﴾ 1 ﴿


SEJARAH DAKWAH PADA MASA ABU BAKAR
Patmawati dan Fitri Sukmawati


ABSTRAK

Berdakwah bukan hanya saja bagaimana menyampaikan suatu pesan kepada orang lain
yang akan dirubah perilaku ataupun keyakinannya, namun berdakwah memerlukan
kemampuan yang dapat menjadikan orang yang disampaikan pesan dapat menerapkan
dalam kehidupannya. Salah satu pemimpin yang dapat diteladani dalam berdakwah
adalah Abu Bakar, pemimpin yang demokratis. Kekuasaan tertinggi negara pada saat
Abu Bakar memang berada di tangan khalifah, dan waktu itu seorang khalifah adalah juga
seorang raja yang sangat kuat, tapi Abu Bakar berjalan hilir-mudik tanpa pengawal atau
pun teman yang menggambarkan pemimpin yang sederhana dan bersahaja. Ia makan
makanan yang jelek dan memakai pakaian yang l usuh. Masyarakat dapat
menghubunginya setiap waktu di siang hari, dan menanyakan segala tindakannya secara
terbuka kepada Abu Bakar sebagai pemimpin.



Kata kunci : Sejarah Dakwah, Abu Bakar

A. Pendahuluan
Sejarah dakwah berasal dari dua
suku kata, yaitu “sejarah” dan “dakwah”.
sejarah berasal dari bahasa Arab
“syajarah” yang berarti pohon. Salah satu
alasan terpilihnya kata yang bermakna
pohon ini, barangkali karena sejarah
mengandung konotasi geneologi, yaitu
pohon keluarga, yang menunjuk kepada
asal usul sesuatu marga.
Dalam bahasa Arab sendiri,
“sejarah” disebut “tarikh” yang berart
penanggalan atau kejadian berdasarkan
urutan tanggal atau waktu. Orang Inggris
menyebutnya “history” yang berasal dari
bahasa Yunani “istoria”. Istoria berarti
ilmu untuk semua macam ilmu
pengetahuan tentang gejala alam, baik
yang disusun secara kronologis maupun
yang tidak. Kemudian dalam proses
perkembangan ilmu pengetahuan, kata
istoria hanya khusus digunakan untuk
ilmu pengetahuan yang disusun secara
kronologis, terutama yang menyangkut
hal ihwal manusia.

﴾ 2 ﴿

Kata “sejarah”, history, dan tarikh
telah mengandung arti khusus yaitu
“masa lampau umat manusia”.
Sedangkan “dakwah” secara etimologis
(lughatan) berasal dari kata da’a yad’u
da’watan. Kata da’a mengandung arti:
menyeru, memanggil, dan mengajak.
“dakwah”, artinya seruan, panggilan, dan
ajakan. Dakwah Islam dapat dipahami
sebagai seruan, panggilan, dan ajakan
kepada Islam. dengan demikian, “sejarah
dakwah” dapat diartikan sebagai peristiwa
masa lampau umat manusia dalam upaya
mereka menyeru, memanggil dan
mengajak umat manusia kepada Islam
serta bagaimana reaksi umat yang dieru
dan perubahan-perubahan apa yang terjai
setelah dakwah digulirkan, baik langsung
maupun tidak langsung.
Sejak turunnya surah Al -
Muddatstsir ayat 1-7 yang berisi perintah
kepada nabi untuk memberikan
peringatan. Pertama-tama beliau
berdakwah secara diam -diam di
lingkungan sendiri dan di kalangan rekan-
rekannya. Mula-mula isterinya sendiri,
Khadijah, kemudian saudara sepupunya
Ali bin Abi Thalib yang baru berumur 10
tahun. Kemudian Zaid, bekas budak yang
telah menjadi anak angkatnya, sebab
anak laki-laki Nabi meninggal dunia.
Sehingga Zaid juga dikenal dengan
sebutan Zaid bin Muhammad (M. Saribi
Afn, 1984), tetapi Zaid tidak memiliki
pengaruh di Mekah. Lalu Abu Bakar dari
Bani Taym. Abu Bakar adalah sosok yang
disukai dan dihormati karena
berpengetahuan luas, berkelakuan baik,
dan menyenangkan. Banyak orang
datang berkonsultasi kepada Abu Bakar
mengenai berbagai macam persoalan.
Pada saat dakwah dilakukan oleh
Nabi secara diam-diam, Abu Bakar pun
melaksanakan dakwah dengan cara
memberitahukan dan mengajak orang-
orang yang dapat dipercayai untuk
mengikuti Nabi. Beberapa orang
menanggapinya. Dua di antara para
pemeluk Islam pertama adalah Abd Amr
dari Bani Zuhrah, nama Abd Amr (hamba
Amr) terlalu paganistik, maka Nabi
menggantinya menjadi Abd al-Rahman
(hamba Maha Pengasih). Kedua adalah
Abu Ubaydah putra al-Jarrah dari Bani
Harits.
Kemampuan Abu Bakar
menakwilkan mimpi telah lama dikenal di
penjuru Mekah. Pada suatu pagi, ia
dikunjungi Khalid, putra seorang
penguasa di Syam, Sa’id ibn al-Ash. Dari
wajahnya, pemuda itu masih tampak
dihantui rasa takut atas pengalaman yang
mengerikan. Dengan terburu-buru, ia
menjelaskan mimpinya. Baginya, mimpi
ini sangat penting, namun ia tak mengerti
maksudnya. Dia meminta Abu Bakar
menakwilkan mimpinya. Ia bermimpi
berdiri di tepi jurang besar. Di bawahnya

﴾ 3 ﴿

nyala api berkobar-kobar. Lalu, ayahnya
datang mencoba mendorongnya ke
dalam jurang itu. Ketika keduanya
bergulat di tepi jurang itu, ia merasa ada
dua tangan menarik pinggangnya,
membantunya melawan upaya ayahnya
itu. Setelah berbalik, ia melihat
penyelamatnya adalah al -Amin,
Muhammad putra Abd Allah. Ketika itulah
ia terbangun. “Kuucapkan selamat
atasmu” kata Abu bakar. “Orang yang
telah menyelamatkanmu adalah
Rasulullah. Maka, ikutilah dia! Ya, engkau
harus mengikutinya. Hanya dengan
masuk islam, engkau akan selamat dari
kobaran api!” Khalid langsung menemui
Nabi. Setelah menceritakan mimpinya, ia
bertanya kepada Nabi apa gerangan
pesan beliau dan apa yang harus ia
lakukan. Nabi menyuruhnya agar masuk
Islam. Khalid pun masuk Islam, tetapi ia
merahasiakan keislamannya dari
keluarganya (M. Saribi Afn, 1984).
Tak lam berselang, Utsman, putra
Affan dari Bani Umayyah, pulang dari
perjalanannya berdagang di Suriah. Di
tengah malam, ia terbangun oleh suara
teriakan di padang pasir. “Hai orang yang
tidur, bangunlah! Sungguh Ahmad telah
datang di Mekah.” Suara itu membekas
dalam hatinya, meskipun ia tidak mengerti
maksud ucapan “telah datang” itu.
Utsman juga tidak tahu bila kata “Ahmad”
(yang paling terpuji) maksudnya adalah
Muhammad (yang terpuji). Namun,
sebelum sampai di Mekah, ia berpapasan
dengan seseorang dari Taym, Thalhah,
sepupu Abu Bakar. Thalhah sebelumnya
melewati Bostra. Di sana, ia ditanya oleh
seorang pendeta, apakah Ahmad telah
muncul di tengah-tengah penduduk tanah
suci. “Siapa Ahmad itu?” tanya Thalhah.
“Putra Abd Allah, putra Abd al-Muthalib,”
jawab pendeta. “Bulan ini adalah saatnya
ia datang. Ia nabi terakhir.” Thalhah
mengulangi itu perkataan kepada
Utsman, setelah Utsman menceritakan
pengalamannya. Maka, dalam perjalanan
pulang ini, Thalhah mengusulkan agar
mereka pergi menemui sepupunya, Abu
Bakar, yang dikenal sebagai teman dekat
orang yang kini mengiang di benak
mereka. mereka pun pergi ke Abu Bakar.
Setelah menceritakan apa yang mereka
dengar, seketika itu juga mereka diantar
oleh Abu Bakar kepada Nabi. Mereka
menyampaikan kata-kata sang pendeta
dan sura di padang pasir itu kepadanya.
Akhirnya, mereka meny atakan
keimanannya (M. Saribi Afn, 1984).
Badri Yatim menyatakan bahwa
pada masa dakwah dilakukan secara
diam-diam, Abu Bakar telah berhasil
mengajak beberapa sahabatnya masuk
ke dalam Islam, seperti Utsman bin Affan,
Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf,
Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin
Ubaidillah. Mereka dibawa Abu Bakar

﴾ 4 ﴿

langsung kepada nabi dan masuk Islam di
hadapan nabi sendiri.dengan dkwah
secara diam-diam ini, belasan orang telah
memeluk agama Islam (M. Saribi Afn,
1984).
Setelah dakwah secara diam-
diam, selanjutnya Nabi melakukan
dakwah secara terang-terangan. Dakwah
ini mengakibatkan beberapa orang masuk
ke dalam Islam. suku Quraisy merasa
kecewa dan dendam kepada nabi dan
para pengikutnya, sebab nabi telah
mengganggu kemapanan agama mereka
suku Quraisy mulai merencanakan
berbagai cara untuk mencelakakan nabi
dan ummatnya.
Pengikut-pengikut Nabi juga mulai
disiksa dan disakiti. Di antara orang yang
disiksa itu ialah Bilal. Kelak dia menjadi
muazin Nabi di Madinah. Bilal dijemur di
panas matahari. Dibiarkan di sana
sehingga tubuhnya terus menerus dibakar
terik matahari padang pasir. Namun Bilal
terus mengucapkan “Ahad, Ahad…Yang
Tunggal.” Bilal kehausan dan masih terus
didera sampai hampir lumat badannya.
Bilal waktu itu seorang budak.
Penderitaan itu sudah mencapai
puncaknya. Lalu datang Abu Bakar.
Melihat siksaan yang menyedihkan ini
Abu Bakar membeli Bilal dari majikannya.
Setelah itu Bilal dirawat dan dibebaskan.
Malah sudah banyak budak-budak yang
mengalami nasib seperti Bilal. Kemudian
oleh kaum muslimin dibeli dan
dibebaskan (M. Saribi Afn, 1984).
Abu Bakar juga membeli budak
perempuan Umar bin Khattab lalu
dibebaskan. Tidak jarang ada beberapa
wanita yang disiksa sampai mati sebab
tidak mau meninggalkan risalah Islam (M.
Saribi Afn, 1984).
Sewaktu nabi diperjalankan oleh
Allah dari Masjid Al-Haram ke Baitil Al-
Maqdis, sampai ke Sidrat Al-Muntaha,
atau dikenal dengan nama Isra’ mi’raj.
Nabi menceritakan perjalanannya ini,
reaksi orang-orang musyrik quraisy,
menganggap nabi telah membuat
“Dongeng Bohong”. Mereka mendatangi
Abu Bakar, dan bertanya kepada Abu
Bakar, apa jawaban Abu Bakar apabila
mendengar dongen Nabi Muhammad itu.
“Benarkah Nabi berkata begitu?”
tanya Abu Bakar
“Betul begitu” jawab mereka.
“Jika Nabi yang berkata, maka aku
menyaksikan, bahwa Nabi berkata
benar.”
“Kamu percaya ia sampai ke
Masjid Al-Aqsha hanya dalam satu
malam? Padahal kita membutuhkan
waktu pulang pergi tidak kurang dari dua
bulan. Bagaimana ia bisa semalam saja?”
bantah mereka.
“Betul, saya percaya apa
ceritanya. Bahkan lebih dari itu saya

﴾ 5 ﴿

ppercaya kepadanya. Saya percaya akan
berita dari langit.” Jawab Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar bertemu
dengan nabi, Abu Bakar membenarkan
cerita nabi seluruhnya. Di depan orang-
orang kafir Quraisy itu. Sejak saat itu nabi
memberi gelar kepada Abu Bakar As-
Shiddiq (M. Saribi Afn, 1984).
Suku Aus dan Khazraj di Yastrib,
sewaktu melakukan ibadah haji di Mekah
mengadakan perjanjian dengan nabi yang
dikenal dengan nama “Perjanjian Aqabah
I dan Aqabah II”. Perjanjian tersebut
mengakibatkan kaum musyrikin Quraisy
semakin melancarkan intimidasi terhadap
kaum muslimin. Hal ini membuat nabi
segera memerintahkan para sahabatnya
untuk hijarah ke Yastrib. Dalam waktu
dua bulan, hampir semua kaum muslimin,
kurang lebih 150 orang, telah
meninggalkan kota Mekah. Hanya Abu
Bakar dan Ali yang tetap tinggal di Mekah
bersama nabi. Keduanya membela dan
menemani nabi sampai ia pun berhijrah
ke Yastrib karena kafir Quraisy sudah
merencanakan akan membunuhnya.
Dalam perjalanan ke Yastrib nabi
ditemani oleh Abu Bakar. Ketika tiba di
Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar
lima kilometer dari Yastrib, nabi istrahat
beberapa hari lamanya. Dia menginap di
rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman
rumaah ini nabi membangun sebuah
mesjid. Inilah mesjid pertama yang
dibangun nabi, sebagai pusat
peribadatan. Tak lama kemudian, Ali
menggabungkan diri dengan nabi, setelah
menyelesaikan segala urusan di Mekah.
Sementara itu, penduduk Yastrib
menunggu-nunggu kedatangannya.
Waktu yang mereka tunggu-tunggu itu
tiba. Nabi memasuki Yastrib dan
penduduk kota ini mengelu -elukan
kedatangan beliau dengan penuh
kegembiraan. Sejak itu, sebagai
penghormatan terhadap nabi, nama kota
Yastrib diubah menjadi Madinatun Nabi
(Kota Nabi) atau sering pula disebut
Madinatul Munawwarah (Kota yang
Bercahaya), karena dari sanalah sinar
Islam memancar ke seluruh dunia. Dalam
istilah sehari-hari, kota ini cukup disebut
Madinah saja (M. Saribi Afn, 1984).
Selanjutnya tulisan ini akan
menyorot tentang sosok Abu Bakar dalam
melaksanakan dakwah. Diawali
pembahasan mengenai biografi Abu
Bakar, kemudian Abu Bakar menjadi
khalifah dan gerakannya dalam
menghadapi orang-orang murtad dari
agama, dan dakwah melalui ekspansi,
terakhir gerakan Abu Bakar dalam
pengumpulan al-Quran.

B. Pembahasan

1. Biografi Abu Bakar
Abu Bakar dari kabilah Taim bin
Murrah bin Ka’b. nasabnya bertemu

﴾ 6 ﴿

dengan nabi pada Adnan. Setiap
kabilah yang tinggal di Mekah punya
keistimewaan tersendiri, yakni ada
tidaknya hubungannya dengan
sesuatu jabatan di Ka’bah. Untuk Banu
Taim bin Murrah menyusun masalah
diat (tebusan darah) dan segala
macam ganti rugi. Pada zaman
jahiliyah masalah penebusan darah ini
di tangan Abu Bakar tatkala posisinya
cukup kuat, dan dia juga memegang
pimpinan kabilahnya. Oleh karena itu
bila ia harus menanggung sesuatu
tebusan dan ia meminta bantuan
Quraisy, mereka pun percaya dan mau
memberikan tebusan itu, yang tak
akan dipenuhi sekiranya orang lain
yang memintanya (Muhammad Husain
Haekal, 2009).
Abu Bakar bernama Abdullah
ibnu Abi Quhafah At-Tamimi. Abu
Quhafah nama sebenarnya Usman bin
Amir, ibu Abu Bakar disebut Ummul
Khair, sebenarnya bernama Salma
binti Sakhr bin Amir. Di masa jahiliah
bernama Abdul Ka’bah, lalu ditukar
oleh Nabi menjadi Abdullah
Kuniyahnya Abu Bakar. Beliau diberi
kuniyah Abu Bakar karena dia mula-
mula sekali masuk Islam. Ada juga
yang mengatakan bahwa tadinya ia
bernama ia bernama Atiq, Dinisbahkan
pada nama Ka’bah yang lain, yakni al-
Baitul ‘Atiq atau “Rumah Purba”. Kata
Atiq berarti juga “yang dibebaskan

karena dari pihak ibunya tak pernah
ada anak laki-laki yang hidup. lalu
ibunya bernazar jika ia melahirkan
anak laki-laki akan diberi nama Abdul
Ka’bah dan akan disedekahkan
kepada Ka’bah. Sesudah Abu Bakar
hidup dan menjadi besar, ia diberi
nama Atiq, seolah ia telah dibebaskan
dari maut (Muhammad Husain Haekal,
2009). Gelarnya as-shiddiq yang
berarti amat membenarkan. Beliau
digelari as-shiddiq, karena amat
segera membenarkan Rasul dalam
berbagai macam peristiwa, terutama
peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Semasa kecil Abu Bakar hidup
seperti umumnya anak-anak di Mekah.
Dalam usia muda ia kawin dengan
Qutailah binti Abdul Uzza. Dari
perkawinan ini lahir Abdullah dan
Asma. Asma inilah yang kemudian
dijuluki Zatun Nitaqain. Sesudah
dengan Qutailah ia kawin lagi dengan
Umm Rauman binti Amir bin Uwaimir.
Dari perkawinan ini lahir Abdur-
Rahman dan Aisyah. Kemudian di
Madinah ia kawin dengan Habibah
binti Kharijah, setelah itu dengan Asma
binti Umais yang melahirkan
Muhammad.
Di masa jahiliah Abu Bakar
berniaga. Perniagaannya sangat luas.
Dia seorang pedagang kaya yang

﴾ 7 ﴿

memiliki lebih dari 40.000 dirham tunai
ketika memeluk agama Islam.
Sesudah memeluk agama Islam
ditumpahkannyalah seluruh
perhatiannya untuk mengabdi dan
menyiarkan agama Islam. tidak ada
lagi perhatiannya kepada urusan
perniagaan, hanya sekedar untuk
menutupi keperluan hidup dengan
keluarganya sehari-hari.
Di masa jahiliah beliau terkenal
sebagai orang yang jujur dan berhati
suci. Tatkala agama Islam datang
segeralah dianutnya, kemudian ikut
menyiarkan dan mengembangkannya.
Dalam mengembangkan d an
menyiarkan agama Islam beliau
mendapat hasil yang baik. Banyak
pahlawan Islam menganut agama
Islam atas usaha dan seruan Abu
Bakar, nama-namanya telah disebutka
pada bagian pendahuluan.
Beliau ikut bersama-sama Nabi
hijrah ke Madinah, bersembunyi di gua
Tsur, pada malam permulaan hijrah
sebelum melanjutkan perjalanan, ini
menandakan keeratan hubungan
mereka berdua. Abu Bakar dengan
kejujuran dan kesucian hatinya, maka
dia dapat mendalami jiwa dan
semangat Islam lebih dari yang
didapat para muslimin yang lain (A.
Syalabi, 2003) Kualitas pribadi dan
keyakinannya yang kokoh terhadap
Nabi Muhammad, menjadikannya figur
paling menarik pada masa awal Islam.
ia memiliki watak yang lebih kuat dan
dinamis daripada yang disebutkan
dalam berbagai riwayat. Secara fisik ia
diriwayatkan berkulit cerah,
berperawakan sedang dan berwajah
mungil, ia mengecat janggutnya dan
berjalan membungkuk (Philiph K. Hitti,
2002).
Abu Bakar berperangai sangat
lembut dan sikapnya tenang sekali.
Tak mudah ia terdorong oleh hawa
nafsu, pandangannya jernih serta
memiliki fikiran yang tajam. Banyak
kepercayaan dan kebiasaan -
kebiasaan masyarakat jahiliah yang
tidak diikutinya. Aisyah menyebutkan
bahwa ia tak pernah minum minuman
keras, di zaman jahiliah dan Islam,
meskipun penduduk Mekah umumnya
sudah begitu hanyut ke dalam khamar
dan mabuk-mabukan. Ia seorang ahli
geneologi (ahli silsilah), bicaranya
sedap dan pandai bergaul. Seperti
dilukiskan oleh Ibnu Hisyam, penulis
kitab Sirah dikutip oleh Haekal:
“Abu Bakar adalah laki-laki yang
akrab di kalangan masyarakatnya,
disukai karena ia serba mudah. Ia dari
keluarga Quraisy yang paling dekat
dan paling banyak mengetahui seluk-
beluk kabilah itu, yang baik dan yang
jahat. Ia seorang pedagang dengan

﴾ 8 ﴿

perangai yang sudah cukup terkenal.
Karena suatu ma salah, pemuka-
pemuka masyarakatnya sering datang
menemuinya, mungkin karena
pengetahuannya, karena
perdagangannya atau mungkin juga
karena cara bergaulnya yang enak.
Ia tinggal di Mekah, di kampung
yang sama dengan Khadijah binti
Khuwailid, tempat saudagar-saudagar
terkemuka yang membawa
perdagangan dalam perjalanan musim
dingin dan musim panas ke Syam
(Suria, Libanon, Palestina dan Yordan)
dan ke Yaman. Hanya dua tahun
beberapa bulan saja Abu Bakar lebih
muda dari Nabi Muhammad. Besar
sekali kemungkinannya, usia yang
tidak berjauhan itu, persamaan bidang
usaha serta ketenangan jiwa dan
perangainya, di samping
ketidaksenangannya pada kebiasaan-
kebiasaan Quraisy (kepercayaan dan
adat) mungkin sekali itulah semua
yang berpengaruh dalam
persahabatan Nabi Muhamm ad
dengan Abu Bakar.
Banyak penghargaan yang
diberikan kepada Khalifah Abu bakar
tentang kepandaian dan kebaikan
hatinya. Kawan maupun lawan memuji
kesetiaannya kepada agama baru itu,
demikian pula watak
kesederhanaannya, kejujuran, dan
integritas pribadinya. Jurji Zaidan,
sejarawan Mesir beragama Kristen
menulis: “Zaman khalifah-khalifah
yang alim adalah merupakan masa
keemasan Islam. khalifah-khalifah itu
terkenal karena kesederhanaan,
kealiman, dan keadilannya. Ketika Abu
Bakar masuk Islam, ia memiliki 40.000
dirham, jumlah yang sangat besar
pada waktu itu, akan tetapi ia habiskan
semua, termasuk uang yang
diperolehnya dari perdagangan, demi
memajukan agama Islam. ketika wafat,
tidaklah ia memiliki apa-apa kecuali
uang satu dinar. Ia biasa berjalan kaki
ke rumahnya di Sunh, di pinggir Kota
Madinah. Ia juga jarang sekali
menunggang kudanya. Ia datang ke
Madinah untuk memimpin
sembahyang berjamaah dan kembali
ke Sunh di sore hari. Setiap hari Abu
Bakar membeli dan menjual domba,
dan mempunyai sedikit gembalaan
yang sesekali harus ia gembalakan
sendiri. Sebelum menjadi khalifah, ia
telah terbiasa memerah susu domba
milik kabilahnya, sehingga ketika ia
menjadi khalifah, seorang budak anak
perempuan menyesalkan dombanya
tidak ada yang memerah lagi. Abu
Bakar kemudian meyakinkan anak
perempuan itu bahwa ia akan tetap
memerah susu dombanya, dan
martabat tidak akan mengubah tingkah

﴾ 9 ﴿

lakunya. Sebelum wafat, ia
memerintahkan menjual sebidang
tanah miliknya dan hasil penjualannya
dikembalikan kepada masyarakat
muslim sebesar sejumlah uang yang
telah ia ambil dari masyarakat sebagai
honorarium (Jamil Ahmad, 2000).

2. Abu Bakar Menjadi Khalifah
Beberapa bula setelah ibadah
Haji Perpisahan Rasulullah sakit
demam. Sekitar bulan Safar tahun
kesebelas Hijrah. Demam Rasul
semakin haari semakin bertambah.
Keadaan Nabi saw mencemaskan hati
sahabat - sahabatnya dan kaum
muslimin. Sebab Nabi jarang sekali
sakit, tubuhnya kuat, sehat dan selalu
segar.
Nabi dalam keadaan sakit,
semangat pengabdiannya kepada
Allah tidak pernah padam. Jika terasa
badannya agak sehat maka dengan
kepala yang dibalut, Nabi saw tetap
mengimani shalat di mesjid. Sampai
pernah Nabi pergi ke mesjid harus
dipapah oleh Ali bin Abi Thalib. Pernah
Rasul haru sembahyang sambil duduk.
Sementara itu imamnya Abu Bakar.
Pada hari Senin (seperti hari
kelahirannya) tanggal 12 Rabiul Awwal
tahun kesebelas Hijrah (632 Masehi)
Rasulullah wafat. Kabar itu segera
tersiar ke semua sahabatnya dan
kaum muslimin. Mereka pertama-tama
tidak mau mempercayainya. Mereka
bingun tidak tahu apa yang harus
mereka kerjakan.
Abu Bakar menjenguk
Rasulullahtanya mengembang tangis.
Lalu diciumnya kening jenazah Nabi
yang mulia. Abu Bakar teringat masa
lalunya selagi bersama Nabi, berduka
dan terancam mautbersama-sama di
Mekah. Rasulullah menantu dan
junjungannya. Lalu Abu Bakar berkata:
“Atas nama ayahku dan ibuku ya
Muhammad! Aku bersaksi di hadapan
Tuhan, bahwa sesungguhnya engkau
senantiasa mulia, baik waktu hidupmu,
ataupun setelah engkau meninggal.”
Kemudian Abu Bakar naik ke
atas mimbar. Orang-orang sudah
berkerumun ingin mendengar berita
yang sebenarnya. Orang -orang
percaya kepada Abu Bakar, sebab
Abu Bakar tidak pernah berbohong.
Abu Bakar berkata: “Hai manusia,
barang siapa di antara kamu yang
menyembah Muhammad, maka
Muhammad telah meninggal. Tetapi
siapa yang menyembah Allah, maka
Allah senantiasa hidup dan tidak akan
mati. Muhammad itu hanyalah seorang
di antara Rasul-rasul, yang telah lalu
pula sebelumnyaRasul yang lain. Jika
sekiranya ia meninggal, apakah kamu

﴾ 10 ﴿

akan berpaling? Maka sekali-kali tidak
akan membahayakan bagi Allah
segala perbuatan itu. Allah akan
memberi ganjaran bagi siapa yang
sudi bersyukur.”
Selesai Abu Bakar mengucapkan
pidatonya, kaum muslimin meledak
tangisnya. Air mata kesedihan mereka
tidak bisa dibendung lagi. Mereka
benar-benar sedih. Umar bin Khattab
yang perkasa juga tidak bisa menahan
air matanya. Ia menangis tersdu-sedu.
Ia benar-benar telah kehilangan
seseorang yang bijaksana dan arif
(M.Sabiri, 1984).
Pada saat bersamaan wafatnya
Rasulullah, Abu Bakar mendengar
adanya pertemuan antara orang-orang
Ansor di rumah pimpinan Ansor yaitu
Saad. Abu Bakar bersama Umar bin
Khattab kemudia langsung menuju ke
tempat pertemuan orang-orang Ansor
yang sedang ramai membicarakan
tentang siapa yang akan menjadi
khalifah Rasulullah saw. pada waktu
itu orang-orang Ansor telah
menetapkan, bahwa yang layak
menjadi khalifah adalah orang Ansor,
karena menurut pendapat mereka,
berkat Ansor maka Islam berkembang,
yaitu dari kota Madinah. Tetapi dengan
kecakapan Abu Bakar dan Umar bin
Khattab dalam mengendalikan
keadaan, maka akhirnya Abu Bakarlah
yang diangkat oleh yang hadir di
rumah Saad itu sebagai khalifah. Baiat
tentang pengangkatan Abu Bakar as-
Siddiq ini dipelopri oleh Umar bin
Khattab yang menganjurkan pada
hadirin yang terdiri dari para Muhajirin
dan Ansor yang sedang berkumpul di
rumah Saad (HMH. Al Hamid al
Husaini, 1976). Abu Ubaydah dan
orang-orang muhajirin yang lain
mengikuti Umar bin Khattab membaiat
Abu Bakar. Kemudian, semua orang
Ansor yang hadir juga membaiat Abu
Bakar.
Keesokan harinya, pada waktu
fajar, sebelum Abu Bakar mengimani
shalat, ia duduk di mimbar. Umar
bangkit dan berbicara di hadapan
majelis, mengajak mereka berbaiat
kepada Abu Bakar, yang ia gambarkan
sebagai “yang terbaik di antara kalian,
sahabat Rasululla”, sebagaimana
firman Allah dalam Surat at-Taubah
ayat 40: “sebagai orang kedua
(seorang lagi Abu Bakar) ketika
keduanya dalm gua (bukit Tsur)” (H.
Mahmud Junus, 1977). Ayat ini
mrenunjukkan keutamaan Abu Bakar
sebagai sahabat Nabi dalam Susana
genting. Seluruh anggota majelis
serentak berbaiat kepadanya, kecuali
Ali yang melakukan belakangan.
Setelah Abu Bakar dibaiat, Abu
Bakar memuji dan bersyukur kepada

﴾ 11 ﴿

Allah serta berpidato di hadapan
mereka:
“Aku telah diangkat sebagai
pemimpin kalian, tetapi aku bukanlah
yang terbaik di antara kalian. Jika aku
melakukan kebaikan, bantulah aku,
dan jika aku melakukan kesalahan,
maka luruskanlah aku. Bersungguh-
sungguh kepada kebenaranadalah
kesetiaan, dan pengingkaran terhadap
kebenaran adalah penghianatan.
Orang yang paling lemah di antara
kalian akan menjadi kuat di sisiku,
hingga kuserahkan haknya
kepadanya, insya Allah, dan orang
yang paling kuat di antara kalian akan
menjadi lemah di sisiku, hingga aku
ambil harta yang bukan haknya, insya
Allah. Taatilah aku selama aku
menaati Allah dan Rasul-Nya. Namun,
jika aku tidak taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, tidak ada keharusan bagi
kalian untuk taat kepadaku!
Tegakkanlah shalat kalian, Tuhan
merhmati kalian (Martin Lings, 2012).
Abu Bakar, khalifah Islam yang
pertama dan orang paling terpercaya
serta pembantu Nabi yang sangat
setia (Jamil Ahmad, 2000). Abu Bakar
menjadi khalifah hanya dua tahun
(632-634). Pada tahun 634 M ia
meninggal dunia. Kekuasaan yang
dijalankan pada masa khalifah Abu
Bakar, sebagaimana pada masa
Rsulullah, bersifat sentral, kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif
terpusat di tangan khalifah. Selain
menjalankan roda pemerintahan,
khalifah juga melaksanakan hukum.
Meskipun demikian, seperti juga Nabi
Muhammad, Abu Bakar selalu
mengajak sahabat-sahabat besarnya
bermusywarah.
Abu Bakar salah seorang peletak
dasar demokrasi yang sebenarnya di
dunia ini. kekuasaan tertinggi negara
memang berada di tangan khalifah,
dan waktu itu seorang khalifah adalah
juga seorang raja yang sangat kuat,
tapi Abu Bakar berjalan hilir-mudik
tanpa pengawal atau pun teman. Ia
makan makanan yang jelek dan
memakai pakaian yang lusuh. Rakyat
awam pun dapat menghubunginya
setiap waktu di siang hari, dan
menanyakan segala tindakannya
secara terbuka.
Abu Bakar mengangkat Umar
sebagai Kadhi Agung. Rakyat telah
terbiasa dengan hidup jujurdan
kehidupan sosial mereka begitu bersih
dibanding dengan kehidupan immoral
zaman sebelum Islam, sehingga tidak
ada pengaduan yang disampaikan
pada kadhi selama satu tahun. Adapun
Ali, Utsman, dan Zaid bin Tsabit
bekerja sebagai khatib.

﴾ 12 ﴿

Masa pemrintahan yang begitu
singkat, dihabiskan untuk
menyelesaikan persoalan dalam
negeri terutama tantangan yang
ditimbulkan oleh suku-suku bangsa
Arab yang tidak mau tunduk lagi
kepada pemerintah Madinah. Merek
menganggap, bahwa perjanjian yang
dibuat dengan Nabi Muhammad,
dengan sendirinya batal setelah Nabi
wafat, mereka menentang Abu Bakar.
Setelah menyelesaikan persoalan
dalam negeri, barulah Abu Bakar
mengirim kekuatan keluar Arabia
(Badri Yatim, 2004).

3. Penumpasan terhadap orang -
orang yang murtad dari agama

Abu Bakar berdiri tegak bagaikan
batu karang menghadapi kekuatan-
kekuatan yang mengacau setelah Nabi
wafat. Nampaknya seluruh struktur
Islam yang telah diletakkan Nabi yang
baru saja mangkat ak an hancur
berantakan. Namun Abu Bakar
sebagai seorang sahabat setia Nabi
telah membuktikan dirinya menjadi
orang yang kuat memegang teguh
pada jalan yang ditunjukkan Nabi.
Ketegasan Abu Bakar tercermin
dalam menghadapi orang-orang yang
tidak mau bayar zakat. Sejumlah
anggota suku mengimbau para
pemipin Islam di Madinah agar mereka
dibebaskan dari membayar zakat.
Keadaan tampaknya begitu suram,
sehingga menghadapi masalah ini
orang seperti Umar pun terpaksa
mengalah dan ia mohon kepada Abu
Bakar “O, Khalifah Rasul, bersikap
ramahlah kepada orang-orang ini, dan
perlakukanlah mereka dengan lemah
lembut.” Khalifah sangat jengkel
dengan pameran kelemahan yang
tidak disangka-sangka itu, dan dengan
amarah yang amat sangat ia menjwab:
“Anda begitu keras pada zaman
jahiliyah, tapi sekarang, Anda menjadi
begitu lemah. Wahyu Allah telah
sempurna dan iman kita telah
mencapai kesempurnaan. Sekarang
anda ingin merusakkannya pada saat
aku masih hidup. Demi Allah, walau
sehelai benang pun yang akan
dikurangi dari zakat, aku akan
berjuang mempertahankannya dengan
semua kekuatan yang ada padaku
(Jamil Ahmad, 2000).
Selain menghadapi orang-orang
yang tidak mau membayar zakat, Abu
Bakar juga dihadapkan pada masalah
timbulnya nabi-nabi palsu, yaitu para
penipu lihai yang muncul di berbagai
bagian Arab setelah wafatnya
Rasulullah. Di antara mereka yang
terkenal ialah Aswad Asni, Talha Bani
Asad, Musailamah si Pendusta, dan
Sajah seorang wanita Yaman.khalifah

﴾ 13 ﴿

mengirim pasukan, ekspedisi melawan
Musailamah terasa sangat berat dan
baru setelah Khalid bin Walid
menggempur dengan dahsyatnya,
musuh dapat dihancurkan.
Musailamah mati terbunuh. Seorang
sejarawan bernama Tabrani
mengatakan “Belum pernah muslimin
bertempur sedahsyat pertempuran itu.”
Khalid bin Walid adalah jenderal yang
banyak berjasa dalam perang Riddah
ini.
Semua ekspedisi militer yang
ditujukan terhadap orang-orang yang
ingkar kepada agama dan terhadap
suku-suku bangsa yang berontak,
berakhir dengan sukses menjelang
akhir tahun 11 Hijrah. Pemberontakan
dan perselisihan yang mencekam Arab
dapat ditumpas selama -lamanya
(Jamil Ahmad, 2000).
Dinamakan Perang Riddah
karena mereka adalah orang-orang
yang mengingkari ajaran Nabi.
Sebagian ulama membagi riddah
menjadi empat golongan: riddah dalam
kepercayaan, riddah dalam perkataan,
riddah dalam perbuatan, dan riddah
karena meninggalkan (Izzuddin Baliq,
1985).
Dalam sejarahnya, khalifah Abu
Bakar adalah seorang yang
memegang teguh pendirian dan
integritasnya, berwatak baja. Ia selalu
tampil mempertahankan ajaran dasar
agama Islam pada saat-saat yang
sangat kritis. Para sejarawan dahulu
maupun sekarang banyak memberikan
pujian mengenai watak dan prestasi
Abu Bakar. Dialah salah satu pilar
Islam yang kuat, yang sangat
membantu dalam menjadikan agama
baru itu sebagai suatu kekuatan di
dunia.

4. Dakwah melalui ekspansi
Setelah menyelesaikan masalah
orang-orang yang murtad yakni orang-
orang yang tidak mau membayar zakat
dan nabi palsu, barulah Abu Bakar
mengirim kekuatan keluar Arabia,
untuk menghadapi bahaya dari luar
yang pada gilirann ya dapat
menghancurkan eksistensi Islam. dua
orang raja paling berkuasa di dunia,
Kaiser dan Kisra, sedang mengintai
kesempatan untuk menyerang pusat
agama baru itu. Orang-orang Persia
selama berabad-abad memerintah
Arab sebagai maharaja, tidak dapat
mentolerir setiap kekuatan Arab
militant untuk bersatu membentuk
kekuatan yang besar. Hurmuz adalah
raja zalim yang memerintah Iraq atas
nama Kisra. Penganiayaan terhadap
orang-orang Arab menimbulkan
pemberontakan kecil, tapi lalu

﴾ 14 ﴿

berkembang menjadi peperangan
berdarah. Kini, keadaan terjadi
sebaliknya, orang-orang Persia
dengan penuh kecongkakan dan
selalu meremehkan kekuatan orang-
orang muslim, akhirnya tidak dapat
menahan gelombang maju pasukan
Islam, dan mereka harus mundur dari
satu tempat ke tempat lainnya sampai
Iraq jatuh.
Khalid bin Walid dikirim ke Iraq
dan dapat menguasai al-Hirah di tahun
634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di
bawah pimpinan empat jenderal yaitu
Abu Ubaidah, Amr ibn Ash, Yazid ibn
Abi Sufyan, dan Syurahbil.
Sebelumnya pasukan dipimpin oleh
Usamah yang masih berusia 18 tahun.
Untuk memperkuat tentara ini, Khalid
bin Walid diperintahkan meninggalkan
Iraq dan melalui gurun pasir yang
jarang dijalani, ia sampai ke Syiria
(Badri Yatim, 2004). Raja Byzantium,
Heraclius, yang menguasai Syria dan
Palestina, benar-benar musuh Islam
yang paling besar dan paling perkasa.
Terus-menerus raja itu bersekongkol
dengan musuh-musuh Muslim untuk
menghancurkan Islam. intrik-intrik dan
akal bulusnya menimbulkan beberapa
kerusuhan yang dilakukan oleh suku-
suku non Islam di Arab. Dialah bahaya
laten bagi Islam. sejak tahun 9 Hijrah,
Nabi sendiri telah memimpin tentara
melawan orang Romawi.
Pasukan Islam dan musuh
berhadapan di dataran Yarmuk.
Tentara Romawi yang hebat itu terdiri
dari lebih 3 pasukan serdadu
bersenjata lengkap, di antaranya
80.000 orang diikat dengan rantai
untuk mencegah kemungkinan
mundurnya mereka. tentara muslim
seluruhnya berjumlah 46.000 orang.
Sesuai dengan strategi Khalid, mereka
dipecah menjadi 40 kontingen untuk
memberi kesan seolah-olah mereka
lebih besar dari musuh. Pertempuran
yang tak terlupakan ini berakhir
dengan kekalahan pihak Romawi, dan
ketika mengundurkan diri mereka
meninggalkan banyak serdadu yang
mati di medan tempur. Kemenangan
ini menentukan nasib kekuasaan
Romawi di Syria.
Ini merupakan perang pertama di
mana bangsa Arab bertindak sebagai
sebuah pasukan tidak sebagai
kelompok penyerbu yang bercerai
berai. Dengan kemenangan ini ambisi
mereka terpuaskan. Mereka tidak lagi
menyerbu negeri Syria demi harta
rampasan, tetapi penyerbuan mereka
adalah demi kesempurnaan
kekuasaan imperium. Apa yang
bermula sebagai pertempuran kecil
antar suku sampai dengan konsolidasi

﴾ 15 ﴿

sebuah konfederasi politik di Arabia
berakhir sebagai sebuah peperangan
berskala besar melawan dua imperium
(Ira Lapidus, 1999).
Ekspedisi ini berpengaruh sangat
baik terhadap suku-suku bangsa yang
mulai membandel dan ragu -ragu
tentang kekuatan Islam yang
sesungguhnya. Tindakan Abu Bakar
yang imajinatif, tepat waktu, dan
dinamis, telah menyatukan kekuatan
Islam (Jamil Ahmad, 2000).

5. Pengumpulan Al-Quran
Ada beberapa macam soal
keagamaan yang tidak dikenal pada
zaman Nabi, tetapi diadakan oleh para
sahabat, khulafaurrasyidin, yaitu Abu
Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.
Contohnya, membukukan kitab suci al-
Quran, yang didakan mulanya oleh
khalifah Abu Bakar dan kemudian
dilanjutkan dan disempurnakan oleh
khalifat Utsman bin Affan.
Berbicara tentang pembukuan al-
Quran, peristiwa Yamamah tak bisa
dilupakan. Akibat peristiwa itulah,
menimbulkan gagasan untuk
membukukan al -Quran, yang
kemudian dilaksanakn. Pelaksanaan
ini memakan waktu sampai
berakhirnya kekhalifahan Abu Bakar
sesudah perang Yamamah.
Ekspedisi Yamamah merupakan
ekspedisi terbesar dalam perang
Riddah. Terbunuhnya Musailamah bin
Habib semua mereka yang
mendakwakan diri nabi di tanah Arab
itu terkikis habis. Khalid bin Walid
bertindak tegas atas perintah khalifah
Abu Bakar, untuk mengerahkan
pasukan muslimin menghadapi
pasukan Musailamah. Mereka
bertempur mati-matian, membunuh
dan dibunuh sehingga dapat
menyudahi riwayat Musailamah dan
kawan-kawannya. Kaum Muhajirin dan
Anshor tidak berlebihan tatkala mereka
terjun ke medan perang dan berjuang
mati-matian, karena mereka memang
mengharap mati syahid. Ketika itu dari
pihak muslim yang gugur sebagai
syuhada 1200 orang, 39 orang di
antaranya para sahabat besar dan
hafal al-Quran.
Kematian para penghapal al-
Quran pada perang Yamamah
membuat Umar bin Khattab berfikir
untuk menghimpun al-Quran. Akhirnya
dia menemui Abu Bakar dan berkata:
“Aku khawatir di tempat-tempat lain
akan bertambah banyak penghapal al-
Quran yang akan terbunuh sehingga
al-Quran akan banyak yang hilang,
kecuali jika kita himpun. Aku ingin
mengusulkan supaya al -Quran

﴾ 16 ﴿

dihimpun. (Muhammad Husain Haekal,
2009).


Pembukuan al-Quran dapat
dilihat dalam hadis Bukhari sebagai
berikut:
“bahwasanya Zaid bin Tsabit
berkata: Abu Bakar Siddiq (khalifah
pertama) memanggil saya sesudah
terjadi peperangan Yamamah, dimana
banyak sahabat Nabi mati syahid.
Saya dapati di hadapan beliau ada
saidina Umar bin Khattab. Berkata Abu
Bakar: “Hai Zaid, Umar mengatakan
kepada saya bahwa banyak ahli-ahli
Quran (yang menghafal Quran) wafat
dalam peperangan Yamamah. Saya
khawatir kalau-kalau mereka banyak
yang wafat dalam medan -medan
perang yang lain, sehingga ayat-ayat
Quran bisa hilang. Umar mendesak
kepada saya supaya mengumpulkan
Quran dalam satu mushaf.” Lalu saya
berkata berkata kepadanya:
“Bagaimana engkau akan membuat
suatu pekerjaan yang tidak dibuat oleh
Rasulullah?” Umar menjawab: “Demi
Allah. Pekerjaan ini baik!” “Umar selalu
mendesak saya dan akhirnya saya
sependapat dengannya” kata Abu
Bakar. Berkata Zaid “berkata Abu
Bakar kepadaku:”Engkau seorang
pemuda pintar yang dipercaya.
Engkau pada masa Nabi masih hidup
menjadi penulis wahyu yang
diturunkan Allah kepada Rasulullah.
Cobalah kumpulkan seluruh wahyu
itu!” Demi Allah” jawab Zaid. “kalau
engkau perintahkan saya untuk
memindahkan sebuah bukit ,
barangkali tidak seberat ini.
bagaimana bisa membuat sesuatu
yang tidak dibuat Rasulullah? Abu
Bakar mendesak saya: “Demi Allah, ini
baik.” Maka selalu Abu Bakar
mendesak saya” kata Zaid, sehingga
Tuhan membukakan hati saya sebagai
hati Abu Bakar dan Umar. Maka saya
carilah ayat-ayat Quran itu dan saya
kumpulkan di mana pada mulanya
terdapat ditulis di atas pelepah-
pelepah tamar, batu-batu putih dan
yang ada di dalam dada para sahabat
Nabi (HR. Imam Bukhari, Juz X).
Mushaf yang dikumpulkan Zaid
bin Tsabit tersimpan pada khalifah Abu
Bakar sampai beliau wafat dan
sesudah itu mushaf ini jatuh ketangan
khalifah Umar bin Khattab dan
sesudah Umar wafat, mushaf ini
disimpan oleh Hafsah binti Umar bin
Khattab (Siradjuddin Abbas, 1982).

C. Penutup
Sejarah kehidupan seorang Abu
Bakar merupakan contoh teladan sebagai
pemimpin yang dapat ditiru dan
diterapkan dalam kehidupan manusia. Hal

﴾ 17 ﴿

ini karena setiap orang merupakan
pemimpin bagi dirinya dan apabila
individu itu sebagai pemimpin suatu
masyarakat, maka tindak tanduk dan
kepribadian dari Abu Bakar dapat
digunakan untuk menjadi seorang
pemimpin yang sukses dalam kehidupan
dunia dan akhirat.

D. Daftar Pustaka
A. Syalabi, 2003, Sejarah dan
Kebudayaan Islam I, Jakarta:
Pustaka al-Husna Baru.
Badri Yatim, 2004, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
H. Mahmud Junus, 1977, Tarjamah Al-
Qur’an al-Karim, Bandung:
AlMa’arif.
HMH. Al Hamid al Husaini, 1976, Riwayat
Sitti Fatimah Azzahrah, Jakarta.
Imam Bukhari, Fathul Bari, Jus X.
Ira Lapidus, 1999, Sejarah Sosial Umat
Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Izzuddin Baliq, 1985, Minhaajush
Shaalihin, Semarang: Daarul Ihya
Indonesia.
Jamil Ahmad, 2000, Seratus Muslim
Terkemuka, Jakarta: Pustaka
Firdaus.
M. Saribi Afn, 1984, Hamka Berkisah
Tentang Nabi Muhammad Saw ,
Jakarta:
Pustaka Panjima.
Martin Lings (Abu Bakr Siraj al-Din),
2012, Muhammad Kisah Hidup Nabi
Berdasarkan Sumber Klasik, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta.
Muhammad Husain Haekal, 2009, Abu
Bakar as-Siddiq, Jakarta: Litera
AntarNusa.
Philiph K. Hitti, 2002, History Of The
Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta.
Siradjuddin Abbas, 1982, 40 Masalah
Agama, Jilid II, Jakarta: Pustaka
Tarbiyah.