J. Sintesis Submitted: 21 Desember 2022
Vol 3(2), pp: 62-67 Revisied: 28 Desember 2022
Accepted: 28 Desember 2022

62

Hubungan Kadar Glukosa Darah dengan Glomerular Filtration
Rate (GFR) Pada Pasien Diabetes Melitus dengan Obesitas Di
RSU Daha Husada Kediri

Correlation Glomerular Blood Glucose Levels and Filtration Rate (GFR)
In Diabetes Mellitus Patients Obesity at Daha Husada Kediri Hospital

Hartati Tuna
1
, MM.Riyaniarti Estri Wuryandari
2*
, Muh. Shofi
3

1
Program Studi D4 Teknologi Laboratorium Medis Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
2
Program Studi S1 Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
3
Program Studi D3 Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

* [email protected]

ABSTRAK
Obesitas adalah akumulasi lemak tubuh manusia melebihi jumlah yang dibutuhkan sehingga sel beta
pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup untuk memenuhi asupan kalori,
menyebabkan kadar glukosa darah meningkat. Diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat. Kadar glukosa darah yang tinggi berdampak
pada pembuluh darah diginjal dan dapat mempengaruhi fungsi ginjal, sehingga terjadi perubahan
estimasi GFR. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kadar glukosa darah dengan
Glomerular Filtration Rate (GFR) pada pasien diabetes melitus dengan obesitas. Desain penelitian
adalah cross sectional. Pada penelitian ini terdapat sebanyak 27 responden yang diambil
menggunakan tehnik sampling purposive sampling. Hasil dari uji spearman rank didapatkan hasil
nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,033 (p=<0,05) dengan nilai koefisien correlation (r) sebesar -0,411
yang artinya ada hubungan hubungan kadar glukosa darah dengan Glomerular Filtration Rate (GFR)
pada pasien diabetes melitus dengan obesitas.
Kata kunci: Diabetes Militus; Obesitas; GFR, Kadar Glukosa Darah

ABSTRACT
Obesity is the accumulation of fat in the human body exceeding the amount needed so that the
pancreatic beta cells are unable to produce enough insulin to meet caloric intake, causing blood
glucose levels to increase. Diabetes is a disease characterized by hyperglycemia and disturbances
in carbohydrate metabolism. High blood glucose levels have an impact on the blood vessels in the
kidneys and can affect kidney function, resulting in a change in the estimated GFR. The purpose of
this study was to determine the relationship between blood glucose levels and glomerular filtration
rate (GFR) in obese diabetes mellitus patients. The research design is cross-sectional. In this study,
27 respondents were taken using a purposive sampling technique. The results of the Spearman rank
test obtained the results of the Sig. (2-tailed) of 0.033 (p=<0.05) with a correlation coefficient (r) of

Hartati Tuna / Hubungan Kadar Glukosa


63

J. Sintesis, Vo.3(2), 2022
-0.411, which means that there is a relationship between blood glucose levels and glomerular
filtration rate (GFR) in diabetes mellitus patients with obesity.
Keywords: Diabetes Mellitus; Obesity; GFR; Blood Glucose

PENDAHULUAN
Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak dalam tubuh manusia melebihi
jumlah yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh yang normal. Jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi dapat meningkatkan indeks massa tubuh sehingga menjadi gemuk. Obesitas
terjadi ketika asupan energi melebihi energi yang dikeluarkan (Lengkong et al., 2020).
Pada obesitas, sel beta pankreas tidak mampu memproduksi insulin yang cukup
untuk memenuhi asupan kalori tubuh sehingga kadar glukosa darah meningkat. Sel lemak
menghasilkan salah satu hormon yaitu adipositokin (adipokine) yang berperan dalam
terjadinya resistensi insulin. Dikatakan resistensi insulin apabila sel tubuh tidak merespon
insulin secara normal yang mengakibatkan glukosa tidak bisa masuk kedalam tubuh dan
menumpuk dalam darah. Gangguan sekresi insulin dapat mengakibatkan hiperglikemia yang
beresiko terhadap diabetes melitus (Handayani et al., 2021).
Karakteristik utama pada penyakit diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia
yang merupakan akibat dari penurunan sekresi insulin (Rivandi & Yonata, 2015). Sekresi
insulin yang tidak mencukupi disebabkan oleh kerusakan pankreas yang dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti genetika, alkohol, autoimunitas, dan induksi obat-obatan (Shofi, 2021;
Sinurat et al., 2021)
Menurut IDF (International Diabetes Ferderation) pada tahun 2019 menunjukkan
ada sekitar 463 juta orang dengan diabetes di dunia dan jumlah ini diprediksi akan meningkat
sebanyak 700 juta (10,9%) pada tahun 2045 dengan peningkatan sebesar 51% (Selano, 2021).
Prevalensi penderita diabetes melitus di Asia tenggara pada tahun 2019 adalah sebanyak 88
juta jumlah ini akan diprediksi meningkat sebanyak 153 juta pada tahun 2045 dengan
peningkatan sebesar 74% (Atlas, 2019).
Wilayah Asia Tenggara yakni Indonesia berada di urutan ketiga dengan prevalensi
diabetes sebesar 11,3% pada penduduk pada usia 20 - 79. Karena Indonesia merupakan salah
satu negara Asia Tenggara yang masuk dalam daftar tersebut, kontribusi Indonesia terhadap
prevalensi ini dapat diperkirakan. Prevalensi penderita diabetes di jawa timur sebanyak
875,745 diantaranya terdapat kota kediri sebanyak 7.732 orang. Berdasarkan data yang
diperoleh dari rekam medis RSU Daha Husada Kota Kediri pada tiga bulan terakhir dengan
rata – rata sebanyak 328 pasien yang terdiri dari pasien rawat jalan dan rawat inap. Faktor
gaya hidup yang tidak sehat antara lain mengkonsumsi makanan berlebih dan berlemak
kurang aktivitas, dan merokok dapat meningkatkan faktor resiko (Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur, 2020).
Tingginya kadar glukosa darah dapat ditandai dengan munculnya glukosa dalam urin
(Selano, 2021). Kadar glukosa darah yang tinggi berdampak langsung pada berbagai
pembuluh darah, terutama pembuluh darah di ginjal (Rismayanthi, 2010). Pada kadar
glukosa yang tinggi dapat mempengaruhi fungsi ginjal, sehingga akan terjadi perubahan

Hartati Tuna / Hubungan Kadar Glukosa


64

J. Sintesis, Vo.3(2), 2022
estimasi GFR. GFR merupakan laju rata – rata filtrasi dalam darah di glomerulus. GFR juga
dapat menurun seiring bertambahnya usia pada orang tanpa penyakit ginjal. GFR dapat
meningkat pada kondisi hiperglikemik karena hiperfiltrasi glomerulus pada tahap awal
keterlibatan ginjal (Rivandi & Yonata, 2015).
Diagnosis GFR dapat ditegakkan melalui pemeriksaan kreatinin serum, klirens
kreatinin, dan Cystatin-C (Rismayanthi, 2010). Cystatin C merupakan penanda alternatif
baru yang mulai diperkenalkan untuk pemeriksaan GFR. Cystatin C adalah sel tubuh yang
memproduksi zat secara tetap yang difiltrasi melalui glomerulus dan tidak disekresikan oleh
tubuli ginjal. Klirens kreatinin merupakan pemeriksaan untuk mengukur kadar kreatinin
yang difiltrasi dalam ginjal, sedangkan GFR digunakan untuk mengukur fungsi ginjal
National Kidney Foundation merekomendasikan penghitungan perkiraan GFR berdasarkan
kadar kreatinin serum untuk mengukur kapasitas filtrasi glomerulus yang digunakan untuk
memantau perkembangan penyakit ginjal (Verdiansah, 2016).
Penelitian yang dilakukan Lengkong et al. (2020) menunjukkan bahwa peningkatan
kadar glukosa darah dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor IMT. Pada penelitian Rivandi &
Yonata (2015) menunjukkan bahwa diabetes melitus erat kaitannya dengan glukosa darah
dan DM yang merupakan salah satu faktor resiko terjadinya gagal ginjal kronik yang
berkomplikasi menjadi nefropati diabetik. Perkiraan penderita DM tipe 1 sebesar 30 - 40%
dan tipe 2 sebesar 20 - 30% menderita nefropati diabetik yang dapat berakhir dengan
keadaan gagal ginjal. Hal ini dikarenakan jika timbulnya nefropati diabetik tidak terkontrol
maka akan berkembang menjadi proteinuria dan berlanjut dengan terjadinya penurunan
fungsi laju filtrasi glomerulus yang dapat menunjukkan komplikasi atau penurunan fungsi
ginjal (Rivandi & Yonata, 2015). Kondisi glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan
pelebaran glomerulus dan penebalan membran basal (Trihartati, 2019). Perbedaan penelitian
yang akan dilakukan dengan penelitian yang sebelumnya adalah belum diteliti antara kadar
glukosa dengan GFR pada pasien DM dengan obesitas, sehingga penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis adanya hubungan kadar glukosa darah dengan GFR pada pasien diabetes
melitus dengan obesitas.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah correlation study yang digunakan untuk
melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSU Daha Husada Kediri.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability sampling yang
dilakukan dengan cara purposive sampling dengan jumlah responden 27 orang penderita DM
dengan obesitas
Nilai kadar Glukosa darah sewaktu didapatkan dari darah kapiler. Sedangkan nilai
kreatinin dan GFR didapatkan dari dari vena yang diambil serumnya dengan cara
disentrigusi dengan kecapatan 1500-2000 rpm dan dicek dengan spektrofotometer.
perhitungan nilai GFR menggunakan rumus

Hartati Tuna / Hubungan Kadar Glukosa


65

J. Sintesis, Vo.3(2), 2022
GFR=
(140−Usia) x (BB) x (0.85 jika perempuan)
sCr x 72

Keterangan :
GFR = Glomerular Filtration Rate (ml/menit/1.73m
2
)
BB = berat badan (kg)
sCr = serum kreatinin (mg/dL) (Virginia & Fenty, 2015)

Data disajikan secara deskriptif. Untuk mengetahui sebaran data digunakan uji normalitas
Shapiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50. Untuk mengetahui hubungan kadar
glukosa darah dengan GFR menggunakan uji spearman rank menggunakan uji statistik
SPSS 24.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang tertera pada tabel 1 diketahui bahwa dari 27
reponden 67% berjenis kelamin perempuan dan sisanya 33% berjenis laki-laki. Jenis
kelamin wanita lebih berisiko terkena diabetes karena secara fisik wanita memiliki peluang
lebih besar untuk meningkatkan indeks massa tubuh dan memiliki perbedaan dengan pria
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Oktavia et al.
(2022) bahwa wanita memiliki peluang peningkatan indeks massa tubuh. Perbedaan hormon
pada laki – laki dan perempuan salah satunya adalah siklus bulanan dan hormon pasca
menopause yang dapat membuat distribusi lemak tubuh mudah menumpuk karena proses
hormonal (Juwita, 2019).

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)
Laki - Laki 18 67
Perempuan 9 33
Total 27 100

Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia ( Tahun ) Jumlah Responden Persentase (%)
45 - 54 6 22
55 – 64 11 41
65 - 74 10 37
Total 27 100
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa dari 27 reponden terdapat 45 – 54 tahun
sebanyak 6 orang (22%), 55 – 64 tahun sebanyak 11 orang (41%) dan 65 – 74 tahun sebanyak
10 orang (37%). Penyakit diabetes melitus akan meningkat seiring bertambahnya usia, pada
individu yang lebih tua, ada penurunan 35% dalam aktivitas mitokondria di sel otot. Hal ini

Hartati Tuna / Hubungan Kadar Glukosa


66

J. Sintesis, Vo.3(2), 2022
terkait dengan peningkatan kandungan lemak otot sebesar 30% (Syam, 2018). Proses
penuaan menyebabkan penurunan kemampuan sel pankreas untuk memproduksi insulin dan
memicu terjadinya resistensi insulin. Angka kejadian diabetes meningkat seiring
bertambahnya usia terutama pada usia > 40 tahun karena pada usia tersebut intoleransi
glukosa mulai meningkat akibat faktor degeneratif yaitu menurunnya fungsi tubuh dalam
memetabolisme glukosa (Gunawan & Rahmawati, 2021). Selain itu pada usia 40 tahun dan
60 tahun akan terjadi penurunan fungsi ginjal hingga 50% yang disebabkan berkurangnya
populasi nefron (Chadijah & Wirawanni, 2013).

Tabel 3. Uji Hipotesis Hubungan Glukosa dan GFR pada Pasien DM dengan Obesitas
Pemeriksaan Sig. (2-tailed) Correlation Coefficient
Glukosa Darah (mg/dl) 0,033 -0,411
GFR (ml/min) 0,033 -0,411
Berdasarkan Tabel 3 korelasi uji spearman rank didapatkan hasil nilai Sig. (2-tailed)
sebesar 0,033 (p=<0,05) yang artinya H1 diterima. Jadi, terdapat hubungan antara kadar
glukosa darah dengan GFR dan nilai koefisien correlation (r) sebesar -0,411 yang artinya
bahwa korelasi sedang dengan arah negatif atau berlawanan, maka setiap kenaikan kadar
glukosa darah maka akan terjadi penurunan nilai GFR. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Tandi (2017) bahwa adanya penurunan nilai GFR akan mempengaruhi kenaikan pada kadar
glukosa darah. Sebab penyakit DM dapat mempengaruhi kinerja ginjal yang berakibat
adanya penumpukan kadar kreatinin dan ureum darah sehingga dapat menyebabkan adanya
gagal ginjal (Patala et al., 2021). Oleh sebab itu kadar gula dalam darah sangat
mempengaruhi nilai GFR.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini yaitu terdapat peningkatan kadar
glukosa darah sewaktu dengan rata – rata sebesar 217,81 mg/dl dan penurunan nilai GFR
dengan rata – rata sebesar 76,14 mL/min. Berdasarkan hasil uji rank spearman correlation
didapatkan hasil kadar glukosa darah dengan GFR dengan nilai Sig. (2-tailed) nilai p value
didapatkan hasil 0,033 < alpha 0,05. Sedangkan nilai korelasi dari kedua variabel didapatkan
-0,411 yang artinya arah korelasi negatif dengan tingkat korelasi sedang dimana setiap
kenaikan kadar glukosa darah maka akan dibarengi dengan penurunan nilai GFR.

DAFTAR PUSTAKA
Atlas, I. D. F. D. (2019). International Diabetes Federation. The Lancet (Vol. 266).
Chadijah, S., & Wirawanni, Y. (2013). Perbedaan Status Gizi, Ureum dan Kreatinin pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik dengan Diabetes Melitus dan Non Diabetes Melitus di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Diponegoro Journal of Nutrition and Health,
1(1).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2020). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Gunawan, S., & Rahmawati, R. (2021). Hubungan Usia, Jenis Kelamin dan Hipertensi

Hartati Tuna / Hubungan Kadar Glukosa


67

J. Sintesis, Vo.3(2), 2022
dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Puskesmas Tugu Kecamatan Cimanggis
Kota Depok Tahun 2019. Arsip Kesehatan Masyarakat, 6(1), 15–22.
Handayani, A., Rahayuningsih, C. K., & Winarni, W. (2021). Indeks Massa Tubuh (IMT),
Glukosa Darah Puasa dan HbA1C Pekerja Kantor dengan Obesitas Sentral. Jurnal
Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 12(3), 306–308.
Juwita, L. (2019). Durasi Menopause dengan Kejadian Obesitas Sentral Pada Wanita Lanjut
Usia. Adi husada Nursing Journal, 5(1), 12–16.
Lengkong, T. D., Wowor, M. F., & Berhimpon, S. L. E. (2020). Gambaran Glukosa Darah
dan Glukosa Urin pada Dewasa Muda Berat Badan Lebih dan Obes. Medical Scope
Journal, 1(2), 56–60.
Oktavia, S., Budiati, E., Masra, F., Rahayu, D., & Setiaji, B. (2022). Faktor-faktor Sosial
Demografi yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Ilmiah
STIKES Kendal, 12(4), 1039–1052.
Patala, R., Kenta, Y. S., & Irnawati. (2021). EfektivitasEkstrak Etanol Kulit Buah Pepaya
(Carica papaya L.) Terhadap Kadar Kreatinin dan Ureum Tikus Putih Jantan (Rattus
norvegicus) yang Diinduksi Streptozotocin. Jurnal Sains dan Kesehatan, 3(6), 833–
838.
Rismayanthi, C. (2010). Terapi Insulin Sebagai Alternatif Pengobatan Bagi Penderita
Diabetes. Medikora, 4(2), 29–36.
Rivandi, J., & Yonata, A. (2015). Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal
Ginjal Kronik. Jurnal Majority, 4(9), 27–34.
Selano, M. K. (2021). Hubungan Lama Menderita dengan Kejadian Neuropati Diabetikum
Pada Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Smart Keperawatan, 8(2), 129–134.
Shofi, M. (2021). Uji In Silico Aktivitas Sitotoksik dan Toksisitas Senyawa Bioaktif Biji
Trembesi (Samanea saman (Jacq.) Merr) sebagai Kandidat Obat Diabetes Mellitus.
Jurnal Pharma Bhakta, 1(2), 1–14.
Sinurat, M. R., Rahmayanti, Y., & Rizarullah, R. (2021). Uji Aktivitas Antidiabetes
Senyawa Baru Daun Yakon (Smallanthus sonchifolius) sebagai Inhibitor Enzim DPP-
4: Studi in Silico. Jurnal IPA & Pembelajaran IPA, 5(2), 138–150.
Syam, B. (2018). Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2
yang Berobat di Puskesmas. Majalah Kesehatan Masyarakat Aceh, 1(1), 46–52.
Tandi, J. (2017). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Jambu Air (Syzygium aqueum (Burm f.)
Alston) terhadap Glukosa Darah, Ureum dan Kreatinin Tikus Putih (Rattus norvegicus).
Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry, 4(2), 43–51.
Trihartati, V. (2019). Gambaran Kadar Ureum dan Kreatinin Serum pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe-2 di Rumah Sakit Santa Maria Pekanbaru. Jurnal Sains dan Teknologi
Laboratorium Medik, 4(2), 44–53.
Verdiansah. (2016). Pemeriksaan Fungsi Ginjal. CDK-237, 43(2), 148–154.
Virginia, D. M., & Fenty. (2015). Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penurunan Nilai
Estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (eLFG) pada Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, 13(1), 17–22.