Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

23

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SEJARAH AFRIKA BERBASIS
MULTIKULTURALISME UNTUK MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN
SEJARAH
Oleh:
Abd. Haris Nasution
Flores Tanjung
Arfan Diansyah

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengembangkan Bahan Ajar Sejarah Afrika Berbasis
Multikulturalisme untuk Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan angket, observasi, dan wawancara. Bahan Ajar dikembangkan
mengunakan model Borg dan Gall yang dikelompokkan dalam empat tahap, yakni
studi pendahuluan, pengembangan, uji lapangan, diseminasi dan sosialisasi produk.
Penilaian ahli materi sebesar 4,14 yang termasuk dalam katergori baik dan penilaian
ahli media sebesar 4,07 yang termasuk dalam kriteria baik. Penilaian mahasiswa dalam
tahap uji lapangan terbatas, uji lapangan lebih luas, dan uji operasional masing-masing
4,19; 4,26; dan 4,14. Nilai 4,19 dalam uji lapangan termasuk dalam kriteria baik, nilai
4,26 dalam uji lapangan lebih luas termasuk dalam kriteria sangat baik, dan nilai 4,14
dalam uji operasional termasuk dalam kriteria baik.

Keywords: Bahan Ajar, Sejarah Afrika, Multiculturalisme

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

24

I. Pendahuluan
Bahan ajar merupakan hal dasar yang harus dimiliki oleh setiap pengajar
terutama Dosen. Untuk itu setiap Dosen perlu untuk melaksanakan Pengembangan
bahan ajar yang mutakhir sesuai dengan karakteristik mahasiswanya. Hal ini sejalan
dengan pendapat Hamid Hasan (2017) pada seminar APPS 2017, bahwa bahan ajar
yang paling mutakhir ialah hasil penelitian Dosen sendiri.
Pengembangan bahan ajar dilaksanakan sebagai cara untuk mengidentifikasi,
mengembangkan, dan mengevaluasi isi dan strategi pembelajaran. Selain itu,
pengembangan bahan ajar mempertimbangkan sifat materi ajar, jumlah mahasiswa ,
dan ketersediaan materi. Pengembangan bahan ajar mengunakan prinsip luwes. Prinsip
luwes artinya dapat menerima hal-hal baru yang belum tercakup dalam substansi mata
kuliah pada saat pengimplementasiannya (Mbulu 2004:8). Prinsip luwes artinya,
Mahasiswa mampu menerima nilai-nilai/kompetensi baru dalam mata kuliah melalui
perkuliahan yang disampaikan oleh Dosen. Kompetensi tersebut dapat diwujudkan
melalui proses pembelajaran yang telah ditetapkan melalui rencana pelaksanaan
pembelajaran semester (RPS). Kesesuaian pelaksanaan proses pembelajaran dengan
perencanaan proses pembelajaran menjadi penunjang tercapainya learning outcomes.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengembangkan bahan ajar Sejarah Afrika
yang berbasis nilai-nilai Multikulturalisme dalam perkuliahan Sejarah Afrika di
Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNIMED. Hal ini didasari oleh minimnya
ketersediaan literature tentang Sejarah Afrika. Adapun literature-literatur yang beredar
dipasaran hanyalah literature-literatur yang bersifat Grand Narrative, yang miskin akan
nilai (valueless) dan cenderung berisi narasi tentang sebab-akibat saja. Padahal konten
materi Sejarah Afrika sangat sarat akan nilai-nilai Multikulturalisme yang potensial
untuk diinternalisasikan dalam diri Mahasiswa, terlebih ditengah-tengah gencarnya
issue SARA dan etnisitas dewasa ini.
Materi Perkuliahan Sejarah Afrika sarat akan nilai-nilai Multikulturalisme.
Multikulturalisme merupakan nilai yang diwujudkan dengan perilaku menerima,
menghormati dan terbuka terhadap perbedaan budaya, perilaku dan keyakinan dari

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

25

masyarakat lintas etnis. (Banks, 1961:2). Internalisasi nilai-nilai multikulturalisme
dapat mencegah disintegrasi bangsa dari konflik terkecil, misalnya memudarkan
stereotype-stereotipe terhadap budaya dan warna kulit tertentu. Oleh karenanya, nilai
tersebut sangat urgent untuk ditumbuh kembangkan melalui kegiatan pembelajaran.
Mata kuliah Sejarah Afrika berisikan materi-materi tentang asal-usul nenek
moyang manusia, peradaban-peradaban besar Dunia hingga peranan Bangsa Afrika
dalam percaturan Politik Dunia Internasional. Materi-materi tersebut banyak didukung
oleh hasil penelitian dan teori-teori baru, misalnya teori Out of Africa yang
menguatkan bukti bahwa seluruh manusia di Bumi merupakan migrasi dari manusia
Afrika Terdahulu. Teori ini diperkuat dengan adanya pengujian DNA yang dilakukan
oleh Tim Unit Identifikasi DNA Forensik Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang
menemukan adanya kesamaan DNA antara manusia Indonesia dengan manusia dari
daratan Asia dan Afrika. Hasil pengkajian Budaya yang dilakukan oleh Balai
Arkeologi Sumatera Utara juga mengemukakan adanya kesamaan Budaya manusia-
manusia yang berasal dari Asia-Afrika tersebut. (Semnas Asal-usul Genetika Nenek
Moyang Bangsa Indonesia, 2019). Hasil penelitian tersebut tentunya sangat relevan
jika dikembangkan kedalam bentuk bahan ajar Sejarah Afrika berbasis
Multikulturalisme, sehingga turut menanamkan semangat Multikulturalisme dan
Kebhinekaan mulai dari lingkup terkecil, yaitu kelas hingga ke masyarakat. Oleh
karena itu, penelitian Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Afrika Berbasis
Multikulturalisme untuk Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah sangat penting untuk
dilakukan.

1.Pembahasan
Hasil studi pendahuluan di Kelas B Reguler 2018 menunjukkan bahwa metode
pembelajaran yang paling umum dilakukan dosen adalah menggunakan metode
konvensional sehingga membuat mahasiswa cepat bosan. Selain itu penggunaan
sumber belajar dalam pembelajaran terbatas pada literature-literatur grand narrative.
Penyajian materi dalam literature grand narative dinilai masih belum mampu

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

26

mengangkat motivasi belajar mahasiswa karena penyajian materi yang lewat bahasa
kausalitas yang panjang kurang disukai mahasiswa. Padahal secara empirik mahasiswa
cenderung menyukai buku ajar yang berisi materi-materi kekinian, yang penuh akan
dimensi kontrekstual dan dapat terinternaliasasi dalam bentuk sikap. (Daryanto, 2010:
129).
Materi-materi dalam perkuliahan sejarah afrika merupakan materi yang dinilai
kurang diminati oleh mahasiswa. Mahasiswa menganggap materi ini banyak
mengandung unsur hafalan dan tidak kontekstual, dan materi yang harus dipelajari
cukup banyak. Salah satu pokok bahasan yang dianggap sulit oleh mahasiswa adalah
tentang Asal-usul bangsa Afrika dan Teori Out Of Africa. Dalam pokok bahasan
tersebut cukup banyak peristiwa-peristiwa penting dan tanggal penting yang harus
dihafal oleh mahasiswa. Akibat banyaknya materi yang harus dihafal, mahasiswa
menjadi merasa malas mempelajari materi. Mahasiswa masih sering kesulitan untuk
meraih nilai dalam materi-materi tersebut. Menurut dosen, pencapaian nilai mahasiswa
untuk materi tersebut juga masih kurang memuaskan.
Masalah-masalah dalam pembelajaran untuk materi Asal-usul bangsa Afrika
dan Teori Out of Africa dapat diatasi apabila materi disajikan dalam bentuk yang
menarik dan kekinian. Dengan penyajian materi yang menarik dan kekinian dapat
menimbulkan perasaan senang dalam diri mahasiswa untuk belajar sehingga
penyampaian materi dan penanaman nilai dapat berjalan maksimal. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Peter Kline (Angkowo dan Kosasih, 2007: 49) yang menyatakan
bahwa belajar akan efektif apabila dilakukan dalam suasana yang menyenangkan (fun
and enjoy). Apabila mahasiswa memiliki minat yang tinggi untuk belajar, tentu materi
pembelajaran yang disampaikan akan lebih mudah diserap oleh mahasiswa.
Pengembangan produk dilakukan dengan melakukan analisis tujuan dalam
pengembangan produk bahan ajar sejarah afrika berbasis multikulturalisme, analisis
kemampuan, melaksanakan prosedur pengembangan serta melakukan validasi ahli.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan bahan ajar ini adalah menghasilkan
produk bahan ajar sejarah afrika berbasis multikulturalisme yang layak untuk

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

27

pembelajaran materi Asal-usul Bangsa Afrika dan Teori Out Of Africa. Produk Bahan
Ajar yang dikembangkan diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan membantu
belajar mahasiswa.
Pengembangan materi dalam produk bahan ajar diambil dari berbagai sumber
kemudian dirangkum dalam sebuah produk. Penyajian materi dalam bahan ajar disusun
dalam narasi teks yang bermuatan nilai-nilai multikulturalisme.
Tahap selanjutnya setelah dilakukan penyusunan bahan ajar adalah validasi
produk oleh ahli materi dan ahli media yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Penilaian dari segi materi mengacu pada aspek pertimbangan isi yang terdiri dari
kesesuaian kurikulum, kelayakan isi, dan cara penyajiaan. Aspek penilaian tersebut
mengacu pada pendapat Hartono Kasmadi (dalam Rohani, 1997:30-33) yang
menyatakan bahwa salah satu hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
bahan ajar adalah mengenai pertimbangan isi.
Sementara itu penilaian dari segi media meliputi aspek kriteria produksi, desain
visual dan kualitas teknis. Aspek penilaian tersebut mengacu pada pendapat Hartono
Kasmadi (dalam Rohani, 1997: 30-33) yang menyatakan bahwa dalam pemilihan dan
pengembangan media aspek yang perlu diperhatikan meliputi pertimbangan produksi,
peserta didik, isi, dan dosen. Aspek desain visual yang dinilai mencakup unsur-unsur
visual yang dinyatakan Rohani (1997: 20-25) yakni kesederhanaan, keterpaduan,
penekanan, keseimbangan, garis, bentuk, ruang, tekstur, dan warna. Dalam pendapat
lain Setyosari (Sa’dun Akbar dan Hadi Sriwiyana, 2011: 216-217) menyatakan bahwa
pemilihan media harus memperhatikan kesesuaian media dengan tujuan pembelajaran,
kesesuaian media dengan karakteristik pembelajar, kesesuaian media dengan
lingkungan belajar, kemudahan dan keterlaksanaan pemanfaatan media, dapat menjadi
sumber belajar, efisiensi media dalam kaitannya dengan waktu, tenaga dan biaya,
keamanan bagi pembelajar, kemampuan media dalam mengaktifkan mahasiswa,
kemampuan media dalam mengembangkan suasana belajar yang menyenangkan, serta
kualitas media. Penilaian aspek kualitas teknis meliputi kemampuan media memotivasi

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

28

mahasiswa, mempermudah mahasiswa mengingat materi, penyajian media membuat
materi lebih menarik serta kemudahan media digunakan.
Berdasarkan hasil analisis data pada hasil validasi ahli materi yang dilakukan
dalam dua tahap dengan sekali revisi, diperoleh skor rata-rata 3,95 pada penilaian tahap
pertama dan 4,14 pada penilaian tahap kedua. Rata-rata skor penialian ahli materi yang
diperoleh produk bahan ajar yang dikembangkan tersebut termasuk dalam kriteria
“baik’ menurut pedoman konversi data kuantitatif ke data kualitatif (Eko Putro
Widoyoko, 2009: 238). Sesuai dengan ketentuan penelitian bahwa produk bahan ajar
dikatakan layak apabila skor rata-rata minimal termasuk kriteria baik, maka bahan ajar
yang dikembangkan telah layak dari segi isi materi. Kelayakan bahan ajar didukung
pernyataan ahli materi bahwa produk bahan ajar telah layak diujicobakan dari segi
materi.
Penilaian ahli materi didasarkan pada kriteria pertimbangan isi materi.
Pertimbangan isi terdiri dari indikator kesesuaian kurikulum, kebenaran isi, dan cara
penyajian. Apabila dianalisis lebih lanjut, skor penilaian ahli materi dijabarkan dalam
tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Penilaian Ahli Materi untuk Masing-masing Kriteria
Kriteria Jumlah Butir Skor Rata-rata
Pertimbangan Isi 22 4,00

Tabel 2. Analisis Hasil Penilaian Ahli Materi per-Indikator
Kriteria Indikator Jumlah
Butir
Nomor Butir Skor Rata-
rata
Pertimbangan
Isi
Kesesuaian
Kurikulum
3 1, 2, 3 4,00
Kebenaran isi 5 4, 5, 6, 7, 8 4,00
Cara
penyajian
14 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 22
4,21
Rata-rata penilaian keseluruhan 4,14

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

29


Produk Bahan Ajar yang dikembangkan telah sesuai dengan kurikulum,
indikator pembelajaran yang diambil. Bahan Ajar yang dikembangkan sudah baik
dilihat dari indikator kesesuaian kurikulum dengan skor rata-rata 4,00. Dilihat dari
indikator kebenaran isi, materi dalam media komik sudah baik dengan skor rata-rata
4,00. Kebenaran isi mencakup kronologisasi, muatan nilai dan peran para tokoh dalam
media produk bahan ajar sudah baik.
Selanjutnya dilihat untuk indikator cara penyajian materi, dengan skor
perolehan rata-rata 4,21 menunjukkan bahwa bahan ajar sudah sangat baik. Produk
bahan ajar yang dikembangkan mampu menyajikan materi lebih konkret, penyajian
materi runtut, dapat membantu mahasiswa memahami materi, membantu mahasiswa
mengingat materi, muatan nilai multikulturalisme sudah sesuai dengan indikator.
Sedangkan validasi ahli media dilakukan dalam tiga tahap, dengan dua kali
revisi. Rata-rata skor yang diperoleh secara berturut-turut 2,82, 3,80, dan 4,07. Rata-
rata skor yang diperoleh pada penilaian tahap pertama menurut pedoman konversi data
kuantitatif ke kualitatif (Eko Putro Widoyoko, 2009: 238) termasuk dalam kriteria
“cukup”. Sementara rata-rata skor yang diperoleh pada penilaian tahap kedua dan
ketiga termasuk dalam kategori “baik”. Sesuaidengan ketentuan penelitian bahwa
produk bahan ajar dikatakan layak apabila skor rata-rata minimal termasuk kriteria
baik, maka bahan ajar yang dikembangkan telah layak dari segi pertimbangan media.
Penilaian ahli media dilakukan berdasarkan kriteria produksi, desain visual dan
kualitas teknis. Masing-masing kriteria dilihat dari berbagai indikator. Analisis lebih
lanjut penilaian hasil validasi ahli materi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Hasil Penilaian Ahli Media untuk Masing-masing Kriteria
Kriteria Jumlah
Butir
Skor Rata-
rata

Kriteria Produksi 8 4,12
Desain Visual 16 4,00
Kualitas Teknis 4 4,20

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

30


Tabel 4. Analisis Hasil Penilaian Ahli Media Per- Indikator
Kriteria Indikator Jumlah
Butir
Nomor
Butir
Skor
Rata-
rata
Kriteria
Produksi
Kondisi Fisik 2 1,2 4,00
Kualitas Bahan 4 3,4,5,6 4,00
Emotion Impact 2 7,8 4,50
Desain
Visual
Prinsip visual
desain sampul
4 9,10,11,12 4,00
Prinsip visual
ilustrasi isi cerita
4 13,14,15,1
6
4,00
Prinsip visual
rangkuman
sejarah
4 17,18,19,2
0
4,00
Prinsip visual
ilustrasi tokoh-
tokoh sejarah
4 21,22,23,2
4
4,00
Kualitas
Teknis
Syarat media
yang baik
4 25,26,27,2
8
4,20
Rata-rata skor keseluruhan 4,07

Secara umum berdasarkan kriteria produksi (butir penilaian nomor 1-8) bahan
ajar yang dikembangkan memperoleh skor rata-rata 4,12 termasuk kategori baik.
Kondisi fisik bahan ajar sudah baik dengan skor rata-rata 4,00. Kondisi fisik dinilai
dari aspek ukuran dan bentuk serta kepraktisan bahan ajar. Kualitas bahan ajar sudah
baik dengan perolehan skor rata-rata 4,00. Adapun aspek yang dinilai dalam indikator
kualitas bahan terdiri dari kemudahan bahan diperoleh, keamanan bahan, kualitas
cetak, serta daya tahan bahan. Selanjutnya indikator emotion impact produk bahan ajar
memperoleh rata-rata skor 4,50 yang berarti sudah sangat baik. Bahan ajar yang
dikembangkan mengandung nilai estetika dan mampu membuat belajar mahasiswa
lebih menyenangkan.
Berdasarkan kriteria desain visual (butir penilaian nomor 9-24), maka produk
bahan ajar yang dikembangkan telah memenuhi prinsip desain visual dengan skor 4,00.

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

31

Indikator prinsip desain visual sampul, isi materi maupun kandungan nilai
multikulturalisme memperoleh skor rata-rata 4,00 yang termasuk dalam kriteria baik.
Prinsip desain visual yang dinilai mencakup butir penilaian mengenai tata letak, pilihan
warna, kesesuaian gambar, serta jenis dan ukuran huruf.
Selanjutnya secara kualitas teknis dengan indikator syarat bahan ajar yang baik,
produk bahan ajar termasuk kriteria baik dengan skor perolehan 4,20. Butir penilaian
syarat bahan ajar yang baik meliputi kemampuan memotivasi mahasiswa,
mempermudah mahasiswa mengingat, membuat penyajian materi menarik serta
efektifitas dalam proses internalisasi nilai.
Produk bahan ajar yang telah mendapat rekomendasi layak dari ahli materi
maupun ahli media sudah memenuhi syarat untuk diujicobakan di lapangan. Rata-rata
skor perolehan pada tahap uji lapangan terbatas, uji lapangan lebih luas dan uji
operasional secara berturut-turut 4,19, 4,26 dan 4,14 dengan kategori baik, sangat baik,
dan baik. Hasil analisis perolehan skor penilaian siswa untuk setiap kriteria dan
indikator dijabarkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5. Hasil Penilaian Uji Lapangan untuk Masing-masing Kriteria
Kriteria Jumlah Skor Rata-rata Uji Lapangan
Butir Terbatas Lebih Luas Operasional
Segi Penyajian
Materi
8 4,28 4,17 4,11
Segi Penyajian
Media
16 4,14 4,31 4,15
Tabel 6. Analisis Hasil Penilaian Mahasiswa dalam Uji Lapangan per-Indikator
Kriteria Indikator Jumlah
Butir
Nomor
Butir
Skor Rata-rata Uji Lapangan
Terbatas Lebih
Luas
Operasional
Segi
Penyajian
Materi
Ketertarikan
Materi
2 1,2 4,33 4,08 3,97
Manfaat untuk
mahasiswa
1 3 4,00 4,17 4,16
Kontekstual 1 4 3,67 4,50 4,21

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

32

Rangkuman
Materi
1 5 5,00 4,17 4,26
Penggunaan
Bahasa
1 6 4,33 4,00 4,11
Segi
Penyajian
Media
Bentuk dan
Ukuran
2 7,8 4,16 4,25 3,94
Kemudahan
penggunaan
1 9 4,33 4,67 4,16
Pilihan warna 1 10 4,33 4,17 4,37
Penggunaan
huruf
1 11 3,67 4,33 4,32
Ilustrasi
Gambar
1 12 3,67 4,50 4,11
Isi materi 2 13,14 3,67 4,00 4,16
Kegunaan
media
3 15,16,17 4,44 4,22 4,14
Kualitas teknis 1 18 4,33 4,83 4,26
Rata-rata Skor Keseluruhan 4,19 4,26 4,14

Hasil penilaian mahasiswa untuk segi penyajian materi (butir penilaian
mahasiswa nomor 1-6) pada uji terbatas memperoleh skor rata-rata 4,28 berarti
penyajian materi dalam bahan ajar yang dikembangkan sangat baik. Adapun indikator
yang dinilai meliputi kemenarikan bahan ajar, manfaat untuk mahasiswa, materi
kontekstual, rangkuman materi dan penggunaan bahasa dengan skor masing-masing
4,33; 4,00; 3,67; 5,00; dan 4,33. Sementara untuk segi penyajian bahan ajar (butir
penilaian siswa nomor 7-18) memperoleh rata-rata skor 4,14 berarti bahan ajar yang
dikembangakan sudah baik. Indikator penilaian meliputi bentuk dan ukuran,
kemudahan penggunaan, pilihan warna, penggunaan huruf, ilustrasi gambar, isi materi
bahan ajar, kegunaan bahan ajar, serta kualitas teknik dengan skor masing-masing 4,16;
4,33; 4,33; 3,67; 3,67; 3,67; 4,44; dan 4,33.
Hasil penilaian mahasiswa untuk segi penyajian materi (butir penilaian
mahasiswa nomor 1-6) pada uji luas memperoleh skor rata-rata 4,17 berarti bahan ajar
yang dikembangkan sudah baik. Indikator yang dinilai meliputi kemenarikan bahan
ajar, manfaat untuk mahasiswa, materi kontekstual, rangkuman materi dan penggunaan

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

33

bahasa dengan skor masing-masing 4,08; 4,17; 4,50; 4,17; dan 4,00. Sementara untuk
segi penyajian bahan ajar (butir penilaian mahasiswa nomor 7-18) memperoleh skor
4,31 berarti produk bahan ajar yang dikembangakan sudah sangat baik. Indikator
penilaian meliputi bentuk dan ukuran, kemudahan penggunaan, pilihan warna,
penggunaan huruf, ilustrasi gambar, isi materi, kegunaan bahan ajar, serta kualitas
teknik dengan skor masing-masing 4,25; 4,67; 4,17; 4,33; 4,50; 4,00; 4,22; dan 4,83.
Hasil penilaian mahasiswa untuk segi penyajian materi (butir soal nomor 1-6)
pada uji operasional memperoleh skor rata-rata 4,11 berarti bahan ajar yang
dikembangkan sudah baik. Indikator yang dinilai meliputi kemenarikan bahan ajar,
manfaat untuk mahasiswa, materi kontekstual, rangkuman materi dan penggunaan
bahasa dengan skor masing-masing 3,97; 4,16; 4,21; 4,26; dan 4,11. Sementara untuk
segi penyajian bahan ajar (butir penilaian mahasiswa nomor 7-18) memperoleh skor
4,15 berarti bahan yang dikembangakan sudah baik. Indikator penilaian meliputi
bentuk dan ukuran, kemudahan penggunaan, pilihan warna, penggunaan huruf, ilustrasi
gambar, isi materi, kegunaan bahan ajar, serta kualitas teknik dengan skor masing-
masing.Dengan hasil perolehan skor demikian maka produk bahan ajar sudah layak
dari dari segi penilaian mahasiswa dengan megacu pada ketentuan bahwa bahan ajar
dinyatakan layak apabila perhitungan skor minimal termasuk pada kriteria baik.
Hasil observasi yang dilakukan pada ketiga tahap uji lapangan menunjukkan
bahwa produk bahan ajar yang dikembangkan dalam tahap uji coba terlihat mampu
menarik minat mahasiswa untuk membaca bahan ajar tersebut. Setelah bahan ajar
dibagikan kepada mahasiswa, nampak mahasiswa antusias membaca bahan ajar
tersebut. Ketertarikan mahasiswa terhadap bahan ajar merupakan gejala yang baik
untuk meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. Awalnya mahasiswa merasa kurang
tertarik terhadap materi sejarah afrika karena dianggap membosankan dan tidak
kontekstual. Bahan Ajar yang dikembangkan disini dapat berperan sebagai alternatif
sumber belajar mahasiswa yang lebih menarik dibandingkan dengan hanya membaca
literature grand narrative sehingga melalui bahan ajar ini mahasiswa memiliki alternatif
sumber belajar lain disamping literature-literatur yang biasa mereka gunakan. Dari

Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah, Vol. 5 No. 1 Januari 2020 hlm 23-34
P-ISSN: 2460-5786 E-ISSN: 2684-9607

34

ketiga tahap uji coba lapangan tersebut, tidak dilakukan proses revisi terhadap produk
bahan ajar yang dikembangkan. Selama uji coba lapangan dilaksanakan tidak
ditemukan kendala yang berarti sehingga mengaharuskan dilakukan revisi. Hal ini
sejalah dengan pendapat Sugiyono (2010: 426) bahwa revisi produk dilakukan apabila
terdapat kekurangan dan kelemahan.

Referensi

Banks, A. James (1961). Multicultural Education; Issues and Perspectives.Wiley:
University of Washington.
Borg, W. R. & Gall, M. D. (2003). Educational research, New York: Allyn & Bacon
Hamid Hasan, Said (2017). Pendidikan Sejarah Untuk Membangun Manusia Baru
Indonesia. Jurnal Mimbar Pendidikan Vol.20 No.1.
Hasan, Said Hamid, “Kurikulum Berbasis Kompetensi Berdasarkan SK Mendiknas
232/U/2000 dan Alternatif Pemecahannya”, Seminar Nasional di Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY), 11 Mei 2002.
Mbulu Joseph. 2001. Pengajaran Individual. Malang: Penerbit Yayasan Elang Mas.
Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Said Hamid Hasan. (2011). Kurikulum dan Tujuan Pendidikan. Bandung: Rizki Press
Sugiono. (2010). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Supardi. (2005). Pendidikan Multikulturalisme. Yogyakarta: UII Press
Syaodih Nana Sukmadinata. (2013).Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: PT
RemajaRosdakarya
Wasino. (2010). Pembelajaran IPS Dalam Realita Di Era KTSP: Studi Eksplorasi
Pelaksanaan Pembelajaran IPS Pada SMP Di Kabupaten Pati. Paramita Vol. 20
No. 2. Hlm. 179.