Jurnal Gizi Aisyah, Vol.4., No.2, Agustus 2021 │ 35-41
e-ISSN 2686-3537, p-ISSN 2686-2441

35

JURNAL GIZI AISYAH
Universitas Aisyah Pringsewu
Vol.4, No.2, Agustus, 2021


HUBUNGAN KEJADIAN DIARE DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
KELURAHAN SIDOREJO KECAMATAN KABUPATEN TUBAN
Moh. Zainul Ma'arif
1
, Dian Ayu Ainun Nafies
1
, Suparmi
2

1
Program Studi S1 Ilmu Gizi, InstitutIlmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
2
Program Studi S1 Keperawatan, InstitutIlmu Kesehatan Nahdlatul Ulama Tuban
Email : [email protected]



ABSTRAK

Masalah gizi anak pada umumnya merupakan akibat dari ketidakseimbangan antara
asupan dan keluaran, asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya. Terlepas dari
kesalahan dalam memilih makanan yang akan disantap. Salah satu penyebab
ketidakseimbangan gizi pada balita adalah diare. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kejadian diare dengan status gizi balita di Kabupaten Tuban.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan korelasional.
Populasi sebanyak 555 responden dan diperoleh sampel sebanyak 85 responden. Teknik
pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Status gizi pada balita
menggunakan pengukuran berat badan untuk menghitung nilai Z-Score WHO 2007,
sedangkan kejadian diare diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data
diuji menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
hubungan signifikan kejadian diare dengan status gizi balita (p value = 0,00, r = 0,570).
Kata kunci: kejadian diare; status gizi; balita.

ABSTRACT

Nutrition problems among children are generally caused by an imbalance of intake and
expenditure, excessive intake and less expenditure or vice versa. Regardless of the
mistakes in choosing food to eat. One of the causes of nutritional imbalance among
children is diarrhea. This study aims to determine the relationship between the
occurrence of diarrhea and the nutritional status among children aged 0-5 years old in
Tuban Regency. This type of study was an observational analytic correlation. The
population of this study were 555 and 85 respondents are obtained as subject. The
sampling technique of this study was cluster random sampling. The nutritional status
among childrens used body weight measurement to calculate the Z-Score based on
WHO (2007), while the occurrence of diarrhea was obtained through interviews by
using questionnaire. The data were analyzed by using the Rank Spearman test. The
result of this study showed that there is a significant relationship between diarrhea and
the nutritional status among chilren 0-5 years old (p value = 0.00, r = 0.570).
Keyword: Diarrhea, Nutritional Status, Children.

JurnalGiziAisyah, Vol.1., No.2, Agustus 2021 │ 1-7
e-ISSN 2686-3537, p-ISSN 2686-2441

36

PENDAHULUAN

Masalah gizi anak merupakan
dampak dari ketidakseimbangan antara
asupan dan keluaran zat gizi, yaitu
asupan yang melebihi keluaran atau
sebaliknya (Marimbi, 2010). Salah satu
penyebab ketidakseimbangan gizi pada
balita adalah diare. Diare merupakan
suatu keadaan gangguan Buang Air
Besar (BAB) yang ditandai dengan
peningkatan volume, keenceran, serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari, serta
dapat disertai darah (Kemenkes RI,
2013). Diare masih menjadi masalah
global dengan derajat kesakitan dan
kematian cukup tinggi pada anak balita
di negara berkembang (Hartati &
Nurazila, 2018). Data WHO
menunjukkan angka kematian akibat
diare di dunia mencapai 11% dan
kelompok balita beresiko paling tinggi,
lebih dari 760 ribu balita meninggal
setiap tahun akibat diare (WHO, 2013).
Masalah diare di Indonesia masih
menjadi salah satu Kejadian Luar Biasa
(KLB), yang sering terjadi di daerah
dengan pengendalian faktor risiko yang
rendah, seperti cakupan perilaku hidup
bersih dan sanitasi yang rendah sering
menjadi faktor risiko terjadinya KLB
diare (Kemenkes RI, 2011). Data
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan
terjadi peningkatan prevalensi diare pada
balita dari tahun 2013 sebesar 2,4%
menjadi 11% (Kemenkes RI, 2018).
Selain itu, hingga tahun 2018 diare masih
menjadi 10 besar KLB di Provinsi Jawa
Timur (Dinkes Provinsi Jatim, 2018).
Berdasarkan data yang di kelola
oleh Puskesmas Tuban dari 9 Kelurahan
didapatkan 3 Kelurahan dengan
prevalensi balita gizi buruk atau gizi
kurang tertinggi di Kelurahan Sidorejo
(2,8%), Mondokan (2,7%) dan
Kembangbilo (1,9%). Selain itu, pada
tahun 2011 kejadian diare di Kabupaten
Tuban masih dalam kategori cukup
tinggi yaitu sebanyak 65,31% total
penduduk, dan sebanyak 3.401 (12%)
kasus diare terjadi pada balita. Hingga
tahun 2017, diare masih menjadi 6 besar
penyebab kematian pada bayi (Dinkes
Kabupaten Tuban, 2017).
Hasil survey pendahuluan di
Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Tuban,
Kabupaten Tuban pada bulan Januari
2018 didapatkan jumlah balita sebanyak
555 balita. Wawancara pada 10 ibu balita
di Kelurahan Sidorejo, 5 balita (50%) di
Bawah Garis Merah (BGM) sering
mengalami diare, sedangkan 5 balita lain
(50%) diatas garis merah, 3 balita tidak
pernah diare dan 2 balita jarang diare
dalam tiga bulan terakhir.
Penilaian status gizi pada anak
dilakukan dengan pengukuran
antropometri, klinis, biokimia, dan
biofisik. Parameter penilaian
antropometri anak didasarkan pada berat
badan dan panjang/tinggi badan yang
terdiri dari 4 (empat) indeks, meliputi:
Berat badan menurut Umur (BB/U);
Panjang /Tinggi Badan menurut Umur
(PB/U atau TB/U); Berat Badan menurut
Panjang /Tinggi Badan (BB/PB atau
BB/TB); dan Indeks Massa Tubuh
menurut Umur (IMT/U). Klasifikasi
status gizi anak berdasarkan BB/PB
dibagi menjadi 3 yaitu : status gizi baik,
status gizi kurang dan status giziburuk
(Supariasa, 2012).
Hasil penelitian Kurniawati dan
Martini (2016), menunjukkan bahwa
kejadian diare berhubungan dengan
status gizi pada anak berdasarkan
indikator BB/U dan PB/U, status
imunisasi campak, pola pemberian ASI,
dan pengetahuan ibu. Penelitian
sebelumnya oleh Adisasmito (2007),
menunjukkan hubungan yang bermakna
antara kejadian diare dengan status gizi.
Diare banyak terjadi pada anak dengan
status gizi kurang.
Oleh karena itu, berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan, penelitian

JurnalGiziAisyah, Vol.1., No.2, Agustus 2021 │ 1-7
e-ISSN 2686-3537, p-ISSN 2686-2441

37

ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan kejadian diare dengan status
gizi balita di Kabupaten Tuban.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan
penelitian analitik observasional dengan
desain penelitian korelasional yang
mencari hubungan dua variabel yaitu
variabel independen kejadian diare
dengan variabel dependen status gizi
balita.
Penelitian ini dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Tuban, Kabupaten
Tuban, Jawa Timur dengan besar sampel
85 balita. Teknik pengambilan sampel
dengan teknik cluster random sampling,
yaitu dengan memilih 85 balita sebagai
sampel secara acak dari 555 populasi dan
telah menyetujui inform consent yang
telah diberikan sebelumnya. Penelitian
ini telah disetujui oleh Komisi Etik
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nahdlatul Ulama Tuban Nomor
094/LEPK.STIKESNU/IV/2020.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner untuk
mengetahui kejadian diare melalui
wawancara dan timbangan berat badan
untuk mengetahui berat badan untuk
menghitung nilai Z-Score berdasarkan
BB/U WHO 2007. Setelah mendapatkan
hasil dari penyebaran kuesioner dari
responden kemudian dikelompokan
dalam tabulasi data kemudian
diprosentasikan. Setelah data diperoleh,
data observasiakan di
masukkankedalamtabulasi data dan
dianalisa dengan uji analisa Uji Korelasi
dari Rank Spearman. dengan SPSS versi
21 dan taraf kesalahan 5%.

HASIL PENELITIAN

Sebanyak 85 balita yang
berpartisipasi dalam penelitian ini
meliputi 53 perempuan dan 32 laki-laki.
Berdasarkan hasil pengumpulan data
diketahui bahwa dari 85 balita di
Kelurahan Sidorejo, sebanyak 43 balita
(50,6%) tidak pernah mengalami diare,
sedangkan yang sering mengalami diare
sebanyak 6 anak (7%) (Tabel 1).
Berdasarkan hasil pengumpulan
data diketahui dari 85 balita di Kelurahan
Sidorejo, sebanyak 48 balita (47,1%)
mengalami gizi kurang (Tabel 2).

Tabel 1. Karakteristik Responden
(N=85)
Variabel Value n (%) n
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Kejadian
Diare
Tidak pernah
Jarang
Sering
Status Gizi
Lebih
Baik
Kurang
Buruk

62.3
37.6


50.6
42.4
7

1.2
38,8
56,5
3,5

53
32


43
36
6

1
33
48
3

Masalah status gizi kurang pada
umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang
baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang gizi, menu seimbang dan
kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi
(iodium). Empat masalah gizi utama
yang dikenal adalah kurang energi
protein, anemia gizi besi, GAKI dan
KVA. Adapun faktor-faktor yang lain
yang mempengaruhi status gizi pada
balita selain diare di antaranya,
ketidaktahuan akan hubungan makanan
dan kesehatan, prasangka buruk terhadap
bahan makanan tertentu, adanya
kebiasaan atau pantangan yang
merugikan, kesukaan yang berlebihan
terhadap jenis makanan tertentu, jarak
kelahiran yang terlalu rapat, sosial
ekonomi, akibat gizi yang tidak

JurnalGiziAisyah, Vol.1., No.2, Agustus 2021 │ 1-7
e-ISSN 2686-3537, p-ISSN 2686-2441

38

seimbang, kekurangan energi dan protein
(Christy, 2014).
Walaupun sebagian besar balita di
Kelurahan Sidorejo dalam tiga bulan
terakhir tidak pernah mengalami diare,
tetap perlu untuk ditingkatkan
pencegahan diare karena diare yang tidak
ditangani secara tepat akan
mengakibatkan gangguan kesehatan dan
kematian. Pada dasarnya untuk mencegah
diare untuk meningkatkan mutu kesehatan.
Saat ini balita di kelurahan Sidorejo
hampir setenganya mengalami gizi
kurang sebanyak 48 balita (47,1%) dari
85 balita.

Tabel 2 Hubungan Kejadian Diare
dengan Status Gizi
Diare
Status Gizi
p*
Lebih Normal Kurang Buruk
Tidak
Pernah
1 27 15 0
0.00 Jarang 0 6 30 0
Sering 0 0 3 3
Total 1 33 48 3

Hal ini dikarenakan banyaknya ibu
yang tidak memperhatikan asupan makan
yang bergizi dan ketidaktahuan ibu
tentang keanekaragaman bahan makanan
yang berhubungan dengan kesehatan
khususnya tentang pemenuhan
kebutuhan gizi makro dan mikronutrien,
mengakibatkan gizi yang tidak seimbang
dan terjadi malnutrisi pada balita
(Ouédraogo et al., 2019).
Berdasarkan hasil penelitian
diketahui sebanyak 6 balita sering
mengalami diare, dengan kondisi 3 balita
status gizi kurang dan 3 balita status gizi
buruk. Selain itu, 30 balita dengan status
gizi kurang jarang mengalami diare,
sedangkan balita dengan status gizi baik
sebagian besar (27 balita) tidak pernah
mengalami diare (Tabel 2)




PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik
menunjukkan nilai p value <0,05 dengan
nilai r = 0,57 yang artinya terdapat
hubungan yang bermakna antara
kejadian diare dengan status gizi balita di
Kelurahan Sidorejo, Tuban. Penelitian
ini menunjukkan sebanyak 36 balita yang
mengalami diare memiliki status gizi
kurang dan gizi buruk, dan hanya 6 balita
dengan status gizi baik yang mengalami
diare. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Kurniawati & Martini
(2016), yang menunjukkan status gizi
anak berdasarkan indikator BB/U dan
PB/U, status imunisasi campak, pola
pemberian ASI, dan pengetahuan ibu
berhubungan dengan kejadian diare akut
pada balita. Selain itu juga didukung oleh
hasil penelitian Ganguly et al (2015)
yang dilakukan di India, menunjukkan
bahwa anak dengan malnutrisi
mempunyai risiko mengalami diare 1,73
kali lebih tinggi dibandingkan anak
dengan status gizi normal. Penelitian
sebelumnya oleh Adisasmito (2007),
juga menunjukkan hubungan yang
bermakna antara kejadian diare dengan
status gizi. Diare banyak terjadi pada
anak dengan status gizi kurang.
Beberapa penelitian menunjukkan
kejadian diare berhubungan dengan
status gizi. Diare dengan status gizi
memiliki hubungan timbal balik. Diare
dapat menimbulkan status gizi kurang,
dan sebaliknya
Malnutrisi dengan diare diketahui
memiliki hubungan timbal balik. Diare
dapat menimbulkan malnutrisi, begitu
juga sebaliknya malnutrisi berisiko
terjadinya diare karena sistem imunitas
tubuh menurun (Maryanti et al., 2014).
Kejadian diare pada balita disebabkan
oleh banyak faktor antara lain, faktor
lingkungan, faktor balita, faktor ibu, dan
faktor sosiodemografis. Selain itu status
gizi dan pemberian ASI merupakan

JurnalGiziAisyah, Vol.1., No.2, Agustus 2021 │ 1-7
e-ISSN 2686-3537, p-ISSN 2686-2441

39

faktor risiko kejadian diare pada balita
(Adisasmito, 2007; Widoyono, 2011;
Hartati & Nurazila, 2018).
Diare juga dapat disebabkan oleh
faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan
penyerapan zat gizi), makanan dan faktor
psikologis, malabsopsi merupakan
kegagalan dalam melakukan absorpsi
yang menyebabkan tekanan osmotik
meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit ke rongga usus yang
dapat meningkatkan isi rongga usus
sehingga terjadi diare, makanan, ini
dapat terjadi apabila toksin yang ada
tidak mampu diserap dengan baik.
Sehingga terjadi peningkatan peristaltik
usus yang mengakibatkan penurunan
kesempatan untuk menyerap makanan
yang kemudian menyebabkan diare
(Hidayat, 2008).
Penanganan diare pada balita
memerlukan peran aktif banyak pihak,
yang dapat dimulai dari ibu balita.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu
balita memiliki peran penting dalam
penanganan diare. Tingkat pendidikan
akan mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam menyerap dan
memahami informasi yang diberikan.
Semakin tinggi pendidikan, ibu akan
lebih mudah menerima informasi
kesehatan dalam hal ini terkait
pencegahan diare, sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pencegahan diare (Christy, 2014).
Penelitian Rohmah et al (2015)
menunjukkan hasil terdapat hubungan
antara tingkat pendidikan ibu dengan
kejadian diare. Hasil penelitian lain yang
mendukung dilakukan oleh Siauta (2015)
yang menunjukkan salah satu faktor
kejadian diare pada balita adalah tingat
pendidikan orang tua. Ibu balita yang
berpendidikan rendah cenderung
memiliki pengetahuan pencegahan diare
yang kurang. Risiko kejadian diare 3,6
kali lebih tinggi pada balita dengan ibu
yang mempunyai tingkat pengetahuan
kurang dibandingkan ibu yang
mempunyai tingkat pengetahuan cukup
(Merga& Alemayehu, 2015).
Selain tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu, faktor risiko lain
kejadian diare balita adalah perilaku
hidup sehat, higienesanitasi, dan
ketersediaan air bersih (Astuti, 2015;
Mulyani, 2015; Syaputra & Syamsir,
2020). Penelitian Ferllando (2014)
menunjukkan bahwa perilaku hidup
masyarakat yang tidak sehat dan kondisi
lingkungan yang buruk menjadi
penyebab seseorang mudah terserang
penyakit diare. Penelitian lain yang
mendukung dilakukan oleh Nurpauji
(2015) terkait sanitasi lingkungan dengan
kejadian diare pada balita, diketahui
bahwa jenis sumber air minum dan
perilaku ibu mengelola makanan dan
minuman berpengaruh terhadap kejadian
diare pada balita. Penelitian lain oleh
Penelitian yang dilakukan oleh Carrel
(2011) di Bangladesh, menunjukkan
bahwa ketersediaan air bersih
berhubungan dengan kejadian diare.
Sarana air yang terkontaminasi mikroba
dan pasokan air yang kurang akan
menyebabkan diare, karena penggunaan
air menjadi terbatas. Selain itu, balita
dengan keluarga yang mampu
menyediakan air bersih dan sehat,
memiliki risiko terkena diare lebih kecil.
Penggunaan air PDAM untuk mencuci
peralatan makan lebih aman
dibandingkan dengan air sungaiatau air
sumur (Chandra &Yulianty, 2013; Azmi
et al., 2018).
Selain ketersediaan air, kebiasaan
mencuci tangan juga berhubungan
dengan perilaku hidup sehat dan higiene
sanitasi. Penelitian Hartati & Nurazila
(2018) menunjukkan terdapat hubungan
antara kebiasaan mencuci tangan dengan
kejadian diare dengan p=0,000.
Penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Saleh dan Rachim (2014) yang
juga menunjukkan terdapat hubungan

JurnalGiziAisyah, Vol.1., No.2, Agustus 2021 │ 1-7
e-ISSN 2686-3537, p-ISSN 2686-2441

40

antara perilaku mencuci dengan penyakit
diare dengan p= 0,014. Hal ini didukung
oleh teori Widoyono (2011), yang
menyatakan bahwa mencuci tangan
dengan menggunakan sabun dapat
membunuh kuman dan bakteri, termasuk
bakteri penyebab diare.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini
diketahui bahwa ada hubungan kejadian
diare dengan status gizi pada balita, di
Kelurahan Sidorejo Kecamatan Tuban,
Kabupaten Tuban. Perlu dilakukan
penelitian lanjutan tentang hubungan
kejadian diare dengan status gizi balita,
serta untuk mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kejadian diare
pada balita di wilayah Kabupaten Tuban.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko
Diare pada Bayi dan Balita di
Indonesia: Systematic Review
Penelitian Akademik Bidang
Kesehatan Masyarakat. Makara
Kesehatan ;11(1).
Astuti, I. P. 2015. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian
Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Tengal Angus Kabupaten
Tangerang. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 2015; Vol. 10
(XVIII): 89-103.
Azmi, Sakung J, & Yusuf H. 2018.
Hubungan Sanitasi Lingkungan
Dengan Kejadian Diare Pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Bambaira Kabupaten Pasangkayu.
Jurnal Kolaboratif Sains. 2018;1
(1):313–22.
Candra Y, Hadi MC, &Yulianty AE.
2013. Hubungan Antara Keadaan
Sanitasi Sarana Air Bersih Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di
Desa Denbantas Tabanan Tahun
2013. J Kesehat
Lingkung;4(1):112–7.
Carrel. 2011. Diarrheal disease risk in
rural Bangladesh decreases as
tubewell density increases: a zero-
inflated and geographically
weighted analysis. World Journal
of Environmental Biosciences.Vol.
11 (4): 4-12.
Christy, M. 2014. Faktor yang
berhubungan dengan kejadian diare
pada a nak. Berkala
Epidemiologi;2(3).
Dinkes Provinsi Jatim. 2018. Profil
Kesehatan Jawa Timur. 2018.
Surabaya: Dinas Kesehatan
ProvinsiJawa Timur.
Dinkes KabupatenTuban. 2017. Profil
Kesehatan Tahun 2017 Kabupaten
Tuban.Tuban: Dinas Kesehatan
Kabupaten Tuban.
Ferllando, H. T. 2014. Hubungan Antara
Sanitasi Lingkungan dan Personal
Higiene dengan Kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas
Mangkang. Artikel Ilmiah
Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
Ganguly, E., P.K. Sharma, & C.H.
Bunker. 2015. Prevalence and Risk
Factors of Diarrhea Morbidity
among Under-Five Children in
India: A Systematic Review and
Meta-analysis. Indian Journal of
Child Health;2(4).
Hartati&Nurazila. 2018. Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare
Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Rejosari Pekanbaru.
Jurnal Endurance;3(2), hal.400-
407.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008.
Pengantar an Anak . Jakarta:
Salemba Medika.
Kemenkes RI. 2013. Laporan Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

JurnalGiziAisyah, Vol.1., No.2, Agustus 2021 │ 1-7
e-ISSN 2686-3537, p-ISSN 2686-2441

41

Kemenkes RI. 2011. Buku Saku Petugas
Kesehatan Lintas Diare. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan.
Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama
Riskesdas 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kurniawati & Martini. 2016. Status Gizi
Dan Status Imunisasi Campak
Berhubungan dengan Diare Akut.
Jurnal Wiyat; Vol. 3 No. 2. P-ISSN
2355-6498 |E-ISSN 2442-6555.
Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh
Kembang, Status Gizi & Imunisasi
Dasar Pada Balita. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Maryanti E., Lesmana S.D., Mandela H.,
& Herlina S. 2014. Profil Penderita
Diare Anak Di Puskesmas Rawat
Inap Pekanbaru. JIK; Jilid 8,
Nomor 2, Hal. 101-105.
Merga, N., & T. Alemayehu, T. 2015.
Knowledge, perception, and
Management Skills of Mothers
with Under-Five Children about
Diarrhoeal Disease in Indigenous
and Resettlement Communities in
Assosa District, Western Ethiopia.
Journal Of Health, Population, and
Nutritio;33(1).
Mulyani, N. S. 2015. Faktor
RisikoDiareAkut pada Balita.
Berita Kedokteran Masyarakat; Vol
27 (1): 55-81.
Nurpauji, S. V. 2015. Hubungan Jenis
Sumber Air, Kualitas Bakteriologis
Air, Personal Higiene Dengan
Kejadian Diare Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Lamper
Tengah Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat FKM
Undip; Vol. 3 (2).
Ouédraogo, O., Wendin puikondo Raketa
Compaoré, E., Kou’santa Sabiba
Amouzou, E., Hama Dicko, M.
2019. Toddlers’ Dietary Diversity
and Its Determinants in Different
Agricultural Periods. International
Journal of Nutrition Sciences; 4(3):
151-161. doi:
10.30476/ijns.2019.82283.1018.
Rohmah, Z., Handajani, S., & Rosida.
2015. Hubungan Tingkat
Pendidikan Ibu Balita Diare
Dengan Penggunaan Oralit di
Wilayah Kerja Puskesmas Jajag
Banyuwangi Tahun 2014. Jurnal
Kesehatan Ilmiah Rustida:1(2).
Saleh dan Rachim L.H. 2014. Hubungan
Kondisi Sanitasi Lingkungan
dengan Kejadian Diare pada Anak
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Baranti Kabupaten Sindrap Tahun
2013. Jurnal Kesehatan:7(1).
Siauta, J. 2015. Hubungan Pendidikan
Dan Pekerjaan Ibu dengan Balita
yang Mengalami Diare di
Puskesmas Cempaka Putih Jakarta
Pusat. Permata Medika:4(1).
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2012.
Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC.
Syaputra & Syamsir. 2020. Gambaran
Spasial Kejadian Diare Pada Balita
Berdasarkan Kondisi Sanitasi
Lingkungan Dan Personal Hygiene
Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lempake Kota Samarinda. Borneo
Student Research;1(3).
WHO.Diarrhoeal Disease. 2013.
Available from URL :
http://www.who.int/mediacentre/fa
ctsheet s/fs330/en/. 4 Desember
2020
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis
Epidemilogi, Penularan,
Pencegahan dan Pemberantasan
(2nd ed.). 2011. Jakarta: Erlangga