307


Vol 4 No 3 Tahun 2023

SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga

http:// jurnal.icjambi.id/index.php/sprinter/index

Optimalisasi Manajemen Sarana dan Prasarana Olahraga
Kelas Khusus Olahraga di Kabupaten Demak

Agus Trimulad Santoso
1
, Setya Rahayu
2

1,2
Ilmu Keolahragaan, FIK, Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah, Indonesia
Email: [email protected]
Info Artikel
____________________
Kata Kunci:
Optimalisasi, Manajemen Sarana
dan Prasarana, Kelas Khusus
Olahraga

Keywords:
Optimization, Facilities and
Infrastructure Management,
Special Sports Classes
Abstrak

_________________________________________________________

Kelas khusus olahraga sebagai wahana pembibitan berjenjang yang kelak
menjadi atlet profesional sehingga diperlukan profesionalitas dalam
manajemennya. Sarana dan prasarana olahraga merupakan salah satu
aspek penting bagi keberhasilan atlet. Sarpras yang terbatas, pembiayaan
pengadaan kurang memadai, dan pelatih yang harus membawa sarana
sendiri adalah permasalahan yang lazim dijumpai. Penelitian ini
menguraikan fakta yang terjadi menjadi peluang solusi sebagai implikasi
dari penelitian eksplorasi. Penelitian ini bertujuan meneliti fungsi
manajemen (Planning, Organizing, Leading, Controlling) dan alat optimalisasi
(Man, Money, Materials, Methods). Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Sumber data diperoleh dari WAKA SARPAS, WAKA
Kurikulum, pelatih atletik, Walikelas, dan siswa KKO. Data dianalisis
melalui reduksi, display, dan penarikan kesimpulan. Instrumen penelitian
menggunakan 3 pedoman yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa optimalisasi Planning melalui prosedur
analisis kebutuhan dan kesepakatan. Optimalisasi organizing berdasarkan
seleksi kompetensi dan bukan penunjukan. Optimalisasi leading didorong
melalui motivasi dan pengarahan. Optimalisasi controlling diperoleh dari
pelaporan berkala sesuai data peminjaman. Fungsi Planning, Organizing,
Controlling dapat dioptimalkan. Fungsi leading belum dapat diidentifikasi
spesifik. Riset selanjutnya dapat disarankan lebih berfokus pada setiap
fungsi sehingga solusi yang dihasilkan lebih praktis dan konkret.

Abstract
_________________________________________________________

Special sports classes are a means of nurturing people who will become professional
athletes in the future, so professionalism is needed in their management. Sports
facilities and infrastructure are an important aspect for the success of athletes.
Limited infrastructure, inadequate procurement funding, and trainers who have to
bring their own equipment are common problems. This research was created to break
down problems into opportunities as a variation of the study which is limited to the
management of sports facilities and infrastructure. This research aims to examine
management functions (Planning, Organizing, Leading, Controlling) and
optimization tools (Man, Money, Materials, Methods). This research uses qualitative
descriptive methods and the data sources used are interviews, observation, and
documentation. Data is analyzed through reduction, display and drawing
conclusions. The research uses 3 research guidelines, namely interviews, observation
and documentation. The research results show that planning optimization is done
through needs analysis procedures and agreements. Optimization of organizing based
on competency selection and not appointment. Optimization of leading is driven
through motivation and direction. Optimization of controlling is obtained from
periodic reporting according to lending data. Planning, Organizing, Controlling

Agus Trimulad Santoso, Setya Rahayu

/ SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga Volume 4 (3) (2023)

308
functions can be optimized. The specific function of leading cannot yet be identified.
Further research can be carried out with more focus on each function so that the
resulting solutions are more practical and concrete.

© 2023 Author

Alamat korespondensi:
Sekaran, Kec. Gn. Pati, Kota Semarang, Jawa Tengah 50229
E-mail: [email protected]


PENDAHULUAN
Berdasarkan UU RI No. 11 tahun 2022
pada Bab V pasal 17 pengelompokan terkait
ruang lingkup olahraga meliputi kegiatan: a.
Olahraga pendidikan, b. Olahraga
masyarakat, c. Olahraga prestasi.
Implementasi undang-undang keolahragaan
tersebut telah dilaksanakan tidak hanya
dalam sektor olahraga prestasi melainkan
juga pada ruang lingkup olahraga pendidikan.
Keberjenjangan olahraga prestasi tentu tidak
dapat terlepas dari sistem pendidikan di
indonesia yang mewajibkan 12 tahun belajar.
Agar prestasi tetap dapat berjalan seiring
dengan pendidikan formal, peneliti menaruh
asumsi bahwasanya suksesnya keseluruhan
ruang lingkup olahraga tidak dapat
dipisahkan dari sektor olahraga pendidikan.
Program kelas khusus olahraga (KKO)
yang dilaksanakan seiring dengan ruang
pendidikan akan membuka cara pandang
siswa dan masyarakat tentang pentingnya
kebutuhan seseorang untuk berolahraga.
Olahraga sebagai gaya hidup masyarakat juga
sebagai pendidikan karakter. Hal ini sesuai
dengan panji-panji olahraga indonesia yaitu
“mengolahragakan masyarakat dan
memasyarakatkan olahraga” (Widowati et
al., 2019). Kombinasi prestasi olahraga
berjenjang yang diamanahkan dalam lingkup
pendidikan memerlukan pengoptimalan
dalam penerapan manajemen. Salah satu
tantangan dalam penerapan manajemen
adalah komponen manajemen sarana dan
prasarana. Komponen manajemen sarana
dan prasarana menghadapi tantangan berupa
analisis kebutuhan perencanaan, pengadaan,
pendistribusian, pemanfaatan, pemeliharaan,
dan penghapusan (Andriyan & Yoenanto,
2022).
SMA Negeri 3 Demak merupakan satu
satunya sekolah di Kabupaten Demak yang
telah melaksanakan KKO. Hal ini tentu
menjadi langkah awal keikutsertaan sektor
pendidikan di Kabupaten Demak dalam
rangka pembinaan prestasi siswa KKO.
Berdasarkan wawancara pendahuluan
bersama koordinator KKO ada hal yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan program
KKO yang telah berjalan tiga tahun ini yaitu
kurang optimalnya prestasi yang diraih siswa
KKO. Masalah utama tersebut dipicu salah
satunya yaitu faktor terbatasanya
ketersediaan sarana dan prasarana olahraga
di sekolah. Sesuai data observasi ada
sebanyak 108 siswa KKO tersebar di kelas X,
XI, dan XII yang setiap kelasnya terdiri 36
siswa. Setiap kelas KKO dibebankan 9 jam
olahraga perminggunya. Total durasi
olahraga ada 27 jam perminggu yang itupun
belum termasuk kelas reguler. Sesuai data
dokumentasi pihak sma telah mengusulkan
dana hibah berupa perlengkapan alat fitness
untuk menunjang sesi pelatihan siswa KKO.
Bantuan tersebut tentu perlu dipergunakan
sebagaimana mestinya sehingga adanya
pemerataan dalam penggunaannya. Atas
urgensi tersebut maka diperlukan perhatian
lebih pada pengelolaan sarana dan prasarana
olahraga. Pengelolaan fasilitas yang belum
optimal juga dapat menghambat prestasi
(Nurfaizin & Anam, 2022).
Fakta permasalahan sarana d an
prasarana lain juga muncul yaitu hanya ada
satu lapangan indoor bulu tangkis, dua
lapangan voli, dan satu arena lompat jau,
padahal dalam cabang olahraga unggulannya
yaitu; atletik, dayung, gulat, senam, dan
panahan. Fakta lain juga ditemukan adanya
peran ganda dari pelatih yang membawa
sarana olahraga sendiri sehingga berimplikasi
pada lambannya pencapaian target latihan.
Solusi atas permasalahan-permasalahan
tersebut membutuhkan penelitian untuk
mengekplorasi prosesi dari setiap fungsi
manajemen (Planning, Orgaizing, Leading,
Controlling). Mempertimbangkan sumber daya
(Man, Money, Materials, Methods) yang tersedia
merupakan tujuan dari penelitian ini.
Berbekal manajemen yang baik maka
diharapkan pembinaan kerjasama akan serasi,
harmonis, saling menghormati, sehingga
tujuan optimal akan tercapai (Prasetyo et al.,
2021). Keberjalanan kerjasama SMAN 3
Demak dengan lembaga-lembaga setempat
termasuk perguruan tinggi tentu akan
memberikan sumbangsih kemajuan prestasi
siswa KKO. Terjalinnya kerjasama antar
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dinas
pendidikan, dinas kepemudaan dan olahraga
serta sekolah untuk bahu membahu
menfasilitasi sumber-sumber pendukung
dapat mengekspresikan seluruh potensi siswa
berbakat secara optimal (Adi & Soenyoto,

Agus Trimulad Santoso, Setya Rahayu

/ SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga Volume 4 (3) (2023)

309
2020). Berdasarkan latar belakang di atas
maka penelitian terkait manajemen sarana
dan prasarana olahraga merupakan hal yang
penting untuk diteliti mengingat sarana dan
prasarana olahraga merupakan salah satu
faktor penunjang utama pengoptimalan
prestasi siswa KKO.

METODE
Penelitian menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan pendekatan
eksploratif. Fokus Penelitian ditujukan pada
manajemen sebagai objek formal dan sarpras
olahraga sebagai objek material. Teknik
pengumpulan data melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Sumber data
diperoleh dari tiga informan utama yaitu
wakil kepala bidang sarana dan prasarana,
wakil kepala bidang kurikulum, dan pelatih
atletik. Sebelas informan juga ditambahkan
untuk menanggapi kendala yang terdiri dari
satu wali kelas KKO dan sepuluh siswa
KKO. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Juni 2023 dengan batasan lokasi di SMAN 3
Demak sebagai penyelenggara program
KKO. Penyusunan instrumen penelitian telah
divalidasi oleh dua ahli yaitu dari pihak
institusi kampus dan pihak KKO itu sendiri.
Teknik analisis data menggunakan tiga
alur yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Penyajian data dalam
penelitian ini menggunakan diagram tulang
ikan sebagai bahan penarikan kesimpulan
yang tergambar seperti adaptasi dari
Prastowo (2012). Data yang terkumpul juga
diperiksa keabsahan datanya melalui empat
teknik pemeriksaan yaitu; 1. Derajat
kepercayaan (kredibilitas)., 2. Keteralihan
(transferabilitas)., 3. Ketergantungan
(dependabilitas)., 4. Kepastian
(confirmabilitas). Justifikasi hasil penelitian
ini menggunakan triangulasi data sebagai
pengujian kredibilitasnya. Pemeriksaan
keabsahan data merupakan suatu hal yang
penting dalam penelitian kualitatif, hal
tersebut dilakukan agar penelitian tidak bias
dan terjamin prinsip keilmiahanya dalam
memecahkan sebuah masalah yang diteliti.

HASIL
Hasil triangulasi data wawancara dan
dokumentasi diperoleh uraian diagram tulang
ikan pada setiap indikator penelitian.
Indikator kepemimpinan disajikan dalam
bentuk deskriptif. Dibawah ini uraian hasil
optimalisasi manajemen sarana dan
prasarana olahraga di Kelas Khusus
Olahraga.

1) Optimalisasi Perencanaan Sarana dan
Prasarana Olahraga pada KKO di
SMAN 3 Demak.


Gambar 1. Optimalisasi Perencanaan

Hasil wawancara didapatkan bahwa
dalam proses perencanaan manajemen sarana
dan prasarana olahraga KKO melibatkan
berbagai pihak internal dan eksternal. Pihak
internal terdiri dari kepala sekolah, para wakil
kepala sekolah, MGMP Olahraga, dan dewan
guru. Pihak eksternal terdiri dari KONI,
DINPORA, KEMENPORA, serta Dinas
Pendidikan induk Jawa Tengah Provinsi
Jawa Tengah. Terkait komponen Money
dipergunakan dana BOS dan usaha dana
hibah. Dana BOS dilakukan dengan
penganggaran yang dialokasikan untuk
sarana habis pakai sekitar 10 Juta.
Keterbatasan Dana BOS tersebut diupayakan
melalui jalur lain yaitu dana hibah. Dana
hibah ditempuh dengan menggandeng
dukungan melalui kolaborasi dengan pihak
ketiga termasuk politisi. Proses
perencanaanya diawali dengan melakukan
analisis kebutuhan yang dilampirkan dalam
proposal permohonan berupa alat-alat fitness
kepada kemepora melalui salah satu politisi.
Upaya lain juga dikerjakan untuk membidik
sumber dana BOS prestasi. Perihal dana BOS
dilakukan upaya penganggaran setahun sekali
yang diinputkan pada RKAS. Perencanaan
dimasa mendatang difokuskan untuk
pembangunan sporthall indoor dengan metode
kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana
perencanaan alat-alat fitness. Proses
perencanaan terkait sarana dan prasarana
dilakukan melalui sensus kebutuhan yang
dikerjakan melalui analisis SWOT.

Agus Trimulad Santoso, Setya Rahayu

/ SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga Volume 4 (3) (2023)

310
2) Optimalisasi Pengorganisasian Sarana
dan Prasarana Olahraga pada KKO di
SMAN 3 Demak.


Gambar 2. Optimalisasi Pengorganisasian

Pengorganisasian sarpras olahraga
dikerjakan dengan melibatkan pelatih dalam
dan pelatih luar. Pelatih dalam terdiri dari
guru olahraga sesuai kecaborannya. Pelatih
luar adalah pengurus KKO yang tidak
sebagai guru olahraga di SMAN 3 Demak.
Sesuai data dokumentasi dalam struktur tim
pengelola KKO disebutkan ada 21 orang.
Terkait honor dikatakan dalam wawancara
bahwa untuk pelatih luar dari alokasi dana
BOS. Untuk Pelatih dalam sudah termasuk
gaji. Kepengurusan KKO memang pihak
internal tidak digaji. Pengorganisasi tersebut
dilakukan dengan penunjukan dari kepala
sekolah dan tidak ada seleksi untuk pengurus
KKO sendiri. Penunjukan dilakukan sesuai
kompetensi pelatih. Materials dilakukan
dengan uprgrade skills yang biasanya
diselenggarakan oleh dinpora dan pengadaan
dari sarana dan prasarana olahraga itu
sendiri. Secara khusus pengorganisasian
sarana dan prasarana olahraga yang
bertanggung jawab adalah pelatih yang
menggunakannya.

3) Optimalisasi Kepemimpinan Sarana dan
Prasarana Olahraga pada KKO di
SMAN 3 Demak.
Manajemen Kepemimpinan sarana
dan prasarana olahraga dikatakan oleh Waka
Sarpras bahwa pelaksanaanya menggunakan
metode top down dan bottom up.
Komunikasi Top down berarti
mengembalikan sesuai visi KKO dan bottom
up dilakukan sesuai dengan keluhan
pengelola yang dalam hal ini keterbatasan
sarana dan prasarana olahraga. Hasil
wawancara tersebut menyatakan bahwa
kepemimpinan melibatkan penggunaan
motivasi dan komunikasi dalam
menyelesaikan permasalahan. Permasalahan
terkait sarana dan prasarana ditemukan
dalam wawancara bersama siswa KKO yang
menyebutkan bahwa pelatih membawa bola
voli sendiri. Sesuai hasil observasi memang
hanya ada 3 buah bola voli sehingga lebih
banyak berlatih di pengcabnya.
Kepemimpinan dilakukan dengan gaya
komunikasi personal dan silaturahmi antar
pengelola. Kemudian melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya sebagai pelatih. Hasil
wawancara Waka Kurikulum menyatakan
dorongan motivasi murni kepada siswa dan
pelibatan orang tua dapat memecahan
permasalahan. Didukung oleh Waka Sarpras
bahwa memang pelibatan orang tua juga aktif
dalam membantu mengatasi permasalahan
keterbatasan sarana dan prasarana olahraga
di SMAN 3 Demak.

4) Optimalisasi Pengendalian Sarana dan
Prasarana Olahraga pada KKO di
SMAN 3 Demak.


Gambar 3. Optimalisasi Pengendalian

Hasil wawancara dapat dikerucutkan
bahwa yang memiliki tanggung jawab penuh
adalah wakil kepala bidang sarana dan
prasarana olahraga. Terkait pelaksanaanya di
serahkan pada setiap guru pengampu sesuai
jadwal. Diperoleh hasil wawancara dari
WAKA SARPRAS bahwa penggendalian
dilakukan dengan melaporkan penggunaan
sarpras sebelum dan seusai pelatihan siswa
KKO. Sistem pelatihan KKO pada jam
sekolah diampu oleh guru olahraga. Diluar
jam sekolah diserahkan pada pelatihnya
masing-masing. Sumber dana dalam
pengendalian dialokasikan untuk
pemeliharan kurang dari 5 juta yang telah
dianggarkan melalui RKAS. Prosedur
pengendalian dilakukan dengan pelaporan
sesuai jadwal pelatihan yang telah
direncakan. Prosedur pengendalian sarana
dan prasarana diluar jam pelajaran dilakukan

Agus Trimulad Santoso, Setya Rahayu

/ SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga Volume 4 (3) (2023)

311
dengan menggunakan surat permohonan
peminjaman. Pengendalian dilakukan dengan
mencatatnya dalam buku inventarisasi
namun dalam wawancara dengan WAKA
KURIKULUM hal ini kurang berjalan secara
rutin dikarenakan sudah sesuai jadwal.
Perbaikan terkait keausan disebutkan bahwa
diperlukan kompetensi yang ahli dalam
sarana dan prasarana olahraga. Namun hal
tersebut terkendala dengan terbatasnya biaya
karena memerlukan remuneration kepada
pengelola sarana dan prasarana.

PEMBAHASAN
Pembahasan setiap fungsi manajemen
diulas kembali sesuai landasan teori yang
sebelumnya telah diuraikan. Mengurai hasil
penelitian yang telah ditulis sedemikian rinci
hingga membentuk proses. Menyajikan
diagram dengan memasukan alat -alat
optimalisasi pada setiap fungsi sebagai bahan
penarikan kesimpulan dan saran.
1) Optimalisasi Perencanaan Sarana dan
Prasarana Olahraga Pada KKO SMAN
3 Demak.
Perencanaan merupakan proses
pemilihan langkah-langkah yang dikehendaki
untuk menggapai kondisi dimasa mendatang
dengan berbagai pertimbangan (Harsuki,
2012). Perencanaan sarana dan prasarana
olahraga pada kelas khusus olahraga faktanya
tidak hanya ada dalam ruang lingkup sekolah
saja. Fakta tersebut diperoleh dari
pelaksanaan program pelatihan yang juga
berada di klubnya masing-masing. Batasan
peneliti hanya memfok uskan pada
pelaksanaanya di SMAN 3 Demak.
Perencanaan sarana dan prasarana
olahraga Kelas Khusus Olahraga di SMAN 3
Demak secara serius dimulai dari
pembentukan tim pengelola seiring
dikeluarkanya SK penyelenggaraan Kelas
Khusus Olahaga pada Satuan Pendidikan
Menengah Atas. Proses perencanaan dimulai
dengan sensus pemetaan terkait kebutuhan
sarana dan prasarana olahraga.
Mempertimbangkan bahwa cabang olahraga
unggulan di KKO SMAN 3 Demak yaitu
atletik sehingga dalam proses perencanaan
dikhususkan untuk mengejar sarana dan
prasarana olahraga yang terkait cabor
tersebut. Meskipun dalam cabang olahraga
unggulannya ada; Gulat, Dayung, Senam,
Panahan, dan atletik itu sendiri.
Pertimbangan selanjutnya mengingat pelatih
atletik juga guru di SMA itu sendiri.
Pertimbangan utamanya didorong pada hasil
kejuaraan yang sering mendominasi dalam
kancah provinsi dan nasional. Pertimbangan
terakhir adalah mencegah dampak cuaca
yang akan terjadi terhadap keberjalanan
pelatihan yang intens. Dengan prioritas dan
sasaran diatas maka perencanan terkait
pembangunan gedung olahraga Indoor
adalah langkah yang tepat mengingat sarana
dan prasarana merupakan faktor penting yang
akan menentukan apakah sebuah proses
pembelajaran bisa berjalan efektif atau justru
sebaliknya (Sinta, 2019).
Anggaran kelas khusus olahraga,
sering dijumpai mengalami keterbatasan.
Keterbatasan tersebut dikarenakan memang
satu-satunya sumber pendanaan adalah
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang
penggunaanya telah difokuskan dalam
keberlanjutan satuan pendidikan. Namun
dalam perencanaanya memang dialokasikan
sekitar sepuluh juta itupun dibagi untuk
operasional pemeliharaan dan sisanya untuk
peralatan habis pakai seperti bola-bola dan
peralatan olahraga lainnya. Mengingat
kendala tersebut maka dilakukan upaya
menjalin kerjasama dan kolaborasi dengan
dukungan-dukungan dari komunitas olahraga
daerah sampai kemudian melakukan audiensi
terkait beberapa hal termasuk pengembangan
sarana dan prasarana olahraga. Hasilnya
adanya bantuan sarana fitness dan masukan
terkait perlunya menggandeng pihak-pihak
terkait seperti PUPR dan pihak ketiga.
Pendanaan berupa dukungan dari APBD
kota dan dinas pendidikan resmi di pandang
sebagai upaya ideal dalam pendanaan
program kelas khusus olahraga (Mahendra,
2017).
Peluang dukungan pihak PUPR dan
pihak ketiga melatarbelakangi sasaran
perencanaan selanjutnya yaitu perumusan
pembangunan GOR indoor. Realisasi
perumusan tersebut tentu dipe rlukan
pedanaan yang cukup besar karena diluar dari
jangkauan anggaran yang diterima satuan
pendidikan. Sasaran tersebut hanya dapat
dijangkau dengan kolaborasi instansi
pemerintah dan bukan pemerintah.
Konsekuensinya memang akan ada
kesepakatan namun jika siswa-siswa dapat
bertanding dalam ajang nasional maka hal
tersebut terbuka lebar. Prestasi diajang
nasional akan membuka peluang
mendapatkan apresiasi lebih baik dari instansi
pemerintah maupun non pemerintah
sehingga sasaran perencanaan GOR dapat
direalisasikan.

Agus Trimulad Santoso, Setya Rahayu

/ SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga Volume 4 (3) (2023)

312
2) Optimalisasi Pengorganisasian Sarana
dan Prasarana Olahraga Pada KKO
SMAN 3 Demak.
Fungsi pengorganisasian sebagai
keseluruhan proses dari pengelompokan
orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab,
dan wewenang, sehingga tercipta suatu
organisasi yang memiliki kesatuan arah
dalam rangka pencapaian tujuan (Harsuki,
2012). Definisi secara teknis terlihat dalam
pembentukan tim pengelola KKO yang telah
memiliki tugas dan fungsinya sesuai jabatan
yang diembankan. Tim pengelola KKO
dalam ranah satuan pendidikan secara
struktur tetap dibawah naungan kepala
sekolah. Secara umum kepala sekolah sebagai
penanggung jawab pelaksanaan manajemen
pada satuan pendidikan. Secara khusus
manajemen sarana dan prasarana diserahkan
kepada wakil kepala bidang sarana dan
prasarana.
Sesuai dengan hasil yang telah
diuraikan dan mempertimbangkan landasan
teori yang ada. Proses pengorganisasi
disebutkan bahwa terdapat empat pilar dalam
pelaksanaanya yaitu pembagian kerja,
pengelompokan pekerjaan, penentuan relasi,
dan koordinasi (Saefullah & Sule, 2010).
Proses pengorganisasian kelas khusus
olahraga mempertimbangkan kompetensi
yang dimiliki individu. Hal tersebut di
buktikan dengan setiap tupoksi yang diemban
sesuai kompetensi. Sebagaimana Waka
kurikulum dengan kompetensi manajemen
administrasi dijadikan sekretaris KKO. Waka
sarpras dengan kompetensi ketua MGMP
olahraga yang dalam KKO sebagai kepala
pelatih. Pelatih atletik dengan sertifikasi
mumpuni menjalankan misinya
mengantarkan atletnya juara, sebagaimana
yang dikerjakan pelatih lainya.
Pengorganisasian tersebut menjadi semakin
bersinergi kuat jika dalam tugas devisinya
ditambahkan sebuah fungsi. Cabang olahraga
lainya berkolaborasi dari pelatih luar karena
terbatasnya SDM yang ada.
Pengorganisasian sarana dan prasarana
olahraga maka yang menjadi perhatian lainya
juga adalah proses pengorganisasian alat-alat
olahraga yang dalam penanggung jawabnya
diserahkan pada setiap guru olahraga yang
menggunakanya. Hal ini sekilas tidak
berdampak secara nyata jika dalam
pengelolaan sarana dan prasarana
sebagaimana model kurikulum pendidikan
yang sarananya relatif terbatas. Dampak yang
akan ditimbulkan justru terlihat ketika sarana
dan prasarana ini berkembang secara
kuantitas dan kualitasnya. Adapun dalam
pencegahanya maka diperlukan
restrukturisasi tugas dan fungsi supaya cara
kerja lebih lincah, pengambilan keputusan
lebih cepat, perbaikan bisa dilakukan lebih
tepat guna (Farid et al., 2015).
Pertimbangan diatas dimaksudkan
agar pelatih yang telah merangkap guru
senantiasa berfokus pada program pelatihan
sehingga tidak dibiaskan pada bermasalah
atau terkendalanya sarana dan prasarana
olahraga. Sehingga pelatih dapat fokus
membina para atletnya sedangkan
kepengurusan sarana dan prasarana dikelola
oleh orang yang lain (Syahroni et al., 2020).
Hal tersebut juga mengurangi permasalahan
ditundanya pelatihan karena ada beberapa
sarana yang mengalami kerusakan ataupun
tidak utuhnya alat tersebut. Masukan diatas
maka inventarisasi terkait durasi penggunaan,
peminjaman, dan pengembalian alat tercatat
jelas tiap harinya beserta kondisi yang
menyertai sarana tersebut. Pelaporan yang
rutin tentang kondisi sarana maka suatu alat
dapat segera dicegah lebih dini. Fasilitas
olahraga yang dikelola dengan baik harus
terus menampilkan kinerjanya setiap hari,
mingguan, bulanan, dan triwulanan (Schwarz
et al., 2015).

3) Optimalisasi Kepemimpinan Sarana dan
Prasarana Olahraga Pada KKO SMAN
3 Demak.
Kepemimpinan dalam karakter
personal dapat diketahui dari keterlibatan
dalam memecahkan persoalan. Kemudian
mengidentifikasi persoalan sehing ga
menemukan solusi. Proses kepemimpinan
diawali dari berbagai persoalan yang sering
terjadi yaitu disini tentang terbatasnya
anggaran. Keterbatasan menyisakan
persoalan yang setiap individu dalam
tupoksinya memiliki interpretasi sendiri
sehingga cara mengatasinya berbeda.
Disebutkan bahwa ada yang berupaya untuk
menggalang dana dengan kolaborasi dan
komunikasi melalui dukungan-dukungan
berbagai pihak dengan relasi yang dimiliki.
Ada yang spesialis pemaparan untuk
melakukan pemaparan terkait sarana yang
dibutuhkan. Ada yang melalui jalan untuk
pengoptimalan prestasi sehingga mendapati
anggaran BOS yang mengkhususkan prestasi.
Segala macam upaya dilakukan dengan cara
berbeda namun memiliki kesatuan arah (unity
of diretion). Keberhasilan atas permasalahan
yang dihadapi maka dapat dijadikan inspirasi
bagi anggota maupun siswanya. Pemimpin

Agus Trimulad Santoso, Setya Rahayu

/ SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga Volume 4 (3) (2023)

313
yang memiliki cara memotivasi dan inspirasi
dengan memberi tantangan ini memiliki gaya
kepemimpinan inspirational motivation
(Usman, 2020).
Penggunaan motivasi kepada siswa
sehingga memberikan dorongan murni
kepada siswa untuk melakukan hal yang
seharusnya dilakukan merupakan salah satu
keberhasilan dalam memotivasi. Ahli
psikologi olahraga sepakat bahwa dalam
berkompetisi, motivasi sangat menentukan
keberhasilan atlet sekaligus dasar untuk
semua upaya olahraga dan prestasi (Blegur &
Mae, 2018). Terlebih dengan keberhasilan
didapatkanya sarana alat-alat fitness yang
sangat dibutuhkan maka kinerja tim pengurus
menjadi prestasi bersama. Kinerja tim
organisasi harus dinyatakan sebagai tanggung
jawab dan prestasi bersama pengurus, staff
dan anggota organisasi sebagai satu kesatuan
keluarga organisasi (esprit d’corps) (Aziz et al.,
2023).
Kepemimpinan dalam kaitannya
sarana dan prasarana olahraga dapat dilihat
dari keteguhan setiap guru olahraga dalam
mengemban tanggung jawab pada sarana dan
prasarana yang digunakan. Waka Kurikulum
yang mengatur penjadwalan agar penggunaan
sarana dan prasarana olahraga digunakan
secara merata. Ikutnya peran Waka sarpras
dalam mengidentifikasi peralatan yang
memiliki kebutuhan penggunaan yang tinggi.
Hal ini meminimalisir tumbukan dalam
penggunaan sarana dan prasarana olahraga.
Keterbatasaan sarana dan prasarana
olahraga dapat berimbas pada menurunya
motivasi siswa untuk berlatih. Diperlukan
sikap kepemimpinan dalam
mengkomunikasikan kepada siswa sehingga
ada keterbukaan aspirasi dari siswa terhadap
pelatih maupun sebaliknya. Termasuk pelatih
yang membawa sarana sendiri juga
diperlukan keterbukaan komunikasi agar
opini siswa terhadap keterbatasan sarpras
tidak menurunkan semangat dalam berlatih.
Proses diatas merupakan gaya kepemimpinan
demokratis yang berhasil dengan ketrampilan
anggota agar dapat menyelesaikan masalah
(Kumaran, 2012). Kelas khusus olahraga juga
perlu menjalankan pengelolaan programnya
sesuai dengan manajemen olahraga modern,
yang memiliki sisi penekanan pada aspek
transparansi dan keterbukaan baik dalam hal
program, keuangan, pelaksanaan latihan
hingga kendala keterbatasan sarana dan
prasarananya (Mahendra, 2017). Adanya
promosi degradasi untuk siswa merupakan
upaya yang dapat dipandang sebagai
pemberian hak kebebasan pada setiap
individu. Kepemimpinan menyangkut aspek
yang luas sehingga diperlukanya fokus pada
kepentingan bersama demi baiknya program-
program KKO. Menanggapi aspek tersebut
selanjutnya pimpinan perlu menggunakan
pola komunikasi kebawah yang berorientasi
mengedepankan kepentingan bersama dalam
mencapai tujuan suatu organisasi (Negara et
al., 2022).

4) Optimalisasi Pengendalian Sarana dan
Prasarana Olahraga Pada KKO SMAN
3 Demak.
Minimnya keterlibatan pengawasan
guru-guru terhadap sarana dan prasarana
olahraga membuat rentan terhadap
penyimpangan dan kerusakan dalam
penggunaan. Padahal proses tersebut
mengutamakan pada penggunaan sarana dan
prasarana olahraga pada jam sekolah maupun
diluar jam sekolah. Kompleksitas
permasalahan akan timbul seiring dengan
tingginya intensitas penggunaan sarana dan
prasarana. Terutama pada penggunaan
sarpras diluar jam sekolah tidak hanya
dilakukan permohonan peminjaman namun
juga diiringi dengan pelaporan sebelum dan
sesudah penggunaan. Penggunaan sarana dan
prasarana pada jam sekolah sudah tepat
dilakukan inventarisasi namun perlu rutinitas
dalam pencatatanya sehingga tidak hanya
berdasarkan penjadwalan. Prosedur
pelaporan dimulai dari tahapan pengecekan
barang kemudian inventarisasi kategori
kerusakan atau kelainan kemudian proses
penangan.
Inventarisasi kategori dilaksanakan
dengan menimbang tingkat kerusakan
barang. Penanganan dilakukan dengan
mengidentifikasi akar permasalahanya.
Identifikasi akar permasalahan menjadi
penting sehingga diperlukan penanganan
sesuai penyebab kerusakan. Kerusakan-
kerusakan dapat disebabkan memang karena
kelalaian dalam penggunaanya, kualitas
sarananya, ataupun murni karena intensitas
dalam pemakaianya. Pemakaian y ang
cenderung sering dan berganti kelas maka
memerlukan penggunaan pengaturan yang
teratur dan pengelolaan sarana dan prasarana
olahraga yang baik (Dedeh et al., 2022).
Penyimpangan dirasakan ketika awal-awal
penggunaan namun hal tersebut ditangani tim
dengan langsung terjun kela pangan
memberikan prosedur yang tepat guna dalam
penggunaanya. Hal tersebut menjadi suatu

Agus Trimulad Santoso, Setya Rahayu

/ SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga Volume 4 (3) (2023)

314
keberhasilan jika memang penyimpangan
yang dilakukan segera disadari.
Perbaikan alat-alat yang tercatat harus
mengalami pergantian maka komunikasi
sedini mungkin dengan bendahara BOS harus
segera dilaksanakan. Hal tersebut perlu
menjadi perhatian karena sarana yang rusak
tidak selalu bisa langsung tergantikan dengan
keterbatasan anggaran terlebih periode
pencairan anggaran. Proses pemeliharaan
sering difokuskan pada keutuhan dan
keausan sarana. Hal tersebut perlu diiringi
dengan pencegahan atas sarana yang
memiliki resiko aus atau hilang. Pencegahan
dapat dilakukan dengan optimal dengan
rutinya keterlibatan guru pengampu yang
segera mungkin melaporkan jika ada sarana
yang aus atau hilang. Meskipun disini terlihat
peran ganda tapi hal tersebut sudah
sewajarnya dilakukan. Berbeda jika pada
kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
berkembang sedemikian pesat maka
dibutuhkan stakeholder lain untuk
penanganan khusus. Atas dasar tersebut
maka diperlukan efektivitas dan efisiensi
terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki
agar pembelajaran berjalan optimal (Dedeh et
al., 2022).
Pengoptimalan fungsi pengendalian
juga perlu merincikan setiap kegiatan-
kegiatan yang dilakukan diantaranya : 1.
mengevaluasi keberhasilan organisasi; 2.
Mengoreksi penyimpangan yang terjadi; dan
3. Memilih solusi alternatif dari
permasalahan yang terjadi (Susanto, 2022).
Evaluasi terhadap sarana dan prasarana
olahraga yang telah tersedia harus terus
dilakukan monitoring. Baik prosedural
maupun operasional terutama alat-alat yang
memiliki penggunaan intensitas tinggi dan
perawatan yang lebih. Evaluasi prosedural
diterapkan secara berkala sedangkan dalam
operasionalnya seyogyanya ada tim
penanggung jawabnya.
Pengoreksian atas penyimpangan yang
terjadi memerlukan pembentukan tim khusus
untuk melaksanakan identifikasi
permasalahan. Sebagaimana yang telah
diuraikan tentang pencegahan penyimpangan
maka diperlukan penyusunan SOP
penggunaan dan peminjaman sehingga
prosedur dan tatatertib perlahan dapat
dipahami bersama. Hal tersebut menurunkan
resiko adanya kerusakan berat karena
penanganan dicegah dengan identifikasi dini.
Kerusakan sarana yang syarat dengan
kompetensi maka diperlukan teknisi yang ahli
dalam mengatasi kerusakan. Perbaikan juga
setidaknya memerlukan waktu yang tidak
singkat sehingga adanya kemungkinan
berimbas pada sesi latihan.
Pemilihan solusi yang dikerjakan
sepihak tentu perlu mempertimbangan
permasalahan apa yang terjadi. Begitu juga
solusi dengan rapat terkoordinasi secara
intens juga perlu mengamati besar dan
kecilnya masalah yang terjadi. Pemilihan
solusi disarankan melalui prosedur yang
sudah ditentukan. Berawal dari setiap
individu yang berkompeten sesuai cabang
olahraganya sampai kepada permasalahan
kompleks yang terjadi akibat fenomena
penyimpangan penggunaan. Diperlukan
semacam analisis bersama dalam
menentukan jalan keluar. Hal tersebut dapat
dilihat dari pengadaan sarana dan prasarana
olahraga yang meniti beratkan pada
terbatasnya anggaran sehingga memilih jalan
kolaborasi antar instansi baik swasta maupun
negeri. Solusi menjadi tepat jika koordinasi
intens dikerjakan secara tupoksi masing
masing. Memastikan bahwa solusi tersebut
menjadi jalan terbaik yang harus dikerjakan
juga menjadi kunci sesuai dengan prinsip dan
fungsi dari manajemen itu sendiri.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian hasil penelitian
dan pembahasan diperoleh kesimpulan
bahwa SMAN 3 Demak telah melakukan
upaya optimalisasi manajemen sarana dan
prasarana olahraga untuk KKO. Optimalisasi
perencanaan dibuktikan dengan adanya
kerjasama instansi pemerintah dan
nonpemerintah untuk memenuhi
keterbatasan sarana dan prasarana olahraga.
Optimalisasi pengorganisasian belum
terlaksana dikarenakan pelatih masih menjadi
pengelola sarana dan prasarana yang
seharusnya ada pengurus sesuai dengan
kompetensinya. Optimalisasi kepemimpinan
dilaksanakan dengan baik karena setiap
pengurus mampu memecahkan persoalan
yang dihadapi. Optimalisasi pengendalian
diperlukan seiring dengan bertambahnya
kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
olahraga. Upaya pengendalian dilakukan
dengan memperhatikan prosedur pelaporan
berkala seusai pelatihan siswa KKO .
Tingginya intensitas penggunaan juga
mengurangi kualitas sarpras sehingga
memerlukan tenaga keolaragaan yang ahli
dalam penanganan keausan sarana dan
prasarana olahraga. Bertambahnya kuantitas
memerlukan inventarisasi yang rutin.

Agus Trimulad Santoso, Setya Rahayu

/ SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga Volume 4 (3) (2023)

315
Saran pada penelitian selanjutnya
sebaiknya lebih dispesifikasikan pada satu
kasus manajemen. Hal tersebut dilihat dari
optimalisasi kepemimpinan yang
memerlukan kajian mendalam multidisiplin
untuk melihat secara spesifik tentang perilaku
individu dan interaksinya antar pihak yang
lebih luas. Keterbatasan latar penelitian juga
berimbas pada tidak ditemukanya penyajian
yang lebih terfokus dan sering menyinggung
topik yang lebih luas yaitu manajemen
olahraga.

UCAPAN TERIMAKASIH
Rasa terimakasih sebesar besarnya
penulis haturkan kepada SMAN 3 Demak
yang telah memberikan fasilitas penuh dalam
penelitian ini. Kepada Ilmu Keolaragaan
Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan seluruh modal daya pikir dalam
setiap kajian manajemen olahraganya.

REFERENSI
Adi, S., & Soenyoto, T. (2020). Sport Specific
Class Analysis And Urgency. JP. JOK
(Jurnal Pendidikan Jasmani, Olahraga
Dan Kesehatan), 3(2), 192–200.
Andriyan, A., & Yoenanto, N. H. (2022).
Optimalisasi penerapan dan pengelolaan
manajemen berbasis sekolah : literatur
review. 10(1), 14 –27.
https://doi.org/10.21831/jamp.v10i1.
45011
Aziz, S., Huda, N., & Kurniawan, L. A.
(2023). Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kinerja Organisasi. Jurnal
Manajemen Bisnis Dan Organisasi, 1(2),
337–340.
https://doi.org/10.58290/jmbo.v1i2.7
1
Blegur, J., & Mae, R. M. (2018). Motivasi
berolahraga atlet atletik dan tinju.
Jurnal Keolahragaan, 6(1), 29–37.
Dedeh, Maryati, S., Ilah, & Yanti, R. A. E.
(2022). Manajemen Sarana dan
Prasarana PENJAS di SMK Negeri
Kawali. Jurnal Wahana Pendidikan,
9(2), 149 –162.
https://doi.org/10.25157/wa.v9i2.762
3
Farid, F. F., Musadieq, M. Al, & Ruhana, I.
(2015). Gambaran Restrukturisasi
Organisasi (Studi Pada PT.
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Witel
Malang Tentang Bentuk, Jenis, Faktor
Pendorong, Faktor Penghambat
Restrukturisasi Dan Desain Struktur
Organisasi). Jurnal Administrasi Bisnis s1
Universitas Brawijaya, 18(2), 1–11.
Harsuki. (2012). Pengantar Manajemen
Olahraga (1st–2nd ed.). Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kumaran, M. (2012). Leadership skills.
Leadership in Libraries.
https://doi.org/10.1016/B978-1-
84334-658-6.50004-8
Mahendra, A. (2017). Pengembangan
Manajemen Kelas Olahraga: Pokok-
Pokok Pikiran Tentang Pengembangan
Pembinaan Olahraga Bagi Pelajar.
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan, 2(2),
96–105.
https://doi.org/10.17509/jtikor.v2i2.7
983
Negara, E. S., Fauzi, A., & Mulyono, L. E.
H. (2022). Peranan dan Kompetensi
Komunikasi Pemimpin pada Dinas
Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata
Kabupaten Sumbawa. Jurnal Ilmiah
Ilmu Pendidikan, 5(10), 4451–4458.
https://doi.org/10.54371/jiip.v5i10.10
41
Nurfaizin, A., & Anam, K. (2022).
Manajemen Fasilitas Olahraga Tim
Bola Tangan Di Jawa Tengah. Journal
of Sport Science and Fitness, 7(2), 151–
162.
https://doi.org/10.15294/jssf.v7i2.498
48
Prasetyo, N. R. D., Muryadi, A. D., &
Rumpoko, S. S. (2021). Survei
Manajemen Dan Pembinaan Prestasi
Kelas Khusus Olahraga (Kko) Di Smp
Negeri 1 Surakarta Tahun 2020.
JurnalI Lmiah Penjas, 000, 1–17.
Prastowo, A. (2012). Metode Penelitian
Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian (M. Sandra (ed.); 2nd ed.).
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Saefullah, K., & Sule, E. T. (2010). Pengantar
Manajemen. Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup.
Schwarz, E. C., Hall, S. A., & Shibli, S.
(2015). Sport Facility Operations
Management: A Global Perspective (2nd
ed.). Routledge.
https://doi.org/10.4324/97813157368
15
Sinta, I. M. (2019). Manajemen Sarana dan
Prasarana. Jurnal Islamic Education
Manajemen, 4(1), 77 –92.
https://doi.org/10.15575/isema.v3i2.
5645
Susanto, N. (2022). Buku Ajar Manajemen
Olahraga (Rusli (ed.); Vol. 2, Issue 5).

Agus Trimulad Santoso, Setya Rahayu

/ SPRINTER: Jurnal Ilmu Olahraga Volume 4 (3) (2023)

316
Perkumpulan Rumah Cemerlang
Indonesia.
Syahroni, M., Pradipta, G. D., &
Kusumawardhana, B. (2020). Analisis
Pembinaan Prestasi terhadap
Manajemen Ol ahraga Sekolah
Sepakbola ( SSB ) Se-Kabupaten Pati
Tahun 2019. JOSSAE (Journal of Sport
Science and Education), 4(2), 85–90.
https://doi.org/10.26740/jossae.v4n2.
p85-90
Usman, H. (2020). Kepemimpinan efektif : teori,
penelitian, & praktik (B. S. Fatmawati
(ed.)). Bumi Aksara.
Widowati, A., Decheline, G., & Hasibuan,
M. U. Z. (2019). Four Minute to Resolve
Overweight. Acpes: The 5th
International Conference On Physical
Education, Sport, And Health.