ANALISIS PENGARUH PDB PERKAPITA, INFLASI,
SUKU BUNGA BI, SUKU BUNGA LPS TERHADAP
JUMLAH TABUNGAN DAN DEPOSITO PADA BPR
KONVENSIONAL



Oleh
H a r y a d i




PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2014

ANALISIS PENGARUH PDB PERKAPITA, INFLASI,
SUKU BUNGA BI, SUKU BUNGA LPS TERHADAP
JUMLAH TABUNGAN DAN DEPOSITO PADA BPR
KONVENSIONAL


Oleh
H a r y a d i
91212014


TESIS
untuk memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar Magister Manajemen
Program Pasca Sarjana
Universitas Gunadarma





PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2014

iv


ABSTRAK


ANALISIS PENGARUH PDB PERKAPITA, INFLASI, SUKU
BUNGA BI, SUKU BUNGA LPS TERHADAP JUMLAH
TABUNGAN DAN DEPOSITO PADA BPR KONVENSI ONAL




Faktor penting dalam perkembangan BPR adalah pola ketertarikan masyarakat
terhadap budaya menyimpan uangnya sebagai bentuk investasi. Ketertarikan
masyarakat untuk menginvestasikan dananya tersebut dengan harapan
memperoleh keuntungan yang lebih bes ar. Hal ini diyakini sebagai salah satu
faktor yang memotivasi masyarakat untuk menyimpan uangnya di BPR . Oleh
sebab itu perlu dilakukan pengkajian melalui penelitian ini, apakah PDB
Perkapita, inflasi, suku bunga BI, suku bunga LPS ber pengaruh terhadap j umlah
tabungan dan deposito pada BPR konvensional.

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BPR seluruh
Indonesia. Populasi BPR sebanyak 1653 BPR, akan tetapi setelah dilakukan
purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan (memenuhi kriteria)
dalam penelitian ini adalah sebanyak 323 BPR. Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa Laporan Keuangan Publikasi
BPR Konvensional, Statistik Perbankan Indonesia periode Desember 2008 s/d
Desember 2012 yang diperoleh dari Web Bank Indonesia. Alat analisis yang
digunakan adalah model regresi linear berganda.

Hasil pengujian menunjukan bahwa sebesar 65,7% variasi Jumlah Deposito dapat
dijelaskan oleh perubahan variable PDB perkapita, inflasi, suku bunga BI, suku
bunga LPS, sedangkan sebesar 34,3% dijelaskan hal-hal lain diluar model
penelitian. Sementara 40,8% v ariasi Jumlah Tabungan dapat dijelaskan oleh
perubahan variable PDB perkapita, inflasi, suku bunga BI, suku bunga LPS,
sedangkan sebesar 59,2% dijelaskan hal-hal lain diluar model penelitian.
Berdasarkan hasil pengujian tersebut BPR disarankan menciptakan produk
simpanan yang inovatif dan dibutuhkan masyarakat dan tentunya menguntungkan
baik bagi BPR maupun nasabah.


Kata kunci : Dana Pihak Ketiga BPR, Makro Ekonomi .

v

ABSTRACT

ANALYSIS OF EFFECT OF GDP PER CAPITA , INFLATION, BI
RATES, LPS RATES ON TO TAL SAVINGS AND TOTAL DEPOSITS ON
CONVENTIONAL BPR


Important factor in the growth of BPR is the cultural patterns of people's interest
in saving money as a form of investment . Interest in the community to invest in
the hope of greater profits . It is believed to be one of the factors that motivate
people to save money on BPR . Therefore, the assessment needs to be conducted
through this st udy , whether the GDP per capita , inflation , BI rates , LPS rates
affect the amount of savings and deposits in conventional BPR .

The object of research used in this study were BPR throughout Indonesia . The
population of BPR are 1653 institutions, but after purposive sampling , the
samples are fit for use (meet the criteria) in this study are 323 institutions . Data
used in this study are secondary data from Publication Financial Statements of
BPR Conventional, Indonesian Banking Statistics from D ecember 2008 s / d in
December 2012 obtained from the Web of Bank Indonesia . The analytical tool
used is multiple linear regression model .

The test results showed that 65.7 % variation of t otal deposits can be explained
by changes in GDP per capita variable , inflation , BI rate , LPS rates , while 34.3
% is explained by other things outside the research model . The 40.8 % variations
of total Savings can be explained by changes in GDP per capita variable ,
inflation , BI rate, LPS rates , while 59.2 % is explained by other things outside
the research model . Based on the test results suggested BPR creates innovative
deposit products needed by society and certainly beneficial for both BPR and
customers .


Keywords : Third Party Funds of BPR , Macro Economy .

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

Nama : Haryadi
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 29 Pebruari 1964
Alamat : Jl. Pulogebang Gg H. Mayar no 57 Rt 006/06
Kel. Pulogebang, Kec. Cakung
Jakarta Timur 13950
Telpon : Rumah 021-4803237
Kantor 021-7759783 Fax 021-7759783

Pendidikan Terakhir : Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi - Sek. Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia

II. PENGALAMAN KERJA

1. PT. BPR. Fajar Artha Makmur dari April 2010 s/d sekarang dengan
jabatan sebagai Direktur Utama.
2. PT. BPR. Daya Perdana Nusantara dari September 2007 s/d Pebruari
2010 dengan jabatan sebagai Direktur Utama.
3. PT. Bank Indomonex dari Desember 1998 s/d September 2007 dengan
jabatan terakhir Kepala SKAI.

4. Tim Likuidasi pada PT. Bank Citra Des 1997 - Jul 1998
,
5. PT. Bank Citra dari September 1993 s/d November 1997 dengan
jabatan terakhir Manajer Keu angan dan Akunting.

6. PT. Bank Nusa Internasional dari Desember 1990 s/d Agustus 1993
dengan jabatan terakhir Asisten Manajer Financial Controller.

7. PT. Bank Duta Kantor Pusat dari Desember 1989 s/d Desember 1990
dengan jabatan terakhir Senior Internal Auditor.

8. Kantor Akuntan Publik Drs Hanadi Sujendro & KPM G
Januari 1989
s/d Desember 1989, dengan jabatan terakhir Senior Auditor
9. Kantor Akuntan Publik Pontan & Co
Mei 1984 s/d Januari 1989,
dengan jabatan terakhir Senior Auditor.

vii

III. PELATIHAN DAN KURSUS- KURSUS
NO JENIS TRAINING LEMBAGA
1 Financial For Eksekutif IPPM
2 Kepemimpinan Efektif Prasetya Mulya
3 Accounting for Tax Sampoerna Executive
4 Foreign Exhange IPPM
5 Training for Trainers RSR & Associates
6 Bank Asset & Liabilities Management RSR & Associates
7 Computer Audit workshop HTM & Deloite
Touche
8 Menyusun Strategic Plan Inti Pesan
9 Risk Management Sertification level 1 dan 2 BSMR
10 Tax Sertification A, B, C IKPI & Dirjen Pajak
11 Seritfikasi Direktur BPR Sertif & BI
12 Four The Executions Dunamis
13 7 Habits for Hightlly efective poeple Dunamis
IV. PELATIHAN SERTIFIKASI PROFESIONAL DIREKTUR BPR
Pelatihan diselenggarakan oleh Yayasan Perbarindo Jaya, November 2007
s/d Desember 2007. Ujian diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi
Lembaga Keuangan Mikro, dengan hasil KOMPETEN dengan predikat baik
V. PELATIHAN SERTIFIKASI KONSULTAN PAJAK (TINGKAT C)
Pelatihan diselenggarakan oleh Balai Pelatihan Perpajakan November 2004
s/d Desember 2007. Ujian diselenggarakan oleh Ikatan Konsultan Paj ak
Indonesia (IKPI) dan Dirjen Pajak.
VI.
ORGANISASI
a. Anggota pada Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI)
b. Pengurus Bidang Pendidikan Perbarindo - Komisariat Depok

Depok, Maret 2014

Haryadi

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini tepat pada waktu yang ditentukan.
Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam memperoleh gelar Magister Manajemen Program Pasca
Sarjana Universitas Gunadarma.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah banyak membantu dalam proses penelitian hingga selesainya
tesis ini, sebagai berikut:
1. Ibu Prof. Dr. E.S. Margianti, S.E, M.M., selaku Rektor Universitas
Gunadarma, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
belajar di Universitas Gunadarma.
2. Universita Gunadarma dan Beasiswa Unggulan, Biro Kerjasama Luar
Negeri, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia atas
Beasiswa yang diberikan penulis.
3. Bp Prof. Dr. Yuhara Sukra, MSc , selaku Kordinator Program Pasca Sarjana
Universitas Gunadarma, yang telah memberikan saran-saran yang sangat
berarti untuk penyelesaian tesis ini
4. Bp Prof. Dharma Tintri Ediraras Sudarsono,SE, Ak, MBA selaku Direktur
program pasca sarjana Magister Sosial Budaya Universitas Gunadarma.
5. Ibu Prof. Dr. Euphrasia Susy Suhendra, M.S. Ketua Program Study
Magister Manajemen Universitas Gunadarma dan selaku Dos en kami yang
telah memberikan banyak waktu dan ilmu beliau terhadap penulis, diskusi,
saran dan koreksi dari adalah masukan-masukan yang sangat bermanfaat
sehingga selesainya penulisan tesis ini.

ix

6. Ibu Dr. Novita Sulistiowati, S.Kom, M.M., selaku dosen Pembimbing yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan kemurahan hati
meluangkan waktu untuk membantu penulis memahami seluk beluk
penelitan empiris yang merupakan hal-hal baru bagi penulis
7. Bapak Joko Suyanto, S.E. M.M.,Ketua DPP Perbarindo yang t elah
memberikan rekomendasi untuk mendapatkan beasiswa ini.
8. Seluruh staf pengajar Program Magister Manajemen Keuangan Mikro
Universitas Gunadarma atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan,
sehingga penulis mampu merumuskan ide penulisan tesis ini.
9. Istriku, Hj. Eris Defita, anak-anakku tercinta, Risha Natasya Andriani,
Ridwan Nugraha, Alwan Harris Alfarizi atas doa, prioritas, semangat dan
segala dukungan yang tidak mampu penulis uraikan. Untuk sel uruh
keluarga besar, yan g telah memberikan dukungan moril maupun meteriil.
Keberadaan mereka adalah kekuatan terbesar sehingga penulis mampu
menyelesaikan tesis ini.
10. Seluruh karyawan PT. BPR Fajar Artha Makmur , yang telah membantu
penulis dengan penuh semangat yang tinggi dan penuh dedikasi untuk
menyelesaikan penulisan tesis ini.
11. Teman-teman semasa perkuliahan, rekan-rekan kerja semua pihak yang
tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dukungan,
saran-saran, perhatian dan doa selama penyelesaian tesis ini.
Semoga segala bentuk dukungan ya ng telah diberikan kepada penulis mendapat
pahala dan rahmat dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati penulis juga
membuka diri untuk menerima saran- saran yang berguna demi penyempurnaan
tesis ini. Semoga karya ini member i manfaat untuk seluruh pihak yang
menjadikan referensi.
Depok, 20 Maret 2014

Penulis

x


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………………………………………………………….. i v

ABSTRACT ………………………………………………………….. v

RIWAYAT HIDUP ..…………………………………………………… vi

KATA PENGANTAR ………………………………………………… viii

DAFTAR ISI …………………………………………………………... x

DAFTAR TABEL ………………………………………………………. xi ii

DAFTAR GRAFIK …………………………………………………… xv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………….. …………… xvi


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian .………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………….. 10
1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 10
1,4. Manfaat Penelitian ……………………………………….. 11


BAB II TELAAH PUSTAKA
2.1. Landasan Teori ….................................................................. 12
2.1.1 Bank ……………………………………………… 12
2.1.2 Fungsi dan Tujuan Bank ………………………….. 12
2.1.3 Jenis-jenis Bank ………………………………….. 13
2.1.4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ………………….. 16
2.1.4.1 Pengertian BPR …………………………. 16
2.1.4.2 Landasan Hukum BPR …………………. 17

xi


2.1.4.3 Sejarah Perkembahan BPR……………..… 17
2.1.4.4 Ketentuan Kelembagaan BPR ………….. 18
2.1.4.5 Peran BPR dalam pembangunan ekonomi . 20
2.1.4.6 Kegiatan usaha dan Produk BPR ………. 21
2.1.4.7 Sumber -sumber Dana BPR ……………. 24
2.1.5 Produk Domestik Bruto (PDBR) ………………… 27
2.1.5.1 Pengertian PDB ……………………….… 27
2.1.5.2 Metode Perhitungan PDB ……………... 28
2.1.6 Inflasi …………………………………………... 33
2.1.7 Suku Bunga Bank Indonesia ( BI Rate )
………..… 35
2.1.8. Suku Bunga LPS …………………………….. 36
2.2. Penelitian Sejenis ………………………………………. 37
2.3. Kerangka Pemikiran …………………………………… 42
2.4. Hipotesis ………………………………………………….. 44


BAB III METODA PENELITIAN
3.1. Obyek Penelitian …… …………………………………… 45
3.2. Data dan Metode Pengumpulan Data …..……………….. 45
3.3. Populasi dan Metode Penarikan Sampel ………………… 45
3.3.1. Populasi …………………………………………. 45
3.3.2. Metode PenarikanSampe …………………………. 46
3.4. Operasionalisasi Variabel ………………………………… 47
3.5 Model Ekonometrik dan Teknik Analisis Data …………... 48

BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Sampel Penelitian ..………………………………………… 50
4.2. Analisis Deskriptif ………………………………………… 51
4.2.1. Tabungan …………………………………………. 51
4.2.2. Deposito .………………………………………….. 52

xii


4.2.3. PDB ……………………………………………… 53
4.2.4. Suku bunga BI dan LPS …………………………. 54
4.2.5. Inflasi …………………………………………….. 54
4.3. Hasil dan Pembahasan
4.3.1. Hasil Uji Model Penelitian ……………………… 56

BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ……………….……………………………… 74
5,2. Saran ……………………………………………………… 74

DAFTAR PUSTAKA 76
LAMPIRAN
Lampiran A . Daftar sampel 323 BPR seluruh Indonesia
Lampiran B . Hasil ola h SPSS

xiii

DAFTAR TABEL



Halaman

Tabel 1.1 Perkembangan Penyaluran Dana, Sumber Dana, Aset,
Jumlah BPR dan Jumlah Kantor 2

Tabel 1.2 Perkembangan PDB dan PDB Perkapita 5

Tabel 1.3 Perkembangan Inflasi, Suku bunga BI, suku bunga LPS 7

Tabel 2.1 Peneliti Sejenis 37

Tabel 3.1 Jumlah BPR berdasarkan total aset per Desember 2012 47

Tabel 3.2 Jumlah Sampel berdasarkan total aset BPR 48

Tabel 3.3 Opersionalisasi Variable Penelitian 48

Tabel 4.1 Data Populasi dan sample BPR 51

Tabel 4.2 Perkembangan Kredit, Sumber Dana, Aset BPR 52

Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Tabungan dan Deposito BPR Nasional 53

Tabel 4.4 Perkembangan PDB dan PDB Perkapita 55

Tabel 4.5 Perkembangan Inflasi, BI Rate, LPS Rate 57

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Data Deposito BPR, PDB perkapita,
Inflasi, Suku bunga BI, suku bunga LPS (Model Summary) 58

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi Data Tabungan BPR, PDB perkapita,
Inflasi, Suku bunga BI, suku bunga LPS (Model Summary) 58

Tabel 4.8 Tabel Anova - Deposito 59

xiv


Tabel 4.9 Tabel Anova - Tabungan 59
Tabel 4.10 Dependent variabel Y
Dep 61
Tabel 4.11 Dependent variabel Y
Tab 61
Tabel 4.12 X_
PDB Perkapita - YTab 63
Tabel 4.13 X_ Inflasi - Y
Tab 64
Tabel 4.14 X_
SBI - YTab 67
Tabel 4.15 X_
SLPS - YTab 70
Tabel 4.16 X_
PDB Perkapita - YDep 71
Tabel 4.17 X_ Inflasi - Y
Dep 73
Tabel 4.18 X_
SBI - YDep 74
Tabel 4.19 X_
SLPS - YDep 75

xv

DAFTAR GRAFIK



Halaman

Grafik 4.1 Perkembangan Kredit, Sumber Dana, Aset BPR 52
Grafik 4.2 Pekembangan Tabungan dan Deposito 54
Grafik 4.3 Pekembangan PDB dan PDB Perkapita 55
Grafik 4.4 Perkembangan Inflasi, BI rate, LPS rate 5 7
Grafik 4.5 Pekembangan PDB dan PDB Perkapita 6 3
Grafik 4.6 Perkembangan Inflasi 66
Grafik 4.7 Perkembangan suku bunga BI 68
Grafik 4.8 Perkembangan suku bunga LPS 71

xvi

‘DAFTAR G AMBAR



Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 44

Gambar 4.1 Gambar Normal Plot Data Variabel (tabungan) 60
Gambar 4.2 Gambar Normal Plot Data Variabel (deposito) 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian
Peranan perbankan di Indonesia, sejak awal kemerdekaan, bank telah memainkan
peranan yang amat menentukan bagi pengaturan perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat termasuk produksi dan perdagangan di semua sektor ekonomi.
Sebagai lembaga keuangan, bank umum adalah lembaga pencipta uang giral,
sebagai agen of development atau alat pemerintah dalam membiayai semua jenis
pembangunan. Lembaga keuangan terbagi atas dua yaitu lembaga keuangan bank
dan lembaga keuangan non bank. Peranan dan ataupun fungsi bank dalam
masyarakat adalah sebagai lembaga yang menghimpun dana -dana masyarakat,
menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit, melancarkan transaksi
perdagangan dan pembayaran uang.
Menurut UU Pokok Perbankan nomor 14 Tahun 1967 jeni s perbankan menurut
fungsinya terdiri atas: Bank Umum, Bank Pembangunan, Bank Tabungan, Bank
Pasar, Bank Desa, Lumbung Desa, atau Bank Pegawai. Namun setelah keluar UU
Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya UU
RI nomor 10 tahun 1998, jenis perbankan menjadi Bank Umum dan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Pembangunan dan Bank Tabungan berubah
fungsi menjadi Bank Umum, sedangkan Bank Desa, Bank Pasar, Lumbungan
desa dan Bank Pegawai menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Peranan sistem finansial yang didominasi oleh perbankan tampak dari dana yang
dihimpun dan yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan,
khususnya di sektor swasta sebagian besar masih berasal dari sektor perbankan.
Sektor perbankan merupakan sektor yang sangat penting peranannya di dalam
pembangunan nasional baik sebagai perantara sektor yang defisit dengan sektor
yang surplus maupun sebagai agen pembangunan.

2


Pembiayaan investasi melalui lembaga keuangan domestik dapat bersumber dari
perbankan, pasar modal, perusahaan pembiayaan, dan pegadaian. Namun
demikian, hingga saat ini lembaga keuangan di Indonesia masih didominasi oleh
industri perbankan. Industri perbankan masih menguasai lebih dari 90 persen aset
lembaga keuangan. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan pembiayaan usaha di
Indonesia, baik langsung maupun tidak langsung, masih mengandalkan perbankan


Jumlah bank yang beroperasi di Indonesia Des 2012, mencapai 1 .773 bank, terdiri
dari 120 bank umum dan 1.653 Bank Perkreditan Rakyat. Total aset bank pada
Des 2012 sebesar Rp 4.329,99 triliun, yang terdiri dari aset bank umum sebesar
Rp 4.262,59 triliun. Sementara BPR, total asetnya mencapai Rp 67,40 triliun atau
1,56% dari total aset perbankan keseluruhan. Meskipun asset bpr hanya 1,56%
dari total aset perbankan keseluruhan, namun tetap memiliki peranan terhadap
perekonomian nasional.

Tab el 1.1
PERKEMBANGAN PENYALURAN DA NA, SUMBER DANA, ASET,
JUMLAH BPR & JUMLAH KANTOR
Kegiatan Usaha
T A H U N
Dec-08 Dec-09 Dec-10 Dec-11 Dec-12


Penyaluran dana (Triliun - Rp) 31,3 36,1 43,9 53,5 64,8
Sumber dana (Triliun -Rp) 26,3 30,4 37,0 45,5 55,3
Jumlah Aset (Triliun- Rp) 32,6 37,6 45,7 55,8 67,4
Jumlah BPR 1.772 1.733 1.706 1.669 1.653
Jumlah Kantor 3.367 3.644 3.910 4.172 4.425


Tabel 1. menggambarkan pertumbuhan jumlah BPR di Indonesia. Dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa jumlah BPR mengalami penurunan pada setiap
tahunnya. Pada tahun 2008 terdapat 1.772 BPR di Indonesia dan menjadi 1.653
pada tahun 2012. Penurunan jumlah BPR tersebut disebabkan karena terjadinya

3

merger, akuisisi, konsolidasi, dan izin usahanya yang di tutup oleh BI karena
berbagai sebab. Namun dari jumlah kantor BPR mengalami peningkatan setiap
tahunnnya. Tahun Des -2008 terdapat 3.367 jumlah kantor dan Des - 2012
menjadi 4.425. I ni menunjukan bahwa bahw a penurunan BPR tidak
menghilangkan fungsi dan peran aktif BPR terhadap pertumbuhan perekonomian
daerah. Hal ini juga menunjukan penurunan jumlah BPR tidak mengurangi
jangkauan pelayanan BPR kepada masyarakat. Penyebaran BPR masih belum
merata yaitu 1.171 BPR (71% ) berada di wilayah Jawa dan Bali, sisanya 482
BPR (29%) berada di luar Jawa dan Bali. Sedangkan dari jumlah aset , mayoritas
BPR berada pada aset diatas Rp 10 Milyar s/d 50 Milyar.

Usaha BPR adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu, memberikan kredit, menyediakan pembiayaan dan penempatan dana
berdasarkan konvensional ataupun prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia, menempatkan dananya dalam bentuk Sert ifikat
Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan
pada bank lain. BPR dilarang
menerima simpanan berupa giro dan ikut serta
dalam lalu lintas pembayaran, mela kukan kegiatan usaha dalam val uta asing,
melakukan penyertaan modal dan melakukan usaha perasuransian. (UU No 10
Tahun 1998 tentang Perbankan).

Tabel 1. Tersebut diatas memperlihatkan perkembangan penyaluran kredit BPR
secara nasional selama periode 2008 sampai dengan 2012 terus mengalami
peningkatan. Peningkatan ini menunjukan bahwa keberadaan BPR masih
dibutuhkan oleh UMK dan masyarakat untuk mendapatkan fasilitas kredit dalam
skala mikro dalam membantu permodalan usaha. Fasilitas kredit yang disalurkan
BPR mayoritas dan fokus terhadap UMK yang tidak mendapa tkan fasilitas serupa
dari bank umum. Peningkatan jumlah kredit periode 2008 tercatat sebesar Rp 31,3
triliun dan menjadi Rp. 64,8 triliun pada tahun 2012. Hal ini berarti rata -rata
peningkatan kredit BPR nasional adalah sebesar 19.95 % tiap tahunnya.

4


Tabel 1. menunjukkan pertumbuhan Tabungan dan Deposito BPR dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2012. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa DPK
BPR selalu mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Peningkatan DPK
tersebut membuktikan bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BPR
semakin tinggi sehingga masyarakat tidak ragu untuk menyimpan dananya di
BPR. Tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, tabungan BPR nasional tercatat
sebesar Rp.6,02 Triliun dan menjadi Rp. 14,47 triliun atau rata- rata pertahun
meningkat 19,16% . D eposito bertumbuh dari Rp 12,70 t riliun menjadi Rp 30,40
triliun triliun atau rata-rata pertahun meningkat 19,19%.

DPK BPR merupakan pool dana yang dihimpun dari masyarakat melalui produk-
produk penghimpunan dana BPR, yaitu tabungan dan deposito, sertifikat deposito.
DPK yang telah dihimpun akan dialokasikan atau disalurkan dalam bentuk kredit
untuk menghasilkan pendapatan. Penurunan DPK juga sedikit banyak akan
mempengaruhi penyaluran dana (kredit). Dengan demikian perk embangan BPR
sangat dipengaruhi oleh kemampuannya menghimpun dana dari masyarakat.
Sedangkan kemampuan BPR dalam menghimpun DPK dan bersaing dengan Bank
Umum ditengah perubahan- perubahan kondisi makro ekonomi Indonesia akan
ikut menentukan besar-kecilnya peran BPR dalam perkenomian Indonesia.

Beberapa elemen kondisi makroekonomi yang dapat mempengaruhi DPK adalah
pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam bentuk Produk Domestik Bruto
(PDB), inflasi, suku bunga BI (B I rate) dan suku bunga LPS.

PDB secara s tatistis menunjukan pendapatan nasional dari s embilan sektor.
Perubahan pendapatan sektor-sektor tersebut mempengaruhi masyarakat, baik
perorangan maupun korporasi, sehingga selanjutnya akan mempengaruhi besaran
investasi dan tabungan masyarakat. Pengaruh ini secara teoritis seharusnya
merupakan pengaruh positif, tetapi oleh Rahmawati (2004) menunjukan pengaruh
negative dalam jangka pendek terhadap DPK perbankan syariah.

5


Laju perekonomian Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif.
Meningkatnya perekonomian Indonesia memberikan dampak yang cukup berarti
pada kondisi sosial masyarakatnya. Meskipun belum seluruhnya membaik seperti
yang diharapkan, namun beberapa indicator setidaknya telah menunjukkan
adanya perbaikan. PDB menurut harga berlaku pada tahun 2008 adalah sebesar
Rp 471,26 Milyar dan pada tahun 2012 telah mencapai Rp 852,24 Milyar.
Meningkatnya PDB ini berdampak pada naiknya kesejahteraan penduduk secara
makro yang dapat dilihat secara tidak langsung dari besarnya PDB perkapita. PDB
perkapita harga berlaku pada tahun 2008 tercatat sebesar USD 2.244, lebih tinggi
dibandingkan tahun 2012 yang sebesar USD 3.592.

Tabel 1.2 Perkembangan PDB dan PDB Perkapita


Inflasi dapat mengurangi hasrat msyarakat untuk menabung atau menyimpan
uangnya dalam bentuk deposito, jika mumcul ekspektasi tingkat return yang lebih
rendah dibanding tingkat inflasi. Teori ini dibuktikan oleh hasil penelitian Tuti
(2008) yang menyebutkan bahwa inflasi berpengaruh negative dan signifika n
terhadap permintaan deposito dalam negeri di bank umum Indonesia, dan juga
penelitian Mubasyiroh (2008) yang menyimpulkan bahwa inflasi signifikan
berpengaruh negative terhadap total simpanan mudharabah di perbankan syariah.
Inflasi yang terjadi akan memiliki dampak positif dan negative, tergantung parah
tidaknya inflasi. Apabila inflasi ringan akan mendorong perekonomian lebih baik
yaitu meningkatkankan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja , menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya dalam masa inflasi
INDIKATOR 2008 2009 2010 2011 2012

PDB (Milyar - USD) 471,26 540,27 700,00 820,00 852,24
PDB Perkapita USD) 2.244 2.345 3.010 3.540 3.592

6

yang parah (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak semangat kerja, menabung dan
melakukan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Bila
orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang.
Karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari dana masyarakat baik dalam bentuk tabungan maupun deposito.

Pada mekanisme kebijakan moneter jalur suku bunga, perubahan SBI Rate
mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila
perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan
kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk
mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku
bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga
akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan untuk melakukan investasi. Ini se mua akan meningkatkan aktifitas
konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah.
Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia
merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk m engerem aktifitas
perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.

Kebijakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh negatif
terhadap fungsi intermediasi bank. Suku bunga SBI akan berpengaruh terhadap
fungsi intermediasi perbankan melalui perantara suku bunga di sektor keuangan
yakni suku bunga simpanan (deposito) dan pinjaman. Hal ini telah diteliti oleh
Octavia (2013).
. Masyarakat ingin menyimpan uangnya di bank karena
mengharapkan beberapa faktor, yang selain tingkat keamanan bank terbukti baik,
bank juga memberikan bunga. Dana masyarakat dapat disimpan berupa giro,
deposito, dan tabungan.


Suku bunga penjaminan ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
yang didirikan berdasarkan UU No 24/2004 sebagaimana telah diubah dengan UU

7

No. 9/2009 tentang Lembaga Penjaminan Simpanan. Dana simpanan akan
dijamin selama suku bunga simpanan tidak melebihi suku bunga yang ditetapkan
LPS dan nominal tidak melebihi Rp 2 Milyar


Tabel 1.3 Perkembangan Inflasi, BI Rate, Su ku bunga LPS
2008 2009 2010 2011 2012

INFLASI (%) 11,06 2,78 6,96 4,61 4,30
BI RATE (%) 9,25 6,50 6,50 6,75 5,75
LPS RATE (%) 13,00 10,25 10,25 10,25 8,00

Dengan melihat pengaruh dari beberapa faktor yang dapat menunjang jumlah
simpanan masyarakat, maka dapat diketahui perkembangan kinerja perbankan
tersebut, yang akan memberikan profit abilitas secara keseluruhan bagi perbankan
Indonesia. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik
untuk melakukan penelitian melalui penulisan skripsi dengan judul Analisis
Pengaruh PDB perkapita, Inflas I, Suku Bunga BI, Suku bunga LPS Terhadap
jumlah Tabungan dan Deposito pada BPR Konvensional.
Penelitian tentang faktor-faktor yang menpengaruhi dana pihak ketiga dan
permasalahannya pernah dibahas dalam bentuk skripsi, thesis, jurnal, artikel dan
sebagainya. Beberapa karya ilmiah yang mempunyai relevansi dengan penelitian
ini antara lain :
Mubasyiroh (2008), melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi terhadap total simpanan mudarabah pada
Bank Muamalat Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat suku
bunga dan inflasi berpengaruh negative secara signifikan terhadap total simpanan
mudarabah.
Yenny (2012), melakukan pengujian PDRB, valuta asing, suku bunga deposito,
tingkat inflasi terhadap jumlah simpanan masyarakat (DPK) pada bank umum di
Kalimantan Barat. Hasil penelitiannya adalah PDRB, valuta asing, tingkat inflasi

8

mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah simpanan masyarakat (DPK),
sedangkan suku bunga deposito mempunyai pengaruh negative terhadap jumlah
simpanan masyarakat (DPK).
Wibowo (2010) melakukan penelitian dengan menguji pengaruh nilai kurs,
tingkat inflasi, suku bunga terhadap dana pihak ketiga pada bank devisa di
Indonesia. Hasil penelitian s ecara keseluruhan variabel bebas berpengaruh
terhadap jumlah dana pihak ketiga .
Wahyuni (2011) melakukan pengujian pengaruh pendapatan nasional, suku
bunga terhadap dana pihak ketiga pada bank umum di Indonesia. Hasil pengujian
menunjukan bahwa pendapatan nasional , suku bunga mempunyai pengaruh
positif terhadap dana pihak ketiga.
Rut Milinda Sitorusi (2009) melakukan penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis pengaruh tingkat suku bunga, PDB terhadap pertumbuhan r eksa
dana di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat suku bunga
mempunyai pengaruh yang negative terhadap pertumbuhan Reksa Dana. PDB
mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan r eksa dana.
Wibowo (2011) melakukan pengujian nisbah, NPF dan GDP terhadap
pertumbuhan dana pihak ketiga pada bank syariah di Indonesia. Hasil penelitian
adalah nisbah, NPF dan GDP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan dana pihak ketiga.
Esti R (2010) melakukan pengujian pengaruh Inflasi, suku bunga, GDP terhadap
jumlah tabungan pada bank swasta nasional di Indonesia. Hasil pen gujiannya
menunjukan bahwa i nflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah tabungan, sukub
bunga mempunyai hubungan negative terhadap jumlah ta bungan dan GDP
mempunyai hubungan positif terhadap jumlah tabungan.
Yuliana (2009) melakukan pengujian pengaruh bagi hasil, inflasi, PDB, ROI
terhadap dana pihak ketiga pada perbankan syariah. Hasil pengujian menunjukan
bahwa secara parsial variabel bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan

9

terhadap DPK, variabel inflasi dan PDB berpengaruh negative dan tidak
signifikan terhadap DPK, variabel ROI berpengaruh negative dan signifikan
terhadap DPK. Pada uji F menunjukkan variabel independen bagi hasil, inflasi,
PDB, ROI secara simulta n berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPK.

Marieskha (2009) melakukan pengujian pengaruh suku bunga dan Inflasi
terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat pada bank umum di Sumatera Utara.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik Regional Bruto,
Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap
Jumlah Simpanan Masyarakat.

Hutasoit (2009) melakukan uji penelitian dengan menganalisis pengaruh suku
bunga dan Inflasi terhadap penghimpunan simpanan masyarakat pada PT. BRI
cabang Balige. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel suku bunga dan
inflasi berpengaruh positif (tidak signifikan) terhadap Jumlah dana pihak ketiga.

Tohari (2010) melakukan pengujian nilai tukar Rp/USD dan inflasi terhadap
jumlah dana pihak ketiga , dan pembiayaan mudharabah pada perbankan syariah.
Hasil pengujian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel nilai tukar
Rp/USD dan inflasi serta jumlah uang beredar berpengaruh signifikan terhadap
Jumlah dana pihak ketiga. Hasil pengujian pada substruktur II menunjukkan
bahwa variabel jumlah uang beredar dan dana pihak ketiga berpengaruh
signifikan terhadap pembiayaan mudharabah.

Dengan melihat pengaruh dari beberapa faktor yang dapat menunjang jumlah
simpanan masyarakat, maka dapat diketahui perkembangan kinerja perbankan
tersebut, yang akan memberikan profitabilitas secara keseluruhan bagi perbankan
perbankan Indonesia. Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan berdasarkan
teori dan penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Analisis pengaruh PDB perkapita, Inflasi, Suku bunga BI, Suku

10

Bunga Penjaminan LPS terhadap Tabungan dan Deposito pada BPR di
Indonesia, periode t riwulan 2008 sampai dengan 2012.

1.2 Rumusan Masal ah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka pokok permasalahan diangkat
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh PDB per Kapita terhadap Tabungan pada BPR ?
2. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Tabungan pa da BPR ?
3. Bagaimana pengaruh Suku bunga SBI terhadap Tabungan pada BPR ?
4. Bagaimana pengaruh Suku bunga LPS terhadap Tabungan pada BPR ?
5. Bagaimana pengaruh PDB per Kapita terhadap Deposito pada BPR?
6. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap Deposi to pada BPR ?
7. Bagaimana pengaruh Suku bunga SBI terhadap Deposito pada BPR ?
8. Bagaimana pengaruh Suku bunga LPS terhadap Deposito BPR ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Menguji pengaruh PDB per Kapita terhadap jum lah tabungan pada BPR .
2. Menguji pengaruh Inflasi terhadap jumlah tabungan pada BPR .
3. Menguji pengaruh suku bunga B ank Indonesia (BI Rate) terhadap jumlah
tabungan pada BPR .
4. Menguji pengaruh suku bunga LPS terhadap jum lah tabungan pada BPR .
5. Menguji pengaruh nilai PDP per Kapita terhadap jumlah deposito pada
BPR.
6. Menguji pengaruh Inflasi terhadap jumlah deposito pada BPR.
7. Menguji pengaruh suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) terhadap jumlah
deposito pada BPR.
8. Menguji pengaruh tingkat suku bunga LPS terhadap jumlah deposito pada
BPR.

11

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan
yaitu :
1. Memberikan kontribusi bagi ilmu ekonomi mikro khusunya mengenai model
pengujian PDB, inflasi, suku bungan BI dan suku bunga penj aminan LPS
terhadap tabungan dan deposito pada BPR.
2. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu manajemen keuangan
terutama yang berkaitan dengan factor-faktor yang mempengaruhi dana pihak
ketiga di BPR.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat operasional sebagai
berikut :
1. Sebagai informasi bagi BPR mengenai factor-faktor yang dapat menjelaskan
pengaruh terhadap tabungan dan deposito di BPR.
2. Sebagai solusi alternative bagi BPR untuk meningkatkan pertumbuhan
tabungan dan deposito.
3. Memberikan masukan tentang hubungan PDB perkapita, inflasi, Suku bunga
BI dan suku bunga penjaminan dengan tabumgan dan deposito.
4. Sebagai masukan bagi Bank Indonesia, BPR dan pihak- pihak terkait lainnya
untuk menentukan kebijakan yang lebih tepat berkaitan dengan produk
tabungan dan deposito, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan aset bpr.

12

BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1 Bank

Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegi atan
utamanya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk pinjaman serta
memberikan jasa perbankan lainnya.

Menurut Undang- Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan : Bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan SK Menteri
Keuangan RI No. 792 tahun 1990 pengertian bank adalah : Bank merupakan suatu
badan yang kegiatannya dibidang keuangan melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi
perusahaan. Ada juga yang mengatakan bank adalah department store of finance,
yang merupakan organisasi jasa atau pelayanan berbagai jasa keuangan. Selain
itu, bank juga disebut sebagai suatu badan yang berfungsi sebagai financial
intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni pihak yang kelebihan
dana dan pihak yang kekurangan dana ( Sinungan, 1993:3)


2.1.2 Fungsi dan Tujuan Bank

Secara umum fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai

13

financial intermediary. Adapun tujuan bank adalah menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan,
ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Secara lebih spesifik fungsi bank dapat sebagai agen of trus t, agen of development
dan agen of service (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2008:9).
1. Agen of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam
hal penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dil andasi oleh unsur kepercayaan.

2. Agen of Development t
Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan
untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank
tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan
juga konsumsi baran dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi distribusi
konsumsi berkaitan dengan penggunaan uang.

3. Agen of Service
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank
juga memberikan penawaran jasa- jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa- jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan
kegaiatan perekonomian masyarakat secara umum. Kegiatan menghimpun
dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan
kegiatan memberikan jasa -jasa bank lainnya hanyalah merupakan
pendukung dari kedua kegiatan tersebut.

2.1.3 Jenis -jenis Bank
Di dalam Undang- Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 yang menggantikan
Undang- Undang sebelumnya yaitu Undang- Undang nomor 14 tahun 1967,

14

terdapat beberapa perbedaan jenis perbankan yang dapat dilihat dari segi fungsi,
kepemilikan, status dan dari segi menentukan harga.

1. Dilihat dari Segi Fungsinya

Dalam Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 14 tahun 1967 jenis
perbankan menurut fungsinya terdiri dari:
a. Bank Umum e. Bank Desa
b. Bank Pembangunan f. Lumbung Desa
c. Bank Tabungan g. Bank Pegawai
d. Bank Pasar h. dan Bank jenis lainnya

2. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian da n penguasaan saham yang
dimiliki Bank yang bersangkutan. Jenis Bank dilihat dari segi kepemilikan
adalah sebagai berikut:

a. Bank milik pemerintah

Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
pemerintah. Yang termasuk dalam bank pemerintah adalah Bank BUMN
dan bank- bank yang dimiliki oleh pemerintah daerah. Contoh : Bank
Mandiri, Bank Negara Indonesia 1946 (BNI 1946) Bank Rakyat Indonesia
(BRI) Bank Tabungan Negara (BTN), Bank DKI.

b. Bank milik swasta nasional
Bank swasta nasional adalah bank yang berbadan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara Indonesia dan
atau badan hukum Indonesia. Contoh : Bank Central Asia Bank Bukopin
Bank Danamon, Bank Permata

c. Bank milik asing
Bank asing merupakan kantor cabang dari suatu bank di luar Indonesia
yang saat ini hanya diperkenankan beroperasi di Jakarta dan membuka

15

kantor cabang pembantu di beberapa Ibukota provinsi selain Jakarta.
Contoh : ABN AMRO Bank, City Bank

d. Bank milik campuran
Istilah bank campuran sejak Undang - Undang No. 10 Tahun 1998 sudah
ditiadakan, karena pada prinsipnya bank swasta nasional dapat dimiliki
oleh pihak asing, sehingga penggunaan istilah bank campuran sudah tidak
relevan lagi. Penghapusan istilah tersebut sekaligus menghilangkan
perlakuan diskriminatif yang dilakukan otoritas moneter antara bank
nasional dan bank campuran selama ini.

3. Dilihat dari Status
Pembagian jenis bank dari segi status merupakan pembagian berdasarkan
kedudukan atau status yang menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam
melayani masyarakat dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas
pelayanannya.
a. Bank Devisa
Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya
transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travelers cheque dan
transaksi luar negeri lainnya.

b. Bank Non Devisa
Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan
transaksi sebagai bank devisa jadi transaksi yang dilakukan masih dalam
batas-batas suatu negara.
4. Dilihat dari pe nentuan harga
Ditinjau dari segi menentukan harganya, bank dapat dibedakan menjadi:
a. Bank yang berdasarkan prinsip konvesional

16

b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah. (Kasmir, 2000: 31)

Kemudian menurut Undang- Undang Pokok Perbankan nomor 7 tahun 1992 dan
ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang- Undang RI nomor 10 tahun 1998 maka
jenis perbankan terdiri dari dua jenis Bank yaitu:

a) Bank Umum
Menurut Undang- undang nomor 10 tahun 1998 adalah bank yang kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang- undang Nomor
10 tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvesional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Dengan keluarnya Undang- undang Nomor 7 tahun 1992 tersebut mengakibatkan
perubahan fungsi Bank Pembangunan dan Bank Tabungan menjadi Bank Umum.
Kemudian Bank Desa, Bank Pasar, dan Lumbung Desa menjadi Bank Perkreditan
Rakyat (BPR). (Kasmir, 2000: 20) .

2.1.4 Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2.1.4.1 Pengertian BPR
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan B ank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Kegiatan
usaha BPR terutama ditujukan untuk melayani usaha- usaha kecil dan masyarakat
di daerah pedesaan.

17

Usaha utama BPR adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang
merupakan sumber dana BPR, kemudian menyalurkan kembali dalam bentuk
kredit. Ditambahkan juga bahwa dalam kegiatannya BPR tidak hanya mencari
keuntungan semata, tetapi juga harus dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Hal tersebut telah diamanatkan dalam UU no.7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan UU no 10 tahun 1998 yaitu :
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dalam bentuk
simpanan dan meyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk- bentuk lainnya, dalam rangka meningikatkan taraf hidup masyarakat
banyak. .
2.1.4.2 Landasan Hukum BPR
Landasan Hukum BPR adalah UU No. 7/1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan
bahwa BPR adalah B ank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum BPR dapat berupa Perseroan
Terbatas (PT), Perusahaan Daerah (PD), atau Koperasi.

2.1.4.3 Sejarah Perkembangan BPR
Sejarah perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia adalah
sebagai berikut :
1. Abad ke-19 : dibentuk Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank
Dagang Desa.
2. Pasca kemerdekaan Indonesia : didirikan Bank Pasar, Bank Karya Produksi
Desa (BKPD) awal 1970 an : didirikan Lembaga Dana Kredit Pedesaan
(LDKP) oleh Pemerintah Daerah.

18

3. Tahun 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan Oktober 1988
(PAKTO 1988 melalui Keputusan Presiden RI No. 38 yang menjadikan
momentum awal pendirian BPR – BPR baru. Kebijakan tersebut
memberikan kejelasan mengenai keberadaan dan kegiatan usaha “BPR
Perkreditan Rakyat” atau BPR.

4. Tahun 1992 : Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, BPR
diberikan landasan hukum yang jelas sebagai salah satu jenis B ank selain
Bank umum.

2.1.4.4. Ketentuan Kelembagaan BPR

A. Pendirian BPR

BPR hanya dapat didirikan dan dimiliki dengan izin Dewan Gubernur Bank
Indonesia oleh:
a. Warga Negara Indonesia;
b. Badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia;
c. Pemerintah Daerah; atau
d. Dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c.

B. Modal disetor untuk mendirikan BPR

Jumlah modal disetor untuk mendirikan BPR bervariasi berdasarkan lokasi
pendirian BPR . Pemerintah memberikan insentif untuk pendirian BPR di luar
wilayah DKI Jakarta. Variasi jumlah modal di setor adalah ebagai berikut .
a. Rp.5 miliar untuk BPR yang didirikan di wilayah DKI Jakarta;
b. Rp.2 miliar untuk BPR yang didirikan di wilayah ibukota provinsi di pulau
Jawa dan Bali dan di wilayah Kabupaten atau Kotamadya Bogor, Depok,
Tangerang dan Bekasi;

19

c. Rp.1 miliar untuk BPR yang didirikan di ibukota provinsi di luar pulau Jawa
dan Bali dan di wilayah pulau Jawa dan Bali di luar wilayah sebagaimana
disebut dalam huruf a dan b;
d. Rp.500 juta untuk BPR yang didirikan di wilayah lain di luar wilayah
sebagaimana disebut dalam huruf a, b dan c.

C. Kepengurusan BPR

Kepengurusan BPR terdiri dari Direksi dan Komisaris. Anggota Direksi dan
dewan Komisaris wajib memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan mengenai
penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) BPR untuk menilai
integritas, kompetensi dan reputasi keuangan. Anggota Direksi paling sedikit
berjumlah 2 orang dan memiliki sertifikat kelulusan dari lembaga sertifikasi.

D. Pembukaan Kantor BPR

a. Pembukaan Kantor Cabang hanya dapat dilakukan dalam wilayah provinsi
yang sama dengan Kantor Pusatnya dengan mempertimbangkan tingkat
kesehatan, kemampuan permodalan, teknologi informasi dan rencana
pembukaan Kantor Cabang tersebut telah dicantumkan dalam rencana
kerja tahunan BPR.
b. Pembukaan Kantor Kas hanya dapat dilakukan dalam satu wilayah
Kabupaten atau Kota dengan kantor induknya dengan mempertimbangkan
tingkat kesehatan dan rencanaan pembukaan Kantor Kas tersebut telah
dicantumkan dalam rencana kerja tahunan BPR.

E. Kegiatan Kas di Luar Kantor
a. Kegiatan Kas di Luar Kantor dengan menggunakan Kas Mo bil, Kas Terapung
dan Payment Point hanya dapat dilakukan dalam wilayah Kabupaten atau
Kota yang sama dengan kantor induknya.

20

b. Kegiatan Kas di Luar Kantor dengan menggunakan ATM yang
diselenggarakan sendiri oleh BPR hanya dapat dilakukan dalam wilayah
Provinsi yang sama dengan kantor induknya.
c. Kegiatan Kas di Luar Kantor dengan menggunakan ATM melalui kerjasama
dengan bank umum dapat dilakukan sampai luar wilayah Provinsi tempat
kedudukan kantor induknya.

2.1.4.5 Peran BPR d alam pembangunan ekonomi
Dalam pembangunan ekonomi nasional BPR telah turut serta dan
berkontribusi dalam pembangunan nasional, namun masih relative kecil jika
dibandingkan dengan peranan dan kontribusi B ank umum terhadap pembangunan
nasional. BPR merupakan lembaga keuangan B ank yang fungsi intermediasinya
langsung terhadap usaha mikro dan kecil serta menengah (UKM). BPR
membantu dalam pelayanan j asa perbankan khususnya dalam pemberian
pinjaman yang dapat menciptakan pekerjaan mandiri kepada rakyat kecil pada
sektor informal ba ik dikota maupun di pedesa an.
Ruang lingkup kegiatan BPR sangat terbatas dibandingkan dengan Bank Umum,
yaitu hanya meliputi penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
berupa deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu, memberikan kredit serta menempatkan dana dalam bentuk Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito dan/ atau tabungan
pada bank lain. BPR tidak diperkenankan menerima simpanan berupa giro dan
ikut serta dalam lalu lintas pembayaran serta melakukan kegiatan usaha selain
yang diperkenankan. BPR juga tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha
dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing dengan izin Bank
Indonesia, melakukan penyertaan modal, dan melakukan usaha perasuransian.
Adapun wilayah kantor operasional BPR dibatasi dalam 1 (satu) propinsi.

Data menunjukkan bahwa sebagian besar pengusaha mikro dan kecil, serta
masyarakat di daerah pedesaan belum mendapatkan pelayanan jasa keuangan

21

perbankan baik dari aspek pembiayaan maupu n penyimpanan dana. Adapun
lembaga keuangan yang tepat dan strategis untuk melayani kebutuhan masyarakat
tersebut adalah BPR. Hal ini mengingat beberapa keunggulan strategis BPR
sebagai berikut.
1. BPR merupakan lembaga intermediasi sesuai dengan UU Perbankan.
2. BPR merupakan lembaga keuangan yang diatur dan diawasi secara ketat
oleh Bank Indonesia.
3. Adanya penjaminan oleh LPS atas dana masyarakat yang disimpan di BPR.
4. BPR berlokasi di sekitar UMKM dan masyarakat pedesaan, serta
memfokuskan pelayanannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat
tersebut.
5. BPR memiliki karakteristik operasional yang spesifik yang memungkinkan
BPR dapat menjangkau dan melayani UMKM dan masyarakat pedesaan.
2.1.4.6 Kegiatan usaha d an Produk BPR
BPR dalam melaksanakan bisnisnya tidak terlepas dari fungsi intermediasi
sebagai bank, fungsi tersebut adalah dengan menghimpun DPK dalam bentuk
simpanan yaitu tabungan dan deposito dan menyalurkannya dalam bentuk kredit.
Bisnis tersebut pada dasarnya adalah untuk membantu masyarakat dan UMK
dalam mendapatkan fasilitas yang dimiliki oleh BPR yang pada akhirnya di
harapkan dapat meningkatkan perekonomian daerah.

Produk BPR adalah menghimpun DPK yaitu dana yan g berasal dari masyarakat
luas merupakan suatu tulang punggung ( basic) dari dana yang harus diolah atau
dikelola oleh bank untuk memperoleh keuntungan. Sumber dana dari masyarakat
dapat berupa, tabungan yaitu simpanan nasabah pada bank, yang dapat ditarik
sewaktu-waktu oleh nasabah menurut syarat tertentu yang disepakati (misalnya
dengan ATM), deposito berjangka yaitu simpanan nasabah pada bank dalam
kelipatan tertentu yang hanya dapat ditarik pada jangka waktu tertentu sesuai
kesepakatan antar bank dengan nasabah ketika penempatan deposito.

22

Produk- produk DPK BPR adalah simpanan masyarakat yang berupa tabungan dan
deposito berjangka yang di beri nama berbeda beda pada setiap BPR, contohnya
SiMaPan (Simpanan Masa Depan), SiPundi, T abungan Berkah (Taber), Tabungan
Perdana dsb. Selain produk yang di terbitkan secar a berbeda- beda oleh masing-
masing BPR ada juga produk yang diterbitkan bersama-sama oleh BPR,
contohnya Tabungan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (TABPRINDO).
TABPRINDO adalah produk tabungan yang di kelola bersama-sama oleh BPR di
wilayah Jabotabek. Sebagai daya tarik, produk tabungan ini memberikan undian
berhadiah bagi para nasabah pada setiap 6 bulan sekali. Namun sayang pada akhir
tahun 2013 produk tersebut sudah dihentikan/dibubarkan.

Selain menghimpun DPK, BPR juga mem berikan fasilitas kredit kepada
masyarakat dan UKM untuk pengembangan usaha. Fasilitas pembiayaan tersebut
sangat membantu para UKM dalam menambah permodalan, sehingga
meningkatan usaha masyarakat dengan demikian keberadaan BPR diharapkan
dapat meningkatkan perekonomian nasional.

Secara umum produk kredit BPR adalah sebagai berikut.
1. Jenis Kredit dilihat dari Tujuan
a. Kredit Konsumtif adalah kredit yang bertujuan untuk memperoleh barang-
barang atau kebutuhan lainnya guna memenuhi keputusan dalam konsumsi.

b. Kredit Produktif adalah kred it yang bertujuan untuk memperlancar jalannya
proses produksi, mulai dari saat pengumpulan bahan mentah, pengolahan,
sampai pada proses penjualan barang- barang yang sudah jadi.

2. Jenis Kredit dilihat dari Tujuan Penggunaan
a) Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit untuk modal kerja perusahaan
dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian
bahan baku, piutang, dan lain -lain.

23

b) Kredit investasi, yaitu kredit (berjangka menengah atau panjang) yang
diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitas, modernisasi,
perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian
mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik.

c) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan bank kepada pihak
ketiga/perorangan (termasuk karyawan bank sendiri) untuk keperlua n
konsumsi berupa barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau
dengan cara lain.

3. Jenis Kredit Menurut Sektor Ekonomi
a. sektor Pertanian, Perburuhan, dan Sarana Pertanian
b. sektor Perindustrian
c. sektor Konstruksi
d. sektor Perdagangan, Restoran, dan Hotel

4. Jenis Kredit dari Sisi Sumber Dana
a. Kredit dengan dana bank sendiri
b. Kredit dana bersama bank lain (sindikasi) yaitu pembiayaan bersama
terhadap suatu objek kredit oleh beberapa bank/lembaga pembiayaan, baik
pembiayaan jangka pendek, menengah, maupun panjang dimana resiko
kredit ditanggung bersama oleh bank/lembaga pembiayaan pemberi kredit
.
5. Jenis Kredit berdasarkan cara pengembalian
a. Kredit Installment yaitu kredit yang pelunasannya dengan cara
mengangsur pokok dan bunga setiap bulannya selama perj anjian kredit.

b. Kredit Berjangka, yaitu kredit yang pelunasan pokok pada akhir masa
perjanjian kredit, sementara setiap bulannya hanya membayar bunga
sampai dengan pokok kredit dilunasi.

24


2.1.4.7 Sumber -sumber Dana BPR
Pengertian sumber dana BPR adalah usaha bank dalam menghimpun dana
masyarakat. Perolehan dana tergantung kepada bank itu sendiri, apakah berasal
dari masyarakat atau dari lembaga keuangan lainnya.
Dalam menjalankan fungsi -fungsinya, BPR membutuhkan dana, oleh karena itu
setiap BPR selalu berusaha untuk memperole h dana yang optimal tetapi dengan
cost of money yang wajar. Menurut Malayu (2002), dana ini digolongkan atas :
a. Loanable Funds, yaitu dana-dana yang selain digunakan untuk kredit juga
digunakan sebagai secondary reserves dan surat -surat berharga.
b. Unloanable Funds, yaitu dana-dana yang semata-mata hanya dapat
digunakan sebagai primary reserves.
c. Equity Funds, yaitu dana-dana yang dialokasikan terhadap aktiva tetap dan
inventaris dan penyertaan.

Secara garis besar sumber dana BPR diperoleh dari :
1. Dana Pihak Pertama
Yaitu dana modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham. Menurut
Muhamad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam,(Yogyakarta: UII Press,
2000), Dana pihak pertama terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham
Dalam hal ini pemilik saham lama dapat menyetor dana tambahan atau
membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.
b. Cadangan cadangan BPR.;
Merupakan cadangan laba tahun sebelumnya yang tidak dibagi kepada
pemegang saham. Digunakan untuk antisipasi laba masa yang akan
datang.
c. Laba BPR yang belum dibagi.

25

Merupakan laba yang memang belum dibagikan pada tahun yang
bersangkutan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk
sementara waktu.

2. Dana Pihak Kedua
Yaitu dana pinjaman dari pihak lain. Terdiri dari dana pinjaman harian dan
pinjaman biasa antara bank, pinjaman dari lembaga non bank dan pinjaman dari
Bank Indonesia.

3. Dana Pihak Ketiga,
Yaitu dana yang berasal dari simpanan masyarakat. Pengertian Sumber Dana
Pihak Ketiga adalah usaha BPR dalam memperoleh dana yang digunakan untuk
membiayai kegiatan operasinya. Sesuai dengan fungsi BPR sebagai lembaga
keuangan di mana kegiatan sehari -harinya adalah bergerak dibidang keuangan,
maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk
menopang kegiatan BPR sebagai pemberi pinjaman, BPR harus lebih dahulu
menghimpun dana, sehingga dari selisih bunga tersebut BPR memperoleh
keuntungan. Kemampuan BPR memperoleh sumber-sumber dana yang diinginkan
sangat mempengaruhi kelanjutan usaha BPR. Dalam mencari sumber dana, BPR
harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti kemudahan untuk memperoleh
dana tersebut, jangka waktu sumber dana serta biaya yang harus dikeluarkan
untuk memperoleh dana tersebut. Dalam hal ini, BPR harus pintar menentukan
untuk apa dana tersebut digunakan, seberapa besar dana yang dibutuhkan,
sehingga tidak salah dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan.

Adapun jenis sumber Dana Pihak Ketiga BPR adalah sebagai berikut :
a. Tabungan
Berdasarkan Undang-undang Perbankan pasal 1 ayat ( 9 ) no 10 tahun 1998, yang
dimaksud Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

26

menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro dan atau alat pembayaran lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Pesaingan semakin ketat dalam menghimpun dana melalui tabungan antar bank
dan antar BPR telah banyak memunculkan cara-cara baru untuk menarik nasabah
tabungan. Cara-cara tersebut antara lain hadiah tabungan, fasiltas asuransi atas
tabungan, fasilitas kartu ATM dan fasilitas debet card. ( M Bahsan,2005;18)

b. Deposito Berjangka (Time Deposit)
Simpanan deposito berjangka merupakan produk perbankan yang dipilih nasabah
untuk melakukan investasi dalam bentuk surat berharga. Pemilik deposito disebut
dengan deposan. Kepada setiap deposan akan diberikan imbalan bunga atas
depositonya. Bagi BPR, bunga yang diberikan kepada deposan merupakan bunga
tertinggi jika dibandingkan dengan tabungan, sehingga deposito oleh sebagian
BPR dianggap sebagai “dana mahal”
Pengertian deposito menurut Undang-Undang Perbankan Nomor.10 Tahun 1998
pasal 1 ayat (7) adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah dengan BPR.
Faktor-faktor yang dapat menentukan jumlah dana pihak ketiga :
Menurut Riyadi (2004) te rdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penghimpunan dana suatu bank diantaranya adalah tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap bank dimana ia menyimpan uangnya, tingkat suku bunga
yang ditawarkan, fasilitas yang diberikan oleh bank, ke mudahan pelayanan, jarak
atau lokasi dimana kantor bank melakukan operasi, a nggapan terhadap resiko atas
bank yang bersangkutan, sikap pejabat atau karyawan bank yang bersangkutan.

Dalam analisis ekonomi, terdapat dua pandangan yang berbeda tent ang faktor
penting yang menentukan jumlah tabungan dalam masyarakat. Pandangan
tradiosional yaitu pandangan ahli-ahli ekonomi yang digolongkan sebagai ahli
ekonomi klasik (ahli-ahli ekonomi yang hidup diakhir abad ke 18 hingga

27

permulaan abad ke 20), berkeyakinan bahwa jumlah tabungan yang dilakukan
masyarakat ditentukan oleh suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, semakin
besar jumlah tabungan yang akan dilakukan masyarakat.
Sedangkan menurut pandangan modern (Keynes), tabungan tergantung kepada
pendapatan nasional (pendapatan seluruh penduduk dalam perekonomian). Pada
tingkat pendapatan nasional yang rendah, tabungan adalah negative yaitu
konsumsi masyarakat lebih tinggi dari pendapatan nasional. Hubungan ini dapat
dituliskan dengan rumus Y = S + C, ata u dapat diubah menjadi S = Y + C. Artinya
pendapatan lebih banyak dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan barang
konsumsi dan sedikit dari sisanya ditabung. Sebaliknya apabila seseorang lebih
banyak mengalokasikan pendapatannya untuk ditabung daripada untuk konsumsi
dikenal dengan istilah marginal to save (kecondongan menabung) yaitu
perbandingan antara pertambahan tabungan dengan pertambahan pendapatan
disposebel. Semakin tinggi pendapatan masyarakat semakin tinggi tabungan
masyarakat. Jadi pendapatan nasional berpengaruh positif terhadap dana pihak
ketiga (tabungan).

2.1.5 Produk Domesti k Bruto (PDB)
2.1.5.1 Pengertian PDB
Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto
(PDB) atau Gross Domestic
Product (GDP) adalah nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk
menghitung pendapatan nasional.
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi
di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun).
PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara ters ebut. Sehingga PDB hanya

28

menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah
produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak.
Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan.
Menurut McEachern (2000:146), Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic
Product (GDP) artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang
diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka
waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk
mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan
beberapa perekonomian pada suatu saat.
PDB Nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada
nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (atau
disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan
memasukkan pengaruh dari harga.

2.1.5.2 Metode Perhitungan PDB
Menurut McEachern (2000:147) PDB dapat dihitung dengan memakai dua
pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan pengeluaran adalah Menurut
McEachern (2000:149) untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita
membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen, konsumsi, investasi,
pembelian pemerintah, dan ekspor netto.
1. Konsumsi, atau secara lebih spesifik pengeluaran konsumsi perorangan,
adalah pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun.
Contohnya : dry c leaning, potong rambut, perjalanan udara, dsb.
2. Investasi, atau secara lebih spesifik investasi domestik swasta bruto, adalah
belanja pada barang kap ital baru dan tambahan untuk persediaan. Contohnya:
bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang
dan jasa.

29

3. Pembelian pemerintah, atau secara lebih spesifik konsumsi dan investasi
bruto pemerintah, mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada
barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang
pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah pe tugas perpustakaan. Di
dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan
kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut
mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak
mencerminkan pembelian pemerintah.
4. Ekspor netto, sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara
dikurangi dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak
hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa.
Rumus umum untuk PDB dengan pendekatan peng eluaran adalah:

Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang diterima faktor
produksi:

Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor produksi tetap seperti tanah, upah
untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan pendapatan harus
menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek menghitung PDB
dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering digunakan
adalah dengan pendekatan pengeluaran.
Produk Domestik Bruto dapat diartikan sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
PDB = sewa + upah + bunga + laba

PDB = konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah + ekspor – impor

30

Didalam suatu perekonomian, di Negara-negara maju maupun di Negara-negara
berkembang, barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik
penduduk Negara tersebut, tetapi juga oleh penduduk Negara lain. Perusahaan
multinasional beroperasi di berbagai Negara dan membantu menaikan nilai barang
dan jasa yang dihasilkan oleh Negara- negara tersebut. Perusahaan multinasional
tersebut menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada Negara di mana
perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menambah barang dan jasa yang
diproduksikan di dalam Negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan
pendapatan dan sering sekali membantu menambah ekspor. Operasi mereka
merupakan bahagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu Negara
dan nilai produksi yang sumbangkan perlu dalam pendapatan nasional.

Dengan demikian, produk domestik bruto atau dalam bahasa Inggrisnya Gross
Domestic Bruto. Adalah nilai barang dan jasa dalam suatu Negara yang
diproduksikan oleh factor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara
asing.

Konsep yang digunakan dalam perhitungan pendapatan nasional adalah :
a. Perhitungan Atas Dasar Harga Berlaku
PDB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang dan
jasa akhir yang harus dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam suatu
periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang
bersangkutan.
b. Perhitungan Atas Dasar Harga Konstan
Perhitungan atas dasar harga konstan ini menggambarkan perubahan
volume atau kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah
dihilangkan dengan cara menilai harga suatu tahun dasar tertentu. Pada
perhitungan atas dasar harga konstan berguna uintuk melihat pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau sektoral. Juga untuk melihat struktur
perekonomian suatu kabupaten/daerah dari tahun ke tahun.

31

c. Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Harga Pasar

Produk Domestik Bruto (PDB) suatu daerah diperoleh dengan
menjumlahkan nilai tambah bruto (Gross Value Added) dengan seluruh
sektor perekonomian di seluruh wilayah atau daerah. Nilai tambah bruto
disini mencakup komponen- komponen faktor pendapatan (upah, gaji, bunga,
sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan serta pajak tak langsung.

Upah atau gaji adalah balas jasa dari faktor tenaga kerja. Bunga adalah balas
jasa dari modal, sewa tanah adalah faktor balas jasa dari kewiraswastaan atau
enterpreneurship. Dengan menghitung nilai tambah bruto dari seluruh sektor
tersebut maka akan diperoleh PDRB atas harga dasar.

d. Produk Domestik Netto Atas Dasar Harga Pasar
Perbedaan antara konsep “ netto” dan konsep “bruto” diatas adalah karena
pada bruto, faktor penyusutan masih termasuk di da lamnya, sedangkan pada
konsep netto penyusutan telah dikeluarkan. Jadi bila produk domestik
regional bruto atas harga pasar dikurangi penyusutan akan diperoleh produk
domestik regional netto atas dasar harga pasar. Penyusutan yang dimaksud
disini adalah nilai susut barang- barang modal dari seluruh sektor ekonomi
dijumlahkan maka hasilnya merupakan “penyusutan” yang dimaksud diatas.

e. Produk Domestik Netto Atas Dasar Harga Biaya Faktor

Perbedaan antara konsep biaya faktor dan konsep harga pasar adalah karena
adanya pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dan subsidi yang
diberikan pemerintah kepada unit produksi. Pajak tidak langsung ini meliputi
pajak penjualan, bea ekspor dan impor, cukai dan pajak lain- lain, kecuali
pajak pendapatan dan perseorangan. Pajak langsung dari unit -unit produksi
dibebankan kepada biaya produksi atau pada pembelian hingga langsung

32

berakibat menaikkan harga barang. Kebalikan dari pajak tidak langsung
berakibat menurunkan harga barang jadi subsidi diberikan oleh pemerintah
kepada unit-unit produksi. Terutama unit-unit produksi yang dianggap paling
memenuhi kebutuhan masyarakat luas dengan tujuan untuk menekan harga
hingga bisa terjangkau oleh mereka.

Dengan demikian pajak tidak langsung dengan subsidi mempunyai pengaruh
yang berlawanan terhadap barang (output produksi). Selisih antara pajak tidak
langsung dengan subsidi dalam perhitungan pendapatan regional tersebut
adalah pajak tidak langsung netto. Kalau produk domestik regional netto atas
dasar harga pasar dikurangi dengan pajak tak langsung netto, m aka hasilnya
adalah produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor.

f. Pendapatan Na sional

Dari konsep- konsep yang diterangkan diatas dapat diketahui bahwa produk
domestik netto atas dasar biaya faktor sebenarnya merupa kan jumlah
kontraprestasi faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi.
Produk domestik netto atas dasar biaya faktor sebenarnya merupakan jumlah
dari pendapatan yang berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan
keuntungan yang timbul atau merupakan pendapatan yang timbul dari
wilayah tersebut.

Akan tetapi pendapatan yang dihasilkan tadi tidak seluruhnya merupakan
pendapatan penduduk dari daerah tersebut sebab ada sebagian pendapatan
yang diterima oleh pendapatan wilayah lain, misalnya suatu perusahaan yang
modalnya dimiliki orang luar, tetapi perusahaan tadi beroperasi diwilayah
tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan perusahaan itu sebagian akan
menjadi pemilik modal tersebut. Sebaliknya kalau ada penduduk daerah ini
yang menanamkan modalnya diluar daerah maka sebagian keuntungan
perusahaan tersebut akan mengalir kedalam wilayah tersebut dan menjadi

33

pendapatan pemilik modal tadi. Tetapi untuk mendapatkan angka-angka
tentang pendapatan keluar atau masuk (yang secara nasional dapat diperoleh
melalui neraca pembayaran luar negeri) masih sangat sukar diperoleh pada
saat sekarang ini, sehingga produk regional terpaksa belum dapat dihitung
dan untuk sementara perhitungan ini produk domestik regional netto
dianggap sebagai pendapatan regional. Bila pendapatan regional ini diba gi
dengan jumlah penduduk yang tinggal didaerah tersebut, maka akan
dihasilkan suatu pendapatan perkapita.

g. PDB Perkapita

PDB Perkapita adalah jumlah seluruh nilai tambah dari produk yang
dihasilkan oleh berbagai sektor yang melakukan kegiatan usahanya disuatu
tempat tanpa memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi yang dipakai.
Yang dimaksudkan dengan nilai tambah adalah nilai produktif (output)
dikurangi dengan biaya antara (input). PDB Perkapita dapat digunakan
sebagai gambaran rata- rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk
sebagai hasil dari keseluruhan proses produksi sektor-sektor ekonomi dalam
suatu wilayah. PDB Perkapita suatu wilayah baru dapat dikatakan sebagai
pendapatan perkapita apabila seluruh nilai tambah bruto (NTB) dari seluruh
kegiatan sektor ekonomi di daerah benar-benar seluruhnya dinikmati oleh
masyarakat di wilayah tersebut, atau dengan kata lain, bahwa seluruh n ilai
tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh sektor-sektor ekonomi di suatu
wilayah yang dibawa keluar dari wilayah tersebut sama besarnya dengan nilai
tambah bruto sektor ekonomi wilayah lain yang dibawa masuk penduduk
wilayah tersebut ke dalam wilayahnya.

2.1.6 Inflasi
Menurut Boediono, Ekonomi Makro (Yogyakarta: 2001, BPFE), inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus

34

(kontinu). Berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain,
inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi
adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi ji ka proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
memengaruhi. Istilah inflasi juga diguna kan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang,
berat, dan hiperinflasi.Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di
bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara
30%—100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila
kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
Menurut Boediono (1995) inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk
naik secara umum dan terus menerus.

Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali
apabila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan sebagian
besar dari barang-barang lain. Inflasi diakibatkan oleh :
a. Demand-pull Inflation.
Inflasi ini bermula dari adanya permintaan total (agregat demand), sedangkan
produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atauh hamper
mendekati kesempatan kerja penuh.
b. Cost-Push Inflation

35

Cost push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi
inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul dimulai dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (agregat supplay) sebagai akibat kenaikan biaya
produksi.
Menurut Keynes terjadinya inflasi disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan
disebabkan oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta
dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan (deficit
anggaran belanja Negara) dalam kondisi full employment.

2.1.7 Suku Bung a Bank Indonesia ( BI Rate )

Sertifikat Bank Indonesia atau SBI pada prinsipnya adalah surat berharga atas
tunjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek dan dapat diperjualbelikan dengan diskonto. SBI
pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama untuk
menciptakan suatu instrumen pasar uang yang hanya diperdagangkan antara bank
– bank. Namun, setelah dikeluarkannya kebijaksanaan yang memperkenankan
bank – bankmenerbitkan sertifikat deposito pada tahun 1971, dengan terlebih
dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia, maka SBI tidak lagi diterbitkan
karena sertifikat deposito dianggap akan menggantikan SBI. Oleh karena itu, SBI
sebenarnya hanya sempat beredar kurang lebih satu tahun. Namun, sejalan dengan
berubahnya pendekatan kebijaksanaan moneter pemerintah terutama setelah
deregulasi perbankan 1 Juni 1983, maka Bank Indonesia kembali menerbitkan
SBI sebagai instrument kebijaksanaan operasi pasar terbuka, terutama untuk
tujuan kontraksi moneter (Siamat, 2005:455). SBI merupakan suatu mekanisme
yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah. Ketika
terjadi kelebihan uang yang ada di masyarakat dan perbankan, maka bank sentral
akan menyerap kelebihan uang tersebut dengan menjual SBI. Dalam hal ini
perbankan akan membeli obligasi tersebut, dimana Bank Sentral akan
menawarkan suku bunga SBI yang tinggi, sehingga menyebabkan likuiditas

36

perbankan berkurang. Untuk meningkatkan tingkat likuiditas maka perbankan
bersaing untuk mendapatkan dana yang sebesar – besarnya dari masyarakat
dengan meningkatkan suku bunga simpanan, yaitu suku bunga deposito
Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap
Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan
Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar
uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter.
Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku
bunga Pasar Uang Antar B ank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku
bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga
deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan.
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, B ank
Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, seba liknya Bank Indonesia
akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah
sasaran yang telah ditetapkan. Menurut Sri Haryati (2008) tingginya suku bunga
SBI akan memberikan pilihan bagi per bankan untuk menempatkan dananya dalam
secondary reserve, selain itu B ank akan mengalami perlambatan dalam
menghimpun dana masyarakat sehingga dana yang dialokasikan ke dalam kredit
menjadi berkurang.
2.1.8. Suku Bunga LPS
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang
berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Badan ini
dibentuk berdasarkan Undang- undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang
Lembaga Penjamin Simpanan yang ditetapkan pada 22 September 2004. Undang-
undang ini mulai berlaku efektif 12 bulan sejak diundangkan sehingga pendirian
dan operasional LPS dimulai pada 22 September 2005.

37

Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di wilayah Republik Indonesia wajib
menjadi peserta penjaminan LPS. Suku bunga LPS adalah tingkat suku bunga
yang ditentukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan .
2.2 Penelitian Sejenis
Beberapa peneliti telah meneliti variabel-variabel yang
digunakan didalam penelitian ini, antara lain :
Tabel. 2.1 Penel iti Sejenis
Nama
Peneliti
Tahun Judul Penelitian Variabel
Mubasyiroh 2008 Pengaruh tingkat suku
bunga dan inflasi terhadap
total simpanan
Mudarabah (Studi pada
Bank Muamalat Indonesia)
Variable bebas :
Suku bunga dan
Inflasi. Vari abel
tidak bebas : Total
simpanan
Mudarabah
Hasil : Tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh negative signifikan
terhadap total simpanan mudarabah.

Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Yenny Hendra 2012 Analisis Pengaruh PDRB
Suku Bunga Tingkat
Inflasi dan Kurs Valuta
Asing terhadap
Simpanan Masyarakat
pada Bank Umum di
Kalimantan Barat.
Variable bebas :
Suku bunga dan
Inflasi. Vari abel
tidak bebas : Total simpanan
Mudarabah
Hasil : PDRB, valuta asing, tingkat inflasi mempunyai pengaruh positif
terhadap jumlah simpanan masyarakat (DPK) pada bank -bank umum di

38

Kalimantan Barat. Sedangkan suku bunga deposito mempunyai pengaruh
negative terhadap jumlah simpanan masyarakat (DPK) pada bank-bank
umum di Kalimantan Barat.

Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Aldrin Wibowo 2010 Analisis Pengaruh Nilai
Kurs Tingkat Inflasi dan
Tingkat Suku bunga
terhadap Dana Pihak
Ketiga pada Bank Devisa
di Indonesia.
Variable bebas :
Nilai Kurs, tingkat
inflasi suku bunga.
Variabel tidak
bebas : Dana Pihak
Ketiga
Hasil : Secara keseluruhan pengaruh variabel independent terhadap
jumlah DPK pada Bank Devisa di Indonesia selama periode triwulan I
2003- Triwulan III 2008.


Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Estu Wahyuni 2011 Pengaruh Pendapatan
Nasional dan Tingkat
Suku bunga terhadap
Penghimpunan Dana
Pihak Ketiga pada Bank
Umum di Indonesia
tahun 2000 – 2009.
Variable bebas :
Pendapatan
Nasional, suku
bunga. Variabel
tidak bebas : Dana Pihak Ketiga
Hasil : PDB dan suku bunga SBI mempunyai pengaruh positif terhadap
dana pihak ketiga.

39

Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Rut Milinda
Sitorus
2009 Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga dan
PDB terhadap
Pertumbuhan Reksa
Dana di Indonesia.
Variable bebas :
Tingkat Suku Bunga
dan Produk
Domestik Bruto.
Variabel tidak
bebas : Reksa Dana
Hasil : Tingkat Suku Bunga mempunyai pengaruh yang negative
terhadap pertumbugan Reksa Dana. PDB mempunyai pengaruh positif
terhadap pertumbugan Reksa Dana


Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Ilham Setio
Wibowo
2011 Analisa Faktor-faktor
yang mempengaruhi
Jumlah Dana Pihak
Ketiga (DPK) pada bank
Syariah di Indonesia.
Variable bebas :
Nisbah, Non Perfor
ming Finance GDP
Riil. Variabel tidak
bebas : Dana Pihak
Ketiga.
Hasil : Nisbah, NPF dan GDP tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbugan Dana Pihak Ketiga.

Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Hedwigis Esti R 2010 Pengaruh Indikator
Makro Ekonomi
terhadap Jumlah
Variable bebas :
Inflasi, suku bunga,
GDP Riil. Variabel

40

Tabungan pada bank
swasta nasional di
Indonesia.
tidak bebas :
Tabungan
Hasil : Inflasi tidak berpengaruh terhadap jumlah tabungan, sukub
bunga mempunyai hubungan negative terhadap jumlah tabungan dan
GDP mempunyai hubungan positif terhadap jumlah tabungan.

Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Yuliana 2009 Faktor-faktor yang
mempengaruhi Dana
Pihak Ketiga pada
Perbankan Syariah
Variable bebas :
Bagi hasil, Inflasi,
GDP Rii, ROI.
Variabel tidak
bebas : Dana Pihak
Ketiga
Hasil : Dengan menggunakan analisis regresi linear berbaganda, hasil
peneliltian menunjukan bahwa secara parsial variabel bagi hasil
berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPK, variabel inflasi dan PDB
berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap DPK, variabel ROI
berpengaruh negative dan signifikan terhadap DPK. Pada uji F
menunjukkan variabel independen bagi hasil, inflasi, PDB, ROI secara
simultan berpengaruh positif dan signikfikan terhadap DPK.

Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Poppy
Marieskha
2009 Analisis Pengaruh PDRB
Suku Bunga Tingkat
Inflasi dan Kurs Valuta
Asing terhadap
Variable bebas :
Suku bunga dan
Inflasi. Vari abel
tidak bebas :

41

Simpanan Masyarakat
pada Bank Umum di
Sumatera Utara.
Jumlah Simpanan
Ma syarakat
Hasil : Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Ordinary Least Square (OLS) . Model perhitungan yang digunakan adalah
Eviews 5.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time
series dari tahun 1985 – 2007 (23 tahun). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ketiga variabel, Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Suku
Bunga, dan Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap Jumlah
Simpanan Masyarakat.

Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel
Isabella
Hutasoit
2009 Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga,
Inflasi terhadap
Penghimpunan
Simpanan Masyarakat
pada PT. BRI cab. Balige.
Variable bebas :
Suku bunga dan
Inflasi. Vari abel
tidak bebas :
Jumlah Simpanan Ma syarakat
Hasil : Metode analisis data adalah regresi linear berganda dengan
menggunakan metode dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel suku bunga dan
inflasi berpengaruh positif (tdiak signifikan) terhadap Jumlah dana pihak
ketiga di PT. BRI cab. Balige..


Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel

42

Achmad Tohari 2010 Analisis Pengaruh Nilai
Tukar Rp/USD, Inflasi,
Jumlah uang beredar
terhadap Dana Pihak
Ketiga, serta
implikasinya pada
pembiayaan Mudharabah di
Perbankan Syariah.
Variable bebas :
Nilai tukar Rp/USD
dan Inflasi.
Variabel tidak
bebas : Jumlah
Dana Pihak ketiga , dan pembiayaan
Mudha rabah.
Hasil : Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan model
struktual. Hasil pengujian pada substruktur I menunjukka n bahwa
variabel nilai tukar Rp/USD dan inflasi serta jumlah uang beredar
berpengaruh signifikan terhadap Jumlah dana pihak ketiga. Hasil
pengujian pada substruktur II menunjukkan bahwa variabel jumlah uang
beredar dan dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan mudharabah.


2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan atas penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
terdapat kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruh dana masyarakat (
Tabungan dan Deposito). Hal yang spesifik pada penelitian ini adalah
obyeknya yaitu Bank Perkreditan (BPR) di Indonesia periode tahun 2008
– tahun 2012. Variabel dependen yang digunakan adalah Tabungan dan
Deposito sebagai proksi dari Penghimpunan dana masyarakat. Sedangk an
variabel independent yaitu PDB perkapita, Inflasi, Suku Bunga BI, Suku
Bunga Penjaminan merupakan proksi dari faktor ekonomi makro.

43


Dalam penelitian ini, sesuai dengan telaah pustaka, dapat disusun suatu
logika bahwa PDB perkapita, Suku Bunga BI, Suku Bunga Penjaminan
mempunyai hubungan positif dengan jumlah dana tabungan dan deposito.
Semakin besar PDB perkapita, Suku Bunga SBI, Suku Bunga LPS
semakin besar orang akan menginvestasikan uangnya ke bank baik dalam
bentuk tabungan ataupun deposito. Dan sebaliknya semakin kecil PDB per
kapita maka orang tidak akan melakukan investasi uangnya ke bank,
karena tidak ada dana lebih atau memperoleh keuntungan dari
investasinya. Sementara inflasi mempunyai hubungan negative dengan
jumlah dana tabungan dan deposito. Semakin besar inflasi semakin kecil
minat orang untuk melakukan investasi uangnya pada bank baik dalam
bentuk tabungan ataupun deposito. Dan sebaliknya semakin kecil inflasi
maka orang akan bergairah untuk melakukan investasi uangnya ke bank.

Kerangka pemikiran pengaruh PDB per Kapita, Inflasi, Suku Bunga SBI,
Suku Bunga LPS terhadap Dana Tabungan dan Deposito dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut ini :

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran






PDB / Kapita
Inflasi
Suku bunga
SBI
Suku bunga
LPS
TABUNGAN
DEPOSITO

44



2.4 Hipotesis
Adapun pengujian hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
1. H1: PDB per Kapita secara signifikan berpengaruh terhadap Tabungan
2. H2: Inflasi secara signifikan berpengaruh terhadap tabungan
3. H3: Suku bunga BI secara signifika n berpengaruh terhadap tabungan
4. H4: Suku bunga LPS secara signifikan berpenga terhadap tabungan
5. H5: PDB per Kapita secara signifikan berpengaruh terhadap Deposito
6. H6: Inflasi secara signifikan berpengaruh terhadap deposito
7. H7: Suku bunga BI secara signifikan berpengaruh terhadap deposito
8. H8: Suku bunga LPS secara signifikan berpenga terhadap deposito

45

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menguji kontribusi element -element makroekonomi yang
berdampak kepada kegiatan at au usaha BPR di Indonesia yang diproksikan
dengan PDB perkapita, Inflasi, suku bunga BI, suku bunga LPS. Sementara
kegiatan atau usaha BPR diproksikan melalui besarnya tabungan dan deposito
BPR. Pengujian ini dilakukan BPR konvensional yang ada di Indonesia.

3.2 Data dan Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data sekunder
yang diperoleh dari website resmi BI yaitu www.bi.go.id berupa laporan keuangan
triwulanan BPR yang telah dipublikasikan Bank Indonesia pada periode tahun
2008 sampai tahun 2012, laporan moneter dan laporan statistik yang diterbitkan
Biro Pusat Statistik dan statistic perbank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia, laporan suku bunga LPS yang diterbitkan secara periode tertentu.

3.3 Populasi dan Metode Penarikan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualiatas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari kemudian ditarik kesimpulannya.(Sugiyono,2007:90).

46

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) yang ada di Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2012 sebanyak 1.653
BPR. Berdasarkan total aset, jumlah BPR dapat diklasifikan menjadi 4 (empat)
kelompok, yaitu sebag ai berikut :

Table 3.1 Jumlah BPR berdasarkan total aset per Desember 2012
NO Total aset BPR Jumlah BPR
1 < 5 Milyar 241
2  5 s/d 10 Milyar 333
3  10 s/d 50 Milyar 789
4 > 50 s/d 100 Milyar 153
5 > 100 s/d 200 Milyar 86
6 > 200 s/d 500 Milyar 41
7 > 500 Milyar 10
T O T A L 1.653


3.3.2 Metode Penarikan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasinya. Adapun
penarikan sampel dengan menggunakan metode Purposive sampling. Untuk
menentukan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin dengan taraf signifikansi
α 0,10 (10%). Sampel digunakan apabila memenuhi criteria sebagai berikut :
1. BPR yang telah memperoleh laba pada periode penelitian.
2. Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian
3. BPR yang diteliti masih beroperasi pada periode waktu penelitian

47

Berdasarkan pada kriteria pengambilan sampel seperti yang telah disebutkan
diatas , maka sampel diambil dari masing-masing kelompok aset BPR dengan
menggunakan rumus Slovin dengan taraf signifikansi α 0,10 (10%). Jumlah
sampel yang digunakan dalam pe nelitian ini adalah sebagai berikut :

Table 3.2 Jumlah Sampel berdasarkan total aset BPR
NO Total aset BPR Populasi BPR Sampel BPR
1 < 5 Milyar 241 47
2  5 s/d 10 Milyar 333 65
3  10 s/d 50 Milyar 789 154
4 > 50 s/d 100 Milyar 153 30
5 > 100 s/d 200 Milyar 86 17
6 > 200 s/d 500 Milyar 41 8
7 > 500 Milyar 10 2
T O T A L 1.653 323

3.4. Operasionalisasi Variabel
Variabel operasional penelitian ini adalah Tabungan dan Deposito di BPR
wilayah Indonesia sebagai variable terikat dan perkapita, Inflasi, Suku Bunga BI,
Suku Bunga LPS sebagai variable bebas. Keseluruhan variable disajikan pada
tabel berikut ini :

Tabel 3.3 Opersionalisasi Variable Penelitian
NO NamaVariabel Skala Keterangan
1 PDB Perkapita Rasio Produk Domestik Bruto
Perkapita
2 Inflasi Rasio Tingkat inflasi yang terjadi
selama 1 tahun.
3 Suku bunga BI Rasio Suku bunga BI yang

48

ditetapkan oleh BI
4 Suku bunga
LPS
Rasio Suku bunga simpanan yang
ditetapkan oleh Lembag
Penjamin Simpanan.
5 Tabungan Rasio Jumlah nominal tabungan
yang tercatat di bank
Deposito Rasio Jumlah nominal Deposito
yang tercatat di bank
(Sumber; Data sekunder diolah 2014)

3.5. Model Ekonometrik dan Teknik Analisis Data

Penelitian ini menguji pengaruh PDB Perkapita, Inflasi, Suku bunga BI suku
bunga LPS. terhadap tabungan dan deposito di BPR. Model Ekonometrik
penelitian adalah sebagai berikut :
Y
TAB = α + β1XPDB Perkapita + β2 XInflasi + β3 X Sk.bunga BI3 + β4 XSk Bunga LPS

Y
DEP = α + β1XPDB Perkapita + β2 XInflasi + β3 X Sk.bunga BI3 + β4 XSk Bunga LPS
Untuk melakukan analisis terhadap model ekonometrik di atas, di butuhkan alat
analisis yang dapat menguji apakah variable terikat Tabungan dan Deposito dapat
dijelaskan oleh variable bebas PDB Perkapita, Inflasi, Suku bunga BI, suku bunga
LPS. Untuk menguji pengaruh sejumlah variable bebas (X) terhadap variable
terikat (Y) dapat digunakan alat uji Analisis Regresi Linier Berganda (Multiple
Linear Regression Analysis). Dengan demikian, dengan menggunakan alat
analisis tersebut, dapat diuji pengaruh variable bebas PDB Perkapita, Inflasi, Suku
bunga BI, suku bunga LPS terhadap variable terikat Tabungan dan Deposito.
Atau dengan kata lain, alat analisis tersebut dapat memprediksi nilai Tabungan
dan Deposito berdasarkan PDB Perkapita, Inflasi, Suku bunga BI, suku bunga
LPS .

49


Sebelum melakukan pengujian dengan analisis regresi linier berganda, perlu
dipastikan bahwa model penelitian yang telah dibangun layak untuk kondisi data
pengamatan. Oleh karena itu, dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik
adalah pengujian asumsi -asumsi statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi
linear berganda. Terdapat empat uji asumsi klasik yang digunakan, yaitu Uji
Normalitas, Uji Heteroskedatisitas, Uji Autokorelasi, dan Uji Multikolinearitas.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variable pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Sebagai dasar bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar maka model regresi dianggap tidak valid dengan jumlah sampel yang
ada.

Uji heteroskedatisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi
problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya (t-1). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem auto korelasi.

Uji multi kolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variable bebas (independent variable). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara viriabel bebas, karena jika hal
tersebut terjadi maka variabel-variabel tersebut tidak orthogonal atau terjadi
kemiripan.

50

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sampel Penelitian
Penelitian ini dlakukan untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi tabungan
dan deposito yang terjadi di BPR seluruh Indonesia. T abungan dan deposito
merupakan variabel yang dipengaruhi (dependent), sedangkan PDB per kapita,
inflasi, suku bunga Bank Indonesia dan suku bunga LPS sebagai variabel yang
mempengaruhi (independent). Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah BPR seluruh Indonesi a dengan periode Desember 2008 sampai dengan
Desember 2012. Pada Desember 2012 terdapat 1653 BPR, akan tetapi setelah
dilakukan purposive sampling, maka sampel yang layak digunakan (memenuhi
criteria) dalam penelitian ini adalah sebanyak 323 BPR. Dari 323 BPR tersebut
dibagi menjadi 7 kelompok menurut total aset BPR per Desember 2012. Data
tabungan dan deposito diambil dari Laporan Keuangan Publikasi triwulanan BPR,
sementara data PDB perkapita, inflasi, diambil dari website www.bps.go.id
, suku
bunga BI diambil dari website www.bi.go.id serta suku bunga LPS diambil dari
website www.lps.go.id. Berikut ini akan disajikan table 4.1 yang menunjukan
jumlah populasi dan sampel BPR.
Tabel 4.2
Data Populasi dan sample BPR
No. Total aset BPR Populasi BPR Sampel BPR
K-1 < 5 Milyar 241 47
K-2 > 5 s/d 10 Milyar 333 65
K-3 > 10 s/d 50 Milyar 789 154
K-4 > 50 s/d 100 Milyar 153 30
K-5 > 100 s/d 200 Milyar 86 17
K-6 > 200 s/d 500 Milyar 41 8
K-7 > 500 Milyar 10 2
TOTAL 1.653 323

51


Tabel 4.2
Perkembangan Kredit, Sumber Dana, Aset BPR
Dalam Triliun - Rp


Grafik 4.1
Perkembangan Kredit, Sumber Dana, Aset BPR


4.2. Analisis Deskriptif
Pada bagian ini akan dibahas analisis mengenai PDB perkapita, inflasi, suku
bunga BI, suku bunga LPS terhadap tabungan dan deposito bpr secara deskriftif.

4.2.1 Tabungan
Nominal tabungan BPR nasional periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012
secara umum selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu dari nominal
Rp 7,14 triliun menjadi Rp 14,47 triliun atau naik sebesar 102,78% selama 5

T A H U N

Dec-08 Dec-09 Dec-10 Dec-11 Dec-12
Kredit 31,3 36,1 43,9 53,5 64,8
Sumber dana 26,3 30,4 37,0 45,5 55,3
Jumlah Aset 32,6 37,6 45,7 55,8 67,4

52

tahun. Peningkatan nominal terbesar selama 5 tahun tersebut terjadi pada tahun
2012 yaitu sebesar Rp 2, 43 triliun, sedangkan peningkatan terendah pada terjadi
pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 1,12 triliun.

4.2.2 Deposito
Sama halnya dengan tabungan, nominal BPR nasional periode tahun 2008 sampai
dengan tahun 2012 mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu dari nominal
Rp 14,20 triliun menjadi Rp 30,40 triliun atau naik sebesar 114,03% selama 5
tahun. Peningkatan nominal terbesar selama 5 tahun tersebut terjadi pada tahun
2011 yaitu sebesar Rp 4,72 triliun, sedangkan peningkatan terendah pada terjadi
pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp 1,5 triliun.

Tabel 4.3
Perkembangan Jumlah Tabungan dan Deposito BPR Nasional
DPK 2008 2009 2010 2011 2012
Deposito (Triliun - Rp) 14,20 17,28 21,46 26,17 30,40
Tabungan (Triliun - Rp) 7,14 8,27 9,86 12,04 14,47


Grafik 4.2
Perkembangan Tabungan dan Deposito

53

4.2.3 PDB
Perkembangan perbankan di Indonesia didukung oleh perkembangan yang baik dari
Produk domestik bruto ( PDB ). Laju perekonomian Indonesia tetap menunjukkan
pertumbuhan yang positif. Meningkatnya perekonomian Indonesia memberikan
dampak yang cukup berarti pada kondisi sosial masyarakat. Meskipun belum
seluruhnya membaik seperti yang diharapkan, namun beberapa indikator setidaknya
telah menunjukkan adanya perbaikan diantaranya PDB. PDB menurut harga berlaku
pada tahun 2008 adalah sebesar USD 471,26 Milyar dan pada tahun 2012 telah
mencapai USD 852,24 Milyar, mengalami peningkatan sebesar USD 380,98 atau
80,84% dalam empat tahun terakhir. Meningkatnya PDB ini berdampak pada
naiknya kesejahteraan penduduk secara makro yang dapat dilihat secara tidak
langsung dari besarnya PDB perkapita. PDB perkapita berdasar harga berlaku pada
tahun 2008 tercatat sebesar USD 2.244, sementara pada tahun 2012 tercatat sebesar
USD 3.592 mengalami peningkatan sebesar USD 1.348 atau 60,07% dalam empat
tahun terakhir. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 mencapai 6,27% .

Tabel 4.4
Perkembangan PDB da n PDB Perkapita

Grafik 4.3
Perkembangan PDB dan PDB Perkapita

INDIKATOR 2008 2009 2010 2011 2012

PDB (Milyar - USD) 471,26 540,27 700,00 820,00 852,24
PDB Perkapita ( USD) 2.244 2.345 3.010 3.540 3.592

54


4.2.4 Suku Bunga BI dan LPS
Selain PDB, faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan perbankan melalui
peningkatan jumlah dana simpanan adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI
rate) dan suku bunga LPS . Masyarakat ingin menyimpan uangnya di bank karena
mengharapkan beberapa faktor, yang selain tingkat keamanan bank terbukti baik,
bank juga memberikan bunga. Dana masyarakat dapat disimpan berupa giro,
deposito, dan tabungan.
Suku bunga Bank Indonesia merupakan suku bunga
kebijakan yang mencerminkan sikap kebijakan monoter yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Pada umumnya Bank Indonesia akan menaikan suku bunga BI
apabila inflasi dimasa akan datang melampaui sasaran yang telah ditetapkan dan
sebaliknya akan menurukan suku bunga BI apabila inflasi dimasa akan datang
berada dibawah sasaran yang telah ditetapkan. Suku bunga BI dalam lima tahun
terakhir cenderung mengalami penurunan yaitu akhir tahun 2008 sebesar
9,25%. Tahun 2009 hingga tahun 2010 sebesar 6,50%. Tahun 2011 sebesar
6,75%. Tahun 2012 sebesar 5,75%.


Suku bunga LPS ditetapkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dana
simpanan akan dijamin selama suku bunga simpanan tidak melebihi suku bunga
yang ditetapkan LPS dan nominal tidak melebihi Rp 2 Milyar. Perkembangan
Suku Bunga LPS pada tahun 2008 sebesar 13%. Tahun 2009 sebesar 10,25% .
Tahun 2010 dan 2011 tidak mengalami perubahan yaitu sebesar 10,25%. Tahun
2012 turun menjadi sebesar 8,00%. Hal ini terjadi semakin baiknya
perekonomian Indonesia.

4.2.5 Inflasi
Selain faktor PDB, Suku bunga BI dan Suku bunga LPS yang mempengaruhi
pertumbuhan perbankan, tingkat inflasi juga ikut memiliki peran terhadap jumlah
dana yang disimpan masyarakat di bank, baik pada bank- bank umum maupun di
BPR. Inflasi yang terjadi akan memiliki dampak positif dan negative, tergantung

55

parah tidaknya inflasi. Apabila inflasi ringan akan mendorong perekonomian lebih
baik yaitu meningkatkankan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah
untuk bekerja , menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya dalam masa
inflasi yang parah (hiperinflasi) keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak semangat kerja dan menabung
serta mel akukan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.


Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang.
Karena untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari dana masyarakat baik dalam bentuk tabungan maupun deposito.
Dalam hal ini Bank Indonesia mempunyai peran penting dalam mengendalikan
inflasi. Dalam lima tahun terakhir inflasi cenderung turun , yaitu pada akhir
tahun 2008 inflasi sebesar 11,06%, sedangkan tahun 2009 inflasi turun menjadi
2,78%. Tahun 2010 inflasi naik lagi menjadi 6,96% . Tahun 2011 inflasi
terendah sebesar 4,61% . Tahun 2012 inflasi sebesar 4,30%.
Tabel 4.5
Perkembangan Inflasi, BI Rate, LPS Rate
2008 2009 2010 2011 2012

INFLASI (%) 11,06 2,78 6,96 4,61 4,30
BI RATE (%) 9,25 6,50 6,50 6,75 5,75
LPS RATE (%) 13,00 10,25 10,25 10,25 8,00

Grafik 4.4
Perkembangan Inflasi, BI Rate, LPS Rate

56

4.3. Hasil dan Pembahasan
4.3.1 Hasil Uji Model Penelitian
Model Summary penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.6 dan 4.7 Nilai R Square
model penelitian adalah 0,657 untuk deposito dan 0,408. Hal ini berarti bahwa
variasi dari Deposito dapat dijelaskan oleh perubahan variable PDB perkapita,
inflasi, suku bunga BI, suku bunga LPS sebesar 65,7% (deposito) dan 40,8%
(tabungan). Sementara itu, sebesar 34,3% (deposito) dan 59,2% (tabungan)
dijelaskan oleh variable lain diluar model penelitian. Dalam tabel model summary
juga didapat nilai uji statistic Durbin Watson model penelitian sebesar 0,60
(deposito) dan 1,083 (tabungan). Nilai Durbin Watson yang lebih dari satu dan
kurang dari tiga ini menunjukan bahwa model regresi berganda penelitian bersifat
independen atau tidak terjadi autocorrelation untuk tabungan, namun model
summary untuk deposito terjadi autocorrelation.

Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi Data Deposito BPR, PDB perkapita,
Inflasi, Suku bunga BI, suku bunga LPS
Model Summary
b

Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,811
a
,657 ,656 1,59714 ,600
a. Predictors: (Constant), X_SLPS, X_Inflasi, X_PDB, X_SBI
b. Dependent Variable: Y_Dep

Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi Data Tabungan BPR, PDB perkapita,
Inflasi, Suku bunga BI, suku bunga LPS
Model Summary
b

Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,639
a
,408 ,407 1,46719 1,083
a. Predictors: (Constant), X_SLPS, X_Inflasi, X_PDB, X_SBI

57

b. Dependent Variable: Y_Tab

Uji Anova model penelitian menghasilkan angka F sebesar 771,828 (tabel 4.8)
dan 277,958 (table 4.9) dengan tingkat signifikansi (angka probabilitas) sebesar
0.000 pada kedua tabel tersebut. Nilai angka probabilitas yang lebih kecil dari
0,05 ini memberikan kesimpulan bahwa variable bebas dalam model regresi ini
layak untuk digunakan dalam memprediksi variable terikat. Dengan demikian,
variable PDB perkapita, inflasi, suku bunga BI, suku bunga LPS dapat digunakan
untuk memprediksi pengaruh variable tabungan dan deposito. Semen tara itu F
tabel
(4;1610;0,05)
= 2,37 sehingga F hitung> Ftable, untuk deposito yaitu 771,828 > 2,37, dan
277,958 > 2,37 untuk tabungan dengan demikian variable PDB perkapita, inflasi,
suku bunga BI, suku bunga LPS secara bersama- sama berpengaruh terhadap
Tabungan dan Deposito BPR nasional.

Tabel 4.8. Tabel Anova
Deposito
ANOVA
a

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 7875,260 4 1968,815 771,828 ,000
b

Residual 4106,863 1610 2,551
Total 11982,123 1614
a. Dependent Variable: Y_Dep
b. Predictors: (Constant), X_SLPS, X_Inflasi, X_PDB, X_SBI
Sumber : Output SPSS ver.20

Tabel 4.9. Tabel Anova
Tabungan
ANOVA
a

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression 2393,373 4 598,343 277,958 ,000
b

Residual 3465,748 1610 2,153
Total 5859,121 1614
a. Dependent Variable: Y_Tab

58

Sumber : Output SPSS ver.20

Grafik 4.1. (tabungan) dan 4.2. (deposito) menggambarkan normal probability
plot model penelitian. Pada gambar tersebut terlihat bahwa sebaran titik data
membentuk pola linier.Hal ini menunjukan bahwa data terdistribusi normal.
Gambar 4.1

Gambar Normal Plot Data Variabel (tabungan)



Gambar 4.2
Grafik Normal Plot Data Variabel (deposito)




b. Predictors: (Constant), X_SLPS, X_Inflasi, X_PDB, X_SBI

59

Tabel 4.10. memperlihatkan coefficients hasil pengujian data penelitian dengan
menggunakan SPSS 20. Model ekonometrik penelitian ini adalah sebagai berikut.
Y
Dep= ∝ + X PDB/kapita - Xinflasi – XSBI + XSLPS
YTab= ∝ + X PDB/kapita - Xinflasi – XSBI + XSLPS

Dengan memasukkan nilai koefisien masing- masing variable penelitian, maka
diperoleh model ekonometrik penelitian berikut.
Y
Dep= (-9,260) + 4,342X PDB/kapita - 0,708X inflasi – 17,484X SBI + 10,330X SLPS
YTab=(0,709) + 2,444X PDB/kapita - 0,388X inflasi – 8,712X SBI + 4,657X SLPS

Tabel 4.10. Dependent variabel Y
Dep
Coefficients
a

Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -9,260 3,747
-2,471 ,014
X_PDB 4,342 ,347 ,316 12,528 ,000 ,334 2,991
X_Inflasi -,708 ,155 -,121 -4,563 ,000 ,301 3,326
X_SBI -17,484 ,907 -1,011 -19,278 ,000 ,077 12,908
X_SLPS 10,330 ,814 ,576 12,698 ,000 ,103 9,664
a. Dependent Variable: Y_Dep
Sumber : Output SPSS 20

Tabel 4.11. Dependent variabel Y Tab
Coefficients
a

Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) ,709 3,442
,206 ,837
X_PDB 2,444 ,318 ,254 7,676 ,000 ,334 2,991
X_Inflasi -,388 ,142 -,095 -2,721 ,007 ,301 3,326
X_SBI -8,712 ,833 -,720 -10,456 ,000 ,077 12,908
X_SLPS 4,657 ,747 ,371 6,232 ,000 ,103 9,664

60



a. Dependent Variable: Y_Tab
Sumber : Output SPSS 20
Dengan memasukkan nilai koefisien masing- masing variable penelitian, maka
diperoleh model ekonometrik penelitian berikut.

Y
Dep= (-9,260) + 4,342X PDB/kapita - 0,708X inflasi – 17,484X SBI + 10,330X SLPS
YTab=(0,709) + 2,444X PDB/kapita - 0,388X inflasi – 8,712X SBI + 4,657X SLPS


4.3.2 Interprestasi Hasil Pengujian

a. Hipotesis 1
Hipotesis ini menguji pengaruh PDB Perkapita terhadap Tabungan BPR. Hasil
pengujian pada tabel 4.12.menunjukkan bahwa variable X
_PDB Perkapita signifikan
pada alpha 0.05 dengan probabilitas siginifikansi 0.000. Angka koefisien asli
variable X
_PDB Perkapita adalah sebesar 2,444. Dengan demikian setiap kenaikan
satu satuan PDB Perkapita, akan men aikan jumlah tabungan sebesar 2,444 satuan.

a. Dependent Variable: Y_Tab
(Sumber : Data diolah 2014)


Tabel 4.12. X_PDB Perkapita

Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
X_PDB
Perkapita 2,444 ,318 ,254 7,676 ,000 ,334 2,991

61



Grafik 4.5. Perkembangan PDB, PDB Perkapita






Pada grafik 4.5 terlihat bahwa laju perekonomian Indonesia tetap menunjukkan
pertumbuhan yang positif. Meningkatnya perekonomian Indonesia memberikan
dampak yang cukup berarti pada kondisi sosial masyarakatnya. Meskipun belum
seluruhnya membaik seperti yang diharapkan, namun beberapa indikator
setidaknya telah menunjukkan adanya perbaikan. PDB menurut harga berlaku
pada tahun 2008 adalah sebesar USD 471,26 Milyar dan pada tahun 2012 telah

62


mencapai USD 852,24 Milyar. Meningkatnya PDB ini berdampak pada naiknya
kesejahteraan penduduk secara makro yang dapat dilihat secara tidak langsung
dari besarnya PDB perkapita. PDB perkapita harga berlaku pada tahun 2008
tercatat sebesar USD 2.244, lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang sebesar
USD 3.592. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian yang dilakukan bahwa PDB
perkapita yang mempengaruhi jumlah tabungan di BPR. Hasil pengujian ini
diperkuat dengan hasil penelitian Yenny (2012), yaitu hasil penelitiannya adalah
PDRB, valuta asing, tingkat inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap
jumlah simpanan masyarakat (DPK), sedangkan suku bunga deposito mempunyai
pengaruh negative terhadap jumlah simpanan masyarakat (DPK). Menurut hasil
penelitian Wahyuni (2011) hasil pengujian menunjukan bahwa pendapatan
nasional, suku bunga mempunyai pengaruh positif terhadap dana pihak ketiga.
Menurut peneliti Esti R (2010) hasil pengujiannya menunjukan bahwa inflasi
tidak berpengaruh terhadap jumlah tabungan, sukub bunga mempunyai
hubungan negative terhadap jumlah tabungan dan GDP mempunyai hubungan
positif terhadap jumlah tabungan.
b. Hipotesis 2
Hasil pengujian pada tabel 4.13.menunjukkan bahwa variable
X_Inflasi signifikan
pada alpha 0,05 dengan probabilitas signifikansi 0,000. Pada tabel coefficients
dapat dilihat bahwa angka koefisien asli variable inflasi adalah sebesar – 0,388 .
Dengan demikian setiap satuan kenaikan variable inflasi akan menurunkan
tabungan sebesar 0,388 satuan.
a. Dependent Variable: Y_Tab
(Sumber : Data diolah 2014)

Tabel 4.13. X_Inflasi

Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

X_Inflasi -,388 ,142 -,095 -2,721 ,007 ,301 3,326

63


Inflasi merupakan suatu keadaan dalam perekonomian dimana terjadi kenaikan
harga-harga secara umum. Setiap Negara pasti mengalami inflasi. Inflasi yang
terjadi dapat disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda. Diantaranya disebabkan
oleh sektor ekspor-impor, tabugan atau investasi, penerimaan dan pengeluaran
negara, sektor pemerintah dan swasta.

Pada tataran makro, nilai uang terhadap barang memiliki peran penting terhadap
jumlah tabungan masyarakat di bank. Tingginya inflasi akan menurunkan nilai
kekayaan dalam bentuk uang. Inflasi merupakan salah satu peristiwa moneter
yang sangat penting dan hampir semua Negara mengalaminya baik Negara
miskin, berkembang bahkan Negara maju sekalipun tidak dapat lepas dari masalah
ini (Boediono, 2001) .

Menurut Dornbus dan Fischer (2010) menyebutkan dampak inflasi antara lain:
menimbulkan gangguan fungsi uang, melemahkan semangat menabung,
meningkatkan kecenderungan untuk belanja, pengerukan tabungan dan
penumpukan uang, permainan harga diatas standar kemampuan, penumpukan
kekayaan dan investasi non produktif, serta distribusi barang relatif tidak stabil
dan terkonsentrasi. Apabila terjadi inflasi maka terjadi ketidakpastian kondisi

makroekonomi suatu negara yang mengakibatkan masyarakat lebih menggunakan
dananya untuk konsumsi. Tingginya harga dan pendapatan
yang tetap atau
pendapatan meningkat sesuai dengan besarnya inflasi
membuat masyarakat tidak
mempunyai kelebihan dana untuk disimpan dalam
bentuk tabungan atau
diinvestasikan. Inflasi menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama
fungsi tabungan, pembayaran dan unit perhitungan. Orang harus melepaskan diri
dari uang dan aset keuangan akibat dari beban inflasi tersebut. Inflasi juga
melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat
atau turunnya m arginal propensity to save (Adiwarman, 2007).

64







Grafik 4.6
Perkembangan Inflasi



Terlihat pada grafik 4.6 di atas inflasi cenderung mengalami penurunan, pada
tahun 2009 inflasi mengalami penurunan yang tajam dibandingkan tahun 2008.
Hal tersebut tidak lepas dari adanya penurunan harga minyak mentah
internasional yang mendorong pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar
minyak (BBM). Pada tahun 2010 inflasi naik kembali di posisi 6,96%, yang
diakibatkan oleh adanya faktor perkembangan harga komoditas pangan
internasional yang juga mempengaruhi harga komoditas di Indonesia. Inflasi
tahun 2011 turun menjadi 4,61% dibandingkan dengan tahun 2010, pasalnya,
tidak ada permainan signifikan dari para spekulan terhadap harga-harga bahan
pangan, tidak ada gejolak yang sangat berarti, harga pangan stabil tidak ada
kenaikan yang terlalu signifikan. Demikian juga hal yang terjadi dengan inflasi
tahun 2012.

Berdasarkan hasil peneliti-peneliti sebelumnya sebagaimana tersebut diatas,
dijelaskan bahwa inflasi berdampak terhadap tabungan. Dengan demikian sesuai

65

dengan hasil pengujian yang dilakukan bahwa inflasi berpengaruh negative
terhadap tabungan di BPR.
c. Hipotesis 3
Hasil pengujian pada tabel 4.14.menunjukkan bahwa variable
X_SBI signifikan
pada alpha 0,05 dengan probabilitas signifikansi 0,000. Pada tabel coefficients
dapat dilihat bahwa angka koefisien asli variabel suku bunga BI adalah sebesar –
8,712 . Dengan demikian setiap satuan kenaikan variabel suku bunga BI akan
menurunkan tabungan sebesar 8,712 satuan.
a. Dependent Variable: Y_Tab
(Sumber : Data diolah 2014)
BI rate atau suku bunga Bank Indonesia, merupakan tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh BI sebagai patokan bagi suku pinjaman maupun
simpanan bagi bank dan atau lembaga-lembaga keuangan di seluruh Indonesia.
Simpelnya jika BI rate, maka bunga pinjaman maupun simpanan di bank dan
lembaga keuangan lainnya juga bisa naik.

Menurut Nopirin (1992: 176) fungsi tingkat suku bunga dalam perekonomian
yaitu alokasi faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang dipaka i
sekarang dan dikemudian hari. Adapun fungsi tingkat suku bunga menurut
Sunariyah (2004 :81) adalah :
a. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk
diinvestasikan. Para penabung ini bisa terdiri dari individu, institusi, maupun
lembaga.
b. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang
beredar. Ini berarti, pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu
perekonomian.

Tabel 4.14. X_SBI

Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

X_SBI -8,712 ,833 -,720 -10,456 ,000 ,077 12,908

66

c. Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka untuk
mengendalikan permintaan dan penawaran uang yang beredar dalam suatu
perekonomian.
d. Tingkat bunga dapat dipergunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah
terhadap dana langsung atau investasi pada sektor-sektor ekonomi.
e. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk mengendalikan
produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol
tingkat inflasi.
Suku bunga mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian,
karena suku bunga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perekonomian secara makro. Suku bunga mencerminkan biaya yang harus
dikeluarkan untuk meminjam sejumlah dana serta pendapatan yang diperoleh
karena meminjam dana tersebut. Tabungan menurut pandangan ekonomi klasik,
merupakan fungsi dari tingkat bunga. Tingkat bunga yang tinggi akan semakin
mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi sekarang
untuk dimanfaatkan bagi konsumsi di masa yang akan datang. Tingginya minat
nasabah untuk menabung dipengaruhi oleh tingkat bunga, hal ini menunjukkan
bahwa pada saat tingkat bunga tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk
mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah tabungannya. (Muhammad
Ghofur Wibowo, 2007).
Grafik 4.7
Perkembangan Suku Bunga BI

67

Pada grafik 4.7 diatas terli hat suku bunga BI cenderung mengalami penurunan
dari 9,25% pada tahun 2008 menjadi 5,75% pada tahun 2012 atau turun rata-rata
sebesar 7,57% dalam 5 lima tahun tersebut. Lebih jauh lagi, penurunan suku
bunga BI akan menurunkan tingkat suku bunga tabungan sehingga akan
mengurangi minat orang untuk menabung yang pada akhirnya jumlah tabungan
tidak meningkat. Namun asumsi ini tidak sejalan dengan hasil penelitian. Hal
yang dapat menjelaskan hasil penelitian ini adalah penurunan suku bunga BI yang
terjadi dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 juga terjadi pada tingkat inflasi
yang turun dari 11,08% pada tahun 2008 menjadi 4,3% pada tahun 2012 atau
turun rata-rata sebesar 12,22% dalam lima tahun. Artinya rata-rata penurunan
inflasi yang lebih besar dari penurunan rata -rata suku bunga BI, maka tidak akan
mengurangi nilai kekayaan (uang) dalam bentuk tabungan. Selain itu suku bunga
BI ini hanya bersifat rujukan dan bukan merupakan peraturan, sehingga tidak
mengikat ataupun memaksa. Jadi bank boleh saja menaikan bunga pinjaman
kepada orang yang mengajukan kredit dengan alasan BI rate naik, namun disisi
lain bunga deposito atau tabungan bagi para nasabah tidak naik sama sekali.


Pada tahun 2009 suku bunga BI mengalami penurunan yang tajam dibandingkan
tahun 2008. Hal tersebut tidak lepas dari adanya penurunan harga minyak mentah
internasional yang mendorong pemerintah untuk menurunkan harga bahan bakar
minyak (BBM). Selain itu tahunb 2009, perekonomian Indonesia tumbuh 4,4%,
terutaman didukung oleh pertumbuhan komsumsi, baik pada konsumsi , baik pada
konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Disisi harga, tekanan
inflasi terus menurun dan didukung oleh penguatan Rupiah serta terjaganya harga-
harga barang kebutuhan pokok. Hal ini yang menyebabkan Bank Indonesia
menurunkan suku bunga BI jika dibandingkan tahun 2008. Bank Indonesia
menaikan suku bunga BI dari 6,5% pada tahun 2010 menjadi 6,75% dengan
pertimbangan pertumbuhan ekonomi masih stabil, sementara tingka inflasi mulai
tidak mulai tidak terkendali. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2010 mencapai 6,10% dibandingka tahun 2009 , lebih baik dari target

68

pemerintah sebesar 5,8%. Sementara tingkat inflasi pada periode yang sama
mencapai 6,96% jauh lebih tinggi dari asumsi APBN sebesar 5,3%

d. Hipotesis 4
Hasil pengujian pada tabel 4.14.menunjukkan bahwa variable
X_SLPS signifikan
pada alpha 0,05 dengan probabilitas signifikansi 0,000. Pada tabel coefficients
dapat dilihat bahwa angka koefisien asli variabel suku bunga LPS adalah sebesar
4,657 . Dengan demikian setiap satuan kenaikan variabel suku bunga LPS akan
menaikan tabungan sebesar 4,657 satuan.


Tabel 4.15.
X_SLPS
a. Dependent Variable: Y_Tab
(Sumber : Data diolah 2014)

Dalam penjelasan pasal 19 huruf b UU LPS dinyatakan bahwa nasabah
penyimpan yang merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar
(misalnya nasabah memperoleh hasil bunga diatas tingkat bunga yang
ditetapkan), maka klaim penjaminannya tidak layak bayar. Berdasarkan
ketentuan tersebut, LPS menetapkan suku bunga LPS sebagai acuan bagi
nasabah dan bank mengenai suku bunga wajar yang memenuhi kriteria dalam
program penjaminan. Variabel tingkat suku bunga berpengaruh positif
terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia. Ini berarti variabel tingkat
suku bunga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan jumlah dana pihak
ketiga di PT. BRI Persero, Tbk, cabang Balige (Hutasoit, 2009).




Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

X_SLPS 4,657 ,747 ,371 6,232 ,000 ,103 9,664

69

Grafik 4.8
Perkembangan Suku Bunga LPS



Pada grafik 4.8 diatas terlihat suku bunga LPS setiap periodenya lebih tinggi dari
suku bunga BI sekitar 3,75%. Jika dibandingkan dengan tingka t inflasi suku
bunga LPS jaun lebih tinggi setiap periodenya berkisar antara 1,94% s/d 7,47%
atau rata- rata perbedaan pertahun sebesar 4,4%. Kondisi tersebut tentunya masih
menguntungkan apabila melakukan simpanan di BPR, karena nilai uang dalam
bentuk tabungan akan bertambah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan jumlah tabungan dipengaruhi oleh suku bunga LPS yang merupakan
variabel dominan dibandingkan dengan ketiga variabel lainnya (PDB Perkapita,
inflasi, suku bunga BI).

e. Hipotesis 5
Hipotesis ini menguji pengaruh PDB Perkapita terhadap Deposito BPR. Hasil
pengujian pada tabel 4.16 menunjukkan bahwa variable X
_PDB Perkapita signifikan
pada alpha 0.05 dengan probabilitas siginifikansi 0.000. Angka koefisien asli
variable X
_PDB Perkapita adalah sebesar 4,342. Dengan demikian setiap kenaikan
satu satuan PDB Perkapita, akan menaikan jumlah deposito sebesar 4,342 satuan.

70

a. Dependent Variable: Y_Dep
(Sumber : Data diolah 2014)

Sama halnya seperti hipotesi 1, pada pengujian inipun menghasilkan bahwa PDB
perkapita mempengaruhi jumlah deposito di BPR . Berdasarkan perhitungan SPSS
20 pengaruh PDB Perkapita terhadap deposito lebih besar jika dibandingkan
dengan tabungan, dimana setiap kenaikan satu satuan PDB Perkapita, akan
menaikan jumlah deposito sebesar 4,342 satuan sedangkan tabungan hanya akan
naik sebesar 2,444 satuan. Hal ini dapat dimengerti mengingat jumlah deposito
merupakan bagian terbesar atas jumlah dana pihak ketiga, seperti terlihat
dibawah ini.
Grafik 4.9
Komposisi Deposito dan Tabungan




Tabel 4.16. X_PDB Perkapita

Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

X_PDB
Perkapita
4,342 ,347 ,316 12,528 ,000 ,334 2,991

71


f. Hipotesis 6
Hasil pengujian pada tabel 4.17.menunjukkan bahwa variable
X_Inflasi signifikan
pada alpha 0,05 dengan probabilitas signifikansi 0,000. Pada tabel coefficients
dapat dilihat bahwa angka koefisien asli variable inflasi adalah sebesar – 0,708 .
Dengan demikian setiap satuan penurunan variable inflasi akan menaikan
deposito sebesar 0, 708 satuan.
a. Dependent Variable: Y_Dep
(Sumber : Data diolah 2014)

Berdasarkan hasil peneliti-peneliti sebelumnya sebagaimana tersebut diatas,
dijelaskan bahwa inflasi berdampak terhadap tabungan. Dengan demikian sesuai
dengan hasil pengujian yang dilakukan bahwa inflasi berpengaruh negative
terhadap tabungan dan deposito di BPR. Berdasarkan perhitungan SPSS 20
pengaruh inflasi terhadap deposito lebih besar jika dibandingkan dengan
tabungan, dimana setiap penurunan satu satuan inflasi diprediksi akan menaikan
jumlah deposito sebesar 0,708 satuan sedangkan tabungan hanya akan naik
sebesar 0,388 satuan. Hal ini dapat dimengerti mengingat jumlah deposito
merupakan bagian terbesar atas jumlah dana pihak ketiga seperti terlihat pada
grafik 4.9

g. Hipotesis 7
Hasil pengujian pada tabel 4.18.menunjukkan bahwa variable
X_SBI signifikan
pada alpha 0,05 dengan probabilitas signifikansi 0,000. Pada tabel coefficients dapat dilihat bahwa angka koefisien asli variabel suku bunga BI adalah sebesar –

Tabel 4.17. X_Inflasi

Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

X_Inflasi -,708 ,155 -,121 -4,563 ,000 ,301 3,326

72

14,484 . Dengan demikian setiap satuan kenaikan variabel suku bunga BI akan
menurunkan deposito sebesar 14,484 satuan.
a. Dependent Variable: Y_Dep
(Sumber : Data diolah 2014)


Suku bunga BI cenderung mengalami penurunan dari 9,25% pada tahun 2008
menjadi 5,75% pada tahun 2012, penurunan suku bunga BI akan menurunkan atau
mengurangi minat orang untuk mendepositokan uang di BPR yang pada akhirnya
jumlah deposito tidak meningkat. Namun asumsi ini tidak sejalan dengan hasil
penelitian. Hal yang dapat menjelaskan hasil penelitian ini telah dikemukakan
pada hipotesis 3. Yang membedakan dengan hipotesis 6 ini adalah besaran
pengaruh inflasi atas jumlah deposito dan tabungan. Berdasarkan perhitungan
SPSS 20 pengaruh inflasi terhadap deposito lebih besar jika dibandingkan dengan
tabungan, dimana setiap penurunan satu satuan suku bunga BI diprediksi akan
menaikan jumlah deposito sebesar 17,484 satuan sedangkan tabungan hanya akan
naik sebesar 8,712 satuan. Hal ini dapat dimengerti mengingat jumlah deposito
merupakan bagian terbesar atas jumlah dana pihak ketiga seperti terlihat pada
grafik 4.9

h. Hipotesis 8
Hasil pengujian pada tabel 4.19.menunjukkan bahwa variable
X_SLPS signifikan
pada alpha 0,05 dengan probabilitas signifikansi 0,000. Pada tabel coefficients
dapat dilihat bahwa angka koefisien asli variabel suku bunga LPS adalah sebesar
10,330 . Dengan demikian setiap satuan kenaikan variabel suku bunga LPS akan
menaikan deposito sebesar 10,330 satuan.

Tabel 4.18. X_SBI

Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

X_SBI -17,484 ,907 -1,011 -19,278 ,000 ,077 12,908

73

a. Dependent Variable: Y_Dep
(Sumber : Data diolah 2014)

Berdasarkan undang- undang LPS tahun 2004, LPS menetapkan suku bunga LPS
sebagai acuan bagi nasabah dan bank mengenai suku bunga wajar yang memenuhi
kriteria dalam program penjaminan, sehingga setiap bank wajib mengikuti besaran
maksimum suku bunga dana pihak ketiga dimaksud. Secara umum setiap orang
menyimpan uangnya dalam bentuk deposito adalah mengharapkan keuntungan
dan tentunya dengan resiko yang sangat kecil. Sehingga setiap pergerakan suku
bunga deposito oleh bank akan respon secara positif oleh deposan, artinya jika
suku bunga naik maka jumlah deposito akan naik dan sebaliknya.

Pada grafik 4.8 diatas terlihat suku bunga LPS cenderung turun, namun
penurunannya tidak menyebabkan suku bunga LPS tidak lebih rendah dari tingkat
inflasi. Jika dibandingkan dengan tingkat inflasi suku bunga LPS masih lebih
tinggi setiap periodenya berkisar antara 1,94% s/d 7,47% atau rata-rata perbedaan
pertahun sebesar 4,4%. Kondisi tersebut tentunya masih menguntungkan apabila
melakukan simpanan dalam bentuk deposito di BPR, karena nilai uang dalam
bentuk deposito akan bertambah. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan jumlah deposito dipengaruhi oleh suku bunga LPS yang merupakan
variabel dominan dibandingkan dengan ketiga variabel lainnya (PDB Perkapita,
inflasi, suku bunga BI). Hasil pengujian ini diperkuat oleh M arieskha (2009)
dengan hasil pengujiannya menunjukkan bahwa variabel Produk Domestik
Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga, dan Tingkat Inflasi mempunyai pengaruh
positif terhadap Jumlah Simpanan Masyarakat.


Tabel 4.19. X_SLPS

Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF

X_SLPS 10,330 ,814 ,576 12,698 ,000 ,103 9,664

74

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. PDB perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah tab ungan
BPR
2. Inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah tabungan BPR
3. Sukub bunga BI perkapita berpengaruh negaitif dan signifikan terhadap
jumlah tabungan BPR
4. Suku bunga LPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah
tabungan BPR
5. PDB perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah deposito
BPR
6. Inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito BPR
7. Sukub bunga BI perkapita berpengaruh negaitif dan signifikan terhadap
jumlah deposito BPR
8. Suku bunga LPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah deposito
BPR


5.2 Saran-saran
1. Pemerintah perlu menunjang peningkatan nilai PDB dan menekan inflasi,
sehingga pendapatan riil masyarakat akan ikut meningkat, yang pada
akhirnya jumlah DPK yang dapat dihimpun perbankan pun akan meningkat.

75

2. Peningkatkan tabungan dan deposito BPR perlu terus ditingkatkan dengan
menciptakan produk simpanan yang inovatif dan dibutuhkan masyarakat,
melakukan promosi yang berkelanjutan.
3. BPR wajib mengikuti ketentuan LPS dalam memberikan suku bunga
simpanan, sehingga dana simpanan selalu dijamin LPS.
4. BPR harus dapat meningkatkan kepercayaan kepada nasabah, karena
peningkatan tabungan dan Deposito tidak hanya dipengaruhi oleh motif
ekonomi saja seperti PDB, Inflasi, suku bunga BI, suku bunga LPS, tetapi
juga dipengaruhi oleh factor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian,
seperti reputasi, keamanan dana nasabah dan kepercayaan masyarakat (trust)
terhadap BPR.

5. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain
diluar variabel PDB Perkapita, inflasi, suku bunga BI, suku bunga LPS aga r
memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal
apa saja yang dapat berpengaruh terhadap jumlah tabungan dan deposito dan
memperpanjang periode pengamatan.

76

DAFTAR PUSTAKA

Bahsan, M. 2005. Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, PT. RajaGrafindo
Persada, Jakarta
Bank Indonesia, “Statistik Perbankan BPR Konvensional”, 2008- 2012. “Tinjauan
Kebijakan Moneter”, 2008- 2012.
Boediono. 2001, Ekonomi Moneter , BPFE, Yogyakarta
Dahlan, Siamat, 2005, Manajemen Lembaga Keuangan “ Kebijakan Moneter dan
Perbankan, LPFEUI, Jakarta
Dornbusch, R dan S. Fisher, 1980. Exchange Rate and Current Account ,
American Economic Review.
Esti R, Hedwigis, 2010, Pengaruh Indikator Makro Ekonomi terhadap Jumlah
Tabungan pada bank swasta nasional di Indonesia
Haryati, Sri, 2008, Analisis Kebangkrutan Bank, , Jurnal Ekonomi dan Bisni
Indonesia Vol. 16 no 4, pp336- 345
Hasibuan, Malayu, 2007, Dasar -dasar Perbankan, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hendra,Yenny, 2012, Analisis Pengaruh PDRB Suku Bunga Tingkat Inflasi dan
Kurs Valuta Asing terhadap Simpanan Masyarakat pada Bank Umum di
Kalimantan Barat. Jurnal Ilmiah, FE Universita Tanjungpura, Pontianak.
Hutasoit, Isabella, 2009, Analisis Pengaruh T ingkat Suku Bunga, Inflasi terhadap
Penghimpunan Simpanan Masyarakat pada PT. BRI cab. Balige, Skripsi,
FE-USU, Medan.
Karim, Adiwarman, 2004, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Kashmir, 2008, Manajemen Perbankan,edisi revisi 2008, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Keynes, John Maynard, 1991. Teori Umum Mengenai Kesempatan Kerja, Bunga
dan Uang ( terjemahan), Gadjah Mada University Press,Yogyakarta:

77

Marieskha, Poppy, 2009, Analisis Pengaruh PDRB Suku Bunga Tingk at Inflasi
dan Kurs Valuta Asing terhadap Simpanan Masyarakat pada Bank
Umum di Sumatera Utara, Skripsi, FE-USU, Medan
Mc Eachern, William A, (diterj. Sigit Triandaru), 2000, Ekonomi Makro
Pendekatan Kotemporer, Salemba Empat, Jakarta
Mubasyiroh, 2008, Pengaruh tingkat suku bunga dan inflasi terhadap total
simpanan Mudarabah (Studi pada Bank Muamalat Indonesia), Skripsi
,
Fakultas Syariah, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
Muhamad, 2000, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Islam, UII Press,
Yogyakarta
Nopirin, 1992, Ekonomi Moneter, BPFE, Yogyakarta
Oktaviana, C, 2007, Potret Perbankan Syariah di Indonesia, Buletin Ekonomika dan
Bisnis Islam Edisi IV/VII . Laboratorium Ekonomi dan Bisnis Islam
(LEBI) UGM
Rahmawati, T, 2010, Pengaruh Indikasi Moral Hazard Dalam Penyaluran Pembiayaan
Terhadap Pertumbuhan Dana Bank Syariah Melalui Monitoring Dan Profit
Sharing Sebagai Variabel Intervening (Survey Pada Bank Umum Syariah Dan
Unit Usaha Syariah Di Indonesia). Tesis. Unpad

Riyadi, Slamet, 2006, Banking Asset and Liability Management , LPFEUI, Jakarta
Sinungan, Muchdarsah. Drs, 1993 , Strategi Manajemen Perbankan, Rineke
Cipta, Jakarta
Sitorus, Rut Milinda, 2009, Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan PDB
terhadap Pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia. Skripsi, FE-USU,
Medan
Sugiyono, 2007, Statistika untuk Penelitian, ALFABETA, Bandung
Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, UUP AMP, YKPN,
Yogyakarta
Tohari, Achmad, 2010, Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar,
Inflasi, dan Jumlah Unag Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga

78

serta Implikasinya pada Pembiayaan Mudharabah Di Indonesia, Skripsi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Triandaru, Sigit dan Toto Budisantoso, 2008, Banking dan Lembaga Keuangan
lain, Salemba Empat, Jakarta
Undang Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas
Undang Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Undang Undang Republik Indonesia No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS).
Wahyuni, Estu, 2010, Pengaruh Pendapatan Nasional dan Tingkat Suk u bunga
terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Bank Umum di
Indonesia tahun 2000 – 2009.
Skripsi, FE-UIN Maulana Malik Ibrahim,
Malang
Wibowo, Aldrin, 2010, Analisis Pengaruh Nilai Kurs Tingkat Inflasi dan Tingkat
Suku bunga terhadap Dana Pihak K etiga pada Bank Devisa di
Indonesia.Thesis , Universita Gunadarma, Jakarta
Wibowo, Ilham Setio, 2011, Analisa Faktor -faktor yang mempengaruhi Jumlah
Dana Pihak Ketiga (DPK) pada bank Syariah di Indonesia .
Wibowo, Ghofur, Muhammad, 2003, Pengaruh tingkat bagi hasil, suku bunga,
dan pendapatan terhadap Simpanan Mudharabah di Bank Syariah, studi
kasus di BMI, Jurnal Ekonomi Syariah Muamalah Vol. 1 no1.
Yuliana, 2009, Faktor-faktor yang mempengaruhi Dana Pihak Ketiga pada
Perbankan Syariah
Skripsi, Fakultas Syariah, UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta.

LAMPIRAN A
Daftar Sampel 323 BPR

A - 1

Lampiran A : Daftar sampel 323 BPR seluruh Indonesia


TRIWULAN IV - 2012
KLP JML ASET (000)

K-1 KELOMPOK < 5 MILYAR
1 601141 PT. BPR Amurang Utama K-1 997.219
2 601141 PT. BPR Amurang Utama K-1 997.219
3 601928 PT. BPR Pinasungkulan Indah K-1 1.454.100
4 601928 PT. BPR Pinasungkulan Indah K-1 1.454.100
5 601237 PT. BPR Pinasungkulan K-1 1.681.084
6 601140 PT. BPR Maesa Waya K-1 1.770.482
7 601083 PT. BPR Porsea Jaya K-1 1.824.369
8 601204 PT BPR Cahaya Intan Mandiri K-1 2.311.601
9 601328 PT. BPR Bumi Pendawa Raharja K-1 2.432.672
10 600918 PT. BPR Surungan Nauli K-1 2.527.888
11 601778 PT BPR Bangkit Prima Sejahtera K-1 2.676.835
12 600014 PT. BPR Muliatama Dananjaya K-1 2.691.200
13 601311 PT. BPR Sumber Lumbanmual K-1 2.718.369
14 601137 PT. BPR Taman Artha Kencana K-1 2.844.578
15 602592 PT BPR Stigma Andalas K-1 2.847.932
16 601901 PT. BPR Brata Nusantara K-1 2.869.941
17 601707 PT. BPR Kraton Suropati K-1 3.048.237
18 600157 PT. BPR Mitra Telagasari Utama K-1 3.110.740
19 600185 PT. BPR Trisurya Tata Artha K-1 3.117.200
20 600185 PT. BPR Trisurya Tata Artha K-1 3.117.200
21 600315 PT. BPR Rajadana Menganti K-1 3.124.637
22 600064 PT. BPR Cibitung Permai K-1 3.239.395
23 601178 PT. BPR Mandar K-1 3.334.017
24 601219 PT BPR LA Mangau Sejahtera K-1 3.376.416
25 600852 PT. BPR Bintang Mas Maesan K-1 3.406.499
26 602593 PT BPR Hardi Mas Mandiri K-1 3.418.332
27 601133 PT. BPR Artatama Sejahtera K-1 3.454.753
28 601723 PT. BPR Terusan Jaya K-1 3.604.624
29 600898 PT. BPR Dampit K-1 3.749.379
30 600788 PT. BPR Bintang Mitra K-1 3.845.109
31 600893 PT. BPR Eka Dana Utama K-1 3.989.839

A - 2

32 601419 PT. BPR Gamping Artha Raya K-1 3.995.910
33 600934 PT. BPR Charis Utama K-1 4.159.339
34 600122 PT. BPR Gemolong Artha Mulyo K-1 4.208.421
35 601091 KOP. BPR Sejahtera K-1 4.284.309
36 601773 PT. BPR Manuk Wari K-1 4.344.420
37 601180 PT. BPR Surya Katialo K-1 4.349.610
38 601180 PT. BPR Surya Katialo K-1 4.349.610
39 601881 PT BPR MEGA ARTHA SEJAHTERA K-1 4.376.944
40 601709 PT. BPR Delta Singosari K-1 4.513.652
41 600868 PT. BPR Bumi Masyarakat Sejahtera K-1 4.528.009
42 600016 PT. BPR Siraya Karya Bakti K-1 4.602.732
43 600403 PD. BPR LPK Cingambul K-1 4.621.889
44 601295 PT. BPR Artamukti Triputra K-1 4.800.401
45 601724 PT. BPR Arta Bangsal Utama K-1 4.890.906
46 601972 PT. BPR Nusantara Sunggal K-1 4.971.223
47 600689 KOP. BPR Ceper K-1 4.979.654






K-2 KELOMPOK > 5 MILYAR < 10 MILYAR





48 602564 PT BPR Mandiri Jaya Perkasa K-2 5.161.422
49 601175 PT. BPR Gebu Harapan (Bayur) K-2 5.222.699
50 601134 PT. BPR Tanah Bandar K-2 5.243.439
51 601314 PT. BPR Arthakelola Cahayatama K-2 5.638.666
52 602008 PT. BPR Artha Waringin Jaya K-2 5.714.716
53 601919 PT. BPR Mega Zanur K-2 5.954.204
54 601235 PT. BPR Talabumi Ekapersada K-2 5.997.293
55 601544 PT. BPR Sinarguna Sejahtera K-2 6.224.931
56 600807 PT. BPR Danamas Makmur K-2 6.297.524
57 601774 PT. BPR Manuk Walet K-2 6.313.502
58 600742 PT. BPR Arga Tata K-2 6.522.115
59 600677 KOP. BP Patma K-2 6.634.179
60 602587 PT BPR Niji K-2 6.846.953
61 600414 PT. BPR Kuta Bumi Sidomukti K-2 6.955.815
62 601840 PT. BPR Nusapanida Kuta K-2 7.038.236
63 601389 PT. BPR Lawu Artha K-2 7.147.217
64 600154 PT. BPR Sayma Karya K-2 7.179.253
65 602026 PT. BPR Lampung Bina Sejahtera K-2 7.426.285
66 600703 PT. BPR Mertoyudan Makmur K-2 7.569.970

A - 3

67 600144 PT. BPR Tritama Lumbung Cemerlang d/h Ra K-2 7.650.402
68 602591 PT BPR Karya Bakti Sejahtera K-2 7.717.751
69 601701 PT. BPR Delta Bojonegoro K-2 7.750.051
70 600004 PT. BPR Tandu Artha K-2 7.953.930
71 601969 PT. BPR Tridana Percut K-2 7.977.328
72 601069 PT. BPR Bali Harta Santosa K-2 8.036.758
73 601871 PT. BPR Jati Lestari K-2 8.044.899
74 601003 PT. BPR Amerta Sari K-2 8.112.021
75 601197 PT BPR Gudam K-2 8.418.577
76 601338 PT. BPR Dipon Sejahtera K-2 8.690.254
77 601785 PT. BPR Pareartorejo K-2 8.700.425
78 602084 PT. BPR Bumi Riau Insani K-2 8.708.911
79 601769 PT. BPR Anugerah Kusuma Singosari K-2 8.757.448
80 600985 PT. BPR Bima Hayu Pratama K-2 8.792.908
81 601028 PT. BPR Puskusa Balidwipa d/h Giri A K-2 9.015.898
82 601745 PT. BPR Mahkota Mitrausaha K-2 9.061.639
83 602060 PT. BPR Sinarenam Permai Jatiasih K-2 9.107.554
84 601789 PT. BPR Artha Mitra Usaha K-2 9.116.396
85 601777 PT. BPR Bekonang Sukoharjo K-2 9.158.533
86 601238 PT. BPR Cileungsi Krida Sejahtera K-2 9.165.025
87 600587 PT. BPR Arthanugraha Makmursejahtera K-2 9.221.126
88 601961 PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 10 K-2 9.242.306
89 600145 PT. BPR Prima Dadi Arta K-2 9.247.786
90 600263 PT. BPR Suryakusuma Kranggan K-2 9.289.085
91 601458 PT. BPR Asabahana Sejahtera K-2 9.294.824
92 601716 PT. BPR Delta Lamongan K-2 9.303.237
93 601866 PT. BPR Sari Jaya Sedana d/h Acuta Jaya K-2 9.314.451
94 601692 PT. BPR Arthatama Caruban K-2 9.324.964
95 602009 PT BPR Arta Mas Surakarta K-2 9.340.598
96 600250 PT. BPR Gunung Talang K-2 9.420.946
97 600073 PT BPR Mega Karsa Mandiri K-2 9.429.534
98 601776 PT. BPR Kratonprima Abadi K-2 9.616.675
99 601543 PT. BPR Enggal Makmur Adi Santoso K-2 9.628.563
100 601095 KOP. BPR Hasta Krida Jaya K-2 9.635.436
101 601160 PT. BPR Cahaya Nagari K-2 9.647.711
102 601416 PT. BPR Tawangmangu Jaya K-2 9.688.407
103 601668 PT. BPR Manuk Ayu K-2 9.740.639

A - 4

104 601727 PT. BPR Bangil Idaman K-2 9.771.340
105 601708 PT. BPR Aridha Arta Nugraha K-2 9.776.922
106 602544 PT BPR Talenta Raya K-2 9.878.322
107 601439 PT. BPR Antar Rumeksa Arta K-2 9.893.922
108 601855 PT. BPR Kusemas Dana Mandiri K-2 9.896.075
109 600789 PT. BPR Anugerah Harta Kaliwungu K-2 9.901.133
110 600884 PT. BPR Sumber Dhana Makmur K-2 9.946.151
111 601786 PT. BPR Batuartorejo K-2 9.965.996
112 600135 PT. BPR Karya Kurnia Utama K-2 9.994.138






K-3 KELOMPOK > 10 MILYAR < 50 MILYAR



113 601674 PT. BPR Sinar Wuluhan Artha K-3 11.344.560
114 600693 PT. BPR Restu Artha Abadi K-3 11.721.297
115 602554 PT BPR Tuah Negeri Mandiri K-3 12.843.197
116 600123 PT. BPR Artha Kurnia Raharja K-3 12.940.458
117 602044 PT BPR Dewa Arthaka Mulya K-3 13.849.469
118 600944 PT. BPR Anugerah Paktomas K-3 13.879.813
119 600026 PT. BPR Swadaya Tunggal d/h Nusantara K-3 14.251.609
120 600221 PT. BPR Sehat Ekonomi K-3 14.312.152
121 601739 PT. BPR Bandung Adiartha K-3 14.534.226
122 600265 PT. BPR Multidhana Bersama K-3 15.444.344
123 601353 PT. BPR Mekar Adidana K-3 15.583.763
124 601854 PT. BPR Mitra Bali Mandiri K-3 16.039.585
125 600408 PT. BPR Mahkota Artha Sejahtera K-3 16.561.703
126 600681 PT. BPR Solobaru Permai K-3 16.575.817
127 601347 PT. BPR Lexi Pratama Mandiri d/h Pradipt K-3 16.596.436
128 601386 PT. BPR Artha Parama K-3 16.599.858
129 601835 PT. BPR Mas Giri Wangi d/h Budidaya Seda K-3 16.656.162
130 601835 PT. BPR Mas Giri Wangi d/h Budidaya Seda K-3 16.656.162
131 600012 PT. BPR Daya Arta K-3 17.018.440
132 601399 PT. BPR Danamitra Sejahtera K-3 17.231.273
133 601667 PT. BPR Mojoagung Pahalapakto K-3 17.288.780
134 600855 PT. BPR Jwalita K-3 17.582.004

A - 5

135 601290 PT BPR Mitra Sejahtera Lestari K-3 17.770.510
136 601340 PT. BPR Permata Dhanawira K-3 17.903.039
137 600077 PT. BPR Parasahabat Bogor K-3 18.005.617
138 600981 PT. BPR Tanggul Arto K-3 18.062.479
139 600707 PT. BPR Lugano K-3 18.348.382
140 601320 PT. BPR Sinar Mitra Sejahtera K-3 18.764.863
141 601304 PT. BPR Cita Makmur Lestari K-3 18.938.511
142 601461 PT. BPR Kandimadu Arta K-3 19.051.828
143 600635 PT. BPR Dana Mitra Sentosa K-3 19.110.872
144 601426 PT. BPR Mlati Pundi Artha K-3 19.514.495
145 601129 PT. BPR Saudara Kita d/h Pantura Jawa Ba K-3 19.796.111
146 600697 PT. BPR Danamas Pratama K-3 19.798.435
147 601339 PT. BPR Mustika Permai K-3 20.090.870
148 601360 PT. BPR Arthia Sere K-3 20.232.382
149 601227 PT BPR Mitra Danagung K-3 20.504.794
150 601136 PT. BPR Bhapertim Persada K-3 20.517.707
151 600784 PD. BPR Karimun K-3 20.518.210
152 601756 PT. BPR Puspa Kencana K-3 20.691.265
153 600148 PT BPR Nusa Utara K-3 20.701.945
154 600313 PT. BPR Raga Sakti K-3 20.843.810
155 600180 KOP BPR Tanjung Raya K-3 20.989.559
156 600881 PT. BPR Intan Surya K-3 21.244.118
157 602596 PT BPR Prima Dana Abadi K-3 22.123.506
158 601279 PT. BPR Darmawan Adhiguna Lestari K-3 22.435.630
159 600541 PT. BPR Semeru K-3 22.498.759
160 601318 PT. BPR Lumasindo Perkasa Putra K-3 22.993.374
161 601669 PT. BPR Anglomas Indah K-3 23.108.554
162 601983 PT. BPR Artha Sumber Arum K-3 23.111.953
163 600738 PT. BPR Profidana Paramitra K-3 23.342.582
164 601243 PT. BPR Niaga Mandiri K-3 23.696.346
165 601390 PT. BPR Kartadhani Mulya K-3 23.735.607
166 600767 PD. BPR Kabupaten Dati II Gresik K-3 24.175.394
167 601949 PT. BPR Rarat Ganda K-3 24.376.243
168 601857 PT. BPR Kanaya K-3 24.492.857
169 601380 PT. BPR Berlian Bumi Arta K-3 24.853.971
170 601233 PT. BPR Naribi Perkasa K-3 25.294.157
171 601767 PT BPR Mitra Catur Mandiri K-3 25.492.411

A - 6

172 602589 PT BPR Indomitra Mega Kapital K-3 25.544.573
173 600980 PT. BPR Tridana Kencana K-3 25.808.378
174 600775 PT. BPR Kudamas Sentosa K-3 26.466.203
175 600579 PT. BPR Ambarawa Persada K-3 26.504.133
176 601313 PT. BPR Prima Kredit Sejahtera K-3 26.514.937
177 601056 PT. BPR Saraswati Ekabumi K-3 26.544.027
178 600936 PT. BPR Dinar Pusaka K-3 26.628.288
179 600904 PT. BPR Gunung Ringgit K-3 26.803.275
180 601737 PT. BPR Permata Arta Surya K-3 27.151.010
181 601713 PT. BPR Delta Artha Panggung Situbondo K-3 27.329.851
182 600517 PD. BPR Sumber K-3 27.435.163
183 601693 PT. BPR Sapadhana K-3 27.475.577
184 601898 PT. BPR Karangwaru Pratama K-3 28.100.160
185 600827 PT. BPR Pemberdayaan Ekonomi Rakyat K-3 28.343.546
186 600827 PT. BPR Pemberdayaan Ekonomi Rakyat K-3 28.343.546
187 601466 PT. BPR Arthaguna Sejahtera K-3 28.441.953
188 601008 PT. BPR Sangeh K-3 29.061.383
189 601292 PT. BPR Hosing Jaya K-3 29.525.423
190 602031 PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 19 K-3 29.773.509
191 600983 PT. BPR Gunung Modal Usaha K-3 29.795.732
192 601039 PT. BPR Sari Werdhi Sedana K-3 29.885.144
193 600814 PT. BPR Semarang Margatama Gunadama K-3 29.942.406
194 600033 PT. BPR Polatama Kusuma K-3 29.972.226
195 600762 PT. BPR Mega Artha Mustika K-3 30.033.072
196 601062 PT. BPR Prima Dewata K-3 30.187.450
197 601417 PT. BPR Danarakyat Sentosa K-3 30.336.409
198 600078 PT. BPR Klaten Sejahtera K-3 30.654.769
199 602054 PT. BPR Trisurya Marga Artha K-3 31.232.118
200 602588 PT BPR Panca Arta Graha K-3 31.310.618
201 600823 PT. BPR Sulawesi Mandiri K-3 31.429.751
202 602568 PT BPR Supra Wahana Arta K-3 31.685.120
203 600844 PT. BPR G e n t e n g K-3 31.836.141
204 600806 PT. BPR Ratna Artha Pusaka K-3 31.927.473
205 600756 PT BPR Arta Nawa K-3 32.010.637
206 601820 PT. BPR Ulatidana Rahayu K-3 32.429.925
207 601977 PT. BPR Tapeuna Dana K-3 32.495.088
208 600875 PT. BPR Catur Artha Jaya K-3 32.548.306

A - 7

209 600854 PT. BPR Artha Mukti Santosa K-3 32.671.747
210 601089 PT. BPR Wlingi Pahala Pakto K-3 32.901.705
211 602590 PT BPR Putra Batam K-3 33.063.374
212 601368 PT. BPR Setia Karib Abadi K-3 33.790.151
213 601368 PT. BPR Setia Karib Abadi K-3 33.790.151
214 602023 PT. BPR Dhana Sewu K-3 33.843.144
215 601799 PT BPR Universal Mega Mandiri Bekasi K-3 33.862.282
216 601447 PT. BPR Ambarketawang Persada K-3 33.941.134
217 601783 PT. BPR Mitra Jaya Mandiri K-3 34.329.147
218 601296 PT BPR Mitra Daya Mandiri K-3 34.421.350
219 600956 PT. BPR Sumberdhana Anda K-3 34.605.696
220 602542 PT. BPR Palu Anugerah K-3 34.772.164
221 601363 PT. BPR Pundi Kencana Makmur K-3 35.082.813
222 600130 PT. BPR Artha Pamenang Wates K-3 35.133.461
223 600906 PT. BPR Mandiri Artha Niaga Prima K-3 35.754.026
224 601157 PT. BPR Rangkiang Denai K-3 36.139.864
225 602561 PD BPR Rokan Hulu K-3 36.284.209
226 601470 PT. BPR Sinararta Sejahtera K-3 36.701.893
227 601330 PT. BPR Universal Karya Mandiri Puncak K-3 36.860.942
228 601267 PT. BPR Markoni Saranajaya K-3 36.932.380
229 600581 PT. BPR Restu Mranggen Makmur K-3 37.452.539
230 600535 PT. BPR Gunung Kinibalu K-3 37.684.492
231 600773 PT. BP Kosanda K-3 38.139.801
232 600151 PT. BPR Klepu Mitra Kencana K-3 39.056.411
233 600151 PT. BPR Klepu Mitra Kencana K-3 39.056.411
234 600593 PT. BPR Agung Sejahtera K-3 39.059.203
235 601385 PT. BPR Mekar Nugraha Klepu K-3 39.339.561
236 602004 PT. BPR Brata Bhakti Sejahtera K-3 40.089.339
237 600249 PT. BPR Gema Pesisir K-3 40.580.332
238 601788 PT. BPR Wiradhana Putramas K-3 40.675.031
239 601841 PT. BPR Hari Depan K-3 40.965.332
240 602035 PT. BPR Wingsati K-3 41.799.977
241 601048 PT. BPR Antenk K-3 42.903.959
242 600132 PT. BPR Artha Pamenang Warujayeng K-3 43.049.948
243 600945 PT. BPR Bina Reksa Karyaartha K-3 43.267.489
244 601766 PD. BPR BANK DAERAH TULUNGAGUNG K-3 43.328.188
245 601864 PT. BPR Dewata Candradana K-3 43.348.970

A - 8

246 601021 PT. BPR Nusamba Manggis K-3 43.945.706
247 602573 PT BPR Celebes Mitra Perdana K-3 44.003.101
248 601874 PT. BPR Nusantara Bona Pasogit 15 K-3 44.253.080
249 602472 PT. BPR Surya Artha Utama K-3 44.411.311
250 600911 PT. BPR Inti Dana Sentosa K-3 44.496.766
251 600104 PT. BPR Pondok Meja Indah K-3 44.769.230
252 601839 PT. BPR Dewata Indobank K-3 44.951.513
253 601902 PT. BPR Prima Kredit Mandiri K-3 45.511.907
254 600615 PD. BPR BKK Wonosobo K-3 45.748.980
255 600954 PT. BPR Nusamba Ngunut K-3 45.961.749
256 600420 PD. BPR Babakan K-3 47.086.343
257 600087 PT BPR Central International K-3 47.132.775
258 601856 PT. BPR Angsa Sedanayoga K-3 47.144.724
259 601462 PT. BPR Shinta Bhakti Wedi K-3 47.225.415
260 601367 PT. BPR Mranggen Mitrapersada K-3 47.680.070
261 601999 PT. BPR Bahtera Masyarakat K-3 48.024.281
262 600031 PT. BPR Pantura Abadi K-3 48.290.926
263 601378 PT. BPR Sabar Arthapalur K-3 48.556.436
264 600183 PT. BPR Nusamba Tanjungsari K-3 48.720.697
265 601022 PT. BPR Nusamba Mengwi K-3 49.203.383
266 601842 PT. BPR Bali Artha Anugrah K-3 49.828.966



K-4 KELOMPOK > 50 MILYAR < 100 MILYAR



267 601732 PT. BPR Karya Perdana Sejahtera K-4 51.304.457
268 602598 PT BPR Kepri Batam K-4 54.934.770
269 600889 PT. BPR Duta Kepulauan Riau K-4 55.782.224
270 601397 PT. BPR Jateng K-4 58.175.672
271 600799 PT. BPR Ukabima Lestari K-4 58.245.051
272 600799 PT. BPR Ukabima Lestari K-4 58.245.051
273 601805 PT. BPR Danatama Indonesia K-4 58.422.239
274 600102 PT. BPR Wirosari Ijo K-4 58.719.485
275 600048 PT BPR Multi Sembada Dana K-4 58.830.427
276 600093 PT. BPR Gita Makmur Utama K-4 62.564.422
277 600062 PT. BPR Universal Karya Mandiri Cibinong K-4 62.673.690
278 600861 PT. BPR Nova Trijaya K-4 62.985.774
279 600432 PT BPR DPM Kredit Mandiri K-4 64.646.252

A - 9

280 601850 PT. BPR Hoki K-4 66.436.182
281 600976 PT. BPR Wilis Putra Utama K-4 67.013.757
282 600883 PT. BPR Kencana Graha K-4 70.470.758
283 602075 PT. BPR Dana Bintan Sejahtera K-4 71.386.089
284 602469 PT. BPR Magga Jaya Utama K-4 74.821.777
285 602578 PT BPR Tanaoba Lais Manekat K-4 75.790.752
286 602043 PT. BPR Chandra Muktiartha K-4 77.767.255
287 602599 PT BPR Kepri Bintan K-4 81.744.171
288 600111 PT BPR DP Taspen K-4 86.507.295
289 600610 PT. BPR Kembang Parama K-4 87.807.902
290 600712 PT. BPR Kedung Arto K-4 89.163.864
291 600913 PT. BPR Artha Prima Perkasa K-4 90.910.701
292 601951 PT. BPR Tri Gunung Selatan K-4 91.399.805
293 602072 PT. BPR Banda Raya K-4 94.174.864
294 600969 PT. BPR Cinde Wilis K-4 95.210.356
295 600858 PT. BPR Mitra Arta Mulia K-4 95.759.374
296 600241 PT. BPR Artha Mekar Sokaraja K-4 99.370.303


K-5 KELOMPOK > 100 MILYAR < 200 MILYAR

297 602541 PT BPR Dana Nagoya K-5 103.411.662
298 601285 PT. BPR Central Artha Rezeki K-5 108.871.616
299 602576 PT BPR Tata Karya Indonesia K-5 109.774.267
300 600027 PT. BPR Nguter Surakarta K-5 111.882.746
301 601435 PT. BPR Artha Mlatiindah K-5 114.873.857
302 602602 PT BPR Kintamas Mitra Dana K-5 116.773.956
303 600679 PT. BPR Rejeki Insani K-5 118.067.880
304 601270 PT. BPR Artharindo K-5 124.197.497
305 602595 PT BPR Danamas Simpan Pinjam K-5 124.447.642
306 600843 PT. BPR Banksar Dana Loka K-5 139.214.251
307 601100 PT. BPR Sukasada K-5 144.489.055
308 600948 PD. BPR Kabupaten Dati II Madiun K-5 146.189.379
309 602055 PT. BPR Daya Lumbung Asia K-5 150.832.742
310 601302 PT BPR Gamon K-5 151.126.676
311 601673 PT. BPR Mentari Terang K-5 163.294.097
312 602000 PT. BPR Citradana Rahayu K-5 176.049.320

A - 10

313 600075 PT. BPR Hidup Arthagraha K-5 189.672.994


K-6 KELOMPOK > 200 MILYAR < 500 MILYAR

314 601404 PT. BPR Kartasura Saribumi K-6 230.792.729
315 600908 PT. BPR Sejahtera Batam K-6 235.428.070
316 602474 PT. BPR Cahaya Fajar K-6 254.329.477
317 600787 PT. BPR Mandiri Artha Abadi K-6 273.809.410
318 600598 PT. BPR Artha Mertoyudan K-6 283.130.707
319 600605 PT. BPR Gunung Rizki Pusaka Utama K-6 335.692.639
320 601359 PT. BPR Supra Artapersada K-6 340.720.466
321 600998 PT. BPR Indra Candra d/h MAI BP Indra K-6 370.755.569

K-7 KELOMPOK > 500 MILYAR

322 601044 PT. BPR Sri Artha Lestari K-7 1.512.533.207
323 600311 PT. BPR Karyajatnika Sadaya K-7 2.991.047.355

LAMPIRAN B
Hasil olah SPSS

B - 1

Lampiran B : Hasil olah data SPSS

Hasil Analisis Statistik Deskriptif atas Tabungan, Inflasi, BI Rate, LPS Rate
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Y_Tab 1615 47 376333343 6743525395 4175557,52 17635381,565
X_PDB 1615 2244 3592 4758113 2946,20 570,835
X_Inflasi 1615 2,78 11,06 9596,33 5,9420 2,88876
X_SBI 1615 5,75 9,25 11224,25 6,9500 1,19829
X_SLPS 1615 8,00 13,00 16715,25 10,3500 1,58637
Valid N (listwise) 1615

Sumber : Output SPSS 20

Hasil Analisis Statistik Deskriptif atas Deposito, Inflasi, BI Rate, LPS Rate
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
Y_Depo 1615 650 2234240123 31327327964 19397726,29 105367413,649
X_PDB 1615 2244 3592 4758113 2946,20 570,835
X_Inflasi 1615 2,78 11,06 9596,33 5,9420 2,88876
X_SBI 1615 5,75 9,25 11224,25 6,9500 1,19829
X_SLPS 1615 8,00 13,00 16715,25 10,3500 1,58637
Valid N (listwise) 1615
Sumber : Output SPSS 20

B - 2

Hasil Uji Normalitas Data Deposito BPR, PDB perkapita, Inflasi, Suku
bunga BI, suku bunga LPS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y_Depo X_PDB X_Inflasi X_SBI X_SLPS
N 1615 1615 1615 1615 1615
Normal
Parameters
a,b

Mean 19397726,29 2946,20 5,9420 6,9500 10,3500
Std. Deviation 105367413,649 570,835 2,88876 1,19829 1,58637
Most Extreme
Differences
Absolute ,427 ,254 ,278 ,366 ,325
Positive ,348 ,254 ,278 ,366 ,325
Negative -,427 -,251 -,162 -,173 -,275
Kolmogorov-Smirnov Z 17,159 10,202 11,157 14,720 13,066
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data
Sumber : Output SPSS 20

Hasil Uji Normalitas Data Tabungan BPR, PDB perkapita, Inflasi, Suku
bunga BI, suku bunga LPS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Y_Tab X_PDB X_Inflasi X_SBI X_SLPS
N 1615 1615 1615 1615 1615
Normal Parameters
a,b

Mean 4175557,52 2946,20 5,9420 6,9500 10,3500
Std.
Deviation
17635381,565 570,835 2,88876 1,19829 1,58637
Most Extreme Differences
Absolute ,406 ,254 ,278 ,366 ,325
Positive ,335 ,254 ,278 ,366 ,325
Negative -,406 -,251 -,162 -,173 -,275
Kolmogorov-Smirnov Z 16,333 10,202 11,157 14,720 13,066
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS 20