i

ii
Modul SKI 1 Pendidikan Profesi Guru






MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM


Penulis:
Ahmad Tabrani
Agus Sutiyono
Agus Khunaifi
Dwi Istiyani




Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia

iii

MODUL 4
MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLA M

Penanggung Jawab
Prof. Dr. Muhammad Ali Ramdhani (Dirjen Pendidikan Islam)
Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M. Ag (Direktur Pendidikan Tinggi
Keagamaan Islam)
Dr. Muhammad Zain, M. Ag (Direktur GTK Madrasah)
Drs. H. Amrullah, M. Si (Direktur Pendidikan Agama Islam)
Penulis: Ahmad Tabrani | Agus Sutiyono | Agus Khunaifi | Dwi Isiyani
Penyunting: Wasid
Reviewer: Muhammad Zain |Anis Masykhur|M. Munir|
Mustofa Fahmi |Fatkhu Yasik
Hak cipta dilindungi undang-undang
All right reserved
Cetakan I, Agustus 2019
Cetakan II, Agustus 2021 (Edisi Revisi 1)
Cetakan III, April 2023 (Edisi Revisi 2)
Desain sampul: Miftahul Abshor & Ali Rahman Hakim
Tata letak: M. Syamsul Ma’arif |Didik Priyanto|Istna Zakia Iriana|Achmad
Zukhruf Al-Faruqi|Muhammad Saleh Harun
ISBN: -
Diterbitkan oleh:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia
Lantai VII dan VIII Gedung Kementerian Agama
Jalan Lapangan Banteng Barat Nomor 3-4 Jakarta Pusat, DKI Jakarta
Website: https://kemenag.go.id | https://pendis.kemenag.go.id

iv
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM

Program Pendidikan Profesi Guru—selanjutnya disebut PPG—memiliki
tujuan untuk menghasilkan guru-guru profesional. Guru profesional adalah
guru yang memiliki seperangkat kompetensi meliputi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional. Melalui gru-guru professional ini diharapkan proses
pendidikan di madrasah dan sekolah dapat berjalan secara inovatif dan
bermakna, sehingga peserta didik tidak hanya dapat memperoleh pengetahuan
teoritik semata, tapi juga memiliki kemampuan dalam mengaktualisasikan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui tangan-tangan guru
professional ini, ekosistem pendidikan di madrasah dan sekolah dapat
mendukung tumbuh kembang peserta didik secara optimal sesuai dengan
amanat konstitusi.
Penulisan modul pembelajaran PPG ini menambah koleksi karya yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.
Aktifitas ini juga menunjukkan bahwa kita sebagai regulator dan juga sebagai
instansi pembina para guru agama dapat mengambil peran dalam penyediaan
sumber belajar bagi masyarakat.
Keberadaan Modul PPG ini sangat penting karena menjadi salah satu
sumber belajar mahasiswa PPG di Kementerian Agama RI. Melalui modul ini
para mahasiswa Program PPG dapat melakukan reskilling (melatih kembali) atau
bahkan upskilling (meningkatkan kemampuan) sehingga memenuhi syarat untuk
menjadi guru profesional.
Saya menyampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan dan penyuntingan Modul PPG di lingkungan Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam. Semoga Modul PPG ini bermanfaat bagi Lembaga
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan dapat digunakan sebagai
rujukan bagi dosen dan mahasiswa Program PPG di lingkungan Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam.
Jakarta, Januari 2023
Direktur Jenderal,
ttd
Muhammad Ali Ramdhani

v
SAMBUTAN
PANITIA NASIONAL PPG DALAM JABATAN
KEMENTERIAN A GAMA RI

Kualitas penyelenggaraan sebuah pendidikan berkaitan erat dengan
ketersediaan bahan ajar atau sumber belajar. Sebuah proses pendidikan juga
akan terlihat maksimal hasilnya jika didasari dengan ketercukupan dalam
mengakses referensi. Begitulah kira-kira yang dapat dijadikan alasan mengapa
Direktorat Jenderal pendidikan Islam berkepentingan untuk menyediakan
modul Pendidikan Profesi Guru.
Sebagian besar masyarakat mengetahui bahwa peraturan perundang-
undang memang mengamanatkan bahwa guru sebagai pen didik wajib
tersertifikasi, disamping harus sudah memenuhi kualifikasi, memiliki
kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan nasional. Sertifikat pendidik diperoleh melalui mekanisme
pendidikan profesi. Pendidikan profesi juga sekaligus juga menjadi media
meningkatkan kompetensi. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diaktualisasikan dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Sejak tahun 2017, proses sertifikasi guru tidak lagi ditempuh melalui jalur
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Seluruh guru diwajibkan
mengikuti sertifikasi melalui jalur pendidikan profesi, yang selanjutnya dikenal
dengan istilah pendidikan profesi guru—disingkat PPG.
Untuk mendukung pelaksanaan PPG ini, sumber belajar seperti halnya
modul-modul untuk pengayaan kompetensi professional dan pedagogik serta
perangkat pembelajaran harus disediakan.
Jumlah keseluruhan modul yang dibutuhkan untuk penguatan konten
keagamaan pada guru PAI dan madrasah sebanyak 48 (empatpuluh delapan)
dari 8 (delapan) mata pelajaran, yakni; PAI, Fiqh, Quran-Hadis, Akidah Akhlak,
SKI, Bahasa Arab, Guru Kelas MI dan Guru Kelas RA.
Dalam setiap mata pelajaran disediakan 6 modul. Keberadaan 6 (enam)
modul tersebut menggambarkan ketuntasan kajian setiap mapel.
Saya menyampaikan terima kasih kepada para pihak yang membantu
dalam penyelesaian modul, termasuk bagi para penyunting yang memeriksa dan
mengoreksi beberapa kesalahan kecil dalam modul-modul tersebut yang tentu
perlu masukan dan saran untuk perbaikan yang lebih baik pada edisi berikutnya.

vi
Kita semua berharap semua modul tersebut dapat mewakili keseluruhan
materi yang dibutuhkan dan dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa
peserta PPG.

Jakarta, Januari 2023
ttd
Ahmad Zainul Hamdi

vii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Peta Kosep
B. Rasional
C. Deskrtipsi Singkat
D. Relevansi
E. Petunjuk Belajar
KEGIATAN BELAJAR 1: POSISI MATA PELAJARAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM DALAM KURIKULUM MADRASAH 1973 -2022
A. Formalisasi Madrasah Pada awal kemerdekaan ..................................................... 1
B. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah dari 1973-1976 ........................ 3
C. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 1984 .......................................... 5
D. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah1994 ........................................... 7
E. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 2004 (KBK) .............................. 8
F. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 2006 (KTSP) ............................ 11
G. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 2013 (K-13) .............................. 16
H. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 2002 (KURIKULUM
MERDEKA) ................................................................................................................... 18
I. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Pengenalan
J. Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah ........................................ 20
K. Latihan ........................................................................................................................... 21
L. Referensi Bacaan .......................................................................................................... 21
KEGIATAN BELAJAR 2: KAJIAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI
MADRASAH
A. Pentingnya Pengajaran Sejarah .................................................................................. 22
B. Hakekat Sejarah dan Kebudayaan ............................................................................ 23
C. Problematika Pengajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam .................................... 26
D. Unsur-unsur Kebudayaan menurut E.B Taylor ...................................................... 30
E. Unsur-unsur Kebudayaan dalam Buku Mata Pelajaran
F. Sejarah Kebudayaan Islam ......................................................................................... 31
G. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Kajian
H. Sejarah kebudayaan Islam di Madrasah ................................................................... 42
I. Latihan ........................................................................................................................... 43
J. Bacaan Tambahan ........................................................................................................ 43

viii
KEGIATAN BELAJAR 3: KAJIAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI
MADRASAH
A. Kritik Terhadap Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ................................ 44
B. Pegertian Sejarah Kebudayaan Islam dalam Kurikulum Merdeka Madrasah ... 47
C. Nilai-nilai dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam ................................. 52
D. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Nilai-nilai
Pembelajaran Materi Sejarah Kebudayaan Islam .................................................... 58
E. Latihan ........................................................................................................................... 60
F. Bacaan Tambahan ........................................................................................................ 60

KEGIATAN BELAJAR 4: PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH
A. Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
pada PMA No. 165 Tahun 2014 ................................................................................. 61
B. Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan Islam ................................................ 65
C. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Pengembangan
Materi Sejarah Kebudayaan Islam pada kurikulum 2013 dan Kurikulum
Merdeka Belajar ........................................................................................................... 90
D. Latihan ........................................................................................................................... 91
E. Bacaan Tambahan ........................................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 97

ix
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan diadakannya Pendidikan Profesi Profesi Guru (PPG) untuk guru-
guru
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) adalah agar para guru SKI memiliki 4 kompetensi
(profesional, pedagogis, sosial, dan kepribadian) sehingga mereka mampu
menjalankan
tugas-tugas pokoknya sebagai guru SKI secara profesional. Salah satu bentuk
kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru SKI adalah
penguasaan terhadap materi pembelajaran yang tercantum dalam Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD) SKI di MI hingga MA sesuai dengan
Keputusan Menteri Agama RI Nomor 165 Tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum
2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Akan tetapi
Penguasaan Materi harus disertai dengan penguasaan atas Standar Isi dan
Pengembangnya. Oleh sebab itu dalam Modul ini lebih mengarah kepada Proses
Pemahaman Dasar Pengembangan Kurikulum. Sementara Pemahaman Materi ada
pada Modul 3-6.

x
A. Peta Konsep



B. Rasional
SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) merupakan salah satu mata pelajaran PAI
(Pendidikan Agama Islam) yang diajarkan di madrasah, baik dari jenjang
Madrasah Ibtidaiyah, tsanawiyah maupun Aliyah. Begitupun di MA. Sesuai
dengan namanya, SKI membahas tentang sejarah dari kebudayaan Islam itu
sendiri. Dari zaman sebelum adanya Islam, proses masuknya Islam, Islam pada
masa Nabi sampai islam sekarang. Mempelajari sejarah sangat penting bagi
peserta didik, karena dengan mempelajari sejarah peserta didik akan mengetahui
bagaimana perkembangan kehidupan khususnya Islam di zaman dulu yang
kemudian diharapkan mampu mengambil hikmah dari peristiwa masa lampau.
Mempelajari kurikulum Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sangat penting
bagi Guru karena dapat mencapai tujuan pembelajaran secara nasional yang
sudah ditetapkan dalam kurikulum.
Kurikulum
SKI
PosisiMapel
SKI
-Kurikulum1974-1976
-Kurikulum1984
-Kurikulum1994
-Kurikulum2006
-Kurikulum2013
-KurikulumMerdeka
Belajar
Unsur-Unsur
Kebudayaan
Pada MapelSKI
UnsurIlmuPenetahuan
Kepercayaan
Kesenian
Moral
Hukum
Adat Kebiasaan
Politik
Nilai-nilai
Dalam
Pembelajaran
MateriSKI
Nilai
Spiritual dan
Sosial
Pengembangan
Materipada
pembelajaran
SKI
Fakta
Konsep
Prosedur
SikapatauNilai

xi

C. Deskripsi Singkat
Modul 1 ini terdiri atas 4 Kegiatan Belajar. Keempat Kegiatan Belajar itu terdiri
atas Pertama, Pengenalan Posisi Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah,
Kedua, Unsur unsur Kebudayaan dalam Materi Sejarah Kebudayaan Islam,
Ketiga, Nilai-nilai Pembelajaran Materi Sejarah Kebudayaan Islam dan keempat,
Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 dan
kurikulum merdeka belajar. Keempat materi dalam empat kegiatan belajar itu
memiliki urgensi bagi pemahaman guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di madrasah agar guru memiliki pemahaman tentang kesejarahan Mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Unsur Kebudayaan, Nilai dalam
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan Pengembangan Materinya dalam
Kurikulum terbaru.

D. Relevansi
Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,
watak, dan kepribadian peserta didik. Khususnya dalam kurikulum SKI, hal ini
sangat relevan dengan apa yang harus guru pahami terkait dengan indikator
capaian pembelajaran, pengembangan materi higga pananaman nilai -nilai
karakter terhadap peserta didik.

E. Petunjuk Belajar
Setiap bahan pada Modul 1 ini memiliki bagian-bagian tertentu. Oleh sebab itu,
peserta program harus membaca semua bagian dari Uraian materi sehingga
mampu mengerjakan tugas dan pada akhirnya mampu mengerjakan Ujian
Formatifnya. Dan semua soal pada Ujian Formatif diselaraskan dengan
subcapaian Pembelajaran mata kegiatan.

1


































A. Formalisasi Madrasah pada awal Kemerdekaan
Lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia tumbuh dari dan oleh
masyarakat. Jauh sebelum Indonesia menjadi Negara, dan kemudian
memunculkan departemen yang mengurusi pendidikan, (Deliar Noer, 1983, Husni
Rahim 2001) sudah muncul lembaga-lembaga pendidikan yang tumbuh dari
masyarakat seperti pesantren di Jawa, surau di Minangkabau, rangkang dan
meunasah di Aceh. Oleh karenanya masyarakat punya peranan signifikan dalam
KEGIATAN BELAJAR 1:
POSISI MATA PELAJARAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM DALAM
KURIKULUM MADRASAH 1973 -2022


Menganlisis Posisi Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam dalam Kurikulum Madrasah 1973-2022

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


A.Menganalisis Formalisasi Madrasah pada
Awal Kemerdekaan
B.Membandingkan Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum Madrasah dari 1973 dan 1976
C.Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum Madrasah 1984.
D.Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum Madrasah 1994
E.Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum 2004 (KBK)
F.Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum 2006 (KTSP)
G.Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum 2013 (K-13)
H.Menganalisis Mata Pelajaran SKI dalam
Kurikulum 2022 (Kurikulum Merdeka)

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan

2

pertumbuhan dan perkembangan pendidikan. Kemunculan lembaga -lembaga
pendidikan itu ada yang difasilitasi oleh organisasi keagamaan semacam
Muhammadiyah dengan sekolah -sekolah Muhammadiyahnya, NU dengan
Ma'arifnya, Persis dengan Pesantrennya di Bangil, Al lrsyad dengan sekolah dan
pesantrennya di Salatiga, Mathlaul Anwar dengan sekolah dan pesantrennya di
Menes Banten, Persis dengan Pe- santrennya di Bandung, Nahdlatul Wathan
dengan pesantrennya di NTB, PUI dengan sekolah dan pesantrennya di
Majalengka dan sebagainya. Ada juga yang tumbuh oleh karena ketokohan
seseorang, semacam Pesantren Gontornya lmam Zarkasyi di Ponorogo, Adabiyah
Schoolnya Abdullah Ahmad di Padang, Sumatra Thawalibnya Syekh H. Abdul
Karim Amrullah dan sebagai-nya. (Soemarsono Mestoko, 1984)
Pengakuan akan eksistensi pendidikan agama dan madrasah muncul dalam
beberapa produk hukum ketika Indonesia dideklarasikan sebagai sebuah negera.
Contoh nyata dapat dilihat dalam Hasil Rapat BPKNIP (Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat) tanggal 27 Desember 1945, yang berisi 10 (sepuluh)
pokok-pokok usaha pendidikan dan pengajaran. Pada poin 5 dijelaskan;
1. Pengajaran Agama hendaklah mendapat tempat yang teratur saksama, hingga
cukup mendapat perhatian yang semestinya dengan tidak mengurangi
kemerdekaan golongan- golongan yang berkehendak mengikuti kepercayaan
yang dipeluknya. Tentang cara melakukan ini, baiklah kementerian
mengadakan perundingan dengan Badan Pekerja.
2. Madrasah dan pesantren-pesantren yang pada hakekatnya adalah satu alat dan
sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berakar dalam
masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan
bantuan yang nyata berupa tuntunan dan bantuan materiil dari Pemerintah.
Sementara, meskipun tidak secara eksplisit menyebut madrasah, Undang-
Undang Nomer 4 Tahun 1950 jo. UU Nomer 12 Tahun 1954, pada pasal 10 ayat (2)
menyatakan,”Belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari
Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar”. (Abdurrahman
Shaleh, 1982)
Sejak Indonesia merdeka, sampai tahun 1960, posisi madrasah masih berada
dibawah pengawasan Departemen PP & K (Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan), tetapi sejak munculnya ketetapan MPRS No. II/1960 Lampiran B (3)
disarankan sebagai berikut,” Madrasah hendaknya berdiri sendiri sebagai badan
otonom di bawah Departemen Agama d an bukan di bawah pengawasan
Departemen P.P.&K, sedangkan dalam undang-undang pokok pendidikan No.
4/1950 jo. 12/1954 pasal 10 (2) dicantumkan: Belajar di sekolah agama yang telah
mendapat pengakuan dari Menteri Agama dianggap telah memenuhi kewajiban
belajar”.(I. Jumhur dan Dana Suoarta 1975)

3

Sebagai pendidikan formal, madrasah sejak semula memiliki kurikulum
yang dipergunakan dalam aktivitas pembelajarannya. Kurikulum itu bukan saja
muncul pasca kemerdekaan dan dinegerikan oleh pemerintah, tetapi jauh sebelum
Indonesia merdeka. Tahun 1931, muncul kurikulum Madrasah Tsanawiyah dan
Sekolah Normal Islam (sekolah Guru) (Hasbullah, 1999: 173) yang dalam struktur
kurikulumnya tercantum sejumlah mata pelajaran yang akan dipelajari oleh
peserta didik. Salah satu mata pelajaran dimaksud adalah Sejarah kebudayaan
Islam. Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan ditingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan
Madrasah Aliyah (MA). Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam
beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan system
kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi akidah. Secara
konsepnya Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) mengulas kisah nyata perilaku dan
kejadian penting orang-orang muslim dahulu sehingga muslim pada masa
sekarang dapat meneladani segala macam yang baik-baik dalam berperilaku dan
menegakkan syarat Islam.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah menekankan
pada kemampuan mengambil ibrah/hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam,
meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena social,
budaya, politik, ekonomi, iptek, seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban Islam pada masa kini dan masa yang akan datang.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Aliyah merupakan salah satu
mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan
kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi
Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan ummat
setelah Rasulullah SAW wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman
keemasan) pada tahun 650 M-1250 M, abad pertengahan/ zaman kemunduran
(1250 M-1800 M), dan masa modern/zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta
perkembangan Islam di Indonesia dan di Dunia.

B. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah dari 1973 dan 1976
Proses penyeragaman kurikulum Madrasah baru dilakukan sejak
ditetapkannya hasil musyawarah Kurikulum di Cibogo, Bogor pada tanggal 10
sampai dengan 20 Agustus 1970 dengan Surat Keputusan Menteri Agama Nomer
52 tahun 1971. Kurikulum ini kemudian dikembangkan menjadi kurikulum 1973
dengan Struktur Kurikulum sebagai berikut. (Abdurrahman Shaleh: 1982)

4

No. Mata Pelajaran Kelas
I II III
I. AGAMA 14 16 16
1. Al Qur’an/Tafsir 5 5 5
2. Hadits/Musthalah 2 3 3
3. Fiqhi/Ushulfiqhi 3 4 4
4. Tauhid 2 2 2
5. Tarikh Islam 2 2 2
II. BAHASA ARAB 10 10 10
6. Muthalaah/Muhadatsah 2 2 2
7. Nahwu/Sorf 4 4 4
8. Insya’ / Tarjamah 2 2 2
9. Mahfudzat 1 1 1
10. Imla’ / Chot 1 1 1
III. UMUM 20 20 22
11. Bahasa Indonesia 3 3 3
12. Bahasa Inggris 3 3 3
13. Ilmu Bumi 2 2 2
14. Sejarah 1 1 1

15. Ilmu Hayat /Kesehatan 2 2 2
16. Ilmu Alam 1 1 1
17. Aljabar/Ukur 3 3 3
18. a. Seni Suara
b. Menggambar
c. Pekerjaan Tangan
----
----
- 1
------
----
- 1
------
-
-----
- 1
19. Tata Negara/Civics 1 1 1
20. Pendidikan Jasmani 2 2 2
21. Administrasi 1 1 1
22. Pendidikan/Jiwa --- --- ---
Jumlah 44 46 48

Sebagai upaya lebih memperkuat eksistensi madrasah melalui
kurikulumnya, Menteri Agama A. Mukti Ali pada tanggal 29 Desember 1976
mengeluarkan Keputusan Menteri Agama tentang Kurikulum Madrasah. Masing-
masing Nomer 73 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Nomer 74 untuk Madrasah
Tsanawiyah, dan Nomer 75 untuk Madrasah Aliyah.
Khusus tentang Kurikulum Madrasah Tsanawiyah, secara lebih detail

5

dijelaskan pada Bab III Keputusan Menteri Agama Nomer 74 Tahun 1976 meliputi
Program Umum,, Program Akademis, dan Program Ketrampilan.
Berdasar ketentuan Bab III tersebut, muncullah struktur kurikulum
Madrasah Tsanawiyah Tahun 1976 sebagai berikut. (Abdurrahman Shaleh)
Program No. Bidang Studi Kelas I Kelas II Kelas III
Jumlah 1 2 1 2 1 2
Umum 1 Aqidah Akhlaq 2 2 2 2 2 2 12
2 AlQur’an Hadits 3 3 2 2 2 2 14
3 Syari’ah 2 2 3 3 3 3 16
4. Pendidikan
Moral Pancasila
2 2 2 2 2 2 12
5 Pendidikan
Olahraga-
Kesehatan
2 2 2 2 2 2 12
6 Pendidikan
Kesenian
2 2 2 2 2 2 12
Akademis 7 Sejarah Islam 2 2 2 2 2 2 12
8 Bahasa Arab 4 4 4 4 4 4 24
9 Bahasa Indonesia 4 4 4 4 4 4 24
10 Bahasa Daerah (2) (2) (2) (2) -- -- 8
11 Bahasa Inggris 4 4 4 4 4 4 24
12 Ilmu
Pengetahuan
Sosial
4 4 4 4 4 4 24
13 Matematika 5 5 5 5 5 5 30
14 Ilmu
Pengetahuan
Alam
4 4 4 4 4 4 24
Ketrampilan 15 Pilihan Terikat 3 - 3 -- 3 - 9
16 Pilihan Bebas -- 3 -- 3 - 3 9
43 43 43
4
43 43 43 258
45 43 45 45 266

C. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 1984.
Seiring dengan perkembangan waktu, sebagai bentuk dinamika pendidikan
di Indonesia, munculllah SKB (Surat Keputusan Bersama) 2 Menteri; yaitu Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 0299/U/1984 dan Menteri Agama Nomer 45
Tahun 1984 tentang Peraturan Pembakuan Kurikulum Sekolah Umum dan

6

Kurikulum Madrasah. (Hasbullah: 1999) Secara khusus, beberapa bagian dari SKB
ini yang perlu dicermati adalah Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 dan Bab III
pasal 4. Pada Pasal 1 disebutkan tentang apa yang dimaksud Sekolah Umum, apa
itu Madrasah, apa itu Struktur Program Kurikulum yang mencakup Program
wajib, Khusus (pilihan) dan Identitas Madrasah.
Sebagai tindak lanjut atas SKB 2 Menteri tersebut, Menteri Agama
mengeluarkan Surat Keputusan tentang Kurikulum Madrasah Tahun 1984. Masing
Nomer 99 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Nomer 100 untuk Marasah Tsanawiyah dan
Nomer 101 untuk Madrasah Aliyah (Hasbullah : 1999)
Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Tahun 1984 adalah berikut
Dirjen Binbaga Depag RI, 1986)
JENIS
PROGRA
M
Kelas/Semester
Mata Pelajaran
I II III JUMLA H
1 2 3 4 5 6
PROGRA
M INTI
A. PENDIDIKAN AGAMA :
1. Al Qur’an Hadits

2

2

2

2

2

2

12
2. Aqidah – Akhlak 2 2 2 2 2 2 12
3. Fiqih 4 2 2 2 2 2 14
4. Sejarah dan
Kebudayaan Islam
-- -- 2 2 2 2 8
5. Bahasa Arab 4 4 3 2 3 2 18
B. PENDIDIKAN DASAR
UMUM
6. Pendidikan Moral
Pancasila
30 %
2 2 3 2 2 2 12
7. PendididikanSejarah
Perjuangan Bangsa
-- 2 -- 2 -- 2 6
8. Bahasa dan Sastra
Indonesia
3 3 3 3 4 4 20
9. Sejarah Nasional
Indonesia dan Sejarah
Dunia
2 2 3 2 2 2 12
10. Pengetahuan Sosial 2 2 3 2 2 2 12
11. Biologi 2 2 3 2 2 2 12
12. Fisika 2 2 3 2 2 2 12
13. Matematika 5 5 5 5 4 4 28
14. Bahasa Inggris 4 4 3 2 3 2 18
15. Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan
2 2 -- -- -- -- 4

7

16. Pendidikan Seni 2 2 -- -- -- -- 4

17. Pendidikan Ketrampilan 2 2 -- -- -- -- 4
PROGR
AM
PILIHA
N
C. PENDIDIKAN DASAR
PENGEMBANGAN
● Ketrampilan


--

--

2

2

2

2

8
● Kesenian -- -- 2 2 2 2 8
● Olah Raga -- -- 2 2 2 2 8
● Bahasa Daerah -- -- 2 2 2 2 8
JUMLAH BEBAN BELAJAR 40 40 40 40 40 40 240
BEBAN PELAJARAN 15 16 17 18 17 18


D. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah 1994
Tahun 1989 muncul Undang-undang Nomer 2 tahun 1989 tentang Sistem
pendidikan Nasional. Salah satu bagian penting UU tersebut misalnya dapat
dilihat pada pasal 37. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaiannya
dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-
masing satuan pendidikan. (Dirjen Binbaga Islam, 1991/1992)
Satu tahun kemudian, muncul Peraturan pemerintah Nomer 28 Tahun 1990
tentang Pendidikan Dasar. Pasal 4 ayat 3 PP tersebut menjelaskan bahwa SD dan
SLTP yang berciri khas agama Islam yang diselenggarakan oleh Departemen
Agama masing-masing disebut Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah.
Demikian juga Bab I Pasal 1 PP tersebut, menyebutkan bahwa Madrasah Aliyah
adalah Sekolah Menengah Umum yang berciri khas agama Islam yang
diselenggarajkan Departemen Agama. Dengan demikian, Madrasah (kecualai
MAK) merupakan Pendidikan umum berciiri khas agama Islam.
Sebagai upaya mewujudkan UU dan PP tersebut, Menteri Agama pada
tahun 1993 mengeluarkan SK tentang Kurikulum Madrasah. Masing -masing
Nomer 371 untuk Madrasah Ibtidaiyah, Nomer 372 untuk Madrasah Tsanawiyah
dan Nomer 373 untuk Madrasah Aliyah. Ketiga kurikulum tersebut diberlakukan
mulai tahun 1994. Sehingga disebut kurikulum 1994. Adapun Struktur Kurikulum
Madrasah Tsanawiyah 1994 Berdasar SK Menag Nomer 372 Tahun 1993.
No. Mata Pelajaran I II III
1. PPKn 2 2 2
2. Pendidikan Agama Islam (9) (9) (9)

8

a. Qur’an Hadits
b. Akidah Akhlaq
c. Fiqh
d. SKI
e. Bahasa Arab
1
2
2
1
3
1
2
2
1
3
1
2
2
1
3
3. Bahasa Indonesia 6 6 6
4. Matematika 6 6 6
5. Ilmu Pengetahuan Alam 6 6 6
6. Ilmu Pengetahuan Sosial 6 6 6
7. Kerajinan Tangan dan Kesenian 2 2 2
8. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2 2 2
9. Bahasa Inggris 4 4 4
10. Muatan Lokal 2 2 2
Jumlah 45 45 45

Pemakaian Kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah
didasarkan atas Keputusan Menteri Agama RI Nomor: 32 Tahun 1993 Tanggal 22-
12-1993 Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mata Pelajaran: Sejarah
Kebudayaan Islam. Keputusan tersebut ditindaklanjut oleh Direktorat Jenderal
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI dengan dicetak dan
diedarkannya Kurikulum 1994 pada tahun anggranan 1994/1995. Pada bagian ini
hanya dikutip lampiran II yang berisi. GBPP (Garis-garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mata Pelajaran: Sejarah
Kebudayaan Islam) karena berisi aspek operasional dari kurikulum tersebut.

E. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2004 (KBK)
Tahun 2003 muncullah Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dengan kemunculan UU tersebut maka muncullah
kurikulum baru, yaitu Kurikulum 2004 yang disebut dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan Kurikulum yang
mengelemi perubahan orientasi dari Berbasis Materi sebagaimana ada pada
kurikulum 1975, 1984 dan 1994.

9


Pada Kurikulum 2004, Struktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah
sebagai berikut:


Mata
Pelajaran
Alokasi Waktu

Kelas
VII

Kelas
VIII

Kelas
IX
A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa dan Sastra Indonesia 5 5 5
4. Matematika 5 5 5
5. Sains 5 5 5
6. Pengetahuan Sosial 5 5 5
7. Bahasa Inggris 4 4 4
8. Pendidikan Jasmani 2 2 2
9. Kesenian 2 2 2
10. Ketrampilan / Teknologi Informasi 2 2 2
11. Pembiasaan 2 2 2
J u m l a h 36 36 36

Secara lebih spesifik, kemunculan kurikulum ini berangkat dari argumen
bahwa dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir
semua aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat, di awal melinium ketiga telah dikembangkan
kurikulum Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Madrasah Tsanawiyah (MTs) secara
nasional, yaitu Kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri antara lain:
1. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment) dari pada
penguasaan materi;
2. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia;
3. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di
lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan.

10

Walaupun kurikulum nasional ini lebih global dibanding kurikulum 1994,
model ini diharapkan lebih membantu guru, karena dilengkapi dengan
pencapaian target yang jelas, materi standar, standar hasil belajar peserta didik,
dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Meskipun demikian, keadaan sumber
daya pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan munculnya keragaman
pemahaman terhadap standar nasional, yang dampaknya akan mempengaruhi
pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk itu
perlu adanya penjabaran tentang kurikulum melakui kurikulum yana berbasis
pada kompetensi dasar yang diharapkan dapat menjamin tercapainya kompetensi
dasar nasional mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Madrasah
Tsanawiyah (MTs).
Oleh sebab itu, muncullah argument tentang urgensi Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2004 bahwa Kehidupan dan peradaban
manusia di awal melinium ketiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam
merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan, pendidikan baik di
bidang ilmu-ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-ilmu terapan. Namun
bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, misalnya krisis politik, ekonomi, sosial, hukum, etnis, agama, golongan
dan ras. Akibatnya, peranan serta efektivitas pembelajaran di Madrasah sebagai
pemberi nilai spiritual terhadap kehidupan keberagamaan masyarakat
dipertanyakan Tidak terkecuali pembelajaran SKI.
Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi beberapa
kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat
dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk
watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata
pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan
pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam
implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif; kurang
mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain adalah kurangnya
keikutsertaan guru mata pelajaran
lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan
nilai-nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru
dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya
berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang
tua peserta didik.
Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di Madrasah, sebab SKI
di Madrasah bukanlah satu- satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan
watak dan kepribadian peserta didik.

11

Dengan pertimbangan ini, maka disusun kurikulum nasional SKI Madrasah
Tsanawiyah yang berbasis pada kompetensi dasar (competency). Standar ini
diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan
kurikulum SKI Madrasah Tsanawiyah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

F. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 atau disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
merupakan penyempurna Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004. Dan
dengan dikeluarkannya Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dan dengan munculnya berbagai
perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat, maka disusunlah kurikulum Madrasah Tsanawiyah (MTs). Dan
meskipun terjadi perubahan Kurikulum dari KBK ke KTSP, tetapi argumennya
sama, yaitu secara Nasional yaitu Kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri antara
lain:
1. Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi daripada penguasaan materi.
2. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di
lapangan untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.
3. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia.
Model Kurikulum Nasional ini diharapkan lebih membantu guru karena
dilengkapi dengan pencapaian target yang jelas; Standar Kompetensi, Kompetensi
Dasar, KTSP yang terdiri dari Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
bisa diterapkan atau dikembangkan lagi oleh masing-masing satuan pendidikan.
Keadaan sumber daya pendidikan di Indonesia sangat memungkinkan munculnya
keragaman pemahaman terhadap Standar Nasional yang dampaknya akan
mempengaruhi pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. Untuk itu perlu adanya penjabaran kurikulum melakui Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan dapat lebih menjamin
tercapainya Kurikulum secara nasional.
Secara lebih spesifik, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Madrasah Tsanawiyah (MTs). Di kembangkan kurikulumnya dengan argument
sebagai berikut. Kehidupan dan peradaban manusia senantiasa mengalami banyak
perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan,
pendidikan baik di bidang ilmu- ilmu sosial, ilmu alam, ilmu pasti maupun ilmu-
ilmu terapan. Namun bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya krisis politik, ekonomi, sosial,
hukum, etnis, agama, golongan dan ras. Akibatnya, peranan serta efektivitas

12

pembelajaran di Madrasah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kehidupan
keberagamaan masyarakat dipertanyakan Tidak terkecuali pembelajaran SKI.
Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi beberapa
kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu padat
dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk
watak dan keperibadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap mata
pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan
pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Datam
implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif; kurang
mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain adalah kurangnya
keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta
didik untuk mempraktekkan nilai-nilai
SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam
pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai
sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua
peserta didik.
Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya
kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada SKI di Madrasah, sebab SKI
di Madrasah bukanlah satu- satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan
watak dan kepribadian peserta didik.
Dengan pertimbangan ini, maka disusun kurikulum nasional SKI Madrasah
Tsanawiyah yang diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan datam
mengembangkan kurikulum SKI Madrasah Tsanawiyah sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Ada satu kemnadirain dari Kementerian agama, yaitu bahwa setelah
kemunculan Kurikulum 2006 secara khusus Menteri Agama mengeluarkan
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesianomor 2 Tahun 2008 Tentang
Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan
Bahasa Arab Di Madrasah. Dalam peraturan inilah mata pelajaran agama di
Madrasah termasuk di dalamnya Sejarah Kebudayaan Islam diatur Standar Isinya.
Dan dari Peraturan tersebut terlihat Struktur Kurikulum madrasah sebagai berikut:

13



Komponen
Kelas dan Alokasi Waktu
I II III
IV, V,
dan VI
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an-Hadis 2
b. Akidah-Akhlak 2
c. Fikih 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
3. Bahasa Indonesia 5
4. Bahasa Arab 2
5. Matematika 5
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 3
8. Seni Budaya dan Keterampilan 4
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan

4
B. Muatan Lokal *) 2
C. Pengembangan Diri **) 2
J u m l a h 31 31 33 39

II. TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH TSANAWIYAH

K o m p o n e n
Kelas dan Alokasi Waktu
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an-Hadis 2 2 2
b. Akidah-Akhlak 2 2 2
c. Fikih 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4
4. Bahasa Arab 2 2 2
5. Bahasa Inggris 4 4 4
6. Matematika 4 4 4

14

7. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4
8. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4
9. Seni Budaya 2 2 2
10. Pendidikan Jasmani, Olahraga,
dan Kesehatan
2 2 2
11. Keterampilan/TIK 2 2 2

B. Muatan Lokal *) 2 2 2
C. Pengembangan Diri **) 2 2 2
J u m l a h 42 42 42

III. TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH ALIYAH
2. Kelas X


K o m p o n e n
Alokasi Waktu

Semester 1

Semester 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an-Hadis 2 2
b. Akidah-Akhlak 2 2
c. Fikih 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam - -
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4
4. Bahasa Arab 2 2
5. Bahasa Inggris 4 4
6. Matematika 4 4
7. Fisika 2 2
8. Biologi 2 2
9. Kimia 2 2
10. Sejarah 1 1
11. Geografi 1 1
12. Ekonomi 2 2
13. Sosiologi 2 2
14. Seni Budaya 2 2
15. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan
2 2

15

16. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2
17. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2
B. Muatan Lokal *) 2 2
C. Pengembangan Diri **) 2 2
J u m l a h 46 46

3. Program IPA

K o m p o n e n
Alokasi Waktu
Kelas XI Kelas XII
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
a. Al-Qur'an-Hadis 2 2 2 2
b. Akidah-Akhlak 2 2 - -
c. Fikih 2 2 2 2
d. Sejarah Kebudayaan Islam - - 2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4
4. Bahasa Arab 2 2 2 2
5. Bahasa Inggris 4 4 4 4
6. Matematika 4 4 4 4
7. Fisika 4 4 4 4
8. Kimia 4 4 4 4
9. Biologi 4 4 4 4
10. Sejarah 1 1 1 1
11. Seni Budaya 2 2 2 2
12. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan
2 2 2 2
13. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2 2 2
14. Keterampilan/Bahasa Asing 2 2 2 2
B. Muatan Lokal *) 2 2 2 2
C. Pengembangan Diri **) 2 2 2 2
J u m l a h 45 45 45 45

16


G. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2013 (K-13)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional sejak tahun pelajaran
2013-2014 telah memberlakukan Kurikulum 2013 di beberapa Sekolah Umum
Negeri mulai tingkat SD, SMP dan SMA di seluruh penjuru Nusantara. Sementara
di Madrasah yang berada dalam naungan Kementerian Agama Republik Indonesia
belum melaksanakan kurikulum 2013 ini dan baru akan menerapkan kurikulum
2013 secara serentak di seluruh Indonesia di awal tahun pelajaran 2014-2015.
Terkait dengan Kurikulum 2013, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) No 67 tahun 2013 tentang Kerangka dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Permendikbud No 68
tahun 2013 tentang Kerangka dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Permendikbud No 69 tahun 2013 tentang
Kerangka dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah serta Permendikbud No 70 tahun 2013 tentang Kerangka dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan /Madrasah Aliyah Kejuruan. .
Sedangkan Kemeterian Agama Republik Indonesia menindaklanjuti
penerapan Kurikulum 2013 ini dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Agama
Republik Indonesia No. 912 Tahun 2013 ( Permenag No. 912 Tahun 2013) Tentang
Kurikulum Madarasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa
Arab. Permenag No 912 ditandatangani Oleh Menteri Agama Republik Indonesia
Suryadarma Ali pada tanggal 9 Desember 2013 di Jakarta. Kurikulum ini
mencakup Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, Standar Isi, Standar Proses,
dan Standar Penilaian Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Kementerian
Agama Republik Indonesia mengeluarkan keputusan Menteri Agama Nomor 114
tahun 2014 sebagai tindak lanjut dari permenag no. 912 tahun 2013 tentang
pedoman kurikulum Madrasah 2013 mata pelajaran PAI dan bahasa arab pada
Madrasah. Struktur kurikulum Madrasah 2013 terdiri dari Kompetensi Inti (KI)
dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti (KI) kurikulum adalah pengikat
berbagai kompetensi dasar yang harus dihasilkan dengan mempelajari tiap mata
pelajaran serta berfungsi sebagai integrator horisontal antar mata pelajaran.
Selanjutnya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah dirumuskan
untuk jenjang satuan pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK) dipergunakan untuk merumuskan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi
Dasar adalah kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang diturunkan
dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar merupakan konten atau kompetensi yang
terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada

17

kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut
dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan
awal, serta ciri dari suatu mata pelajaran, mengingat standar kompetensi lulusan
harus dicapai pada akhir jenjang. Sebagai usaha untuk memudahkan operasional
perumusan kompetensi dasar, diperlukan tujuan antara yang menyatakan capaian
kompetensi pada tiap akhir jenjang kelas pada setiap jenjang Madrasah Ibtidaiyah
(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK).
Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam kurikulum Mdrasah
2013 diartikan sebagai mata pelajaran yang memuat catatan perkembangan
perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah,
bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan system kehidupan atau
menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah. Karakteristik Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) menekankan pada kemampuan mengambil
ibrah/hikmah (pelajaran) dari sejarah Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi,
dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan
seni, dan lain-lain, untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam pada
masa kini dan masa yang akan datang. Pada tahun 2019, Kementerian Agama RI
kembali mengeluarkan Keputusan Menteri Agama nomor 183 tahun 2019 sebagai
respon adanya revisi kurikulum 2013 melalui peraturan menteri pendidikan dan
kebudayaan nomor 20-24 tahun 2016. Terkait dengan KI dan KD pada mata
pelajaran SKI dapat dilihat secara lengkap pada dokumen Keputusan Menteri
Agama nomor 183 tahun 2019 tentang Kurikulum PAI dan Bahasa Arab pada
Madrasah.

18

H. Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum 2022 (Kurikulum Merdeka)
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikburistek) telah mengeluarkan sebuah kebijakan dalam rangka
pengembangan Kurikulum Merdeka yang diperuntukan untuk satuan pendidikan
sebagai pilihan tambahan dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran
selama 2022-2024. Kebijakan Kemendikburistek terkait kurikulum nasional akan
dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan
pembelajaran. Menindaklanjuti keputusan dari Kemdikbudritek tersebut,
Kementrian Agama RI mengeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Islam Nomor 347 Tahun 2022 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Merdeka
pada Madrasah kemudian dikeluarkan lagi KMA nomor 3211 tahun 2022 tentang
Capaian Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Kurikulum
Merdeka pada Madrasah.
Ruang lingkup pedoman implementasi kurikulum merdeka pada madrasah
meliputi: standar kelulusan, standar isi, struktur kurikulum, Implementasi
Kurikulum di Madrasah, pembelajaran dan asesmen, penguatan profil pelajar
pancasila, kurikulum operasional Madrasah, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
kurikulum merdeka pada madrasah, sosialisasi dan pendampingan implementasi
kurikulum merdeka di Madrasah, serta yang terakhir terkait capaian
pembelajaran.
Berdasarkan kurikulum Merdeka pada madrasah, mata pelajaran Sejarah
dan kebudayaan Islam (SKI) diartikan bahwa SKI merupakan catatan
perkembangan perjalanan hidup manusia dalam membangun peradaban dari
masa ke masa. Pembelajaran SKI menekankan pada kemampuan mengambil
ibrah/hikmah dari sejarah masa lalu untuk menyikapi dan menghadapi
permasalahan masa sekarang dan yang akan datang. Keteladanan yang baik masa
lalu menjadi inspirasi generasi penerus bangsa untuk menyikapi dan
menyelesaikan fenomena social, budaya, politik, ekonomi, iptek, seni dan lain-lain
dalam rangka membangun peradaban di zamannya.
Belajar sejarah kebudayaan Islam tidak hanya mempelajari pengetahuan,
fakta, dan kronologi, tetapi juga mencakup aspek akidah, akhlaq, etika, politik, dan
sosial-keagamaan. Dari aspek akidah atau spiritual, SKI berperan dalam menjaga
dan menguatkan keimanan peserta didik, yang berimplikasi bertambahnya
keimanan mereka kepada Allah dan Rasulnya serta meyakini keagungan Islam.
Pembelajaran SKI membutuhkan sosok guru yang mampu mendesain
proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Salah satunya adalah dengan
merespon tantangan era digital, yaitu berperan mengembangkan talenta digital
peserta didik melalui pembelajaran SKI yang lebih menarik, menyenangkan, dan
penuh tantangan untuk

19

mendorong prestasi akademik yang gemilang . Guru juga harus
menerapkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam pembelajaran untuk
mewujudkan perdamaian dan kedamaian umat manusia. Selain itu, guru harus
mampu mengembangkan capaian pembelajaran yang akomodatif bagi peserta
didik berdasarkan hasil asesmen kebutuhan
peserta didik. Pelaksanaan akomodasi kurikulum, pembelajaran, dan
penilaian bagi peserta didik berkebutuhan khusus dalam memenuhi capaian
pembelajaran menjadi kewenangan guru dan satuan pendidikan.
Elemen sejarah kebudayaan Islam terdiri dari lima elemen kunci beserta
cakupan/subtansinya, sebagai berikut:
Elemen Diskripsi
Periode Rasulullah SAW Menguraikan sejarah masa kenabian Rasulullah SAW. Serta
perjuangan dakwah di Mekah dan di Madinah. Pembelajaran
periode Rasulullah SAW diharapkan dapat menekankan
pada kemampuan mengambil hikmah dari sejarah kenabian
Rasulullah SAW. Kemudian menganalisis berbagai
peseristiwa dan menyerap berbagai kebijaksanaan yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta mampu
meneladaninya dalam kehidupan sehari0hari terkait
fenomena social budaya, politik, ekonomi, iptek, seni dalam
rangka membangun peradaban di zamannya.
Periode khulafaurasyidin Menguraikan sejarah Islam dalam proses pemilihan para
khulafaurrasyidin setelah wafatnya Rasulullah saw. Yang
pada periode ini disebut sebagai masa kepemimpinan terbaik
yang demokratis setelah kepemimpinan Rasulullah saw.
Selain itu juga menguraikan catatan sejarah Islam tentang
strategi dakwah para khulafaurrasyidin yakni Abu Bakar Ash
syiddiq, Umar bin Khatab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib dalam meneruskan kepemimpinan Rasulullah Saw
yang kesemuanya memiliki strategi berbeda sesuai dengan
perkembangan kondisi social masyarakat waktu itu
diharapkan peserta didik dapat mengambil ibrah dari
pembelajaran masa kepemimpinan khulafaurrasyidin ini,
sehingga mampu untuk menjadi calon pemimpin yang
handal pada zamannya.
Periode klasik/zaman
keemasan (pada tahun
650 M)
Menguraikan sejarah Islam setelah masa khulafaurrasyidin,
yakni masa lahirnya Daulah Umayyah di Damaskus dan
Andalusia serta perkembangan peradaban dan ilmu
pengetahuan pada masa Daulah Umayyah di Damaskus dan
Andalusia, lahirnya Daulah Abbasiyah, perkembangan

20

peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Daulah.
Abbasiyah diharapkan peserta didik dapat mengambil ibrah
dari perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan pada
masa periode klasik/zaman keemasan, sehingga mampu
meneladani semangat tokoh ilmuan muslim dalam
membangun peradaban Islam pada zamannya.
Periode
pertengahan/zaman
kemunduran (1250 M -
1800 M)
Menguraikan sejarah Islam setelah periode klasik yakni
mengevaluasi proses lahirnya Daulah Ayyubiyah, Usmani,
Mughal dan Syafawi, serta mengevaluasi perkembangan
peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Ayyubiyah, Usmani, Mughal dan Syafawi. Diharapkan
peserta didik dapat mengambil ibrah dari lahirnya Daulah
Usmani, Mughal dan syafawi serta perkembangan ilmu
pengetahuan pada periode pertengahan tersebut. Aspek ini
akan menjadi keteladanan (ibrah) dan inspirasi generasi
penerus bangsa dalam menciptakan kehidupan yang
harmonis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Periode modern/zaman
kebangkitan (1800 M-
sekarang)
Menguraikan sejarah Islam pada periode modern
diantaranya menganalisis peran umat Islam pada masa
penjajahan,kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
Diharapkan peserta didik dapat mengambil ibrah menjadi
muslim yang berwawasan global dan adaptif terhadap
perkembangan zaman.
Periode Islam di
Nusantara
Menguraikan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di
nusantara, peran Walisanga dan pesantren dalam dakwah
islam, kerajaan-kerajaan Islam, nilai-nilai kearifan local, serta
tokoh penyebar Islam di berbagai wilayah dan pendiri
organisasi kemasyarakatan Islam di Indonesia. Diharapkan
peserta didik dapat mengambil ibrah menjadi muslim
moderat.

I. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Pengenalan Posisi
Mata Pelajaran SKI dalam Kurikulum Madrasah
Mapel madrasah di bagi menjadi tiga: Agama, Bahasa Arab dan Umum.
Mapel SKI bagian dari Agama. Dalam kurikulum Madrasah, SKI memiliki peran
penting dalam memperkenalkan sejarah dan budaya Islam kepada siswa, serta
membantu siswa memahami bagaimana Islam mempengaruhi kebudayaan dunia
dan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan peradaban manusia. Oleh
karena itu, SKI menjadi mata pelajaran yang sangat penting bagi siswa Madrasah
untuk memahami akar sejarah dan budaya Islam.

21

Integrasi kurikulum SKI dengan moderasi beragama merupakan hal yang
sangat penting dalam pendidikan di Madrasah. Moderasi beragama mengacu pada
sikap dan perilaku yang menghargai keragaman agama dan kepercayaan serta
menjunjung tinggi prinsip-prinsip kedamaian, dan kerukunan antar umat
beragama.
SKI dapat berperan sebagai media untuk mengajarkan nilai-nilai moderasi
beragama kepada siswa. Materi pembelajaran SKI dapat mengintegrasikan
konsep-konsep moderasi beragama seperti toleransi, menghargai perbedaan,
kerukunan antar umat beragama, dan persatuan dalam keberagaman.
Dengan mengintegrasikan moderasi beragama dalam kurikulum SKI, siswa
dapat memahami bahwa Islam tidak hanya berbicara tentang agama tetapi juga
menekankan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Selain itu, siswa juga
dapat memahami bahwa Islam menghargai perbedaan dan mendorong dialog
antaragama yang mengarah pada perdamaian dan persatuan.
Dengan demikian, integrasi kurikulum SKI dengan moderasi beragama
dapat membantu siswa Madrasah untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang Islam dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat yang lebih luas.

J. Latihan
1. Buatlah peta konsep perkembangan kurikulum Ski mulai tahun 1973-2022 !
2. Refleksikan arah pengembangan kurikulum SKI dari periode pertama hingga
sekarang !
3. Diskusikanlah dengan kelompok Saudara, berkaitan dengan posisi mata pelajaran
SKI pada kurikulum Merdeka Belajar!

K. Referensi Tambahan
1. KMA nomor 347 tahun 2022 tentang pedoman implementasi kurikulum merdeka
pada madrasah
2. Keputusan Direktur Jenderal pendidikan Islam pada nomor 3211 tahun 202

22























A. Pentingnya Pengajaran Sejarah
Bagi umat Islam, sejarah memiliki nilai-nilai yang amat penting. Menurut Prof.
Dr. Nourozzaman ash-Shiddiqie, paling tidak ada empat aspek penting yang
dapat diambil dari sejarah; pertama, adalah kewajiban kaum muslimin untuk
meneladani Rasulullah. Oleh karena itu rekaman tentang perilaku kearifan dan
kebijakan Rasul perlu diketahui dan diteladani. Kedua, untuk menafsirkan dan
memahami maksud Al-Qur’an dan Hadits, perlu memahami setting sosial
histories dan kondisi psikologis masyarakat Islam pada saat itu. Atau dalam
bahasa yang popular adalah asbab an-nuzul dan asbab al-wurud. Ketiga, sebagai alat
ukur sanad. Untuk mengetahui keautentikan sebuah hadits, apakah dhabit atau
tidak, bagaimana perilaku keseharian seorang sanad dan sebagainya. Semua itu
dapat dilihat dalam sejarah. Oleh karena itu penulis sejarah yang pertama
sesungguhnya adalah orang Islam, yakni At-Tabari, dengan bukunya yang
dikenal dengan Tarikh at-Tabari. Keempat, untuk merekam peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi, baik sebelum maupun sesudah kedatangan Islam. Di
samping itu, sejarah juga berfungsi untuk mengenal diri sendiri, juga sebagai
KEGIATAN BELAJAR 2:
KAJIAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DI MADRASAH


Mendiskripsikan Kajian Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan

Menganalisis Pentingnya Pengajaran Sejarah
Mendeskripsikan Hakekat Sejarah dan Kebudayaan
Menganalisis Problematika Pengajaran SKI
Menganalisis Unsur-unsur Kebudayaan menurut E.B Taylor
Mengenali Unsur-Unsur Kebudayaan Dalam Buku Mata
Pelajaran
Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan

23

cermin masa lalu untuk dijadikan pedoman masa kini dan masa yang akan
datang, untuk diteladani dan dipakai sebagai alat analisis.
Kendatipun demikian penting arti sejarah dalam kehidupan manusia, namun
dalam realitas kehidupan itu sendiri, termasuk dalam dunia akademik,
keberadaan materi pelajaran sejarah kurang mendapatkan respon yang memadai.
Sejarah sering dianggap hanya sebagai peristiwa masa lalu yang tidak memiliki
rangkaian dengan masa kini dan masa yang akan datang. Bahkan dengan pola
pengajaran yang monoton, yang menekankan pada aspek kognitif, hafalan, maka
pelajaran sejarah semakin tampil membosankan dan terkesan hanya mengulang-
ulang saja. Di sisi lain sumber-sumber materi sejarah yang lebih menekankan
pada aspek politis, menjadikan kesan yang semakin angker dan menyeramkan
bahwa perjalanan daulat-daulat Islam selalu diwarnai dengan tindakan-tindakan
kekerasan dan pertumpahan darah. Sebagaimana yang ditulis oleh sebagian
orientalis, Islam disebarkan dengan pedang di tangan kanan dan Al-Qur’an di
tangan kiri. Sementara Barat dimunculkan sebagai bangsa yang beradab dan
berperadaban. Distorsi informasi ini bukan hanya memanipulasi informasi
sejarah, namun sangat berimplikasi terhadap aspek politis, sosiologis dan
psikologis umat Islam sendiri.
Keterpurukan umat Islam dalam kondisi inferiority complex, perasaan minder,
rendah diri terhadap keberadaan nilai-nilai Islami, dan di sisi lain perasaan yang
begitu bangga terhadap produk-produk Barat, merupakan bagian dari
keberhasilan dominasi Barat secara politis maupun kultural terhadap dunia
Islam. Proses pemutusan mata rantai sejarah Islam telah dilakukan oleh beberapa
orientalis Barat abad ke-18, ke-19 sampai pertengahan abad ke-20. Mata rantai
yang secara obyektif harus diakui oleh Barat, bahwa kemajuan Barat sebagaimana
sekarang ini adalah bagian dari proses sejarah yang diambil dari dunia Islam, baik
lewat Perang Salib, lewat kemajuan Islam di Spanyol maupun lewat
referensi/karya-karya ilmuwan muslim. Beberapa problematika inilah yang
perlu mendapat perhatian serius dari umat Islam, terutama tokoh-tokoh yang
bergelut dengan dunia akademik, khususnya guru-guru sejarah Islam.

B. Hakekat Sejarah dan Kebudayaan
Apa yang dimaksud dengan sejarah dan kebudayaan? Kata sejarah dalam
bahasa Indonesia memiliki kesamaan filosofis dengan kata syajarah dalam bahasa
Arab yang berarti pohon. Pohon merupakan gambaran suatu rangkaian
geneologi, yaitu pohon keluarga yang mempunyai keterkaitan erat antara akar,
batang, cabang, ranting dan daun serta buah. Keseluruhan elemen pohon ini
memiliki keterkaitan erat, kendatipun yang sering dilihat oleh manusia pada
umumnya hanya batang pohon saja, atau buahnya saja, akan tetapi adanya pohon

24

dan buah tidak terlepas dari peran akar. Itulah filosofi sejarah, yang mempunyai
keterkaitan erat antara masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Kata sejarah dalam bahasa Indonesia mempunyai kesamaan arti dengan tarikh
dalam bahasa Arab, geschichte (bahasa Jerman) dan history (bahasa Inggris) yang
berasal dari bahasa Yunani istoria (ilmu tentang kronologi hal ikhwal manusia).
Menurut Ibnu Khaldun, dalam hakekat sejarah terkandung pengertian
observasi dan usaha mencari kebenaran (tahqiq), keterangan yang mendalam
tentang sebab dan asal benda wujudi, serta pengertian dan pengetahuan tentang
substansi, esensi dan sebab-sebab terjadinya peristiwa. Sedang menurut Franz
Rosental, sejarah adalah deskripsi tentang aktivitas manusia yang terus menerus
baik dalam bentuk individu maupun kelompok. Dari dua pengertian tersebut
menunjukkan bahwa definisi pertama lebih bernuansa filosofis yang berkaitan
dengan hakekat sesuatu, sedang definisi kedua lebih operasional. Menurut Prof.
Nourozzaman ash-Shiddiqie, sejarah adalah peristiwa masa lampau yang tidak
sekedar informasi tentang terjadinya peristiwa, tetapi juga memberikan
interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat kepada hukum sebab-
akibat. Dengan adanya interpretasi ini, maka sejarah sangat terbuka apabila
diketemukan adanya bukti-bukti baru. Definisi ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Sayyid Quttub, bahwa sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa,
melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-
hubungan nyata dan tidak nyata yang menjalin seluruh bagian serta memberikan
dinamisme dalam waktu dan tempat.
Jadi sejarah bukan sekedar catatan bagi orang-orang yang lahir dan orang-
orang yang mati dan sekedar mengungkap kehidupan para penguasa dan
biografi para pahlawan, akan tetapi sejarah juga merupakan suatu ilmu yang
membentangkan perkembangan masyarakat, yaitu suatu proses panjang dalam
lintasan waktu yang melibatkan masyarakat. Sejarah berbeda dengan hikayat,
legenda, kisah dan sebagainya. Sejarah harus dapat dibuktikan kebenarannya dan
logis. Oleh karena itu, cerita yang tidak masuk akal, apalagi tidak dapat
dibuktikan kebenarannya, maka tidak dapat dikategorikan sebagai sejarah.
Sejarah adalah suatu kisah manusia dalam perjuangannya untuk merealisasikan
tujuan peperangan yang diterjuninya, pengetahuan yang ia peroleh dari dirinya
dan dari alam sekitarnya, penemuan-penemuan yang ia capai, kota-kota yang ia
bangun, pemerintah-pemerintah yang ia dirikan, perundang-undangan yang
menjadi pedomannya, manifes-manifes ekonomi, aktivitas yang ia lakukan,
peninggalan-peninggalan peradaban yang ia tinggalkan, ide-ide pemikiran yang
ia anut kemudian mungkin menggantinya dengan yang lain. Semua itu dikenal

25

dengan apa yang dinamakan “kebudayaan manusia” yang mana kebudayaan
manusia itu menjadi obyek sejarah.
Apabila manusia telah memahami asal-usul kebudayaannya, faktor-faktor
pertumbuhan dan fase perkembangan kebudayaannya, maka ia benar-benar telah
memahami hakekat kekiniannya, niscaya ia mampu mengambil pelajaran dari
pemahamannya dan pengalaman -pengalaman itu dalam menghadapi masa
depan. Yang demikian itu disebabkan bahwa sejarah suatu umat adalah
merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan antara masa lalu, masa kini dan
masa yang akan datang.
Setelah mendiskusikan tentang sejarah, maka selanjutnya mendiskusikan
tentang kebudayaan. Di Indonesia, istilah kebudayaan dan peradaban sering
disinonimkan. Peradaban Islam adalah terjemahan dari al-hadharah al-Islamiyah.
Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan
Kebudayaan Islam. “Kebudayaan” dalam bahasa Arab adalah ats-tsaqafah. Di
Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang
mensinonimkan dua kata “kebudayaan” (Arab ats-tsaqafah, Inggris, culture) dan
“peradaban” (Arab al-hadharah, Inggris, civilization). Dalam perkembangan ilmu
antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk
ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Di dalam kebudayaan
terdapat pengetahuan dan ide-ide untuk memahami lingkungannya dan sebagai
pedoman dalam melakukan suatu tindakan. Sedangkan manifestasi-manifestasi
kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau
kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan
moral, maka peradaban terefleksikan dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Menurut Kuntjaraningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud,
(1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek ide-ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu
wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari
manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai
benda-benda hasil karya.
Secara sederhana kebudayaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dan digunakan sebagai pedoman untuk
memahami lingkungannya dan sebagai pedoman untuk mewujudkan tindakan
dalam menghadapi lingkungannya. Landasan peradaban Islam adalah
kebudayaan Islam terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan
Islam adalah agama.
Karena kebudayaan Islam sumber pokoknya adalah agama Islam, maka
kebudayaan Islam memiliki beberapa keunikan dibandingkan dengan budaya

26

lain. Keunikan itu sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Abdurrahman
Mas’ud, MA. sebagai berikut:
1. Adanya konsep tauhid/Oneness of God/Unity of God.
2. Universalitas pesan dan misi peradaban yakni persaudaraan Islam.
3. Prinsip moral dijunjung tinggi.
4. Budaya toleransi yang cukup tinggi–wilayah Islam relatif aman.
5. Prinsip keutamaan belajar dan memperoleh ilmu.

C. Problematika Pengajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan pelajaran penting sebagai upaya untuk
membentuk watak dan kepribadian umat. Dengan mempelajari sejarah, generasi
muda akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan suatu
tokoh atau generasi terdahulu. Dari proses itu dapat diambil banyak pelajaran,
sisi-sisi mana yang perlu dikembangkan dan sisi-sisi mana yang tidak perlu
dikembangkan. Keteladanan dari tokoh-tokoh/pelaku sejarah inilah yang ingin
ditransformasikan kepada generasi muda, di samping nilai informasi sejarah
penting lainnya.
Beberapa pakar pendidikan sejarah maupun sejarawan memberikan pendapat
tentang fenomena pembelajaran sejarah yang terjadi di Indonesia diantaranya
masalah model pembelajaran sejarah, kurikulum sejarah, masalah materi dan
buku ajar atau buku teks, profesionalisme guru sejarah dan lain sebagainya.
Pertama, adalah masalah model pembelajaran sejarah. Menurut Hamid Hasan
dalam Alfian (2007) bahwa realitas yang ada sekarang, pembelajaran sejarah jauh
dari harapan untuk memungkinkan anak melihat rel evansinya dengan
kehidupan masa kini dan masa depan. Mulai dari jenjang SD hingga SMA,
pembelajaran sejarah cenderung hanya menyampaikan fakta sejarah sebagai
materi utama. Tidak aneh bila pendidikan sejarah terasa kering, tidak menarik,
dan tidak memberi kesempatan kepada anak didik untuk belajar menggali makna
dari sebuah peristiwa sejarah.
Taufik Abdullah memberi penilaian, bahwa strategi pedagogis sejarah
Indonesia aplikasinya relatif sangat belum memadai. Pendidikan sejarah di
sekolah masih berkutat pada pendekatan chronicle dan cenderung menuntut
anak agar menghafal suatu peristiwa (Abdullah dalam Alfian, 2007:2). Siswa tidak
dibiasakan untuk mengartikan suatu peristiwa guna memahami proses yang
menjadi dinamika suatu perubahan.
Sistem pembelajaran sejarah yang dikembangkan sebenarnya tidak lepas dari
pengaruh budaya yang telah mengakar. Model pembelajaran yang bersifat satu
arah dimana guru menjadi sumber pengetahuan utama dalam kegiatan
pembelajaran menjadi sangat sulit untuk dirubah. Pembelajaran sejarah saat ini

27

mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah pada zamannya menjadi
terabaikan. Pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya
atau lingkungan sosialnya tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas, sehingga
menempatkan siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif (Martanto,
dkk, 2009:10). Dengan kata lain, kekurangcermatan pemilihan strategi mengajar
akan berakibat fatal bagi pencapaian tujuan pengajaran itu sendiri (Widja,
1989:13).
Kedua, adalah masalah kurikulum sejarah, karena kurikulum adalah salah satu
komponen yang menjadi acuan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah rencana tertulis dan
dilaksanakan dalam suatu proses pendidikan guna mengembangkan potensi
peserta didik menjadi berkualitas. Dalam sebuah kurikulum termuat berbagai
komponen, seperti, tujuan, konten dan organisasi konten, proses yang
menggambarkan posisi peserta didik dalam belajar dan asessmen hasil belajar.
Selain komponen tersebut, kurikulum sebagai suatu rencana tertulis dapat pula
berisikan sumber belajar dan peralatan belajar dan evaluasi kurikulum atau
program.
Sejak Indonesia merdeka, telah terjadi beberapa kali perubahan kurikulum dan
mata pelajaran sejarah berada di dalamnya. Akan tetapi materi-materi yang
diberikan dalam kurikulum yang sering mendapat kritik dari masyarakat
maupun para pemerhati sejarah baik dari pemilihannya, teori pengembangannya
dan implimentasinya yang seringkali digunakan untuk mendukung kekuasaan.
Ketika Orde Baru bermaksud menata kembali kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945, tujuan pendidikan nasional
diarahkan untuk mendukung maksut tersebut. Tentu saja kurikulum sekolahan
dikembangkan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum 1986 yang
berlaku pada awal masa Orde Baru kemudian mengalami pergantian menjadi
kurikulum 1975, kurikulum sejarah juga mengalami penyempurnaan. Demikian
seterusnya terjadi beberapa perubahan kurikulum menjadi kurikulum 1984, 1994
dan 2004 (Umasih dalam Alfian, 2007:3). Kurikulum yang dipakai arahannya
kurang jelas dan sangat berbau politis, artinya kurikulum yang digunakan tidak
lepas dari adanya kepentingan-kepentinagn dari rezim yang berkuasa. Sejarah
dijadikan alat untuk membangun paradigma berfikir masyarakat mengenai
perjalanan sejarah bangsa dengan mengagung-agungkan rezim yang mempunyai
kekuasaan. Sistem pembelajaran yang diterapkan tidak mengarahkan siswa
untuk berfikir kritis mengenai suatu peristiwa sejarah, sehingga siswa seakan-
akan dibohongi oleh pelajaran tentang masa lalu (Anggara, 2007:103).
Selain masalah kurikulum yang selalu mengalami perubahan, masalah yang
tak kalah pentingnya adalah masalah materi dan buku ajar/buku teks sejarah.
Menurut Lerissa (dalam Alfian, 2007), masalah buku ajar ini sudah ada sejak

28

sistem pendidikan nasional mulai diterapkan di Indonesia tahun 1946. Saat buku
ajar yang dipakai sebagai bahan ajar sejarah adalah karangan Sanusi Pane yang
berjudul Sejarah Indonesia (4 Jilid) yang ditulis atas permintaan pihak Jepang
pada tahun 1943-1944, yang kemudian dicetak ulang pada tahun 1946 dan 1950.
Pada tahun 1957 Anwar Sanusi menulis buku sejarah Indonesia untuk sekolah
menengah (3 Jilid). Setelah itu kemudian muncul berbagai buku ajar lainnya yang
ditulis oleh berbagai pihak, terutama oleh guru, salah satunya buku yang
dikarang oleh Subantardjo.
Pada tahun 1970, para ahli sejarah yang terhimpun dalam Masyarakat
Sejarawan Indonesia (MSI) mengadakan “Seminar Sejarah II” di Jogjakarta dan
menghasilkan sebuah keputusan untuk menulis buku sejarah untuk keperluan
perguruan tinggi dan bisa dijadikan sumber buku ajar di SMP dan SMA. Buku
yang terdiri dari 6 jilid itu, kemudian juga tidak luput dari permasalahannya dan
sempat memunculkan pertentangan. Tidak semua penulis menggunakan
metodologi yang sama yang telah ditentukan oleh editor umum, Prof. sartono
Kartodirdjo (pendekatan structural); masing-masing penulis membawa tradisi
ilmiah yang telah melekat pada dirinya (istructural atau naratif/kisah). Pada
masa itu perbedaan antara pendekatan structural dan pendekatan naratif secara
metodologis tidak bisa dijembatani sama sekali. Masing-masing mempunyai
domain sendiri-sendiri. Konflik yang berkepanjangan ini menyebabkan Sartono
mengundurkan diri dan diikuti oleh penulis-penulis lainnya. Setelah buku
tersebut dicetak ulang (1983-1984) sebagi editor umum hanya tercantum nama
Prof. Dr. Nugroho Notosusanto dan Prof. Dr. Marwati Djoned Poesponegoro
(Alfian, 2007:5). Tahun 1993 sempat dilakukan revisi oleh RZ Lerissa dan Anhar
Gonggong dan kawan-kawan, namun entah kenapa kabarnya buku itu tidak
diedarkan (Purwanto dan Adam, 2005:105).
Hampir seluruh buku ajar, baik yang diterbitkan oleh swasta maupun
pemerintah sebenarnya tidak layak untuk dijadikan referensi. Hampir seluruh
penulis buku hanya membaca dokumen kurikulum secara harfiah dan tidak
mampu memahami jiwa kurikulum dengan baik. Sebagian besar penulis buku
juga tidak paham sejarah sebagai ilmu, historiografi, dan tertinggal sangat jauh
dalam referensi mutahkir penulisan (Purwanto, 2006:268).
Masalah profesionalisme guru sejarah juga masih dipertanyakan, sampai saat
ini masih berkembang kesan dari para guru, pemegang kebijakan di sekolah
bahwa pelajaran sejarah dalam mengajarkannya tidak begitu penting
memperhatikan masalah keprofesian, sehingga tidak jarang tugas mengajar
sejarah diberikan kepada guru yang bukan profesinya. Akibatnya, guru
mengajarkan sejarah dengan ceramah mengulangi apa isi yang ada dalam buku
(Anggara, 2007:102). Sementara itu terlalu banyak sekolah yang memposisikan
guru sejarah sebagi orang buangan, dan mata pelajaran sejarah sekedar sebagai

29

pelengkap. Bahkan banyak kasus ditemukan, guru sejarah menjadi sasaran untuk
menaikkan nilai siswa agar yang bersangkutan dapat naik kelas. Selain itu,
sebagian besar guru juga tidak mengikuti perkembangan hasil penelitian dan
penerbitan mutakhir sejarah Indonesia. Hal yang terakhir itu juga berkaitan
dengan adanya kenyataan bahwa institusi resmi yang menjadi tempat pendidikan
tambahan bagi guru sejarah itu hanya berkutat pada substansi historis dan
metode pengajaran sejarah yang tertinggal jauh. Pengajaran sejarah di sekolah
selama ini sering dilakukan kurang optimal. Pelajaran sejarah seolah sangat
mudah dan digampangkan. Banyak pendidik yang tidak ber latar belakang
pendidikan sejarah terpaksa mengajar sejarah di sekolah.
Kendatipun demikian penting materi sejarah bagi pengembangan kepribadian
suatu bangsa, namun dalam realitasnya sering kurang disadari, sehingga mata
pelajaran sejarah kurang diminati. Mata pelajaran sejarah justru hanya dipandang
sebagai mata pelajaran pelengkap, baik oleh siswa maupun oleh guru. Ini terbukti
dengan jam pelajaran untuk Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di sekolah (baca
madrasah) hanya 1 jam pelajaran dalam seminggu. Padahal materi SKI cukup
banyak.
Di samping masalah jam pelajaran, ada masalah-masalah lain yang berkaitan
dengan metodologi pengajaran sejarah Islam, yaitu:
1. Baru menekankan pada aspek sejarah politik para elite penguasa pada
zamannya. Sementara aspek sosial, aspek ekonomi, budaya dan pendidikan
kurang mendapatkan porsi yang memadai.
2. Apresiasi siswa terhadap kebudayaan masih rendah. Bahkan beberapa guru
sejarah Islam juga menunjukkan apresiasi yang rendah terhadap mata
pelajaran ini. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya perhatian mereka
terhadap pengajaran sejarah.
3. Sikap inferiority complex, perasaan rendah diri yang komplek. Sikap inferiority
complex umat Islam terhadap nilai-nilai sejarah budayanya sendiri ini
merupakan bagian dari masalah dalam pengajaran sejarah. Generasi muda
pada umumnya lebih bangga terhadap hasil kebudayaan Barat, sementara
terhadap kebudayaan Islam sendiri, mereka merasa malu untuk
mengakuinya, apalagi menirunya. Sikap inferiority complex kaum muslimin ini
juga terefleksi dalam sikap dan reaksi kaum muslim terhadap budaya Barat;
a. Sikap kelompok muslim yang secara total menerima dan meniru budaya
Barat. Mereka menghendaki budaya Islam diganti dengan budaya Barat.
b. Sikap kelompok muslim yang anti sama sekali, xenophobia ya ng
berlebihan. Sehingga segala sesuatu yang datang dari Barat harus ditolak
sama sekali.
c. Sikap kelompok muslim yang realistis dan kritis dengan landasan
pemikiran bahwa budaya bersifat relatif yang mengandung plus-minus.

30

Dalam pandangan ini, maka darimanapun sebuah kebaikan, apakah dari
Barat atau dari Timur, maka hal itu dapat diterima.
4. Metode yang dipergunakan oleh guru masih monoton; sejarah hanya
disampaikan dengan ceramah, padahal materi sejarah Islam sudah diperoleh
siswa dalam setiap jenjang pendidikan Islam dan dari informasi lain. Oleh
karena itu perlu adanya metode dan media yang bervariasi, misalnya field
study, study lapangan langsung, pemakaian peta, VCD dan sebagainya.
5. Penjelasan guru atau nara sumber kurang memperhatikan aspek-aspek lain,
misalnya faktor sosiologis, faktor antropologis, ekonomis, geografis dan
sebagainya. Dalam menjelaskan satu materi dapat diterangkan dengan
beberapa sudut pandang yang berbeda, sehingga pemahaman siswa menjadi
lebih komprehensif. Materi-materi yang perlu dijelaskan secara komprehensif
tersebut misalnya tentang; apa yang dimaksud dengan jahiliyah, apa yang
dimaksud dengan sifat ummi pada Nabi, kenapa Islam diturunkan di Makkah,
bagaimana awal mula konflik dalam Islam, bagaimana konflik yang terjadi
antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, Ali bin Abi Thalib
dengan Aisyah, Talkhah dan Zubair, bagaimana tuduhan terhadap Al-
Ghazali sebagai penyebab kemunduran peradaban Islam, apa arti masa
keemasan Islam dan pengaruhnya terhadap renaissance di Barat.

D. Unsur-unsur Kebudayaan Menurut E.B. Taylor.
Pendidikan merupakan cermin setiap kehidupan dalam bermasyarakat.
Terpandang dan tidaknya suatu masyarakat akan terlihat seberapa tinggi
masyarakat dalam memiliki sebuah keilmuan. Keilmuan dipandang sebagai
anugrah seseorang dalam memahami aplikasi budaya yang sudah ada.
Kebudayaan yang selalu dinamis akan membutuhkan suatu keilmuan yang
sangat mendalam dalam memahami dan menganalisa. Sedikit banyak
masyarakat yang kolot dengan kebudayaan setempat, maka kebudayaan tidak
akan berkembang dan mengalami stagnan. Kekolotan masyarakat setempat
dengan kebudayaan yang dimiliki membuat ketidak tahuan kebudayaan yang
baru. Begitu juga dengan masyarakat sekolah, tuntutan kebudayaan inklusi
selalu diharapkan untuk menciptakan kebudayaan baru yang selalu dinamis.
Berbicara mengenai kebudayaan tidak akan lepas mengenai unsur unsur di
dalamnya. Budaya merupakan suatu kebiasaan atau watak yang melekat pada
diri seseorang masyarakat dalam melaksanakan kehidupan sehari -hari.
Kebudayaan tidak bisa dipandang sebelah mata dalam proses pembelajaran
dalam tingkat sekolah. Sekolah memberikan budaya melalui kegiatan proses
belajar mengajar dan lingkungan yang nyata dalam kompleks masyarakat kecil.
Tak bisa dipungkiri bahwa kebudayaan akan melekat pada masyarakat sekolah

31

dikala dalam lingkungan sekolah menerapkan sesuai apa yang ada dalam buku
buku teks sejarah kebudayaan.
Kebudayaan Islam yang ada di Nusantara tidak terlepas dari sejarah
Nusantara pra Islam dimana keyakinan dan budaya-budaya hindu budha
melekat pada mayarakat Indonesia. Baru kemudian setelah datangnya Islam,
melalui Walisongo kebudayaan tersebut diasimilasi dengan ajaran-ajaran
Islam. Sebagai contoh dari Dr. Th.G.Th. Pigeaud dalam Javaansche
Volksvertoningen (1938) mengemukakan bahwa wayang kulit purwa yang
dikenal sebagaimana sekarang ini adalah produk yang dihasilkan oleh wali-
wali penyebar Islam. Menurut Soekmono (1959) yang menjadi dasar dan
pokok kebudayaan Indonesia zaman madya adalah kebudayaan purba
(Indonesia asli), tetapi telah diislamkan. Yang dimaksud kebudayaan purba
dalam konteks itu adalah kebudayaan Malaio Polinesia pra-Hindu yang oleh
Prof. Dr. C.C. Berg (1938) dan Pof. Dr. G.J. Held (1950) disebut animisme dan
dinamisme, yaitu kebudayaan yang lahir dari kepercayaan terhadap benda-
benda yang dianggap memiliki “daya sakti” dan kepercayaan terhadap arwah.
Sejatinya, yang dimaksud animisme-dinamisme itu adalah ajaran Kapitayan.
Proses islamisasi kebudayaan purba sebagaimana ditengarai Soekmono adalah
bukti asimilasi yang dilakukan para penyebar Islam generasi Wali Songo.
Buku buku kebudayaan yang telah dipegang dan dipelajari masyarakat
sekolah memiliki unsur yang dapat membantu mereka dalam menemukan dan
mengamalkan kebudayaan yang ideal. Menurut E. B. Taylor sebagaimana
dikutip oleh Jaih Mubarok dalam Sejarah Peradaban Islam karangan Dedi
Supriyadi, kebudayaan adalah that complex whole which includes knowlwdgw,
belief, art, morals, laws, custom and any other capabilities and habits acquired by man
as a member of society (keseluruhan yang kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaaan lain
yang diperoleh manusia sebagai bagian dari masyarakat).

E. Unsur-Unsur Kebudayaan Dalam Buku Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam di Madrasah
1. Unsur Ilmu Pengetahuan
Pembahasan materi dalam buku sejarah kebudayaan Islam yang
mencakup unsur ilmu pengertahuan diantaranya adalah materi tentang
kondisi masyarakat arab pra Islam yang dijelaskan bahwa Pada masa awal
perkembangan Islam, ilmu pengetahuan kurang mendapat perhatian. Ilmu
pengetahuan baru mendapatkan perhatian pada masa Dinasti Abbasiyah.
Pada saat itu, banyak buku-buku dari berbagai disiplin ilmu dan kebudayaan
lain diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Pada materi Khulafaur Rasyidin,

32

diterangkan bahwa untuk menghindari kesalahan fatal dalam bacaan Al-
Qur’an dan hadis, Khalifah Ali bin Abi Talib memerintahkan Abu Aswad ad-
Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang
mempelajari tata bahasa Arab. Pada materi Dinasti Umayyah diterangkan
bahwa Pusat ilmiah pada Dinasti Umayyah adalah Kota Basrah dan Kufah di
Irak. Perkembangan ilmu pengetahuan itu ditandai dengan munculnya
ilmuan-ilmuan muslim dalam berbagai bidang. Usaha Khalifah Umar bin
Abdul Aziz dibidang ilmu pengetahuan adalah memindahkan sekolah
kedokteran yang ada di Iskandariah (Mesir) ke Antiokia dan Harran (Turki).
Pembahasan Ilmu Pengetahuan pada materi Masa Dinasti Abbasiyah.
diterangkan bahwa Masa kekuasaan Dinasti Abbasiyah merupakan masa
keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Bahasan tentang ilmu
pengetahuan umum meliputi ilmu filsafat, kedokteran, astronomi, tokoh-
tokoh ilmuan, dan Baitul Hikmah. Dijelaskan juga disamping dalam bidang
ilmu pengetahuan, pada dinasti ini ilmu agama Islam juga mengalami
perkembangan yang penting. Ilmu agama Islam yang berkembang meliputi
ilmu hadis, ilmu tafsir, ilmu fikih, ilmu tasawuf. Pembahasan Ilmu
pengetahuan pada materi Sejarah Dinasti Ayyubiyah diterangkan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan pada Masa Dinasti Ayyubiyah ditandai
dengan datangnya ulama-ulama masyhur untuk mengajar di Al-Azhar.
Pembahasan materi masuknya Islam ke Indonesia diterangkan bahwa
Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai cara, salah satunya adalah
pendidikan. Penyebaran Islam melalui pendidikan, dilakukan melalui
pesantren-pesantren, khususnya oleh para kiai. Semakin terkenal kiai yang
mengajar di sebuah pesantren itu, semakin besar pula pengaruh pesantren
tersebut di tengah masyarakat.

2. Kepercayaan
Pembahasan Sejarah Kebudayaan Islampada materi respon dakwah
Nabi Muhammad di Madinah diterangkan bahwa perpindahan agama
merupakan salah satu faktor penting yang mendukung munculnya
kebudayaan Islam. Perpindahan agama secara besar-besaran saat itu tidak
hanya disebabkan oleh peperangan. Akan tetapi, daerah taklukan yang sudah
berbudaya tinggi itu memang sudah menunggu datangnya agama baru.
Materi Dakwah Nabi Muhammad Saw. di Mekah diterangkan bahwa Islam
lahir di Jazirah Arab. Pada saat itu, Jazirah Arab diapit oleh dua kekaisaran,
yaitu Kekaisaran Persia dan Kekaisaran Bizantium. Kekaisaran Persia
menetapkan agama Majusi sebagai agama resmi di seluruh wilayah mereka.
Pemeluk agama Majusi menyembah api dan mempunyai kitab suci yang
bernama Zend Avesta. Adapun Kekaisaran Romawi menetapkan agama

33

Nasrani sebagai agama resmi dengan injil sebagai kitab sucinya. Kedua kitab
suci itu sudah banyak dicampuri oleh tokoh-tokoh agama saat itu sehingga
kemurniannya tidak terjamin.Kemudian diterangkan juga bahwa Misi
dakwah Nabi Muhammad Saw. mengubah keadaan masyarakat jahiliah
menjadi masyarakat yang sejahtera berdasarkan agama tauhid.
Materi Dakwah Nabi Muhammad Saw. di Madinah diterangkan bahwa
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Yastrib menganut agama Yahudi dan
Nasrani. Selain itu, sebagian masyarakat Yastrib menganut agama Pagan,
yaitu kepercayaan kepada benda dan kekuatan alam seperti matahari,
bintang, dan bulan. Para penganut agama ini berkeyakinan bahwa mereka
adalah manusia pilihan dan agama yang dianutnya adalah yang paling benar.
Keadaan ini memicu perselisihan antaragama yang berlangsung cukup lama
sampai masuknya Islam di kota ini.
Materi Khulafaur Rasyidin diterangkan bahwa setelah Nabi
Muhammad Saw. wafat, mereka menjadi contoh utama dalam menghayati
dan mengamalkan ajaran Islam. Mereka melaksanakan prinsip -prinsip
pemerintahan Islam dengan baik. Masa pemerintahan mereka merupakan
gambaran yang paling tepat bagi pelaksanaan hukum dan pemerintahan
Islam.
Materi Dinasti Umayyah diterangkan bahwa dalam perkembangan
kebudayaan/Peradaban Islam pada masa Dinasti Umayyah, Mu’awiyah bin
Abu Sufyan berhasil menduduki jabatan khalifah. Pada waktu itu, umat
Islam terpecah menjadi tiga golongan besar, yaitu golongan pendukung
Dinasti Umayyah, golongan pendukung Ali bin Abi Talib, dan golongan
Khawarij.
Materi Sejarah Dinasti Ayyubiyah diterangkan bahwa Kehidupan
Salahuddin Yusuf al-Ayyubi penuh dengan perjuangan dan peperangan.
Peperangan hanya dilakukan untuk mempertahankan dan membela agama.
Selain itu, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi memiliki toleransi yang tinggi
terhadap umat agama lain. Ketika menguasai Iskandariyah, ia mengunjungi
orang-orang Kristen. Ketika perdamaian tercapai dengan tentara Salib, ia
mengizinkan mereka untuk berziarah ke Baitulmakdis.
Pada materi Masuknya Islam ke Indonesia diterangkan bahwa Sebelum
masuknya Islam, bangsa Indonesia menganut berbagai kepercayaan yang
telah mendarah daging, seperti animisme dan dinamisme. Pengaruh
kepercayaan ini sangat kuat dan berakar dalam masyarakat Indonesia. Akan
tetapi, berkat kegigihan dan ketabahan para penyiar Islam, ajaran Islam
akhirnya dapat diterima. Saat ini, mayoritas penduduk Indonesia telah
memeluk agama Islam. materi Kerajaan Islam di Indonesia. diterangkan
bahwa Seiring berjalannya waktu, pemeluk Islam di Indonesia semakin

34

bertambah. Selanjutnya, mereka mulai mendirikan kerajaan-kerajaan dan
menerapkan sistem pemerintahan yang islami.
Materi Tokoh-tokoh Islam di Indonesia diterangkan bahwa
Perkembangan Islam di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari peranan para
penyiar agama. Mereka memperjuangkan agama Islam dengan gigih.
Kegigihan itu membuahkan hasil. Akhirnya, Islam dapat diterima sebagai
agama oleh sebagaian besar penduduk Indonesia. Adapun tokoh-tokoh
penyebar Islam yang terkemuka di Indonesia yaitu Abdur Rauf Singkel, Wali
Songo, Muhammad Arsyad al-Banjari, Syekh Yusuf al-Makasari, dan lain-
lain. Materi Tradisi Islam Nusantara. diterangkan bahwa Nusantara terdiri
atas beribu-ribu pulau dengan berbagai tradisi dan budaya. Masuknya agama
Islam di Nusantara sedikit banyak juga mempengaruhi perkembangan tradisi
dan budaya tersebut. Hal itu disebabkan ketika Islam masuk di Nusantara
sudah ada tradisi dan budaya yang dijalankan.

3. Kesenian
Pembahasan materi Khulafaur Rasyidin diterangkan bahwa Prestasi
pada masa kekhalifahan Usman bin Affan salah satunya dibidang kesenian
yaitu renovasi Masjid Nabawi. Masjid yang mulai dibangun pada masa
Khalifah Umar bin Khattab diperluas, bentuk dan coraknya juga diperindah.
Materi Dinasti Umayyah diterangkan bahwa Bidang kesusastraan juga
mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan munculnya sastrawan -
sastrawan terkemuka. Selain itu, pembangunan fisik juga mendapatkan
perhatian besar. Usaha yang dilakukan oleh Dinasti Umayyah dalam
kaitannya dengan keberadaan bangunan bersejarah salah satunya adalah
mengubah istana Qusayr Amrah dan Istana al-Musatta yang digunakan
sebagai tempat peristirahatan di padang pasir.
Pada materi Kebudayaan pada Masa Dinasti Abbasiyah diterangkan
bahwa Di masa Dinasti Abbasiyah banyak dibangun masjid yang berfungsi
sebagai pusat kegiatan umat Islam. Berdasarkan bentuk dan corak seninya,
perkembangan masjid terbagi dalam tiga periode, yaitu periode permulaan,
periode pertengahan, dan periode modern. Bentuk dan corak seni masjid
yang dibangun pada masa Dinasti Abbasiyah termasuk dalam periode
permulaan.
Materi Masuknya Islam ke Indonesia. diterangkan bahwa Penyebaran
agama Islam di Indonesia terlihat pula dalam kesenian Islam, seperti
peninggalan seni bangunan, seni pahat, seni musik, dan seni sastra. Hasil-
hasil seni ini dapat pula dilihat pada bangunan masjid-masjid kuno di Demak,
Cirebon, Banten, dan Aceh. Dari masjid-masjid ini bisa dipahami bagaimana
tradisi Islam di Indonesia berkembang berinteraksi dengan budaya-budaya

35

lain, misalnya budaya Cina atau Arab.

Pembahasan materi Kerajaan Islam di Indonesia diterangkan bahwa
Sebagai akibat berkembangnya pengaruh ajaran agama Islam di Kerajaan
Aceh Darussalam, kebudayaan setempat juga mendapat pengaruh
kebudayaan Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Sani, terdapat
dua orang sastrawan terkenal, yaitu Nuruddin ar-Raniri dan Hamzah
Fansuri. Kesusastraan Aceh Darussalam seperti Bustanussalatin dan Hikayat
Putrou Gumbok Meuh menunjukkan besarnya pengaruh agama Islam dalam
sanjak khas Aceh Darussalam. Kemudian diterangkan juga bahwa Pengaruh
agama Islam dalam seni bangunan Banten dapat dilihat pada bangunan
Masjid Agung Banten dan kompleks Makam Raja-raja Banten di Kenari.
Materi Tokoh-tokoh Islam di Indonesia diterangkan bahwa dalam
menyebarkan agama Islam, para wali sanga selalu menyesuaikan diri dengan
kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta musik
gamelan. Sunan Bonang dianggap sebagai pencipta gending pertama.
diterangkan juga bahwa Sunan Drajat juga tidak ketinggalan untuk
menciptakan tembang Jawa yang sampai saat ini masih digemari masyarakat,
yaitu tembang Pangkur. Selain itu diterangkan bahwa Sunan Kalijaga
merupakan orang yang paling berjasa dalam penggunaan pendekatan
kultural sebagai media dakwah. Sunan Kalijaga sangat berjasa dalam
perkembangan wayang purwa atau wayang kulit yang bercorak Islam seperti
saat ini. Sunan Kalijaga juga berjasa dalam pengembangan seni suara, seni
ukir, seni busana, seni pahat, dan kesusastraan.
Pada materi Tradisi Islam Nusantara diterangkan bahwa Banyak
kesenian dan adat yang berkembang di Nusantara bernapaskan Islam seperti
wayang, kasidah, hadrah, sekaten, adat Melayu, adat Minang, adat Bugis,
adat Madura, dan adat Sunda. Semua itu dalam rangkaian dakwah Islam
yang dilakukan pada masa itu. Keberhasilan Islam menyebar di Nusantara
sangat berhubungan dengan penggunaan budaya lokal sebagai media
penyebaran nilai-nilai.

4. Moral
Pembahasan Sejarah Kebudayaan Islam yang berkaitan dengan moral
diterangkan bahwa Setelah ditaklukkan, penduduk di wilayah-wilayah
taklukan yang sebelumnya tidak beragama Islam berbondong-bondong
memeluk agama Islam.diterangkan juga bahwa Kekayaan negara yang pada
masa permulaan pemerintahan Islam digunakan untuk kepentingan rakyat
telah disalahgunakan untuk kepentingan para pejabat dan keluarganya.

36

diterangkan bahwa Suatu pemerintahan yang sedang berada dalam puncak
kejayaan biasanya cenderung bermewah-mewahan.

Pada materi Dakwah Nabi Muhammad Saw. di Mekah diterangkan
bahwa Pemeluk agama Majusi menyembah api dan mempunyai kitab suci
yang bernama Zend Avesta. Selain itu, ada sebagian masyarakat yang
menganut agama asli nenek moya ngnya, yaitu menyembah berhala.
Selanjutnya pada materi dakwah Nabi Saw diterangkan bahwa Dakwah Nabi
Muhammad Saw. bertujuan untuk menghindarkan manusia dari
kemusyrikan dan mengajak kepada ketauhidan, termasuk kaitan dengan
akhlak sebagai nilai utama. Diterangkan juga bahwa Selain berbentuk
bujukan atau siksaan fisik, usaha kaum kafir Quraisy untuk menghentikan
dakwah Nabi Muhammad Saw. juga dilakukan dengan pemboikotan selama
3 tahun. Pada materi lain, diterangkan bahwa Sifat dan sikap Nabi
Muhammad Saw yang perlu diteladani dalam perjuangan.
Materi Dakwah Nabi Muhammad Saw di Madinah. diterangkan bahwa
sebelum kedatangan Islam, masyarakat Yasrib menganut agama Yahudi dan
Nasrani. Dalam materi tersebut diterangkan bahwa Ketika pertempuran
hampir selesai, pasukan pemanah umat Islam meninggalkan posisi untuk
mengambil harta rampasan. Akibatnya, pasukan Islam mendapat serangan
pasukan kafir dari arah belakang. Akhirnya, pasukan Islam tidak mampu
bertahan dan mengundurkan diri dari medan perang.
Materi Khulafaur Rasyidin diterangkan bahwa beberapa suku Arab
yang berasal dari Hijaz dan Nejed menyatakan murtad atau membangkang
kepada khalifah baru dan sistem yang ada. diterangkan juga bahwa Umar bin
Khattab juga memberikan santunan dari Baitul Mal kepada seluruh
rakyatnya. diterangkan bahwa Khalifah Usman bin Affan meninggal dunia
karena ditikam oleh Abu Lu’luah saat menjadi imam salat Subuh .
diterangkan juga bahwa Khalifah Ali bin Abi Talib kemudian menyita harta
para pejabat yang diperoleh secara tidak benar. Harta tersebut kemudian
disimpan di Baitul Mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat. Materi
Dinasti Umayyah diterangkan bahwa Umar bin Abdul Aziz dikenal sebagai
gubernur yang adil, bijaksana, mengutamakan dan memerhatikan
kepentingan rakyat, serta mau mendiskusikan berbagai masalah penting
yang berkaitan dengan agama, urusan rakyat, dan pemerintahan.
Pada materi Dinasti Abbasiyah. Pada subbab A poin 1, diterangkan
bahwa “Sebelum masa Hisyam, seperti yang ditunjukkan oleh Yazid II, para
khalifah bahkan menghabiskan waktu dengan berburu dan minum anggur.
Diterangkan juga bahwa Keadaan istana dan pemerintahan yang tidak stabil
serta mengancam kelangsungan Dinasti Umayyah. Hal itu mendorong para

37

pejabatnya melakukan korupsi dan mementingkan diri sendiri.
Selanjutnya materi Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Abbasiyah
diterangkan bahwa Ia taat menjalankan ibadah pada siang hari dan malam
hari, kukuh membela sunah nabi, dan teguh dalam pendirian. Ia juga
mengamalkan puasa Nabi Daud. diterangkan juga bahwa Imam Hanafi
dikenal rajin dan teliti dalam bekerja serta fasih berbahasa. Meskipun anak
saudagar kaya, Imam Hanafi menjauhi kemewahan hidup. Hartanya lebih
banyak didermakan daripada untuk kepentingan sendiri. Materi Sejarah
Dinasti Ayyubiyah diterangkan bahwa Salahuddin Yusuf al-Ayyubi
bukanlah seorang pemimpin yang tamak, haus kekayaan, dan haus darah.
Diterangkan pula bahwa Salahuddin Yusuf al- Ayyubi menghadapi
pemberontakan dari kalangannya sendiri. Hal itu terjadi karena keirian dan
kedengkian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh Salahuddin Yusuf al-
Ayyubi.
Materi Masuknya Islam ke Indonesia diterangkan bahwa Agama Islam
tidak mengenal sistem pembagian masyarakat berdasarkan kasta. Dalam
ajaran agama Islam tidak dikenal adanya perbedaan golongan dalam
masyarakat. Pada materi Kerajaan Islam di Indonesia diterangkan bahwa
Sebagai gantinya, ia memerintahkan perampokan dan perusakan perkebunan
tebu Belanda serta berusaha menyaingi perdagangan belanda. Kemudian
materi Tokoh-tokoh Islam di Indonesia diterangkan bahwa Sunan Giri
terkenal sebagai pendidik yang berjiwa demokratis. Ia mendidik anak-anak
melalui berbagai permainan yang berjiwa agama. selanjutnya diterangkan
bahwa Dakwahnya selalu berorientasi pada kegotong-royongan. Ia selalu
menekankan bahwa pertolongan kepada masyarakat umum serta
menyantuni anak yatim dan fakir miskin merupakan suatu amalan yang
diperintahkan agama Islam.
Materi Tradisi Islam Nusantara diterangkan bahwa Sunan Kalijaga
terkenal sebagai ulama yang kreatif dan pandai menarik simpati masyarakat.
Beliau banyak menciptakan cerita pewayangan yang bernapaskan Islam.
Diterangkan pula bahwa dengan harapan, bayi yang baru lahir sudah
mendengar kebesaran nama Allah Swt. sehingga kelak menjadi anak yang
saleh, bijaksana, pandai, dan taat menjalankan perintah agama. Kelahiran
bayi ditandai dengan penyembelihan akikah sebagai rasa syukur kepada
Allah Swt.

5. Hukum
Pembahasan materi Sejarah Kebudayaan Islam diterangkan bahwa
Kebudayaan Islam mencapai puncak kejayaan ketika diterapkannya hukum
Islam. Di dalam Islam, sumber hukum utama adalah Al-Qur’an dan hadis.

38

Berbeda dengan agama-agama lain, hukum Islam mencakup kehidupan
beragama maupun kehidupan umum lainnya. Pada materi Dakwah Nabi
Muhammad Saw. di Madinah. diterangkan bahwa Adapun kalangan
masyarakat bukan Islam diikat dengan peraturan yang dibuat oleh Nabi
Muhammad Saw. yang tertuang dalam Piagam Madinah.
Kemudian materi Khulafaur Rasyidin diterangkan bahwa “beberapa
suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed menyatakan murtad atau
membangkang kepada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa di
antaranya menolak membayar zakat walaupun tidak menolak agama Islam
secara utuh. materi Dinasti Umayyah diterangkan bahwa Di bidang hukum,
warga negara mendapat hak perlindungan hukum dari pemerintah. Hal itu
dilaksanakan oleh Lembaga Kehakiman Negara (an -Nizam al-Qada’i).
Lembaga ini dipimpin oleh seorang hakim yang bertugas memutuskan suatu
perkara dengan ijtihad berdasarkan Al-Qur’an dan hadis.
Pembahasan materi Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Abbasiyah
diterangkan bahwa Perkembangan ilmu fikih pada Dinasti Abbasiyah
berlangsung pada periode keempat dan kelima. Ilmu fikih mengalami
perkembangan pesat pada periode keempat. Hal itu disebabkan para tabiin
telah meletakkan dasar-dasar ilmu fikih pada periode sebelumnya. Materi
Kerajaan Islam di Indonesia diterangkan bahwa “Perkembangan Kerajaan
Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam yang besar ditunjang dengan
diberlakukannya hukum atau syariah Islam dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara. Diterangkan juga bahwa Kehidupan sosial masyarakat
Kerajaan Malaka diatur oleh undang-undang kerajaan yang harus ditaati oleh
semua golongan. Bahkan untuk para pendatang, terdapat undang-undang
yang juga harus dipatuhi dan dilaksanakan. kemudian diterangkan bahwa
Masyarakat Aceh Darussalam hidup dengan perpaduan dua dasar aturan
masyarakat, yaitu adat istiadat tradisional dan ajaran agama Islam. Materi
Tokoh-tokoh Islam di Indonesia diterangkan bahwa Kesultanan Banjar
memberlakukan hukum Islam, baik hukum perdata maupun hukum pidana.
Untuk melaksanakan hukum tersebut, dibentuk Mahkamah Syariah
disamping lembaga kekadian.

6. Adat Kebiasaan
Pada materi Dakwah Nabi Muhammad Saw. di Mekah diterangkan
bahwa Kondisi masyarakat Kota Mekah itu mempengaruhi suku -suku
bangsa lainnya. Hal itu disebabkan setiap tahun Kota Mekah dikunjungi
masyarakat lain yang melakukan ibadah tawaf (haji). Para peziarah Ka’bah
banyak yang tertarik dan meniru cara ibadah masyarakat Kota Mekah. Materi

39

Kebudayaan Pada Masa Dinasti Abbasiyah diterangkan bahwa “Pada masa
itu, Bagdad dan Andalusia menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan.
Bangsa-bangsa non-Arab yang telah masuk dalam wilayah Islam memakai
bahasa Arab dan dan adat istiadat Arab dalam kehidupan sehari-hari.
Materi Masuknya Islam ke Indonesia diterangkan bahwa Sebelum
perkawinan berlangsung, wanita-wanita pribumi yang beragama Islam
diminta mengucapkan syahadat sebagai tanda menerima Islam sebagai
agamanya. Melalui proses ini, kelompok mereka semakin besar dan lambat
laut berkembang dari komunitas kecil menjadi kerajaan-kerajaan Islam.
Materi Kerajaan Islam di Indonesia. diterangkan bahwa Masyarakat Kerajaan
Aceh Darussalam hidup dengan perpaduan dua dasar aturan masyarakat,
yaitu adat-istiadat tradisional dan ajaran agama Islam. Ajaran Islam berhasil
meresap dalam kehidupan masyarakat Kerajaan Aceh Darussalam dan
mempengaruhi hubungan antarindividu dan kelompok. Kedua dasar
peraturan bermasyarakat Aceh Darussalam ini tidak dapat dipisahkan.
Pada Materi Tokoh-tokoh Islam di Indonesia diterangkan bahwa Dalam
usahanya menarik umat Hindu dan Buddha, Sunan Kalijaga mengusulkan
agar adat istiadat Jawa diberi warna Islam. Kemudian pada materi Tradisi
Islam Nusantara diterangkan bahwa Nusantara terdiri atas beribu-ribu pulau
dengan berbagai tradisi dan budaya. Masuknya agama Islam di Nusantara
sedikit banyak juga memengaruhi perkembangan tradisi dan b udaya
tersebut. Hal itu disebabkan ketika Islam masuk di Nusantara sudah ada
tradisi dan budaya yang dijalankan. Banyak kesenian dan adat yang
berkembang di Nusantara bernapaskan Islam.

7. Upaya dan Kebiasaan manusia selaku anggota masyarakat
Pembahasan materi Sejarah Kebudayaan Islam diterangkan bahwa
Kebudayaan Islam adalah kebudayaan masyarakat yang menganut agama
Islam. Oleh karena itu, sejarah kebudayaan Islam di Jazirah Arab mulai
muncul setelah Nabi Muhammad Saw. diangkat menjadi rasul. Sebelum
Islam lahir, masyarakat Arab sudah mempunyai kebudayaan. Contohnya
adalah kebudayaan nomaden atau h idup secara berpindah- pindah.
Diterangkan juga bahwa dalam perkembangan kebudayaan Islam,
masyarakat terbagi ke dalam kelompok-kelompok.
Pada pembahasan materi dakwah Nabi Muhammad Saw. di Mekah
dijelaskan bahwa Bangsa Arab penyembah berhala banyak yang tinggal di
Mekah. Mereka menyembah batu atau pepohonan. Mereka tidak
mempercayai adanya hari kiamat dan kehidupan akhirat. Sebenarnya,
masyarakat Kota Mekah dahulunya beragama tauhid, yaitu agama yang
dibawa oleh Nabi Ibrahim As. Akan tetapi, karena terputusnya risalah

40

kenabian, mereka menyembah selain Allah Swt. dijelaskan pula bahwa
langkah pertama Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah secara terbuka
adalah mengumpulkan warga Kota Mekah di Bukit Safa.
Selanjutnya pada materi Dakwah Nabi Muhammad Saw. di Madinah
diterangkan bahwa Kota Yasrib merupakan daerah yang subur dan menjadi
pusat pertanian di Jazirah Arab. Oleh sebab itu, masyarakatnya banyak yang
bercocok tanam. Walaupun demikian, ada juga kelompok masyarakat yang
berdagang dan beternak. Sesampainya di Madinah, langkah pertama yang
dilakukan Nabi Muhamma d Saw. adalah membangun Masjid yang
diterangkan bahwa Pesatnya pembangunan di Kota Madinah menyebabkan
adanya migrasi dari tempat lain. Masyarakat yang berada di sekitar wilayah
Madinah berdatangan dengan tujuan berdagang atau tujuan yang lain.
Keadaan yang demikian menyebabkan Madinah menjadi kota terbesar di
Jazirah Arab. Pada materi Khulafaur Rasyidin dijelaskan bahwa beberapa
usaha dan prestasi yang dicapai oleh Khulafaur Rasyidin.
Pada materi Dinasti Abbasiyah diterangkan bahwa k ehidupan
bangsawan Bizantium mulai memengaruhi dan akhirnya menjadi gaya hidup
keluarga Dinasti Umayyah. Mereka terbiasa menjalani kehidupan mewah
dan jauh dari gaya hidup islami seperti yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad Saw. Sebelum masa Hisyam, seperti yang ditunjukkan oleh
Yazid II, para khalifah bahkan menghabiskan waktu dengan berburu dan
minum anggur. Kemudian pada materi Kebudayaan Pada Masa Dinasti
Abbasiyah dijelaskan pula bahwa Masyarakat muslim non-Arab memegang
peranan yang penting dalam pemerintahan.
Materi Kerajaan Islam di Indonesia diterangkan bahwa kehidupan
masyarakat selain bernapaskan Islam juga memperlihatkan kemiripan
dengan perkembangan masyarakat Timur Tengah yang berdagang di
Samudra Pasai menularkan cara hidup khas Timur Tengah. Diterangkan juga
bahwa wilayah strategis dan struktur masyarakat yang kebanyakan bekerja
sebagai pedagang dan nelayan menyebabkan kehidupan sosial masyarakat
sangat dipengaruhi oleh pola hidup maritim. Selain itu, dalam kehidupan
sehari-hari, masyarakat Kerajaan Malaka mempergunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa pengantar dan bahasa pergaulan. Kemudian diterangkan pula
bahwa penduduk Kerajaan Pajajaran yang tidak menganut Islam,
mengasingkan diri ke pedalaman Jawa Barat. Kemudian diterangkan bahwa
“Masyarakat Maluku mulai membudiyakan rempah-rempah dalam bentuk
perkebunan.”
Materi Tokoh-tokoh Islam di Indonesia diterangkan bahwa Sunan
Bonang dalam menyebarkan agama Islam selalu menyesuaikan diri dengan
kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari wayang serta musik

41

gamelan. Materi Tradisi Islam Nusantara diterangkan bahwa pada masa itu,
setiap akan diadakan pentas atau pagelaran wayang, terlebih dahulu Sunan
Kalijaga memberikan wejangan atau nasihat keislaman. Kemudian, mereka
diajak mengucapkan dua kalimah syahadat. Lagu-lagu yang berasal dari zikir
dan salawat itu biasanya disajikan dalam acara-acara perayaan, seperti
Maulid Nabi, Isra’ Mikraj, atau pernikahan. diterangkan juga bahwa Hadrah
biasanya dipentaskan dalam acara syukuran atas kelahiran anak, khitanan,
pernikahan, atau hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Diterangkan juga
bahwa Masyarakat yang akan melihat perayaan sekaten tidak dipungut biaya
sedikit pun. Mereka hanya diminta supaya mengucapkan dua kalimah
syahadat sebelum masuk ke arena sekaten (alun-alun kerajaan). Kemudian
diterangkan bahwa Anak yang baru lahir, jika laki-laki segera diazankan,
sedangkan bayi perempuan diiqomahkan. Dijelaskan juga bahwa Masyarakat
minang mempunyai adat kebiasaan dalam rangka mengantarkan anak laki-
lakinya menuju masa kedewasaan. Misalnya, upacara khitanan.

8. Politik
Pembahasan materi Sejarah Kebudayaan Islam diterangkan bahwa
Kebudayaan Islam mencapai puncak perkembangan pada abad ke-5 Hijriah
atau abad pertengahan Masehi. Setiap mencapai puncak kebudayaan itu juga
mulai memasuki masa kemunduran. Adapun kemunduran kebudayaan
Islam salah satunya disebabkan oleh faktor politik. Terpecahbelahnya
kesatuan kaum muslimin mengakibatkan kelemahan politik. Disaat yang
sama, orang-orang Eropa yang beragama Kristen mulai menguat
kedudukannya hingga akhirnya terjadi Perang Salib. Dijelaskan pula bahwa
unsur yang menjadi bentuk kebudayaan Islam adalah sistem politik, sistem
kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan.
Pada materi Khulafaur Rasyidin diterangkan bahwa Pada masa
kekhalifahan Umar bin Khattab, kepiawaian beliau di bidang politik diawali
ketika berhasil menyatukan kaum Muhajirin dan Ansar pada saat pemilihan
khalifah yang pertama. Diterangkan juga bahwa pada masa kekhalifahan Ali
bin Abi Talib, menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien.
Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang
cakap dalam bekerja.
Materi Dinasti Umayyah diterangkan bahwa Peristiwa penyerahan
kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan terjadi pada
tahun 661 M. Sejak saat itu, secara resmi pemerintahan Islam dipegang oleh
Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan
dari Madinah ke Damaskus (Suriah). Dijelaskan pula bahwa pada masa
Dinasti Umayyah, dibentuk lima lembaga pemerintahan dan dewan

42

sekretaris negara (Diwanul-Kitabah). Dinasti ini menganut politik
ekspansionis, yaitu kebijakan untuk memperluas wilayah kekuasaan.
Materi Dinasti Abbasiyah diterangkan bahwa disamping mengkhianati
isi perjanjian Amul-Jama’ah, penunjukan khalifah juga berlawanan dengan
prinsip senioritas dalam pemilihan pimpinan di kalangan bangsa Arab. Hal
itu tentu saja membuat keadaan dalam istana serta pemerintahan menjadi
tidak stabil serta mengancam kelangsungan Dinasti Umayyah. Keadaan itu
membuat administrasi pemerintahan terlalaikan. Hal itu juga mendorong
para pejabatnya melakukan korupsi dan mementingkan diri sendiri. Pada
materi Kebudayaan Pada Masa Dinasti Abbasiyah diterangkan bahwa
Perkembangan politik dan militer Dinasti Abbasiyah terbagi ke dalam lima
periode. Dalam setiap periode terjadi perubahan pemegang kekuasaan,
sistem pemerintahan, dan kebijakan militer.
Materi Masuknya Islam ke Indonesia diterangkan bahwa di Indonesia
terdapat dua kelompok besar masyarakat penerima Islam, yaitu golongan
elite (para raja, bangsawan, dan penguasa) sebagai penguasa politik dan
golongan wong cilik (golongan lapisan bawah). Kemudian diterangkan bahwa
Masuknya Islam di Indonesia pada umumnya berjalan damai. Akan tetapi,
adakalanya penyebaran harus diwarnai dengan cara-cara penaklukan. Hal itu
terjadi jika situasi politik di kerajaan-kerajaan itu mengalami kekacauan
akibat perebutan kekuasaan. Pada materi Kerajaan Islam di Indonesia.
Diterangkan juga bahwa Seiring berjalannya waktu, pemeluk Islam di
Indonesia makin bertambah. Selanjutnya, mereka mulai mendirikan kerajaan-
kerajaan dan menerapkan pemerintahan yang islami.

F. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Kajian Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah
Kajian Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) mengajarkan sejarah Islam dan
kebudayaannya, mulai dari masa awal munculnya Islam hingga perkembangan
kebudayaan Islam di berbagai belahan dunia. Kajian SKI meliputi pemahaman
tentang sejarah Nabi Muhammad SAW, sejarah masa Khulafa'ur Rasyidin,
sejarah perkembangan kebudayaan Islam, serta kajian tentang tokoh-tokoh yang
memberikan kontribusi besar dalam kebudayaan Islam.
Melalui kajian SKI, diharapkan dapat memahami bahwa Islam memiliki
peran penting dalam membentuk sejarah dan budaya dunia, serta memahami
bahwa kebudayaan Islam merupakan warisan yang berharga bagi umat manusia.
Selain itu dengan kajian SKI dapat mempromosikan sikap toleransi dan
menghargai perbedaan dalam sejarah dan kebudayaannya. Siswa juga dapat
mempelajari tentang hubungan Islam dengan agama-agama lain, seperti Yahudi

43

dan Nasrani, serta bagaimana Islam mengajarkan sikap saling menghormati dan
bekerja sama dalam kebaikan.
Kajian SKI dapat menekankan pada konsep moderasi beragama dalam
mengajarkan nilai-nilai moral Islam. Misalnya, dalam kajian tentang Khulafa'ur
Rasyidin, siswa dapat mempelajari bagaimana para khalifah menerapkan
keadilan, kerja keras, tanggung jawab, toleransi antar agama dan arif bijkasana
dalam pemerintahan mereka. Dalam kajian tentang kebudayaan Islam, siswa
dapat mempelajari keteladanan yang mewakili nilai-nilai moderasi beragama
seperti kedamaian dan harmoni.

G. Latihan
1. Buatlah peta konsep Materi pada Buku SKI sesuai jenjang tempat mengajar
dengan mempergunakan teori E. B. Taylor.
2. Refleksikan Unsur-unsur Kebudayaan Menurut E.B. Tailor !
3. Diskusikanlah dengan kelompok Saudara, Bagimana cara Menemukenali
Unsur Kebudayaan Dalam Buku Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
di Madrasah.

H. Bacaan Tambahan
1. Pulungan, HJ Suyuthi. Sejarah Peradaban Islam. Amzah, 2022.
2. Aizid, Rizem. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Diva Press, 2015.
3. https://www.youtube.com/watch?v=SB5xgVqlYyU

44






















A. Kritik Terhadap Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Salah satu kritik terhadap Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di
Madrasah adalah stigma menghafal. Belajar SKI berarti harus menghafal materi-
materi Sejarah Kebudayaan Islam. Rumusan SKI dalam kurikulum 1973, 1976, 1994,
misalnya memang berorientasi materi. Bahkan dalam Kurikulum 2004 dan 2006
meskipun berorientasi kompetensi, tetapi nilai afeksinya sangat sedikit. Kritik ini
beralasan karena secara prakteknya, SKI sering diajarkan hanya bersifat informatif
saja atau hafalan. Meskipun secara normatif, Sejarah Kebudayaan Islam di
madrasah bertujuan menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik dalam
memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam, menghargai para tokoh
perilaku sejarah dan pencipta peradaban itu yang membawa kemajuan dan
kejayaan Islam, sehingga tertanam nilai-nilai kepahlawanan, kepeloporan dan
kreativitas. Baru kemudian pada kurikulum 2013 aspek afeksi dalam mata pelajaran
SKI ditekankan melalui kompetensi inti yaitu menerima dan menjalankan ajaran
agama yang dianutnya serta memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman dan
KEGIATAN BELAJAR 3:
KAJIAN SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM DI MADRASAH




Menganalisis Nilai-nilai dalam Pembelajaran
Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Capaian Pembelajaran Mata
Kegiatan

Menganalisis Kritik Terhadap Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam
Mendeskripsikan Pengertian Sejarah Kebudayaan
Islam dalam Kurikulum Merdeka Madrasah
Menganalisis Nilai-nilai dalam Pembelajaran Materi
Sejarah Kebudayaan Islam
Subcapaian Pembelajaran Mata
Kegiatan

45

guru. Pada kurikulum Merdeka kembali diperkuat aspek afeksi melalui ruang
lingkup materi SKI yaitu:
1. Kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam, kepribadian Rasulullah saw. Serta
peristiwa kerasulan Rasulullaah saw, ketabahan Rasulullaah saw. dan para sahabat
dalam berdakwah, untuk menumbuhkan sikap toleransi dan perdamaian dalam
kehidupan dan sikap kerja keras menghadapi tantangan era transformasi digital.
2. Kisah teladan Khulafaurrasyidin menjadikannya inspirasi dalam menerapkan jiwa
kepemimpinan yang demokratis serta tanggung jawab di kehidupan masa kini dan
masa depan.
3. Peran Wali Songo (wali sembilan) dalam mengembangkan Islam di Indonesia
sebagai inspirasi dalam menerapkan semangat juang serta sikap arif bijaksana
menghadapi tantangan zaman di masa kini dan masa depan sesuai perkembangan
peradaban.
Sebelum diterapkan kurikulum merdeka, kondisi ini terjadi sebagai akibat
dari diterapkannya pendekatan sentralisasi atau model administratif dalam
pengembangan kurikulum Tahun 1994. Model administratif adalah model
pengembangan kurikulum yang inisiatif, pelaksanannya ditentukan dan dilakukan
oleh pemerintah pusat. Kurikulum yang telah jadi disebarluaskan ke satuan
pendidikan untuk dilaksanakan. Guru pada satuan pendidikan tinggal
menjalankan apa yang sudah tertuang dalam kurikulum. Ini berbeda dengan model
akar rumput atau model desentralisasi yaitu model pengembangan kurikulum yang
inisiatif dan pelaksanaannya dilakukan oleh satuan pendidikan dan guru-guru
sebagai pelaksana kurikulum. Upaya ini pada awalnya dilakukan hanya pada
cakupan terbatas baik area mata pelajaran maupun wilayah
pemberlakuannya.(Nana Syaodih Sukmadinata, 2006). Seiring dengan
perkembangan waktu, muncullah pendekatan dekonsentrasi, yaitu campuran
antara sentralistik dan desentralistik atau dalam istilah lain mengunakan
pendekatan campuran model administratif dan model akar rumput (grass root).
(Dirjen PMPTK, 2008). Satu wujud dekonsentrasi kurikulum berbasis kompetensi
sejak tahun 2004 adalah munculnya Standar isi. Standar Isi menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 JO. 32/2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan adalah “Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata
pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan
jenis pendidikan tertentu.(PP. No. 19/1995 jo. 32/2003).
Secara riil Standar isi mencakup Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik

46

dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pelajaran.(Permendikns 41/2007, Permendikbud, 22/2016) Sedang
bahasa kurikulum 2013 ditandai dengan Kompetensi Inti dan Kompetensi dasar.
(Keputusan Dirjen Diktis No. 2676/2013 tentang SKL dan SI PAI dan bahasa Arab
di madrasah).
Meski begitu, secara eksplisit, dalam rasional kurikulum 2004 dan 2006
dikatakan, “… Kenyataannya, setelah ditelusuri, pendidikan SKI menghadapi
beberapa kendala, antara lain; waktu yang disediakan terbatas sedang materi begitu
padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga
terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntutan terhadap
mata pelajaran lainnya. Kelemahan lain, materi SKI, lebih terfokus pada pengayaan
pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif). Dalam
implementasinya juga lebih didominasi pencapaian kemampuan kognitif; kurang
mengakomodasikan kebutuhan afektif. Kendala lain adalah kurangnya
keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta
didik untuk mempraktekkan nilai-nilai SKI dalam kehidupan sehari-hari. Lalu
lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang
lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta
rendahnya peran serta orang tua peserta didik. (Standar Kompetensi Kurikulum
Madrasah 2004).
Dalam versi yang lain, kritik Terhadap Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
1. Kritik terhadap kurikulum sejarah kebudayaan Islam yang hanya
memfokuskan pada aspek keagamaan dan kebudayaan saja, tanpa memberikan
perhatian pada aspek sosial, politik, dan ekonomi (Najmuddin, Ahmad. 2015:
101-102).
2. Kritik terhadap cara pengajaran sejarah kebudayaan Islam yang cenderung
monoton dan tidak menarik minat siswa untuk mempelajari sejarah. (Kartono,
Kartini. 2019: 75-76)
3. Kritik terhadap ketidakseimbangan dalam pengajaran sejarah kebudayaan
Islam yang cenderung mengunggulkan sisi positif dan mengabaikan sisi negatif
dari peradaban Islam. (Asy-Syaibany, Abdul Karim. 2012: 167-168)
4. Kritik terhadap fokus pengajaran sejarah kebudayaan Islam yang lebih
mengutamakan peristiwa-peristiwa penting dan tokoh-tokoh terkenal, tanpa
memberikan perhatian pada kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa itu.
(Saefuddin, Azhar. 2016 : 57-58)
5. Kritik terhadap kurangnya kejelasan dalam penyajian informasi mengenai
sumber-sumber yang digunakan dalam pengajaran sejarah kebudayaan Islam.
(Amin, Ahmad. 2017: 89-90)
6. Kritik terhadap minimnya perhatian pada sejarah kebudayaan Islam di luar

47

wilayah Timur Tengah, seperti di Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Afrika.
(Hamzah, Andi Muhammad. 2016: 103-104)
7. Kritik terhadap kurangnya keterlibatan masyarakat dalam pengajaran sejarah
kebudayaan Islam, sehingga sulit tercipta pengalaman belajar yang interaktif
dan partisipatif. (Sulaiman, Muhammad. 2014: 94-95)
8. Minimnya penjelasan tentang peran dan kontribusi wanita dalam sejarah dan
budaya Islam. Referensi: Fatima Mernissi, The Forgotten Queens of Islam
(Minneapolis: 1993: 1-7).
9. Keterlaluan dalam menggambarkan keterbelakangan budaya Arab pra-Islam
dan mengabaikan kontribusi yang signifikan dari peradaban pra-Islam dalam
pengembangan kebudayaan Islam. (Richard Bulliet. 2004: 1-4)
10. Kurangnya pemahaman tentang interaksi dan persaingan antara kebudayaan
Islam dan kebudayaan lainnya, seperti kebudayaan Hindu, Cina, dan Eropa.
(Marshall G. S. Hodgson. 1974: 1-5)
Dari permasalahan tersebut, maka muncul pertanyaan Bagaimana Standar
Isi SKI dalam kurikulum merdeka madrasah ? Apa saja Nilai yang terkandung
dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
B. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam dalam Kurikulum Merdeka Madrasah.
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan
perjalanan hidup manusia dalam membangun peradaban dari masa ke masa.
Pembelajaran SKI menekankan pada kemampuan mengambil ibrah/hikmah dari
sejarah masa lalu untuk menyikapi dan menghadapi permasalahan masa sekarang
serta masa depan. Keteladanan yang baik masa lalu menjadi inspirasi generasi
penerus bangsa untuk menyikapi dan menyelesaikan fenomena sosial, budaya,
politik, ekonomi, iptek, seni dan lain-lain dalam rangka membangun peradaban di
zamannya.
Belajar sejarah kebudayaan Islam tidak hanya sekedar m empelajari
pengetahuan, fakta, dan kronologi, tetapi juga mencakup aspek akidah, akhlaq-etik,
politik, dan sosial-keagamaan. Dari aspek akidah atau spiritual, SKI berperan dalam
menjaga dan menguatkan keimanan peserta didik, yang berimplikasi
bertambahnya keimanan mereka kepada Allah dan Rasulnya serta meyakini
keagungan Islam.
Semua materi dalam SKI dapat dikaitkan dengan dimensi religius, seperti
“substansi dan strategi dakwah Rasulullah saw. Periode Mekkah”, peristiwa hijrah
yang dilakukan Rasulullah saw.” Bahkan pada materi tentang “kebudayaan
masyarakat Mekah sebelum Islam.” Sehingga guru dituntut mampu merefleksikan
aspek religius untuk menanamkan akidah pada siswa. Selain itu materi SKI
mengandung dimensi akhlak-etik. Sejarah sangat tepat bagi pembentukan karakter
peserta didik melalui telaah suri tauladan, cinta dan berjuang untuk tanah air,

48

berdedikasi tinggi dalam pengabdian, tanggung jawab sosial yang besar sehingga
dapat membentuk peserta didik berkarakter kuat, memiliki kemandirian, serta
kepedulian terhadap lingkungannya. Sekaligus sebagai generasi bangsa yang akan
memiliki sikap dan perilaku kuat dalam membela Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Oleh karena itu, pembelajaran SKI membutuhkan sosok guru yang mampu
mendesain proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Salah satunya adalah
dengan merespon tantangan era digital, yaitu berperan mengembangkan talenta
digital peserta didik melalui pembelajaran SKI yang lebih menarik, menyenangkan,
dan penuh tantangan untuk mendorong prestasi akademik yang gemilang. Guru
juga harus menerapkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam pembelajaran
untuk mewujudkan perdamaian dan kedamaian umat manusia. Selain itu, guru
harus mampu mengembangkan capaian pembelajaran yang akomodatif bagi
peserta didik berkebutuhan khusus dengan mempertimbangkan prinsip
fleksibilitas sesuai karakteristik dan kondisi peserta didik berdasarkan hasil
asesmen kebutuhan peserta didik. Pelaksanaan akomodasi kurikulum,
pembelajaran, dan penilaian bagi peserta didik berkebutuhan khusus dalam
memenuhi capaian pembelajaran menjadi kewenangan guru dan satuan
pendidikan.
Kurikulum Merdeka Madrasah (KMM) adalah kurikulum pendidikan
keagamaan Islam yang dikembangkan oleh Kementerian Agama Republik
Indonesia. KMM bertujuan untuk memberikan pendidikan yang menggabungkan
ajaran agama dengan keilmuan modern dan kemampuan sosial.
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan dalam KMM. Mata pelajaran ini membahas tentang perkembangan
kebudayaan Islam dari masa awal hingga masa kini.
Pada masa awal, kebudayaan Islam berkembang di wilayah Arab sebagai
akibat dari dakwah Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, kebudayaan Islam
menyebar ke seluruh dunia melalui perjalanan para sahabat dan ulama. Pada masa
pemerintahan Khalifah Abbasiyah, kebudayaan Islam mencapai puncak
kejayaannya dan menjadi pusat kebudayaan dunia.
Selanjutnya, pada masa kemunduran kekuasaan Islam, kebudayaan Islam
tetap berkembang di beberapa wilayah seperti di Andalusia, Mesir, dan Timur
Tengah. Pada masa modern, kebudayaan Islam mengalami transformasi yang
signifikan dengan munculnya gerakan reformasi Islam dan pemikiran-pemikiran
Islam kontemporer.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam KMM memberikan
pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah dan perkembangan kebudayaan

49

Islam. Dengan mempelajari mata pelajaran ini, diharapkan siswa dapat memahami
warisan budaya Islam dan mengembangkan rasa bangga sebagai umat Islam serta
meningkatkan pemahaman tentang Islam sebagai agama universal.
Tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dalam kurikulum Merdeka
adalah untuk memperkenalkan peserta didik pada sejarah dan peradaban Islam,
mulai dari masa Nabi Muhammad SAW hingga pengaruhnya di seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Pembelajaran ini akan membantu peserta didik memahami
perkembangan agama Islam dan budaya yang berkembang seiring dengan agama
tersebut.
Beberapa tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dalam kurikulum
Merdeka antara lain:
1. Memahami sejarah dan perkembangan Islam dari awal hingga sekarang,
termasuk pengaruhnya terhadap kebudayaan dan peradaban dunia.
2. Meningkatkan pemahaman peserta didik tentang nilai-nilai Islam yang
mencakup kesederhanaan, kerja keras, kejujuran, dan keadilan.
3. Mengembangkan kepekaan peserta didik terhadap perbedaan budaya dan
keberagaman yang ada di masyarakat, serta memahami pentingnya toleransi
dalam menjaga harmoni sosial.
4. Meningkatkan kesadaran peserta didik tentang peran dan kontribusi yang
dimainkan oleh ulama, cendekiawan, dan tokoh-tokoh Muslim dalam sejarah
kebudayaan Islam.
5. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan
sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
6. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar
dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
7. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari
peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi,
dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek
dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban
Islam.
Karakteristik Sejarah Kebudayaan Islam
Karakteristik Sejarah Kebudayaan Islam menurut Kurikulum Merdeka adalah
sebagai berikut:
1. Multikulturalisme: Sejarah Kebudayaan Islam melibatkan berbagai budaya dan
peradaban di berbagai wilayah yang dikuasai oleh umat Islam. Perpaduan antara
budaya Arab, Persia, Turki, Afrika, India, dan Eropa memberikan warna yang
kaya dan beragam dalam perkembangan kebudayaan Islam.
2. Keilmuan: Sejarah Kebudayaan Islam ditandai oleh keilmuan yang sangat

50

berkembang. Pada masa keemasannya, umat Islam memimpin dunia dalam
bidang ilmu pengetahuan seperti matematika, astronomi, kedokteran, dan filsafat.
Banyak penemuan dan karya ilmiah yang dibuat pada masa tersebut masih
relevan hingga saat ini.
3. Agama dan Seni: Kesenian Islam terpengaruh oleh ajaran agama Islam yang
menekankan kesederhanaan, tetapi seni Islam terus berkembang dan menjadi unik
dengan ciri khasnya sendiri seperti kaligrafi, arsitektur, seni ukir, seni kain, dan
seni kerajinan tangan.
4. Toleransi dan Kerjasama: Umat Islam pada masa lalu dikenal sebagai bangsa yang
toleran dan mampu bekerja sama dengan berbagai budaya dan peradaban lain.
Hal ini tercermin dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan seni di wilayah-wilayah
yang dikuasai oleh umat Islam.

Elemen Sejarah Kebudayaan Islam
Elemen Deskripsi
Periode Rasulullah Saw Menguraikan sejarah masa kenabian Rasulullah saw.
Serta perjuangan dakwah di Mekah dan di Madinah.
Pembelajaran periode Rasulullah saw. diharapkan
dapat menekankan pada kemampuan mengambil
hikmah dari sejarah kenabian Rasulullah saw.
kemudian menganalisis berbagai peristiwa dan
menyerap berbagai kebijaksanaan yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah saw. serta mampu
meneladaninya dalam kehidupan sehari-hari terkait
fenomena sosial budaya, politik, ekonomi, iptek, seni
dalam rangka membangun peradaban di zamannya.
Periode
Khulafaurrasyidin
Menguraikan sejarah Islam dalam proses pemilihan
para Khulafaurrasyidin setelah wafatnya Rasulullah
saw. yang pada periode ini disebut sebagai masa
kepemimpinan terbaik yang demokratis setelah
kepemimpinan Rasulullah saw. selain itu juga
menguraikan catatan sejarah Islam tentang strategi
dakwah para Khulafaurrasyidin dalam meneruskan
kepemimpinan Rasulullah saw. yang kesemuanya
memiliki strategi berbeda sesuai dengan
perkembangan kondisi sosial masyarakat waktu itu
diharapkan peserta didik dapat mengambil ibrah dari
pembelajaran masa kepemimpinan Khulafaurrasyidin

51

ini, sehingga mampu untuk menjadi calon pemimpin
yang handal pada zamannya.
Periode klasik/zaman
keemasan (pada tahun
650 M)
Menguraikan sejarah Islam setelah masa
Khulafaurrasyidin, yakni masa lahirnya Daulah
Umayyah di Damaskus dan Andalusia serta
perkembangan peradaban dan ikmu pengetahuan
pada masa Daulah Umayyah di Damaskus dan
Andalusia, lahirnya Daulah Abbasiyah, perkembangan
peradaban dan ilmu pengetahuan pada masa Daulah
Abbasiyah. Diharapkan peserta didik dapat
mengambil hikmah dari perkembangan peradaban dan
ilmu pengetahuan pada masa periode klasik/zaman
keemasan, sehingga mampu meneladani semangat
tokoh ilmuan muslim dalam membangun peradaban
Islam pada zamannya.
Periode
pertengahan/zaman
kemunduran (1250 M-
1800 M)
Menguraikan sejarah Islam setelah periode klasik
yakni mengevaluasi proses lahirnya Daulah
Ayyubiyah, Usmani, Mughal dan Syafawi, serta
mengevaluasi perkembangan peradaban dan ilmu
pengetahuan pada masa Daulah Ayyubiyah, Usmani,
Mughal dan Syafawi. Aspek ini akan menjadi
keteladanan dan inspirasi generasi penerus bangsa
dalam menciptakan kehidupan yang harmonis dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Periode
Modern/zaman
kebangkitan (1800 M-
sekarang)
Menguraikan sejarah Islam pada periode modern
diantaranya menganalisis peran umat Islam pada masa
penjajahan, kemerdekaan dan pasca kemerdekaan.
Diharapkan peserta didik dapat mengambil hikmah
menjadi muslim yang berwawasan global dan adaptif
terhadap perkembangan zaman.
Periode Islam di
Nusantara
Menguraikan sejarah masuk dan berkembangnya
Islam di Nusantara, peran Wali Sanga dan pesantren
dalam dakwah Islam, kerajaan-kerajaan Islam, nilai-
nilai kearifan lokal, serta tokoh penyebar Islam di
berbagai wilayah dan pendiri organisasi
kemasyarakatan Islam di Indonesia. Diharapkan
peserta didik dapat mengambil himah menjadi muslim
moderat.

52


C. Nilai-nilai dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
Paparan di atas, secara eksplisit terlihat nyata bahwa dalam mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam di madrasah tidak hanya berkutat pada ranah kognitif
tetapi sangat kental dengan nuansa afektif. Upaya sangat nyata untuk meneguhkan
nuansa afektif dalam Sejarah Kebudayaan Islam terlihat dalam Kurikulum 2013.
Dalam Standar Isi SKI Kurikulum 2013 dapat dilihat KI-1 dan KI-2 yang merupakan
rumusan eksplisit nilai afektif. KI-1 sebagai nilai spiritual sedang KI-2 sebagai nilai
sosial.
Berikut contoh rumusan KI-1 dan KI-2.( SK Dirjen Pendis No. 2767 / 2013 )
1. Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang
dianutnya
1.1. Meyakini misi dakwah Nabi Muhammad Saw.
Sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa
kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat
1.2. Meyakini kebenaran risalah Nabi Muhammad Saw di
Makkah
1.3. Meyakini kebenaran risalah Nabi Muhammad Saw di
Madinah
1.4. Menghayati pola dakwah Nabi Muhammad Saw di
Makkah dan Madinah
2. Menghargai dan
menghayati
perilaku jujur,
disiplin, tanggung
jawab, peduli
(toleransi, gotong
royong)

2.1. Merespon keteladanan perjuangan Nabi dan para
sahabat dalam menghadapi masyarakat Makkah
2.2. Merespon keteladanan perjuangan Nabi dan para
sahabat dalam menghadapi masyarakat Madinah
2.3. Menghargai nilai-nilai dari misi Nabi Muhammad
Saw dalam membangun masyarakat melalui
kegiatan ekonomi dan perdagangan untuk masa
kini dan yang akan datang.
3. santun, percaya diri
dalam berinteraksi
secara efektif
dengan lingkungan
sosial dan alam
dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya
3.1. Menghargai nilai-nilai dari misi Nabi Muhammad
Saw sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa
kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan
masyarakat.

Jika seseorang telah memiliki penguasaan kognitif, dapat diperkirakan
perubahan sikapnya. Sikap yang tampak pada seseorang terefleksi dalam beberapa
tingkah laku seperti memiliki perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi

53

belajar tinggi, menghargai guru, dan teman, kebiasaan belajar dan hubungan
sosial.(Nana Sudjana, 1992)
Upaya membumikan nilai spiritual dan nilai sosial dapat dilakukan dengan
langkah sebagai sebuah proses yang berurutan sebagai berikut (Anas Sudijono,
2003).
1. Melalui pengkondisian dalam belajar, kondisi sekolah yang kondusif, proses
pembelajaran yang aktif, kreatif.
2. Melalui belajar dari model, yaitu melalui pertunjukan tingkah laku yang
dimunculkan oleh orang yang dihormati, dikagumi, dan dipercaya oleh siswa
3. Melalui Receiving (penerimaaan), yaitu kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar dalam bentuk masalah, situasi, gejala berbentuk kegiatan
dalam kelas, membaca buku dan lainnya.
4. Melalui responding (tanggapan), yaitu proses menanggapi adanya partisipasi
aktif dari siswa. Bukan hanya ikut/datang tetapi mereaksi sebuah stimulus.
Sebagai contoh sukarela membaca buku tanpa ditugaskan guru.
5. Melalui Valuing (penilaian/penghargaan), yaitu melalui memberikan penilaian
pada suatu kegiatan/obyek, ketika tidak mengerjakan akan membawa
kerugian. Sehingga peserta didik tidak hanya menerima konsep yang diajarkan
tetapi telah melakukan penilaian terhadap konsep.
6. Melalui Organizing (pengaturan), yaitu melalui pengaturan pertemuan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal yang
membawa kepada perbaikan.
7. Melalui Characterization (pemeranan), yaitu melalui keterpaduan semua nilai
yang mempengaruhi atau mengontrol pola kepribadian dan tingkah lakunya
sehingga memiliki falsafat hidup yang mapan.
8. Melalui Pembinaan sikap mental (mental attitude) yang mantap dan matang.
9. Melalui sikap, yaitu wujud keberanian memilih secara sadar dan
mempertahankannya melalui argumentasi dan tanggungjawab.(Nana Sujana,
1992)
Oleh sebab itu, Jika dilihat lebih jauh, implementasi pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam tidak lepas dari pemahaman atas Sejarah Kebudayaan Islam
sebagai entitas yang di dalamnya terkandung nilai-nilai universal humanistik. Dan
nilai-nilai humanistik itu sangat mungkin beranjak dari nilai-nilai transenden
sebagaimana diketemukan pada wahyu.
Penemuan Nilai dalam SKI dapat dilacak keberadaannya dengan
mempertanyakan dulu tentang Nilai Islam kemudian Nilai Sejarah Kebudayaan
Islam dan baru kepada Nilai Pendidikan Sejarah Kebudayaan Islam. Pencarian nilai
Islam merujuk kepada nilai-nilai yang ada pada Islam sebagai agama. Nilai
dimaksud adalah 3 (tiga) pilar Islam sebagaimana diwartakan Nabi dalam Hadits

54

yang fenomenal dan sering diletakkan pada bagian awal kitab-kitab Hadits,
(Musthafa al-Bugha dan Muhyiddin Mitsu, 1993) yaitu Trilogi Iman, Islam dan
Ihsan yang dalam bahasa lain adalah Aqidah, Syariah dan Akhlaq.
Jika Islam dipahami dalam peradaban hidup manusia, ia menjadi dasar
moral dalam pertumbuhan dan perkembangan peradaban manusia itu. Islam
menjadi pendorong dan penguat kebudayaan dan peradaban manusia. Oleh sebab
itu, wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad dan Nabi -nabi
sebelumnya menjadi kerangka acuan bagi kebudayaan manusia. (Dudung
Abdurrahman, 2002)
Sedang Nilai Sejarah Kebudayaan Islam adalah Nilai-Nilai Universal dalam
Islam yang tersublimasi dalam Kebudayaan Islam historis. Yaitu nilai-nilai yang
muncul sebagai akibat peristiwa, kejadian dan perubahan yang terjadi pada masa
lalu dalam sejarah Islam. Karenanya, nilai-nilai Islam yang tiga itu menjadi landasan
bagi kemunculan nilai Sejarah Kebudayaan Islam.
Berangkat dari peristiwa yang terjadi masa Rasulullah, misalnya, muncullah
sejumlah nilai sebagai peletak dasar kebudayaan Islam. Saat nabi Muhammad
memproklamirkan Piagam Madinah (Munawar Khalil, 1980), didalamnya dapat
diketemukan sejumlah nilai-nilai Kebudayaan Islam. Nilai-nilai itu antara lain al-
Ikha’ (persaudaraan), al-musawah (persamaan), al-tasamuh (Toleransi), al-
tasyawur (Musyawarah), al-ta’awun (tolong menolong) dan al-‘adalah (keadilan)(
Maman A. Malik Sya’roni, dkk, 2005).
Kelahiran Muhammad memunculkan nilai kehancuran jahiliyah, ajaran
Muhammad mem unculkan nilai al-musawah, equity, kesetaraan, ajaran
Muhammad memunculkan nilai kebebasan dari penindasan, hijrahnya muhajirin
ke Madinah dan penerimaan yang baik oleh Anshar memunculkan nilai taawun dan
Ikha’. Nilai taawun terlihat dari realitas bahwa kaum muhajirin yang hijrah ke
Madinah kurang memiliki harta untuk kehidupannya karena mereka tinggalkan di
Makkah. Dan untuk menjaga kebersamaan antara Muhajirin dan Anshar nabi lalu
mempersaudarakan antar mereka yang lazim disebut sebagai sistem
Muakhkhah.(Akram Dhiyauddin Umari, 1999)
Nilai-nilai Sejarah Kebudayaan Islam tersebut dapat diteruskan dalam
pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam sehingga diketemukan nilai-nilai Material,
Formal, Fungsional dan Substansial. (Zakiyah Darajat, 1985)
1. Nilai Material, yaitu nilai yang melekat pada substansi materi pelajaran,
instructional material, al-maddah. pada kurikulum 2013 sudah dirumuskan oleh
pemerintah melalui buku pelajaran yang sudah dipersiapkan oleh pemerintah
yang dikenal materi pokok dan materi pembelajaran. Materi pokok adalah
materi yang asal kemunculannya berasal dari KD pada KI-3 sebagai ranah
kognitif. Ia merupakan materi atau substansi yang harus difahami oleh siswa.

55

Sebagai contoh, jika diketemukan rumusan KD “Memahami Substansi dan
Strategi Dakwah Rasulullah di Mekkah”, maka dapat diperoleh materi pokok,
“Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah di Makkah”. Dari materi “Substansi
dan Startegi Dakwah Rasulullah di Mekah” akan memunculkan sejumlah
materi pembelajaran seperti “strategi, substansi, reaksi komunitas Quraisy atas
strategi dakwah Rasulullah, Perjanjian Hudaibiyah antara Komunitas Muslim
dengan Komunitas Non Muslim”. Dengan demikian maka materi materialnya
adalah materi pembelajaran itu. Materi apa yang akan dipelajari oleh siswa yang
dapat dirujuk pada buku teks, buku siswa dalam bahasa Kurikulum 2013, buku
pelajaran dan sebagainya.
Dari sini dapat diketahui, bahwa nilai material adalah materi
pembelajaran dalam aktualitasnya dalam buku teks, belum terimplementasi
dalam pembelajaran. Sebagai contoh dikutipkan nilai material dalam SKI
sebagai berikut.
Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam
a. Sistem Peribadatan Bangsa Quraisy Sebelum Islam
Pada permulaanya bangsa Arab Quraisy telah mengikuti dan meyakini
ajaran agama Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yaitu agama Hanifiyah,
”hanif”artinya yang benar dan lurus. Karena itu sejak dulu, ajaran tauhid
sudah mengakar di hati masyarakat Arab. Pembauran dan pergaulan dengan
bangsa lain mempengaruhi kepercayaan mereka, tetapi seiring berjalannya
waktu, ajaran tersebut mengalami perubahan, penambahan dan
pengurangan yang dilakukan oleh para pengikutnya yang tidak bertanggung
jawab. Kemudian muncul berbagai ajaran yang meragukan dan akhirnya
jatuh menjadi penyembah berhala yang dibawa oleh Amr bin Luay al-
Khuzai.
b. Keadaan Sosial Masyarakat Quraisy Sebelum Islam
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh
kondisi dan letak geografisnya. Bagian tengah Jazirah Arab terdiri dari tanah
pegunungan yang tandus. Oleh sebab itu, banyak penduduk yang hidupnya
tidak menetap, mereka tinggal di pedalaman, yaitu masyarakat Badui, yang
mata pencahariannya beternak. Mereka berpindah-pindah dari satu lembah
ke lembah yang lain mencari rumput untuk hewan ternaknya. Bidang
pertanian dikerjakan oleh suku-suku yang bertempat tinggal di daerah-
daerah subur, terutama mereka yang mendiami daerah subur di sekitar Oase
seperti Thaif . di tempat ini mereka menanam buah-buahan dan sayur-
sayuran. (Moh. Amin Thohari, dkk, 2013)
Materi ini masih berwujud rumusan-rumusan tertulis yang disiapkan
oleh guru baik dirumuskan sendiri berdasar indikator yang disusunnya atau
secara langsung mengutip teks yang sudah tertulis dalam buku pelajaran

56

seoperti contoh teks diatas. Oleh sebab itu, teks di atas menjadi tidak
berfungsi ketika siswa tidak membacanya. Atau guru tidak
mempergunakannya dalam pembelajaran di kelas.

2. Nilai Formal, yaitu pemahaman siswa atas materi yang dipelajari. Nilai formal
adalah nilai yang muncul sebagai akibat pemahaman siswa atas materi
pembelajaran sebagai nilai material yang dipergunakan dalam pembelajaran.
Dengan meminjam langkah pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013, maka
saat materi pelajaran di baca oleh siswa, dijelaskan oleh guru dan siswa
menyimaknya, maka saat itu pula muncul kondisi faham tidaknya siswa atas
materi yang dibaca, ditelaah, disimak oleh siswa. Jika kemudian siswa
menemukan pemahaman atas materi yang dipelajarinya it u sehingga
mendapatkan kesimpulan, maka saat itu pula ia menemukan nilai formal.
Dalam implementasinya, ketika siswa sudah mempelajari materi
pembelajaran, maka dalam diri siswa muncul pemahaman. Sebagai contoh,
sebuah kesimpulan atas teks tersebut bahwa, pertama,”ternyata awalnya orang
arab beragama hanif, tetapi karena perilaku pemeluknya yang kurang
bertanggungjawab maka mereka jatuh dalam penyembahan berhala”. Kedua,
“Kondisi geografis mempengaruhi cara hidup masyarakatnya”. Patut dicatat
bahwa pada level nilai formal ini, jika dilihat dalam perspektif taksonomi
bloom, maka siswa masih dalam ranah kognitif, meskipun sudah masuk
wilayah level C2 atau level pemahaman.
Nilai formal dapat diketemukan padannnya dalam kurikulum 2013
dengan melihat pada KI- 3 kognitif seperti berikut. (SK. Dirjen Pendis No. 2767,
2013)

57

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
Memahami, menerapkan,
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural
berdasarkan rasa
ingintahunya tentang
ilmu pengetahuan,
tehnologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan
kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya
untuk
memecahkan masalah
3.1. Memahami kondisi Masyarakat Makkah
sebelum Islam
3.2. Memahami substansi dan strategi
dakwah Rasulullah Saw. periode Makkah
3.3. Menganalisis faktor-faktor penyebab hijrah
Rasulullah Saw.
3.4. Memahami kondisi Masyarakat Madinah
sebelum Islam
3.5. Memahami subtansi dan strategi dakwah
Rasulullah Saw. periode Madinah
3.6. Memahami sifat/kepribadian dan peran para
sahabat as-sabiqunal awwalun
3.7. Mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan
Fathu Makkah tahun 9 hijriyah

3. Nilai Fungsional, Nilai fungsional adalah nilai yang menunjukkan kepada
berfungsinya materi pelajaran yang telah difahami (nilai formal) dalam
kehidupan sehari-hari. Jika peserta didik memiliki pemahaman terhadap materi
(nilai formal) bahwa suatu agama menjadi jatuh dalam kehancuran karena
perilaku pemeluknya, maka dalam diri siswa akan tertanam bahwa sebagai
pemeluk agama ia akan berusaha untuk tidak berperilaku yang mampu
menghancurkan agama yang dipeluknya. Jadi, ketika siswa paham nilai formal
tentang “kehancuran agama hanif sebelum kehadiran Islam karena perilaku
pemeluknya”, maka ketika ia memahami bahwa “Barang siapa yang
menegakkan shalat berarti menegakkkan agama, dan sebaliknya yang
meninggalkan shalat berarti merubuhkan agama”, peserta didik akan
senantiasa menjalankan shalat agar agamanya tetap tegak. Saat itulah nilai
fungsional akan diperoleh oleh siswa dan mensublim dalam dirinya.
4. Nilai Substansial/ Esensial, yaitu nilai yang berhubungan dengan kehidupan
post duniawi. Ia bersifat ukhrawi. Artinya bahwa nilai fungsional yang sudah
tertanam dalam diri siswa dan di implementasikan dalam keseharian pada
gilirannya mampu menghantarkan dirinya dalam kehidupan akhirat. Itu

58

artinya bahwa nilai material yang didesain guru, kemudian dipelajari siswa
sehingga menjadi nilai formal pada gilirannya mampu memepengaruhi
perilaku siswa dalam kehidupan sehari-hari karena ia sudah menjadi nilai
fungsional harus dipenuhi nilai-nilai yang berkesesuaian dengan kehidupan
akhir karena itulah nilai esensialnya. Oleh sebab itu, ia akan memiliki landasan
agama yang kuat.

Nilai-nilai dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam kurikulum
Merdeka

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dalam kurikulum Merdeka menekankan
pada penguasaan sejarah dan budaya Islam sebagai warisan peradaban dunia yang
penting. Nilai-nilai rincian yang terkait dengan pembelajaran ini meliputi:
1. Keberagaman dan Toleransi.
Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam menekankan pada nilai keberagaman dan
toleransi dalam masyarakat Islam. Hal ini tercermin dalam praktik toleransi dan
penghormatan terhadap kelompok agama, budaya, dan ras yang berbeda dalam
sejarah Islam.
2. Keadilan dan Kesetaraan
Keadilan dan kesetaraan juga menjadi nilai penting dalam pembelajaran sejarah
kebudayaan Islam. Hal ini tercermin dalam prinsip-prinsip Islam tentang hak asasi
manusia, termasuk hak perempuan dan hak minoritas, serta dalam praktik
pemerintahan Islam yang adil dan transparan.
3. Keterbukaan dan Kreativitas
Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam menunjukkan keterbukaan masyarakat
Islam dalam menerima pengaruh dari budaya lain dan menciptakan karya seni dan
sastra yang kreatif. Hal ini tercermin dalam perkembangan seni dan sastra Islam
yang kaya dan beragam, seperti arsitektur, seni kaligrafi, dan sastra.
4. Keikhlasan dan Kemanusiaan
Keikhlasan dan kemanusiaan juga menjadi nilai penting dalam pembelajaran
sejarah kebudayaan Islam. Hal ini tercermin dalam praktik filantropi dan amal di
masyarakat Islam, serta dalam nilai-nilai moral yang ditekankan dalam agama
Islam, seperti tolong-menolong, kasih sayang, dan keikhlasan.

D. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Nilai-nilai
Pembelajaran Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Moderasi beragama merupakan nilai yang sangat penting dalam kehidupan
umat Islam. Hal ini berlaku juga dalam konteks pembelajaran sejarah kebudayaan
Islam. Sebagai agama yang penuh dengan toleransi dan kebijaksanaan, nilai moderasi

59

beragama perlu diterapkan dalam proses pembelajaran agar para siswa dapat
memahami sejarah kebudayaan Islam dengan lebih baik.
Pembelajaran materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan moderasi beragama
dapat memberikan berbagai nilai-nilai bagi siswa di Madrasah, antara lain:
1. Toleransi: Siswa dapat mempelajari tentang nilai toleransi dalam sejarah dan
kebudayaan Islam. Mereka dapat memahami bagaimana Islam mempromosikan
sikap toleransi terhadap perbedaan dalam agama dan kepercayaan, dan bagaimana
toleransi ini dapat mempromosikan kerukunan antar umat beragama.
2. Menghargai perbedaan: Siswa dapat mempelajari tentang bagaimana Islam
menghargai perbedaan dalam sejarah dan kebudayaannya. Mereka dapat
memahami bahwa perbedaan dalam agama dan kepercayaan tidak harus menjadi
konflik, tetapi dapat menjadi sumber kekayaan budaya dan spiritual.
3. Keadilan: Pembelajaran SKI dapat memperlihatkan bagaimana Islam
mempromosikan nilai-nilai keadilan dalam sejarah dan kebudayaannya. Siswa
dapat mempelajari tentang khalifah-khalifah Islam yang adil dan bijaksana dalam
memimpin umat Islam dan bagaimana nilai-nilai keadilan ini dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Anti kekerasan: Pembelajaran SKI dapat memperlihatkan bagaimana Islam
mempromosikan nilai-nilai kedamaian anti kekerasan dalam sejarah dan
kebudayaannya. Siswa dapat mempelajari tentang bagaimana Islam menjunjung
perdamaian dan menyelesaikan konflik dengan cara yang damai dan bermanfaat
bagi semua pihak.
5. Cinta tanah Air: Siswa dapat mempelajari tentang bagaimana Islam
mempromosikan cinta tanah air. Mereka dapat memahami bahwa cinta tanah air
adalah nilai yang sangat penting dalam Islam dan bagaimana nilai ini dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam versi lainnya beberapa nilai moderasi beragama yang dapat
dikontekstualisasikan dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam antara lain:
1. Toleransi dan saling menghargai perbedaan
Sejarah kebudayaan Islam mencakup banyak ragam budaya, baik dari Arab
maupun budaya-budaya asing yang diakui oleh agama Islam. Oleh karena itu,
penting untuk mempelajari kebudayaan Islam dengan toleransi dan saling
menghargai perbedaan.
2. Moderasi dalam beragama
Umat Islam diajarkan untuk menjalani agamanya dengan moderat dan tidak
ekstrem. Hal ini juga perlu diterapkan dalam pembelajaran sejarah kebudayaan
Islam.
3. Keadilan dan kesetaraan
Keadilan dan kesetaraan menjadi prinsip utama dalam agama Islam. Dalam

60

konteks pembelajaran sejarah kebudayaan Islam, hal ini dapat diaplikasikan
dalam memahami bagaimana keadilan dan kesetaraan dipraktikkan dalam
masyarakat Islam pada masa lampau.
4. Menjaga harmoni dan perdamaian
Islam mengajarkan perdamaian dan kerukunan sebagai prinsip utama dalam
hubungan antar sesama manusia. Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dapat
mengajarkan bagaimana Islam membangun kerukunan dengan agama dan
budaya lain dalam sejarah.
Dengan demikian, nilai-nilai yang dapat dipelajari melalui pembelajaran SKI
dan moderasi beragama dapat membantu siswa di Madrasah untuk memahami dan
menerapkan nilai-nilai Islam yang moderat dan inklusif. Hal ini dapat membantu
mereka menjadi pribadi yang berakhlak baik dan bermanfaat bagi masyarakat.
E. Latihan
1. Buatlah peta konsep Nilai-nilai afeksi dalam mata pelajaran SKI 1
2. Refleksikan Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam salah satu Materi SKI !
3. Diskusikanlah dengan kelompok Saudara, berkaitan dengan kritik terhadap
mata pelajaran SKI pada kurikulum 2013 !
F. Referensi tambahan
1. Sya’roni hakam dan mutakim, Manajemen Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam MTs At-Taufiq Bogem Diwek Jombang, Artikel Jurnal
Al Idaroh: Vol.3 No.2 September 2019
2. Rahman Adam dan Mujahid Damopolii, Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan
Multikultural dalam Materi Ajar Sejarah Kebudayaan Islam, Artikel Jurnal Al-
Muzakki: Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol.2, No.1, Februari 2020
3. https://www.youtube.com/watch?v=DV9mhDj7s4w

61
























A. Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada PMA No. 165 Tahun 2014.
Peraturan Menteri Agama (PMA) No. 165 Tahun 2014 tentang Pembinaan
Pendidikan Keagamaan Islam pada Perguruan Tinggi dan Madrasah Pendidikan
Tinggi Agama Islam menyebutkan bahwa mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam
harus diajarkan di perguruan tinggi dan madrasah pendidikan tinggi agama Islam.
Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang sejarah dan kebudayaan Islam dari masa awal hingga
perkembangannya pada masa kini. Beberapa materi yang dapat dibahas dalam
mata kuliah ini meliputi:
1. Pengenalan sejarah Islam mulai dari Nabi Muhammad SAW hingga masa kini.
2. Kajian mengenai peradaban Islam di berbagai negara seperti Arab Saudi, Mesir,
Turki, Iran, dan Indonesia.
3. Pembahasan tentang karya-karya sastra Islam yang memiliki nilai kebudayaan
dan keagamaan yang tinggi, seperti Al-Quran, Hadis, dan karya-karya ulama
KEGIATAN BELAJAR 4:
PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN
SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI
MADRASAH


Menunjukkan kemampuan dalam pengembangan materi pembelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam.
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan








Mendiskripsikan Materi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
pada PMA No. 165 Tahun 2014.
Mendikripsikan Pengembangan Materi Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam

Subcapaian Pembelajaran Mata
Kegiatan

62

besar seperti Ibnu Sina, Al-Farabi, dan Ibn Khaldun.
4. Penjelasan tentang perkembangan seni, arsitektur, musik, dan tata cara hidup
di dunia Islam.
5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia Islam, seperti
matematika, astronomi, kedokteran, dan kimia.
Selain itu, dalam mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam juga ditekankan
pentingnya toleransi dalam beragama serta kemajuan dan keunggulan yang dicapai
oleh peradaban Islam di masa lalu. Hal ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
memahami bahwa Islam bukan hanya agama, tetapi juga peradaban yang memiliki
kontribusi besar bagi dunia.
Kurikulum 2013 Madrasah merupakan implemetasi dari Peraturan Menteri
Agama RI Nomer 165 Tahun 2014 tentang Pedoman Kurikulum 2013 Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Dalam Peraturan Menteri Agama
Nomer 165 Tahun 2014 dikatakan bahwa Struktur kelompok mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab dalam kurikulum Madrasah meliputi: 1)
Al-Qur’an Hadis, 2) Akidah Akhlak, 3) Fikih, 4) Sejarah Kebudayaan Islam (SKI),
dan 5) Bahasa Arab. Masing-masing mata pelajaran tersebut pada dasarnya saling
terkait dan melengkapi. (PMA 165 Tahun 2014).
Secara umum, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan
perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke ma sa dalam
beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem
kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah. Adapun
tujuan dan ruang lingkup mata pelajaran Sejarah dan kebudayaa n Islam
berdasarkan jenjang MI, MTs, dan MA adalah sebagai berikut:

1. Tujuan dan ruang lingkup mata pelajaran Sejarah dan kebudayaan Islam MI
Tujuan Ruang Lingkup Materi
a) Membangun kesadaran peserta
didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma
Islam yang telah dibangun oleh
Rasulullah saw. dalam rangka
mengembangkan kebudayaan
dan peradaban Islam.
b) Membangun kesadaran peserta
didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan
a) Sejarah masyarakat Arab pra-Islam,
sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi
Muhammad saw.
b) Dakwah Nabi Muhammad saw.. dan
para sahabatnya, yang meliputi
kegigihan dan ketabahannya dalam
berdakwah, kepribadian Nabi
Muhammad Saw., hijrah Nabi
Muhammad saw.. ke Thaif, peristiwa
Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw.
c) Peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw.
ke Yatsrib, keperwiraan Nabi

63

sebuah proses dari masa lampau,
masa kini, dan masa depan.
c) Melatih daya kritis peserta didik
untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan
pada pendekatan ilmiah.
d) Menumbuhkan apresiasi dan
penghargaan peserta didik
terhadap peninggalan sejarah
Islam sebagai bukti peradaban
umat Islam di masa lampau.
e) Mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah (Islam), meneladani
tokoh-tokoh berprestasi, dan
mengaitkannya dengan
fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni, dan
lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban
Islam.
Muhammad saw. peristiwa Fathu
Makkah, dan peristiwa akhir hayat
Rasulullah Saw.
d) Peristiwa-peristiwa pada masa
Khulafaurrasyidin.
e) Sejarah perjuangan Walisongo.

2. Tujuan dan ruang lingkup mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam MTs
Tujuan Ruang Lingkup Materi
a) Membangun kesadaran peserta
didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma
Islam yang telah dibangun oleh
Rasulullah saw. dalam rangka
mengembangkan kebudayaan
dan peradaban Islam.
b) Membangun kesadaran peserta
didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan
sebuah proses dari masa lampau,
masa kini, dan masa depan.
c) Melatih daya kritis peserta didik
untuk memahami fakta sejarah
a) Memahami sejarah Nabi Muhammad
saw. periode Makkah.
b) Memahami sejarah Nabi Muhammad
saw. periode Madinah.
c) Memahami peradaban Islam pada
masa Khulafaurrasyidin.
d) Perkembangan masyarakat Islam pada
masa Dinasti Bani Umaiyah.
e) Perkembangan masyarakat Islam pada
masa Dinasti Bani Abbasiyah.
f) Perkembangan masyarakat Islam pada
masa Dinasti Al Ayyubiyah.
g) Memahami perkembangan Islam di
Indonesia.

64

secara benar dengan didasarkan
pada pendekatan ilmiah.
d) Menumbuhkan apresiasi dan
penghargaan peserta didik
terhadap peninggalan sejarah
Islam sebagai bukti peradaban
umat Islam di masa lampau.
e) Mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah (Islam), meneladani
tokoh-tokoh berprestasi, dan
mengaitkannya dengan
fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni, dan
lain-lain untuk mengembangkan
kebudayaan dan peradaban
Islam.

3. Tujuan dan ruang lingkup mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam MA
Tujuan Ruang Lingkup Materi
a) Membangun kesadaran peserta
didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran,
nilai-nilai dan norma-norma
Islam yang telah dibangun oleh
Rasulullah saw. Dalam rangka
mengembangkan kebudayaan
dan peradaban Islam.
b) Membangun kesadaran peserta
didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan
sebuah proses dari masa lampau,
masa kini, dan masa depan.
c) Melatih daya kritis peserta didik
untuk memahami fakta sejarah
secara benar dengan didasarkan
pada pendekatan ilmiah.
d) Menumbuhkan apresiasi dan
penghargaan peserta didik
a) Dakwah Nabi Muhammad saw. pada
periode Makkah dan periode Madinah.
b) Kepemimpinan umat setelah
Rasulullah saw. wafat.
c) Perkembangan Islam periode
klasik/zaman keemasan (pada tahun
650 M–1250 M).
d) Perkembangan Islam pada abad
pertengahan/zaman kemunduran
(1250 M–1800 M).
e) Perkembangan Islam pada masa
modern/zaman kebangkitan (1800-
sekarang).
f) Perkembangan Islam di Indonesia dan
di dunia.

65

terhadap peninggalan sejarah
Islam sebagai bukti peradaban
umat Islam di masa lampau.
e) Mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam mengambil
ibrah dari peristiwa-peristiwa
bersejarah (Islam), meneladani
tokoh-tokoh berprestasi, dan
mengaitkannya dengan
fenomena sosial, budaya, politik,
ekonomi, iptek dan seni dan lain-
lain untuk mengembangkan
Kebudayaan dan peradaban
Islam.


B. Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan Islam
Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan Islam dalam kurikulum Merdeka
dapat dilakukan dengan berbagai metode dan teknik pembelajaran yang menarik dan
efektif. Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam pengembangan materi ini
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Tujuan Pembelajaran
Langkah pertama dalam pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam adalah
menentukan tujuan pembelajaran yang jelas dan spesifik. Tujuan pembelajaran
harus mencakup keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang ingin dicapai oleh
siswa setelah mengikuti pembelajaran.
2. Menyusun Struktur Materi
Setelah menentukan tujuan pembelajaran, langkah berikutnya adalah menyusun
struktur materi. Struktur materi ini meliputi pengenalan, materi inti, dan
penutup. Pengenalan dan penutup harus menarik dan dapat memotivasi siswa,
sedangkan materi inti harus disajikan secara sistematis dan jelas.
3. Memilih Sumber Bacaan
Pemilihan sumber bacaan yang berkualitas dan relevan sangat penting dalam
pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam. Sumber bacaan dapat berupa
buku-buku teks, jurnal akademis, artikel, video, dan audio yang berkualitas.
4. Menggunakan Metode dan Teknik Pembelajaran yang Efektif
Penggunaan metode dan teknik pembelajaran yang efektif dapat membantu siswa
memahami materi secara lebih baik. Beberapa metode dan teknik pembelajaran
yang dapat digunakan adalah diskusi, presentasi, simulasi, dan game.
5. Menilai Pembelajaran
Langkah terakhir dalam pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam adalah

66

menilai pembelajaran. Penilaian pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti tes tulis, tugas proyek, presentasi, dan diskusi.
1. Pengertian Materi Pembelajaran
Secara bahasa ada banyak kata yang dipergunakan untuk menunjuk
materi pelajaran, yaitu materi pokok, materi ajar, materi pembelajaran, maddah,
instrucsional material, bahan pelajaran, isi pelajaran. Secara terminologis, muncul
sejumlah pengertian. Materi Pembelajaran adalah segala sesuatu yang hendak
dipelajari dan dikuasai siswa baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun
sikap melalui kegiatan pembelajaran agar dapat menjadi kompeten. (Nasar, 2006:
19) Materi pembelajaran juga berarti bahan ajar minimal yang harus dipelajari
siswa untuk menguasai Kompetensi Dasar (Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar
dan menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2006).
Jika dipergunakan kata bahan ajar, ia menunjuk kepada bahan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Bahan
ajar tersusun atas topik dan sub topik tertentu. Tiap topik atau sub topik
mengandung ide pokok yang relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan.(Nana
Syaodih, 2006) Materi dan pengembangannya harus sesuai dengan rumusan
tujuan, baik Kompetensi Dasar maupun Indikator yang telah dirumuskan.
Penyusunan materi dan unsur materi harus mempertimbangkan dua hal, yaitu
keluasan bahan dan kedalaman bahan.(Nana Sujana, 2003)
Sedang dalam perspektif kompetensi terdiri atas kognisi, afeksi dan
psikomotor. Langkah pengembangan materi ditujukan untuk menentukan
keluasan dan kedalaman materi, sehingga dapat dijadikan acuan bagi guru
dalam merancang pembelajaran, memberi input maupun dalam
mengembangkan alat evaluasi. Materi yang tidak jelas batasannya akan
membuat guru kebingungan menentukan apa saja yang harus diberikan kepada
siswa. Akhirnya pembelajaran menjadi tidak efektif dan efisien karena materi
yang diberikan terlalu sedikit atau terlalu banyak, bahkan mungkin tidak
esensial.(Nasar, 2006).
Secara kategoris, materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi empat,
yaitu fakta, konsep, prinsip/dalil dan prosedur,(Permendikbud 22/2016). Fakta
dapat berupa nama obyek, tempat, nama orang, peristiwa sejarah, komponen
suatu benda. Konsep dapat berupa pengertian, definisi, hakikat, inti. Prinsip
berupa dalil, rumus, paradigma. Prosedur dapat berupa langkah kerja secara
urut. (Nana Sudjana, 2003) materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi (Permendikbud 22 Th 2016). Dalam
perumusannya, materi yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan harus ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator

67

pencapaian kompetensi.(Permendikns 41 Th 2007)
Secara lebih luas, akan tampak dalam kategorisasi sebagai berikut: (M.
Hanafi, 2009)
a) Fakta
Fakta sejarah adalah sesuatu unsur yang dijabarkan secara langsung atau
tidak langsung dari dokumen-dokumen sejarah dan dianggap kredibel
setelah pengujian yang seksama sesuai hukum-hukum metode sejarah. Louis
Gottschalk 1986),
Fakta dapat berupa nama obyek, tempat, nama orang, lambang, peristiwa
peristiwa, kejadian, perubahan masa lampau. Oleh sebab itu, fakta dapat
dikatakan sebagai segala sesuatu yang berwujud kenyataan dan kebenaran.
Fakta, menurut pandangan Contextual Teaching & Learning, adalah hubungan
antara dua obyek; fakta tidak pernah berdiri atau berada dengan sendirinya,
ia mempunyai hubungan dengan fakta atau konsep lain. Fakta- fakta sejarah
meliputi nama-nama orang, peristiwa, tempat atau benda-benda bersejarah
lainnya. Contoh dalam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah
peristiwa peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, Hijrah Nabi Muhammad
baik ke Habsyi sebanyak dua kali, Misi ke Thaif, maupun Hijrah Nabi ke
Madinah Al Munawwarah pada tahun 623 Masehi sebagai m omentum
perubahan dan keberhasilan dakwah Nabi, kota Mekah, Madinah, perang
Uhud, dan sebagainya.
b) Konsep
Sejarah memang identik dengan kumpulan data dan fakta. Meski begitu,
dalam mata pelajaran sejarah materi pelajaran juga mengandung konsep.
Konsep-konsep dimaksud harus dikuasai oleh peserta didik karena menjadi
indikator akan pemahaman peserta didik atas materi pelajaran. Bahkan ia
menduduki posisi penting untuk dapat menjelaskan unsur lain, baik fakta,
dalil maupun prosedur.
Konsep adalah segala sesuatu berupa pengertian-pengertian baru sebagai
akibat dari proses pemikiran. Konsep dapat berupa pengertian, definisi,
hakikat, inti. Sebagai contoh, jika fakta menunjukaan peristiwa hijrah,
bagaimana prosesnya, siapa yang membantu Nabi dan sebagainya, maka
konsep hijrah berarti pengertian hijrah. Apa yang dimaksud hijrah baik
secara bahasa maupun istilah.
Oleh sebab itu dapat dikatakan, hijrah adalah peristiwa perpindahan Nabi
dari Makkah ke Madinah. Sahabat Nabi adalah teman Nabi, yaitu orang yang
menyertai Nabi Muhammad dalam suka dan duka yang ikut melakukan
dakwah menyebarkan agama Islam, Anshar adalah sahabat Nabi yang

68

berasal dari Madinah yang memberikan pertolongan kepada Nabi saat
melakukan hijrah dari Makkah; Khulafaurrasyidin adalah para pemimpin
umat Muslim setelah Nabi Muhammad wafat yang mengikuti petunjuk-
petunjuk Allah dan Nabi-Nya.
c) Prinsip
Komponen ini merupakan hal utama dari mata pelajaran yang berisi hal-
hal utama, pokok dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus,
adagium, postulat, paradigma, teori serta hubungan antar-konsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat. Dalam materi Sejarah Kebudayaan
Islam, terdapat banyak prinsip yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Contoh, hijrah adalah perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk pindah
dari Makkah ke Madinah. Latar belakang turunnya perintah ini adalah
gangguan, siksaan dan perlakuan buruk kepada orang-orang Muslim di
Makkah; untuk melanjutkan dakwah penyebaran agama Islam, Nabi
diperintahkan pindah ke Madinah.
d) Prosedur
Bagian struktur ini berupa langkah-langkah sistematis atau berurutan
dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem atau
peristiwa. Prosedur juga menyangkut materi yang berisi urutan atau jenjang,
yang satu dilakukan setelah yang lainnya. Untuk kasus mata pelajaran
Sejarah Kebudayan Islam, prosedur bisa berupa kronologi atau rentetan satu
peristiwa. Contoh, dakwah Nabi Muhammad ketika masih di M akkah,
pertama, secara rahasia mengajarkan ayat-ayat al-Qur’an di rumah Arqam
dan kedua, terang-terangan dengan membacakan ayat-ayat al-Qur’an di
tempat umum seperti seputar Ka’bah. Contoh lain, langkah-langkah
kebijakan Umar ketika menjadi khalifah.
e) Sikap atau Nilai
Ini merupakan struktur materi afektif yang berisi aspek sikap dan nilai,
misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan
minat belajar dan bekerja, dan sebagainya. Materi ajar yang baik tidak hanya
memuat aspek kognitf dan psikomotor saja, sebagaimana tercermin dari
empat struktur di atas, melainkan juga harus sarat dengan muatan afektif.
Apalagi untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, guru dituntut
untuk menampilkan struktur afektif dari materi ini yang berupa nilai dan
sikap. Contoh, nilai-nilai kejujuran, kerjasama dan saling membantu bisa
ditunjukkan melalui peristiwa terusirnya orang-orang Yahudi dari tanah
Madinah. Mereka terusir bukan karena perbedaan agamanya dengan orang-
orang Muslim melainkan disebabkan oleh hilangnya nilai kerjasama, saling
membantu dan kejujuran di tengah-tengah masyarakat Madinah.

69

Dalam Kurikulum 2013 Materi Nilai / Sikap tidak dibelajarkan, tetapi
dicapai. (Permendikbud, 22 2016). Langkah pengembangan materi ditujukan
untuk menentukan keluasan dan kedalaman materi, sehin gga dapat
dijadikan acuan bagi guru dalam merancang pembelajaran, memberi input
kepada peserta didik mengenai pokok-pokok utama keilmuan maupun
mengembangkan alat evaluasi. Materi yang tidak jelas batasannya akan
membuat guru kebingungan menentukan apa saja yang harus diberikan
kepada peserta didik. Akhirnya pembelajaran, menjadi tidak efektif karena
materi yang diberikan terlalu sedikit atau terlalu banyak, bahkan mungkin
tidak esensial.

2. Konsep Pengembangan Materi Pembelajaran.
Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan
kurikulum. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus dipersiapkan dengan baik
agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran tersebut harus
sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai oleh
peserta didik. Artinya, materi yang ditentukan untuk kegiatan pembelajaran
hendaknya materi yang benar-benar menunjang tercapainya Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar, serta tercapainya Indikator.
Materi pembelajaran harus dipilih dan dirancang seoptimal mungkin untuk
membantu peserta didik dalam mencapai standar-standar yang ditentukan. Hal-
hal yang pertu diperhatikan berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran
adalah jenis, cakupan, urutan dan perlakuan (treatment) terhadap materi
pembelajaran.
Sebagai upaya mengembangkan materi yang hendak dipelajari bersama antara
pendidik dan peserta didik, berikut ditawarkan model pengembangan materi.
Pengembangan materi perlu dilakukan sampai rinci agar batasan keluasan dan
kedalaman materi menjadi jelas. Deskripsi materi yang rinci selanjutnya dituliskan
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan proses
dan isi pembelajaran yang operasional. Semakin rinci deskripsi materi semakin
mudah guru menjalankan proses pembelajaran, karena memiliki rambu-rambu
pembatas keluasan dan kedalaman isi pembelajaran.
Ada beberapa prinsip yang harus pegang oleh guru yang melakukan
pengembangan materi pembelajaran. Prinsip-prinsip antara lain kesesuaian
(relevansi), keajegan (konsistensi) dan kecukupan (adequacy). (M. Hanafi, 2009)
a) Relevansi
Adanya relevansi atau kesesuaian antara materi yang dikembangkan
dengan Standar Isi yang menyangkut Standar Kompetensi dan Kompetensi

70

Dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta didik berupa
pengenalan fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta,
bukan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain. Apa yang harus
dikembangkan dari KI-SD ini adalah fakta-fakta sejarah dan konsep- konsep
terkait. Materi ini tidak sampai mencakup prinsip, prosedur dan nilai. Ketiga
struktur materi terakhir ini akan dikembangkan melalui KI-SD berikutnya.
b) Konsistensi
Prinsip ini berarti keajegan. Artinya, adanya keajegan antara bahan ajar
dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Jika kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa ada empat macam, maka materi atau bahan ajar yang
harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Maka materi yang
dikembangkan hanya menyangkut penjelasan yang bisa berupa pemaparan atau
deskripsi bentuk dan jenis adat-istiadat dan kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat Arab pra-Islam.
c) Kecukupan
Prinsip ini berarti kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup
memadai dalam membantu peserta didik menguasai Kompetensi Dasar yang
diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak. Jika
terlalu sedikit maka kurang membantu tercapainya Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan
keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan KI
dan KD). Maka materi yang dikemb angkan adalah perumusan atau
pengambilan pelajaran untuk aspek afektif dari fakta-fakta sejarah yang
diberikan sebelumnya,
Pada Kurikulum 2006 Standar Kompetensi (SK) itu milik/ terhubung
dengan mata pelajaran. Akan tetapi pada Kurikulum 2013 Kompetensi Isi (KI)
itu milik / terhubung dengan kelas. Artinya Kompetensi Inti (KI) pada kelas
tertentu berlaku untuk seluruh mata pelajaran pada kelas yang sama. Oleh sebab
itu, dalam kurikulum 2013, langkah pngembangan materi pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi hubungan antara KD dari KI 1,2,3 dan 4.
2) Melakukan Pemetaan berdasar hasil identifikasi Hubungan antar KD
3) Merumuskan Materi Pokok yang akan diajarkan berdasar Hasil Pemetaan
terutama berkaitan dengan KD 3 (Pengetahuan) dan KD 4 (Ketrampilan)
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi berdasar Kompetensi
Dasar KI 1,2,3, dan 4.
5) Merumuskan Materi Pembelajaran ( Cakupan/ Uraian Materi Pokok).
6) Merumuskan Nilai / Sikap yang akan dicapai berdasar KD 1 (Ketuhanan)

71

dan KD 2 (Sikap Sosial) Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan
oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau
bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya Kompetensi Dasar.
Berikut ini adalah langkah-langkah pemilihan materi atau bahan ajar
Kurikulum 2013 yang bisa ditempuh.
Pertama, Mengidentifikasi Hubungan antar Kompetensi Dasar
Pada Kurikulum 2013, Kompetensi Dasar sebuah mata pelajaran terdiri atas 4
(empat) kompetensi, Yaitu Kompetensi sikap Ketuhanan, Kompetensi Sikap
sosial, Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Ketrampilan. Sebagaimana
terpapar pada pada Tabel I di atas.

Kedua, Melakukan Pemetaan berdasar hasil identifikasi Hubungan antar KD
Dari Tabel I tersebut yang berisi Kompetensi Dasar dari Kompetensi Inti yang
dirumuskan oleh Pegembang Kurikulum Kemen ag Pusat kemudian
dilakukan identifikasi hubungan antar Kompetensi Dasar dari KI yang
berbeda. Hasil identifikasi hubungan antar Kompetensi Dasar dari KI yang
berbeda akan diketemukan Peta sebagai hasil Pemetaan yang didalamnya
sudah berisi KD Sikap, Pengetahuan dan Ketrampilan sebagaimana terlihat
pada Tabel berikut.
TABEL II PEMETAAN HUBUNGAN ANTAR KOMP ETENDI DASAR
No. KOMPETENSI
INTI
KOMPETENSI DASAR
1. 1,2,3,4 1.1. Meyakini bahwa setiap muslim memiliki kewajiban
berdakwah terhadap masyarakat
2.1. Memiliki semangat melakukan perubahan ke arah yang
baik sebagai impelementasi dari hikmah memahami
kondisi masyarakat Makkah sebelum Islam.
3.1. Memahami kondisi Masyarakat Makkah sebelum Islam
4.1. Menceritakan kondisi masyarakat Makkah sebelum
Islam
2. 1,2,3,4 1.2. Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban setiap
muslim
2.2. Memiliki semangat berdakwah sebagai implementasi
dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah saw. di
Makkah.
3.2. Memahami substansi dan strategi dakwah Rasulullah
saw. periode Makkah
4.2. Menyajikan dalam peta konsep mengenai faktor-

72

faktor keberhasilan dakwah Rasulullah saw. periode
Makkah
3. 1,2,3,4 1.3. Menghayati nilai-nilai hijrah yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. dan para sahabat
2.3. Memiliki semangat hijrah ke arah yang lebih baik
sebagai implementasi dari hikmah memahami peristiwa
hijrah
3.3. Menganalisis faktor-faktor penyebab hijrah Rasulullah
saw.
4.3. Memetakan faktor-faktor penyebab hijrahnya Rasulullah
saw.
4. 1,2,3,4 1.4. Menghayati nilai-nilai positif yang dimiliki oleh
masyarakat Madinah
2.4. Membiasakan hidup tolong menolong sebagai
impelementasi dari memahami kondisi masyarakat
Madinah sebelum Islam
3.4. Memahami kondisi Masyarakat Madinah sebelum Islam
4.4. Menceritakan kondisi masyarakat Madinah sebelum
Islam
5. 1,2,3,4 1.5. Menghayati nilai-nilai perjuangan dakwah Rasulullah
saw. pada periode Madinah
2.5. Membiasakan hidup rukun dan tolong menolong
sebagai implemantasi dari memahami hubungan kaum
Anshar dan Muhajirin di Madinah
3.5. Memahami subtansi dan strategi dakwah Rasulullah
saw. periode Madinah
4.5. Mempresentasikan hubungan antara kaum Anshor dan
Muhajirin
6. 1,2,3,4 1.6 Menghayati sikap istiqamah perjuangan as-
sabiqunal awwalun dalam berdakwah bersama
Rasulullah saw.
2.6 Meneladani sifat mulia dari para sahabat sahabat as-
sabiqunal awwalun
3.6 Memahami sifat/kepribadian dan peran para sahabat
as- sabiqunal awwalun
4.6 Menceritakan sikap-sikap utama dari assabiqunal

73

awwalun
7. 1,2,3,4 1.7. Menghayati nilai-nilai jihad yang lakukukan oleh
Rasullah saw dan para sahabat dalam Fathu Makkah
2.7. Memiliki sikap tangguh dan semangat menegakkan
kebenaran sebagai implementasi dari pemahaman
peristiwa Fathu Makkah
3.7. Mengidentifikasi faktor-faktor keberhasilan Fathu
Makkah tahun 9 Hijriyah
4.7. Membuat peta konsep mengenai kunci keberhasilan
Fathu Makkah


Ketiga, Merumuskan Materi Pokok berdasar Hasil Pemetaan
Hasil Pemetaan sebagaimana pada Tabel II akan menjadi penghantar bagi guru
untuk merumuskan materi Pokok. Materi pokok adalah judul -judul materi yang
dapat diperoleh dari Kompetensi Dasar Pengetahuan dan atau Ketrampilan.
Penentuan materi pokok dari Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Kompetensi
Dasar Ketrampilan karena kedua kompetensi itu adalah Kompetensi yang
diajarkan secara langsung (Direct Learning). Sehingga dari kedua kompetensi itu
dapat diperoleh materi Pokok.

Dengan membaca Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Kompetensi Dasar
Keterampilan dari masing-masing Peta, akan diperoleh Materi Pokok sebagai berikut.
TABEL III MATERI POKOK

No. KD Materi Pokok
1. 1.1,2.1.3.1, 4.1 Kondisi Masyarakat Makkah sebelum Islam
2. 12, 2.2,3.2,4.2 Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw. periode
Makkah
3. 1.32.33.3.4.3 Faktor-faktor Penyebab Hijrah Rasulullah saw.
4. 1.4 2.43.4.4.4 Kondisi Masyarakat Madinah sebelum Islam
5. 1.5253545 Subtansi dan Strategi Dakwah Rasulullah saw. Periode
Madinah
6. 1.6263646 Sifat/Kepribadian dan Peran para Sahabat as-sabiqunal
awwalun

74

7. 17273747 Faktor-faktor Keberhasilan Fathu Makkah tahun 9 Hijriyah

Keempat, Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi berdasar Kompetensi
Dasar KI 1,2,3, dan 4.
Indikator Pencapai Kompetensi atau Indikator kompetensi adalah perilaku yang
dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi
dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian
kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Indikator Pencapaian Kompetensi dirumuskan berdasarkan Kompetensi Dasar.
Hasil Perumusan Indikator pencapaian Kompetensi tampak pada tabel berikut:

TABEL IV RUMUSAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

No. KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN
KOMPETENSI
1. 1.1. Meyakini bahwa setiap
muslim memiliki kewajiban
berdakwah terhadap
masyarakat
2.1. Memiliki semangat melakukan
perubahan ke arah yang baik
sebagai impelementasi dari
hikmah memahami kondisi
masyarakat Makkah sebelum
Islam.
3.1. Memahami kondisi
Masyarakat Makkah sebelum
Islam
4.1. Menceritakan kondisi
masyarakat Makkah sebelum
Islam
1.1.1. Meyakini bahwa setiap muslim
memiliki kewajiban berdakwah
terhadap masyarakat
2.1.1. Memiliki semangat melakukan
perubahan ke arah yang baik
sebagai impelementasi dari
hikmah memahami kondisi
masyarakat Makkah sebelum
Islam.
3.1.1. Menganalisis Kondisi Agama
Masyarakat Makkah sebelum
Islam
4.1.1. Menganalisis Kondisi Sosial
Masyarakat Makkah sebelum
Islam
5.1.1. Menganalisis Kondisi Politik
Masyarakat Makkah sebelum
Islam
6.1.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Makkah sebelum
Islam
7.1.1. Menceritakan Kondisi Sosil
Masyarakat Makkah sebelum
Islam

75

8.1.1. Menceritakan Kondisi Ekonomi
Masyarakat Makkah sebelum
Islam
9.1.1. Menceritakan Kondisi
Politik Masyarakat Makkah
sebelum Islam
2. 1.2. Meyakini bahwa berdakwah
adalah kewajiban setiap
muslim
2.2. Memiliki semangat
berdakwah sebagai
implementasi dari
pemahaman strategi dakwah
Rasulullah saw. di Makkah.
3.2. Memahami substansi dan
strategi dakwah Rasulullah
saw. periode Makkah
4.2. Menyajikan dalam peta
konsep mengenai faktor-faktor
keberhasilan dakwah
Rasulullah saw. periode
Makkah
1.2.1. Meyakini bahwa berdakwah
adalah kewajiban setiap muslim
2.2.1. Memiliki semangat berdakwah
sebagai implementasi dari
pemahaman strategi dakwah
Rasulullah saw di Makkah.
3.2.1. Menganalsis substansi dakwah
Rasulullah saw periode Makkah
4.2.1. Menganalisis strategi dakwah
Rasulullah saw. periode
Makkah
5.2.1. Membuat peta konsep mengenai
faktor- faktor keberhasilan
dakwah Rasulullah saw. periode
Makkah
6.2.1. Menyajikan peta konsep
mengenai faktor-faktor
keberhasilan dakwah Rasulullah
Saw periode Makkah
3. 1.3. Menghayati nilai-nilai hijrah
yang dilakukan oleh
Rasulullah saw. dan para
sahabat
2.3. Memiliki semangat hijrah ke
arah yang lebih baik sebagai
implementasi dari hikmah
memahami peristiwa hijrah
3.3. Menganalisis faktor-faktor
penyebab hijrah Rasulullah
saw.
1.3.1. Menghayati nilai-nilai hijrah
yang dilakukan oleh Rasulullah
saw.
2.3.1. Menghayati nilai-nilai hijrah
yang dilakukan oleh para
sahabat
3.3.1. Memiliki semangat hijrah ke
arah yang lebih baik sebagai
implementasi dari hikmah
memahami peristiwa hijrah
4.3.1. Menganalisis faktor-faktor
penyebab hijrah Rasulullah saw.
5.3.1. Menganalisis Tujuan /tempat
hijrah Rasulullah saw.

76

6.3.1. Menganalisis sahabat
yang hijrah Bersama Rasulullah
saw.
7.3.1. Menganalisis Proses hijrah
Rasulullah saw.
8.3.1. Memetakan faktor-faktor
penyebab hijrah Rasulullah saw.
9.3.1. Memetaka Tujuan/tempat
hijrah Rasulullah saw.
10.3.1. Memetakan sahabat yang hijrah
Bersama Rasulullah saw.
11.3.1. Memetakan Proses hijrah
Rasulullah saw.
4. 1.4. Menghayati nilai-nilai positif
yang dimiliki oleh
masyarakat Madinah
2.4. Membiasakan hidup tolong
menolong sebagai
impelementasi dari
memahami kondisi
masyarakat Madinah
sebelum Islam
3.4. Memahami kondisi
Masyarakat Madinah
sebelum Islam
4.4. Menceritakan kondisi
masyarakat Madinah
sebelum Islam
1.4.1. Menghayati nilai-nilai positif
yang dimiliki oleh masyarakat
Madinah.
2.4.1. Membiasakan hidup tolong
menolong sebagai
impelementasi dari memahami
kondisi masyarakat Madinah
sebelum Islam.
3.4.1. Menganalisis Kondisi Agama
Masyarakat Madinah sebelum
Islam.
4.4.1. Menganalisis Kondisi Sosial
Masyarakat Madinah sebelum
Islam
5.4.1. Menganalisis Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah sebelum
Islam
6.4.1. Menganalisis Kondisi Politik
Masyarakat Madinah sebelum
Islam
7.4.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Madinah sebelum
Islam
8.4.1. Menceritakan Kondisi Sosial
Masyarakat Madinah sebelum
Islam
9.4.1. Menceritakan Kondisi Ekonomi

77

Masyarakat Madinah sebelum
Islam
10.4.1. Menceritakan Kondisi
Politik Masyarakat Madinah
sebelum Islam
5. 1.5. Menghayati nilai-nilai
perjuangan dakwah
Rasulullah saw. pada periode
Madinah
2.5. Membiasakan hidup rukun
dan tolong menolong sebagai
implemantasi dari
memahami hubungan kaum
Anshar dan Muhajirin di
Madinah
3.5. Memahami subtansi dan
strategi dakwah Rasulullah
saw. Periode Madinah
4.5. Mempresentasikan
hubungan antara kaum
Ansor dan Muhajirin
1.5.1. Menghayati nilai-nilai
perjuangan dakwah Rasulullah
saw. pada periode Madinah
2.5.1. Membiasakan hidup rukun
sebagai implemantasi dari
memahami hubungan kaum
Anshar dan Muhajirin di
Madinah
3.5.1. Membiasakan tolong menolong
sebagai implemantasi dari
memahami hubungan kaum
Anshar dan Muhajirin di
Madinah
4.5.1. Menganalisis subtansi
dakwah Rasulullah saw. periode
Madinah
5.5.1. Menganalisi strategi dakwah
Rasulullah saw periode
Madinah
6.5.1. Mempresentasikan struktur
kaum Anshor di Madinah
7.5.1. Mempresentasikan struktur
kaum Muhajirin di Madinah
8.5.1. Mempresentasikan hubungan
antara kaum Anshor dan
Muhajirin
6. 1.6 Menghayati sikap istiqamah
perjuangan as-sabiqunal
awwalun dalam berdakwah
bersama Rasulullah saw.
2.6 Meneladani sifat mulia dari
para sahabat sahabat as-
sabiqunal awwalun
3.6 Memahami sifat/kepribadian
dan peran para sahabat as-
1.6.1. Menghayati sikap istiqamah
perjuangan as-sabiqunal awwalun
dalam berdakwah bersama
Rasulullah saw.
2.6.1. Meneladani sifat mulia dari
para sahabat sahabat as-
sabiqunal awwalun
3.6.1. Menganalisis para sahabat yang
termasuk as-sabiqunal awwalun

78

sabiqunal awwalun
4.6 Menceritakan sikap-sikap
utama dari assabiqunal
awwalun
4.6.1. Menganalisis sifat/kepribadian
para sahabat as-sabiqunal
awwalun
5.6.1. Menganalisis peran para
sahabat as- sabiqunal awwalun
6.6.1. Menceritakan sikap utama Abu
Bakar sebagai assabiqunal
awwalun
7.6.1. Menceritakan sikap utama Abu
Bakar sebagai assabiqunal
awwalun
8.6.1. Menceritakan sikap utama
Khadijah sebagai assabiqunal
awwalun
9.6.1. Menceritakan sikap utama Ali
bin aAbi Thalib sebagai
assabiqunal awwalun
10.6.1. Menceritakan sikap utama Zaid
bin Haritsaht sebagai
assabiqunal awwalun.
11.6.1. Menceritakan sikap utama Bilal
bin Rabahsebagai assabiqunal
awwalun.
12.6.1. Menceritakan sikap utama
Ummu Aiman sebagai
assabiqunal awwalun.
7. 1.7. Menghayati nilai-nilai jihad
yang lakukan oleh Rasullah
saw dan para sahabat
dalam Fathu Makkah
2.7. Memiliki sikap tangguh dan
semangat menegakkan
kebenaran sebagai
implementasi dari
pemahaman peristiwa Fathu
Makkah
3.7. Mengidentifikasi faktor-
faktor keberhasilan Fathu
Makkah tahun 9 Hijriyah
4.7. Membuat peta konsep
mengenai kunci
1.7.1. Menghayati nilai-nilai jihad yang
lakukukan oleh Rasullah saw dan
para sahabat dalam Fathu Makkah
2.7.1. Memiliki sikap tangguh sebagai
implementasi dari pemahaman
peristiwa Fathu Makkah
3.7.1. Memiliki sikap semangat
menegakkan kebenaran sebagai
implementasi dari pemahaman
peristiwa Fathu Makkah
4.7.1. Mengidentifikasi Sahabat-sahbat
yang terlibat dalam Fathu Makkah
tahun 9 Hijriyah
5.7.1. Mengidentifikasi Proses Fathu
Makkah tahun 9 Hijriyah

79

keberhasilan Fathu Makkah 6.7.1. Mengidentifikasi faktor-faktor
keberhasilan Fathu Makkah tahun
9 Hijriyah
7.7.1. Membuat peta konsep mengenai
kunci keberhasilan Fathu Makkah


Kelima, Merumuskan Materi Pembelajaran (Cakupan/ Uraian Materi Pokok).
Setelah Indikator Pencapaian Kompetensi berhasil dirumuskan, maka rumusan
Indikator tersebut menjadi cikal bakal Rumusan Materi Pembelajaran atau Materi
Ajar. Materi pembelajaran merupakan cakupan atau uraian dari Materi Pokok.
Secara Teknis Materi pokok berada dalam Identitas mata pelajaran. Sedang Materi
Pembelajaran merupakan komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Kompetensi Pengetahuan sering juga disebut Ranah Kognitif. Sedang
Kompetensi Ketrampilan disebut sebagai Ranah Psikomotor. Ranah kognitif, jika
kompetensi yang ditetapkan meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan penilaian. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat
dibagi menjadi empat jenis kalau dihubungkan dengan struktur materi ajar, yaitu:
fakta, konsep, prinsip dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-
nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa, nama bagian atau
komponen suatu benda dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian,
definisi, hakikat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium,
paradigma. Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu
secara urut, misalnya langkah-langkah membuat mind map atau time line. Sedang
Ranah psikomotor, jika kompetensi yang ditetapkan meliputi gerak anggota badan
seperti berdiri, rukuk, sujud, duduk bersimpuh, cara melafalkan kata atau kalimat
dan membawakan doa atau qasidah.
Dengan demikian, maka secara Substansi materi Pokok diperoleh terutama dari
Kompetensi Dasar Pengetahuan dan terkadang dari Kompetensi Ketrampilan jika
ada rumusan yang berbeda dengan Kompetensi Pengetahuan. Sedang Materi
Pembelajaran atau Materi Ajar diturunkan dari Indikator pencapaian kompetensi.
Stuktur materi ajar yang tergolong ke dalam ranah ini adalah prinsip, sikap dan
nilai. Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa
mengingat nama suatu objek, simbol atau suatu peristiwa? Kalau jawabannya “ya”
maka materi pembelajaran yang harus diajarkan adalah “fakta”. Secara praksis,
bisa dilakukan dengan mengajukan pertenyaan sebagai berikut.
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa
kemampuan untuk menyatakan suatu definisi, menuliskan ciri khas sesuatu,
mengklasifikasikan atau mengelompokkan beberapa contoh objek sesuai dengan
suatu definisi ? Kalau jawabannya “ya” berarti materi yang harus diajarkan adalah
“konsep”.

80

Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa
menjelaskan atau melakukan langkah-tangkah atau prosedur secara urut atau
membuat sesuatu? Bila “ya” maka materi yang harus diajarkan adalah “prosedur”.
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa
menentukan hubungan antara beberapa konsep atau menerapkan hubungan
antara berbagai macam konsep? Bila jawabannya “ya”, berarti materi pembelajaran
yang harus diajarkan termasuk dalam kategori “prinsip”.
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa melakukan
perbuatan secara fisik Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang
harus diajarkan adalah aspek “motorik”. Motorik dapat dipilah menjadi 2 (dua),
yaitu apa yang dapat ia buat (produk) dan apa yang dapat ia kerjakan/tampilkan
(performa).
Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa melakukan
perbuatan secara fisik? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang
harus diajarkan adalah aspek “motorik”. Motorik dapat dipilah menjadi 2 (dua),
yaitu apa yang dapat ia buat (produk) dan apa yang dapat ia kerjakan/tampilkan
(performa) dan untuk mendapatkan rumusan Materi Pembelajaran tampak pada
Tabel berikut.
TABEL V RUMUSAN M ATERI PEMBELAJARAN

No. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI MATERI PEMBELAJARAN
1. 1.1.1. Meyakini bahwa setiap muslim memiliki
kewajiban berdakwah terhadap
masyarakat
2.1.1. Memiliki semangat melakukan
perubahan ke arah yang baik sebagai
impelementasi dari hikmah memahami
kondisi masyarakat Makkah sebelum
Islam.
3.1.1. Menganalisis Kondisi Agama
Masyarakat Makkah sebelum Islam
4.1.1. Menganalisis Kondisi Sosial Masyarakat
Makkah sebelum Islam
5.1.1. Menganalisis Kondisi Ekonomi
Masyarakat Makkah sebelum Islam
6.1.1. Menganalisis Kondisi Politik Masyarakat
Makkah sebelum Islam
7.1.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Makkah sebelum Islam
8.1.1. Menceritakan Kondisi Sosial Masyarakat
1. Kondisi Agama
Masyarakat Makkah
sebelum Islam
2. Kondisi Sosial Masyarakat
Makkah sebelum Islam
3. Kondisi Ekonomi
Masyarakat Makkah
sebelum Islam
4. Kondisi Politik
Masyarakat Mekah
sebelum Islam

81

Makkah sebelum Islam
9.1.1. Menceritakan Kondisi Ekonomi
Masyarakat Makkah sebelum Islam
10.1.1. Menceritakan Kondisi Politik
Masyarakat Makkah sebelum Islam
2. 1.2.1. Meyakini bahwa berdakwah adalah
kewajiban setiap muslim
2.2.1. Memiliki semangat berdakwah sebagai
implementasi dari pemahaman strategi
dakwah Rasulullah saw. di Makkah.
3.2.1. Menganalsis substansi dakwah
Rasulullah saw. periode Makkah
4.2.1. Menganalisis strategi dakwah Rasulullah
saw. periode Makkah
5.2.1. Membuat peta konsep mengenai faktor-
faktor keberhasilan dakwah Rasulullah
saw. periode Makkah
6.2.1. Menyajikan peta konsep mengenai
faktor-faktor keberhasilan dakwah
Rasulullah saw periode Makkah
1. Substansi dakwah
Rasulullah saw periode
Makkah
2. Strategi dakwah
Rasulullah saw. periode
Makkah
3. Faktor-faktor
keberhasilan dakwah
Rasulullah saw. periode
Makkah
3. 1.3.1. Menghayati nilai-nilai hijrah yang
dilakukan oleh Rasulullah saw
2.3.1. Menghayati nilai-nilai hijrah yang
dilakukan oleh para sahabat
3.3.1. Memiliki semangat hijrah ke arah yang
lebih baik sebagai implementasi dari
hikmah memahami peristiwa hijrah
4.3.1. Menganalisis faktor-faktor penyebab
hijrah Rasulullah saw
5.3.1. Menganalisis Tujuan /tempat hijrah
Rasulullah saw
6.3.1. Menganalisis sahabat yang hijrah
Bersama Rasulullah saw
7.3.1. Menganalisis Proses hijrah
Rasulullah saw
8.3.1. Memetakan faktor-faktor penyebab
hijrah Rasulullah saw
9.3.1. Memetakan Tujuan /tempat hijrah
Rasulullah saw
10.3.1. Memetakan sahabat yang hijrah Bersama
1. Faktor-faktor penyebab
hijrah Rasulullah saw
2. Tujuan /tempat hijrah
Rasulullah saw.
3. Sahabat yang hijrah
Bersama Rasulullah saw
4. Proses hijrah Rasulullah
saw.

82

Rasulullah saw
11.3.1. Memetakan Proses hijrah Rasulullah
saw.
4. 1.4.1. Menghayati nilai-nilai positif yang
dimiliki oleh masyarakat Madinah
2.4.1. Membiasakan hidup tolong menolong
sebagai impelementasi dari memahami
kondisi masyarakat Madinah sebelum
Islam
3.4.1. Menganalisis Kondisi Agama
1. Kondisi Agama
Masyarakat Madinah
sebelum Islam
2. Kondisi Sosial Masyarakat
Madinah sebelum Islam
3. Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah
sebelum Islam
4. Kondisi Politik Masyarakat
Madinah sebelum Islam
masyarakat Madinah sebelum Islam
4.4.1. Menganalisis Kondisi Sosial
Masyarakat Madinah sebelum Islam
5.4.1. Menganalisis Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah sebelum Islam
6.4.1. Menganalisis Kondisi Politik
Masyarakat Madinah sebelum Islam
7.4.1. Menceritakan kondisi Agama
masyarakat Madinah sebelum Islam
8.4.1. Menceritakan Kondisi Sosial
Masyarakat Madinah sebelum Islam
9.4.1. Menceritakan Kondisi Ekonomi
Masyarakat Madinah sebelum Islam
10.4.1. Menceritakan Kondisi Politik
Masyarakat Madinah sebelum Islam

5. 1.5.1. Menghayati nilai-nilai perjuangan
dakwah Rasulullah saw pada periode
Madinah
2.5.1. Membiasakan hidup rukun sebagai
implemantasi dari memahami hubungan
kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah
3.5.1. Membiasakan tolong menolong sebagai
implemantasi dari memahami hubungan
kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah
4.5.1. Menganalisis subtansi dakwah
Rasulullah saw. periode Madinah
5.5.1. Menganalisi strategi dakwah Rasulullah
1. Subtansi dakwah
Rasulullah saw periode
Madinah
2. Strategi dakwah
Rasulullah saw periode
Madinah
3. Struktur kaum Anshor di
Madinah
4. Struktur kaum Muhajirin
di Madinah
5. Hubungan antara kaum
Anshor dan Muhajirin

83

saw. periode Madinah
6.5.1. Mempresentasikan Struktur kaum
Anshor di Madinah
7.5.1. Mempresentasikan kaum Muhajirin di
Madinah
8.5.1. Mempresentasikan hubungan antara
kaum Anshor dan Muhajirin
6. 1.6.1. Menghayati sikap istiqamah perjuangan
as-sabiqunal awwalun dalam berdakwah
bersama Rasulullah saw
2.6.1. Meneladani sifat mulia dari para sahabat
sahabat as-sabiqunal awwalun
3.6.1. Menganalisis para sahabat yang
termasuk as-sabiqunal awwalun
4.6.1. Menganalisis sifat/kepribadian para
sahabat as-sabiqunal awwalun
5.6.1. Menganalisis peran para sahabat as-
sabiqunal awwalun
6.6.1. Menceritakan sikap utama Abu
Bakar sebagai assabiqunal awwalun
7.6.1. Menceritakan sikap utama Abu
Bakar sebagai assabiqunal awwalun
8.6.1. Menceritakan sikap utama Khadijah
sebagai assabiqunal awwalun
9.6.1. Menceritakan sikap utama Ali bin aAbi
Thalib sebagai assabiqunal awwalun
10.6.1. Menceritakan sikap utama Zaid bin
Haritsaht sebagai assabiqunal awwalun.
11.6.1. Menceritakan sikap utama Bilal bin
Rabah sebagai assabiqunal awwalun.
12.6.1. Menceritakan sikap utama Ummu
Aiman sebagai assabiqunal awwalun.
1. Para sahabat yang
termasuk
assabiqunal awwalun
2. Sifat/kepribadian para
sahabat as- sabiqunal
awwalun
3. Peran para sahabat as-
sabiqunal awwalun
4. Sikap utama Abu Bakar
sebagai assabiqunal
awwalun
5. Sikap utama Abu Bakar
sebagai assabiqunal
awwalun
6. Sikap utama Khadijah
sebagai assabiqunal
awwalun
7. Sikap utama Ali bin Abi
Thalib sebagai assabiqunal
awwalun
8. Sikap utama Zaid bin
Haritsaht sebagai
assabiqunal awwalun.
9. Sikap utama Bilal bin
Rabah sebagai assabiqunal
awwalun.
10. Sikap utama Ummu
Aiman sebagai assabiqunal
awwalun.
7. 1.7.1. Menghayati nilai-nilai jihad yang
lakukukan oleh Rasullah saw dan para
sahabat dalam Fathu Makkah
1. Sahabat-sahbat yang
terlibat dalam Fathu
Makkah tahun 9 Hijriyah

84

2.7.1. Memiliki sikap tangguh sebagai
implementasi dari pemahaman peristiwa
Fathu Makkah
3.7.1. Memiliki sikap semangat menegakkan
kebenaran sebagai implementasi dari
pemahaman peristiwa Fathu Makkah
4.7.1. Mengidentifikasi Sahabat-sahbat yang
terlibat dalam Fathu Makkah tahun 9
Hijriyah
5.7.1. Mengidentifikasi Proses Fathu Makkah
tahun 9 Hijriyah
6.7.1. Mengidentifikasi faktor-faktor
keberhasilan Fathu Makkah tahun 9
Hijriyah
7.7.1. Membuat peta konsep mengenai kunci
keberhasilan Fathu Makkah
2. Proses Fathu Makkah
tahun 9 Hijriyah
3. Faktor-faktor
keberhasilan Fathu
Makkah tahun 9 Hijriyah
4. Peta konsep mengenai
kunci keberhasilan Fathu
Makkah


Keenam, Merumuskan Nilai / Sikap yang akan dicapai berdasar KD 1
(Ketuhanan) dan KD 2 (Sikap Sosial)

Kompetensi Sikap / Nilai sering disebut sebagai Ranah afektif. Ranah afektif, jika
kompetensi yang ditetapkan meliputi pemberian respon, apresiasi, penilaian dan
internalisasi. Apakah Kompetensi Dasar yang harus dikuasai peserta didik berupa
memilih berbuat atau tidak berbuat berdasar pertimbangan baik buruk, suka tidak
suka, indah tidak indah? Jika jawabannya “Ya”, maka materi pembelajaran yang
harus diajarkan berupa aspek “sikap” atau “nilai”
Langkah Penentuan atau perumusan Nilai atau sikap sebagai hasil dari proses
pembelajaran materi dari Kompetensi Dasar Pengetahun dan Kompetensi Dasar
Ketrampilan adalah dengan cara mengidentifikasi nilai pada Komepetensdi Dasar
Sikap Ketuhanan dan Sikap Sosial. Dari kedua sikap tersebut akan diperoleh Sikap
yang akan muncul sebagai nurturen effect dari Pembelajaran Langsung (direct
Learning) Kompetensi Dasar Pengetahuan dan Ketrampilan. Karena Sikap
Ketuhanan dan Sosial itu diperoleh dan bukan diajarkan maka ia disebut sebagai
Pembelajaran tidak langsung (Indirect Learning). Dan hasil identifikasi dari
Kompetensi Sikap tersebut akan tampak sebagai berikut.

85

TABEL V RUMUSAN MATERI SIKAP/NILAI

No. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI MATERI SIKAP/NILAI
PEMBELAJARAN
1. 1.1.1. Meyakini bahwa setiap muslim memiliki
kewajiban berdakwah terhadap masyarakat
2.1.1. Memiliki semangat melakukan perubahan ke
arah yang baik sebagai impelementasi dari
hikmah memahami kondisi masyarakat
Makkah sebelum Islam.
3.1.1. Menganalisis Kondisi Agama Masyarakat
Makkah sebelum Islam
4.1.1. Menganalisis Kondisi Sosial Masyarakat
Makkah sebelum Islam
5.1.1. Menganalisis Kondisi Ekonomi Masyarakat
Makkah sebelum Islam
6.1.1. Menganalisis Kondisi Politik Masyarakat
Makkah sebelum Islam
7.1.1. Menceritakan kondisi Agama masyarakat
Makkah sebelum Islam
8.1.1. Menceritakan Kondisi Sosil Masyarakat
Makkah sebelum Islam
9.1.1. Menceritakan Kondisi Ekonomi Masyarakat
Makkah sebelum Islam
10.1.1. Menceritakan Kondisi Politik Masyarakat
Makkah sebelum Islam

2. 1.2.1 Meyakini bahwa berdakwah adalah kewajiban
setiap muslim
2.2.1 Memiliki semangat berdakwah sebagai
implementasi dari pemahaman strategi
dakwah Rasulullah saw di Makkah.
3.2.1 Menganalsis substansi dakwah Rasulullah saw.
periode Makkah
4.2.1 Menganalisis strategi dakwah Rasulullah saw.
periode Makkah
5.2.1 Membuat peta konsep mengenai faktor-faktor
keberhasilan dakwah Rasulullah saw
periode Makkah
6.2.1 Menyajikan peta konsep mengenai faktor-
faktor keberhasilan dakwah Rasulullah

86

saw periode Makkah
3. 1.3.1 Menghayati nilai-nilai hijrah yang dilakukan
oleh Rasulullah saw.
2.3.1 Menghayati nilai-nilai hijrah yang dilakukan
oleh para sahabat
3.3.1 Memiliki semangat hijrah ke arah yang lebih
baik sebagai implementasi dari hikmah
memahami peristiwa hijrah
4.3.1 Menganalisis faktor-faktor penyebab hijrah
Rasulullah saw.
5.3.1 Menganalisis Tujuan /tempat hijrah Rasulullah
saw
6.3.1 Menganalisis sahabat yang hijrah bersama
Rasulullah saw.
7.3.1 Menganalisis Proses hijrah Rasulullah saw
8.3.1 Memetakan faktor-faktor penyebab hijrah
Rasulullah saw
9.3.1 Memetakan Tujuan /tempat hijrah Rasulullah
saw
10.3.1 Memetakan sahabat yang hijrah Bersama
Rasulullah saw.
11.3.1 Memetakan Proses hijrah Rasulullah Saw
1. Nilai-nilai hijrah
2. Semangat Hijrah
ke arah yang lebih
baik.

87

4. 1.4.1. Menghayati nilai-nilai positif yang dimiliki
oleh masyarakat Madinah
2.4.1. Membiasakan hidup tolong menolong sebagai
impelementasi dari memahami kondisi
masyarakat Madinah sebelum Islam
3.4.1. Menganalisis Kondisi Agama Masyarakat
Madinah sebelum Islam
4.4.1. Menganalisis Kondisi Sosial Masyarakat
Madinah sebelum Islam
5.4.1. Menganalisis Kondisi Ekonomi Masyarakat
Madinah sebelum Islam
6.4.1. Menganalisis Kondisi Politik Masyarakat
Madinah sebelum Islam
7.4.1. Menceritakan kondisi Agama masyarakat
Madinah sebelum Islam
8.4.1. Menceritakan kondisi Sosial masyarakat
Madinah sebelum Islam
9.4.1. Menceritakan kondisi Ekonomi Masyarakat
Madinah sebelum Islam
10.4.1. Menceritakan kondisi Politik Masyarakat
Madinah sebelum Islam
1. Nilai-nilai Positif
2. Hidup Tolong
menolong
5. 1.5.1. Menghayati nilai-nilai perjuangan dakwah
Rasulullah Saw pada periode Madinah
2.5.1. Membiasakan hidup rukun sebagai
implemantasi dari memahami hubungan kaum
Anshar dan Muhajirin di Madinah
3.5.1. Membiasakan tolong menolong sebagai
implemantasi dari memahami hubungan kaum
Anshar dan Muhajirin di Madinah
4.5.1. Menganalisis subtansi dakwah Rasulullah saw.
periode Madinah
5.5.1. Menganalisi strategi dakwah Rasulullah saw.
periode Madinah
6.5.1. Mempresentasikan Struktur kaum Anshor di
Madinah
7.5.1. Mempresentasikan kaum Muhajirin di
Madinah
8.5.1. Mempresentasikan hubungan antara kaum
Anshor dan Muhajirin
1. Nilai-nilai
Perjuangan
2. Hidup Rukun
3. Tolong Menolong

88

6. 1.6.1. Menghayati sikap istiqamah perjuangan as-
sabiqunal awwalun dalam berdakwah bersama
Rasulullah saw.
2.6.1. Meneladani sifat mulia dari para sahabat
sahabat as-sabiqunal awwalun
3.6.1. Menganalisis para sahabat yang termasuk as-
sabiqunal awwalun
4.6.1. Menganalisis sifat/kepribadian para sahabat
as-sabiqunal awwalun
5.6.1. Menganalisis peran para sahabat as-sabiqunal
awwalun
6.6.1. Menceritakan sikap utama Abu Bakar sebagai
assabiqunal awwalun
7.6.1. Menceritakan sikap utama Abu Bakar sebagai
assabiqunal awwalun
8.6.1. Menceritakan sikap utama Khadijah sebagai
assabiqunal awwalun
9.6.1. Menceritakan sikap utama Ali bin aAbi Thalib
sebagai assabiqunal awwalun
10.6.1. Menceritakan sikap utama Zaid bin Haritsah
sebagai assabiqunal awwalun.
11.6.1. Menceritakan sikap utama Bilal bin Rabah
sebagai assabiqunal awwalun.
12.6.1. Menceritakan sikap utama Ummu Aiman
sebagai assabiqunal awwalun.
1. Sikap Istiqomah
2. Meneladani Sikap
Mulia
7. 1.7.1. Menghayati nilai-nilai jihad yang dilakukan
oleh Rasulullah Saw dan Para Sahabat dalam
Fathuh Makkah
5. Nilai Jihad
6. Sikap Tangguh
7. Sikap Semangat
menegakkan
Kebenaran

2.7.1. Memiliki sikap tangguh sebagai
implementasi dari

pemahaman peristiwa
Fathu Makkah
3.7.1. Memiliki sikap semangat menegakkan
kebenaran sebagai implementasi dari
pemahaman peristiwa Fathu Makkah

Mengidentifikasi Sahabat-sahabat yang
terkibat dalam Fathu Makkah tahun 9 Hijriyah

4.7.1. Mengidentifikasi Proses Fathu
5.7.1. Makkah tahun 9 Hijriyah

89

6.7.1. Mengidentifikasi faktor-faktor
Keberhasilan Fathu Makkah tahun 9 Hijriyah
7.7.1. Membuat peta konsep mengenai
kunci keberhasilan Fathu Makkah
8.7.1. Membuat peta konsep mengenai




Konsep Pengembangan Materi Pembelajaran SKI (Sains, Teknologi, dan Humaniora)
menurut Kurikulum Merdeka didasarkan pada pendekatan kontekstual, interaktif, dan
kreatif. Pendekatan kontekstual mengacu pada penggunaan konteks kehidupan nyata
siswa dalam pembelajaran. Pendekatan interaktif melibatkan siswa aktif dalam proses
pembelajaran dan menekankan pada kolaborasi antara siswa dan guru. Pendekatan
kreatif mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam
mengembangkan ide dan solusi untuk masalah dunia nyata.
Berikutnya langkah pengembangan materi pembelajaran SKI (Sumber Daya dan
Lingkungan, Kependudukan, dan Ketenagakerjaan) menurut Kurikulum Merdeka adalah
sebagai berikut:
1. Analisis kebutuhan peserta didik
Melakukan analisis kebutuhan peserta didik terkait pembelajaran SKI, seperti
tingkat pemahaman, minat, dan tantangan yang dihadapi.
2. Penentuan kompetensi dasar dan indikator
Menentukan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran SKI yang sesuai dengan
kurikulum merdeka.
3. Pengembangan bahan ajar
Merancang bahan ajar yang dapat memenuhi kebutuhan dan memperhatikan variasi
gaya belajar siswa.
4. Pengembangan media pembelajaran
Membuat media pembelajaran yang sesuai dengan bahan ajar dan gaya belajar
siswa, seperti video, gambar, atau animasi.
5. Pengembangan metode pembelajaran
Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, seperti
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, atau pembelajaran
langsung.
6. Penilaian pembelajaran
Menentukan jenis penilaian yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
kompetensi dasar yang ditetapkan.
7. Evaluasi pembelajaran
Mengevaluasi hasil pembelajaran dan memperbaiki materi pembelajaran untuk
pembelajaran berikutnya.

90


C. Kontekstualisasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Pengembangan
Materi Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka
belajar.
Pada Kurikulum 2013, Materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dikembangkan
dengan pendekatan integratif dan holistik yang memadukan antara pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Materi SKI pada Kurikulum 2013 mencakup lima tema besar,
yaitu: (1) Peninggalan Sejarah Islam, (2) Kerajaan Islam dan Perdagangan, (3) Islam di
Indonesia, (4) Masa Dinasti Umayyah dan Abbasiyah, dan (5) Perkembangan Islam di
Dunia.
Pada kurikulum Merdeka Belajar, materi SKI juga diintegrasikan dengan
pembelajaran lintas mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan keterampilan sosial, keterampilan hidup, dan kecakapan abad 21.
Selain itu, kurikulum Merdeka Belajar juga menekankan pada pembelajaran yang
inklusif dan menghargai perbedaan, serta mendorong siswa untuk memiliki sikap
kritis, mandiri, dan berkepribadian.
Kaitannya dengan moderasi, pengembangan materi SKI pada Kurikulum 2013
dan kurikulum Merdeka Belajar dapat menjadi wahana untuk mengembangkan
pemahaman siswa tentang Islam yang moderat dan inklusif. Materi SKI pada
kurikulum tersebut dapat memberikan penekanan pada nilai-nilai Islam yang
mendorong kerukunan, toleransi, saling menghargai, dan saling menghormati antar
umat beragama.
Dalam konteks moderasi, pembelajaran SKI juga dapat memberikan
pemahaman tentang bagaimana Islam mengajarkan nilai-nilai yang sesuai dengan
konteks kekinian, seperti persamaan hak, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia.
Selain itu, pembelajaran SKI juga dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana
Islam mempromosikan sikap kritis dan mandiri, sehingga siswa dapat memahami
ajaran Islam secara komprehensif dan mengambil keputusan dengan bijaksana.
Kontekstualisasi nilai-nilai moderasi beragama dalam materi pengembangan
materi Sejarah Kebudayaan Islam pada Kurikulum 2013 dan kurikulum Merdeka
Belajar bertujuan untuk membantu siswa memahami bagaimana agama Islam
berkembang di berbagai zaman dan lingkungan budaya, serta bagaimana nilai-nilai
moderasi dalam Islam dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada Kurikulum 2013, pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam
mengacu pada empat aspek pembelajaran, yaitu sikap, pengetahuan, keterampilan,
dan nilai. Materi ini memuat berbagai konten, mulai dari perjalanan hidup Nabi
Muhammad saw, masa khulafaur rasyidin, hingga era kejayaan Islam di masa
lampau. Konten-konten tersebut harus diintegrasikan dengan nilai-nilai moderasi

91

beragama yang bersifat universal, seperti kesederhanaan, keseimbangan, toleransi,
dan kedamaian.
Sedangkan pada kurikulum Merdeka Belajar, pengembangan materi Sejarah
Kebudayaan Islam didesain untuk memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam memahami sejarah kebudayaan
Islam. Pada kurikulum ini, materi Sejarah Kebudayaan Islam disusun dengan
pendekatan "learning by doing", di mana siswa diberi kesempatan untuk melakukan
eksplorasi, observasi, dan diskusi terhadap fenomena-fenomena sejarah kebudayaan
Islam. Materi ini juga disesuaikan dengan konteks sosial budaya masyarakat setempat
dan memuat nilai-nilai moderasi beragama yang relevan dengan konteks tersebut.
Dalam kedua kurikulum tersebut, nilai-nilai moderasi beragama
diintegrasikan sebagai bagian dari pembelajaran dan pengembangan karakter siswa.
Diharapkan, melalui pengembangan materi Sejarah Kebudayaan Islam yang
kontekstual, siswa dapat memahami nilai-nilai moderasi beragama secara mendalam
dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

D. Latihan
1. Buatlah peta konsep pengembangan materi SKI !
2. Refleksikan pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran SKI
3. Diskusikanlah dengan kelompok Saudara, berkaitan dengan pengembangan
materi SKI!

E. Referensi Tambahan
1. Jouharotul Alfin, Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan Islam Sebagai Bahan
Ajar Literasi Membaca Di Madrasah Ibtidaiyah, Jurnal Pendidikan Agama Islam
(Journal of Islamic Education Studies) ISSN(e) 2527-4511 | Vol. 7 No. 1 (2019)
| 71-88
2. Isti’anah Abu Bakar, Pengembangan Materi Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
Pada Madrasah Tsanawiyah, jurnal Madrasah, Vol. 4, No.2 2012
3. https://www.youtube.com/watch?v=itq5HpncjHQ

92

ANALISIS MATERI
DENGAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM PENDALAMAN MATERI
PPG DALAM JABATAN 2022

Nama
Mahasiswa
: Kelas :
NIM : Tema :
Judul Modul :
Sub tema :

Langkah-langkah PBL:
No Sintak/Fase Kegiatan Guru Kegiatan Peserta
Didik
1. Orientasi peserta
didik pada masalah







2. Mengorganisasi
peserta Didik





3. Membimbing
penyelidikan
individu maupun
kelompok

93



4. Mengembangkan dan
menyajikan hasil













5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
dan hasil pemecahan
masalah

94

ANALISIS MATERI
DENGAN PROJECT BASED LEARNING DALAM PENDALAMAN MATERI
PPG DALAM JABATAN 2022

Nama
Mahasiswa
: Kelas :
NIM : Tema :
Judul Modul :
Sub tema :






Mengidentifikasi masalah
Sosial Emosional Anak Usia
Dini



Langkah-langkah PJBL:
No Sintak/Fase Kegiatan Guru Kegiatan Peserta
Didik
1. Pertanyaan Mendasar





2. Mendesain
Perencanaan Produk

95









3. Menyusun Jadwal
Pembuatan








4. Memonitor Keaktifan
dan
Perkembangan Proyek










5. Menguji Hasil

96



6. Evaluasi Pengalaman
Belajar

97

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Danuri. Pendidikan Akhlak dalam Perspektif Islam. Jakarta: Rajawali Press,
2008
Ahmad, Abdul Athi Muhammad. 1978. Al-Fikru as-Siasiy lil imami Muhammad Abduh.
Mesir: 1978.
Al-Banna, Hasan. t.t Muzakarat ad-Da’wah wa ad-Da’iyah. Kairo: Dar at-Tauzi’ wa an-Nasyr
al-Islamiyyah.
Al-Ahwani, Ahmad Fu`ad. 1955. Al-Tarbiyah al-Islamiyah aw al-Ta’lim fi Ra`y al-Qabisi.
Cairo: Dar Ihya` al-Kutub al-Arabiyah.
Al-Hanafi, Mushthafa Abdullah al-Qasthanthani al-Rumi. 1994. Kasyf al-Zhunun ‘an Asami
alKutub Wa al-Funun, Jilid 5. Beirut: Dar al-Fikr.
Al-Maraghi, Mustafa Kamal. 1996. Para Perintis Zaman Baru Islam. Jakarta: Mizan.
--------------, Abdullah Mustafa. 2001. Fath al-Mubin fi Tabaqat al-Ushuliyyin, terj. Husein
Muhammad. Yogyakarta: LKPSM.
Ali, M. Islamic values: A comprehensive guide for teachers and parents. IBTS Publishers,
2012
Ali, S. Islamic culture: a socio-cultural and historical analysis. Journal of Islamic Studies
and Culture, 1(2), 28-35, 2011
Aliyudin. 2008. Sketsa Dakwah Islam Di Eropa Barat, Jurnal Ilmu Dakwah, 4 (11).
Amin, Ahmad. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2017
Anonim. 1983. Isybiliyah Humsh al-Gharb wa Tuhfah al-Majd, Majalah al-Wa’y al-Islami, Edisi
252, Dzulqaidah 1405. Kuwait.
Arif, Mohammad. 2017. Studi Islam Dalam Dinamika Global, Kediri: STAIN Kediri Press.
Asy’ari, Hasyim. 2018. Renaisans Eropa dan Transmisi Keilmuan Islam ke Eropa. JUSPI:
Jurnal Sejarah Peradaban Islam. 2 (1).
Asy-Syaibany, Abdul Karim. Sejarah Kebudayaan Islam: Suatu Kajian Epistemologis.
Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2012
Asy-Syurbaji, Ahmad Hasan. 1998. Al-Imam asy-Syahid Hasan al-Banna Mujaddid al-Qarn
arRabi’ Asyr al-Hijry. Iskandariyah: Dar ad-Dakwah.
Badri, Yatim. 2003. Sejarah Peradaban Islam. PT: Gravindo Persada.
Baqir, Haidar. 1989. Jejak-jejak sains Islam Dalam Sains Modern. Jurnal Qur’an, edisi Juli
September 1989. Jakarta.
Cerita Masjid Pertama di Australia yang Seperti Gubuk. Online:
https://travel.detik.com/international-destination/d-3232158/cerita-masjid-
pertama-di-australia-yang-sepertigubuk.
Dinasti-Dinasti Islam di Afrika. Online: https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/islamnusantara/17/12/27/p1m4py313-dinastidinasti-islam-di-afrika.
Esposito, John L. 2002. Ensiklopedia Oxpord, Dunia Islam Modern, Jilid II Bandung: Mizan.
________. 2004. Islam Warna Warni: Ragam Ekspresi Menuju Jalan Lurus. Terj. Arif Maftuhin,
Jakarta: Paramadina.

98

Fauzi, Ihsan Ali Fauzi dan A.E. Priyono. Islam di Dunia Barat dalam Ensiklopedia Tematis
Dunia Islam Jilid VI. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Nasution, Harun. Islam ditinjau dari berbagai aspeknya. Jakarta: UI Press.
Hamzah, Andi Muhammad. Sejarah Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Ombak. 2016
Hawi, A. 2016. Pengembangan Islam di Afrika Utara dan Peradabannya. Medina-Te: Jurnal
Studi Islam, 14 (1), 61-68. Online:
https://www.jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/
medinate/article/download/1146/965.
Hourani, Albert. Arabic Thought In The Liberal Age 1798-1939. London: Oxford University
Press.
Huda, Choirul. 2013. Pemikiran Ekonomi Bapak Ekonomi Islam; Ibnu Khaldun Volume IV/Edisi
1/Mei 2013. Conomica.
Ibrahim, Q.A. dan Saleh, M.A. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam: Jejak Langkah Peradaban Islam
dari Masa Nabi hingga Masa Kini. Terj. Zainal Arifin. Jakarta: Penerbit Zaman
Ikhwanul Khabibi–detikNews, https://news.detik.com/internasional/d-
3236833/sejarahmasuk-dan-berkembangnya-islam-di-australia, Minggu 19
Juni2016,12:15 WIB
Imam Pratio. SEJARAH ISLAM DI AUSTRALIA
https://islam33.wordpress.com/2011/04/08/sejarah-islam-di-australia/, 8 April
2011 )
I.S.M Darsh, 1980. Muslim in Europa, Ta-ha Publisher, London.
Jayanya Islam di Afrika dan Sub Sahara Berkat Jasa Pedagang. Online:
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/dunia/18/04/11/p70qll313-
jayanya-islam-di-afrika-dansub-sahara-berkat-jasa-pedagang.
Jejak Peradaban Islam di Tanah Afrika. Online:
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
digest/17/12/27/p1m49q313-jejak-peradaban-islam-di-tanah-afrika.
John L. Esposito, 2001. Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern Jilid 2. Bandung: Mizan, hlm.
397}
Jorgen S. Nielsen, 1992. Muslim in Western Europe. Edinburgh, h. 12.
Kartono, Kartini. Pembelajaran Sejarah di Era Digital: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Deepublish. 2019
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Panduan Merdeka Belajar Madrasah:
Kurikulum 2021. Jakarta: Kemdikbud.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi , Kurikulum Merdeka.
Modul Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2021
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kurikulum Merdeka.
Jakarta: Kemendikbudristek, 2021
Ketteni, M. Ali. 2005. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

99

M. Amin Abdullah. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Peradaban.
Jakarta: Rajawali Pers, 2006
Ma’arif, Ahmad Syafi’i. 1996. Ibnu Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur.
Jakarta: Gema Insani Press.
Maksum, A., & Mardiah, N. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Bumi
Ratu Nuban Lampung Timur. Jurnal Pendidikan Sosiologi, 7(1), 16-26, 2019.
Marniati, Agung Sasongko, 3 Masjid Bersejarah Di Afrika,
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
digest/16/12/13/oi4az1313-3masjid-bersejarah-di-afrika, Selasa 13 Des 2016 16:42
WIB}
Mahdi, Muhsin. 1971. Ibnu Khaldun’s Philosophy of History. Chicago: TheUniversity of
Chicago Press.
Maryam, Siti, (Ed.). 2003. Sejarah Peradaban Islam; dari Masa Klasik Hingga Modern.
Yogyakarta: LESFI.
Marshall G. S. Hodgson, The Venture of Islam, Volume 2: The Expansion of Islam in the
Middle Periods, Chicago: University of Chicago Press, 1974
Mengintip Kehidupan Muslim di Afrika Selatan, Kental dengan Budaya Indonesia.
Online:
https://lifestyle.okezone.com/read/2018/01/05/406/1840857/mengintip-
kehidupanmuslim-di-afrika-selatan-kental-dengan-budaya-indonesia.
Minneapolis: University of Minnesota Press, 1993
Misbah, Muhammad. 2015. Kontribusi Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna Terhadap
Pemikiran Islam Modern, Fikrah, 3 (2).
Mugiyono. Perkembangan Pemikiran dan Peradaban Islam dalam Perspektif Sejarah, JIA/Juni
2013/Th.XIV/ Vol. 1. Nomer 1.
Mulyana, Deddy. 1988. Islam di Amerika; Suka Duka Menegakkan Agama. Bandung: Pustaka.
Munjin. 2009. Muslim Minoritas Dan Wacana Gender Di Australia, Jurnal Studi Gender &
Anak Pusat Studi Gender STAIN Purwokerto, 4 (1).
https://www.republika.co.id/berita/shortlink/34670, Rabu, 27 Februari 2008.
Muslim. 2016. Konfigurasi Pemikiran Al-Qabisi Tentang Pendidikan Islam, Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia Potensia: Jurnal Kependidikan
Islam, 2 (2).
Muslim di Australia.
Online:http://indonesia.embassy.gov.au/jaktindonesian/muslim_di_
australia.html
Najmuddin, Ahmad. Kritik Kurikulum Sejarah: Dari Kewirausahaan Sejarah Menuju
Sejarah Kritis. Jakarta: Prenadamedia Group. 2015
Narulita, S. 2016. Dakwah Interkultural di Australia: Potret Dakwah di 3 Kota: Melbourne,
Canberra dan Sydney. Jurnal Studi Al-Quran, 12 (1), 34-48. Online:
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/view/3824.

100

Nasir, Gamal Abdul. 2003. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam Menurut Ibn Sahnun, al-Qabisi
dan Ibn Khaldun. Kuala Lumpur: Cergas.
Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah pemikiran dan gerakan, Cet ke II.
Jakarta: PT. Bulan Bintang.
Peradaban Bugis-Makassar ditemukan dalam lukisan kuno Australia. Online:
https://makassar.terkini.id/ peradaban-bugis-makassar-ditemukan-dalam-
lukisan-kuno-australia/
Pramono, M.F. dan Martono, E. 2011. Harmoni Nilai Agama dan Nilai Ilmiah: Belajar
Pengalaman Dunia Islam Dan Eropa.
Jurnal At-Ta’dib, 6(2),205-222.Online:
https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tadib/article/view/556/493.
Putri, R.H. 2016. Sejarah Islam di Inggris yang Terlupakan. Historia. Online:
https://historia.id/agama/articles/sejarah-islam-di-inggris-yang-terlupakan-
6aeL1.
Richard Bulliet, The Case for Islamo-Christian Civilization, New York: Columbia
University Press, 2004
Ruth Vania C, http://www.tribunnews.com/internasional/2015/12/11/inilah-tokoh-
tokoh-muslim-yang-penting-dan-berjasa-di-as?page=all, Minggu, 16
Desember2018}
Saefuddin, Azhar. Sejarah Kebudayaan Islam: Relevansi dan Prospeknya di Indonesia.
Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2016
Setiawan, E., & Susanti, N. Pengembangan Materi Sejarah Islam Berbasis Pendekatan
Saintifik untuk Siswa SMA/MA Kelas XI Semester 1. Jurnal Pendidikan Sejarah,
9(1), 1-11, 2020.
Shihab, M. Quraish. 1994. Studi Kritis Tafsir Al-Manar. Bandung: Pustaka Hidayah.
Shihab, M. Quraish. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Lentera Hati, 2008
Smith, Jane. t.d. "Pola-pola Imigrasi Muslim" dalam Jurnal Kehidupan Muslim di
Amerika.
Sou'yb, Joesoef, Agama-Agama Besar Di Dunia. Jakarta: Al Husna Dzikra, 1996.
Sulaiman, Muhammad. Pengembangan Pembelajaran Sejarah Berbasis Potensi Lokal.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2014
Sulaiman, R. 2014. Pengantar Metodologi Studi Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sunanto, Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta Timur: Penada Media.
Suriana. Dimensi Historis Pendidikan Islam (Masa Pertumbuhan, Perkembangan,
Kejayaan, dan Kemuduran). Jurnal Pionir, 1 (1).
Suwito. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
-----------, Fauzan. 2008. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Perdana Media
Group.
Syalabi, Ahmad. 1979. Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4. Kairo:
Maktabah al-Mishriyah.

101

Thohir, Ajid. 2009. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam. Edisi II. Jakarta:
Rajawali Pers.
Tuan Guru dan Masjid Pertama di Afrika Selatan. Online: http://www.pikiran-
rakyat.com/luarnegeri/2010/07/08/117450/tuan-guru-dan-masjid-pertama-di-
afrika-selatan.
Ubadah, Peradaban Islam Di Spanyol dan Pengaruhnya Terhadap Peradaban Barat jurnal.
Hunafa Vol. 5, No. 2, Agustus 2008.
Watt, W. Montgomery 1990. Kejayaan Islam: Kajian kritis dari tokoh orientalis. Yogyakarta:
Tiara Wacana.
Usman, Muhammad Noroddin. 2003. Menanti Detik-detik Kematian Barat. Solo: Era
Intermedia.
Yahya, Harun. Islam; Agama yang Paling Cepat Berkembang di Eropa.Edisi Artikel diakses
dari Internet pada tanggal 18 Mei 2017.
Yatim, Badri. 2000. Sejarah Peradan Islam. Jakarta: Raja Grafindo.
Zainal Abidin Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Zarkasy, Hamid Fahmy. Akar Kebudayaan Barat. Jurnal Kalimah. Gontor. Vol. 11, No. 2,
September 2013.