VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1679

JURNAL KOLABORATIF SAINS












































Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Mengenal Halusinasi
pada Gangguan Stimulasi Sensori: Halusinasi Pendengaran


Application of Group Activity Therapy to Recognize Hallucinations in
Sensory Stimulation Disorders: Auditory Hallucinations

Dewi Pratiwi
1*
, Indri Iriani
2
, Maryam
3

1, 2, 3
Fakultas Kesehatan Akademi Keperawatan Justitia Palu



Abstrak: Gangguan jiwa merupakan masalah kesehatan jiwa berat yang menyebabkan
terganggunya kongnitif, efektif dan hambatan fungsi sosialnya sehingga indivividu
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-harinya. Halusinasi merupakan distrosi
persepsi yang tidak nyata dan terjadi pada respons neurobiologis maladaptive. Tujuan
dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan penerapan terapi aktivitas kelompok
“mengenal halusinasi” pada pasien terhadap gangguan stimulasi sensori: halusinasi
pendengaran di Ruangan Srikaya Rumah Sakit Umum Daerah Madani Provinsi
Sulawesi Tengah. Desain studi kasus yang digunakan yaitu jenis peneltian deskriptif
dengan pendekatan studi kasus. Subjek studi kasus ini yaitu satu pasien dengan
gangguan stimulasi sensori halusinasi pendengaran yang telah mengikuti terapi
aktivitas kelompok di Ruangan Srikaya RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah.
Hasil dari penelitian yang dilakukan pada pasien Tn. R dengan Gangguan Stimulasi
Sensori, pada penelitian ini didapatkan satu diagnosa yaitu Skizofrenia. Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, pasien dapat mengenal halusinasi
yang dialaminya, dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, bercakap-
cakap dengan orang lain dan melakukan aktivitas terjadwal.

Abstract: Mental disorders are serious mental health problems that cause cognitive
and effective disturbances and hinder social functioning so that individuals are unable
to carry out their daily activities. Hallucinations are perceptual distortions that are not
real and occur in maladaptive neurobiological responses. The purpose of this study is
to describe the application of group activity therapy "knowing hallucinations" in
patients with sensory stimulation disorders: auditory hallucinations in the Srikaya
Room, Madani Regional General Hospital, Central Sulawesi Province. The case study
design used is a descriptive type of research with a case study approach. The subject
of this case study is a patient with sensory stimulation disorder, auditory hallucinations
who has participated in group activity therapy in the Srikaya Room at Madani Hospital,
Central Sulawesi Province. The results of research conducted on patients Mr. R with
Sensory Stimulation Disorder, in this study one diagnosis was found, namely
Schizophrenia. After nursing care for 3x24 hours, the patient can recognize the
hallucinations he is experiencing, can control the hallucinations by scolding,
conversing with others and carrying out scheduled activities.
Jurnal Kolaboratif Sains (JKS)
Doi: 10.56338/jks.v6i12.4301
Pages: 1679-1690

I N D E X E D I N

C r o s s r e f
G o o g l e S c h o l a r
G a r b a R u j u k a n D i g i t a l : G a r u d a


C O R R E S P O N D I N G
A U T H O R

D e w i P r a t i w i
F a k u l t a s K e s e h a t a n ,
A k a d e m i K e p e r a w a t a n J u s t i t i a
P a l u ,
I n d o n e s i a

E M A I L
p r a t i w y d e w i 2 @ g m a i l . c o m


OPEN ACCESS
E I S S N 2 6 2 3-2022



R e c e i v e d 20 N o v e m b e r ,
2023
R e v i s e d 3 D e c e m b e r 2023
A c c e p t e d 3 D e c e m b e r 2 0 2 3

K a t a K u n c i :
Te r a p i A k t i v i t a s
K e l o m p o k; G a n g g u a n
S t i m u l a s i S e n s o r i ;
H a l u s i n a s i
P e n d e n g a r a n
K e y w o r d s :
T A K ; S e n s o r y
S t i m u l a t i o n
D i s t u r b a n c e s ;
A u d i t o r y
H a l l u c i n a t i o n s


A r t i k e l P e n e l i t i a n

VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1682

JURNAL KOLABORATIF SAINS

- Pasien mengatakan saat bisikan datang dirinya
merasa senang.
DO:
- Pasien nampak mondar-mandir.
- Pasien nampak berbicara sendiri.
- Pasien nampak tertawa sendiri.
- Pasien nampak kooperatif saat dikaji.
- Afek datar saat dikaji

Tabel 2. Diagnosis Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan halusinasi pendengaran

Tabel 3. Rencana Keperawatan

No.

Diagnosis
Keperawatan
Perencanaan
Tujuan Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
1. Gangguan
halusinasi
pendengaran
Pasien dapat
mengenali dan
mengontrol
halusinasinya.


Setelah dilakukan
1x pertemuan,
pasien dapat
berinteraksi dan
berkomunikasi
dengan terapis.
1. Bina hubungan saling
percaya dengan
mengemukakan prinsip
komunikasi terapeutik:
a. Sapa pasien dengan
ramah baik verbal
maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri
dengan sopan.
c. Tanyakan nama
lengkpa pasien dan
nama panggilan yang
disukai pasien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Tunjukkan sikap
empati dan menerima
pasien apa adanya.
f. Perhatikan kebutuhan
dasar pasien.
Setelah 3 kali
berinteraksi,
pasien mampu
mengontrol
halusinasinya
dengan cara
menghardik.
2. SP 1
a. Mengidentifikasi jenis
halusinasi pasien.
b. Mengidentifikasi isi
halusinasi pasien.
c. Mengidentifikasi
waktu halusinasi
pasien.
d. Mengidentifikasi
frekuensi halusinasi
pasien.
e. Mengidentifikasi
situasi yang dapat

VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1683

JURNAL KOLABORATIF SAINS

menimbulkan
halusinasi pasien.
f. Mengidentifikasi
respon pasien terhadap
halusinasi pasien.
g. Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi.
h. Memasukkan kegiatan
dan jadwal harian.
Setelah 3 kali
berinteraksi,
pasien mampu
mengontrol
halusinasinya
dengan bercakap-
cakap dengan
orang lain.
3. SP 2
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
b. Melatih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan
orang lain.
c. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian.
Setelah 3 kali
berinteraksi,
pasien mampu
mengontrol
halusinasi
dengan
melakukan
kegiatan
terjadwal.
4. SP 3
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
b. Melatih pasien
mengendalikan
halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan.
c. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
Setelah 3 kali
berinteraksi,
pasien mampu
menggunakan
obat secara
teratur.
5. SP 4
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
b. Memasukkan penkes
tentang penggunaan
obat secara teratur.
c. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian.

Tabel 4. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan TAK Hari Pertama (22 Juli 2023)
Tn. R Waktu Implementasi Evaluasi
Gangguan stimulasi
sensori: halusinasi
pendengaran
09.00 –
12.00
SP 1:
1. BHSP
2. Mengidentifikasi jenis
halusinasi pasien.
3. Mengidentifikasi isi halusinasi
pasien.
4. Mengidentifikasi waktu
halusinasi pasien.
S: Pasien mengatakan
mendengar bisikan bisikan
yang memanggil untuk
bermain.
O: - Afek datar
- Pasien nampak mondar-
mandir
- Pasien nampak kooperatif

VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1684

JURNAL KOLABORATIF SAINS

5. Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi pasien.
6. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi.
7. Mengidentifikasi respon pasien
terhadap halusinasi.
8. Melatih pasien cara
mengontrol halusinasi dengan
menghardik.
9. Membimbing pasien
memasukkan dalam jadwal
harian.
- Pasien nampak gelisah
- Pasien nampak berbicara
sendiri
A: - Pasien mampu
membina
hubungan saling
percaya.
- Pasien mampu
menceritakan
halusinasinya.
P:
Perawat: Evaluasi SP 1
kemudian lanjutkan SP 2
gangguan stimulasi sensori:
halusinasi pendengaran pada
pertemuan kedua.

Pasien: Memotivasi pasien
untuk mengontrol
halusinasinya dengan cara
menghardik dan melatih
sesuai jadwal yang telah
dibuat.


Diagnosa Keperawatan TAK Hari Kedua (23 Juli 2023)
Tn. R Waktu Implementasi Evaluasi
Gangguan stimulasi
sensori: halusinasi
pendengaran
09.00 –
12.00
SP 1:
1. Mengidentifikasi respon
pasien terhadap halusinasi.
2. Mengevaluasi cara
mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik.
SP 2:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang
lain.
3. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian.
S: Pasien masih mendengar
bisikan yang memanggil
untuk bermain, pasien
menutup kedua telinga dan
mengatakan “pergi sana, kau
suara palsu, kau itu tidak
nyata jangan ganggu saya”.
Pasien juga berbicara dengan
temannya, pak mantri dan
perawat jika bisikan itu
datang.
O: - Pasien mempertahankan
kontak mata.
- Pasien nampak kooperatif.
A: - Pasien mampu bercakap-
cakap
dengan orang lain.
P:
Perawat: Evaluasi SP 1 dan
SP 2 kemudian lanjutkan SP 3
gangguan stimulasi sensori:
halusinasi pendengaran pada
pertemuan ketiga.

VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1685

JURNAL KOLABORATIF SAINS

Pasien: Memotivasi pasien
mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap sesuai
dengan jadwal harian.

Diagnosa Keperawatan TAK Hari Ketiga (24 Juli 2023)
Tn. R Waktu Implementasi Evaluasi
Gangguan stimulasi
sensori: halusinasi
pendengaran
09.00 –
12.00

SP 1:
1. Mengidentifikasi respon
pasien terhadap halusinasi.
2. Mengevaluasi cara mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik.
SP 2:
1. Mengevaluasi cara melawan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang
lain.
SP 3:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan.
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
S: Pasien masih mendengar
bisikan yang menaggilnya
untuk bermain, pasien
menutup kedua telinga dan
bilang “pergi kau suara
palsu, kau itu tidak nyata
jangan ganggu saya, pasien
juga berbicara dengan orang
lain. Kegiatan yang
dilakukan pasien pagi mandi
dan menonton tv.
O: - Pasien nampak
kooperatif.
- Sesekali pasien nampak
tersenyum.
- Bicara jelas dan dapat
dimengerti.
- Kontak mata
dipertahankan pasien.
- Mampu mengingat SP I
dan SP II.
A: - Pasien mampu
memilih
kegiatannya dan
memasukkan
ke dalam jadwal
kegiatan
harian.
P:
Perawat: Evaluasi SP 1, SP 2
dan SP 3 kemudian lanjutkan
SP 4 gangguan stimulasi
sensori: halusinasi
pendengaran pada pertemuan
selanjutnya.

Pasien: Memotivasi pasien
mengontrol halusinasi dengan
cara melakukan aktivitas
terjadwal.

VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1686

JURNAL KOLABORATIF SAINS

DISKUSI
Observasi langsung terhadap pasien yang dirawat dan studi dokumen digunakan untuk
memberikan TAK rangsangan sensorik pada pasien halusinasi pendengaran. Pasien yang mengalami
halusinasi pendengaran memerlukan pemberian rangsangan sensorik. Hal ini dapat membantu pasien
dalam mengelola dan mencegah halusinasinya.
Dalam studi kasus ini, individu yang mengalami halusinasi pendengaran diberikan rangsangan
sensorik dengan tujuan “mengenal halusinasi”. Sebelum dilakukan penerapan TAK stimulasi sensori,
perawat di ruangan memilih pasien yang sudah kooperatif sebagai pasien asuhan sehingga dapat
membantu tercapainya tujuan dari TAK. Kemudian penulis melakukan TAK stimulasi sensori
“mengenal halusinasi”, penulis melakukan bina hubungan saling percaya. Setelah pasien mendapat
rangsangan sensorik TAK, penulis juga mencatat kemampuan pasien dalam mengenali halusinasi yang
dialaminya.
Penulis tidak melakukan observasi langsung pada saat TAK sesi II, III, IV dan V. Pada studi kasus
ini penulis hanya mengobservasi pelaksanaan TAK stimulasi sensori sesi I. Pelaksanaan TAK stimulasi
sensori dilakukan penulis selama 3 hari secara terjadwal. Ada berbagai langkah penerapan TAK
stimulasi sensori antara lain persiapan, orientasi, kerja dan terminasi.
Kepala ruangan merencanakan TAK stimulasi sensori secara rutin di ruangan srikaya. Leader, co-
leader, observer dan fasilitator merupakan anggota tim yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
TAK stimulasi sensori di Ruang Srikaya RSUD Madani Provinsi Sulawesi Tengah yang berlangsung
selama 30 hingga 45 menit, dimulai pada pukul 09.00.
Terdapat ruangan khusus di Ruangan Srikaya yang dimanfaatkan untuk kegiatan TAK. Semua
pasien di Ruangan Srikaya mengikuti TAK dua kali seminggu. Semua pasien halusinasi dapat mengikuti
latihan TAK di Ruang Srikaya, tidak hanya mereka yang mengalami halusinasi pendengaran. Latihan
TAK stimulasi sensori berlangsung selama 5 sesi.
Pasien sebelumnya telah mengakui halusinasinya, keumdian memberikan informasi kepada
penulis mengenai kapasitas pasien untuk mengenali halusinasi. Pasien Tn. R mengatakan mendengar
bisikan-bisikan yang memanggilnya untuk bermain, bisikan datang paling sering pada malam hari
berkali-kali pada saat pasien sendiri/baring-baring dan pasien merasa senang saat bisikan itu datang.
Pengkajian. Berdasarkan temuan penelitian, tn. R seorang laki-laki berusia 20 tahun yang dirawat
tanggal 9 juli 2023. Ia hanya berpendidikan terakhir SMP, pekerjaan wiraswasta, beragama islam dan
sudah menikah. Ia dirawat karena sering mengalami kecemasan, mudah marah, suka berbicara sendiri
dan sulit tidur.
Menurut informasi yang dikumpulkan mengenai faktor risiko, tidak ada seorang pun dikeluarga
yang memiliki riwayat masalah jiwa. Pengobatan kurang berhasil karena ia tidak lagi mengkonsumsi
obat, pasien juga melakukan tindakan penolakan, seperti marah, mengamuk, banting-banting barang di
dalam rumah saat dia tau kalau dibawa ke RSUD Madani lagi dan ia menyatakan tidak memiliki
kenangan buruk dari masa lalunya. Dari pemeriksaan kesehatan tidak ada keluhan fisik, tinggi badan
158 cm, berat badan 53 kg, tekanan darah 110/80 mmHg, denyut nadi 80 kali per menit, suhu 36,5
o
c dan
frekuensi pernapasan 20 kali per menit.
Dalam data status psikososial: pasien adalah anak kedua dari empat bersaudara, pasien tinggal
bersama ayah, kakak dan adik-adiknya. Dalam data konsep diri: pasien menyukai seluruh anggota
tubuhnya, seorang anak kedua dari empat bersaudara, sebelum sakit biasanya pasien sering membantu
ayahnya berjualan ayam di pasar, pasien mengeatakan ingin segera sembuh dan cepat pulang. Dalam
data hubungan sosial: pasien mengatakan orang yang berarti adalah teman dekatnya, pasien mengatakan
tidak memiliki kegiatan kelompok maupun masyarakat, pasien mengatakan tidak memiliki hambatan

VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1687

JURNAL KOLABORATIF SAINS

dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam data spiritual: pasien mengatakan bahwa dirinya
beragama islam dan jarang sholat.
Dalam data status mental: pasien berpakaian sesuai keadaan, baju tidak di ganti-ganti dan rambut
acak-acakan, tidak mampu memulai pembicaraan sebelum ditanya dan pasien berbicaranya agak lama,
nampak gelisah, tidak bisa tenang di tempat tidur dan sering modar mandir, perasaannya seperti orang
khawatir, afek datar nampak tidak ada ekspresi, saat diajak berbicara kontak matanya kurang,
mendengar bisikan-bisikan yang mengajaknya bermain, saat berbicara tiba-tiba terhenti kemudian
dilanjutkan kembali, pasien sadar berada di rumah sakit dan sedang dirawat, pernah mengalami
gangguan jiwa pada tahun 2019, mampu berhitung dengan penjumlahan sederhana, mampu memilih
tindakan atau aktivitas yang ia lakukan terlebih dahulu dan mengetahui penyakitnya namun tidak pernah
menyalahkan orang lain atas penyakitnya.
Dalam data mekanisme koping: saat dikaji mekanisme koping inefektif dengan respon saat ada
masalah pasien marah dan mengamuk dari pada menghadapi masalahnya. Dalam data kebutuhan
persiapan pulang: pasien mampu makan tanpa bantuan orang lain, mampu BAB dan BAK, pasien mandi
2x sehari, pasien berpakaian sesuai keadaan dan mampu memilih pakaian sendiri, pasien masih dalam
perawatan di rumah sakit dan mengkonsumsi obat sesuai jadwal dengan pengawasan perawat, pasien
jarang tidur siang, biasanya hanya baring sebentar kemudian bangun mondar mandir, pasien tidur malam
mulai pukul 19.00 – 06.00, kegiatan pasien biasanya sebelum tidur yaitu makan, minum obat dan hanya
duduk, setelah bangun tidur pasien mengatakan mandi pagi dan duduk-duduk saja.
Pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan ayah atau saudaranya yang membantunya, keluarga
pasien masih mendukung dalam proses perawatan pasien agar cepat sembuh dan perawat masih
mendukung dalam proses perawatan agar pasien cepat pulih, pasien mengatakan yang mempersiapkan
makanannya kakaknya, pasien hanya membantu membersihkan rumah, pakaiannya dicucikan kakaknya,
pengaturan keuangan diatur ayahnya, pasien mengatakan belanja keperluan hanya kakaknya dan pasien
mengatakan tidak tau bawa motor. Pengetahuan kurang tentang obat-obatan. Terapi medik yang
diberikan berupa stelasi 5 mg pagi dan malam, arkine 2 mg pagi dan malam, clozapine 25 mg pagi dan
malam.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah pasien (Arisandy, 2022).
Diagnosa Keperawatan. Data yang ditemukan mengungkapkan permasalahan keperawatan
seperti potensi perilaku agresif, harga diri rendah, teknik koping yang tidak efisien dan kesenjangan
pengetahuan yang mengakibatkan gangguan stimulasi sensor termasuk halusinasi pendengaran sebagai
masalah keperawatan.
Akar masalah pada individu dengan masalah rangsangan sensori adalah halusinasi pendengaran
yang disebabkan oleh keterampilan koping yang tidak memadai dan potensi rendahnya harga diri:
mengakibatkan masalah keperawatan: halusinasi yang oleh menimbulkan ancaman perilaku agresif.
Fokus utama dari diagnosis keperawatan adalah respons pasien terhadap masalah medis atau
bagaimana masalah tersebut berdampak pada fungsi pasien sehari-hari (Arisandy, 2022).
Rencana Keperawatan. Pasien yang mengalami halusinasi pendengaran diberikan perencanaan
BHSP yang meliputi pengembangan hubungan saling percaya dengan pasien, jelaskan tujuan pertemuan,
tanyakan nama lengkap dan nama panggilan pasien, tunjukkan empati serta terima pasien apa adanya.
Perencanaan keperawatan adalah proses mengembangkan rencana tindakan keperawatan yang
akan digunakan untuk memecahkan masalah sejalan dengan diagnosis keperawatan yang ditentukan
dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien (Umsani, et. al. 2023). Rencana keperawatan terdiri dari
sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mencapai setiap tujuan yang ditentukan. Perencanaan

VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1688

JURNAL KOLABORATIF SAINS

keperawatan adalah proses menetapkan tujuan, merumuskan tindakan dan menilai berbagai asuhan
keperawatan pada pasien dalam rangka mengatasi masalah kesehatan (Arisandy, 2022).
Implementasi Keperawatan. Pendekatan implementasi yang digunakan adalah: membangun
hubungan berdasarkan rasa saling percaya, mengenali jenis, isi, frekuensi kejadian dan respons yang
terkait dengan halusinasi. Pemrosesan dan realisasi rencana keperawatan yang dibuat selama tahap
perencanaan dikenal sebagai implementasi. Sangat penting untuk segera menentukan rencana tindakan
yang sesuai dan diperlukan pasien (Dewi, 2021).
Evaluasi Keperawatan. Setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 12.00 wita evaluasi keperawatan
dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien dengan memperhatikan kondisi pasien. Pada hari
Sabtu tanggal 22 juli 2023 pasien Tn. R mengatakan mendengar bisikan-bisikan yang memanggilnya
untuk bermain, Afek datar, pasien nampak mondar-mandir, pasien nampak berbicara sendiri, pasien
nampak kooperatif, pasien nampak gelisah. Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2. Pada hari minggu tanggal 23
juli 2023 pasien mengatakan masih mendengar bisikan yang memanggilnya untuk bermain, pasien
mempertahankan kontak mata dan nampak kooperatif. Evaluasi SP 1 dan SP 2 kemudian lanjut SP 3.
Pada hari senin tanggal 24 juli 2023 pasien mengatakan masih mendengar bisikan yang memanggilnya
untuk bermain, pasien nampak kooperatif, sesekali pasien nampak tersenyum, bicara jelas dan dapat
dimengerti, kontak mata dipertahankan pasien, mampu mengingat SP 1 dan SP 2.
Evaluasi merupakan proses yang berkesinambungan untuk menentukan bagaimana intervensi
keperawatan mempengaruhi pasien. Pengkajian berkelanjutan dilakukan terhadap reaksi pasien pada
intervensi keperawatan yang telah dilakukan (Dewi, 2021).

KESIMPULAN
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Perbedaan reaksi pasien dengan halusinasi pendengaran
setelah diberikan TAK pasien mampu mengenal isi, waktu, situasi dan perasaan saat terjadi halusinasi.
Diagnosa keperawatan yang didapatkan dari hasil pengkajian Tn. R adalah Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran.
Rencana keperawatan didasarkan pada analisis data yang telah selesai dan dibuat diagnosa
keperawatan halusinasi pendengaran yang disebabkan oleh masalah rangsangan sensorik.
Implementasi keperawatan dari pasein Tn. R dengan mengedukasi strategi pelaksanaan (SP).
Implementasi Tn. R berlangsung selama 3 hari mampu mengenal halusinasi dan melakukan aktivitas
terjadwal.
Evaluasi keperawatan gangguan stimulasi sensori: halusinasi pendengaran pada Tn. R yang
dilakukan selama 3 hari, tindakan keperawatan mendapatkan hasil positif, pasien kooperatif dan mampu
mencapai Strategi Pelaksana 1 dengan baik.
Hasil pengkajian Tn. R mengatakan mendengar suara-suara yang memintanya bermain, suara
bisikan datang pada siang dan malam saat sendirian dan merasa senang saat bisikan itu datang. Data
objektif yang didapatkan pasien terlihat gelisah, mondar-mandir, berbicara sendiri, tertawa, kooperatif
dan afek datar.
Hasil penerapan TAK selama 3 hari didapatkan bahwa pasien sudah mengenal isi, waktu, situasi
dan sensasi halusinasi, namun pasien belum dapat mengontrol halusinasinya pada saat terjadi halusinasi
dikarenakan pasien senang dengan halusinasinya.

VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1689

JURNAL KOLABORATIF SAINS

IMPLIKASI
Terapi Aktivitas Kelompok mempunyai dampak positif terhadap upaya untuk meningkatkan,
memelihara dan memulihkan kesehatan dalam konteks praktik keperawatan jiwa. Dalam upaya
mempertajam pikiran pasien mengindentifikasi halusinasi, mengajari mereka cara mengendalikan dan
meminimalkan perilaku maladaptif (Maulana, et. al. 2021).

BATASAN
Penulis hanya dapat melihat sesi tindakan pertama TAK stimulasi sensori dan strategi pelaksanaan
hanya SP 1 – SP 3.

REKOMENDASI
Bagi Keluarga, keluarga dapat melakukan kunjungan rutin agar pasien merasa didukung
sehingga dapat mempercepat kesembuhan penyakitnya.
Bagi Perawat, diharapkan mampu berkomunikasi dan berkolaborasi dengan tim medis lainnya.
berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain. Karena merawat pasien memerlukan asuhan keperawatan
yang mengutamakan kenyamanan, perawatan, perhatian dan kesabaran secara umum dan khususnya
pasien gangguan stimulasi sensori: halusinasi pendengaran untuk memberikan rasa nyaman dan
mempercepat penyelesaian masalah.
Bagi Institusi Pendidikan, perlu meningkatkan standar pendidikan keperawatan untuk
menghasilkan perawat profesional yang terampil, dapat diandalkan dan memenuhi syarat untuk
memberikan asuhan keperawatan penuh.

DAFTAR PUSTAKA
Aldam, S.F.S. dan Wardani, I.Y. (2019) “Efektifitas penerapan standar asuhan keperawatan jiwa
generalis pada pasien skizofrenia dalam menurunkan gejala halusinasi,” Jurnal Keperawatan
Jiwa, 7(2), hal. 165. doi:10.26714/jkj.7.2.2019.167-174.
Dewi, R. (2021) “Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Gangguan Isolasi Sosial: Menarik Diri
dengan Penerapan Keterampilan Sosial terhadap Berinteraksi Sosial di Desa Aek Haruaya,” hal.
6.
Endriyani, S., Kusumawaty, I., Pastari, M. dan Umaya, W. (2022) “Implementasi Keperawatan
Mengontrol Halusinasi Dengan Menghardik,” Jurnal Nursing Update, 13(2), hal. 83–86.
Famela, Kusumawaty, I., Martini, S. dan Yunike. (2022) “Implementasi Keperawatan Teknik Bercakap-
Cakap Pada Pasien Halusinasi Pendengaran,” Jurnal ’Aisyiyah Medika, 7(2), hal. 205–214.
doi:10.36729/jam.v7i2.869.
Istichomah dan Fatihatur, R. (2019) “the Effectiveness of Family Knowledge About Schizophrenia
Toward Frequency of Recurrence of Schizophrenic Family Members At Poly Mental Grhasia
Mental Hospital D. I. Yogyakarta,” Jurnal Kesehatan Samora Ilmu, 10(2), hal. 1689–1699.
Tersedia pada: www.journal.uta45jakarta.ac.id.
Mister, Adi, N. dan Rahmawati, A.N. (2022) “Studi Kasus Halusinasi Pendengaran pada Pasien
Schizofrenia,” Jurnal Keperawatan Notokusumo, 10(1), hal. 21.
Rekam Medik. (2023) "Rumah Sakit Umum Daerah Madani Provinsi Sulawesi Tengah".
Riskesdas. (2018) "Kementrian Kesehatan Republik Indonesia," Kementrian Kesehatan RI, 1(1), hal. 1.
Tersedia Pada: https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001.

VOLUME 6 ISSUE 2 FEBRUARI 2023


1690

JURNAL KOLABORATIF SAINS

Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa Panduan Praktis untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed. 1. Jawa
Barat: CV. Adanu Abimata.
Suhendra dan Milkhatun. (2021) “Analisis Rekam Medis Jenis Halusinasi Dengan Menggunakan
Teknik Decision Tree Algoritma C4.5 Di Rumah Sakit Atma Husada Mahakam Samarinda,”
Borneo Student Research (BSR), 2(2), hal. 778–785.
Sutejo. (2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa Prinsip dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa. Ed. 1.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan
Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Syahputra, E., Rochadi, K., Pardede, J.A., Nababan, D. dan Taringan, F.L. (2021) “Determinan
Peningkatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Di Kota Langsa,” Journal of Healthcare
Technology and Medicine, 7(2), hal. 2615–109. Tersedia pada: chrome-
extension://oemmndcbldboiebfnladdacbdfmadadm/https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/artic
le/download/1712/911.
Umsani, U., Trismiyana, E. dan Gunawan, M.R. (2023) “Asuhan Keperawatan terhadap Perubahan
Perilaku Penderita Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia melalui Terapi Musik di
Klinik Aulia Rahma Kota Bandar Lampung,” Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM), 6(2), hal. 843–852. doi:10.33024/jkpm.v6i2.8368.
WHO. (2022) " Schizophrenia". Available at: https://www.who.int/news-room/fact-
sSheets/detail/schizophrenia. (Acessed: 12 June 2023).
Wijayanti, Hastuti, W. dan Nahrowiyah, S. (2022) “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Persepsi Sesi 1-2 Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran The Effect of
Perception Stimulation Group Activity Therapy Session 1-2 on The Ability To Control Hearing
Hallucinations,” 20(1), hal. 65–71.