Jurnal Arjuna: Publikasi Ilmu Pendidikan, Bahasa dan Matematika
Vol. 2 No. 1 Februari 2024
e-ISSN : 3021-8136, p-ISSN : 3021-8144, Hal 165-174
DOI: https://doi.org/10.61132/arjuna.v2i1.474
Received: November 20, 2023; Accepted: Desember 20, 2023; Published: February 28, 2024
*

Asri Hanifah Ambarwati, [email protected]




Analisis Literasi Kimia: Pentingnya Pemahaman Konsep Kimia di Sekolah
Menengah

Asri Hanifah Ambarwati
1
, Hurul Aini
2
, Nasywaa Syahra Putri
3
, Nazwa Karin
Fadillah
4

Universitas Pendidikan Indonesia

Alamat: Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154, Jawa Barat - Indonesia
Korespondensi penulis: [email protected]


Abstract. Developing scientific literacy in students is the main objective of any reform in science education.
Scientific literacy is one of the most significant competencies of the 21st century. One problem with science
education in Indonesia is that students fail to give enough attention to the knowledge that has already been taught,
which results in a lack of scientific comprehension. By observing how the student responded to the student's
collaboration abilities during their chemical studies from the viewpoint of the chemical literacy teacher, the study
was trying to figure out how well second-year students understood chemical literacy on the level of a problem. In
order to ascertain high school chemical literacy, a descriptive research design and quantitative methodology
were employed in the study. The interview guides and chemical literacy questionnaires, which provide data on
students' understanding of chemical literacy, are the study's instruments. Students from high schools in cities and
villages, both regular and vocational, are the subjects of the study. Studies show that 39% of respondents agreed
that high school students had very little understanding of the concept of chemistry. It is further supported by the
opinions of a few of the chemical teachers who teach the XI class.

Keywords: Chemical, Education, Literacy, Science, Understanding


Abstrak. Mengembangkan literasi ilmiah pada siswa adalah tujuan utama dari setiap reformasi dalam pendidikan
sains. Literasi ilmiah adalah salah satu kompetensi paling signifikan di abad kedua puluh satu. Salah satu masalah
dengan pendidikan sains di Indonesia adalah bahwa rendahnya tingkat pemahaman siswa karena kurangnya
perhatian terhadap materi yang telah diajarkan. Analisis penelitian ini, dilakukan untuk mengidentifikasi
kemampuan pemahaman siswa kelas XI sekolah menengah mengenai literasi kimia berdasarkan tingkat soal-soal
yang diberikan dengan diperkuat oleh perspektif dari guru kimia, melihat bagaimana reaksi siswa terhadap
keterampilan kolaboratifnya saat belajar kimia. Untuk memahami literasi kimia di sekolah menengah, penelitian
ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang dikombinasikan dengan pendekatan penelitian kuantitatif.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa wawancara dan kuesioner literasi kimia yang berisi
bagaimana pemahaman siswa tentang literasi kimia. Penelitian ini dilakukan pada siswa sekolah menengah baik
Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berlokasi di kota maupun di
desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemaham literasi konsep kimia di sekolah menengah tergolong
sangatlah rendah yaitu 39% dari responden yang berbeda-beda, hal ini juga diperkuat oleh perspektif dari beberapa
guru kimia yang mengajar pada kelas XI.

Kata kunci: Kimia, Literasi, Pemahaman, Pendidikan, Sains


LATAR BELAKANG
Di sekolah, literasi sains bukanlah hal baru. Di antara 16 kompetensi yang disoroti oleh
Forum Ekonomi Dunia, literasi sains adalah salah satu kemampuan/keterampilan yang akan
diperlukan di abad kedua puluh satu (Wefusa, 2015). Pada era saat ini, pendidikan berperan
penting untuk membantu siswa meningkatkan keterampilan dan kemampuan untuk hidup
dalam tantangan kehidupan global. Mendidik masyarakat untuk memperoleh budaya ilmiah
adalah tujuan utama dari setiap reformasi pendidikan sains (DeBoer, 2000). Kami dapat

Analisis Literasi Kimia: Pentingnya Pemahaman Konsep Kimia di Sekolah Menengah
166 JURNAL ARJUNA – VOLUME. 2, NO. 1, FEBRUARI 2024



menemukan kelebihan dan kelemahan siswa Indonesia dalam mata pelajaran sains,
matematika, dan membaca melalui studi oleh PISA (Programme for International Student
Assessment), jadi ini adalah sesuatu yang perlu ditanggapi dengan serius ketika membuat
kebijakan pendidikan (Depdiknas, 2007). Meskipun Indonesia masih rutin mengikuti PISA,
namun tingkat literasi sains pelajar Indonesia masih di bawah rata-rata OECD (Organization
for Economic Cooperation and Development). Berdasarkan hasil studi yang dilakukan PISA
pada tahun 2018, tingkat pengetahuan ilmiah pelajar Indonesia hanya menempati peringkat 70
dari total 78 negara peserta dengan skor rata-rata 396 (OECD, 2019), mengalami penurunan
dari hasil studi tahun 2015 yang menduduki peringkat 62 dari 70 negara peserta, dengan skor
negara peserta rata-rata 396 (OECD, 2019). Skor rata-ratanya adalah 403. Salah satu dari
permasalahan pendidikan ilmiah di Indonesia yaitu rendahnya tingkat pemahaman ilmiah siswa
karena kurangnya perhatian mengenai materi pelajaran yang sudah diajarkan (Imansari dkk.,
2018). Literasi sains merupakan kemampuan mengelola dan memahami pengetahuan yang
berkaitan dengan sains guna mengembangkan sikap dan keterampilan mengidentifikasi
pertanyaan dan memecahkan masalah kehidupan nyata dengan menggunakan sains dan (Aditya
dan Indana, 2022) berpendapat bahwa literasi sains sangat penting karena saat ini siswa dituntut
untuk memiliki: (1) pengetahuan teoritis dan penguasaan gagasan ilmiah serta prinsip
kualifikasi yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam lingkungan digital; (2) mempunyai
kemampuan mengorganisasikan dan menemukan jawaban atas permasalahan yang timbul dari
rasa ingin tahu dan berkaitan dengan kehidupan; (3) dapat mendeskripsikan dan memprediksi
fenomena; (4) dapat memimpin diskusi sosial terkait pengetahuan konseptual; (5) dapat
mengidentifikasi permasalahan ilmu pengetahuan dan teknologi; (6) mampu mengkaji
informasi ilmiah berdasarkan sumber dan metode; (7) dapat menarik kesimpulan.
Menurut penelitian oleh Saija (2019) dan Prastiwi dkk., (2017) dalam (Aprilianti
Mutmainah dkk., 2023) keterampilan literasi kimia siswa masih relatif rata-rata. Ini disebabkan
oleh fakta bahwa kimia adalah subjek abstrak dan menantang untuk dipelajari. Literasi kimia
didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk secara efektif dan efisien memahami dan
menerapkan konsep-konsep kimia dasar dalam kehidupan sehari-hari, dapat dipengaruhi oleh
pemahaman siswa yang kuat tentang konsep kimia (Fajri dan Yusmaita, 2021). Kemampuan
seseorang dalam memahami informasi mengenai hukum dan teori kimia, sifat partikel dan
penerapan ilmu dasar kimia dalam kehidupan nyata dikenal dengan literasi kimia (Imansari &
Sumarni, 2018). Menjelaskan fenomena dengan menggunakan konsep kimia dan

e-ISSN : 3021-8136, p-ISSN : 3021-8144, Hal 165-174
menggunakan pemahaman kimia dalam memecahkan masalah menjadi indikator literasi kimia
yang digunakan untuk menilai kemampuan literasi kimia siswa.
Memiliki sumber daya manusia yang baik memerlukan perbaikan dan inovasi di bidang
pendidikan, untuk mendorong pengembangan potensi kemampuan siswa, langkah pertama
yang dapat dilakukan adalah mengetahui dan memahami seluruh potensi mahasiswa di
berbagai bidang. (Kurniati dkk., 2016). Selain itu, melalui penelitian ini, kemampuan literasi
siswa sekolah menengah dianalisis untuk mengetahui keterampilan literasi kimia dan tingkat
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Membandingkan perkembangan literasi antara siswa di
wilayah atau negara lain dapat dijadikan bahan evaluasi untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
Beberapa penelitian tentang kesulitan belajar kimia telah dilakukan, dengan hasil yang
menunjukkan bahwa terdapat siswa-siswi yang dapat dengan mudah mempelajari dan
memahami materi pelajaran lain, tetapi dalam mempelajari dan memahami materi prinsip dan
konsep kimia, siswa-siswi merasa kesulitan. Bahkan, nyatanya konsep kimia memiliki
karakteristik yang berbeda dari ilmu-ilmu lain, sehingga metode pembelajarannya berbeda.
(Maulyda dkk., 2020). Sementara itu temuan penelitian lain menunjukkan bahwa secara umum
siswa lebih memilih mempelajari ilmu kimia menggunakan cara menghafal dibandingkan
dengan aktif mengembangkan pemahamannya sendiri terhadap konsep kimia (Hidayati dkk.,
2020). Banyak penelitian menyatakan bahwa bekerja sama dapat memotivasi siswa yang lebih
memilih belajar secara mendalam untuk berpartisipasi dalam kelompok kolaboratif (Kuisma,
2007). Meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dapat membantu meningkatkan
kemahiran literasi sains (kimia) (Laksono, 2018). Pengukuran literasi kimia siswa dilakukan
untuk mengukur pemahaman ilmu kimia mereka. Menurut Saija (2019) dalam pendidikan,
guru harus mampu menerapkan kemampuan literasi kimia dalam berbagai cara, strategi atau
bentuk, serta mengembangkan pertanyaan dan penelitian sehingga dapat meningkatkan
kemampuan berliterasi. Selain itu, guru menerapkan sistem belajar secara berkelompok sebagai
fasilitas untuk membantu siswa memperoleh keterampilan kolaboratif dan sebagai
pengedukasian atau penguasaan suatu materi pembelajaran (Frykedal & Chiriac, 2011).
Analisis literasi kimia ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana reaksi siswa mengenai
keterampilan kolaboratif ketika belajar kimia. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk
mengidentifikasi sejauh mana kemampuan siswa sekolah menengah kelas XI dalam memahami
bahan bacaan literasi kimia dengan menganalisis pertanyaan yang diberikan dan diperkuat oleh
perspektif dari guru kimia.

Analisis Literasi Kimia: Pentingnya Pemahaman Konsep Kimia di Sekolah Menengah
168 JURNAL ARJUNA – VOLUME. 2, NO. 1, FEBRUARI 2024



METODE PENELITIAN
Untuk memastikan literasi kimia di sekolah menengah, penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif bersamaan dengan desain penelitian deskriptif. Dalam penelitian,
pemilihan siswa kelas XI didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu: 1) Sekolah Menengah
Atas (SMA); 2) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); dan 3) lokasi sekolah. Data penelitian
diperoleh dengan memberikan kuesioner literasi kimia kepada siswa sekolah menengah kelas
XI yang disebarkan melalui media sosial WhatsApp pada tanggal 06-10 November 2023 dan
diisi oleh 25 responden. Melakukan wawancara singkat kepada beberapa siswa dan guru
sekolah menengah yang hasilnya digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh terkait
literasi kimia.
Penelitian yang bertujuan untuk mengkarakterisasi fenomena yang ada, termasuk
fenomena alam dan buatan, dikenal sebagai penelitian deskriptif (Linarwati dkk., 2016).
Sedangkan penelitian dengan pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan menggunakan
angka (numerik) untuk melakukan pengumpulan data, pengukuran dan perhitungan data
tersebut sehingga dapat ditafsirkan dan ditampilkan hasil dari data tersebut.
Berdasarkan rancangan penelitian di atas, kuesioner literasi kimia dan panduan
wawancara adalah instrumen penelitian ini. Soal-soal yang diberikan pada siswa berisi
bagaimana pemahaman siswa tentang literasi kimia. Menggunakan konsep kimia untuk
menjelaskan fenomena dan menerapkan pemahaman kimia untuk pemecahan masalah adalah
dua literasi kimia yang tercakup dalam masalah. Soal dalam bentuk pilihan ganda dari materi
kimia kelas XI disusun menurut berbagai aspek literasi kimia, mengandung pertanyaan yang
pengerjaannya dengan menentukan jawaban yang tepat berdasarkan informasi yang
didapatkan. Dengan demikian, penilaian dari soal literasi ini akan menentukan tinggi, sedang
atau rendah tingkat literasi dari siswa sekolah menengah kelas XI. Panduan wawancara
mencakup pertanyaan yang diajukan kepada beberapa guru kimia di sekolah menengah yang
telah ditentukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil tes kemampuan literasi kimia menerapkan instrumen Google Form sebagai
media kuesioner dan beberapa data hasil penelitian yang akan ditampilkan sebagai grafik,
tabel, dan analisis deskriptif.

e-ISSN : 3021-8136, p-ISSN : 3021-8144, Hal 165-174

Grafik 1. Hasil Uji Total Poin Penilaian
Hasil tes pengujian literasi kimia menunjukkan bahwa hasil skor rata-rata yang
diperoleh responden sangat rendah. Sangat sedikit siswa yang memperoleh nilai tinggi,
hampir semua siswa memperoleh nilai dibawah rata-rata. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
banyak siswa yang masih harus membutuhkan pemahaman konsep kimia di sekolah
menengah. Padahal sejatinya, pemahaman siswa mengenai konsep atau literasi kimia di
sekolah menengah khususnya pada kelas XI seharusnya sudah banyak mengalami
peningkatan dibandingkan dengan pemahaman konsep kimia dari kelas X. Seharusnya para
siswa kelas XI cenderung memiliki tingkat pemahaman yang relatif tinggi, namun berbanding
terbalik justru memiliki tingkat pemahaman yang relatif rendah.
Tabel 1. Kemampuan Literasi Kimia Siswa dari Beberapa Materi Kimia
No Aspek Persentase Kategori
1 Menggunakan pemahaman hidrokarbon
dalam memecahkan masalah
36% Sedang
2. Menggunakan pemahaman asam basa dalam
memecahkan masalah
40% Ringan
3. Menjelaskan fenomena dengan menggunakan
konsep kimia
40% Sulit
Rerata 39%
Dilihat dari data yang kami peroleh mengenai kemampuan literasi kimia siswa sekolah
menengah, disini kami meneliti siswa kelas XI yang menunjukkan bahwa kemampuan literasi
kimia mereka masuk kedalam kategori rendah dilihat dari dua aspek yang kami teliti, yaitu
dengan menggunakan pemahaman kimia dalam memecahkan masalah dan menjelaskan
fenomena dengan menggunakan konsep kimia. Menggunakan beberapa materi kimia kelas XI
yang diujikan dalam penelitian ini ternyata kurang dipahami oleh para siswa yang akhirnya

Analisis Literasi Kimia: Pentingnya Pemahaman Konsep Kimia di Sekolah Menengah
170 JURNAL ARJUNA – VOLUME. 2, NO. 1, FEBRUARI 2024



membuat mereka kesulitan dalam memahami soal-soal yang diberikan. Hal ini bisa terjadi
salah satunya dikarenakan rendahnya tingkat literasi kimia para siswa.
1. Menggunakan Pemahaman Hidrokarbon dan Asam Basa dalam Memecahkan Masalah
Tabel 2. Aspek Penilaian
Aspek Literasi Kimia Indikator Soal Jenis
Instrumen
Nomor Soal Persentase
Menggunakan
pemahaman hidrokarbon
dalam memecahkan
masalah
Siswa dapat
menganalisis
hubungan hujan
dengan logam terhadap
bangunan
Pilihan ganda 1 28%
Siswa dapat
mengidentifikasi
perubahan warna
lakmus disebabkan air
hujan asam
Pilihan ganda 2 36%
Siswa dapat
menganalisis spesi
asam Arrhenius
Pilihan ganda 3 36%
Siswa dapat
menentukan faktor
penghilang asam pada
tanah
Pilihan ganda 4 56%
Menggunakan
pemahaman asam dan
basa dalam memecahkan
masalah
Siswa dapat
menentukan
persamaan reaksi
NaHCO3 dengan asam
yang tepat
Pilihan ganda 5 40%
Persentase yang dihasilkan dari aspek pemahaman hidrokarbon dan asam dan
basa dalam memecahkan masalah ini menunjukkan hasil yang relatif rendah. Hal ini
diperoleh berdasarkan hasil rata-rata siswa pada tiap-tiap indikator dari aspek literasi
kimia yang diteliti. Para siswa cenderung belum memiliki pemahaman yang matang
mengenai materi hidrokarbon dan menerapkannya untuk memecahkan suatu masalah.
Ini menunjukkan bahwa siswa kurang terampil dalam menggunakan kemampuan
berpikirnya dalam memecahkan masalah yang ada pada indikator soal.
Ada satu indikator soal yang memiliki hasil persentase yang relatif tinggi, yaitu
pada indikator soal yang menentukan faktor penghilang asam pada tanah, pada
indikator soal ini para siswa cukup memiliki pemahaman konsep yang tinggi.
Walaupun demikian, lebih baik lagi jika para siswa memiliki pemahaman konsep
literasi pada seluruh indikator soal yang diberikan. Siswa perlu dilatih untuk

e-ISSN : 3021-8136, p-ISSN : 3021-8144, Hal 165-174
menghubungkan suatu konsep materi dengan kehidupan sehari-harinya agar memiliki
kemampuan literasi yang baik (Anggraeni dkk., 2020). Jadi, pembelajaran kimia tidak
hanya tentang memahami konsep, namun siswa juga harus mampu menerapkan
pemahaman dan konsepnya untuk memecahkan masalah seharihari yang berkaitan
dengan topik yang dipelajari (Dewi dkk., 2022).
2. Menjelaskan Fenomena Menggunakan Konsep Kimia
Tabel 3. Aspek Penilaian
Aspek Literasi
Kimia
Indikator Soal Jenis
Instrumen
Nomor Soal Persentase
Menjelaskan
fenomena
menggunakan
konsep kimia
Siswa dapat menentukan
bilangan kuantum elektron
untuk natrium
Pilihan ganda 6 20%
Siswa dapat mengetahui tentang
senyawa karbon pada minyak
bumi
Pilihan ganda 7 20%
Siswa dapat mengidentifikasi
fraksi hasil pengolahan minyak
bumi
Pilihan ganda 8 28%
Siswa dapat menganalisis jenis
jenis senyawa karbon
Pilihan ganda 9 16%
Siswa dapat mengidentifikasi
sumber bahan bakar LPG dan
LNG
Pilihan ganda 10 40%
Hampir semua siswa kebanyakan kurang memiliki pemahaman yang matang
mengenai fenomena yang menggunakan konsep kimia, hampir semua indikator soal
memiliki jumlah persentase yang relatif rendah, hal ini menunjukkan bahwa para siswa
kurang memiliki pemahaman mengenai fenomena dengan menggunakan konsep kimia.
Siswa diharuskan lebih banyak belajar dan berlatih, dengan memperbanyak literasi
kimia bisa membuat pemahaman tentang konsep kimia ini jauh lebih matang.
Oleh karena itu, diharapkan bahwa guru akan dapat membiasakan siswa dalam
pembelajaran yang menerapkan literasi kimia agar mereka mendapatkan kemampuan
literasi kimia yang baik. Misalnya, guru dapat memulai pembelajaran yang
menampilkan dan menerapkan konsep kimia fenomena yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari. Ini akan meningkatkan pemahaman siswa sehingga siswa dapat
menentukan adanya hubungan antara fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari dengan materi yang sedang dipelajari.

Analisis Literasi Kimia: Pentingnya Pemahaman Konsep Kimia di Sekolah Menengah
172 JURNAL ARJUNA – VOLUME. 2, NO. 1, FEBRUARI 2024



KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil dari penelitian yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa siswa di sekolah
menengah memiliki tingkat literasi konsep kimia yang relatif rendah. Ini disebabkan dari
kurang terbiasanya siswa dengan soal literasi (terutama literasi sains/kimia) yang melibatkan
kebiasaan dan kemampuan membaca informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan.
Hal ini juga diperkuat oleh perspektif dari beberapa guru kimia yang mengajar pada kelas XI,
bahwa siswa kelas XI memiliki tingkat literasi rendah yang disebabkan karena para siswa
tidak terbiasa untuk membaca buku atau artikel mengenai ilmu kimia.
Penerapan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif memiliki kelebihan yaitu
memungkinkan kami sebagai peneliti untuk langsung mengetahui seberapa besar pemahaman
literasi kimia di kalangan siswa di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) baik itu di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan.
Berikut adalah beberapa kemungkinan saran: (1) Bagi siswa Sekolah Menengah.
Disarankan untuk lebih banyak mempelajari lebih lanjut mengenai suatu materi kimia di buku
literatur kimia atau di Internet. Karena dengan begitu, siswa akan mengenal kosakata ilmiah
yang lebih banyak. Namun, karena tidak semua informasi di internet kredibilitasnya terjamin
yang mana dapat menyebabkan miskonsepsi, maka siswa dianjurkan bisa memilih sumber yang
relevan dengan membaca informasi dengan seksama. Siswa di sekolah menengah harus
mengikuti panduan ini untuk memastikan bahwa informasi yang mereka pelajari mudah
dipahami dan bahwa apa yang mereka temukan tidak mudah dilupakan. (2) Bagi Guru.
Disarankan agar memfasilitasi buku-buku literatur kimia dan menugaskan membaca buku-
buku literatur kimia agar mereka (siswa sekolah menengah) dapat lebih banyak literasi
meskipun dalam kondisi keterpaksaan.
DAFTAR REFERENSI
Aditya, R. F., & Indana, S. 2022. Analysis of Science Literation Indicators in Cell Materials in
Student Handbooks. 11(1),148–154.
Anggraeni, A Y, Wardanı, S., & Hidayah, A N. 2020. Profil peningkatan kemampuan literasi
kimia siswa melalui pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kontekstual. Jurnal
Inovasi Pendidikan Kimia, 14(1), 2512-2523)
Aprilianti Mutmainah, V., Junaidi, E., & Wahidah Al-Idrus, S. 2023. CHEMISTRY
EDUCATION PRACTICE ANALISIS TINGKAT LITERASI KIMIA SISWA
KELAS XI DI SMAN 1 MATARAM.

e-ISSN : 3021-8136, p-ISSN : 3021-8144, Hal 165-174
Bybee, R., McCrae, B., & Laurie, R. (2009). PISA 2006: An assessment of scientific
literacy. Journal of Research in Science Teaching, 46(8), 865–883.
https://doi.org/10.1002/tea.20333.
DeBoer, G. E. 2000. Scientific literacy: Another look at its historical and contemporary
meanings and its relationship to science education reform. Journal of Research in
Science Teaching, 37(6), 582-601.
Depdiknas. 2007. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur,
Balitbang Depdiknas.
Dewi, C. A., Rahayu, S., Muntolib, & Parlan. 2022. Pentingnya Mengoptimalkan Literasi
Kimia Melalui Pembelajaran Berbasis Isu-isu Sosiosaintifik Di Abad Ke-21.
Proceeding Seminar Nasional IPA, 348–359
Forslund Frykedal, K., & Hammar Chiriac, E. 2011. Assessment of Students’ Learning When
Working in Groups. Educational Research, 53, 331-345.
https://doi.org/10.1080/00131881.2011.598661.
Hidayanti, E., Rudyat, L., Savalas, T., & Ardhuha, J. 2020. Keterampilan Kolaborasi: Solusi
Kesulitan Belajar Siswa SMA dalam Mempelajari Kimia.
Imansari, M., Sumarni, W., & Sudarmin. 2018. Analisis Literasi Kimia Peserta Didik melalui
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Bermuatan Etnosains. Jurnal Inovasi Pendidikan
Kimia, 12(2), 2201–2211.
Khairul Fajri, N. M. A., & Yusmaita, E. 2021. Analisis Literasi Kimia Peserta Didik di SMAN
1 Batam pada Topik Hukum-Hukum Dasar Kimia dengan Model Rasch. JURNAL
EKSAKTA PENDIDIKAN (JEP), 5(1), 102–109. https://doi.org/10.24036/jep/vol5-
iss1/576.
Kuisma, R. 2007. Portfolio assessment of and undergraduate group project. Assessment and
Evaluation in Higher Education 32(1): 557–69.
Kurniati, D., Harimukti, R., & Jamil, N. A. 2016. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
SMP di Kabupaten Jember dalam menyelesaikan soal berstandar PISA. Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), 142–155.
https://doi.org/10.21831/pep.v20i2.8058.
Laksono, E. W. (2018). Development and Validation of an Integrated Assessment Instrument
to Assess Students’ Analytical Thinking Skills in Chemical Literacy. Dalam
International Journal of Instruction (Vol. 11, Nomor 4). www.e-iji.net.
Linarwati, M., Fathoni, A., Minarsih, M. M., Jurusan, M., Fakultas, M., Dan, E., Universitas,
B., Semarang, P., Dosen, ), & Manajemen, J. 2016. STUDI DESKRIPTIF
PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA SERTA
PENGGUNAAN METODE BEHAVIORAL EVENT INTERVIEW DALAM
MEREKRUT KARYAWAN BARU DI BANK MEGA CABANG KUDUS. Dalam
Journal of Management (Vol. 2, Nomor 2).
Maulyda. M.A., Budiharjo, A., Erfan, M., Radha R. Level Berpikir Metakognisi Mahasiswa
Selama Perkuliahan Online di Masa Pandemi. Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif. 2020; 3(6): 679-690. DOI: 10.22460/jpmi.v3i6.679-690.
Organization for Economic Co-operation and Development (OECD-PISA). 2019. Assessment
of scientific literacy in the OECD /Pisa project, http://www.pisa.oecd.org/

Analisis Literasi Kimia: Pentingnya Pemahaman Konsep Kimia di Sekolah Menengah
174 JURNAL ARJUNA – VOLUME. 2, NO. 1, FEBRUARI 2024



Prastiwi, M. N. B., Rahmah, N., Khayati, N., Utami, D. P., Primastuti, M., & Majid, A. N.
(2017). Studi kemampuan literasi kimia peserta didik pada materi elektrokimia.
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY, 21, 101–108.
Saija, M., & Namakule, U. 2019). Profil kemampuan literasi kimia siswa SMA negeri 3
Ambon. Jurnal Kiprah, 7(2), 99–106.
World Economic Forum. 2015. World Economic Forum. 2015. New Vision for Education
Unlocking the Potential of
Technology.http://www3.weforum.org/docs/WEFUSA_NewVisionforEducation_Rep
ort2015.pdf (Retrived 1st August 2017.)