1 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

KREATIVITAS ANAK : PERMAINAN KOMPOSISI SIKAP DAN GERAK TARI
(Sebuah Pendekatan Imajinatif melalui Aktivitas Metaforik Berbasis Alam Sekitar Untuk Pembelajaran
Seni Tari di Pendidikan Dasar)
Oleh
Beben Barnas

ABSTRACT
It is very possible to help students learn how to see and response their environment. Hawkin posits that if
one teaches choreography in an experimental class, it is better to use a certain model of observation as a
tool to help him perceive the pattern. From the perspective of a teacher about creativity is that it includes
all productive efforts which are unique from the individual to help children digging and developing their
potency optimally. A teacher has been encountered by an important question: how to create a situation
which can help students to build an achievable environment for each individual to response intuitively
and attract to move creatively.
The lack of confidence in children and environment can complicate and even block the attitude to accept
experiences and the encouragement to create a dance movement. A necessity of learning creative dance
needs an environmental maintenance which gives freedom to the children to react intuitively without feel
scared of judgment (right or wrong) of their creativity. Furthermore, it enables children to be confident.
The role of a teacher here is to stimulate students’ creativity by giving some metaphorical expressions so
that they can create and develop their own creative movements. Metaphorical activity in encouraging
children’s creativity in learning dance is a process of learning which gives a way of working to help its
environment. It gives facilities and opportunities to the students to develop their ability. The ability to
explore and find dance movement through their potential creativity is expected will give them freedom to
experience, find, and create passion -from their heart- in creating variety of dance movements which are
appropriate with the purpose of the study which is determined in dance subject in the Elementary
Schools.

Keyword: Creativity, Metaphorical activities, Nature
A. Latar Belakang
Berbagai perubahan, perbaikan dan
inovasi dalam pembelajaran Seni Budaya dan
Keterampilan (SBK) dikembangkan dalam
upaya membelajarkan anak didik agar terjadi
interaksi belajar yang optimal dan bermakna.
Hal tersebut terkait dengan teori belajar tertentu
atau upaya penyesuaian dengan a rah
perkembangan ilmu pengetahuan dan seni
dengan upaya peningkatan potensi, kreativitas,
kecerdasan dan minat anak didik.
Kurikulum dewasa ini digulirkan
memberikan otonomi kepada sekolah untuk
melakukan pengambilan keputusan dan
memenuhi kebutuhan dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional. Maka upaya
inovasi pembelajaran penting diterapkan dalam



proses belajar-mengajar untuk meningkatkan
efisiensi, relevansi, kualitas dan efektivitas.
Permasalahan, Pendidikan Seni Budaya
Sub bidang Seni Tari di Sekolah Dasar pada
implementasinya masih terdapat kesenjangan.
Pembelajaran yang diberikan umumnya hanya
mengemukakan konsep-konsep dalam bidang
studi. Model pembel;ajaran kurang
mengembangkan aspek kreativitas anak. Proses
belajar mengajar yang dilakukan adalah
pembelajaran demonstrasi di kelas, metode
ceramah mendominasi dengan cara komunikasi
satu arah (teaching directed), terpaku pada
sumber ajar buku. Hasil pembelajaran pun
bermuara pada rendahnya kualitas pembelajaran,
akibatnya proses belajar mengajar tidak
merangsang siswa berfikir kreatif. Permasalahan
lain adalah kurang memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar, padahal alam
merupakan sumber belajar yang tiada batas dan
memiliki kebermaknaan. Pengamatan pada

2 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

lingkungan kita akan lebih berkesan dan
memberikan pengertian yang lebih mendalam
kepada murid (Soemarwoto, 1980: 58). Potensi
kreatif tidak akan muncul sendiri secara baik
bila individu tidak menjumpai lingkungan yang
memacu sejak awal (Amien, 1981:34) .
Pengamatan akan memberikan pengertian
tentang apa proses yang akan dilihatnya dan
hubungan antara unsur-unsur. Pengamatan itu
juga mengkondisikan murid untuk berubah
sikap, pengetahuan dan kreatif.
Pentingnya pengkondisian dalam
membangun kreativitas memiliki empat alasan
yaitu: Pertama, dengan berkreasi, orang dapat
mewujudkan dirinya. Dengan kata lain
kreativitas merupakan manifestasi dari
seseorang yang berfungsi sepenuhnya dalam
perwujudan dirinya. Kedua, kreativitas sebagai
kemampuan untuk melihat kemungkinan-
kemungkinan untuk menyelesaikan suatu
masalah. Kreativitas melatih anak berpikir luwes
(flexibility), lancer (fluency), asli (originality),
menguraikan (elaboration) dan dirumuskan
kembali (redefinition). Ketiga, bersibuk diri
secara kreatif memberikan kepuasan kepada
individu. Keempat, kreativitas memungkinkan
manusia meningkatkan kualitas hidupnya.
Mengingat pentingnya kreativitas siswa tersebut,
maka di sekolah perlu disusun suatu
pembelajaran yang dapat mengembangkan
kreativitas (Maslow dalam Munandar, 1999),.
Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum
2013 jenjang Sekolah Dasar, pengembangan
kreativitas anak terdapat pada kompetensi materi
berkreasi seni. Pada kompetensi dasar
disebutkan peserta didik mampu membuat karya
tari sederhana. Maka perlu dibangun strategi,
metode belajar yang menarik agar peserta didik
mampu berkarya seni atau mampu menciptakan
kreasi baik secara klasikal, kelompok dan
individu.
Egan (2009;10) mengemukakan
pentingnya pengembangan kreativitas melalui
pembelajaran yang berfokus pada alat-alat
kognisi utama yang menghubungkan imajinasi
siswa dengan ilmu pengetahuan dalam
kurikulum. Pembelajaran imajinatif membuat
siswa, berfikir fleksibel, kreatif dengan energy
akan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh
tentang dunia dan pengalaman.
Kreativitas bagi anak-anak adalah suatu
permainan. Oleh karena itu model pembelajaran
kreatif dengan permainan, imajinasi, dan alam
sekitar sebagai lingkungan belajar, sebaiknya
dapat menjadi bagian strategi menuju
pencapaian kreativitas siswa.

B. Permasalahan
Permasalahan adalah bagaimana
membangun kreativitas anak; bagaimana
mengembangkan, menciptakan dan mengatur
situasi yang memungkinkan siswa melakukan
proses belajar yang optimal melalui pendidikan
seni tari agar siswa mampu meningkatkan
kapabilitas mereka untuk belajar lebih mudah
dan lebih efektif pada masa yang akan datang.
Secara khusus bagaimana membangun
kreativitas anak melalui permainan komposisi
sikap dan gerak tari untuk membuat tarian
sederhana pada kompetensi dasar berkarya seni
tari sederhana? Bagaimana membangun
kemampuan anak dalam membuat tarian
sederhana dengan proses pencarian atau
penggalian untuk menemukan ragam sikap dan
gerak yang menggunakan aktivitas metaforik
berbasis alam sekitar sebagai sumber rangsang
gagasan, melalui eksplorasi sikap-sikap dan
gerak-gerak; seleksi sikap dan gerak; permainan
komposisi sikap dan gerak dengan aktivitas
metaforik yang memanfaatkan alam sekitar
sebagai sumber gagasan. Dalam hal ini
bagaimana siswa dilatih untuk menganalogikan
kondisi problematik dari alam sekitar menjadi
sebuah sajian kreasi anak yakni, bentuk tarian
sederhana hasil permainan komposisi sikap dan
gerak berdasarkan unsur tari.

C. Pembahasan

1. Kreativitas dan Aktivitas Metaforik
Secara umum semua anak
memiliki kapasistas kreativitas. Tingkatan dan
kualitas pencapaiannya tidak sama. Jika dikaji
aktivitas kreatifnya dipengaruhi oleh faktor-
faktor internal dan eksternal, seperti ciri-ciri
khas pribadi dan pengalaman pribadi. Anak
dapat menumbuhkan kreativitasnya berdasarkan
aktivitas dan pengalaman-pengalaman yang
merangsang dan memberi semangat proses
penghayatan, perasaan, imajinasi dan
pengekspresian.

3 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

Aktivitas dalam synektik dinamakan
aktivitas metaforik, yakni, teknik yang
mempertemukan bersama berbagai unsur,
dengan menggunakan kiasan (metafora) untuk
memperoleh suatu pandangan baru. Ini
dirancang untuk meningkatkan kreasi yang
memberikan kesenangan pada individu dan
kelompok. Partisispasi dalam suatu kelompok
synektik tentang kreatif merupakan andil yang
unik membantu pengembangan pemahaman
interpersonal dan rasa sosial; menyebabkan anak
dapat saling memahami, menyadari kelemahan
dan kebebasannya dalam berbagai persepsi
anggota kelompok.
Synectics dikembangkan Gordon (Joyce
dan Weil, 2000:222) dari seperangkat anggapan
dasar tentang psikologis kreativitas yaitu :
Pertama, “ By bringing the creative process to
consciousness and by developing explicit aids to
creativity, we can directly increase the creative
capacity of both individuals and groups”,
memunculkan proses kreatif menuju kesadaran
serta mengembangkan secara nyata akan
membantu munculnya kreativitas. Peningkatkan
kapasitas berkreasi baik terhadap individu
maupun kelompok. Kreativitas individu dan
kelompok akan nampak bila proses berfikir
kreatif dikonfigurasikan dengan kesadaran
individu dan kelompok tersebut secara kolektif.
Kedua, “The emotional component is
more important than the intellectual, the
irrational more important than the rational “,
komponen emosional lebih penting daripada
komponen intelektual, kreativitas merupakan
pengembangan pola mental baru. Hal-hal yang
bersifat irasional dapat membuka pikiran dan
membimbing mental guna memungkinkan ide-
ide baru. Dasar keputusan yang bersifat rasional
dan irrasionalitas merupakan komponen mental
yang penting untuk menggerakan dan
mengembangkan ide meskipun ia bukan
pembuat keputusan. Kreativitas pada dasarnya
merupakan proses emosional yang memerlukan
elemen-elemen irasional untuk meningkatkan
pemrosesan intelektual. Banyak pemecahan
masalah bersifat rasional dan intelektual, tetapi
jika dibantu irrasional akan bangkitnya ide-ide
segar. Ketiga, “ The emotional, irrational
elements be understood in order to increase the
probability of success in a problem solving
situation” (Joyce dan Weil, 2000;223), elemen-
elemen emosional dan irasional harus dipahami
guna meningkatkan kemungkinan sukses dalam
situasi problem solving. Dengan perkataan lain,
menganalisis kejelasan proses emosional dan
irasional dapat membantu individu dan
kelompok untuk meningkatkan kreativitas.
Aspek-aspek irrasional dan emosional ini bila
dipahami akan dapat mengontrol kesadaran
sehingga akan menghasilkan kreativitas.
Kecakapan mengontrol kesadaran ini melibatkan
metafora dan analogi yang merupakan obyek
synectics.
Metafora-metafora dalam model
synectics membentuk hubungan persamaan
membedakan objek atau ide yang satu dengan
yang lainnya dengan mempergunakan pengganti.
Obyek pengganti ini langsung mengilhami
proses kreatif dengan cara menghubungkan
sesuatu yang telah dengan sesuatu yang belum
dikenal. Metafora memperkenalkan
konsep jarak antara anak dengan objek atau
subjek lain, atau bidang pengajaran yang
menunjang inovasi dan imajinasi serta
pemecahan masalah. Dalam pembelajaran guru
dapat mengugah anak didknya melalui
rangsangan pertanyaan- pertanyaan evokatif,
yakni pertanyaan terbuka yang memungkinkan
anak didk terlibat secara kreatif sepanjang
kegiatan pembelajaran. Tujuannya untuk
membantu anak dengan cara menghubungkan
sesuatu yang dikenalnya dengan sesuatu yang
asing. Joyce (2000;223) mengatakan bahwa
aktivitas metaforik tergantung pada pengetahuan
anak. Strategi synectics dengan menggunakan
aktivitas metaforik dirancang untuk
menyediakan struktur melalui pengembangan
imajinasi mereka sendiri secara bebas ke dalam
aktivitas sehari hari.
Metaforik merupakan suatu usaha
membandingkan objek atau konsep secara
sederhana. Fungsinya untuk mengalihkan situasi
suatu masalah ke dalam situasi lain dalam
memperoleh pandangan baru suatu gagasan atau
problem. Dalam hal ini anak dilatih untuk
menganalogikan kondisi problematik ke dalam
wadah yang baru. Peran guru adalah
memberikan permasalahan yang sifatnya mudah
untuk diselesaikan oleh anak secara sederhana.
Kemudian diperkenalkan pula kepada gagasan-
gagasan yang lebih kompleks dan anak diberi
kebebasan untuk menyelesaikannya.

4 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

2. Alam Sekitar Adalah Lingkungan Untuk
Wahana Pembelajaran Seni Tari
Alam sekitar mencakup segala hal
yang ada di sekitar kita, baik yang jauh
maupun yang dekat letaknya, baik yang silam
maupun yang akan datang tidak terikat pada
dimensi waktu dan tempat. Lingkungan adalah
sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki
makna atau pengaruh tertentu kepada individu
(Hamalik, 2001:195) Tokoh-tokoh
pendidikan masa lampau berpandangan bahwa
faktor lingkungan sangat bermakna dan
dijadikan sebagai landasan dalam konsep
pendidikan dan pengajaran. Rousseau dengan
teorinya “kembali ke alam” menunjukan betapa
pentingnya pengaruh alam terhadap
perkembangan anak didik. Karena itu
pendidikan anak harus dilaksanakan di
lingkungan alam yang bersih, tenang, suasana
menyenangkan dan segar sehingga anak
tumbuh sebagai manusia yang baik.
Jan Lighart terkenal dengan
pengajaran “alam sekitar” menurut tokoh ini
pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan
keadaan alam sekitar. Alam sekitar (milieu)
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita.
Pengajaran di alam sekitar membantu anak
didik untuk menyesuaikan dirinya dengan
keadaan sekitarnya. Ovide Decroly dikenal
dengan teorinya bahwa “ sekolah adalah dari
kehidupan dan untuk kehidupan “ (ecole pour
la vie par lavie). Dikemukakan bahwa, “
bawalah kehidupan ke dalam sekolah agar
kelak anak didik dapat hidup di masyarakat”.
Pandangan ketiga tokoh pendidikan tersebut
dikemukakan Hamalik (2001:194) sedikit
banyak menggambarkan, bahwa lingkungan
merupakan dasar pendidikan yang penting
bahkan dengan dasar ini dapat
dikembangkan suatu model persekolahan
yang berorientasi pada lingkungan. Agar
pendidikan dapat relevan dengan lingkungan
kita, lingkungan haruslah menjadi wahana dan
sarana dalam pendidikan (Soemarwoto, 1980:
54). Hamalik, (2001:196) mengemukakan
bahwa suatu lingkungan pendidikan/pengajaran
memiliki fungsi-fungsi berikut :
1). Fungsi psikologis: Stimulus
bersumber dari lingkungan yang merupakan
rangsangan terhadap individu sehingga menjadi
respon, yang menunjukkan tingkah laku
tertentu. Respon tadi pada gilirannya dapat
menjadi suatu stimulus yang baru yang
menimbulkan respon yang baru, demikian
seterusnya. Ini bertarti lingkungan
mengandung makna dan melaksanakan fungsi
psikologis tertentu
2). Fungsi paedagogis: Lingkungan
memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat
mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja
disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan,
misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan,
lembaga-lembaga sosial. Masing-masing
lembaga tersebut memiliki pro gram
pendidikan, baik tertulis maupun tidak tertulis.
3). Fungsi instruksional: Program
instruksional merupakan lingkungan
pengajaran yang dirancang secara khusus. Guru
mengajar, materi pengajaran, sarana dan
prasarana, pengajaran, media pengajaran, dan
kondisi lingkungan kelas (fisik), merupakan
lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk
mengembangkan tingkah laku anak .
Pengajaran seni tari di Sekolah Dasar
pada dasarnya berusaha memberikan peluang
untuk mengembangkan sikap dan kemampuan
dasar berkreativitas, dan kepekaan cita rasa.
Aspek kreativitas di sini meliputi semua usaha
berkarya yang mengutamakan kebebasan bentuk
dan bahan. Apabila sarana, pembelajaran kurang
lengkap maka dapat sebaiknya mengupayakan
'bahan yang tersedia dari lingkungan.
Rusliana, (1990:2) mengemukakan
bahwa; Pemanfaatan alam sekitar merupakan,
media rekreasi sekaligus menjadi bahan untuk
menumbuhkan ekspresi estetis karena kebiasaan
dalam lingkungan hidupnya sebagai manusia
bermain, kesenangan pada
alam,kebiasaan-kebiasaan lainnya yang khas
dialami oleh anak akan tersalurkan lewat
ekspresinya yang terwujud menjadi gerak-gerak
indah
Pengamatan di alam sekitar akan
memberikan pegertian tentang apa, proses apa
yang dilihatnya dan hubungan antara unsur-
unsur gerak yang digali dari alam sekitarnya.
Sesuai dengan pendapat Atmadibrata (1983); 30)
bahwa : Untuk menemukan gerakan-gerakan
penyusunan suatu tarian sebenarnya dapat
menggali dari mana saja. Sebelum lebih lanjut di
dalam mencari, menemukan dan membuat
pengalaman dan pendalaman terhadap gerakan

5 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

gerakan, himpunlah gerakan yang ditemukan
setiap hari di sekeliling kita, yaitui gerakan
manusia, didalam melakukan pekerjaannya, juga
gerakan binatang yang ada di sekeliling kita.
Pengamatan pada alam sekitar dapat
mempengaruhi sikap keberanian anak, senang
bermain dengan lingkungan sekitar, senang
melakukan latihan, mendidik anak untuk aktif
dan kreatif sehingga pendidikan seni tari pun
lebih menggairahkan. Hal serupa dikemukakan
oleh Garha (1979:116) bahwa, dalam latihan
kreasi seni anak-anak harus diperkenalkan
dengan gerakan-gerakan yang sifatnya meniru
alam (natural), baik manusia, binatang,
tumbuhan dan lain-lain.

3. Kreativitas Anak melalui Permainan
Komposisi Sikap dan Gerak Tari
dengan Aktivitas metaforik Berbasis
Alam Sekitar
Pandangan bermakna bagi guru
tentang kreativitas yaitu meliputi seluruh usaha
produktif yang unik dari individu, untuk
membantu anak dalam menggali dan
mengembangkan potensinya semaksimal
mungkin (Amien, 1981:30). Guru dihadapkan
pada pertanyaan-pertanyaan penting :
Bagaimanakah menciptakan suasana yang dapat
mendorong murid-murid agar mampu
menciptakan lingkungan yang memungkinkan
bagi setiap individu dapat merespon secara
intuitif dan terangsang bergerak secara kreatif.
Rasa kurang percaya diri pada anak dan
lingkungan bisa mempersulit bahkan
menghalangi sikap keterbukaan terhadap
pengalaman dan membiarkan dorongan dari
dalam untuk menunutun terjadinya gerak.
Kebutuhan dalam situasi pembelajaran tari
secara kreatif diperlukan pemeliharaan
lingkungan yang memberikan kebebasan pada
anak didiknya dalam mereaksi secara intuitif
tanpa ketakutan akan upaya kreatifnya dinilai
benar atau salah. Hal ini memungkinkan bagi
anak termotivasi dan belajar percaya diri. Peran
utama guru disini adalah menstimulasi melalui
ungkapan-ungkapan metafora kepada para anak
didiknya sehingga mereka dapat menemukan
dan mengembangkan berbagai ragam gerak
kreatifnya.

Di bawah ini berbagai fase dari proses
kreativitas pemanfaatan alam sekitar sebagai
sumber gagasan digambarkan dengan pola
sebagai berikut :
1) Penyerapan rasa, melalui metafora
anak diajak belajar melihat, menyerap,
dan merasakan secara mendalam.
Memberikan kebebasan akan sensasi
dalam diri anak yang berkaitan
dengan pengindraannya
2) Empaty, melalui metafora anak diajak
menghayati perasaan yang berkaitan
dengan temuan-temuan dalam eksplorasi
geraknya
3) Imaginasi, melalui metafora anak
diajak mengingat dan menciptakan
khayalan baru. Anak diajak mengguna-
kan hayalan dan daya imajinasinya
sebagai alat penemuan
4) Pengejawantahan, anak diajak menemu-
kan kualitas-kualitas estetis yang secara
integral berkaitan dengan bayangan-
bayangan dan curah pikiran yang
berkembang. Guru membiarkan curah
pikiran yang timbul dari rasa
pemahaman dan khayalan-khayalan
untuk menjawantahkan menjadi ide-ide
gerak baru
5) Pembentukan, membiarkan siswa berge-
rak sesuai dengan persepsinya. Guru
membimbing anak untuk mengkompo-
sisikan berbagai ragam gerak hasil
eksplorasi anak secara metafora.

Guru harus melihat kegiatan kreativitas
sebagai sebuah proses, dengan semakin
meningkatnya pengertian anak bergerak melalui
tahap–tahap kreativitas untuk menciptakan karya
seni baru. Peranan metafora sebagai alat
penemuan, yang mendorong anak berfikir
kreatif dalam eksplorasi gerak tari ke arah
mewujudnyatakan khayalan dan perasaan.
Peristiwa penemuan gerak seperti sebuah arus
balik/arus maju. Rangsangan awal menyebabkan
terjadinya khayalan-khayalan dan perasaan yang
di salurkan ke dalam gerak yang kemudian
dikeluarkan secara spontan melalui gerak.

6 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015






Bagan diadaptasi dari Alma Hawkin dalam
Dibia 2003
Perwujudnyataan berupa gerak-gerak ini
menurut Hawkin (dalam Dibia, 2003: 40),
seketika mendatangkan masukan arus balik
kepada organisme tubuh serta menyalakan arus
perasaan dan khayalan baru yang dikeluarkan
kembali melalui gerak. Proses ini terus berkhir
sampai titik jenuh metafora.

4. Tahapan Membangun Kreativitas
Anak melalui Permainan Komposisi
Sikap dan Gerak Tari dengan Aktivitas
metaforik Berbasis Alam Sekitar
Langkah pertama penciptaan dasar dari
gerak adalah kegiatan latihan untuk belajar
memberanikan diri menggerakan tubuh,
mengeluarkan suara atau melahirkan suatu
ekspresi secara teratur (Rusliana, 1990:8). Di
bawah ini dikemukakan tahapan yang harus
ditempuh :

1). Tahap Pengenalan
Pada tahap ini, guru mengajak anak
didik ke alam sekitar untuk mengenali segala
sesuatu yang dapat diamati, didengar diraba,
dijadikan gagasan untuk proses eksplorasi gerak
anak. Teknik memperkenalkan sebaiknya tidak
melalui ceramah melainkan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang memfokuskan kepada materi
yang akan ditempuh. Ide bisa dilontarkan o1eh
guru atau murid di wilayah alam sekitar.
Munculkan ide/gagasan yang diharapkan dengan
pertanyaan pertanyaan perangsang
menggunakan aktivitas metaforik, kemudian
tentukan apa yang akan dikerjakan. Misalnya:
apa yang anda lihat di alam ini? anak menjawab:
"angin ribut"'. Jadikanlah jawaban anak itu
sebagai ide atau gagasan untuk proses
pembelajaran tari. Tahap ini disebut juga tahap
membentuk struktur dari sebuah ide, yaitu
menempatkan gerakan-gerakan di dalam - suatu,
bentuk seperti yang telah ditetapkan.

2). Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini anak diajak untuk
berandai-andai sebagai bentuk dari aktivitas
metaforik. Anak didik diajak untuk menemukan
sesuatu yang ada di lingkungan alam sekitar
untuk dijadikan gagasan terbentuknya ragam
gerak. Gerak tari sebagai akibat dari aktivitas
metaforik dapat terwujud dari hasil pengamatan
anak terhadap bentuk- bentuk, gerak-gerak yang
diamati di wilayah alam sekitar. Kemudian
dikembangkan dengan analogi personal anak
sehingga terbentuk suatu desain gerak yang
diciptakan anak sendiri. Guru dapat
membimbing dengan melontarkan pertanyan-
pertanyaan yang menggunakan ungkapan
metafora sebagai gagasan untuk menggali
potensi gerakan-gerakan selanjutnya yang akan
dilakukan anak. Misalnya: anak dibawa ke
lingkungan alam terbuka dan guru mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut;
Bagaimana anda menggambarkan angin
ribut, apakah angin itu tiba-tiba datang dengan
kencang; coba rasakan bagaimana rasanya
tertiup angin lemah dan angin yang kencan;
bagaimana gerakan anda apabila menggam-
barkan angin lemah, benda apa saja yang
bergerak apabila ada angin ribut; bagaimana
anda dapat menggambarkan pohon-pohon;
bagaimana anda peragakan letak cabang-cabang
pohon; bagaimana gerak pohon dan cabang-
cabangnya apabila tertiup angin lemah;
bagaimana kalau tertiup angin rebu; bagaimana
daun-daun apabila tertiup angin ribut? dan
seterusnya.
Tahap ini adalah proses penemuan
beberapa gerak yang sudah dikelompokan.
Seleksi dilakukan dengan stylasi (memperhalus
gerak), distorsi (pelesetan gerak), desain simetris
dan asimetris dsb. Pada tahap ini dilakukan
proses pemilihan dan pengelompokan gerak-
gerak yang dianggap bagus.

3). Tahap Pembentukan
Tahap ini disebut juga tahap membentuk
struktur suatu ide, yaitu menempatkan sikap dan
gerakan-gerakan di dalam - suatu, bentuk seperti
yang telah ditetapkan. Anak-anak memilih dan
Perang
sang
Penutup





Penghayatan
an
Gerak
Gerak
Gerak
khayalan
Arus maju
Arus balik
Arus balik
Arus maju
Arus maju
Arus balik

7 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

mengorganisir sragam sikap dan gerak yang
akan diciptakan. Untuk lebih menghidupkan
proses pembelajaran ini, ide atau gagasan
diusahakan agar ide itu muncul dari anak bukan
dari guru. Tugas guru di sini memberikan jalan
agar gagasan itu lebih luas, mantap, dan terarah.
Sebagai langkah tindak lanjut adalah
memberikan penugasan pada anak dengan
memberikan kebebasan untuk mencari,
mengamati, dan membentuk atau membuat suatu
karya melalui kreativitas anak dalam
memanfaatkan lingkungan alam sekitar baik di
lingkungan rumah maupun di lingkungan
sekolah. Pada tahap ini dilakukan proses
penyusunan atau merangkai gerak-gerak yang
sudah diseleksi. Dalam penyusunan /komposisi
gerak bisa di kaitkan dengan tema tarian yang
akan diciptakan.
Dalam permainan komposisi sikap dan
gerak, dapat disusun berdasarkan jumlah gerak
dan sikap yang ditemukan. Misalnya ;
Ditemukan 4 gerakan yaitu gerak A, Gerak B,
Gerak C, Gerak D. Kita dapat mengkomposi-
sikannya sebagai berikut : A-B-C-D; B-C-D-A;
C-D-A-B; A-B-A-C-A-D..., dst
Bagan digambarkan sebagi berikut:

Jenis
Sikap atau
Gerak
Motif
yang
bisa di
hasilk
an
Kemungki
nan Dasar
Komposisi
yang
dihasilkan
Kemungkin
an
Komposisi
melalui
pengulanga
n sikap dan
gerak
Sikap/Ger
ak: A, B,
C
AB,
BC,
AC,
ABC
ABC,
ACB,
BCA,
BAC,
CAB, CBA
AABC.AA
CB,
BBCA,BB
AC, CCAB,
CCBA

Bagan Permainan Komposisi Gerak, (Beben,
2013).
Jika dihitung dari hanya 3 gerakan yang
dibuat oleh siswa maka kemungkinan komposisi
sikap atau gerak yang dihasilkan terdapat 15
motif sikap atau gerak yakni:, AB, BC, AC,
ABC, ACB, BCA, BAC, CAB, CBA, AABC,
AACB, BBCA,BBAC, CCAB, CCBA
Mendesain sebuah komposisi agar
nampak estetis perlu diperhatikan pemanfaatan
unsur-unsur tari: Ruang, Tenaga dan Waktu,
arah hadap, leveling, pola lantai atau mungkin
bisa saja kita meminjam unsur-unsur dinamika
pada music agar gerak lebih menarik, seperti,
stakato, cresendo, descresendo, legato dsb.
Beberapa tahapan yang bias dilakukan
dalam komposisi tari:
1). Memasukan unsur ruang yakni ruang gerak
di sekitar tubuh penari dan ruang sebagai tempat
seseorang membawakan tarian. Ruang dari
sebuah panggung pertunjukan menari
digambarkan sbb ;

Bagan ruang tari, (Beben, 2013)

2). Berikan unsur tenaga yang mengatur besar
kecilnya tenaga yang dipergunakan untuk
bergerak. Penari dikatakan mempergunakan
tenaga yang benar jika tepat menempatkan
intensitas dan kualitas tenaga yang disalurkan
untuk bergerak.
3). Masukan unsur waktu untuk mengatur cepat
lambatnya dalam membawakan tarian. Waktu
dalam tarian adalah wilayah dari dinamika,
yakni perubahan-perubahan secara dinamis
dalam membawakan tarian. Beberapa unsur
dinamika yang dikutip dari istilah musik. Yakni
seperti : Accelerando / mempercepat tempo
gerakan, Ritardando/ memperlambat tempo
gerakan, Stakato/ patah-patah dalam bergerak,
Canon ( gerak /sikap susul-menyusul.
4). Desainlah pola lantai atau posisi di atas
pentas yang diciptakan oleh penari. Sikap dan
gerak seperti di atas tadi bisa dilakukan dengan
memodifikasi pola lantai.misalnya segitiga,
diagonal, sejajar, melingkar, dsb. Gambar bisa
dilihat dibawah ini.


Ruang
bagian
pojok kanan
belakang
Ruang
bagian
tengah
belakang
Ruang bagian
pojok kiri
belakang
Ruang
bagian
kanan
tengah
central Ruang bagian
kiri tengah
Ruang
bagian
pojok kanan
depan
Ruang
bagian
tengah
depan
Ruang bagian
pojok kiri
depan

8 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015














Pola Lantai, (Beben, 2013)

5). Gunakan arah hadap yang mengatur sikap
dan pergerakan kemana arah hadap dari seorang
penari dalam membawakan tarian


Arah hadap, (deden, 2013)
Komposisi tari didesain dari sejumlah
sikap dan gerak, motif gerak frase gerak
hingga menjadi kalimat gerak yang
dirangkai atau dikomposisikan berdasarkan
unsur-unsur tari. Terbentuknya tarian
digambarkan sebagai berikut:


Bagan diadaptasi dari Alma Hawkin dalam
Dibia 2003.

Pola pola gerak dan aksi, memadukan
segala pengalaman batin yang dilakukan
secara intuitif dari curahan perasaan,
dibangun menjadi struktur koreografi
berdasarkan unsur-unsur tari ( tenaga,
ruang, waktu, dinamika, pola lantai, arah
hadap/desain, level dsb) berdasarkan
kebutuhan.

5. Evaluasi Kreativitas Anak melalui
Permainan Komposisi Sikap dan Gerak
Tari dengan Aktivitas metaforik
Berbasis Alam Sekitar

Defenisi evaluasi sangat banyak dan
bermacam-macam, tergantung dari sudut
pandang masing-masing. Evaluasi dalam
pembelajaran kreativitas tari memberikan
penilaian atau mengukur kemampuan anak.
Sesuai dengan pendapat Rusliana (1990: 61):
Pertimbangkanlah agar hasil penilaian didasari
oleh tujuan yang bersifat edukatif agar hasil
semakin meningkatkan minat dan kecintaan
anak terhadap seni tari. Jika mungkin dengan
tidak menggunakan angka melainkan dengan
penghargaan seperti : kurang baik, baik, baik
sekali. Lebih lanjut dikemukakan, jika rata-rata
anak didik sudah tampak minat belajar dan
kesungguhannya dalam menekuni belajar seni
tari sebenarnya sudah merupakan keberhasilan
atau sudah mencapai tujuan utamanya. Karena
itu sepantasnyalah kegiatan proses belajar
mengajar seperti itu menjadi tumpuan penilaian
yang sangat penting untuk membangkitkan dan
menumbuhkan kreativitas, keberanian, dan
aktivitas anak dalam belajar khususnya seni tari.


Daftar Pustaka

Atmadibrata, Enoch. (1983). Pendidikan Seni
Tari II. Bandung: Angkasa
Amien, M. (1980).” Peranan Kreativitas Dalam
Pendidikan” dalam Jurnal Analisis
Pendidikan (1980) Relevansi
Pendidikan . Depdikbud
Dibia, W.I. (2003). Bergerak dengan Kata Hati.
Jakarta :MSPI ( Terjemahan)
Segi tiga
diagonal
sejajar
melingkar

9 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015

Egan, Kieran (2009) Pengajaran Yang Imajinatif
, Jakarta: PT Macanan Jaya Cemerlang
(terjemahan)
Garha (1979) Pendidikan Kesenian Seni tari
Tiga Untuk SPG Jakarta: CV Angkasa
Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar
Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Huizinga. (1990), Homo Luden ( Fungsi dan
Hakekat Permaianan dalam Budaya),
Jakarta : LE3s
Joyce, Bruce and Weil, Marsha (2000) Model of
Teaching. United Statis of America:
Allyn & Bacon
Kamaril. C. (2001) Konsep pendidikan Seni
Tingkat SD -SLTP-SMU.Jakarta,
Makalah Seminar dan Lokak arya
Nasional Pendidikan Seni : tidak
diterbitkan untuk Membelajarkan Tari
Bagi anak TK hingga Pendidikan
Dasar. Jakarta,Indonesian Dance
Festival: tidak diterbitkan.
Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan
Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia
Mulyaningsih, S.A., dkk.(1996). Media
Pendidikan Sebagai Model Efektif
Pendidikan (1980) Relevansi Pendidikan .
Depdikbud
Rusliana, Iyus. (1990). Pendidikan seni Tari.
Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Soemarwoto,Otto. (1980).”Relevansi Pendidikan
dengan Lingkungan Hidup” dalam
Analisis Pendidikan Depdikbud.
Raksadjaya, S,Bill. (1980).” Manusia dan
Lingkungan “ dalam Jurnal Analisis.



Beben Barnas, M.Pd, Staf pengajar di
Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD
(Fakultas Pendidikan Seni dan Desain)
Universitas Pendidikan Indonesia.

10 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015