NATHIQIYYAH: Jurnal Psikologi Islam eISSN: 2745-4207, pISSN: 2614-7815
Volume 6, Nomor 2, 2023, Hal: 15 - 23 DOI: https://doi.org/10.46781/nathiqiyyah.v6i2

15


Pendahuluan
Psikologi merupakan kelanjutan dari studi tentang tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari-hari dengan menggunakan sistematika dan metode ilmiah, sehingga teorinya
lebih objektif. Objek psikologi bukanlah jiwa dan bukan pula masalah-masalah rohaniah yang
bersifat misterius serba rahasia dan sukar diterka. Oleh karena itu para psikolog pun belum
mampu mengetahui kehidupan rohaniah seseorang sebagaimana melihat bayangan dirinya
dalam cermin, walaupun mereka mampu meramal dan mengadakan pragnosa secara ilmiah
mengenai kemungkinan tingkah laku yang akan diperbuat seseorang. Psikologi agama meneliti
pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam
diri seseorang, kaena cara seseorang berfikir, bersikap, bereaksi dan bertingkah laku, tidak
dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi
kepribadiannya.(Agustina et al., 2022)
Sudah banyak ahli-ahli psikologi yang menaruh perhatian dalam bidang agama, atau
dalam proses kejiwaan yang berhubungan dengan agama, mencoba memberikan definisi-
definisi, baik tentang psikologi, maupun tentang agama. Namun usaha-usaha mereka untuk
membuat satu definisi atau ketentuan-ketentuan yang tegas dan pasti, tetap terbentuk, karena
psikologi agama harus mencakup sekaligus psikologi dan agama.

Pengertian Dan Ruang Lingkup Psikologi Agama

Zamrotul Aqidah
1
, Sari Alfiyah
2
, Hasanuddin
3

Fakultas Pendidikan Agama Islam, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAI Sabili Bandung
e-mail: [email protected]

Abstract

This article raises a discussion of the study of the psychology of religion and its role in shaping human behavior.
The method used in this study uses a library research approach and method. The results of the study of the
psychology of religion can be utilized in various fields of life, such as in the fields of education, psychotherapy,
medicine, alternative medicine such as ruqyah, economics/fisheries, da'wah, politics as well as encouraging
government programs such as family planning, transmigration, environmental preservation and etc

Keywords: ruang lingkup, psikologi

Abstrak

Artikel ini mengangkat pembahasan mengenai studi psikologi agama dan perannya dalam membentuk tingkah
laku manusia. Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakanpendekatan dan metode kepustakaan
(library research). Hasil kajian psikologi agama tersebut, ternyata dapat dimanfaatkan dalam berbagai lapangan
kehidupan, seperti dalam bidang pendidikan, psikoterapi, kedokteran, pengobatan alternatif misalnya ruqyah,
ekonomi/perikanan, dakwah, politik maupun mendorong program-program Pemerintah seperti KB, transmigrasi,
pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya

Kata Kunci: scope, psychology

Nathiqiyyah, Jurnal Psikologi Islam Vol. 6, No.2 2023, Hal.: 15 - 23
16

Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakanpendekatan dan metode
kepustakaan (library research), Studi pustaka atau kepustakaan dapat diartikan menjadi
serangkaian kegiatan yang berkenaan menggunakan metode pengumpulan data pustaka,
membaca serta mencatat serta mengolah bahan penelitian. Pada penelitian studi pustaka
setidaknya ada empat karakteristik utama yang penulis perlu perhatikan diantaranya:
1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka, bukan menggunakan
pengetahuan eksklusif berasal lapangan.
2. Data Pustaka bersifat “siap pakai” adalah peniliti tidak terjun pribadi kelapangan sebab
peneliti berhadapan eksklusif menggunakan sumber data yang ada pada perpustakaan.
3. Data Pustaka umumnya merupakan asal sekunder, pada arti bahwa peneliti memperoleh
bahan atau data berasal tangan kedua serta bukan data orisinil dari data pertama
padalapangan.
Berdasarkan metode kepustakaan, maka pengumpulan data pada penelitian dilakukan
dengan mempelajari dan atau mengekplorasi beberapa buku, jurnal, kitab, serta dokumen-
dokumen pendukung lainnya serta sumber-sumber data dan atau info yang dianggaprelevan
dalam penelitianini.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Pengertian Psikologi Agama
Psikologi agama menggunakan dua kata yaitu psikologi dan agama. Kedua kata ini
memiliki pengertian yang berbeda. Psikologi secara umum diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa dan beradab. Sebenarnya kata
psikologi secara harfiah berasal dari psyche: jiwa dan logos: ilmu. Dalam mitologi
Yunani, Psyche adalah seorang gadis cantik bersayap seperti kupu-kupu. Di sini jiwa pun
digambarkan seperti seorang gadis cantik dan kupu-kupu sebagai simbol keabadian. Dengan
demikian psikologi dapat diartikan dengan “ilmu pengetahuan tentang jiwa” dan dapat
disingkat dengan “ilmu jiwa.”(Jalil;, 2008)
Menurut Verbeek, psikologi adalah ilmu yang menyelidiki penghayatan dan
perbuatan manusia ditinjau fungsinya bagi subyek. Menurut Drs. Bimo Walgito, psikologi
merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku serta
aktivitas-aktivitas, dimana tingkah laku serta aktivitas itu sebagai manifestasi hidup
kejiwaan. Menurut Robert H. Thouless, psikologi sekarang digunakan secara umum untuk
ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia.
Secara umum psikologi mencoba meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku
manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala keejiwaan yang berada di belakangnya.
Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak, maka untuk mempelajari kehidupan kejiwaan
manusia hanya mungkin dilihat dari gejala yang tampak yaitu pada sikap dan tingkah laku
yang ditampilkannya. Sikap dan perilaku yang terlihat adalah gambaran dari gejala jiwa
seseorang. Sikap dan perilaku baik yang tampak dalam perbuatan maupun mimik (air muka)
umumnya tak jauh berbeda dari gejolak batinnya, baik cipta, rasa dan karsanya.
Namun ada juga manusia yang memanipulasi apa yang dirasakan oleh jiwanya, hal ini
bisa saja terjadi. Dalam sikap dan perilakunya bertentangan dengan apa yang dirasakan oleh
jiwanya. Mereka yang sebenarnya sedih, dapat berpura-pura bahagia dengan tertawa.
Ataupun sebaliknya karena rasa gembira yang sangat berlebihan bisa membuatnya
meneteskan air mata.
Selanjutnya agama juga menyangkut masalah yang berhubungan dengan batin
manusia. Harun Nasution merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din,

Judul Artikel (Zamrotul Aqiqah, Sari Alfiyah, & Hasanuddin)

17
religi (relegere, religare) dan agama. Al-Din undang-undang atau hukum. Kemudian
dalam bahasa arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang,
balasan, kebiasaan.(Septia et al., 2023)

Hal ini bisa dilihat dalam QS. Gafir ayat 26.

٢٦ َداَسَف
أ
لٱ ِضأرَألۡٱ يِف َرِه
أ
ظُي نَأ أوَأ أمُكَنيِد َلِ دَبُي نَأ ُفاَخَأ
ٓ
يِ نِإ ٓۖٓۥُهَّبَر ُعأدَي
أ
لَو ٰىَسوُم ألُتأقَأ
ٓ
يِنوُرَذ ُنأوَعأرِف َلاَقَو

Dan berkata Fir´aun (kepada pembesar-pembesarnya): “Biarkanlah aku membunuh Musa
dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan
menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”


Dan juga bisa dilihat dalam QS Al Fatihah ayat 4

ِنيِ دلٱ ِمأوَي ِكِلَٰم

Yang menguasai di Hari Pembalasan

Dari kedua ayat tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa agama adalah segala
bentuk sistem hidup yang mengatur, menata dan mengikat kehidupan manusia. Sedangkan
dari kata religi (latin) atau relegere berarti mengumpulkan dan membaca, kemudian religare
berarti mengikat. Adapun kata agama terdiri dari a= tidak, dan gam= pergi, mengandung
arti tidak pergi, tetap ditempat atau diwarisi turun temurun.
Hal ini bisa kita lihat pada diri kita sendiri, agama yang kita pegang saat ini adalah
hasil dari turun temurun nenek moyang atau orang tua kita, kita harus bersyukur karena
terlahir dari keluarga islam, maka kita juga beragama islam, andai kata orang tua kita nasrani
tentu kita juga akan beragama nasrani.

Dalam QS Ar-Rum ayat 30 dijelaskan bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan
fitrah/suci.

َنوُمَلأعَي َلَ ِساَّنلٱ َرَثأكَأ َّنِك
ٰ
َلَو ُمِ يَق
أ
لٱ ُنيِ دلٱ َكِل
ٰ
َذ َِِّۚللّٱ ِق
أ
لَخِل َليِدأبَت َلَ ِۚاَهأيَلَع َساَّنلٱ َرَطَف يِتَّلٱ َِّللّٱ َتَر
أ
طِف ِۚاٗفيِنَح ِنيِ دلِل َكَهأجَو أمِقَأَف
٣٠

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui

Lalu orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi dan majusi. Ini berarti
lingkungan terutama orang tua sangat mempengaruhi terhadap agama yang di anut oleh
anaknya kelak.
Bertitik tolak dari pengertian kata-kata tersebut menurut Harun Nasution, intisarinya
adalah ikatan. Karena itu agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi
manusia. Ikatan dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia
sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan pancaindera, namun mempunyai
pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Menurut Harun Nasution, agama adalah:(Bakar & Ngalimun, n.d.)
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus
dipatuhi.

Nathiqiyyah, Jurnal Psikologi Islam Vol. 6, No.2 2023, Hal.: 15 - 23
18

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengikat diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber
yang berada diluar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari sesuatu kekuatan gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu
kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rasul.
Selanjutnya harun nasution merumuskan ada empat unsur yang terdapat dalam agama,
yaitu:(Latifah et al., 2020)
1. Kekuatan gaib, yang diyakini berada diatas kekuatan manusia. Didorong oleh kelemahan
dan keterbatasannya, manusia merasa berhajat akan pertolongan dengan cara menjaga
dan membina hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut. Sebagai realisasinya adalah
menjalankan segala perintah dan menjauhi segala yang dilarang oleh kekuatan gaib
tersebut.
2. Keyakinan terhadap kekuatan gaib sebagai penentu terhadap nasib baik dan nasib buruk
manusia. Dengan demikian manusia berusaha untuk menjaga hubungan baik ini agar
kesejahteraan dan kebahagiaannya terpelihara. Jika dalam agama islam, kekuatan gaib
ini adalah Allah Yang Maha Esa, dimana kekuatannya tidak ada satu pun yang mampu
menandingi. Oleh karena itu umat islam senantiasa menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah, karena barang siapa taat kepada Allah maka
surga balasannya, dan barang siapa yang ingkar maka balasannya adalah azab dan siksa
neraka jahanam.
3. Respons yang bersifat emosionil dari manusia. Respons ini dalam realisasinya terlihat
dalam bentuk penyembahan karena didorong oleh perasaan takut (agama primitif) atau
pemujaan yang didorong oleh perasaan cinta (monoteisme), serta bentuk cara hidup
tertentu bagi penganutnya.
4. Paham akan adanya yang kudus (sacred) dan suci. Sesuatu yang kudus dan suci ini
adakalanya berupa kekuatan gaib (agama islam yakni Allah, agama nasrani yakni Yesus,
agama majusi yakni dewa matahari), kitab yang berisi ajaran agama (agama islam yakni
Al Qur’an, agama nasrani yakni Al Kitab Injil), maupun tempat-tempat tertentu (agama
islam yakni masjid dan Ka’bah, agama nasrani yakni gereja).
Menurut Robert H. Thouless, fakta menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan
atau dewa-dewa sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan. Dalam
istilahnya Robert H. Thouless menyebutkan sebagai keyakinan (tentang dunia lain).
Menurut Robert H. Thouless, dalam kaitan dengan psikologi agama, ia menyarankan
definisi agama adalah sikap (cara penyesuaian diri) terhadap dunia yang mencakup acuan
yang menunjukkan lingkungan lebih luas dari pada lingkungan dunia fisik yang terikat
ruang dan waktu (dalam hal ini yang dimaksud adalah dunia spiritual). Robert H. Thouless
berpendapat bahwa psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang bertujuan
mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan
prinsip-prinsip psikologi yang dipungut dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan
beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu
dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di samping itu, psikologi
agama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang, serta
faktor-faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.(Hadziq, 2019)

Judul Artikel (Zamrotul Aqiqah, Sari Alfiyah, & Hasanuddin)

19
Psikologi agama dengan demikian merupakan cabang psikologi yang meneliti dan
mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap
agama yang dianutnya serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.

B. Ruang Lingkup Psikologi Agama

Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki ruang lingkup
pembahasannya tersendiri yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah
agama yang lainnya. Sebagai contoh, dalam tujuannya psikologi agama dan ilmu
perbandingan agama memiliki tujuan yang tak jauh berbeda, yakni mengembangkan
pemahaman terhadap agama dengan mengaplikasikan metode-metode penelitian yang
bertipe bukan agama dan bukan teologis. Bedanya adalah, bila ilmu perbandingan agama
cenderung memusatkan perhatiannya kepada agama-agama primitif dan eksotis tujuannya
adalah untuk mengembangkan pemahaman dengan memperbandingkan satu agama dengan
agama lainnya. Sebaliknya psikologi agama, seperti pernyataan Robert H. Thouless,
memusatkan kajiannya pada agama yang hidup dalam budaya suatu kelompok atau
masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat pada pemahaman terhadap perilaku keagamaan
tersebut dengan menggunakan pendekatan psikologi. (Robikah, 2022)
Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi agama
mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan
akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama, yang
dianut). Oleh karena itu, menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang
menjadi lapangan kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai:(Hadziq, 2019)
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan
beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega dan tenteram sehabis sembahyang, rasa
lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci, perasaan
tenang, pasrah, dan menyerah setelah berzikir dan ingat kepada Allah ketika mengalami
kesedihan dan kekecewaan yang bersangkutan, rasa gelisah yang menghantui ketika
meninggalkan shalat, rasa ketakutan setelah melakukan yang dilarang agama, rasa
bersalah setelah melakukan dosa.
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya,
misalnya rasa tenteram, damai, dan kelegaan batin.
3. Mempelajari, meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup
sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang. Pengaruhnya biasanya berupa meningkatnya
ketaatan seseorang terhadap kepercayaan yang dianutnya, karena dia yakin akan adanya
kehidupan setelah kematian, kehidupan akhirat yang kekal dibandingkan dengan
kehidupan duna yang fana, serta dia yakin akan adanya hari pembalasan, dimana berupa
tempat kembali yakni neraka dan surga.
4. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang
berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi
pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan. Dengan seseorang yakin
akan adanya surga dan neraka serta adanya dosa dan pahala, maka manusia tersebut akan
senantiasa berbuat baik dan tidak berbuat apa-apa yang dilarang agama.
5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-
ayat suci kelegaan batinnya.
Psikologi agama tidak memasuki wilayah ajaran dan keyakinan suatu agama atau
ideologi tertentu. Hal ini mengandung makna, bahwa psikologi agama tidak berwenang
untuk mendukung, membenarkan, menolak, atau menyalahi ajaran, keyakinan, atau
ideologi tertentu. Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai batas yang menjadi
penelitian psikologi agama, agaknya perlu diketahui istilah-istilah yang dipakai dalam

Nathiqiyyah, Jurnal Psikologi Islam Vol. 6, No.2 2023, Hal.: 15 - 23
20

kajianya. Dua istilah yang lazim dipakai adalah kesadaran beragama (religious
conciousnes), dan pengalaman beragama (religious of experience).(Riinawati, 2022)
Menurut Zakiah Darajat, kesadaran beragama (religious conciousnes) adalah aspek
mental dari aktivitas agama. Aspek ini merupakan bagian/segi agama yang hadir (terasa)
dalam pikiran dan dapat diuji melalui introspeksi. Sedangkan yang dimaksud dengan
pengalaman agama (religious of experience) adalah unsur perasaan dalam kesadaran
agama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan dalam tindakan
(amaliyah) nyata. Karenanya, psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk
permasalahan yang menyangkut pokok keyakinan suatu agama, termasuk tentang benar
salahnya atau masuk akal dan tidaknya keyakinan agama.
Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan meneliti fungsi-fungsi jiwa
yang memantul dan memperlihatkan diri dalam perilaku dalam kaitannya dengan
kesadaran dan pengalaman agama manusia. Kedalamnya juga tidak termasuk unsur-
unsur keyakinan yang bersifat abstrak (gaib) seperti tentang Tuhan, surga dan neraka,
kebenaran sesuatu agama, kebenaran kitab suci dan lainnya, yang tak mungkin teruji
secara empiris.
Dengan demkian, psikologi agama menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat adalah
mempelajari kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan
dan tindak agama orang itu dalam hidupnya. Persoalan pokok dalam psikologi agama
adalah kajian terhadap kesadaran agama dan tingkah laku agama, kata Robert H.
Thouless. Atau kajian terhadap tingkah laku agama dan kesadaran agama.(Hadziq, 2019)

C. Manfaat mempelajari Psikologi Agama

Seperti diketahui bahwa psikologi agama sebagai salah satu cabang dari psikologi
juga ilmu terapan. Psikologi agama sejalan dengan ruang lingkup kajiannya telah banyak
memberi sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam kaitannya
dengan agama yang dianutnya. Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu tumbuh dan
berkembang pada diri seseorang dalam tingkat usia tertentu, ataupun bagaimana perasaan
keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batinnya, maupun berbagai konflik
yang terjadi dalam diri seseorang hingga ia menjadi lebih taat dalam menjalankan ajaran
agamanya atau meninggalkan ajaran itu sama sekali.
Hasil kajian psikologi agama tersebut, ternyata dapat dimanfaatkan dalam berbagai
lapangan kehidupan, seperti dalam bidang pendidikan, psikoterapi, kedokteran,
pengobatan alternatif misalnya ruqyah, ekonomi/perikanan, dakwah, politik maupun
mendorong program-program Pemerintah seperti KB, transmigrasi, pelestarian
lingkungan hidup dan sebagainya.
Bahkan, sudah sejak lama Pemerintahan kolonial Belanda memanfaatkan hasil
kajian Psikologi Agama untuk kepentingan politik. Pendekatan agama yang dilakukan
oleh Snouck Hurgronje terhadap para pemuka agama dalam upaya mempertahankan
politik penjajahan Belanda di tanah air, barangkali dapat dijadikan salah satu contoh
kegunaan Psikologi Agama. Demikian juga, dari hasil penelitian diberbagai perusahaan
yang melakukan pembinaan agama secara berkala kepada para karyawan maupun
memberikan jam-jam istirahat untuk salat, ternyata dapat meningkatkan kejujuran,
kepercayaan dan etos kerja mereka yang ada kaitannya dengan perkembangan kesadaran
agama mereka.
Di bidang industri juga psikologi agama dapat dimanfaatkan. Sekitar tahun 1950-
an di perusahaan minyak Stanvac (Plaju dan Sungai Gerong) diselenggarakan ceramah
agama islam untuk para buruhnya. Para penceramah adalah para pemuka agama

Judul Artikel (Zamrotul Aqiqah, Sari Alfiyah, & Hasanuddin)

21
setempat. Kegiatan berkala ini diselenggarakan didasarkan atas asumsi bahwa ajaran
amengandung nilai-nilai moral yang dapat menyadarkan para buruh dari perbuatan yang
tak terpuji dan merugikan perusahaan. Sebaliknya dari hasil kegiatan tersebut dievaluasi,
dan ternyata pengaruh ini dapat mengurangi kebocoran seperti pencurian, manipulasi
maupun penjualan barang-barang perusahaan yang sebelumnya sukar dilacak.(Aprianty
& Ngalimun, 2022)
Sebaliknya sekitar tahun 1979, perusahaan tekstil di Majalaya pernah melarang
buruhnya menunaikan salat Jumat. Menurut pimpinan perusahaan waktu istirahat siang
dan salat Jumat mengurangi jumlah jam kerja dan akan mengurangi produksi. Tetapi
setelah larangan dilaksanakan, dan buruh dipaksa tetap bekerja, ternyata produksi
menurun secara drastis. Disini terlihat hubungan antara tingkat produksi dan etos kerja
yang ada kaitannya dengan kesadaran agama.
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, Jepang ternyata menggunakan pendekatan
psikologi agama dalam membangun negaranya. Bermula dari mitos bahwa Kaisar Jepang
adalah titisan Dewa Matahari (Amiterasu Omikami), mereka dapat menumbuhkan
jiwa Bushido, yaitu ketaatan terhadap pemimpin. Mitos ini telah dapat membangkitkan
perasaan agama para prajurit Jepang dalam Perang Dunia II untuk
melakukan Harakiri (bunuh diri) dan ikut dalam pasukan Kamikaze (pasukan berani
mati). Dan setelah usai Perang Dunia II, jiwa Bushido tersebut bergeser menjadi etos
kerja dan disiplin serta tanggung jawab moral.
Dalam banyak kasus, pendekatan psikologi agama, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat digunakan untuk membangkitkan perasaan dan kesadaran agama.
Pengobatan pasien di rumah-rumah sakit, usaha bimbingan dan penyuluhan narapidana
di Lembaga Pemasyarakatan banyak dilakukan dengan menggunakan psikologi agama
ini. Demikian pula dalam lapangan pendidikan psikologi agama dapat difungsikan pada
pembinaan moral dan mental keagamaan peserta didik.
Secara lebih rinci ada tiga kepentingan mengkaji Psikologi Agama,
yaitu:(Kurniawan, n.d.)
1. Teoritis, yaitu: (1) meneliti perilaku-perilaku jiwa keagamaan; (2) mengakomodasi
dan mengembangkan pemikiran-pemikiran perilaku keagamaan.
2. Praktis, yaitu perilaku-perilaku keagamaan didukung oleh motif-motif tertentu.
Sehingga kita dapat membimbing orang yang berperilaku keagamaan tersebut.
3. Normatif, yaitu dapat melihat perilaku keagamaan secara proposional, yang
mendorong dapat hidup saling menghormati antara pemeluka agama sehingga tercipta
tri kerukunan umat beragama: (a) kerukunan intern umat beragama; (b) kerukunan
antar umat beragama; (c) kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
Disamping itu faedah lain melakukan studi Psikologi Agama bagi para tokoh
agama, mubalig, juru dakwah maupun guru agama adalah:
1. Mengetahui bahwa perilaku-perilaku keagamaan tidak semuanya didasarkan
keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa tetapi juga didorong oleh motif-motif pada
masing-masing individu.
2. Motif-motif perilaku keagamaan didorong oleh motif beranekaragaman, kadang motif
sama tetapi berperilaku keagamaan berbeda, dan sebaliknya perilaku keagamaan sama
tetapi didorong oleh motif yang berbeda.
3. Perubahan-perubahan perilaku keagamaan ditentukan oleh faktor intern dan faktor
ekstern, bisa bersifat kualitatif maupun konversi antar agama (pindah agama). Faktor
intern bersumber dari individu yang didasarkan pada motif, keimanan, dan hasil
pemikiran-pemikiran. Sedang motif-motif beragama seringkali dipengaruhi oleh
faktor ekstern (sosial).
4. Membimbing perilaku-perilaku keagamaan seseorang secara efektif dan efisien.

Nathiqiyyah, Jurnal Psikologi Islam Vol. 6, No.2 2023, Hal.: 15 - 23
22

5. Memuat hasil akhir analisis data bersih (bukan proses/hasil penghitungan), pengujian
hipotesis, menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, dan temuan-temuan.
Pembahasan diarahkan pada pemaknaan hasil, pembandingan hasil dengan penelitian
lain, pembandingan hasil dengan teori, dan implikasi hasil penelitian.

Simpulan
Psikologi agama merupakan cabang psikologi yang meneliti dan mempelajari tingkah
laku manusia dalam hubungan dengan pengaruh keyakinan terhadap agama yang dianutnya
serta dalam kaitannya dengan perkembangan usia masing-masing.
Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi agama
mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-
akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama, yang dianut). Oleh
karena itu, menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian
psikologi agama meliputi kajian mengenai:
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan
beragama orang biasa (umum).
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya.
3. Mempelajari, meneliti, dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah
mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
4. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang
berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh
terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat
suci kelegaan batinnya.
Hasil kajian psikologi agama tersebut, ternyata dapat dimanfaatkan dalam berbagai
lapangan kehidupan, seperti dalam bidang pendidikan, psikoterapi, kedokteran, pengobatan
alternatif misalnya ruqyah, ekonomi/perikanan, dakwah, politik maupun mendorong program-
program Pemerintah seperti KB, transmigrasi, pelestarian lingkungan hidup dan sebagainya.

Daftar Pustaka

Agustina, A., Suwandewi, A., Tunggal, T., Daiyah, I., & Latifah. (2022). Sisi Edukatif
Pendidikan Islam Dan Kebermaknaan Nilai Sehat Masa Pandemi Covid-19 Di
Kalimantan Selatan. JIS: Journal Islamic Studies, 1(1), Article 1.
Aprianty, R. A., & Ngalimun, N. (2022). Model Bimbingan Konseling Perkembangan Dalam
Aktivitas Bermain Sebagai Strategi Pengalaman Belajar yang Bermakna di SD
Muhammadiyah 8 Banjarmasin. Jurnal Terapung : Ilmu - Ilmu Sosial, 4(1), Article 1.
https://doi.org/10.31602/jt.v4i1.7360
Bakar, A., & Ngalimun. (n.d.). Psikologi Perkembangan (Konsep Dasar Pengembangan
Kreativitas Anak) (Juli 2019). K-Media.
Hadziq, A. F. (2019). Konsep Psikologi Pendidikan Islam Dalam Prespektif Prof. Dr. Zakiah
Daradjat. Aksioma Ad-Diniyah, 7(2). https://doi.org/10.55171/jad.v7i2.408
Jalil;, B. S. A. M. A. (2008). Psikologi Agama / Bambang Syamsul Arifin (Bandung). Pustaka
Setia. //senayan.iain-
palangkaraya.ac.id/index.php?p=show_detail&id=11960&keywords=
Kurniawan, I. J. (n.d.). Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah).
Latifah, L., Ngalimun, N., Setiawan, M. A., & Harun, M. H. (2020). Kecakapan Behavioral
Dalam Proses Pembelajaran PAI Melalui Komunikasi Interpersonal: Behavioral

Judul Artikel (Zamrotul Aqiqah, Sari Alfiyah, & Hasanuddin)

23
Proficiency In The PAI Learning Process Through Interpersonal Communication.
Bitnet: Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi, 5(2), Article 2.
https://doi.org/10.33084/bitnet.v5i2.1747
Riinawati, N. (2022). Implementation of Character Education in Islamic Perspective at
School. Journal of Positive Psychology and Wellbeing, 6(1), Article 1.
Robikah, S. (2022). INTERNALISASI NILAI-NILAI KARAKTER PESERTA DIDIK
MELALUI PROGRAM TAHFIDZ AL-QURAN DI SMA AS-SA’ADAH BUNGAH
GRESIK [Univeristas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya].
http://digilib.uinsby.ac.id/52471/2/Safinatur%20Robikah_F02319081.pdf
Septia, N. I., Kamal, N., & Ngalimun. (2023). Kesehatan Mental Dan Ketenangan Jiwa
Kajian Psikologi Agama. JIS: Journal Islamic Studies, 1(2), Article 2.