faktor dari luar (other-directed motivation). Jenis- jenis
motivasi sebagaimana dijelaskan di bagian depan k egiatan belajar ini.
3. Ditambah dengan anjuran maka seseorang akan secara riil melakukan
perjalanan pada tujuan destinasi pariwisata pilihannya. Hasilnya adalah
ia akan mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya atau
sebaliknya, ia mendapatkan ketidakpuasan ketika realita yang diterima
tidak sama dengan ekspektasinya.

Motivasi wisata tidak terlepas pula dari dua faktor motivasi, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik melibatkan
keterlibatan dalam perilaku karena secara pribadi bermanfaat. Motivasi ini
mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan untuk kepentingannya
sendiri dan bukan atas keinginan untuk imbalan eksternal. Pelaku akan
mendapatkan kepuasan bagi dirinya sendiri. Dalam wisata, motivasi ini
berbentuk dorongan untuk melakukan wisata. Misalnya, seseorang berwisata
karena ingin memperluas pengalamannya.
Sebaliknya, motivasi ekstrinsik terjadi ketika seseorang termotivasi
untuk melakukan perilaku atau terlibat dalam suatu kegiatan atas pengaruh
dari luar, misalnya karena tugas, untuk mendapatkan hadiah, atau
menghindari hukuman. Berbeda dengan motivasi intrinsik, dalam motivasi
ekstrinsik pelaku belum tentu mendapatkan kepuasan karena kegiatan yang
dilakukan bukan atas kemauannya sendiri. Dalam wisata, motivasi ekstrinsik
berbentuk dorongan untuk melakukan wisata karena pengaruh luar. Misalnya,
seseorang berwisata karena urusan pekerjaan (MICE) ataupun karena
mendapatkan insentif atas prestasi kerjanya atau karena mendapatkan undian
wisata atau adanya promosi paket wisata murah (Mill & Morrison, 2009)
16

dalam Gambar 1.4 berikut.
Gambar 1.4 menjelaskan adanya pengaruh internal dan eksternal akan
kebutuhan wisata. Pada tahap awal (relaksasi) kebutuhan yang mendorong
seseorang untuk berwisata adalah kebutuhan pemulihan fisik dan relaksasi,

16
Mill, R.C. & Morrison, A.M., The Tourism System (edisi keenam), (Dubuque: Kendall
Hout Publishing Company, 2009), 293.

 SPAR4312/MODUL 1 1.11
sedangkan dorongan dari luar berupa kebutuhan untuk keluar dari rutinitas.
Demikian selanjutnya sampai pada puncak tangga kebutuhan wisata
digambarkan sebagai kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan diri sendiri,
lebih memahami diri sendiri. Ini bentuk dari kontemplasi diri dan menurut
Maslow juga merupakan tahap aktualisasi diri yang di dalamnya termasuk
unsur kreativitas.


Sumber: Mill & Morrison, 2009

Gambar 1.4
Jenjang Perjalanan Wisata

Satu hal yang jarang disinggung adalah bahwa Maslow sebetulnya tidak
hanya menjelaskan kebutuhan dasar mengenai wisata, namun juga
kreativitas. Menurutnya kreativitas merupakan bentuk dari kebutuhan
aktualisasi diri sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut. Kreativitas,
bersama- sama dengan moral dan spontanitas merupakan salah satu bentuk
kebutuhan manusia pada tingkatan kebutuhan aktualisasi.

1.12 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Tabel 1.2
Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia

Kebutuhan Dasar Kegiatan/Ekspresi
Psikologis
Aktualisasi diri
Moral, kreativitas, spontanitas, pemecahan masalah,
berpikir positif, menerima fakta.
Penghargaan
Penghargaan, keyakinan, pencapaian, menghormati
orang lain, dihormati orang lain.
Cinta/dibutuhkan Penghargaan, kekeluargaan, sexual intimacy.
Keamanan
Jaminan terhadap pekerjaan, sumber daya, moral,
keluarga, kesehatan, kepemilikan (property).
Fisik Fisik
Bernap as, makan, minum, seks, tidur, homeostatis
excretion
Sumber: Hermantoro, 2015
17


Pada Tabel 1.2 di atas Maslow menjelaskan bahwa kreativitas, di
samping moral dan spontanitas adalah salah satu bentuk dari aktualisasi diri.
Pengertian umum kreativitas adalah kemampuan untuk memproduksi sesuatu
yang baru (Dictionary Cambridge, nd)
18
. Gerlovina (2011)
19
menjelaskan
bahwa kreativitas terjadi ketika seseorang dapat menciptakan hal-hal baru
dan memberikan pengaruh pada lingkungan.
Kreativitas juga tidak berhenti pada sebuah ide sebagaimana sering
dipahami oleh orang awam. Sebetulnya, kreativitas demikian pula inovasi
adalah aksi untuk mengubah sebuah imaginasi menjadi sebuah realitas dan
memiliki karakteristik kemampuan untuk melihat suatu hal dengan cara baru
guna mencari solusi. Dengan pengertian ini maka kreativitas mengandung
dua unsur utama, yaitu berpikir dan kemudian memproduksinya. Ia tidak
berhenti pada ide karena ide tanpa realisasi hanya bentuk imajinasi dan bukan
kreativitas (Creativitywork, nd)
20
.
Pengertian-pengertian di atas menjelaskan bahwa kreativitas adalah
kombinasi dari pengetahuan, wawasan, informasi, inspirasi dan semua
pemikiran yang diolah untuk menghasilkan satu cara baru untuk sebuah

17
Hermantoro, H., Kepariwisataan, Destinasi Pariwisata, Produk Pariwisata, (Depok: Aditri,
2015), 31.
18
Creativity. Dikutip dari https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/creativity pada
15 Agustus 2019.
19
Gerlovina, Z., EuReka! Unraveling The Mystery Behind Creativity (Spring, 2011). Dikutip
dari https://academiccommons.columbia.edu/doi/10.../download pada 15 Agustus 2019.
20
Creativity. Dikutip dari http://www.creativityatwork.com, pada 19 Oktober 2019.

 SPAR4312/MODUL 1 1.13
solusi. Jadi, proses kreativitas tidak hanya menggunakan otak kanan dengan
fungsi kreativitas dan seni, namun juga otak kiri dengan fungsi sains dan
matematik secara bersama- sama. Ini menyebabkan proses kreativitas akan
mencakup empat tahap (Futureland)
21
:
1. penyiapan di mana seseorang mencari atau mendapatkan informasi
karena kreativitas tumbuh tidak dari sesuatu yang kosong sama sekali;
2. inkubasi di mana seseorang membiarkan pikirannya mengembara dan
mengembangkan berbagai ide;
3. iluminasi di mana semua ide-ide yang ada dikoneksikan;
4. verifikasi di mana ide kreatif dikemas melalui pemikiran yang kritis
untuk disampaikan kepada audiens atau konsumen.

Dengan pengertian ini sebuah kreativitas dapat berkembang sangat luas
dan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi manusia. Ia dapat berupa
penemuan sebuah peniti sampai dengan komputer dan robot. Semua ini akan
memudahkan kehidupan manusia. Itu sebabnya sering dikatakan bahwa
kreativitas itu tanpa batas. Setiap saat manusia akan menemukan temuan-
temuan baru dalam berbagai bentuk yang mewarnai kehidupan manusia
sehari-hari termasuk terkait dengan wisata. Penemuan teknologi ponsel pintar
(smartphone), misalnya telah mendorong seseorang melakukan foto diri dan
ini mengenalkan bentuk wisata swafoto (selfie tourism).






1) Maslow menjelaskan tentang kebutuhan dasar manusia. Apa yang ingin
dijelaskan olehnya tentang teorinya ini?
2) Ketika teori Maslow tersebut berlaku untuk umum, bagaimana Mill &
Morrison mengembangkannya untuk menjelaskan kebutuhan wisata
secara spesifik?



21
https://www.futurelearn.com/courses/creative- problem-solving/0/steps/43756
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!

1.14 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
3) Maslow juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan kebutuhan
manusia pada saat seseorang mencapai tahap aktualisasi. Walaupun
banyak pendapat yang berbeda karena kreativitas dapat tumbuh di mana
saja, namun apakah sebenarnya yang disebut sebagai kreativitas
tersebut?

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Maslow menjelaskan tentang tingkatan kebutuhan dasar dari kebutuhan
fisik ke psikologis. Dari kebutuhan biologis ke kebutuhan keamanan,
cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri. Tahapan kebutuhan dasar
tersebut juga menjelaskan terbentuknya motivasi seseorang untuk
menggapai tingkatan kebutuhan dasar yang lebih tinggi dan berpuncak
pada aktualisasi diri.
2) Bagi Mill & Morrison kebutuhan wisata tidak hanya seka dar terbatas
pada tingkatan aktualisasi diri. Untuk melengkapinya, mereka kemudian
menambahkan unsur estetika yang terdiri dari mengerti dan memahami
dan apresiasi terhadap keindahan. Kedua hal ini dianggap sebagai
pengkayaan pengalaman bagi wisatawan untuk mengembangkan
kebutuhan akan pengetahuan dan menikmati keindahan.
3) Kreativitas tidak berhenti pada sekadar ide, namun adalah suatu kondisi
di mana ide direalisasikan menjadi sebuah produk. Ia merupakan sebuah
cara baru untuk memberi solusi atas suatu permasalahan yang ada.
Misalnya, ketika penemuan Ipod dapat menjawab kebutuhan orang untuk
menikmati lagu dalam jumlah banyak, namun dalam kemasan kecil yang
mudah dibawa-bawa. Dengan demikian, sebuah kreativitas akan
memerlukan proses mulai dari penyiapan sampai dengan verifikasi pada
konsumen.




Maslow menjelaskan teorinya mengenai jenjang kebutuhan dasar
manusia dari fisik ke psikologis dan Mill & Morrison menambahkan
secara spesifik kebutuhan dasar untuk wisatawan berupa kebutuhan
intelektual. Walaupun Maslow tidak secara spesifik menyebutkan
kebutuhan wisata dalam jenjang kebutuhan dasar yang disebutkan,
RANGKUMAN

 SPAR4312/MODUL 1 1.15
namun Dumazier menjelaskan bahwa dalam teori Maslow tersebut sudah
tersirat hadirnya kebutuhan dasar rekreasi atau wisata.
Kebutuhan dasar wisata itu ada, namun untuk menjadikannya
sebagai sebuah perjalanan wisata diperlukan faktor lain. Kebutuhan
dasar tersebut harus dapat “diubah” menjadi keinginan. Ini dilakukan
melalui efektifnya informasi atas sebuah destinasi pariwisata. Ketika
keinginan sudah ada maka diperlukan dorongan motivasi untuk dapat
merealisasikan kegiatan perjalanan. Motivasi tersebut dapat bersifat
intrinsik ataupun ekstrinsik.
Walaupun banyak yang berbeda pandangan, Maslow sebetulnya
telah menjelaskan bahwa kreativitas tumbuh di saat manusia mencapai
jenjang kebuthan aktualisasi diri. Kreativitas yang dimaksud tidak hanya
sekadar berupa ide atau gagasan, namun telah dalam bentuk sebuah
produk yang bermanfaat memenuhi kebutuhan manusia. Ini menjelaskan
perbedaan mendasar antara pengertian ide dengan kreativitas.





1) Urutan jenjang kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah ....
A. fisik, cinta, penghargaan, keamanan, dan aktualisasi diri
B. fisik, keamanan, penghargaan, cinta, dan aktualisasi diri
C. fisik, keamanan, cinta, penghargaan, dan aktualisasi diri
D. fisik, penghargaan, cinta, keamanan, dan aktualisasi diri

2) Hal yang tidak tersirat dalam teori Maslow tersebut adalah ….
A. kebutuhan dasar tersebut mendorong perjalanan wisata
B. kebutuhan psikologis terjadi ketika kebutuhan fisik terpenuhi
C. manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat universal, baik
disadari ataupun tidak
D. setiap orang termotivasi untuk mencapai kebutuhan dasar pada
jenjang yang lebih tinggi

3) Hal yang dimaksudkan oleh Maslow sebagai kebutuhan dasar fisik
adalah kebutuhan ….
A. untuk memenuhi penampilan fisik
B. untuk dapat diakui keberadaannya
C. bersifat biologis untuk mempertahankan hidup
D. untuk dihormati

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1.16 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
4) Hal yang dimaksudkan oleh Maslow sebagai kebutuhan aktualisasi diri
adalah kebutuhan ….
A. untuk dapat dihargai
B. materi untuk memenuhi kegiatan yang diperlukan
C. untuk dicintai dan dihormati oleh orang lain
D. untuk lebih kreatif, spontan, berpikir positif, peduli pada
lingkungan

5) Teori Maslow berlaku untuk kondisi umum. Menurut Mill & Morrison,
kebutuhan dasar yang secara spesifik menjelaskan kebutuhan dasar
wisata adalah kebutuhan dasar untuk ….
A. bersenang-senang
B. intelektual
C. kebahagiaan
D. rekreasi

6) Menurut Mill & Morrison, prasyarat sebuah kebutuhan dasar wisata
dapat menjadi keinginan untuk berwisata adalah ….
A. membangkitkan kesadaran orang yang bersangkutan melalui
pemasaran produk pariwisata dan tujuan wisata
B. memberikan anjuran kepada yang bersangkutan
C. mendorong motivasi untuk bepergian
D. menjanjikan kepuasan setelah terjadinya kunjungan wisata

7) Motivasi intrinsik adalah motivasi wisata .…
A. yang terjadi akibat dorongan dari luar
B. karena mendapatkan undian untuk mengunjungi sebuah destinasi
pariwisata
C. karena mendapat tugas dari kantor untuk melakukan riset pada
sebuah destinasi pariwisata
D. yang tumbuh dari keinginan dirinya sendiri

8) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi seseorang ….
A. untuk berwisata yang terjadi akibat dorongan dari luar
B. berwisata karena ingin menambah pengalaman diri
C. berwisata karena ingin mendapatkan wawasan yang luas
D. untuk berwisata karena sadar akan kebutuhan dasarnya

9) Bentuk kepuasan diri dalam jenjang pariwisata sebagaimana
disampaikan oleh Mill & Morrison adalah mendapatkan ....
A. kesegaran fisik
B. kesadaran atas keselamatan diri

 SPAR4312/MODUL 1 1.17
C. pengalaman dalam harmoni
D. kemewahan dalam perjalanan

10) Kreativitas adalah ….
A. setiap ide dan gagasan yang dimiliki oleh manusia
B. ide yang telah diaplikasikan dalam bentuk sebuah produk
C. keinginan untuk mendapatkan solusi atas persoalan yang ada
D. semua produk yang dihasilkan oleh manusia


Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.





Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.


Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal
×

1.18 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Kegiatan Belajar 2

Waktu Luang, Rekreasi, dan Wisata

aktu luang (leisure time) memiliki banyak definisi, di antaranya
sebagaimana berikut.
1. “…largerly discretion time, to be use as one chooses. It includes
existence and subsistence time, time spent in socially or group
determined activities in which the individual would prefer not to
participate” (Clawson & Knetsch, 1974)
22
;
2. “…the time which an individual has free from work or other duties and
which may be utilise for the purposes of relaxation, diversion, social
achievement, or personal development ” (Gist & Fava, 1964)
23
;
3. “...time when you are not working and you can relax
and do things that
you enjoy” (Collins dictionary.com, nd)
24
.

Memang banyak pandangan bahwa waktu luang adalah waktu sisa
(residual time), namun waktu luang sebetulnya adalah waktu penting dalam
kehidupan manusia. Waktu luang bukan hanya diartikan sebagai waktu sisa;
di luar waktu wajib, seperti kerja, makan, minum, tidur , dan sebagainya;
namun sebagai waktu untuk melakukan berbagai aktivitas secara bebas dan
penyegaran pikiran (Hurd & Anderson, nd)
25
. Waktu luang dapat
dimanfaatkan oleh seseorang untuk berkegiatan ataupun tidak berkegiatan
(ACHPER, 1980)
26
. Berkegiatan ketika ia melakukan kegiatan rekreasi dan
wisata dan tidak berkegiatan ketika hanya bersantai di rumah.

22
Clawson, M. & Kentsch, J.L., Leisure in Modern America. Dalam Murphy, J.F., (ed).
Concept of Leisure, (Engelwoof Cliffs: Prentice Hall, 1974), 78-90. Dalam Veal A.J.,
“Defintion of Leisure and Recreation” Australian Journal of Leisure and Recreation, vol. 2
no.4 (1992): hal 44-48, 52.
23
Gist, N.P. & Fava, S.F., Urban Society (New York: Crowell, 1964), 411. Dalam Veal A.J.,
“Definition of Leisure and Recreation” Australian Journal of Leisure and Recreation, vol. 2
no.4 (1992): 44-48, 52.
24
Leisure Time. Dikutip dari https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/ leisure-
time.
25
Hurd, A.M. & Anderson, D.M. (nd), Definition of Leisure, Play, and Recreation. Dikutip
dari www.humankinetics.com pada 29 Desember 2015.
26
Australian Council for Health, Physical Education and Recreation/Royal Australian
Institute of Parks and Recreation (1980) Recreation Working Paper (Adelaide: ACHPER
Publications): 3. School of Leisure, Sport and Tourism Working Paper no. 4 Definitions of
W

 SPAR4312/MODUL 1 1.19
Dalam pengertian sebagai waktu bebas, McLean (2013)
27
menjelaskan
kata bebas tersebut dalam tiga pengertian, yaitu:
1. seseorang harus bebas dari keinginan bersifat material;
2. seseorang harus paham bagaimana memanfaatkan waktu luangnya; dan
3. waktu luang bukan digunakan untuk mencari ketenaran, kekayaan
ataupun faktor ekstrinsik lainnya untuk kebebasan.

Dalam waktu bebas, kegiatan yang dapat dilakukan oleh seseorang dapat
bermacam-macam, sebagian memilih untuk berolahraga, bersilaturahmi, atau
menyalurkan hobi, seperti fotografi, dan sebagainya. Intinya mereka tidak
bertujuan untuk mencari penghasilan atau pekerjaan yang berbayar. Waktu
luang juga dapat digunakan untuk tidak berkegiatan. Melihat TV di rumah,
misalnya dianggap sebagai bukan kegiatan.
Batasan waktu luang di setiap negara dapat berbeda-beda. Penelitian
Gershuny & Fisher (2000)
28
menunjukkan bahwa waktu luang rata-rata
penduduk London adalah sebesar 21% dalam satu harinya. Sisanya
digunakan untuk bekerja dengan menerima bayaran (17%), bekerja tanpa
menerima bayaran (17%), dan sisanya untuk pemeliharaan tubuh (47%).
Angka tersebut tentu saja akan selalu berbeda tidak hanya atas perbedaan
budaya namun juga waktu. Di masa depan, era industri 4.0, ketika robotik
berperan besar menggantikan waktu kerja seseorang maka waktu luang
seseorang dapat saja berkurang, tetap, atau bahkan bertambah. Ketika robot
menggantikan waktu rutin manusia maka manusia akan dapat menggunakan
waktu yang diganti robot dengan berkegiatan lain atau ia akan memanfaatkan
kehadiran robot untuk tujuan meningkatkan waktu rekreasinya.
Pengertian waktu luang dalam struktur pemanfaatan waktu seseorang
dalam kehidupan sehari-harinya dapat diilustrasikan sebagaimana Gambar
1.5 berikut (Hermantoro, 2016)
29
. Waktu luang tersebut dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan rekreasi dan wisata serta kegiatan bukan rekreasi.

Leisure and Recreation. Dalam A. J. Veal Reproduced from: Australian Journal of Leisure
and Recreation, vol. 2, n o. 4 (1992): 44-48, 52.
27
McLean, D.J., Philosophy and Leisure. Dalam Kassing, G., Introduction to Recreation &
Leisure (Champaign: Human Kinetics, 2013).
28
Gershuny, J. & Fisher, K., “Leisure in the UK across the twentieth century” Institute of
Social and Economic Research Working Paper 99-3 (1999), published as a chapter in
Halsey, A.H. (ed), British Social Trends: The Twentieth Century (London: MacMillan,
2000). Dalam Broadhurst, R., Managing Environment for Leidure and Recreation (2001).
Dikutip dari http://www.iser.essex.ac.uk/pubs/workpaps/wp99-03.php, pada 24 September
2000.
29
Hermantoro, H., Pariwisata Perkotaan (Depok: Aditri, 2016), 80. Ilustrasi atas dasar riset
Gershuny, J., & Fisher, K., (1999) di atas.

1.20 Pariwisata Berbasis Kreativitas 

Sumber: Hermantoro, 2016

Gambar 1.5
Pembagian Waktu Luang dalam Kehidupan Manusia

Waktu luang merupakan konsep dari aktualisasi diri dan realisasi diri,
Cuellar (1987)
30
yang mengatakan bahwa waktu luang (termasuk untuk
tujuan wisata) merupakan kebutuhan primer yang melekat pada setiap diri
manusia. Pernyataan mengenai pentingnya waktu luang dan wisata sebagai
hak dasar dan hak asasi manusia tersebut juga diakomodasikan dalam
berbagai kesepakatan internasional sebagaimana tersurat pula dalam Piagam
WLO (2000)
31
demikian juga oleh UNO (1948)
32
yang menegaskan dua hal,
yaitu:
1. “Everyone has the right to freedom of movement and residence within
the borders of each State”; dan
2. “Everyone has the right to leave any country, including his own, and to
return to his country”.



30
Cuellar, P., (1987). Dalam Veal, A.J., Leisure and Tourism Policy and Planning (edisi
kedua), (New York: CABI Publishing, 2002), 27.
31
WLO, (2000). Charter for Leisure. World Leisure Organization. Dalam Veal, A.J., Leisure
and Tourism Policy and Planning (edisi kedua), (New York: CABI Publishing, 2002), 27.
32
UNO, (1948). Universal Declaration of Human Right. United Nations Organization.
Artikel 13.

 SPAR4312/MODUL 1 1.21
Waktu luang dibedakan atas rekreasi dan wisata. Menurut Hermantoro
(2016)
33
rekreasi dan wisata tidak hanya sekadar bertujuan memberikan
kesegaran setelah bekerja keras, namun bertujuan mendapatkan kebahagiaan.
Pernyataan tersebut didukung oleh hasil riset Lyubomirsky (2005)
34
bahwa
40% kebahagiaan manusia didapat dari kegiatan- kegiatan yang disengaja,
termasuk rekreasi dan wisata.
Ada lebih dari 20 definisi tentang kebahagiaan (lifehack.com)
35
, namun
intinya bahwa kebahagiaan menjelaskan tentang kesenangan, kepuasan, dan
kegembiraan (the freedictionary.com)
36
. Dua definisi mengenai kebahagiaan
adalah:
1. “…(a) largerly discretion time, to be used as one chooses. It includes
existence and subsistence time, time spent in socially or group
determined activities in which the individual would prefer not to
participate” (Clawson & Knetsch, 1974)
37
; dan
2. “…the time which an individual has free from work or other duties and
which may be utilise for the purposes of relaxation, diversion, social
achievement, or personal development” (Gist & Fava, 1964)
38
.

Bahasan tentang kebahagiaan itu sendiri telah dimulai sejak 360 SM oleh
Plato dalam karyanya “The Republic” (McLean, 2013)
39
dan terus
berkembang sampai saat ini. Ada tiga paham kebahagiaan dan ini sangat
terkait dengan kegiatan rekreasi dan wisata berikut (Hermantoro, 2016)
40
.

33
Hermantoro, H., Pariwisata Perkotaan (Depok: Aditri, 2016), 62-63.
34
Lyubomirsky, S. et al. “Pursuing Happiness: The Architecture o f Sustainable Change”
Review of General Psychology, 9(2), (2005): 111-131. Dalam Liu, K., “Happiness and
Tourism” International Journal of Business and Social Science vol. 4 no. 15 (2013),
(special issue, November 2013).
35
Happiness. Dikutip dari https://www.lifehack.org/articles/communication/20 -definitions-
happiness-you-need-know.html.
36
Happines. Dikutip dari https://www.thefreedictionary.com/happiness.
37
Clawson, M. & Knetsch, J.L., Leisure in Modern America. Dalam Murphy, J.F., (ed)
Concept of Leisure (Englewood Cliffs: Prentice Hall, 1974), 78-90. Dalam Veal, A.J.
(2002). Leisure and Tourism Policy and Planning (edisi kedua) (New York: CABI
Publishing, 2002), 44-48, 52.
38
Gist, N.P. & Fava, S.F., Urban Society (New York: Crowell, 1964), 411. Dalam Veal, A.J.,
Leisure and Tourism Policy and Planning (edisi kedua), (New York: CABI Publishing,
2002).
39
McLean, D.J. (2013). Philosophy and Leisure. Dalam Kassing, G. (2013). Introduction to
Recreation & Leisure. Champaign: Human Kinetics.
40
Hermantoro, H., Pariwisata Perkotaan (Depok: Aditri, 2016), 64-65.

1.22 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
1. Paham eudomonia. Penganut paham ini memercayai bahwa kebahagiaan
akan didapat ketika seseorang merasa lebih berguna daripada orang lain.
Dalam pariwisata, penganut paham ini merepresentasikan tindakan ke
dalam bentuk, antara lain membantu menjaga lingkungan hidup pada
destinasi pariwisata yang dikunjunginya atau membantu masyarakat
lokal untuk bagaimana cara menjaga kesehatan lingkungan.
2. Paham hedonism. Penganut paham ini lebih mencari kesenangan sesaat
yang tidak ada ujungnya. Mereka diibaratkan seperti berjalan di atas
treadmill, berlari, tetapi tetap berada di tempatnya. Dalam pariwisata,
penganut paham ini merepresentasikan tindakan pada pilihan wisata
massal yang hanya mengejar kesenangan sesaat. Tujuan wisata bukan
pada mencari pengalaman dan pencerahan , namun sekadar kesenangan;
dan
3. Paham epicureanisme. Penganut paham ini lebih mementingkan
kehidupan untuk pengkayaan batin dan rohani. Mereka lebih
mementingkan kepuasan batin daripada materi dan kesenangan duniawi.
Dalam pariwisata, penganut paham ini merepresentasikan pilihan pada
bentuk- bentuk wisata spiritual dan wisata ziarah.

Upaya mencari kebahagiaan terjadi pada setiap tingkatan kebutuhan
dasar manusia. Hal ini memang tidak terkait langsung dengan jenjang
kebutuhan dasar wisata di atas, namun mencerminkan pula perilaku
seseorang pada cara mencapai kebahagiaan pada setiap jenjang kebutuhan
dasar tersebut. Pada tingkat kebutuhan paham bentuk hedonism lebih kuat,
pada bentuk psikologikal paham eudoimonia lebih menonjol, dan pada
tingkat intelektual maka paham epicureanisme lebih dominan.
Pengertian rekreasi dan wisata sering dianggap sama, namun pandangan
lain menyebutkan perbedaannya. Rekreasi adalah tujuan, sedangkan wisata
adalah bentuk perjalanan dengan tujuan rekreasi sebagaimana disebutkan
dalam UU N o. 10 Tahun 2009, yaitu “…kegiatan perjalanan yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”.
Demikian pula Hall & Page (1999)
41
membedakan istilah rekreasi dengan
wisata dalam pembedaan istilah urban recreation dan urban tourism. Dalam

41
Hall, C.M. & Page, S.J., The Geography of Tourism and Recreation: Environment, Place,
and Space (London: Routledge, 1999).

 SPAR4312/MODUL 1 1.23
konteks ini, rekreasi diartikan sebagai memenuhi kebutuhan kesenangan pada
daerahnya sendiri, sedangkan wisata diartikan sebagai menikmati rekreasi di
destinasi lain di luar daerahnya sendiri.
Perbedaan antara rekreasi dan wisata dijelaskan pula oleh Williams
(2009)
42
sebagaimana terlihat pada Gambar 1 .6. Menurut Williams, waktu
luang dibedakan atas dua kelompok kegiatan wisata dan rekreasi. Rekreasi,
bersama- sama dengan wisata masuk dalam kelompok wisata untuk mengisi
waktu luang (leisure). Rekreasi juga tidak hanya untuk kegiatan bersenang-
senang, namun juga dapat sebagai kegiatan yang serius ( serious leisure).
Misalnya, ketika seseorang dengan hobi fotografi mengambil foto-foto di
sekitar tempat tinggal atau seorang dengan keahlian sketsa (urban sketcher)
melakukan kegiatan menggambar di kotanya.
Di sisi lain wisata tidak hanya untuk mengejar kesenangan, namun juga
dapat bersifat lebih serius, yaitu dalam bentuk wisata bisnis (business travel)
dalam bentuk wisata MICE (Meeting, Incentives, Convention, Event). Bahkan
bentuk wisata pun saat ini sangat beragam. Tidak hanya bisnis, namun wisata
juga merambah pada kesehatan dan bahkan religi.


Sumber: Williams, 2009

Gambar 1.6
Waktu Luang, Rekreasi, dan Wisata


42
Wiliams, S. (2009). Tourism Geography: A New Synthesis (edisi kedua) (London:
Routledge, 2009).

1.24 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Berikut ini dijelaskan lebih spesifik pengertian rekreasi dan wisata.
Rekreasi, menurut Dumadezier (1967)
43
adalah kebutuhan dasar manusia
yang dilakukan pada waktu luang; atau dipahami sebagai “ …(a way
of) enjoying yourself when you are not working
” (Dictionary Cambridge,
nd)
44
. Menurut John Ap (1986)
45
rekreasi adalah “ …experiences and
activities chosen and pursued by the individual in his/her free time; the basis
being that the experience sought and activities pursued, in the real sense of
the word, 're-creates' the individual so that helshe may be refreshed to enable
him/her to resume daily obligations, whatever those may be”.
Rekreasi juga diartikan sebagai setiap kegiatan untuk kesenangan yang
dilakukan diluar waktu kerja. Beberapa definisi spesifiknya berikut ini.
1. Fairchild (1970)
46
“Any activity pursued during leisure, either individual
or collective, that is free and pleasureful, having its own immediate
appeal, not impelled by a delayed reward beyond itself, or any
immediate neccessity;
2. Yukic (1970)
47
“…an art of experience, selected by the individual
during his leisure time, to meet a personal want or desire, primarly for
his own satisfaction”

Wisata juga merupakan bagian dari waktu luang yang dapat digunakan
bebas dimanfaatkan untuk apa saja. Di mana posisi wisata dalam struktur
waktu luang tersebut? Bila rekreasi dikonotasikan sebagai kegiatan untuk
mengisi waktu luang tanpa ada batasannya, wisata adalah perjalanan rekreasi
ke destinasi diluar lingkungan kesehariannyadalam waktu sementara (UU
No. 10 T ahun 2009). Dengan pengertian ini rekreasi adalah kegiatan pada

43
Dumazier, (1967). Dikutip dari
www.authenticholidayfilms.com/tourist_motivation_35.html, pada 22 September 2010.
44
Recreation. Dikutip dari https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/recreation,
pada 15 Juni 2019.
45
John Ap, Recreation Trends and Implications for Government. In R. Castle, D. Lewis & J.
Mangan (eds), Work, Leisure and Technology (Melbourne, Longman Cheshire 1986), 167-
83 (p. 167). Dalam A. J., Veal reproduced from: Australian Journal of Leisure and
Recreation, vol. 2, no. 4 (1992): pp. 44-48, 52.
46
Fairchild, H. (ed), (1970). Dictionary of Sociology (Westport: Greenwood Press, 1970),
251. Dalam Veal A.J., “Definition of Leisure and Recreation” Australian Journal of Leisure
and Recreation, vol. 2 no.4 (1992).
47
Yukic, T.S. (1970). Fundamentals of Recreation (edisi kedua), (New York; Harper & Row,
1970), 5. Dalam Veal A.J., “Definition of Leisure and Recreation ” Australian Journal of
Leisure and Recreation, vol. 2 no.4 (1992).

 SPAR4312/MODUL 1 1.25
waktu luang yang dilakukan di daerahnya sendiri, sedangkan wisata adalah
kegiatan di waktu luang yang dilakukan di luar daerahnya sendiri.
Pertanyaannya adalah mengapa wisata itu sedemikian pentingnya
diperhatikan dalam hampir setiap negara? Persoalan utamanya bukan hanya
terkait dengan ekonomi yang dapat diterima oleh negara yang bersangkutan,
namun juga manfaat bagi individu yang bersangkutan. Dengan wisata,
seseorang diyakini akan dapat lebih produktif dan kreatif.
Rekreasi dan wisata telah mendorong produktivitas manusia (Cuellar,
1987)
48
yang akan dapat mendorong tumbuhnya kreativitas manusia pula.
Kreativitas ini akan memberikan sumbangan besar pada kehidupan manusia
dan telah memberikan sumbangan besar pada peningkatan kualitas hidup
manusia. Apa yang dinikmati dunia saat ini, seperti otomotif, listrik, dan
komputer adalah bentuk nyata dari berbagai produk yang dihasilkan dari
sebuah kreativitas manusia.
Sama halnya dengan sejarah panjang perjalanan manusia, kreativitas
juga hadir sejak awal kehidupan manusia dengan berbagai tingkatannya.
Sejarah pembangunan piramida Mesir, Babilonia, dan Roma beberapa abad
yang lalu adalah bentuk produk kreatif di bidang arsitektur. Masih banyak
pula produk- produk kreatif yang dihasilkan yang mampu mengubah
kehidupan manusia seperti penemuan mesin uap, listrik, d an sebagainya.






1) Apakah yang disebut sebagai waktu luang dan mengapa ia penting dalam
kehidupan manusia?
2) Berbagai pandangan menjelaskan bahwa tujuan wisata akan berujung
pada mencari kebahagiaan. Bagaimana Anda menjelaskannya?
3) Sebutkan pemahaman A nda atas perbedaan pengertian antara rekreasi
dan wisata!



48
Cuellar, P., (1987), Dalam Veal, A.J., Leisure and Tourism Policy and Planning (edisi
kedua), (New York: CABI Publishing, 2002), 27.
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!

1.26 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Petunjuk Jawaban Latihan

1) Banyak orang masih menginterpretasikan bahwa waktu luang adalah
waktu sisa dalam kehidupan manusia diluar waktu kerja, makan, minum,
dan sebagainya. Pengertian ini menyebabkan mereka kemudian
mengabaikan pentingnya waktu luang dalam kehidupan padahal justru
pada waktu luang ini seseorang dapat melakukan pilihan kegiatannya
secara bebas untuk rekreasi, wisata, dan sebagainya. Penelitian juga
menyebutkan bahwa waktu luang justru dapat menyebabkan
kebahagiaan dan kreativitas sehingga menyebabkan peningkatan
produktivitas manusia.
2) Wisata menurut Lyubomirsky adalah cara untuk mencapai kebahagiaan.
Sifat kebahagiaan itu sendiri memang relatif, berbeda antara satu orang
dengan orang lainnya. Namun, Hermantoro mencoba mengelompokkan
ke dalam tiga paham, yaitu eudominia di mana seseorang merasa
berbahagia bila hidupnya bermanfaat bagi orang lain, hedonism di mana
hanya kesenangan yang dikejar, dan epicureanisme di mana orang lebih
mementingkan kepuasan batin. Paham- paham ini dalam praktik akan
berpengaruh pada pilihan jenis wisata. Penganut paham hedonism lebih
memilih bentuk wisata lingkungan, hedonism pada wisata massal, dan
epicureanisme pada wisata religi.
3) Rekreasi hadir sebagai kebutuhan dasar manusia yang paling penting dan
menjadi hak mereka sejak dari kebutuhan dasar fisik, psikologis, dan
intelektual. Bila rekreasi merupakan kebutuhan dasar maka wisata adalah
proses perjalanan yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya tersebut. Namun, untuk dipahami, pengertiannya juga sering
tidak sama seperti itu. Rekreasi sering digunakan untuk istilah di mana
seseorang melakukan perjalanan di dalam destinasinya sendiri,
sebaiknya wisata digunakan untuk menjelaskan pergerakan seseorang
keluar dari destinasi yang dihuninya sehari-hari.




Waktu luang adalah waktu diluar waktu wajib (bekerja, makan,
minum, dan sebagainya) di mana seseorang mendapatkan kebebasan
untuk melakukan kegiatan apapun yang dimauinya. Ada yang
menggunakan waktu luang hanya untuk beristirahat saja, duduk- duduk
RANGKUMAN

 SPAR4312/MODUL 1 1.27
baca novel. Namun, ada yang menggunakan waktu luang itu untuk
kegiatan rekreasi dan wisata.
Pengertian rekreasi dan literatur berbeda dalam konteksnya. Dalam
UU No. 10 T ahun 2009 rekreasi diartikan sebagai tujuan atau kebutuhan
dan wisata adalah kegiatan perjalanan untuk mencapai tujuan tersebut.
Literatur lain lebih menjelaskan mengenai wilayah kegiatan. Rekreasi
adalah kegiatan yang dilakukan di dalam destinasi mereka tinggal dan
wisata adalah kegiatan perjalanan di luar destinasi tinggalnya.
Rekreasi dan wisata merupakan faktor penting dalam kehidupan
manusia karena dapat meningkatkan produktivitas mereka, tidak seka dar
melepaskan lelah. Ini sebabnya rekreasi dan wisata masuk dalam
kelompok hak dasar dan hak asasi manusia. Tidak hanya itu, rekreasi
dapat mendorong pula tumbuhnya ide dan gagasan yang dapat berujung
pada kreativitas.





1) Hal yang bukan disyaratkan sebagai memenuhi pengertian waktu luang
adalah ….
A. seorang harus bebas dari keinginan bersifat material
B. seseorang harus paham bagaimana memanfaatkan waktu luangnya
C. waktu luang bukan digunakan untuk mencari ketenaran, kekayaan
ataupun faktor ekstrinsik lainnya namun untuk kebebasan
D. waktu luang akan mengurangi produktivitas seseorang

2) Konsep waktu luang menurut Cuellar adalah ….
A. waktu sisa
B. kebutuhan primer manusia
C. waktu istirahat diluar jam kerja
D. syarat dalam menentukan waktu libur

3) Tidak hanya sebagai kebutuhan dasar, wisata juga merupakan hak asasi
manusia yang ditetapkan dalam piagam UNO (PBB). P ernyataan yang
terkait dengan ini adalah setiap orang ….
A. berhak untuk meninggalkan negaranya
B. berhak dan tidak boleh dilarang untuk berwisata di negara lain
C. berhak untuk tinggal selamanya di negara lain
D. wajib melakukan perjalanan wisata

TES FORMATIF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1.28 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
4) Tujuan utama wisata selain untuk tujuan bersenang- senang adalah ....
A. penghargaan dari lingkungan
B. kebahagiaan
C. memberikan kontribusi pada ekonomi suatu negara
D. memberikan lapangan kerja pada masyarakat

5) Yang dimaksud dengan paham eudomonia dalam kebahagiaan adalah ….
A. didapat ketika telah meraih status sosial yang lebih baik
B. dicapai ketika status ekonomi meningkat
C. didapat ketika seseorang telah mencapai nilai spiritual yang tinggi
D. didapat ketika merasa dapat lebih bermanfaat bagi orang lain

6) Maksud dari paham hedonism dalam kebahagiaan adalah ....
A. mengejar kesenangan
B. dapat menolong sesama
C. dinilai dari status sosial yang tinggi di masyarakat
D. dinilai dari status ekonomi

7) Maksud dari paham epicureanisme dalam kebahagiaan adalah ….
A. didapat dari kemapanan ekonomi
B. dicapai melalui pengkayaan batin dan rohani
C. dicapai ketika status sosial meningkat
D. dicapai ketika keinginan terkabul

8) Istilah rekreasi sering dibedakan dengan wisata.
Penjelasannya adalah ….
A. rekreasi berkunjung ke atraksi, sedangkan wisata terbatas pada
pemanfaatan fasilitas pariwisata berupa akomodasi dan makan
minum
B. rekreasi hanya untuk bersenang- senang, namun wisata untuk
kegiatan yang lebih serius
C. rekreasi dilakukan pada daerah diluar seseorang tinggal, sedangkan
wisata lebih menjelaskan kegiatan rekreasi di daerahnya sendiri
D. rekreasi adalah tujuan, sedangkan wisata adalah proses untuk
mencapai kebutuhan tersebut

9) Maksud Dumadezier sebagai rekreasi adalah ….
A. kebutuhan psikologis setelah kebutuhan fisik terpenuhi
B. bukan kebutuhan dasar manusia namun keinginan
C. kebutuhan dasar manusia yang dilakukan diwaktu luang
D. kebutuhan intelektual

 SPAR4312/MODUL 1 1.29
10) Hal yang dikatakan oleh Cuellar tentang keluaran (outcome) utama dari
rekreasi dan wisata adalah ….
A. kesenangan
B. penghargaan dari lingkungan
C. kemampuan meraih status sosial ekonomi lebih baik
D. semua jawaban salah


Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.





Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2 , terutama bagian yang
belum dikuasai.


Tingkat penguasaan =
Jumlah Jawaban yang Benar
100%
Jumlah Soal
×

1.30 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) C
2) A
3) C
4) D
5) B
6) A
7) D
8) A
9) C
10) B

Tes Formatif 2
1) C
2) B
3) D
4) B
5) A
6) B
7) D
8) D
9) A
10) B

 SPAR4312/MODUL 1 1.31
Daftar Pustaka

Alghamdi, A. (2007). Explicit towards and implicit motivation outbound
tourism: A study of Saudi tourists, hal. 46. Dikutip dari Waluya, D.H.B.
(2012). Analisis faktor-faktor pendorong motivasi wisatawan nusantara
terhadap keputusan berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Tourism and
Hospitality Essentials (THE) Journal, Vol.II (1), 245.

Australian Council for Health, Physical Education and Recreation/Royal
Australian Institute of Parks and Recreation. (1980). Recreation Working
Paper, Adelaide: ACHPER Publications, p 3. School of l eisure. Sport
and Tourism Working Paper No. 4. Definitions of leisure and recreation .
Dalam A. J. Veal r eproduced from: Aust ralian Journal of Leisure and
Recreation, 2(4), 1992, pp. 44-48, 52.

Clawson, M., & Kentsch, J.L. (1974). L eisure in m odern America. Dalam
Murphy, J.F., (ed). Concept of l eisure (pp.78- 90). Engelwoof Cliffs:
Prentice Hall. Dalam Veal A.J. (1992). Definition of leisure and
recreation. Australian Journal of Leisure and Recreation, 2(4), 1992,44-
48, 52.

Creativity. Dikutip dari https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/
creativity pada15 Agustus 2019.

Cuellar, P. (1987). Dalam Veal, A.J. (2002). Leisure and tourism policy and
planning (edisi kedua). New York: CABI Publishing.

Dumazier. (1967). Dikutip dari www.authenticholidayfilms.com/tourist_
motivation_35.html, pada 22 September 2010.

___________ (1967). Dalam Hermantoro, H. (2011). Creative-based
tourism: Dari wisata rekreatif menuju wisata kreatif. Depok: Aditri.

Fairchild, H. (ed). (1970). Dictionary of sociology (pp.251). Westport:
Greenwood Press. Dalam Veal A.J. (1992). Definition of leisure and
recreation. Australian Journal of Leisure and Recreation, 2(4), 1992.

1.32 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Gerlovina, Z. (2011). EuReka! Unraveling the mystery behind creativity.
Spring. Dikutip dari https://academiccommons.colum bia.edu/doi/
10.../download pada 15 Agustus 2019.

Gershuny, J., & Fisher, K. (1999). “Leisure in the UK across the twentieth
century”. Institute of Social and Economic Research Working Paper 99-
3, published as a chapter in Halsey, A.H. (ed). (2000). British social
trends: The twentieth century. London: MacMillan. In Broadhurst, R.
(2001). Managing environment for leisure and recreation. Dikutip dari
http://www.iser.essex.ac.uk/pubs/workpaps/wp99- 03.php, pada 24
September 2000.

Gist, N.P., & Fava, S.F. (1964). Urban s ociety (pp.411). New York: Crowell.
In Veal A.J. (1992). Definition of leisure and recreation . Australian
Journal of Leisure and Recreation, 2(4), 1992.

___________ (1964). Urban society (pp.411). New York: Crowell. Dalam
Veal, A.J. (2002). Leisure and tourism policy and planning (edisi
kedua). New York: CABI Publishing.

Hall, C.M., & Page, S.J. (1999). The geography of tourism and recreation:
environment, place, and space. London: Routledge.

Happiness. Dikutip dari https://www.lifehack.org/articles/communication/
20-definitions- happiness-you-need-know.html.

___________ Dikutip dari https://www.thefreedictionary.com/happiness.

Hermantoro, H. (2015). Kepariwisataan, destinasi pariwisata, produk
pariwisata. Depok: Aditri.

___________ (2016). Pariwisata perkotaan. Depok: Aditri.

Hurd, A.M., & Anderson, D.M. (nd). Definition of leisure, play, and
recreation. Dikutip dari www.humankinetics.com pada 29 Desember
2015.

 SPAR4312/MODUL 1 1.33
John, Ap. (1986). Recreation trends and implications for government. In R.
Castle, D. Lewis, & J. Mangan (Eds.). Work, leisure, and technology.
Melbourne: Longman Cheshire, 167-83 (p. 167). In A. J. Veal
reproduced from: Australian Journal of Leisure and Recreation, 2(4),
1992, pp. 44-48, 52.

Leisure time. Dikutip dari https://www.collinsdictionary.com/dictionary/
english/ leisure-time.

Lyubomirsky, S. et al. (2005). Pursuing happiness: The architecture of
sustainable change. Review of General Psychology, 9(2), 111-131. In
Liu, K. (2013). Happiness and t ourism. International Journal of Business
and Social Science, 4(15), (special issue, November 2013).

Maslow, A.H. (1954). Motivation and personality. New York: Harper &
Row. In Goble, F.G. (1987). Mazhab ketiga: Psikologi humanistik
Abraham Maslow (Terj.). Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

McLean, D.J. (2013). Philosophy and l eisure. In Kassing, G. (2013).
Introduction to recreation & leisure . Champaign: Human Kinetics.

___________ (2013). Philosophy and l eisure. Dalam Kassing, G. (2013).
Introduction to recreation & leisure . Champaign: Human Kinetics.

Mill, R.C., & Morrison, A.M. (2009). The tourism system (edisi keenam).
Dubuque: Kendall Hout Publishing Company.

Recreation. Dikutip dari https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/
recreation pada 5 Juni 2019.

___________ Dikutip dari https://www.merriam-webster.com/dictionary/
recreation pada 19 Oktober 2019.

Undang- undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

UNO. (1948). Universal declaration of human right. United Nations
Organization. Artikel 13.

1.34 Pariwisata Berbasis Kreativitas 
Wholebrain creativity. Dikutip dari https://www.futurelearn.com/courses/
creative- problem-solving/0/steps/43756.

Wiliams, S. (2009). Tourism geography: A new synthesis (edisi kedua).
London: Routledge.

WLO. (2000). Charter for leisure. World Leisure Organization. Dalam Veal,
A.J. (2002). Leisure and tourism policy and planning (edisi kedua). New
York: CABI Publishing.

Yukic, T.S. (1970). Fundamentals of r ecreation (edisi kedua ) (pp.5). New
York; Harper & Row. Dalam Veal A.J. (1992). Definition of leisure and
recreation. Australian Journal of Leisure and Recreation, 2(4).

Zohar, D., & Marshall, I. (2004). Spiritual capital: Wealth we can live by.
Dalam Kotler, P. et al. (2010). Marketing 3.0. Jakarta: Penerbit Erlangga.