Copyright @ 2022, Media Akuakultur, p-ISSN 1907-6762; e-ISSN 2502-9460 53
Media Akuakultur, 17 (2), 2022, 53-58
#
Korespondensi: Muhammad Fiqi Zulendra.
Prodi Teknologi Akuakultur Politeknik Ahli Usaha Perikanan
Jakarta, Pascasarjana Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta
E-mail:
[email protected]
Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma
doi: 10.15578/ma.17.2.2022.53-58
PENINGKATAN PRODUKSI BENIH IKAN GUPPY (Poecilia reticulata) JANTAN
MENGGUNAKAN AIR KELAPA (
Cocos nucifera)
Sinar Pagi Sektiana
*)
, Sinung Rahardjo**
)
, Muhammad Fiqi Zulendra
**)#
*) Prodi Teknologi Akuakultur Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta
**) Pascasarjana Politeknik Ahli Usaha Perikanan Jakarta
(Naskah diterima: 17 Januari 2023, Revisi final: 06 Maret 2023, Disetujui publikasi: 15 Maret 2023)
ABSTRAK
Nilai jual yang tinggi menyebabkan produksi ikan guppy jantan lebih menguntungkan. Teknik
sex reversal
menggunakan bahan alami seperti air kelapa sudah dilakukan dalam usaha untuk menghasilkan ikan
guppy jantan lebih banyak. Kalium pada air kelapa mendukung pembentukan hormon androgen atau
testosterone. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode yang paling efektif dalam pembentukkan
jenis kelamin jantan menggunakan air kelapa muda jenis
Cocos nucifera. Penelitian menggunakan rancangan
acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan berupa kontrol tanpa pemberian air kelapa (A),
perlakuan secara oral melalui pakan pada induk bunting dengan dosis 10% bobot pakan (B) selama 14 hari,
dan perlakuan melalui perendaman induk bunting dengan dosis 10% volume air selama 12 jam. Pengamatan
kelamin jantan dilakukan setelah 45 hari pemeliharaan dengan mengamati organ urogenital. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persentase jantan tertinggi diperoleh pada perlakuan B (65,33%± 4,50
b
), diikuti
perlakuan C (51,33%± 9,60
ab
) dan terendah pada perlakuan A (41,67%±2,08
a
). Persentase kelangsungan
hidup tidak berbeda nyata antar perlakuan dengan tingkat kelangsungan hidup berkisar 77,33 – 88,00 %.
KATA KUNCI: air kelapa
; guppy; oral; perendaman; sex reversal
ABSTRACT : Production of Male Guppy (
Poecilia reticulata) Seedlings Using Coconut Water (Cocos
nucifera
)
The high selling value causes the production of male guppies to be more profitable. Sex reversal techniques
using natural ingredients such as coconut water have been carried out in an effort to produce more male
guppy fish. Potassium in coconut water supports the formation of androgen hormones or testosterone.
This study aims to get the most effective method in the formation of male sex using young coconut water
type Cocos Nucifera. The study used a random design complete with 3 treatments and 3 replications.
Treatment is in the form of control without coconut water (A), oral treatment through feed on pregnant
parent with a dose of 10% feed weight (B) for 14 days, and treatment through the maternal soaking with a
dose of 10% volume of water for 12 hours. Observation of male sex is carried out after 45 days of
maintenance by observing the urogenital organs. The results showed that the highest percentage of male
was obtained in treatment B (65.33%± 4.50
b
), followed by treatment C (51.33%± 9.60
ab
) and the lowest in
treatment A (41.67%± 2.08
a
). The percentage of survival is not significantly different between treatments
with survival rates ranging from 77.33 - 88.00%.
KEYWORDS: coconut water; dipping; guppy; oral; sex reversal

54 Copyright @ 2022, Media Akuakultur, p-ISSN 1907-6762; e-ISSN 2502-9460
Peningkatan Produksi Benih Ikan Guppy ..... (Sinar Pagi Sektiana)
PENDAHULUAN
Salah satu komoditi ikan hias yang mempunyai nilai
ekonomis tinggi yaitu ikan Guppy. Guppy juga termasuk
ikan yang sangat mudah dipijahkan. Guppy jantan secara
morfologi mempunyai warna dan corak lebih mempesona
sehingga lebih memikat dibandingkan guppy betina.
Guppy jantan memiliki daya pikat dan daya jual yang tinggi
sehingga lebih menguntungkan untuk diproduksi.
Sex reversal merupakan upaya dalam memperoleh
persentase jantan lebih tinggi (Malik
et al., 2019). Teknik
sex reversal dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
melalui perendaman dan oral (Hutagalung, 2020).
Pemilihan metode ini berdasarkan pada efektivitas,
efisiensi, palatabilitas, kemungkinan polusi dan biaya
(Zairin, 2002). Pemberian steroid seks yang berasal dari
luar hendaknya dilakukan sebelum muncul tanda-tanda
diferensiasi gonad dan diteruskan sampai setelah
terjadinya diferensiasi seks (Zairin, 2002). Diferensiasi
kelamin ikan guppy terjadi pada embriogenesis dan
pascalarva (Piferrer, 2001).
Hormon sintetik
á-metil testosterone pada awalnya
sering digunakan untuk mengarahkan kelamin jantan
pada benih ikan (Ayuningtyas
et al., 2015; Takahashi,
1975; Zairin, 2002). Namun pada perkembangannya selain
mahal, hormon ini mempunyai residu yang dianggap
berbahaya karena berpotensi akumulasi di alam dan
karsinogenik (KKP, 2014; Phelps & Popma, 2000; Sudrajat
& Sarida, 2006). Salah satu bahan alami yang potensial
digunakan untuk
sex reversal adalah air kelapa (Angga
et al., 2013; Cahyani et al., 2021). Kandungan ion kalium
dalam air kelapa diduga berperan dalam proses
sex
reversal
dan membantu meningkatkan rasio kelamin
jantan pada ikan (Dwinanti
et al., 2018; Yong et al., 2009).
Dosis hormon untuk metode perendaman maupun
oral berbeda-beda tergantung pada spesies ikan dan
bahan hormon yang digunakan (Penman, 2004; Phelps
& Popma, 2000). Penggunaan hormon sintetik
á-metil
testosterone
15 mg/kg pakan dilakukan secara oral dan
perendaman dengan dosis 10 mg/L pada ikan nila
memberikan hasil jantan lebih baik dibandingkan kontrol
(Mangaro
et al., 2018), sedangkan penggunaan hormon
sintetik
á-metil testosterone pada sidat, yaitu 100 mg/
kg pakan atau 10% dari pakan menghasilkan persentase
jantan sebesar 80% (Rovara, 2005). Penggunaan hormon
testis sapi secara oral dan perendaman dengan dosis 9%
pada ikan nila menghasilkan jantan lebih baik
dibandingkan kontrol (Hutagalung, 2020). Perendaman
ikan cupang menggunakan hormon ekstrak testis sapi
dengan dosis 0,10 ml/L menghasilkan persentase jantan
91,11% (Saputra
et al., 2022). Konsentrasi hormon
batang pasak bumi dengan dosis 80 mg/L menghasilkan
persentase ikan guppy jantan sebesar 96,80% (Naisya
et
al.,
2022). Perendaman larva ikan lele sangkuriang
menggunakan air kelapa selama 10 jam dengan dosis
30% menghasilkan persentase jantan 82,59% (Findayani
& Dina, 2022). Metode perendaman menggunakan air
kelapa dengan dosis 40% pada induk bunting (
Cocos
nucifera
) dan larva (Hybrid coconut) dapat meningkatkan
efektivitas maskulinisasi ikan guppy (Dwinanti
et al.,
2018; Malik et al., 2019) sedangkan penggunaan metode
oral menggunakan campuran air kelapa belum pernah
dilakukan. Dosis rendah membutuhkan durasi perlakuan
lebih lama (melalui oral), sementara dosis tinggi
digunakan pada durasi perlakuan pendek (melalui
perendaman) (Zairin, 2002). Pemberian dosis dengan
konsentrasi tidak sesuai dapat mengakibatkan kematian
yang tinggi atau dapat menyebabkan ikan steril
(Hermaprodit) (Hunter & Donaldson, 1983). Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi metode
sex reversal paling efektif dengan memanfaatkan air
kelapa dalam upaya peningkatan persentase jantan ikan
guppy.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai
dengan Agustus 2022 di Workshop Budidaya Ikan milik
Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) Jakarta.
Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap
dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan (masing-masing 3
ekor guppy betina bunting). Perlakuan berupa kontrol
tanpa pemberian air kelapa (A), perlakuan secara oral
melalui pakan pada induk bunting dengan dosis 10%
bobot pakan (B) selama 14 hari, dan perlakuan melalui
perendaman induk bunting dengan dosis 10% volume
air selama 12 jam dengan lama pemeliharaan selama
45 hari. Metode
oral, pakan dicampur dengan air
kelapa diberikan pada induk bunting selama 14 hari.
Metode perendaman, induk bunting direndam dengan
air kelapa yang diberi aerasi selama 12 jam (Arnu,
2020).
Persiapan Wadah Budidaya
Wadah yang digunakan yaitu akuarium berukuran
40x30x15 cm sebanyak 9 buah. Akuarium dicuci sampai
bersih, dikeringkan dan diisi air setinggi 10 cm.
Akuarium dilengkapi dengan instalasi aerasi untuk
menjaga kandungan oksigen terlarut dalam air tetap
stabil. Akuarium disusun pada rak dengan diberi tanda
sesuai dengan masing-masing perlakuan.
Perlakuan Pada Induk Bunting
Air kelapa muda yang digunakan menurut Dwinanti
et al., (2018) mengandung ion kalium yang merupakan
ion anorganik tertinggi diantara ion lainnya. Yong
et
al.,
(2009) menyatakan bahwa dalam 100 mg air kelapa
muda terdapat 250 mg K
+
. Air kelapa disterilisasi
menggunakan
autoclave sebelum dicampur pada pakan.

Copyright @ 2022, Media Akuakultur, p-ISSN 1907-6762; e-ISSN 2502-9460 55
Media Akuakultur, 17 (2), 2022, 53-58
Metode oral, pakan yang digunakan adalah artemia
tetas sebanyak 1 g/pemberian pakan. Air kelapa diambil
airnya dan dicampurkan pada pakan dengan dosis 10%
bobot pakan (0,1 mL). Pakan yang telah dicampurkan
dengan air kelapa diangin-anginkan terlebih dahulu
selama kurang lebih 1-2 menit. Perlakuan air kelapa
pada pakan dibuat sesaat sebelum waktu pemberian
pakan. Induk bunting baru diberikan pakan yang telah
dicampur dengan air kelapa pada saat perut telah buncit
dan berwarna hitam. Pakan tersebut diberikan 3 kali/
hari selama 14 hari. Induk dikembalikan ke dalam
akuarium masing-masing setelah melahirkan.
Metode perendaman, akuarium disiapkan sebanyak
3 buah. Masing-masing akuarium diisi dengan 3 ekor
induk guppy betina kemudian direndam dengan dosis
10% volume air (150 mL air kelapa dalam 1.500 mL air
tawar) selama 12 jam. Induk dikembalikan ke dalam
akuarium masing-masing setelah perendaman.
Pemeliharaan Larva
Larva ikan guppy dipelihara selama 45 hari sampai
dapat dibedakan secara morfologinya antara jantan dan
betina. Selama pemeliharaan, pakan berupa artemia
diberikan secara
adlibitum sebanyak 3 kali/hari. Selama
pemeliharaan dilakukan penyifonan 2-3 hari sekali dan
dilakukan penambahan air baru sebanyak 10-20%.
Pengamatan kualitas air dilakukan setiap hari dengan
parameter yang diukur yaitu pH, suhu dan oksigen
terlarut. pH dan suhu diukur menggunakan pH meter,
sementara oksigen terlarut diukur menggunakan DO
meter.
Pengamatan Jenis Kelamin dan Kelangsungan Hidup
Pengamatan jenis kelamin dapat dilihat secara
morfologi. Guppy jantan memiliki pergerakan lebih
gesit dibandingkan guppy betina. Guppy betina tidak
memiliki gonopodium hanya berupa sirip halus pada
sirip perut, tubuh gemuk dengan perut besar, memiliki
warna hanya di ekor dan sirip punggung. Guppy jantan
memiliki sirip punggung lebih panjang dan lebar, warna
lebih cerah dan lebih banyak, memiliki bentuk tubuh
yang ramping, memiliki gonopodium dibelakang sirip
perut. Data persentase jantan yang diperoleh diolah
menggunakan dengan rumus sebagai berikut :
Data kelangsungan hidup yang diperoleh selanjutnya
diolah menggunakan rumus sebagai berikut :
Uji statistik dilakukan untuk melihat perbedaan
hasil persentasi jantan dan tingkat kelangsungan
dengan menggunakan software SPSS Versi 26 dengan
oneway anova.
HASIL DAN BAHASAN
Persentase Jantan Ikan Guppy
Hasil perhitungan persentase jenis kelamin ikan guppy
jantan dapat dilihat pada Tabel 1. Perlakuan B memiliki
persentase kelamin jantan tertinggi yaitu 65,33% ± 4,50
b
,
sedangkan perlakuan A yang terendah yaitu 41,67% ±
2,08
a
. Perlakuan B melalui pakan pada induk guppy betina
bunting berbeda nyata terhadap perlakuan A kontrol tanpa
air kelapa namun tidak berbeda nyata terhadap perlakuan
C melalui perendaman induk guppy betina bunting.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan
maskulinisasi yakni kecermatan dalam menentukan fase
pembentukan kelamin dan dosis hormon (Yusrina, 2015),
serta perlakuan dosis hormon yang erat kaitannya dengan
lama perlakuan (Priyono, 2013).
Air kelapa memiliki kandungan hormon steroid yaitu
fitohormon dimana mempengaruhi proses pengarahan
kelamin ikan secara langsung. Semakin rendah prolaktin
maka akan semakin tinggi testosteron (Johnkennedy
et al., 2014). Menurut Heriyati (2012), bahwa
perubahan kolesterol pada seluruh jaringan larva
menjadi pregnenelon merupakan peran dari kandungan
kalium pada air kelapa. Pregnenelon berperan dalam
proses terbentuknya testosteron. Air kelapa muda
memiliki kalium lebih tinggi dibandingkan dengan air
kelapa yang lain (Dwinanti
et al., 2018), dimana
Tabel 1. Persentase jantan ikan guppy
Table 1. Percentage of male guppies
Jumlah Ikan Jantan
PJ(%) = ×100
Jumlah Ikan yang Diamati
Jumlah Akhir (ekor)
SR(%) = ×100
Jumlah Awal (ekor)
Perlakuan
(
Treatment)
Ulangan (%)
(
Test)
Rerata(Average) (%)±SD
BNT
0,05
= 30,56
12 3
Kontrol (
control)(A) 41 40 44 41,67 ±2,08
a
Melalui Pakan (trought feed) (B) 70 61 65 65,33 ±4,50
b
Perendaman(immersion) (C) 41 60 53 51,33 ±9,60
ab

56 Copyright @ 2022, Media Akuakultur, p-ISSN 1907-6762; e-ISSN 2502-9460
Peningkatan Produksi Benih Ikan Guppy ..... (Sinar Pagi Sektiana)
terdapat 250 mg K+ dalam 100 mg air kelapa muda
(Yon
g et al., 2009). Sterilisasi air kelapa menggunakan
autoclave pada perlakuan C memberikan pengaruh
terhadap persentase jantan guppy tetapi hasil yang
didapatkan lebih rendah dari penelitian perendaman
tanpa sterilisasi air kelapa Malik
et al. (2019) yaitu
83,33% namun masih lebih tinggi dari perlakuan A.
Hal ini diduga terdapat perbedaan dosis yang diberikan
dan terdapat perlakuan sterilisasi. Sementara itu,
secara oral melalui pakan, baik dengan sterilisasi air
kelapa maupun tanpa sterilisasi air kelapa belum pernah
dilakukan sehingga dapat menjadi acuan pada
penelitian-penelitian selanjutnya.
Persentase Kelangsungan Hidup Ikan Guppy
Hasil perhitungan persentase kelangsungan hidup
ikan guppy dapat dilihat pada Tabel 2. Kelangsungan hidup
yang diperoleh tidak berbeda nyata antar perlakuan.
Kelangsungan hidup guppy pada perlakuan B, yaitu 88%
± 6,92
a
, dan terendah pada perlakuan A yaitu 77% ±
12,2
a
. Kelangsungan hidup benih guppy yang dihasilkan
pada penelitian ini dengan pemberian air kelapa yang
telah disterilisasi
autoclave menunjukkan bahwa baik
pemberian melalui pakan maupun perendaman tidak
bersifat berbahaya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kelangsungan hidup ikan yaitu pakan (Purbomartono &
Suwarsito, 2012) dan kualitas air (Malik
et al., 2019).
Fase kritis terjadi pada pemeliharaan larva dimana terjadi
peralihan dari fase pemberian pakan endogen ke fase
pemberian pakan eksogen
(Taufiqurahman et al., 2017).
Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air dapat dilihat pada
Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, kualitas air yang diperoleh
selama pemeliharaan memperlihatkan nilai yang masih
dalam batas toleransi untuk mendukung kelangsungan
hidup dengan baik.
KESIMPULAN
Penggunaan air kelapa muda sterilisasi
autoclave
pada perlakuan B menghasilkan guppy jantan tertinggi.
Kelangsungan hidup sama pada semua perlakuan.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan pengujian
lanjutan mengenai konsentrasi optimal penambahan air
kelapa pada pakan untuk meningkatkan jumlah kelamin
jantan ikan guppy serta pengujian metode yang sama
untuk spesies ikan lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih disampaikan pada semua pihak
yang telah membantu mulai dari persiapan, pelaksanaan
penelitian hingga selesainya penulisan naskah jurnal.
DAFTAR ACUAN
Angga S, M., Nurjanah, L., Nurkhasanah, A., Yusrina, W.,
& Purnama Rahayu, D. (2013). Coco Reverse:
Aplikasi Air Kelapa Dalam Produksi Populasi
Monoseks Jantan Ikan Nila Merah.
Bogor
Agricultural University, Institut Pertanian Bogor.
Arnu, F. (2020). Pengaruh Durasi Perendaman Ikan
Guppy
(Poecilia reticulata) Dalam Air Kelapa
(Cocos nucifera L) Terhadap Efektifitas
Maskulinisasi.
Jurnal Perikanan, Volume 10., 175–
182.
Ayuningtyas, S. Q., Junior, M. Z., & Soelistyowati, D.
T. (2015). Alih Kelamin Jantan Ikan Nila
Menggunakan
17á-Metiltestosteron Melalui Pakan
Dan Peningkatan Suhu.
Jurnal Akuakultur
Indonesia, 14(2), 159–163.
Cahyani, R., Serdiati, N., Tis’in, M., & Putra, A. E.
(2021). Maskulinisasi Ikan Nila (Oreochromis
Tabel 2. Kelangsungan hidup ikan guppy
Table 2. Survival Rate of Guppy
Tabel 3. Parameter kualitas air
Table 3. Water quality parameters
Perlakuan
(Treatment)
Ulangan
(Test)
Rerata(Average) (%) ±SD
BNT
0,05= 43,28
123
Kontrol
(control)(A) 88 80 64 77,33 ±12,2
a
Melalui Pakan(trough feed)(B) 92 92 80 88,00 ±6,92
a
Perendaman(immersion) (C) 88 80 76 82,22 ±8,96
a
Parameter
(parameter)
Nilai
(score)
Kisaran Toleransi
(tolerance range)
Suhu(temperature) 27 - 28
o
C 22 - 30
o
C (Hasyim et al.,2018)
pH 6,21 - 6,30 6 - 8 (Panjaitan
et al.,2016)
DO 4,2 - 4,6 mg/L 3 – 6,8 mg/L (Malik
et al.,2019)

Copyright @ 2022, Media Akuakultur, p-ISSN 1907-6762; e-ISSN 2502-9460 57
Media Akuakultur, 17 (2), 2022, 53-58
niloticus) Melalui Perendaman Air Kelapa Dengan
Konsentrasi Berbeda.
Agrisains, 2, 89–97.
Dwinanti, S. H., Putra, M. H., & Sasanti, A. D. (2018).
Pemanfaatan Air Kelapa
(Cocos nucifera) Untuk
Maskulinisasi Ikan Guppy
(Poecilia reticulata).
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 6(2), 117–122.
Findayani, N., & Dina, M. (2022). Maskulinisasi Ikan
Lele Sangkuriang
(Clarias gariepinus)
Menggunakan Air Kelapa Dengan Lama
Perendaman Berbeda.
Jurnal TROFISH, 1(2), 79–
84.
Hasyim, Z., Ambeng, A., Andriani, I., & Saputri, A. R.
(2018). Potention Of Giving Earth-Worm Food
Lumbricus Rubellus Toward Colour Alteration To
The Guppy
Poecilia reticulata. Jurnal Ilmu Alam
Dan Lingkungan, 9(1).
Heriyati, E. (2012). Sex Reversal Ikan Nila Menggunakan
Madu Dan Analisis Ekspresi Gen Aromatase. Tesis.
Sekolah Pascasarjana InstiTut Pertanian Bogor. 37
Hlm.
Hunter, G. A., & Donaldson, E. M. (1983). 5 Hormonal
Sex Control And Its Application To Fish Culture.
In Fish Physiology (Vol. 9, Pp. 223–303). Elsevier.
Hutagalung, R. A. (2020). Pengaruh Perbedaan Metode
Sex Reversal Menggunakan Tepung Testis Sapi
Terhadap Maskulinisasi Ikan Nila Merah
(
Oreochromis niloticus). Manfish Journal, 1(01), 9–
14.
Johnkennedy, N., Ndubueze, E. H., Augustine, I.,
Chioma, D., & Okey, E. C. (2014). Coconut Water
Consumption And Its Effect On Sex Hormone
Concentrations.
Journal Of Krishna Institute Of
Medical Sciences (JKIMSU), 3(2).
KKP. (2014). Keputusan Menteri Kelautan Dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor 52/Kepmen-
KP/2014 Tentang Klasifikasi Obat Ikan.
Malik, T., Syaifudin, M., & Amin, M. (2019). Maskulinisasi
Ikan Guppy (
Poecilia reticulata) Melalui Penggunaan
Air Kelapa (
Cocos nucifera) Dengan Konsentrasi
Berbeda.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 7(1), 13–
24.
Mangaro, R., Sinjal, H. J., & Monijung, R. D. (2018).
Maskulinisasi Dengan Menggunakan Metode
Perendaman Dan Oral Terhadap Perubahan Kelamin Ikan
Nila (
Oerochromis niloticus). Jurnal Lmiah Platax, 6(1),
117–122
.
Naisya, Z., Dewantoro, E., & Lestari, T. P. (2022).
Proporsi Kelamin Jantan Ikan Guppy (
Poecilia
reticulata
) Dengan Perendaman Ekstrak Batang
Pasak Bumi (
Eurycoma longifolia). Jurnal Ruaya:
Jurnal Penelitian Dan Kajian Ilmu Perikanan Dan
Kelautan, 10(2).
Panjaitan, Y. K., Sucahyo, S., & Rondonuwu, F. S.
(2016). Guppy Fish (
Poecilia reticulata Peters)
Population Structure In Gajah Putih River,
Surakarta, Central Java.
International Journal Of
Bonorowo Wetlands, 6(2), 103–109.
Penman, D. J. (2004). Aquaculture And Fisheries
Biotechnology: Genetic Approaches.
Wiley Online
Library.
Phelps, R. P., & Popma, T. J. (2000). Sex Reversal Of
Tilapia.
Tilapia Aquaculture In The Americas, 2, 34–
59.
Piferrer, F. (2001). Endocrine Sex Control Strategies
For The Feminization Of Teleost Fish.
Aquaculture, 197(1–4), 229–281.
Priyono, E. (2013). Maskulinisasi Ikan Gapi (Poecilia
reticulata
) Melalui Perendaman Induk Bunting
Dalam Larutan Madu Dengan Lama Perendaman
Berbeda.
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1),
13–22
.
Purbomartono, C., & Suwarsito, S. (2012). Pengaruh
Pemberian Kombinasi Pakan Alami Daphnia
Dengan Kuning Telur Ayam Terhadap Pertumbuhan
Dan Sintasan Larva Ikan Koi
(Cyprinus Carpio).
Sains Akuatik: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Perairan,
14(1).
Rovara, O. (2005). Penggunaan Hormon Metiltestosteron
Untuk Maskulinisasi Elver Ikan Sidat
(Anguilla bicolor
bicolor)
Dari Perairan Estuaria Segara Anakan. Alami:
Jurnal Teknologi Reduksi Risiko Bencana, 10(3),
195631
.
Saputra, Y. F., Junaidi, M., & Setyono, B. D. H. (2022).
Maskulinisasi Ikan Cupang (
Betta Sp.)
Menggunakan Ekstrak Testis Sapi Melalui
Perendaman Dengan Dosis Perendaman Yang
Berbeda.
Indonesian Journal Of Aquaculture
Medium, 2(2), 155–165.
Sudrajat, A. O., & Sarida, M. (2006). Effectivity Of
Aromatase Inhibitor And 17á-Metiltestosteron
Treatments In Male Production Of Fresh Water
Prawn (Macrobrachium Rosenbergii De Man).
Aquaculture Indonesian, Jakarta.
Takahashi, H. (1975). Rmctional Masculinization Of
Female Guppies,
Poecilia reticulata, Influenced By
Methyltestosterone Before Birth.
Bulletin Of The
Japanese Society Of Scientific Fisheries, 41(5), 499–
506.
Taufiqurahman, W., Yudha, I. G., & Damai, A. A. (2017).
Efektivitas Pemberian Pakan Alami Yang Berbeda
Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Tambakan

58 Copyright @ 2022, Media Akuakultur, p-ISSN 1907-6762; e-ISSN 2502-9460
Peningkatan Produksi Benih Ikan Guppy ..... (Sinar Pagi Sektiana)
Helostomma Temminckii (Cuvier, 1829). E-Jurnal
Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 6(1),
669–674.
Yong, J. W. H., Ge, L., Ng, Y. F., & Tan, S. N. (2009). The
Chemical Composition And Biological Properties Of
Coconut (
Cocos Nucifera L.) Water. Molecules,
14(12), 5144–5164.
Yusrina, W. (2015). Maskulinisasi Ikan Guppy (Poecilia
Reticulata) Dengan Ekstrak Cabe Jawa
(Piper
retrofractum vahl)
Melalui Perendaman Induk
Bunting.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Zairin Jr, M. (2002). Sex Reversal: Memproduksi Benih Ikan
Jantan Atau Betina.
Penebar Swadaya. Jakarta, 113.