MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK
MELALUI PENDIDIKAN MORAL
Oleh
Sukiniarti FKIP UT
[email protected]


Abstrak
Garis-garis besar Haluan Negara telah menggariskan bahwa pengembangan sumber
daya manusia merupakan titik tolak dari pembangunan nasional. Pembangunan
nasional di masa yang akan datang sangat tergantung dari kualitas manusia pada masa
kini. Sumber daya manusia yang akan datang adalah anak-anak dan generasi muda
masa kini. Hal ini berarti bahwa membina anak-anak masa kini merupakan upaya
pengembangan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa yang akan datang.
Berbicara mengenai pembinaan anak adalah berbicara mengenai pendidikan, karena
pendidikan merupakan suatu upaya dalam mengembangkan kepribadian suatu bangsa.
Undang-undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan
bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga.
dan masyarakat. Ketiga pihak inilah mempunyai tanggung jawab yang sama dalam
membina anak melalui upaya pendidikan.
Pada era globalisasi dewasa ini masalah moral yang terjadi jauh lebih banyak dan
lebih kompleks dibandingkan dengan masalah-masalah moral yang terjadi pada masa-
masa sebelumnya.
Isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat
terlarang, tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, perampasan, penipuan,
pengguguran kandungan, perjudian dan lain-lainnya, sudah menjadi masalah sosial
yang sampai saat ini belum diatasi secara tuntas.
Dari uraian tersebut di atas bagaimanakah upaya membangun karakter peserta didik di
era globalisasi ini, dan sampai sejauh mana pengaruh pendidikan moral terhadap
karakter peserta didik?
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui:(1) upaya membangun karakter peserta didik
di era globalisasi, (2) sejauh mana pengaruh pendidikan moral terhadap karakter
peserta didik
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam membangun karakter peserta
didik di era globalisasi dewasa ini antara lain adalah: (1) moral para pemuda sangatlah
perlu untuk dibenahi, (2) diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif
globalisasi terhadap nilai nasionalisme, (3) mengembangkan teori dan model-model
atau strategi pembelajaran moral yang berpijak pada karakteristik siswa dan
budayanya, (4) orang tua sedini mungkin menanamkan kesadaran kepada anak
tentang pentingnyqa sebuah kebaikan
Kata Kunci: Membangun karakter, Peserta didik, Pendidikan Moral

BAB I
PENDAHULUAN

Garis-garis besar Haluan Negara telah menggariskan bahwa pengembangan sumber
daya manusia merupakan titik tolak dari pembangunan nasional. Pembangunan
nasional di masa yang akan datang sangat tergantung dari kualitas manusia yang
dikembangkan pada masa kini. Sumber daya manusia yang akan datang adalah anak-
anak dan generasi muda masa kini. Hal ini berarti bahwa membina anak-anak masa
kini nmerupakan upaya pengembangan sumber daya manusia bagi pembangunan di
masa yang akan datang.
Berbicara mengenai pembinaan anak adalah berbicara mengenai pendidikan, karena
pendidikan merupakan suatu upaya sadar dalam mengembangkan kepribadian suatu
bangsa.
Undang-undang No 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan
bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga.
dan masyarakat. Ketiga pihak inilah mempunyai tanggung jawab yang sama dalam
membina anak melalui upaya pendidikan. Dalam dunia pendidikan yang menjadi
fokus perhatian adalah peserta didik, baik itu di TK, SD, SMP, SMA maupun di
Perguruan Tinggi. Menurut Edi Subkhan, mahasiswa Program Pascasarjana, S2
Universitas Negeri Jakarta dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/23/mari-
membangun-karakter-bangsa-melalui-olah-pikir-olah-hati-olah-raga-olah-rasa-dan-
karsa/ dinyatakan bahwa mencetak siswa yang berkarakter lebih penting daripada
hanya sekedar pintar. Menurut Wardani (2008) dalam makalahnya yang berjudul
Pendidikan sebagai Wahana Pembentukan Karakter Bangsa Harapan dan Tantangan,
dinyatakan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian atau akhlak peserta didik sesuai deng an cita-cita luhur
pendidikan nasional.
Pada era globalisasi dewasa ini masalah moral yang terjadi jauh lebih banyak dan
lebih kompleks dibandingkan dengan masalah-masalah moral yang terjadi pada masa-
masa sebelumnya.

Isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat
terlarang, tawuran pelajar, pornografi, perkosaan, perampasan, penipuan,
pengguguran kandungan, perjudian dan lain-lainnya, sudah menjadi masalah sosial
yang sampai saat ini belum diatasi secara tuntas.
Dari uraian tersebut di atas bagaimanakah upaya membangun karakter peserta didik di
era globalisasi ini, dan sampai sejauh mana pengaruh pendidikan moral terhadap
karakter peserta didik?
Tujuan penulisan ini untuk mengetahui:(1) upaya membangun karakter peserta didik
di era globalisasi, (2) sejauh mana pengaruh pendidikan moral terhadap karakter
peserta didik. Untuk mendukung tujuan tersebut, paparan dalam tulisan ini akan
mencakup: (1) Hakikat Karakter, (2) Pentingnya Pendidikan Moral bagi Peserta
Didik, (3) Pengaruh Globalisasi terhadap Perkembangan Moral Peserta didik, (4)
Membangun Karakter Peserta didik di Era globalisasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Karakter
Karakter berasal dari bahasa yunani charassein, yang berarti mengukir. Sifat
utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Menghilangkan
ukiran sama saja dengan menghilangkan benda yang diukir itu, karena ukiran
melekat dan menyatu dengan bendanya.
Wardani (2008) menyatakan bahwa karakter itu merupakan ciri khas
seseorang, dan karakter tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya karena
karakter terbentuk dalam lingkungan sosial budaya tertentu.
Hamid, M (2008) bahwa karakter merupakan sikap mendasar, khas, dan unik
yang mencerminkan hubungan timbal balik dengan suatu kecakapan terbaik
seseorang dalam pekerjaan atau keadaan.
Abdullah Munir (2010) menyatakan bahwa sebuah pola, baik itu pikiran,
sikap, maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat dan
sulit dihilangkan disebut sebagai karakter.
Tapi pada kenyataannya kita sering mendapati seorang anak yang di usia
kecilnya rajin beribadah, hidup teratur, disiplin dan selalu berprestasi di
sekolahnya, serta patuh terhadap orang tuanya. Namun setelah sekian lama kita
bertemu kembali dengannya di usia dewasa, kita tidak melihat lagi sifat-sifat yang
telah melekat yang pernah melekat di usia kecilnya. Sebaliknya, kita melihat
bahwa sifatnya berubah seratus delapan puluh derajat. Dia sudah tidak memiliki
sifat seperti dulu di usia kecilnya, tidak pernah mengerjakan solat, dia seorang
pemabuk, dan hidupnya tidak teratur. Hal ini terjadi nampaknya perjalanan hidup
telah mengubah semua sifat baiknya itu.

Sebaliknya, banyak juga kita temui orang yang di usia mudanya memiliki
sifat-sifat yang buruk, tapi dengan adanya nasihat yang terus menerus orang
tersebut dapat berubah, tapi hanya sesaat saja. Pada suatu saat orang tersebut
kembali dengan sifat-sifat buruknya. Inilah karakter, melekat kuat dan sulit untuk
diubah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter
seseorang itu tidak dapat dirubah. Namun demikian, kondisi lingkungan atau
perjalanan hidup seseorang dapat membentuk karakter untuk menjadi lebih baik
atau menjadi lebih buruk.

B. Pentingnya Pendidikan Moral bagi Peserta Didik
Kata moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti tata cara dalam kehidupan
atau adat istiadat. C. Asri Budiningsih (2008) berpendapat bahwa penalaran
moral menekankan pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, sehingga dapat
dinilai apakah tindakan tersebut baik atau buruk.
Semakin menurunnya moral di kalangan remaja , kita sebagai pendidik
merasa terpanggil untuk ikut bertanggung jawab mencari solusinya agar
dekadensi moral generasi muda bangsa Indonesia yang kita cintai ini tidak
berkepanjangan. Mari kita bekerjasama untuk membenahi akhlak anak-anak
bangsa kita.
Banyak orang berpandangan bahwa menurunnya di kalangan remaja akibat
kurang berhasilnya dunia pendidikan di era globalisasi dewasa ini.Itu semua tidak
benar. Pendidikan moral tidak hanya selama dilingkungan sekolah, melainkan
dilingkungan keluargalah awal pendidikan moral terhadap anak mulai
ditanamkan. Mulyani S dkk. 2007. Menyatakan bahwa anak-anak akan
mengidentifikasi dirinya dengan ibu atau ayahnya serta orang lain yang dekat
dengannya. Dasar pendidikan agama yang kokoh jika ditanamkam pada anak
sedini mungkin akan membentuk karakter penuh kasih dan peduli terhadap
sesama.Hal ini bisa terjadi karena setiap agama pasti akan memberikan pelajaran
budi pekerti dan akhlak mulia.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga sangat berperan
dalam pembentukan moral anak.
Di bidang pendidikan sekolah, terjadinya penyimpangan-penyimpangan
moral peserta didik tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama, tetapi
juga merupakan tanggung jawab seluruh pengajar di sekolah. Guru bahasa, guru
olah raga, guru IPA seyogyanya turut bertanggung jawab dalam membentuk
moralitas peserta didik.
Sigit Dwi K. 2007. Menyatakan bahwa Pendidikan moral di sekolah
diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi personal
dan sosial sehingga menjadi warga negara yang baik
Sumber daya manusia yang akan datang adalah anak-anak dan generasi muda
masa kini. Berbicara mengenai pendidikan moral di Indonesia, maka pemerintah
zaman Orde Baru, pendidikan moral dikaitkan dengan nilai-nilai dasar Pancasila.
Hal ini dimaksudkan bahwa sebagai dasar negara, maka kedudukan Pancasila
merupakan landasan dan falsafah hidup dalam berbangsa dan bernegara. Karena
itu, pendidikan moral ditanamkan pada peserta didik melalui pemberian mata
pelajaran yang diberi nama Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang kemudian
berubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Pentingnya pendidikan moral ini, sehingga ia menjadi mata pelajaran istimewa di
samping mata pelajaran pendidikan agama. Pada waktu itu apabila peserta didik
memperoleh nilai rendah pada kedua mata pelajaran tersebut, menjadi bahan
pertimbangan apakah seseorang naik atau tinggal kelas.
Bahkan proses penilaian atas mata pelajaran khusus pendidikan moral ini, tidak
hanya dilihat dari aspek kognitif semata. Sebaliknya, tingkah laku peserta didik
dengan berbagai standar nilai yang telah ditetapkan menjadi indikator penentu.
Pada waktu itu guru agama dan guru PMP pun sangat dihormati karena dianggap
sebagai penentu nasib para peserta didik. Tapi masa reformasi sekarang kedua
mata pelajaran yang dahulu dianggap maha penting, kini tampak kurang menjadi
prioritas serta menjadi korban kebijakan kurikulum.
Menghadapi krisis moral yang sedang melanda bangsa ini, maka sudah
seharusnya Pendidikan mengambil peranan sebagai benteng moral bangsa.

Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan merupakan daya upaya untuk
memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intellect), dan tubuh anak.
UU Sisdiknas juga dituliskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.Hal itu menunjukkan betapa pentingnya pendidikan moral dan
pembangunan karakter bangsa. Pendidikan moral merupakan bagian integral yang
sangat penting dari pendidikan kita. Untuk itu dunia pendidikan harus mampu
menjadi motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan moral bangsa,
sehingga setiap peserta didik mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan
bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi
NKRI dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan
bersama.
Moral itu sendiri berasal dari bahasa latin mores yang merupakan bentuk
jamak dari perkataan mos yang berarti adat kebiasaan. Dalam kamus Umum
bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap
perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan
batas-batas suatu perbuatan atau kelakuan, sifat dan perangai yang dinyatakan
benar, salah, baik, buruk, layak atau tidak layak, patut maupun tidak patut. Moral
dalam istilah dipahami juga sebagai (1) prinsip hidup yang berkenaan dengan
benar dan salah, baik dan buruk. (2) kemampuan untuk memahami perbedaan
benar dan salah. (3) ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
(http://www.nu.or.id
) dalam Urgensi Pendidikan Moral, oleh Cipto Wardoyo.
Pendidikan moral sebagai bagian dari pendidikan nilai di sekolah, yang
membantu peserta didik mengenal , menyadari pentingnya, nilai-nilai moral yang
seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilakunya sebagai manusia, baik
secara perorangan maupun bersama-sama dalam suatu masyarakat. Nilai moral mendasari prinsip dan norma hidup baik yang memandu sikap dan perilaku

manusia sebagai pedoman dalam hidupnya. Kita semua tentu mengetahui, kualitas
hidup seseorang ditentukan oleh nilai-nilai, dan termasuk di dalamnya yaitu nilai
moral.
Watak dan kepribadian seseorang dibentuk oleh nilai-nilai yang dipilih,
diusahakan, dalam setiap tindakan-tindakannya. Dalam upaya pengenalan dan
penyadaran pentingnya penghayatan nilai-nilai moral, pendidikan moral memuat
unsur penyampaian pengetahuan moral kepada peserta didik, serta pengembangan
pengetahuan moral yang sudah ada padanya.
Pendidikan moral yang ada di sekolah saat ini seolah terkesan hanya
menginformasikan teori-teori dan pengetahuan konsep moral kepada peserta
didik, sehingga pendidikan moral yang ada saat ini belum mampu membuat
perubahan perilaku pada peserta didik. Hal ini ditunjukkan semakin maraknya isu-
isu moral yang negatip di kalangan generasi muda dewasa ini.


C. Pengaruh Globalisasi terhadap Perkembangan Moral Peserta didik
Faktor pendukung utama arus globalisasi adalah teknologi informasi dan
komunikasi. Perkembangan teknologi dewasa ini begitu cepat sehingga segala
informasi dengan berbagai bentuk dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh
karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya. Akibat globalisasi
tentunya membawa pengaruh terhadap suatu negara termasuk Indonesia,
khususnya terhadap perkembangan moral peserta didik
Pengaruh negatif globalisasi yang berkaitan dengan perkembangan moral
peserta didik antara lain dalam bidang budaya dan sosial, banyak dikalangan
remaja telah hilang nilai-nilai nasionalisme bangsa kita, misalnya sudah tidak
kenal sopan santun, cara berpakaian, dan gaya hidup mereka cenderung meniru
budaya barat. Munculnya sikap individualisme, kurang peduli terhadap orang lain
sehingga sikap gotong royong semakin luntur.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu langkah-langkah untuk
mengantisipasi pengaruh negatif arus globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme
bangsa kita, khususnya terhadap perkembangan moral peserta didik
Langkah-langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif arus globalisasi
perkembangan moral peserta didik antara lain:
1. menanamkan sikap kepada peserta didik untuk mencintai produk
dalam negeri melalui pembelajaran di sekolah
2. menumbuhkembangkan nilai-nilai Pancasila yang merupakan dasar
negara kita terhadap peserta didik
3. menanamkan dan melaksanakan ajaran agama tidak hanya tanggung
jawab guru agama, melainkan merupakan tanggung jawab oleh semua
guru bidang studi
4. menginformasikan kepada peserta didik untuk menyeleksi arus
globalisasi dalam segala bidang, melalui pembelajaran
Dengan cara mengantisipasi pengaruh negatif arus globa lisasi terhadap
perkembangan moral peserta didik, diharapkan peserta didik yang nantinya
merupakan sumber daya manusia yang akan datang terhindar dari budaya barat
yang tidak relevan dengan nilai-nilai nasionalisme dan cita-cita luhur bangsa kita
yang telah digariskan dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia


D. Membangun Karakter Peserta didik di Era globalisasi
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di
kalangan remaja. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda begitu kuat. Pengaruh
globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian
diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya dalam cara berpakaian, selera makan. Yang lebih memprihatinkan
adalah pergaulan bebas antar remaja.Seperti yang diberitakan oleh Triono
pemerhati masalah remaja dan Staf Pengajar FISIP UMPTB Menggala,

menyatakan bahwa sebanyak 28,8 persen remaja Bandar Lampung melakukan
seks bebas sehingga membuat mere ka berpotensi terserang human
immunodeficiency virus (HIV).
Pada Era globalisasi dewasa ini dekadensi moral tidak hanya terjadi di
kalangan remaja saja, namun banyak terjadi pula dikalangan orang dewasa. Hal
ini tidak bisa kita pungkiri lagi, ternyata di negeri tercinta yang berdasarkan
Pancasila ini telah menodai nilai-nilai luhur dari Pancasila itu sendiri. Hal ini
terbukti semakin maraknya korupsi hampir di setiap departemen yang ada di
negeri kita ini.
Untuk menumbuhkan karakter positip pada anak, orang tua perlu mengenalkan
pada mereka tokoh-tokoh atau pahlawan yang bisa mereka jadikan idola. Usaha
menumbuhkan karakter positip pada anak dapat dimulai sedini mungkin, misalnya
melalui mendongeng atau dengan contoh lain.
Dalam dunia pendidikan, para guru dan perancang pembelajaran dalam
mengembangkan strategi pembelajaran moral perlu mengupayakan peningkatan
kemampuan siswa yang berkaitan dengan moral, misalnya melalui pemberian
tugas, diskusi kelompok, atau bermain peran tentang seorang pahlawan atau
sebaliknya, serta mencari contoh-contoh seorang pahlawan yang sesuai dengan
idola mereka. Guru hendaknya menanggapi dengan serius segala persoalan moral
dalam bentuk apapun, agar merangsang proses pemikiran mereka tentang
pentingnya moral.C.Asri Budiningsih berpendapat bahwa salah satu upaya untuk
mengatasi masalah-masalah moral di kalangan remaja adalah mengembangkan
teori-teori dan model-model atau strategi pembelajaran moral yang berpijak pada
karakteristik siswa dan budayanya. Penulis sependapat dengan Budiningsih. Hal
ini akan memudahkan pemahaman siswa terhadap kualitas moral seseorang,
karena karakteristik siswa merupakan kemampuan awal yang telah dimiliki siswa
untuk kepentingan pembelajaran moral termasuk pemahaman moral dan tindakan
moral yang tercermin pada peran sosialnya.
Uraian tersebut di atas senada dengan pendapat Prof Wardani bahwa karakter
tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya karena karakter terbentuk dalam
lingkungan sosial budaya tertentu. Dalam hal ini para guru di sekolah dan orang

tua harus saling mengisi untuk menumbuhkan karakter positip pada anak melalui
pembelajaran yang berkaitan dengan pendidikan agama sehingga generasi
mendatang bangsa kita menjadi bangsa yang beriman berbudi pekerti luhur,
berakhlak mulia.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam membangun karakter
peserta didik di era globalisasi dewasa ini antara lain adalah: (1) moral para pemuda
sangatlah perlu untuk dibenahi, (2) diperlukan langkah untuk mengantisipasi
pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme, (3) mengembangkan teori
dan model-model atau strategi pembelajaran moral yang berpijak pada karakteristik
siswa dan budayanya, (4) orang tua sedini mungkin menanamkan kesadaran kepada
anak tentang pentingnya sebuah kebaikan
B. Saran
Untuk membangun karakter peserta didik diawali dari peran orang tua.
Orangtualah yang akan memiliki peluang paling besar dalam pembentukan
karakter anak. Orang tua disini tidak hanya orang tua kandung, namun orang-
orang dewasa yang berada di sekeliling anak dan memberikan peran yang berarti
dalam kehidupan anak.





DAFTAR PUSTAKA
Asri B. 2008. Pembelajaran Moral . Jakarta: PT Rineka Cipta

Dwi,K, Sigit.2007.Pentingnya Pendidikan Moral bagi anak Sekolah Dasar. Dinamika
Pendidikan
Edi Subkhan, mahasiswa Program Pascasarjana, S2 Universitas Negeri Jakarta dalam
http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/23/mari-membangun-karakter-
bangsa-melalui-olah-pikir-olah-hati-olah-raga-olah-rasa-dan-karsa/ 
M. Hamid.2008. Peran serta Guru Profesional dalam Turut Membentuk karakter bangsa 
Melalui Jalur Pendidikan  Nonformal dan Informal. Jakarta: disajikan  dalam 
Seminar nasional 

M Surya. 2002. Dasar-dasar Kependidikan di SD. Pusat penerbitan Universitas
Terbuka
Munir. 2010. Pendidikan Karakter . Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani, Anggota
IKPI
Suryabrata, Sumadi. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers
Sumantri, Mulyani.2007. Perkembangan Peserta Didik. Penerbit Universitas Tebuka
Triono. 2009. Pemerhati Masalah Remaja dan Staf Pengajar FISIP UMPTB
Menggala pada http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/23/mari-
membangun-karakter-bangsa-melalui-olah-pikir-olah-hati-olah-raga-olah-
rasa-dan-karsa/
Tri Darmiyati, Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme dalam
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=7124
Wardani. 2008. Pendidikan sebagai Wahana Pembentukan Karakter Bangsa. Jakarta:
disajikan  dalam  Seminar nasional  
Wardoyo, Cipto.2007. Urgensi Pendidikan Moral pada (http://www.nu.or.id