63
Penerapan Model Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR) Sebagai
Upaya Pemenuhan Guru di SDN 068 Manganan Kecamatan
Rongkong

Muh. Idel
1, Edhy Rustan
2, Hisbullah
3.

1,2,3Institut Agama Islam Negeri Palopo, Indonesia.
[email protected]

Abstract: This study examines the implementation of multi-grade learning at SDN 068 Manganan,
Rongkong sub-district, identifying the constraints and factors that influence its implementation. The
research objectives are (1) to evaluate teacher fulfillment at SDN 068 Manganan, (2) to analyze the
implementation of multi-grade classes at the school, and (3) to understand how the implementation
of multi-grade classes meets teacher needs. This study used a qualitative approach with data
collection through observation, interviews, and documentation in the field. The results showed that
the fulfillment of multi-grade classes was influenced by the geographical location of the school and
the lack of educators. The implementation of multi-grade classes uses the PKR-221 model with two
different classes in one room. The main challenges in fulfilling teachers' needs include the lack of
human resources and adequate learning facilities, requiring improvement and attention from
teachers and the local government. The implication of this study is the need for more intensive efforts
in improving human resources and learning facilities in schools that implement multi-grade learning
to support the effectiveness and quality of learning, one of the most important is the recruitment of
ASN teachers should be given to communities in the Rongkong District area.

Keywords: teacher fulfillment, multi-grade learning, 221 model.

1. Pendahuluan
Kekurangan tenaga pendidik menjadi permasalahan yang cukup menonjol di wilayah geografis
Kecamatan Rongkong. Dalam situasi ini, guru-guru terpaksa mengambil inisiatif untuk mengorganisir kelas
rangkap sebagai respons terhadap kebutuhan akan pendidikan yang tidak terpenuhi secara optimal.
Di sisi lain, keterbatasan fasilitas pendidikan menjadi faktor tambahan yang menghambat proses
pembelajaran. Sekolah-sekolah di daerah tersebut mungkin menghadapi kendala dalam menyediakan
fasilitas yang memadai, yang secara langsung mempengaruhi pelaksanaan kelas rangkap dan menimbulkan
tantangan dalam memenuhi kebutuhan guru serta menciptakan lingkungan pembelajaran yang optimal bagi
siswa.
Beberapa studi telah menyoroti tantangan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah di daerah pedesaan
atau terpencil dalam hal kekurangan tenaga pendidik dan keterbatasan fasilitas pembelajaran. Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa wilayah geografis yang sulit dijangkau atau kurang diminati oleh
para pendidik seringkali mengalami kesulitan dalam merekrut dan mempertahankan tenaga pendidik yang
berkualitas (Ariani, 2020; Nasir & Mujiati, 2020; Prasetyo Adi, 2021). Selain itu, keterbatasan infrastruktur
juga telah diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di daerah-daerah tersebut.
Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap, beberapa penelitian menyoroti tantangan
yang dihadapi oleh guru dalam membagi waktu dan perhatian mereka di antara dua kelas yang berbeda,
serta dampaknya terhadap efektivitas pengajaran dan pembelajaran (Pebrianti et al., 2024; Ru’iya et al., 2021;
Yasa, 2022). Secara keseluruhan, temuan penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman
tentang dinamika pendidikan di daerah pedesaan atau terpencil, serta menunjukkan perlunya perhatian
khusus dari pemerintah dan pemangku kepentingan dalam memperbaiki kondisi pendidikan di wilayah-
wilayah tersebut.

Muh. Idel dkk. Penerapan Model Pembelajaran ... 64

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
tantangan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah yang menerapkan pembelajaran kelas rangkap, khususnya
di wilayah geografis yang mengalami kekurangan tenaga pendidik dan keterbatasan fasilitas pendidikan.
Dengan memahami kendala-kendala ini, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan yang
berharga bagi pengembangan kebijakan pendidikan serta upaya perbaikan yang lebih efektif dan terarah.
Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menyoroti perlunya dukungan yang lebih besar dari
pemerintah dan pihak terkait dalam meningkatkan sumber daya manusia dan fasilitas pendidikan di
wilayah-wilayah seperti Kecamatan Rongkong, guna meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan
bagi masyarakat setempat.
Argumentasi pentingnya penelitian ini terletak pada urgensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
di daerah-daerah pedesaan atau terpencil, di mana kendala-kendala seperti kekurangan tenaga pendidik
dan keterbatasan fasilitas pembelajaran seringkali menjadi hambatan utama. Dengan memahami secara
lebih mendalam faktor-faktor yang memengaruhi pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap dan dampaknya
terhadap kualitas pendidikan, penelitian ini dapat menjadi landasan bagi pembuatan kebijakan yang lebih
efektif dan solusi yang lebih tepat dalam meningkatkan aksesibilitas dan mutu pendidikan. Selain itu,
penelitian ini juga dapat memberikan inspirasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya serta memberikan
sumbangan dalam literatur mengenai pendidikan di daerah pedesaan atau terpencil, yang secara
keseluruhan dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kesetaraan pendidikan bagi semua
lapisan masyarakat.
Penelitian ini berkaitan dengan teori struktural fungsionalisme dalam sosiologi pendidikan. Menurut
perspektif ini, pendidikan berperan sebagai lembaga sosial yang memainkan peran penting dalam menjaga
stabilitas dan kelangsungan sistem sosial (Arif, 2020; Sulistiawati & Nasution, 2022; Virdi et al., 2023). Dalam
kasus ini, penelitian tentang penerapan pembelajaran kelas rangkap di wilayah pedesaan memungkinkan
analisis tentang bagaimana struktur dan fungsi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat lokal
yang mungkin terbatas aksesnya terhadap sumber daya pendidikan. Dengan memahami cara di mana
pendidikan mengadaptasi diri terhadap kondisi sosial-ekonomi yang ada, penelitian ini dapat memberikan
wawasan yang lebih baik tentang bagaimana sistem pendidikan beroperasi dalam konteks masyarakat yang
berbeda.
Selain itu, perspektif konflik sosial juga relevan dalam menganalisis penelitian ini. Teori konflik
menekankan ketidaksetaraan dan konflik kepentingan antara berbagai kelompok dalam masyarakat
(Adiansah et al., 2019; Amalia & Rofiah, 2023; Sumartono, 2019). Dalam konteks pendidikan di wilayah
pedesaan, penelitian tentang kelas rangkap mencerminkan dinamika kekuatan antara guru, siswa, dan
pemerintah lokal dalam mengejar kepentingan masing-masing. Analisis konflik ini dapat mengungkapkan
ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya pendidikan dan upaya-upaya untuk mengatasi ketidakadilan
tersebut.
Terakhir, pendekatan konstruktivis juga menjadi teori grand penelitian ini. Teori ini menekankan
pentingnya konstruksi pengetahuan oleh individu melalui interaksi dengan lingkungan sosial mereka
(Kaviza, 2019; Palapasari et al., 2017). Dalam konteks pembelajaran kelas rangkap, penelitian ini dapat
menyoroti bagaimana siswa dan guru bersama-sama membangun pemahaman mereka tentang materi
pelajaran dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian, penelitian ini dapat
memberikan wawasan tentang bagaimana pembelajaran terjadi dalam situasi yang mungkin memiliki
keterbatasan, serta strategi yang digunakan individu untuk mengatasi hambatan tersebut dalam proses
konstruksi pengetahuan.
Secara keseluruhan, penelitian ini tidak hanya memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang
tantangan pendidikan di daerah pedesaan atau terpencil, tetapi juga mengaitkan temuan dengan teori-teori
sosiologi pendidikan yang relevan. Melalui analisis yang terperinci terhadap faktor-faktor sosial, ekonomi,
dan kelembagaan yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap, penelitian ini memberikan
kontribusi penting dalam memperluas pemahaman kita tentang dinamika pendidikan di wilayah-wilayah
dengan kondisi sosial-ekonomi yang beragam. Dengan demikian, diharapkan hasil penelitian ini dapat
menjadi dasar bagi pengembangan kebijakan yang lebih efektif dan solusi yang lebih tepat dalam
meningkatkan aksesibilitas dan mutu pendidikan, serta memperkuat kesetaraan pendidikan bagi semua
lapisan masyarakat.

65 Socratika: Journal of Progressive Education and Social Inquiry | Vol. 1 No. 1 Januari 2024
65
2. Metode
Metode penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif yang memungkinkan peneliti untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang diteliti. Data diperoleh melalui
pengambilan data di lapangan di SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong. Pendekatan ini dipilih untuk
memahami konteks, persepsi, dan pengalaman yang mendasari pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap
secara holistik. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, di mana peneliti turun langsung
ke lapangan dan melakukan observasi terhadap kejadian yang terjadi di SDN 068 Manganan Kecamatan
Rongkong untuk mengumpulkan data. Metode observasi ini digunakan agar peneliti secara langsung
melihat interaksi antara guru dan siswa, serta kondisi fisik ruang kelas, yang memberikan gambaran yang
lebih akurat tentang pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Alur penelitian yang digunaka berdasarkan alur penelitian kualitatif sebagaimana yang tergambar
pada bagan di bawah ini.









Gambar 1. Desain Penelitian.

Tahap 1: Penentuan Ruang Lingkup Penelitian
• Mengidentifikasi masalah penelitian. Peneliti menentukan topik penelitian, yaitu penerapan
pembelajaran kelas rangkap di SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong.
• Membatasi ruang lingkup penelitian. Peneliti menetapkan batasan-batasan terkait dengan wilayah
geografis, populasi, dan variabel yang akan diteliti.
Tahap 2: Perancangan Penelitian
• Memilih metode yang cocok digunakan dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif.
• Menentukan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.
• Mengembangkan instrumen, yang terdiri atas instrumen observasi, pedoman wawancara, dan
formulir dokumentasi disusun untuk memandu pengumpulan data.
Tahap 3: Pengumpulan Data
• Pelaksanaan observasi, dengan cara peneliti turun langsung ke lapangan di SDN 068 Manganan
Kecamatan Rongkong untuk mengamati proses pembelajaran kelas rangkap.
• Wawancara dilakukan dengan guru dan staf sekolah untuk mendapatkan sudut pandang mereka
terkait dengan pelaksanaan pembelajaran.
• Dokumentasi digunakan peneliti untuk mengumpulkan dokumen pendukung seperti rencana
pembelajaran, catatan kelas, dan kebijakan sekolah.
Tahap 4: Analisis Data
• Transkripsi dan kategorisasi data. Alurnya dimulai dari data observasi, wawancara, dan dokumentasi
ditranskripsi dan dikategorikan berdasarkan tema-tema yang muncul.
Penentuan Ruang Lingkup
Penelitian
Perancangan
Penelitian
Pengumpulan
Data
Analisis Data
Laporan Hasil

Muh. Idel dkk. Penerapan Model Pembelajaran ... 66

• Interpretasi dengan cara peneliti menganalisis dan menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi
pola, tren, dan temuan yang relevan dengan masalah penelitian.
Tahap 5: Pelaporan Hasil
• Peneliti menyusun laporan penelitian yang mencakup deskripsi hasil, interpretasi temuan, dan
implikasi untuk kebijakan dan praktik pendidikan.
• Diseminasi hasil dengan cara hasil penelitian disampaikan kepada stakeholder terkait seperti
pemerintah, sekolah, dan masyarakat melalui presentasi, publikasi, atau forum diskusi.

3. Hasil Penelitian
3.1. Pemenuhan Guru di SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong
Berdasarkan hasil analisis dokumentasi terkait jumlah guru yang mengajar di SDN 068 Manganan
Kecamatan Rongkong, secara administratif telah memenuhi namun pada kenyataannya julmah guru yang
ada tidak bertugas secara maksimal sehingga terdapat beberapa guru yang tidak hadir di setiap harinya.
Jumlah guru di SD tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Jumlah Guru SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong.
Uraian Guru Peserta didik
Laki-laki 5 19
perempuan 4 14
Total 9 33
Tabel 1, memberikan informasi bahwa jumlah guru SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong
sebanyak sembilan orang. Jika melihat kelas setiap tingkatan hanya 1 rombel, sehingga secara kuantitas
terpenuhi. Walaupun secara fakta berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti hanya menjumpai dua
samapi tiga guru saja yang hadir setiap harinya, terutama saat musim penghujan.
Berdasarkan observasi peneliti terhadap gambaran pemenuhan Guru di SDN 068 Manganan
Kecamatan Rongkong, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru SDN 068 Manganan
Kecamatan Rongkong menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan kelas rangkap. Berdasarkan hasil
wawancara diengan Guru yang mengajar di SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong guru yaitu bapak
Ibrahim, S.Pd., yang mengajar di Kelas 3 dan 4. Guru tersebut mengatakan bahwa:
“Letak geografis merupakan alasan yang sangat pentng dalam proses pembelajaran, karena sebagain guru
mengajar tidak selamanya ada yang mengajar SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong tetapi juga ada di
dataran rendah atau di kota”.
Adapun data observasi secara langsung mengenai kegiatan guru dalam mengajar memang sesuai
dengan hasil yang didapatkan di kelas rangkap namun sesuai dengan hasil data dokumentasi, guru tidak
menyusun perencanaan pembelajaran di RPP berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kelas rangkap.
Kemudian bapak Ibrahim, S.Pd., menambahkan bahwa:
“Alasan utamanya itu karena kurangnya tenaga pendidik yang mengharuskan guru menyempatkan untuk
mengajar di sekolah ini, ada kendala di jalan sehingga guru yang hadir mengambil inisiatif kelas rangkap, kalau
tidak menggunakan kelas rangkap otomatis proses pembelajaran tidak efektif”.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa, dengan adanya letak Geografis di SDN Manganan
Kecamatan Rongkong mengenai mengapa letak geografis menjadi alasan utama terjadinya Kelas Rangkap
karena memang keadaan dan situasi letak sekolah yang jauh dari tempat yang memadai, dan fasilitas serta
kurangnya tenaga pendidik. Data observasi yang mendukung yaitu dengan mewawancarai salah satu warga
seorang ibu bernama Indah yang anaknya sekolah di SDN tersebut, beliau mengatakan bahwa :
“Memang dek, di sekolah ini gurunya kurang, kemudian disini itu dek na bilang biasa anakku digabung i sama
kelas lain kalau belajar jadi sama tugasnya, karena itu biasa temannya datang kerumah kerja tugasnya sama
anakku”.

67 Socratika: Journal of Progressive Education and Social Inquiry | Vol. 1 No. 1 Januari 2024
67
Kemudian bapak Ibrahim, S.Pd., menambahkan lagi bahwa:
“Kurangnya murid tidak menentukan terjadinya kelas rangkap, bahkan memudahkan efektif belajar karena dalam
proses pembelajaran kelas itu maksimal siswa perkelas itu 25, sementara dalam sekolah ini tidak mencakup murid
yang sampai sepierti itu, bahkan dengan kurangnya siswa mempermudah siswa dalam efektivitas belajar”.
Kemudian bapak Ibrahim, S.Pd., menjelaskan bahwa:
“Kurangnya tenaga pendidik dasar utamanya adalah jumlah guru yang ditetapkan khususnya di SDN 068
Manganan ini sebenarnya masih membutuhkan beberapa guru dan tidak dipungkiri bahwa kurangnya tenaga
pendidik alasan utamanya itu karena penempatan mengajar”.
Berdasarkan hasil observasi mengenai kurangnya tenaga pendidik di SDN 068 Manganan Kecamatan
Rongkong, dari yang peneliti perhatikan bahwa memang tenaga pendidik yang ada di SDN tersebut
memang kurang hanya beberapa Guru saja dan tentu saja itu disebabkan oleh keadaan sekolah jauh dari
perkotaan. Sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu masyarakat yang ada disekitar, salah satunya
adalah bapak Fadiel yang mengatakan bahwa:
“Kalau menurut saya dek, itu mungkin kurang gurunya disini karena tidak ada na tempati tinggal jarang juga
ada guru dari palopo kesini, biasa itu guru-guru di sini ji daerah sini ji yang mau honor-honor selibihnya itu dek,
kebanyakan merantau orang disini setauku begitu ji dek”.
Kemudian bapak Ibrahim, S.Pd., menjelaskan bahwa:
“Memang sarana dan prasaran yang digunakan di SDN Manganan ini letak geografis di SDN 068 Manganan
Kecamatan Rongkong ini memang jauh dari prasarana di banding dengan sekolah yang di kota. Dan harus
membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup dan tepat, makanya sarana yang tidak cukup membuat guru
mengambil inisiatif mengadakan kelas rangkap”.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadinya kelas rangkap
dikarenakan pertama yaitu letak geografis atau wilayah sekolah tempat guru mengajar yang mengakibatkan
guru mengambil inisiatif dalam mengadakan kelas rangkap. Selanjutnya, kurangnya tenaga pendidik
merupakan juga faktor terjdinya kelas rangkap mengapa karena penempatan guru yang masih kurang,
sehingga guru mengambil inisiatif dan kesempatan untuk mengajar di SDN 068 Manganan Kecamatan
Rongkong.
3.2. Pelaksanaan PKR di SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong
Pembelajaran Kelas Rangkap yang digunakan adalah menggabungkan 2 kelas, 2 bidang studi, dalam
suatu ruangan, sehingga model 221 yang paling cocok. Adapun bentuk model PKR yang diterapkan sebagai
berikut.

Gambar 2. Pelaksanaan PKR Model 221.
Pelaksanaan model 221 tersebut dilaksanakan dalam tahapan proses pembelajaran sebagai berikut.
Tabel 2. Sintaks PKR yang Dilaksanakan di SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong.
Tahapan Deskripsi Pelaksanaan
Perencanaan Awal • Identifikasi kelas dan bidang studi yang akan
digabungkan. Pastikan bahwa kedua bidang studi
tersebut memiliki kurikulum yang komplementer atau
saling melengkapi.

Muh. Idel dkk. Penerapan Model Pembelajaran ... 68

• Tentukan jadwal yang sesuai untuk kedua kelas yang
akan digabungkan. Pastikan bahwa jadwal tersebut
memungkinkan adanya waktu yang cukup untuk
pembelajaran yang efektif dalam satu ruangan.
Persiapan Materi • Persiapkan materi pelajaran untuk kedua bidang studi
yang akan diajarkan. Pastikan bahwa materi tersebut
relevan dengan kurikulum yang berlaku dan dapat
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dari kedua kelas.
• Buatlah rencana pembelajaran yang terstruktur dan
terpadu untuk mengintegrasikan materi dari kedua
bidang studi. Identifikasi titik-titik persilangan antara
kedua bidang studi yang dapat digunakan sebagai
titik awal untuk mengintegrasikan pembelajaran.
Penyelenggaraan Kelas • Tentukan tata letak ruangan yang memungkinkan
siswa dari kedua kelas dapat berinteraksi dan
berkolaborasi dengan baik. Pastikan bahwa ruangan
memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung
pembelajaran, seperti papan tulis, proyektor, dan
tempat duduk yang cukup.
• Mulailah sesi pembelajaran dengan pengantar yang
menyeluruh untuk membahas tujuan pembelajaran
dan rencana pelaksanaan kelas rangkap. Jelaskan
kepada siswa bagaimana mereka akan bekerja sama
untuk mempelajari materi dari kedua bidang studi.
• Lanjutkan dengan menyampaikan materi
pembelajaran, menggunakan metode yang beragam
dan interaktif untuk memfasilitasi pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan.
• Berikan kesempatan bagi siswa untuk berkolaborasi,
berdiskusi, dan mengerjakan tugas-tugas yang relevan
dengan materi pembelajaran. Dorong siswa untuk
saling membantu dan mendukung satu sama lain
dalam memahami konsep yang diajarkan.
Evaluasi dan Tindak
Lanjut
• Setelah sesi pembelajaran selesai, lakukan evaluasi
terhadap pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan. Gunakan berbagai metode evaluasi, seperti
ujian, tugas proyek, atau diskusi kelompok, untuk
mengukur tingkat pencapaian siswa.
• Berikan umpan balik kepada siswa tentang kinerja
mereka dan identifikasi area-area yang perlu
diperbaiki atau ditingkatkan.
• Lakukan tindak lanjut dengan memberikan bimbingan
tambahan atau pemantapan materi kepada siswa yang
membutuhkan. Jangan lupa untuk merefleksikan
pengalaman pembelajaran kelas rangkap ini dan
identifikasi perubahan atau penyesuaian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan efektivitasnya di masa
mendatang.
Tabel tersebut memberikan gambaran tahapan pelaksanaan PKR yang laksanakan guru di SDN 068
Manganan Kecamatan Rongkong. Setelah melakukan observasi terkait pelaksanaan PKR, peneliti
melakaukan wawancara terkait pelaksanaan PKR di SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong .
Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Ibrahim, S.Pd., menjelaskan bahwa:

69 Socratika: Journal of Progressive Education and Social Inquiry | Vol. 1 No. 1 Januari 2024
69
“Sudah jelas dengan kurangnya tenaga pendidik maka diadakan kelas rangkap dan solusinya seharusnya guru
dengan kesadaran sendiri bagaimana supaya adil dalam proses pembelajaran dimana guru betul-betul harus adil
dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga tidak terjadi kelas rangkap. Dalam kelas rangkap yang kami
lakukan itu dalam 1 ruangan terdapat 2 kelas dengan 2 mata pelajaran yang berbeda dalam 1 waktu”.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan peneliti, menemukan bahwa dalam masalah tenaga
pendidik yang mengakibatkan terjadinya kelas rangkap dan menawarkan solusi dari sekolah tersebut
memang betul bahwa guru-guru disana harus adil dalam proses belajar mengajar sehingga solusi untuk
mengatasi kelas rangkap bisa teratasi dengan baik dan sesuai dengan proses yang ditetapkan melihat
bagaimana kondisi dan keadaan sekolah dan guru yang mengajar disana. Sedangkan model kelas rangkap
yang dilakukan oleh guru di SDN 068 Manganan yaitu melakukan dalam 1 kelas dengan 2 kelas dan 2 mata
pelajaran dalam 1 waktu.
Kemudian bapak Ibrahim, S.Pd., menjelaskan bahwa:
“Gurunya sudah berkompeten dalam melaksanakan proses pembelajaran namun itu tadi saya katakan bahwa
keadaan yang membuat guru harus maksimal dalam mengajar, dan berjalannya kelas rangkap itu bukan karena
setiap minggu tetapi ada waktu-waktu tertentu jika ada teman-teman guru yang berhalangan, dan solusinya itu
tidak setiap minggu guru mengadakan kelas rangkap hanya ada waktu tertentu saja”.
Keberadaan kesesuaian antara minat individu dan bidang yang dijalani sangat penting dalam
membentuk terjadinya keberhasilan dalam karir serta menciptakan kelas sosial yang lebih beragam.
Ketidaksesuaian antara minat individu dan bidang yang ditempuh dapat mengakibatkan ketidakpuasan
kerja, kurangnya motivasi, dan bahkan kesulitan untuk mencapai kinerja optimal.
Kemudian bapak Ibrahim, S.Pd., menjelaskan bahwa:
“Sebenarnya kalau di sekolah dasar atau guru kelas tidak ada sistem profesi semua harus mampu mengajar, dalam
kielas rangkap dan tidak mempengaruhi jurusan yang diambil oleh guru tersebut karena sudah ada peringatan
bahwa guru SD itu guru kelas yang mengharuskan semua mata pelajaran harus ditau dan diajarkan”.
Berdasarkan data observasi yang dilakukan peneliti mengenai bidang studi yang tidak sesuai dengan
diajarkan pada SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong dapat menyebabkan terjadinya kelas rangkap,
pernyataan itu tidak benar karena setelah mewawancarai guru, peneliti juga melihat proses belajar mengajar
yang berlangsung dimana guru-guru disana mau itu guru PJOK, Agama semuanya bisa mengajarkan kelas
tanpa terkecuali.
3.3. Tantangan Pelaksanaan PKR dalam Memenuhi Kebutuhan Guru di SDN 068 Manganan Kecamatan
Rongkong
Mengenai tantangan pelaksanaan PKR dalam memenuhi kebutuhan guru di SDN 068 Manganan
Kecamatan Rongkong tentu banyak yang harus dilakukan dan dimengerti melihat kondisi di Kecamatan
Rongkong tersebut sangatlah jauh dari peradaban kota. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak
Ibrahim, S.Pd., yang mengatakan bahwa:
“Kami memiliki beberapa tantangan yang kami hadapi. Tantangan utama kami adalah terkait dengan fasilitas
dan jumlah guru. Pertama, fasilitas yang tersedia di sekolah kami terbatas. Kami tidak memiliki fasilitas
pendukung pembelajaran seperti laboratorium komputer dan perpustakaan yang memadai. Keterbatasan fasilitas
ini membatasi kemampuan kami untuk menarik dan mempertahankan guru yang berkualitas. Kedua, kami juga
menghadapi tantangan dalam hal jumlah guru yang memadai. SDN 068 Manganan memiliki jumlah siswa yang
banyak, namun jumlah guru yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran yang
efektif. Hal ini mengakibatkan beban kerja yang berat bagi guru yang ada dan berdampak negatif pada kualitas
pengajaran serta pembelajaran”.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa di guru SDN 068 Manganan menghadapi
beberapa tantangan, diantaranya terkait dengan fasilitas dan jumlah guru. Keterbatasan fasilitas, seperti
terbatas dan kurangnya fasilitas pembelajaran seperti laboratorium komputer dan perpustakaan, menjadi
hambatan dalam menarik dan mempertahankan guru berkualitas. Selain itu, jumlah guru yang tidak
mencukupi untuk jumlah siswa yang banyak mengakibatkan beban kerja yang berat bagi guru yang ada,
yang pada gilirannya berdampak negatif pada kualitas pengajaran dan pembelajaran di sekolah.

Muh. Idel dkk. Penerapan Model Pembelajaran ... 70

4. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap model 221 di SDN 068
Manganan Kecamatan Rongkong menghadapi berbagai tantangan yang memengaruhi pelaksanaannya.
Kekurangan tenaga pendidik dan keterbatasan fasilitas pembelajaran menjadi faktor utama yang
mempengaruhi pemenuhan kelas rangkap. Guru-guru di SDN 068 Manganan terpaksa mengambil inisiatif
untuk menyelenggarakan kelas rangkap sebagai respons terhadap kebutuhan pendidikan yang tidak
terpenuhi secara optimal, sementara fasilitas pendidikan yang terbatas menghambat proses pembelajaran.
Meskipun demikian, penelitian ini juga menunjukkan adanya potensi untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran kelas rangkap melalui upaya perbaikan dan penyesuaian tertentu. Dengan pemahaman yang
lebih mendalam tentang kendala-kendala yang dihadapi, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk
meningkatkan sumber daya manusia dan fasilitas pendidikan di SDN 068 Manganan serta wilayah
sejenisnya. Dengan demikian, hasil penelitian ini memberikan wawasan yang berharga bagi pengembangan
kebijakan pendidikan yang lebih efektif dan solusi yang lebih tepat dalam meningkatkan aksesibilitas dan
mutu pendidikan di daerah pedesaan atau terpencil.
Dalam konteks teori, hasil penelitian ini konsisten dengan teori struktural fungsionalisme dalam
sosiologi pendidikan. Teori ini menekankan bahwa pendidikan berfungsi sebagai lembaga sosial yang
bertanggung jawab untuk memelihara stabilitas sosial dan mempersiapkan individu untuk berkontribusi
dalam masyarakat (Chamidi, 2022; Harahap, 2023; Hisyam et al., 2023; Zanki, 2020). Dalam kasus ini,
penerapan Pembelajaran Kelas Rangkap model 221 dapat dipahami sebagai strategi adaptasi sekolah
terhadap kondisi yang kurang ideal, seperti kekurangan tenaga pendidik dan keterbatasan fasilitas
pembelajaran. Penelitian ini menunjukkan bagaimana sekolah di wilayah pedesaan atau terpencil
menggunakan kreativitas dan inisiatif dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan lokal.
Selain itu, penelitian ini juga relevan dengan teori konstruktivisme dalam pendidikan. Teori ini
menekankan bahwa pembelajaran merupakan proses konstruksi pengetahuan yang aktif oleh individu
melalui interaksi dengan lingkungan mereka (Masgumelar & Mustafa, 2021; Mulyadi, 2022). Dalam konteks
Pembelajaran Kelas Rangkap, siswa dari kedua kelas memiliki kesempatan untuk berinteraksi dan
berkolaborasi dalam membangun pemahaman mereka tentang materi pelajaran. Dengan memfasilitasi kerja
sama antara siswa dari latar belakang yang berbeda, pembelajaran kelas rangkap dapat menciptakan
lingkungan belajar yang mempromosikan konstruksi pengetahuan yang lebih dalam dan beragam. Oleh
karena itu, hasil penelitian ini memberikan dukungan untuk pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa dan kolaboratif dalam mempromosikan pemahaman yang berarti dan berkelanjutan.
Implikasi dari penelitian ini sangat relevan dalam konteks pengembangan kebijakan pendidikan di
wilayah pedesaan atau terpencil. Temuan tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan
Pembelajaran Kelas Rangkap model 221 menyoroti urgensi untuk meningkatkan investasi dalam sumber
daya manusia dan fasilitas pendidikan di wilayah-wilayah tersebut. Pemerintah dan pemangku kepentingan
terkait perlu memberikan perhatian khusus dalam memperbaiki aksesibilitas dan kualitas pendidikan di
daerah-daerah yang mungkin kurang mendapat perhatian dalam pengalokasian sumber daya pendidikan.
Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan perlunya pengembangan strategi pembelajaran yang
lebih adaptif dan inklusif. Dengan memahami tantangan yang dihadapi oleh sekolah dalam penerapan
Pembelajaran Kelas Rangkap, pendekatan pembelajaran yang lebih fleksibel dan responsif terhadap
kebutuhan siswa dari latar belakang yang beragam dapat dikembangkan. Hal ini akan membantu
memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses yang sama terhadap pendidikan yang berkualitas dan
relevan dengan konteks lokal mereka. Dengan demikian, implikasi penelitian ini menekankan pentingnya
kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan komunitas dalam mengatasi tantangan pendidikan di wilayah-
wilayah yang kurang berkembang.
Meskipun memberikan wawasan yang berharga, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang
perlu diperhatikan. Salah satunya adalah cakupan geografis yang terbatas hanya pada satu sekolah, SDN
068 Manganan Kecamatan Rongkong, sehingga hasilnya mungkin tidak dapat secara langsung diterapkan
pada konteks pendidikan di wilayah lain. Selain itu, fokus penelitian pada penerapan Pembelajaran Kelas
Rangkap model 221 dalam satu ruangan juga dapat mengabaikan variasi yang mungkin terjadi dalam

71 Socratika: Journal of Progressive Education and Social Inquiry | Vol. 1 No. 1 Januari 2024
71
implementasi di tempat lain. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya yang melibatkan sampel yang lebih luas
dan variasi dalam konteks pendidikan pedesaan atau terpencil dapat memberikan gambaran yang lebih
komprehensif tentang tantangan dan strategi pembelajaran yang relevan.
5. Simpulan
Temuan penting dalam penelitian ini adalah identifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi
pelaksanaan Pembelajaran Kelas Rangkap model 221 di SDN 068 Manganan Kecamatan Rongkong.
Terkadang sebuah sekolah telah melaksanakan pembelajaran kelas rangkap, namun tidak mengetahui
bentuk model yang digunakan sehingga dalam pelaksanaannya kurang maksimal. Selanjutnya, kekurangan
tenaga pendidik dan keterbatasan fasilitas pembelajaran terbukti menjadi kendala utama yang
mempengaruhi pemenuhan kelas rangkap. Selain itu, penelitian ini juga mengungkap potensi untuk
meningkatkan efektivitas pembelajaran kelas rangkap melalui upaya perbaikan dan penyesuaian tertentu,
seperti pengembangan strategi pembelajaran yang lebih adaptif dan inklusif. Temuan ini memberikan
wawasan yang berharga bagi pengembangan kebijakan pendidikan yang lebih efektif, serta menyoroti
pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan komunitas dalam mengatasi tantangan pendidikan
di wilayah-wilayah pedesaan atau terpencil.
6. Referensi
Adiansah, W., Apsari, N. C., & Raharjo, S. T. (2019). Resolusi Konflik Agraria di Desa Genteng Kecamatan
Sukasari Kabupaten Sumedang. Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik, 1(1), Article 1.
https://doi.org/10.24198/jkrk.v1i1.20887
Amalia, H., & Rofiah. (2023). Analisis Konflik Sosial Dekanat Dan Mahasiswa Dalam Kebijakan Kegiatan
Diklat Mahasiswa (Studi Kasus Di Fakultas Agama Islam Uika Bogor). Nusantara Journal of
Multidisciplinary Science, 1(2), Article 2.
Ariani, A. (2020). Rekrutmen Tenaga Pendidik Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Pondok Pesantren
Musthafawiyah Purbabaru [Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara].
http://repository.uinsu.ac.id/9987/
Arif, A. M. (2020). Perspektif Teori Sosial Emile Durkheim dalam Sosiologi Pendidikan. Moderasi: Jurnal Studi
Ilmu Pengetahuan Sosial, 1(2), Article 2. https://doi.org/10.24239/moderasi.Vol1.Iss2.28
Chamidi, A. S. (2022). Strategic Planning dalam Perspektif Teologi, Filsafat, Psikologi, dan Sosiologi
Pendidikan. An-Nidzam : Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Studi Islam, 9(1), Article 1.
https://doi.org/10.33507/an-nidzam.v9i1.461
Harahap, A. S. (2023). Konsep Ruang Kelas Pendidikan Agama, Interpretative, Teori Struktural dan
Fungsional. Imamah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), Article 1.
Hisyam, C. J., Simanjuntak, D. J., Tuffahati, F., Fakhria, I., Safaatun, M. A., & Al-Fauziah, R. A. (2023). Menilik
Budaya Penjara: Teori Struktural Fungsional Emile Durkheim. Kultura: Jurnal Ilmu Hukum, Sosial, Dan
Humaniora, 1(3), Article 3. https://doi.org/10.572349/kultura.v1i3.340
Kaviza, M. (2019). Kesan Kaedah Document-Based Lesson Terhadap Penaakulan Sejarah dalam Kalangan
Murid Berbeza Tahap Pemikiran Kritis. JuKu: Jurnal Kurikulum & Pengajaran Asia Pasifik, 7(2), Article 2.
Masgumelar, N. K., & Mustafa, P. S. (2021). Teori Belajar Konstruktivisme dan Implikasinya dalam
Pendidikan dan Pembelajaran. GHAITSA : Islamic Education Journal, 2(1), Article 1.
Mulyadi, M. (2022). Teori Belajar Konstruktivisme Dengan Model Pembelajaran (Inquiry). Al Yasini : Jurnal
Keislaman, Sosial, hukum dan Pendidikan, 7(2), Article 2. https://doi.org/10.55102/alyasini.v7i2.4482
Nasir, N., & Mujiati, M. (2020). Pengelolaan Tenaga Pendidik (Guru) di Rural Area. Didaktis: Jurnal Pendidikan
dan Ilmu Pengetahuan, 20(1), Article 1. https://doi.org/10.30651/didaktis.v20i1.4383
Palapasari, R., Kadir, K., & Anggo, M. (2017). Pengaruh Penerapan Konstruktivis Realistik dan Kemampuan
Dasar Matematika terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. Jurnal
Pendidikan Matematika, 8(1), 46–56. https://doi.org/10.36709/jpm.v8i1.5930
Pebrianti, T., Septafi, G., & Wijaksono, A. (2024). Model Pengelolaan Pembelajaran Kelas Rangkap ( PKR )
Untuk Sekolah Dasar Yang Berada Di Wilayah 3T. Jurnal Eduakasi Dan Penelitian Tindakan Kelas, 3(1),
Article 1.
Prasetyo Adi, D. (2021). Arah Kebijakan Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi dalam Distribusi dan Alokasi Tenaga
Pendidik Asn Tingkat SD dan SMP Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Tingkat Dasar di Kecamatan
Sungai Bahar Muaro Jambi [Other, UNIVERSITAS JAMBI]. https://repository.unja.ac.id/

Muh. Idel dkk. Penerapan Model Pembelajaran ... 72

Ru’iya, S., Akhmad, F., Putwiyani, D., & Sulistiawan, A. (2021). Tantangan Guru Pendidikan Agama Islam
pada Sekolah Inklusi di Yogyakarta. AL-MANAR : Jurnal Komunikasi Dan Pendidikan Islam, 10(1), Article
1. https://doi.org/10.36668/jal.v10i1.240
Sulistiawati, A., & Nasution, K. (2022). Upaya Penanaman Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Telaah
Pendekatan Struktural Fungsional Talcott Parsons. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 4(1),
Article 1. https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v4i1.1839
Sumartono, S. (2019). Dinamika Perubahan Sosial dalam Teori Konflik. Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Bisnis,
5(1), Article 1. https://doi.org/10.36914/jikb.v5i1
Virdi, S., Khotimah, H., & Dewi, K. (2023). Sosiologi Pendidikan Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik
di Sekolah. Protasis: Jurnal Bahasa, Sastra, Budaya, Dan Pengajarannya, 2(1), Article 1.
https://doi.org/10.55606/protasis.v2i1.86
Yasa, M. A. A. (2022). Pendekatan Inovatif dalam Peningkatan Efisiensi Pendidikan (Kebijakan
Penggabungan Sekolah dan Pembelajaran Kelas Rangkap). Inovasi Jurnal Guru, 8(10), Article 10.
Zanki, H. A. (2020). Teori Psikologi dan Sosial Pendidikan (Teori Interaksi Simbolik). Scolae: Journal of
Pedagogy, 3(2), Article 2. https://doi.org/10.56488/scolae.v3i2.82