Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 52
nilai Islam dan kearifan lokal budaya adalah menjadikan Al
Quran dan kearifan lokal budaya sebagai sumber ilmu
matematika, memperluas kajian karakteristik matematika dalam
Al Quran dan budaya lokal, menjadikan kebudayaan Islam
sebagai kepustakaan matematika, dan menumbuhkan karakter
pribadi ulul albab yang berkearifan lokal budaya.

Kata Kunci: Integrasi, Nilai-Nilai Islam, Matematika,
Budaya Lokal.

Abstract
This paper presents ideas about the formulation of models of
mathematical integration and cultural local wisdom as well as
models of mathematical integration with Islamic values and
local wisdom of culture developed through exploratory
literature. The model of integration of mathematics and local
wisdom is developed on the basis of the theory of learning
based on local wisdom. Whereas the model of mathematical
integration with Islamic values and local wisdom of culture was
developed on the basis of ideas from the theory of set slices
between mathematical integration models and Al Quran with
mathematical integration models and cultural local wisdom.
This paper also presents the formulation ideas of mathematical
integration methods with Islamic values and cultural local
wisdom developed on the basis of the theory of methods of
integration of science and Islam in Islamic Higher Education.
The model that was successfully developed was a model of
mathematical integration and cultural local wisdom which
included mathematical integration models with local wisdom of
culture and mathematical integration models through local
cultural wisdom and successfully developed mathematical
models with Islamic values and local cultural wisdom. The
method that has been successfully developed in the
mathematical integration model with Islamic values and local

53 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
wisdom of culture is to make the Qur'an and the local wisdom
of culture as sources of mathematics, expand the study of the
characteristics of mathematics in the Koran and local culture,
make Islamic culture a mathematical literature, and fostering
ulul albab's personal character that has local cultural wisdom.
Keywords: Integration, Islamic Values, Mathematics,
Local Culture


PENDAHULUAN
Pasal 1 UU RI No. 20 Tahun 2003 mendefinisikan
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan dalam undang-undang tersebut bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung
jawab. Pendidikan juga merupakan proses alami dan
memegang peranan penting dalam setiap kehidupan manusia.
Dalam era modernisasi teknologi dan informasi seperti
sekarang ini pendidikan harus mampu mengakomodasi
kebutuhan setiap peserta didik agar mampu menghadapi
tuntutan dan perubahan zaman. Tersirat juga makna dan tujuan
pendidikan dalam undang-undang tersebut (pendidikan
nasional) bahwa setiap peserta didik harus menjunjung tinggi
nilai-nilai agama dan kebudayaan nasional dalam rangka
membentuk pribadi yang beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat untuk mencerdaskan kehidupan

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 54
bangsa di era modernisasi ini. Tidak terkecuali seorang pribadi
muslim sudah seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai islam
dan budaya dalam rangka ikut mengembangkan pendidikan.
Dapat dilihat dari konten UU RI No. 20 Tahun 2003 bahwa
antara agama, budaya, dan pembelajaran adalah elemen-elemen
yang saling mendukung dalam rangka membangun bangsa.
Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan/pendidikan
nasional maka pembelajaran matematika harus mengalami
perubahan demi perbaikan mutu pendidikan dan pengembangan
matematika itu sendiri yang diselaraskan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Maarif (2015) menyatakan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu
cara dan sarana untuk mencapai perkembangan dunia muslim.
Islam menyerukan umat Islam (muslim) mengejar ilmu
pengetahuan, sebagaimana Nabi Muhammad mengatakan yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa mencari ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim. Al Quran merupakan kitab suci
umat Islam yang menjadi sumber dari semua sumber ilmu
pengetahuan dalam praktiknya seharusnya tercermin di dalam
keseluruhan perilaku hidup seorang muslim. Matematika
sebagai ilmu pengetahuan, bahkan dijuluki sebagai raja dari
ilmu maka matematika sudah pasti merupakan bagian dari Al
Quran. Oleh karena itu, dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan perbaikan mutu pendidikan melalui
pembelajaran matematika dirasa sangat penting untuk
menciptakan suatu model pembelajaran matematika yang
sesuai untuk menghadapi tantangan jaman sekarang dalam
rangka mewujudkan tujuan luhur pendidikan/pendidikan
nasional.
Model pembelajaran menurut Winataputra dalam
Rianto (2006), menunjuk suatu kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur secara sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

55 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan dan melaksanakan aktifitas pembelajaran.
Model-model pembelajaran menurut Joyce&Weil dalam
Rusman (2018) biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip
atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan, teori-
teori psikologis, sosiologis, psikiatri, analisis sistem, atau teori-
teori lain. Abdussakir ahli matematika dari UIN Malang telah
menyusun atau mengembangkan model pembelajaran
matematika supaya tercipta pembelajaran matematika yang
sistematis dan terarah dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan/pendidikan nasional yakni model integrasi
matematika dan Al Quran (Abdussakir dan Rosimanidar, 2017)
dan (Abdussakir, 2018).
Agama, budaya, dan pembelajaran merupakan elemen-
elemen yang saling mendukung dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan/pendidikan nasional. Koentjaraningrat dalam
Suwarsono (2015) menyatakan bahwa budaya (kebudayaan)
adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil
budi dan karyanya itu. Menurut Heron dan Barta dalam
Suwarsono (2015) juga menyatakan bahwa budaya dipandang
sebagai dialek kelompok atau seseorang, geografi lokal atau
pandangan dunia daripada pandangan yang terbatas semata-
mata terfokus pada artefak (benda sejarah/arkeologi) kelompok
atau etnis (suku bangsa, biasanya berdasarkan garis keturunan)
seseorang. Dituliskan dalam Arwanto (2017), budaya
merupakan suatu kebiasaan yang mengandung unsur-unsur
nilai penting dan fundamental yang diwariskan dari generasi ke
generasi. Tisngati dalam Misnasanti, dkk (2016) menyatakan
bahwa adat budaya merupakan salah satu kearifan lokal yang
merupakan potensi daerah dan menjadi keunggulan lokal yang
dapat dijadikan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran.

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 56
Agama Islam dalam perkembangannya tidak terlepas
dari kebudayaan Islam. Menurut Picktchall dalam Widyastini
(2004) kebudayaan Islam merupakan suatu sistem yang
memiliki sifat-sifat ideal, sempurna, praktis, aktual, diakui
keberadaannya dan senantiasa diekspresikan. Perkembangan
kebudayaan Islam membutuhkan petunjuk wahyu berupa
firman-firman Allah SWT yang terdapat di dalam Al Quran dan
diperlukan seorang pemimpin umat yaitu Nabi sekaligus
Rasulullah Muhammad SAW, serta bertujuan semata-mata
hanya untuk beribadah kepada Allah. Nabi Muhammad SAW
dalam mengawali tugas kenabian dan kerasulannya
mendasarkan diri pada asas-asas kebudayaan Islam yang
selanjutnya tumbuh dan berkembang menjadi suatu peradaban
Islam. Peradaban Islam adalah beradaban yang mengandung
nilai-nilai Islam, sedangkan peradaban dalam arti luas yaitu
merupakan kumpulan suatu identitas terluas dari seluruh hasil
budidaya manusia yang mencakup seluruh kehidupan manusia
baik fisik (misal bangunan) maupun non fisik (nilai-nilai,
tatanan, seni budaya, ataupun IPTEK) yang terindentifikasi
dengan melalui unsur-unsur obyektif umum, seperti halnya
bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi ataupun melalui
identifikasi diri yang subyektif. Nabi Muhammad SAW pada
waktu berdakwah keluar dari jazirah Arab dan seterusnya
menyebar ke seluruh penjuru dunia maka terjadi proses
asimilasi berbagai macam kebudayaan dengan nilai-nilai Islam
kemudian menghasilkan kebudayaan Islam yang pada akhirnya
berkembang menjadi suatu kebudayaan yang diyakini
kebenarannya secara universal. Setelah Nabi Muhammad SAW
wafat, penyebaran agama Islam diteruskan oleh para Ulul
Albab yang melakukan dakwahnya juga mendasarkan pada
asas-asas kebudayaan Islam disesuaikan dengan daerahnya
masing-masing. Di daerah jawa misalnya, para Ulul Albab
dikenal dengan sebutan Wali Songo.

57 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
Berdasar pada pemaparan di atas, adapun yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana model
integrasi matematika dengan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal
budaya dalam pembelajaran matematika?

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi
literature yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan model
integrasi matematika dengan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal
budaya dalam pembelajaran matematika. Adapun metode
pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan kajian
literatur. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan content analysis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Model Integrasi Matematika dan Nilai-nilai Islam
Integrasi sains (matematika) dan agama (islam) bertujuan
untuk menyeimbangkan sisi intelektual dan spiritual. Namun
untuk umat islam (muslim) juga berguna untuk mengenang
kejayaan matematikawan muslim dalam pengembangan ilmu
pengetahuan (matematika) seperti Al Khawarizmi sebagai
tokoh terbesar dalam ilmu aljabar dan aritmatika, Ibn Al-
Haytham sebagai salah seorang fisikawan muslim terkemuka
selain juga sebagai ahli astronomi, filosofi, kedokteran, dan ahli
matematika dalam bidang geometri dan aritmatika, Al-Biruni
seorang ahli kronologi, geografi matematika, fisika, kimia,
mineralogi, sejarah, antropologi, agama, kedokteran, astrologi,
puisi, dan ahli matematika di bidang geometri, aritmatika
(termasuk bilangan π), trigonometri, Omar Khayyam ahli di
bidang geometri dan aljabar, serta Al Tusi seorang ahli
geometri dan trigonometri (Mohamed, 2001). Sejarah tokoh-
tokoh matematika tersebut menunjukkan bahwa
matematikawan muslim mengembangkan matematika
terintegrasi dengan agama karena selain mereka ilmuwan juga

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 58
tokoh agama islam. Sedangkan dalam konsep pembelajaran,
integrasi matematika dan nilai-nilai Islam khususnya integrasi
matematika dan Al Quran merupakan sebuah model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran
matematika baik di tingkat pendidikan dasar, menengah,
ataupun pendidikan tinggi. Akhir-akhir ini model integrasi
matematika dan Al Quran dalam pembelajaran matematika
telah dikembangkan, berikut review model integrasi yang
dirumuskan oleh Abdussakir (2018).
1. Mengembangkan Matematika dari Al Quran (Mathematics
from Al Quran).
Model integrasi ini mengkaji dan mengembangkan
matematika dari Al Quran. Implementasi dalam praktik,
pembelajaran dimulai dari mengkaji ayat-ayat Al Quran.
Salah satu contoh misalnya dalam pembelajaran statistika
dasar di perguruan tinggi dapat dimulai dengan mengkaji
surat Al Kahfi ayat 96 untuk membelajarkan mean, Al Kahfi
ayat 54 untuk membelajarkan modus, Al Maidah ayat 66
untuk membelajarkan median, dan tentang hipotesis bisa
dimulai dengan mengkaji surat Al Baqarah ayat 78, Yunus
ayat 66, Saba’ ayat 53, Az Zukhruf ayat 20 serta Al Jasiyah
ayat 24 dan 32.
2. Menggunakan matematika untuk melaksanakan Al Quran
(Mathematics for Al Quran)
Model integrasi ini diartikan bahwa matematika
digunakan untuk melaksanakan perintah-perintah Allah yang
termuat dalam Al Quran , dan dalam praktik
pembelajarannya matematika diajarkan dalam rangka
mengembangkan potensi intelektual dan spiritual. Contoh
dari model integrasi ini misalnya menggunakan matematika
untuk penentuan arah kiblat, untuk penentuan waktu sholat,
untuk penentuan zakat dan warisan, serta yang lainnya.
3. Menggunakan matematika untuk menguak keajaiban
matematis Al Quran (Mathematics to Al Quran).

59 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
Model integrasi ini meliputi model matematika untuk
mengeksplorasi (Mathematics to Explore), menjelaskan
(Mathematics to Explain) dan menyampaikan (Mathematics
to Deliver) Al Quran yakni berturut-turut matematika
digunakan untuk mengeksplorasi keajaiban-keajaiban
matematis yang terdapat dalam Al Quran, matematika
digunakan untuk penjelasan pada ayat Al Quran yang
berkaitan dengan perhitungan matematis dan aspek
matematika lainnya, dan matematika digunakan sebagai
sarana untuk mengajarkan dan menyampaikan kandungan
materi Al Quran.
4. Mengajarkan matematika dengan nilai-nilai Al Quran
(Mathematics with Al Quran)
Rumusan dalam model ini adalah matematika dikaitkan
dengan kandungan nilai-nilai Al Quran yang kemudian
diinternalisasikan ke dalam pembelajaran matematika.
Matematika dilandasi nilai-nilai Al Quran untuk
mengembangkan akhlak mulia. Dalam praktik pembelajaran
matematika, mengajarkan matematika dilakukan dengan
strategi infusi (guru menekankan aspek nilai Al Quran yang
ada dalam materi dalam mengajarkan matematika), analogi
(guru melakukan analogi nilai kebaikan dalam mengajarkan
matematika), narasi (dalam mengajarkan matematika guru
menceritakan kisah-kisah matematika dan matematikawan
muslim untuk diambil hikmahnya), dan Uswah Hasanah
(dalam mengajarkan matematika guru menunjukkan perilaku
yang patut dicontoh terkait matematika, misalnya kejujuran,
kesungguhan, ketepatan, ketaatan, dan ketelitian).

Model Integrasi Matematika dan Kearifan Lokal Budaya
Pendidikan dan kebudayaan merupakan satu kesatuan
yang saling mendukung dan menguatkan. Kebudayaan menjadi
dasar falsafah pendidikan sementara pendidikan menjadi
penjaga utama kebudayaan karena peran pendidikan

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 60
membentuk orang untuk berbudaya. Era sekarang ini perlu
pencegahan dan pengantisipasian pada peningkatan degradasi
moral. Pendidikan yang menitikberatkan pada kualitas manusia
yang berbudi pekerti luhur, beradab, dan berwawasan keilmuan
yang mumpuni selanjutnya menjadi tuntutan pada era sekarang
ini. Ki Hadjar Dewantara dalam Indriaini (2016) menyatakan
bahwa tugas lembaga pendidikan bukan hanya mengajar untuk
menjadikan orang pintar, pandai, berpengetahuan, dan cerdas
tetapi untuk menumbuhkan budi pekerti dalam kehidupan agar
supaya menjadi manusia yang berpribadi, beradab, dan
berbudaya. Sebagai manusia budaya ia sanggup dan mampu
mencipta segala sesuatu yang bercorak luhur dan indah, yakni
yang disebut kebudayaan. Pandangan Ki Hadjar Dewantara ini
mengandung makna bahwa budaya memuat nilai-nilai budi
pekerti bangsa yang luhur.
Salah satu cara untuk menanamkan nilai budi pekerti
yang luhur adalah dengan mengintegrasikan kearifan lokal ke
dalam proses pembelajaran. Mengintegrasikan kearifan lokal
dalam pembelajaran berfungsi mendesain pembentukan
karakter individu, secara tidak langsung individu akan
mendapatkan gambaran yang utuh atas identitas dirinya dan
identitas dirinya sebagai anggota masyarakat yang terikat
dengan budaya yang telah dipelihara oleh para pendahulunya.
Selain itu pendidikan berbasis kearifan lokal mengembangkan
individu peserta didik mampu mengembangkan
pengetahuannya yang bersumber pada kearifan lokal
masyarakat setempat, memiliki keterampilan dalam memahami
masyarakat pada proses kehidupan, dan memiliki sikap dan
perilaku yang selaras dengan kearifan lokal tersebut (Lukluah,
2016). Kearifan lokal adalah merupakan gagasan-gagasan
setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik yang tertanam dan diikuti oleh anggota
masyarakat. Kearifan lokal dipengaruhi oleh kebudayaan dari
masing-masing daerah. (Umbara, 2015). Hal ini sejalan dengan

61 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
rekomendasi UNESCO (2016) mengenai pentingnya
penggalian kearifan lokal sebagai dasar pendidikan karakter
dan pendidikan pada umumnya karena sebagian besar sistem
pendidikan formal lebih menekankan pada pengetahuan abstrak
tanpa menghubungkan pembelajaran dengan aspek kehidupan
sehari-hari yang dekat dengan budaya lokal (Misnasanti,dkk,
2016). Rekomendasi UNESCO ini memberikan arahan bahwa
kearifan lokal perlu diintegrasikan ke dalam materi ajar,
termasuk di dalamnya materi ajar matematika, artinya bahwa
untuk menanamkan nilai budi pekerti yang luhur dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran matematika.
Ruang lingkup kearifan lokal sangat luas, tergantung dari
perspektif apa yang digunakan dalam memandang kearifan
lokal itu sendiri. Kearifan lokal milik bangsa Indonesia sangat
banyak dan beraneka ragam karena Indonesia terdiri dari
bermacam-macam suku bangsa, berbicara dalam aneka bahasa
daerah, dan menjalankan ritual adat yang berbeda-beda pula.
Menurut Lukluah (2016) bahwa yang termasuk dalam kearifan
lokal adalah unsur budaya dan non budaya yang relevan dengan
masyarakat setempat. Sedangkan dimensi fisik dalam Lukluah
(2016) meliputi upacara adat, cagar budaya, pariwisata alam,
transportasi tradisional, permainan tradisional, prasarana
budaya, pakaian adat, warisan budaya, museum, lembaga
budaya, kesenian, desa budaya, kesenian dan kerajinan, cerita
rakyat, dolanan anak, dan wayang. Dengan demikian kearifan
lokal merupakan bagian dari budaya dan merupakan sebuah
budaya kontekstual yang bersumber dari hidup manusia.
Konteks dalam pembelajaran, Putri (2017) dan Indriaini (2016)
dalam tulisannya menyatakan pembelajaran berbasis budaya
dapat dibedakan menjadi 3 (Tiga) macam yaitu belajar tentang
budaya; belajar dengan budaya; dan belajar melalui budaya.
Ada 4 (Empat) hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
berbasis budaya yakni substansi dan kompetensi bidang

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 62
ilmu/bidang studi; kebermaknaan dan proses pembelajaran; dan
penilaian hasil belajar; dan peran budaya.
Berdasar pada substansi dan kompetensi bidang
ilmu/bidang studi sudah semestinya bahwa pembelajaran
berbasis budaya keberlakuannya adalah umum yakni berlaku
umum untuk semua bidang ilmu tanpa kecuali matematika. Hal
tersebut tersirat secara implisit bahwa pembelajaran berbasis
budaya terintegrasi dengan bidang keilmuan lainnya. Oleh
karena itu dengan mengacu pada pembelajaran berbasis budaya
maka dalam konteks pembelajaran matematika berbasis
kearifan lokal budaya memiliki makna yaitu belajar tentang
matematika dan kearifan lokal budaya itu sendiri, belajar
matematika dengan kearifan lokal budaya, dan belajar
matematika melalui kearifan kokal budaya.
Berangkat dari hal ini dan mengacu pada dasar
pengembangan model integrasi matematika dan Al Quran
selanjutnya dapat dikembangkan model integrasi matematika
dan kearifan lokal budaya dalam praktik pembelajaran yakni
model
1. Integrasi matematika dengan kearifan lokal budaya
(Mathematics with culture local wisdom).
Matematika dikaitkan dengan kandungan nilai-nilai
luhur kearifan lokal budaya. Dalam mengajar matematika
melakukan internalisasi nilai-nilai luhur kearifan lokal
budaya. Merujuk pada Abdussakir (2017) dan Abdussakir
(2018) maka model integrasi matematika dengan kearifan
lokal budaya ini dapat dilakukan dengan strategi infusi,
analogi, narasi, dan uswah hasanah. Sebagai contoh dalam
mengajar matematika dapat menginternalisasikan nilai luhur
dari kearifan lokal budaya (strategi infusi). Misalnya nilai
luhur dari hasil budaya yang berupa bangunan Masjid Saka
Tunggal di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten
Banyumas dikaitkan dengan matematika ketika mengajarkan

63 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
pembuktian bahwa sebarang bilangan riil jika dipangkatkan
dengan 0 (nol) hasilnya 1 (satu), yaitu sebagai berikut:



Nilai yang terkandung dalam matematika tersebut bahwa
jika kita membuat 0 (nol) pikiran kita (berpasrah diri pada
Allah SWT) maka justru akan mendapatkan sesuatu yang
sempurna. Sebagaimana digambarkan dari bangunan Masjid
Saka Tunggal bahwa orang yang senantiasa berpasrah diri
pada Allah SWT (senantiasa datang ke rumah Allah SWT)
akan mendapatkan 1 (satu) pondasi dasar yang kuat dalam
hidup.

Gambar 1.
Masjid Saka Tunggal Banyumas

2. Integrasi matematika melalui kearifan lokal budaya
(Mathematics through culture local wisdom).
Mengajarkan matematika melalui eksplorasi
matematika yang terkandung dalam kearifan lokal budaya.
Pembelajaran matematika yang dalam mengajarkannya
dilakukan dengan mengeksplorasi budaya lokal daerah
dikenal dengan pembelajaran berbasis budaya lokal dan
lebih umum disebut dengan etnomatematika. Misalkan
dalam mengajarkan volume tabung bisa mengeksplorasi dari
hasil budaya lokal Banyumas yaitu Kentongan dengan

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 64
mengeksplorasi alat-alat musik yang dimainkan dalam
Kentongan Banyumas.

Gambar 2.
Alat Musik dan Grup Kentongan Banyumas

A. Model Integrasi Matematika dengan Nilai-nilai Islam
dan Kearifan Lokal Budaya serta Metodenya.
Model integrasi matematika dengan nilai-nilai Islam
dan kearifan lokal budaya ini dikembangkan atas dasar gagasan
dari teori irisan himpunan antara model integrasi matematika
dan Al Quran dengan model integrasi matematika dan kearifan
lokal budaya. Ilustrasi gagasan rumusan model integrasi
matematika dengan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal budaya
dari teori irisan himpunan dalam gambar 3.






Gambar 3. Dasar Gagasan Rumusan Model Integrasi
MATHEMATICS
FROM
FOR
TO
WITH
THROUGH
AL QURAN
CULTURE
LOCAL
WISDOM

65 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
Suatu model pembelajaran yang digunakan untuk
menyampaikan tujuan pembelajaran akan terlaksana secara
sistematis dan terarah serta mudah dalam mempelajari suatu
materi tertentu jika disampaikan dengan suatu metode yang
sesuai. Metode berhubungan dengan cara yang memungkinkan
seseorang memperoleh kemudahan dalam rangka mempelajari
sesuatu. Metode yang dikembangkan dalam pembelajaran yang
menerapkan model ini diusulkan sebagai berikut:
1. Menjadikan Al Quran dan kearifan lokal budaya sebagai
sumber ilmu matematika.
Implementasinya dalam praktik pembelajaran
matematika dilakukan dengan cara menelusuri ayat-ayat Al
Quran dan kearifan lokal budaya sebagai sumber untuk
mengajarkan materi matematika. Misalnya materi himpunan
dapat ditelusuri dari Al Quran dan kearifan lokal budaya
yaitu QS. Al An’am ayat 128 yang bunyi dan artinya
ۖ ِسًِْ
ْلْا َيِه ْنُتْسَثْكَتْسا ِدَق �يِجْلا َسَشْعَه اَي اًعيِوَج ْنُهُسُشْحَي َمْىَيَو
اٌَْغَلَبَو
ٍ
ضْعَبِب اٌَُضْعَب َعَتْوَتْسا اٌَ�بَز ِسًِْ
ْلْا َيِه ْنُهُؤاَيِلْوَأ َلاَقَو
َءاَش اَه �لَِّإ اَهيِف َييِدِلاَخ ْنُكاَىْثَه ُزا�ٌلا َلاَق ۚ اٌََل َتْل�جَأ يِر�لا اٌََلَجَأ
ٌنيِلَع ٌنيِكَح َك�بَز �ىِإ ۗ ُ
�اللَّ
“Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka
semuanya (dan Allah berfirman): "Hai golongan jin,
sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia",
lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan
manusia: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian
daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang
lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah
Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman: "Neraka
itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya,
kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)".

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 66
Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui”.
Kentongan Banyumas merupakan contoh kearifan lokal
budaya terdiri himpunan orang laki-laki (pemain musiknya),
himpunan orang perempuan (penarinya) dan himpunan alat
musik. Dalam materi himpunan dapat digambarkan

B



Gambar 4. Diagram Venn
S = Makhluk ciptaan Allah
A = Golongan jin
B = Golongan manusia
C = Manusia berjenis kelamin laki-laki
D = Manusia berjenis kelamin perempuan

Diagram Venn yang digambarkan dalam ayat dan budaya
Kentongan di atas adalah dua himpunan saling lepas dan dua
himpunan yang merupakan himpunan bagian dari himpunan
lain.
2. Memperluas kajian karakteristik matematika dalam Al
Quran dan kearifan lokal budaya.
Dalam mengajarkan matematika, Al Quran dan budaya
lokal dijadikan sebagai sumber untuk menelusuri
karakteristik matematika yang ada dalam Al Quran sekaligus
ada dalam budaya lokal. Misalnya mengajarkan statistika
S
AA
C
D

67 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
(cabang matematika) dalam pengambilan data tanpa ada
manipulasi data atau membuktikan suatu teorema tanpa ada
manipulasi langkah dan penggunaan sifat, lemma, atau
teorema yang lain. Dalam hal ini memuat aspek kejujuran
matematika. Aspek kejujuran dalam matematika dapat
ditemukan dalam Al Quran yaitu QS. At-Taubah Ayat 119.
َييِقِدا�صلا َعَه اىًُىُكَو َ
�اللَّ اىُق�تا اىٌَُهآ َييِر�لا اَه�يَأ اَي
yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan
orang-orang yang jujur”.
Bahkan Allah SWT menjanjikan manfaat dari
kejujuran, sebagaimana dalam QS. Al Maidah Ayat 119.
ُعَفٌَْي ُمْىَي اَرَه ُ
�اللَّ َلاَق ُزاَهًَْْلْا اَهِتْحَت ْيِه ي
ِ
سْجَت ٌتا�ٌَج ْنُهَل ْنُهُقْدِص َييِقِدا�صلا
ُشْىَفْلا َكِلَذ ُهٌَْع اىُضَزَو ْنُهٌَْع ُ
�اللَّ َيِضَز اًدَبَأ اَهيِف َييِدِلاَخ ُنيِظَعْلا
Artinya Allah berfirman: “Inilah saat orang yang jujur
memperoleh manfaat dari kejujurannya. Mereka
memperoleh surga yang di bawahnya mengalir sungai-
sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-NYA.
Itulah kemenangan yang Agung”.
Aspek kejujuran dalam matematika dapat ditemukan
pada budaya lokal Banyumasan yang dikenal dengan
CABLAKA atau BLAKASUTA. Kejujuran tercermin
dari dialek atau bahasa cablaka atau blakasuta yang
mengatakan apa adanya atau yang sebenarnya atau sering
disebut blak-blakan.
3. Menjadikan kebudayaan Islam sebagai kepustakaan
matematika

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 68
Pada prinsipnya azas Islam atau dasar hukum Islam
mengandung kepustakaan yakni pada waktu turunnya
firman Allah yang pertama Surat Al Alaq ayat 1-5 yang
artinya
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah
yang maha pemurah. Yang mengajar manusia
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Ayat tersebut mengandung makna bahwa tempat
bersandar kepustakaan adalah membaca dan menulis.
Sedangkan membaca dan menulis merupakan pertanda
bagi lahirnya kepustakaan Islam sesudah Nabi wafat.
Kepustakaan Islam adalah pusat pendidikan, pengajaran,
dan dakwah Islam (Widyastini, 2004). Sejalan dengan ini
maka kepustakaan matematika dapat diberi makna
sebagai pusat pendidikan dan pengajaran matematika.
Jika menengok ke belakang dari awal penyebaran
agama islam ke seluruh dunia dengan menggunakan
kebudayaan Islam sebagai sarananya maka sudah pasti
sampai sekarang telah berkembang banyak kebudayaan
islam pada suatu daerah-daerah tertentu. Contoh
kebudayaan Islam yang berupa pesan yang disampaikan
oleh Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo di daerah
Cirebon Jawa Barat, “Ingsun Titip Tajug lan Fakir
Miskin”. Ingsun Titip Tajug artinya saya menitipkan
Masjid. Masjid adalah merupakan pusat kebudayaan
islam dan peradaban Islam. Melalui bangunan fisik
masjid banyak sekali konsep matematika yang
terkandung di dalamnya, disamping itu juga masjid
merupakan simbol kesinergian hubungan antara hamba

69 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
dengan Tuhannya (hablum minallah). Ingsun Titip Fakir
Miskin artinya saya menitipkan fakir miskin. Fakir miskin
mengandung makna kesinergian antara sesama manusia
(hablum minannas). Konsep matematika tentang relasi,
bidang kartesius, dan orthogonalitas serta lainnya dapat
dikembangkan dari kebudayaan Islam yang berupa pesan
ini. Pesan ini sekaligus memuat dua kebudayaan Islam
yang dapat dijadikan sebagai kepustakaan matematika
yakni Pesan itu sendiri dan Masjid.
4. Menumbuhkan pribadi berkarakter Ulul Albab yang
berkearifan lokal budaya.
Ulul Albab dalam Batubara (2016) adalah orang-
orang yang memiliki akal yang murni, tidak diselimuti
oleh kemaksiatan yang dapat melahirkan kerancuan
dalam berpikir. Sebagaimana tanda-tanda kemurnian
berpikir orang yang dikategorikan Ulul Albab dijelaskan
juga dalam firman Allah Q.S. Ali Imron ayat 189-191
yang artinya “kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan
bumi dan Allah maha perkasa atas segala sesuatu.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda
bagi orang yang berakal (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi”. Dalam Ayat ini
terkandung makna bahwa Allah memberikan cara untuk
manusia memikirkan tentang ciptaan dan
mengingatNYA. Sedangkan karakter Ulul Albab dalam
Batubara (2016) diformulasikan secara rinci bahwa (1)
memiliki akar pikiran yang murni dan jernih serta mata
hati yang tajam dalam menangkap fenomena yang
dihadapi, memanfaatkan kalbu untuk zikir kepada Allah
dan memanfaatkan akal (pikiran) untuk mengungkap

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 70
rahasia alam semesta, giat melakukan kajian dan
penelitian untuk kemaslahatan hidup, suka
merenungkan dan mengkaji ayat-ayat (tanda-tanda
kekuasaan dan kebenaran)-Nya dan berusaha
menangkap pelajaran darinya, serta berusaha mencari
petunjuk dan pelajaran dari fenomena historik atau
kisah-kisah terdahulu,(2) selalu sadar diri akan
kebesaran Allah dalam segala situasi dan kondisi, (3)
lebih mementingkan kualitas hidup (jasmani dan rohani)
daripada kuantitas, (4) mampu menyelesaikan masalah
dengan adil, (5) siap dan mampu menciptakan
kehidupan yang harmonis dalam kehidupan keluarga
maupun masyarakat, (6) mampu memilih dan
menerapkan jalan yang benar dan baik yang diridloi
oleh Allah serta mampu membedakan mana yang lebih
atau kurang bermanfaat dan menguntungkan bagi
kehidupannya di dunia dan di akhirat, (7) menghargai
khasanah intelektual dari para pemikir, cendekiawan
atau ilmuan sebelumnya, (8) bersikap terbuka dan kritis
terhadap pendapat, ide atau teori dari manapun
datangnya dan untuk selanjutnya berusaha dengan
sungguh-sungguh dalam mengikuti pendapat, ide, atau
teori yang terbaik, (9) sabar dan tahan uji walaupun
ditimpa musibah dan diganggu oleh syetan (jin dan
manusia), (10) sadar dan peduli terhadap pelestarian
lingkungan hidup, dan (11) tidak mau membuat onar,
keresahan dan kerusakan, serta berbuat maker di
masyarakat.
Dalam konteks metode ini bahwa karakter dari
seorang pribadi Ulul Albab secara umum adalah
merupakan nilai-nilai budi pekerti yang luhur yang
dapat diterapkan dimanapun dan kapanpun. Akibatnya
karakter pribadi Ulul Albab semestinya juga dapat
tumbuh dalam suatu daerah dan budaya tertentu (lokal).

71 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
Di sisi lain dalam karakter pribadi Ulul Albab tersebut
tersirat kandungan aspek-aspek matematika yang dapat
ditumbuhkan dalam pembelajaran matematika. Praktik
dalam pembelajaran matematika dilakukan dengan
mengkaji konsep matematika dari kearifan lokal budaya
yang digunakan atau dibawakan atau disajikan oleh
seorang Ulul Albab dan dengan mengkaji karakter yang
ada pada Ulul Albab tersebut. Misalkan akan
mengajarkan materi fungsi dalam matematika dengan
mengkaji orang berdzikir di dalam Masjid. Masjid
merupakan hasil budaya lokal dan orang berdzikir di
dalam Masjid dipastikan memiliki karakter pribadi Ulul
Albab (memiliki pikiran jernih). Maka dalam aktifitas
dzikir oleh seorang Ulul Albab terdapat suatu materi
fungsi yakni pemetaan antara lafadz dzikir (tasbih,
tahmid, takbir, dan lain lain) dengan suatu bilangan
bulat sebab masing-masing lafadz dzikir tersebut
biasanya dalam berdzikir dilafadzkan sebanyak 33 kali.
Dalam matematika dituliskan : x → k, dengan x adalah
lafadz dzikir dan k adalah bilangan konstan.

SIMPULAN
Berdasar pada model integrasi matematika dan kearifan
lokal budaya dikembangkan atas dasar teori pembelajaran
berbasis kearifan lokal. Sedangkan model integrasi matematika
dengan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal budaya
dikembangkan atas dasar gagasan dari teori irisan himpunan
antara model integrasi matematika dan Al Quran dengan model
integrasi matematika dan kearifan lokal budaya. Tulisan ini
juga menyajikan gagasan rumusan metode integrasi matematika
dengan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal budaya yang
dikembangkan atas dasar teori metode integrasi sains dan Islam

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 72
di Perguruan Tinggi Agama Islam. Model yang berhasil
dikembangkan adalah model integrasi matematika dan kearifan
lokal budaya yang meliputi model integrasi matematika dengan
kearifan lokal budaya dan model integrasi matematika melalui
kearifan lokal budaya serta berhasil dikembangkan model
matematika dengan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal budaya.
Adapun metode yang berhasil dikembangkan dalam model
integrasi matematika dengan nilai-nilai Islam dan kearifan lokal
budaya adalah menjadikan Al Quran dan kearifan lokal budaya
sebagai sumber ilmu matematika, memperluas kajian
karakteristik matematika dalam Al Quran dan budaya lokal,
menjadikan kebudayaan Islam sebagai kepustakaan
matematika, dan menumbuhkan karakter pribadi ulul albab
yang berkearifan lokal budaya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdussakir dan Rosimanidar. 2017. Model Integrasi
Matematika dan Al Quran serta Praktik Pembelajarannya,
Makalah Seminar Nasional Integrasi Matematika di
dalam Al Quran, HMJ Pendidikan Matematika
Bukittinggi, 26 April 2017.

Abdussakir. 2018. Integrating Mathematics and Religious
Teachings and Values in Elementary and Secondary
School, Keynote Speaker Full Paper dalam International
Conference on Mathematics and Islam.

Arwanto. 2017. Eksplorasi Etnomatematika Batik Trusmi
Cirebon untuk Mengungkap Nilai Filosofi dan Konsep
Matematis,
journal.walisongo.ac.id/index.php/Phenomenon/article/V
iewFile/1493/1106.

73 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
Batubara, H.H. 2016. Metode dan Model Integrasi Sains dan
Islam di Perguruan TinggiIslam. Tersedia: [online].
http://www.reserchgate.net/publication/324744404_Meto
de_dan_Model_Integrasi_Sains_dan_Islam_di_Perguruan
_Tinggi_Islam

Bayu, D. 2012. Statistika dalam Agama Islam. Tersedia
[online]
https://otakngepas.blogspot.com/2012/04/pendahuluan-
1.html

Fitriatien, S.R. 2016. Pembelajaran Berbasis Etnomatematika.
Conference Paper. December 2016.

Ikhwanudin, T. 2018. Pembelajaran Matematika Berbasis
Kearifan Lokal untuk Membangun Karakter Bangsa,
UNION: Jurnal Pendidikan Matematika, Vol 6, No 1,
Maret 2018.

Indriaini, P. 2016. Implementasi Etnomatematika Berbasis
Budaya Lokal dalam Pembelajaran Matematika pada
Jenjang Sekolah Dasar. Jurusan Pendidikan Matematika
IAIN Raden Intan Lampung.
Lukluah, U. 2016. Pengembangan Bahan Ajar Tematik
Berbasis Islam dan Kearifan Lokal Kelas IV MIN
Bancong dan MIS Al Fatah Dimong Kabupaten Madiun.
Tesis. PGMI Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.

Maarif, S. 2015. Integrasi Matematika dan Islam dalam
Pembelajaran Matematika, Infinity Jurnal Ilmiah
Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung,
Vol 4, No.2, September 2015.

Jurnal Pendidikan Matematika Vol 1 No 2 (2018)| 74
Misnasanti, Cendekia Ad Dien, dan Astuti, AD. 2016.
Internalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal pada
Pembelajaran Matematika di Era Post -Modern,
Proceding Seminar Nasional Matematika Ahmad Dahlan,
ISBN 978-979-3812-46-5.

Mohamed, M. 2001. Matematikawan Muslim Terkemuka.
Jakarta: Salemba Teknika

Nasuha. 2010. Sejarah, Seni, dan Budaya Banyumas, Makalah.
Tersedia [online]:
http://smithnasuha.blogspot.com/2010/10/sejarah-seni-
dan-budaya-banyumas.html

Nihayati. 2017. Integrasi Nilai-nilai Islam dengan Materi
Himpunan (Kajian terhadap Ayat-ayat Al Quran), Jurnal
Edumath, Volume 3 No. 1, Januari 2017 Hlm. 65-77.

Putri, L.I. 2017. Eksplorasi Etnomatematika Kesenian Rebana
sebagai Sumber Belajar Matematika pada Jenjang MI.
Jurnal Ilmiah PENDIDIKAN DASAR, Vol. IV, No.1,
Januari 2017.

Rianto, M. 2006. Pendekatan, Strategi, dan Metode
Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional, Dirjend
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP
Malang.

Rusman. T.th. Materi-8 Pendekatan dan Model Pembelajaran.
Tersedia [online]:
file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.../PDF/Model_Pengemban
gan_Pembelajaran.pdf

75 | MODEL INTEGRASI MATEMATIKA DENGAN NILAI ISLAM
Mutijah
Suwarsono. 2015. Etnomatematika (Ethnomathematics).
Handout Program S2 Pendidikan Matematika Universitas
Sanata Dharma.

Tim Penyusun. 2006, Undang-undang dan Peraturan
Pemerintah RI; Pendidikan, Dirjend Pendidikan Islam
Departemen Agama RI.

Umbara, U. 2015. Integrasi Nilai-nilai Kearifan Lokal Budaya
Masyarakat dalam Pembelajaran Matematika Realistik.
Proceeding of ACER-N Meeting and Seminar Fakultas
Pascasarjana Universitas Pasundan, Volume 1, Tahun
2015, ISSN 2407-8867.

Widyastini. 2004. Nilai-Nilai Islam dalam Kebudayaan
Indonesia (Kajian Filsafat Nilai). Jurnal Filsafat, Jilid 37,
Nomer 2, Fakultas Filsafat UGM.