JASSI_anakku Volume 19 Nomor 1, Juni 2018
68

PENGOPERASIAN KOMPUTER PROGRAM JAWS (JOB ACCES WITH SPEECH)
FOR WINDOWS OLEH PESERTA DIDIK TUNANETRA

Zulkifli Sidiq

Departemen Pendidikan Khusus,
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Email; [email protected]


Abstrak

Penelitian ini untuk memperoleh gambaran pengoperasian komputer program Jaws (job
acces with speech) untuk penggunaan komputer bagi tunanetra meskipun indera
penglihatannya sebagain atau seluruhnya tidak dapat berfungsi secara maksimal, untuk dapat
memanfaatkan teknologi komputer tunanetra membutuhkan teknik alternatif guna
menggantikan fungsi indera penglihatannya dan teknik alternatif yang efektif yaitu dengan
memanfaatkan indera pendengaran dan/atau perabaan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu studi kasus yang dilakukan kepada guru komputer, kepada kepala
sekolah, serta kepada satu orang peserta didik tunanetra. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara, obsetvasi, dan studi dokumentasi. Analisis data yang dilakukan melalui
reduksi data, display data, pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Untuk mencapai tingkat
validitas data dalam melaksanakan pemeriksaan keabsahan data dengan cara ketekutan
pengamatan, triangulasi, dan member check. Hasil yang didapat dari penelitian menyatakan
bahwa penting bagi pengguna komputer tunanetra memiliki keterampilan mengetik dengan
teknik 10 jari. Cara pengoperasian komputer, alat akses dan program aplikasi yang
digunakan oleh pengguna tunanetra sama seperti orang pada umumnya. Perbedaannya
terletak pada cara menjalankan perintah, tunanetra harus melalui fungsi tombol Short-cut.
Komputernya harus dilengkapi dengan alat akses khusus seperti printer Braille dan Braille
display serta ditambahkan software screen reader seperti JAWS. Hambatan dalam
pengoperasian komputer diantaranya bersumber dari faktor internal dan faktor eksternal.
Upaya guru untuk mengatasi hambatan tersebut diantaranya dengan memotivasi siswa,
mengatur seting JAWS, menyederhanakan materi dan bekerja sama dengan pihak terkait.
Upaya siswa yaitu dengan berusaha latihan terus menerus.

Kata Kunci: program jaws, pengoperasian komputer, tunanetra


Pendahuluan
Komputer yang selama beberapa tahun dianggap barang mewah dan hanya dapat
diakses oleh kalangan tertentu, dewasa ini sudah menjadi suatu kebutuhan yang harus
dipelajari, dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, dengan diajarkan sebagai
pelajaran di sekolah, perkuliahan, pelatihan dan pengajaran, serta digunakan untuk
kepentingan instasi baik pemerintah maupun swasta di segala bidang kegiatan. Komputer
sebagai hasil kemajuan manusia bahkan telah menjadi kebutuhan penting bagi setiap
organisasi, lembaga maupun perorangan. Pengguna komputer tidak hanya terbatas pada
kalangan tertentu, bahkan tunanetra pun dapat memanfaatkan teknologi komputer dalam
menunjang aktivitasnya sehari-hari. Indera penglihatan adalah salah satu indera penting
dalam menerima informasi yang datang dari luar dirinya atau lingkungan. Informasi atau
pengalaman dari lingkungan yang paling efektif dengan menggunakan visual, namun tidak

JASSI_anakku Volume 19 Nomor 1, Juni 2018
69

menutup kemungkinan indera lain dapat digunakan sebagai penerima informasi. Dengan
hilangnya fungsi indera penglihatan, maka tunanetra mengalami keterbatasan dalam
memperoleh informasi, dalam berinteraksi dengan lingkungan, keterbatasan dalam
berpindah-pindah tempat atau mobilitas termasuk dalam kegiatan mengoperasikan komputer.
Untuk dapat melakukan kegiatan kehidupannya sehari-hari secara mandiri, orang tunanetra
harus menggunakan teknik alternatif yaitu teknik yang memanfaatkan indera-indera lain
untuk menggantikan fungsi indera penglihatan. Indera lain yang dapat menggantikan fungsi
indera penglihatan adalah indera pendengaran dan perabaan, sebab indera ini merupakan
saluran penerimaan informasi yang paling efisien sesudah indera penglihatan. Teknik
alternatif adalah cara khusus yang memanfaatkan indera-indera nonvisual atau dilakukan
dengan indera penglihatan. Demikian pula, agar dapat mengakses komputer, pengguna
tunanetra perlu menggunakan teknik alternatif untuk membaca informasi yang terdapat pada
layar monitor.
Teknik yang memungkinkan pengguna tunanetra dapat mengakses komputer adalah
yang memanfaatkan Speech Technology dan Refreshable Braille Display. Speech
Technology adalah software yang memungkinkan pengguna komputer tunanetra mengakses
tayangan pada layar monitor dengan pendengaran. Keuntungan software ini adalah pengguna
komputer akan dapat sepenuhnya memanfaatkan kedua belah tangannya untuk
mengoperasikan keyboard. Refreshable Braille Display merupakan hardware yang
mengkonversi teks menjadi karakter braille yang dapat dibaca dengan perabaan pada bagian
display-nya dan berfungsi sebagai monitor. Informasi yang dapat dilihat pada layar monitor
akan ditampilkan pada braille display baris demi baris secara suksesif. Teknik alternatif yang
telah dikembangkan adalah program pembaca layar untuk menyuarakan tulisan yang ada
pada tampilan layar monitor termasuk nama-nama dan deskripsi dari tombol kontrol, menu,
angka, dan teks beserta tanda-tanda bacanya sehingga memungkinkan pengguna komputer
tunanetra memahami apa yang diketik, dapat membaca dan mengeditnya kembali.
Dengan teknologi akses tersebut memungkinkan pengguna komputer tunanetra
melakukan berbagai aktivitas seperti word processing, accounting, music composing,
internet browsing, programming, serta pekerjaan yang secara tradisional harus dilakukan
dengan menggunakan penglihatan. Kehadiran komputer lebih terasa manfaatnya bagi
tunanetra terutama dalam hal perolehan informasi dan surat menyurat. Melalui internet yang
diakses dengan komputer yang dilengkapi dengan program pembaca layar atau screen reader
dan/atau Braille display, tunanetra dapat melakukan sendiri kegiatan komunikasi dan
pencarian informasi tanpa harus dibantu atau dibacakan orang lain. Perkembangan teknologi
komputer yang sangat menunjang tunanetra dalam mengakses komputer adalah dengan
dikembangkan program suara yang memadukan antara program pembaca layar atau screen
reader dengan speech synthesizer. Speech screen reading software ini terdiri dari dua
komponen utama yaitu speech synthesizer yang megkonversi teks ke dalam suara, dan
screen reader yang memungkinkan pengguna komputer menavigasi layar sesuai dengan
kebutuhannya. Screen reader atau pembaca layar adalah suatu program yang mengatur atau
mengarahkan apa-apa yang perlu dibaca dengan disuarakan dari tampilan desktop atau suatu
halaman lembar kerja yang mencakup teks, abjad, angka, icon, menu, simbol, tanda baca,
dan tombol kontrol.

Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif
dengan pertimbangan bahwa: a) data yang dikumpulkan bersifat dsekriptif yaitu berupa kata-
kata dan tindakan-tindakan subyek yang diamati atau yang diwawancarai; b) penelitian ini
memberikan gambaran apa adanya mengenai pengoperasian komputer oleh peserta didik
tunanetra; c) penelitian ini bermaksud untuk melacak peristiwa-peristiwa yang alami yang
tidak dapat dimanipulasi; d) aspek-aspek tersebut di atas dapat dipelajari secara mendalam,

JASSI_anakku Volume 19 Nomor 1, Juni 2018
70

menyeluruh, terinci, dan bersifat pribadi yang relatif berbeda antara setiap responden.
Metode penelitian yang digunakan studi kasus dengan desain penelitiannya menggunakan
kasus tunggal. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti berfungsi sebagai instrumen utama dalam
pengumpulan data. Dengan kata lain, bahwa peneliti itulah kunci (key instrument) atau
instrumen utama dalam penelitian. Analisis data kualitatif adalah proses menyusun data yang
berarti menggolongkannya ke dalam pola, tema atau kategori agar dapat ditafsirkan.
Tafsiran atau interpretasi bertujuan memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola
atau kategori, dan mencari hubungan antara berbagai konsep. Pekerjaan analisis data
meliputi proses mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikannya.
Pengorganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan untuk menemukan tema yang
akhirnya dipadankan dengan teori yang sudah ada. Tiga tahap dalam melakukan pengolahan
data yaitu reduksi data, display data, mengambil kesimpulan dan verifikasi.Teknik
pemeriksaan keabsahan data menempuh dengan cara ketekunan pengamatan, triangulasi, dan
member check.
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan sebagai berikut:
1 Tahap persiapan
2 Tahap eksplorasi
3 Tahap pelaporan

Hasil Penelitian
Hasil penelitian dijelaskan dan dibahas berdasarkan pertanyaan berikut ini:
1. Apa sajakah prasyarat bagi tunanetra untuk dapat mengoperasikan komputer?
Memiliki kemampuan mengetik 10 jari dan gerak jari yang luwes dan lentur. Bagi
tunanetra kemampuan mengetik 10 jari adalah penting. Kemampuan mengetik 10 jari
merupakan suatu keharusan. Kemampuan mengetik dengan 10 jari dapat dilatih dengan
cara dan tahap-tahap seperti yang terungkap dalam wawancara dengan informan #1
bahwa “… cara saya melatih motorik halus siswa yaitu melalui beberapa tahap yang
bertujuan mendrill jari-jari tangan yang kaku menjadi lentur dan luwes. Tahap-tahap itu
adalah mengerakkan jari-jari di meja tidak langsung ke keyboard, menekan tombol-
tombol mesin ketik brille, belajar mengetik dengan mesin ketik awas/manual serta
mengetik langsung pada keyboard komputer”. Penjelasan ini dilengkapi oleh pernyataan
informan #2 bahwa “…, untuk melatihnya melalui beberapa tahap, seperti; menunjukkan
tombol-tombol kunci A, S, D, F, G, H, J, K, L, dan, untuk posisi jari-jari.
Memperkenalkan letak/posisi jari-jari pada keyboard, seperti: huruf “A” untuk jari
kelingking kiri, huruf “F” untuk jari telunjuk kiri dan sebagainya. Latihan menggerakkan
jari-jari dari tombol kunci ke atas dan ke bawah sesuai dengan pasangannya pada tombol-
tombol baris atas dan bawah. misalnya: jari kelingking kiri untuk huruf “A” berpasangan
dengan huruf “Q” pada baris atas dan huruf “Z’ untuk tombol baris bawah, demikian pula
untuk jari-jari lainnya”.Berdasarkan hasil wawancara dengan informan #1 maupun
informan #2 bahwa prasyarat untuk dapat mengoperasikan komputer oleh tunanetra
adalah sebagai berikut: 1) Kondisi fisiknya (tangan dan jari-jari) dalam keadaan sehat, 2)
memiliki kemampuan mengetik 10 jari, 3) mempunyai motivasi dan semangat untuk
belajar, dan 4) mengenal perangkat-perangkat keras komputer, menguasai tombol-tombol
dan fungsinya, serta mengetahui instruksi-instruksi yang ada pada program aplikasi yang
digunakan. Temuan tentang kemampuan mengetik dengan teknik 10 jari, menunjukkan
bahwa informan #3 mampu mengetik dengan lancar. Posisi jari-jarinya selalu terletak
pada tombol kunci dan sudah menguasai letak dan fungsi masing-masing tombol dengan
baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil pengamatan terhadap hasil ketikannya bagus dan
tidak terdapat banyak kesalahan. Namun informan mengakui bahwa masih ada instruksi-

JASSI_anakku Volume 19 Nomor 1, Juni 2018
71

instruksi pada program Microsoft Word dalam setiap menu bar yang belum bisa
diaksesnya dengan baik dan lancar.
2. Alat akses apa yang dapat dipergunakan oleh siswa tunanetra yang mengoperasikan
komputer?
Untuk dapat mengoperasikan komputer, perlu adanya alat akses yang memadai.
Temuan melalui wawancara dengan informan #1 maupun informan #2 menjelaskan
bahwa sarana utamanya sama seperti perangkat yang digunakan oleh orang pada
umumnya misalnya CPU, monitor, keyboard, printer, dan scanner. Kondisi sarana
komputer yang ada sekarang dari hasil wawancara, pengamatan dan hasil analisis
dokumen yaitu kondisinya bervariasi, ada yang layak pakai dan ada yang tidak layak
pakai karena rusak. Jumlah komputer 4 unit, 2 unit yang layak pakai dan 2 unit yang tidak
layak pakai. Satu unit digunakan untuk kegiatan belajar mengajar yang berada di ruang
kelas khusus dan satu unit untuk keperluan administrasi yang berada di ruang tata usaha.
Komputer yang tidak layak pakai berada di perpustakaan dan perangkatnya sudah tidak
lengkap lagi. Komputer yang digunakan adalah komputer pentium IV. Bisa digunakan
untuk mengakses internet. Fasilitas komputer ini cukup memadai karena dilengkapi
dengan program JAWS, tetapi dari segi kuantitasnya terbatas, tidak sebanding dengan
jumlah siswa.
3. Program aplikasi apa yang dapat dioperasikan oleh tunanetra?
Dari data temuan penelitian melalui wawancara terhadap informan #1 maupun
informan #2, pengamatan terhadap fasilitas komputer yang digunakan di sekolah tersebut
menunjukkan bahwa program yang digunakan sama seperti program yang digunakan
orang pada umumnya. Adapun program tersebut seperti: Microsoft Word, Excel, Winamp,
Windows Media Player, dsb. Hal ini seperti yang terungkap dalam wawancara dengan
informan #1 maupun informan #2, “..., pada prinsipnya program aplikasi yang digunakan
seperti yang digunakan orang awas, misalnya: Microsoft Word, Winamp, excel, Window
Media Player, dll”. Namun demikian diakui pula oleh kedua informan ini dan juga oleh
informan #3 bahwa masih terdapat program yang belum bisa di akses oleh tunanetra
seperti program aplikasi Power Point dan Corell Draw. “ ..., hingga saat ini, program
aplikasi yang belum bisa diakses oleh tunanetra adalah program Power Point dan Corell
Draw”. Selain program aplikasi tersebut, dari hasil wawancara dan pengamatan di
lapangan menunjukkan bahwa adanya program aplikasi khusus yang digunakan tunanetra
dalam mengoperasikan komputer yaitu program screen reader yaitu aksesibilitas JAWS
dan beberapa program lainnya yang sangat membantu tunanetra dalam meningkatkan
keterampilan mengoperasikan komputer seperti hasil wawancara dengan kedua informan
#1 dan #2 bahwa, “ ..., program aplikasi khusus untuk tunanetra adalah screen reader
(JAWS) yang mentransfer informasi yang tampil pada layar monitor dalam bentuk verbal.
Program braille conferter yang berfungsi untuk mengalihkan teks dari tulisan awas ke
tulisan braille. Sedangkan scanner berfungsi untuk mengalihkan tulisan dari buku awas ke
komputer. Program aplikasi yang efektif saat ini dengan pengguna tunanetra adalah
program screen reader dengan aksesibilitas JAWS yang banyak digunakan oleh tunanetra
di seluruh dunia dan di Indonesia.
4. Bagaimanakah cara-cara pengoperasian komputer oleh tunanetra?
Untuk mengetahui proses pengoperasian komputer oleh tunanetra, diperoleh melalui
pengamatan langsung terhadap informan #3 pada waktu pelajaran keterampilan komputer.
Kenyataan yang peneliti temukan bahwa untuk mengoperasikan komputer informan #3
terlebih dahulu menghidupkan komputer dengan menekan tombol power pada CPU,
Speaker, dan monitor. Selanjutnya dia menjalankan perintah dengan tombol-tombol
keyboard sebagai pengganti fungsi mouse sesuai fungsi masing-masing tombol dan
kebutuhannya. Peneliti juga menemukan melalui pengamatan bahwa posisi jari-jari

JASSI_anakku Volume 19 Nomor 1, Juni 2018
72

informan #3 selalu terletak pada tombol-tombol kunci sehingga dapat mengetik dengan
teknik 10 jari, lancar, baik dan benar.
5. Hambatan-hambatan apa sajakah yang ditemukan dalam pengoperasian komputer oleh
tunanetra?
Berdasarkan data penelitian di atas, bahwa hambatan utama yang ditemukan dalam
kegiatan mengoperasikan komputer oleh tunanetra adalah yang berkaitan dengan
program aplikasi khusus yaitu program screen reader dengan aksesibilitas JAWS. Di
mana masih sulit mendapatkan software yang original dan persediaan yang terbatas,
menggunakan aksen bahasa asing, harganya terlampau mahal serta tidak adanya tenaga
teknisi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Tarsidi (2005) bahwa, “hambatan terbesar
bagi kebanyakan orang tunanetra untuk memiliki alat ini adalah harganya yang masih
sangat mahal (di atas $ 2000). Screen Reader yang popular seperti JAWS misalnya dijual
dengan harga di atas 800 USD. Harga Speech Syntheziser hampir sama dengan satu unit
komputer. Disamping itu, bahwa belum ada screen reader dengan TTS bahsa Indonesia.
Berdasarkan data hasil wawancara dan pengamatan langsung peneliti di lapangan,
ditemukan beberapa hambatan yang sangat urgen dalam melakukan pengoperasian
komputer, misalnya persediaan fasilitas yang kurang atau tidak sebanding dengan jumlah
siswa. Hal ini seperti dari data hasil pengamatan bahwa dari sekian banyak komputer
hanya ada empat unit yang dalam kondisi memadai. Satu unit digunakan untuk keperluan
administrasi di perpustakaan, dan tiga unit dipakai untuk kegiatan belajar keterampilan
komputer dan semuanya terkoneksi dengan jaringan internet. Kurangnya anggaran biaya
dan tidak adanya tenaga teknisi sehingga perangkat komputer yang sudah rusak tidak
dapat diperbaiki. Ditinjau dari aspek pribadi siswa, ditemukan hambatan seperti
kurangnya motivasi/semangat belajar dan kemampuan intelektual yang bervariasi
sehingga berakibat pada sikap cepat stress dan mudah putus asa. Fungsi pendengaran
kurang sehingga sulit beradaptasi dengan aksen JAWS, sehingga tidak dapat memahami
isi bunyi JAWS. Aspek materi atau kurikulum juga menimbulkan hambatan dalam upaya
pengoperasian komputer oleh tunanetra karena standar kompetensinya sesuai dengan yang
digunakan pada sekolah biasa.
6. Upaya apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
pengoperasian komputer bagi tunanetra?
Berkaitan dengan beberapa hambatan yang ditemukan pada waktu kegiatan
mengoperasikan komputer, maka berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya sesuai dengan tingkat dan jenis kesulitan yang dihadapi. Misalnya, untuk
kesulitan yang berkaitan dengan aksen JAWS cara yang dapat lakukan untuk
mengatasinya yaitu dengan latihan mendengar terus menerus dan bila tak menangkap isi
suara yang diucapkan JAWS bisa melakukan dengan cara membaca baik dengan mengeja,
membaca kata atau kalimat. Atau bila cara tersebut masih belum mengerti maka untuk
latihan mendengar kita bisa mengatur kecepatan JAWS sesuai kemampuan user misalnya
bertahap dari yang lambat, sedang dan cepat. Menurut keyakinan guru mata pelajaran
keterampilan komputer atau yang sekarang disebut dengan mata pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) bahwa yang menjadi prioritas agar dapat mengo-
perasikan komputer dengan baik adalah penguasaan hardware, memahami/mengerti
konsep, pemahaman sistem pengoperasian dan instruksinya, menikmati hasil/manfaatnya,
hingga akhirnya mampu mengoperasikan komputer secara mandiri. Cara mengatasi
masalah yang berhubungan dengan sarana/prasarana yang terbatas yaitu dengan cara
bergantian mendemonstrasikan komputer, membuka kesempatan belajar di luar jam
pelajaran sebab alokasi waktunya terbatas, serta mengajukan usulan kepada pihak terkait,
dan membuat anggaran biaya untuk persediaan, pemeliharaan dan perbaikan fasilitas yang
rusak.

JASSI_anakku Volume 19 Nomor 1, Juni 2018
73

Pembahasan
Hasil pembahasan dibahas berdasarkan pertanyaan berikut ini:
1. Apa sajakah prasyarat bagi tunanetra untuk dapat mengoperasikan komputer?
Setelah melalui proses pengolahan dan penganalisisan data, maka diperoleh hasil
bahwa terdapat prasyarat untuk dapat mengoperasikan komputer dengan baik oleh
tunanetra, seperti: memiliki kondisi fisik yaitu tangan dan jari-jari yang sehat, mempunyai
motivasi belajar yang tinggi. Murjoko (2005: 81), mengemukakan bahwa: “ketertarikan
tunanetra untuk dapat melakukan semua aktivitas yang dapat dilakukan oleh orang awas
seperti dalam mempelajari komputer menimbulkan motivasi belajar yang tinggi”.
Keterampilan mengetik dengan teknik 10 jari merupakan prasyarat penting bagi
tunanetra guna menunjang kemampuan mengoperasikan komputer dengan efektif. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Aziz (2006), bahwa, “..., penyandang tunanetra yang ingin
mengakses internet menggunakan screen reader cukup menguasai kemampuan mengetik
sistem 10 jari”. Penguasan tombol keyboard dan fungsinya memungkinkan pengguna
komputer tunanetra melakukan pengoperasian komputer dengan baik.
Berdasarkan temuan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa bagi tunanetra
untuk dapat mengoperasikan komputer sebaiknya memiliki kemampuan mengetik dengan
sistem 10 jari karena teknik ini sangat membantu bagi mereka. Dimana bagi tunanetra
tombol-tombol keyboard sangat memegang peranan utama, sebab keyboard tidak hanya
untuk mengetik atau menambahkan teks ke komputer bahkan juga untuk menjalankan
instruksi dan memanggil program seluruhnya melalui keyboard.
2. Alat akses apa yang dapat dipergunakan oleh siswa tunanetra yang mengoperasikan
komputer?
Persediaan alat-alat akses utama dalam kegiatan pengoperasian komputer sangatlah
penting. Alat akses yang digunakan tunanetra dalam pengoperasian komputer terdiri dari
dua komponen utama yaitu: perangkat Hardware dan perangkat Software seperti alat
akses yang digunakan orang pada umumnya. Tarsidi (2005), bahwa ”komputer yang
digunakan bukanlah komputer yang dirancangkan secara khusus melainkan komputer
biasa seperti yang dapat dilihat di perkantoran maupun di rental. Akan tetapi ditambahkan
hardware dan software yang dapat mengubah tampilan visual menjadi audio.” Perangkat
penunjang lain yang dapat digunakan adalah seperti Printer Braille, Open Book, Braille
Display dan Scanner. Berdasarkan hasil temuan penelitian bahwa sekolah telah memiliki
alat ini dan dapat mendukung dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan bagi
siswa/siswi di sekolah tersebut.
3. Program aplikasi apa yang dapat dioperasikan oleh tunanetra?
Dari hasil pengamatan terhadapinforman #3, sehubungan dengan program aplikasi di
atas, berikut ini adalah penjabaran beberapa program yang digunakan yang sudah maupun
yang belum dapat diakses oleh informan #3. Adapun program-program yang sering
digunakannya adalah program aplikasi Microsoft Word, screen reader dengan
aksesibilitas JAWS, Winamp, Windows Media Player, dan sebagainya. Program yang
belum bisa diaksesnya adalah program Excel, Power Point, serta Corell Draw. Program
aksesibilitas JAWS merupakan program utama bagi tunanetra sebab tanpa screen reader
tunanetra tidak dapat mengoperasikan komputer dengan baik dan tidak dapat mengakses
program lain yang digunakan orang awas. Untuk dapat mengoperasikan komputer
diperlukan adanya program aplikasi. Secara umum mereka dapat menggunakan program
aplikasi seperti yang digunakan orang pada umumnya. Walau demikian, untuk dapat
mengoperasikan komputer dengan lebih efektif mereka membutuhkan software atau
program aplikasi khusus yakni dengan mengubah tampilan visual yang ada pada layar
menjadi audio dengan teknologi yang dinamakan Speech Syntheziser atau melalui
tampilan taktual dengan teknologi yang dinamakan Braille Display.

JASSI_anakku Volume 19 Nomor 1, Juni 2018
74

Tarsidi (2005) mengemukakan bahwa, “untuk memungkinkan orang tunanetra
mengakses komputer, teknik alternatif yang telah dikembangkan adalah yang
memanfaatkan speech technology dan Refreshable braille Dsiplay. Speech technology
memungkinkan pengguna komputer tunanetra mengakses tayangan pada layar monitor
dengan pendengaran. Speech Screen Reading software terdiri dari dua komponen utama
yaitu: 1) Speech Syntheziser yang mengkonversi teks kedalam suara, dan 2) Screen
Reader yang memungkinkan pengguna komputer menavigasi layar sesuai dengan
kebutuhannya. JAWS adalah Software Speech Screen Reading yang paling banyak
dipergunakan di Indonesia, hasil produksi Freedom Scientific.”
Disamping software tersebut di atas, mereka mengakui adanya software lain yang
dirancang khusus untuk pengguna tunanetra yang berfungsi untuk mengalihkan tulisan
awas ke tulisan Braille ataupun mengalihkan isi buku dari tulisan awas ke dalam hardisk
komputer untuk kemudian digunakan sesuai kebutuhan baik untuk dibaca maupun untuk
dicetak dalam bentuk tulisan Braille atau awas. Software tersebut yaitu Braille
Translation software, seperti MBC dan Converter/scanning. Tarsidi (2005)
mengemukakan bahwa “dengan bantuan teknologi akses printer Braille atau braille
Embosser, software MBC, Scanner, maka memungkinkan orang tunanetra membaca
buku-buku biasa secara mandiri”.

4. Bagaimanakah cara-cara pengoperasian komputer oleh tunanetra?
a. Mematikan dan menghidupkan komputer
Mengaktifkan masing-masing perangkat dengan cara menekan tombol power, maka
pada layar monitor akan tampil desktop dengan berbagai ikon. Untuk mengetahui
informasi tentang tampilan pada layar tersebut, tunanetra akan mendengar informasi
melalui bunyi JAWS seperti “JAWS for Windows is Ready”, dengan demikian,
komputer siap menjalankan perintah sesuai instruksi yang diperintahkan oleh
penggunanya. Langkah-langkah yang dilakukannya memanggil program Microsoft
Word ada dua cara. Cara pertama yaitu menekan tombol windows pada Short-Cut,
pilih “All Program” dengan menekan tombol huruf “P”, tekan huruf “A” untuk
memilih Accessories, pilih Wordpad dengan menggunakan panah bawah kemudian
tekan enter. Dengan demikian, akan tampil pada monitor dokumen baru dengan
berbagai menubar yang siap diberi ketikan. Cara lain untuk memanggil program
Microsoft Word adalah dengan menekan tombol windows, tekan “P”, tekan “M” untuk
memilih Microsoft Office, kemudian tekan enter. Pada layar akan tampil dokumen baru
yang siap diberi ketikan. Selain kedua cara di atas, cara yang lebih sederhana yaitu
tekan Ctrl+R untuk pilih Run, muncul kotak dialog dan beri ketikan WinWord, lalu
enter, maka akan tampil program aplikasi word dan menu bar pada layar monitor.
Untuk mematikan komputer langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut. Pertama
cara mengakhiri program Word dengan menekan Alt+F4, maka pada monitor akan
tampil desktop dengan menu-menu bar. Atau cara yang lebih panjang dari kedua cara
di atas adalah dengan menekan Alt+F, pilih Exit dengan menggunakan panah, tekan
enter hingga muncul desktop pada monitor. Atau dengan menggunakan Short-cut yaitu
tekan Alt-F, tekan X, maka program yang aktif akan mati secara otomatis. Langkah
selanjutnya adalah mematikan komputer dengan cara tekan tombol windows, pilih
Turn Off dengan panah atau langsung tekan “U” lalu enter. Maka akan muncul tiga
pilihan yaitu Stand By, Turn Off, dan Restar dengan fungsinya masing-masing.
b. Membuka dokumen baru dan memanggil file lama
Cara yang dilakukan untuk membuka dokumen atau lembar kerja yang baru adalah
dengan tekan Alt+F, pilih New dengan menekan Ctrl+N kemudian tekan enter dua kali
hingga tampil dokumen baru yang siap diberi ketikan pada monitor.

JASSI_anakku Volume 19 Nomor 1, Juni 2018
75

Sedangkan untuk memanggil file lama yang telah tersimpan pada hard disk, caranya
adalah sebagai berikut: tekan Alt+F, pilih menu Open, kemudian tekan enter, lalu ketik
nama file pada kotak dialog file name lalu enter, maka file tersebut akan tampil pada
layar monitor.
c. Menyimpan dokumen dan memberi nama file
Menyimpan dokumen dengan menekan tombol Alt+F, pilih Save As dengan menekan
huruf “A” atau panah bawah. Pada kotak dialog Save As, pilih kotak Save in dengan
menggunakan Tab, lalu tekan panah untuk memilih jenis drive disk yang diinginkan
lalu enter. Dalam kotak dialog file name diketik nama file yang diinginkan, pilih Save
menggunakan tombol Tab, lalu enter. Dengan demikian, file kita telah tersimpan pada
hard disk secara otomatis. Cara lain yang dilakukannya adalah dengan menekan
tombol F12 hingga muncul kotak dialog Save As, ketik nama file yang diinginkan,
pilih Save lalu enter maka file akan tersimpan secara otomatis pada hard disk atau
folder yang aktif atau yang dituju.
d. Mengedit dokumen
Cara yang dilakukan dalam mengedit dokumen adalah pada prinsipnya sesuai
kebutuhan pengguna. Untuk menandai dokumen dengan cara tekan Shift+panah (kiri-
kanan, atas-bawah) sesuai kebutuhan. Untuk menandai seluruh teks, caranya dengan
menekan Alt+E, pilih Select All dengan menekan “L” atau menggunakan panah lalu
enter, maka seluruh teks akan terselek, atau bisa juga dengan menekan tombol Ctrl-A.
e. Mencetak dokumen
Langkah-langkahnya mencetak dokumen sebagai berikut: pilih menu file dengan tekan
Alt+F, pilih print menggunakan panah, lalu enter. Muncul kotak dialog print yang
berisi tulisan Printer, Page Range, Copies dan Zoom. Selanjutnya isi kotak dialog
sesuai yang dibutuhkan lalu enter, maka printer akan berproses hingga dokumen
tercetak pada kertas sesuai dengan yang diinginkan oleh pengguna. Atau dengan short-
cut tekan Ctrl-P lalu enter jika semua dokumen hendak diprint.
5. Hambatan-hambatan apa sajakah yang ditemukan dalam pengoperasian komputer oleh
tunanetra?
Berdasarkan data penelitian di atas, bahwa hambatan utama yang ditemukan dalam
kegiatan mengoperasikan komputer oleh tunanetra adalah yang berkaitan dengan
program aplikasi khusus yaitu program screen reader dengan aksesibilitas JAWS. Di
mana masih sulit mendapatkan software yang original dan persediaan yang terbatas,
menggunakan aksen bahasa asing, harganya terlampau mahal serta tidak adanya tenaga
teknisi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Tarsidi (2005) bahwa, “hambatan terbesar
bagi kebanyakan orang tunanetra untuk memiliki alat ini adalah harganya yang masih
sangat mahal (di atas $ 2000). Screen Reader yang popular seperti JAWS misalnya dijual
dengan harga di atas 800 USD. Harga Speech Syntheziser hampir sama dengan satu unit
komputer. Disamping itu, bahwa belum ada screen reader dengan TTS bahasa Indonesia.
Berdasarkan data hasil wawancara dan pengamatan langsung peneliti di lapangan,
ditemukan beberapa hambatan yang sangat urgen dalam melakukan pengoperasian
komputer, misalnya persediaan fasilitas yang kurang atau tidak sebanding dengan jumlah
siswa. Hal ini seperti dari data hasil pengamatan bahwa dari sekian banyak komputer
hanya ada empat unit yang dalam kondisi memadai. Satu unit digunakan untuk keperluan
administrasi di perpustakaan, dan tiga unit dipakai untuk kegiatan belajar keterampilan
komputer dan semuanya terkoneksi dengan jaringan internet. Kurangnya anggaran biaya
dan tidak adanya tenaga teknisi sehingga perangkat komputer yang sudah rusak tidak
dapat diperbaiki. Ditinjau dari aspek pribadi siswa, ditemukan hambatan seperti
kurangnya motivasi/semangat belajar dan kemampuan intelektual yang bervariasi
sehingga berakibat pada sikap cepat stress dan mudah putus asa. Fungsi pendengaran
kurang sehingga sulit beradaptasi dengan aksen JAWS, sehingga tidak dapat memahami

JASSI_anakku Volume 19 Nomor 1, Juni 2018
76

isi bunyi JAWS. Aspek materi atau kurikulum juga menimbulkan hambatan dalam upaya
pengoperasian komputer oleh tunanetra karena standar kompetensinya sesuai dengan yang
digunakan pada sekolah biasa.
6. Upaya apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam
pengoperasian komputer bagi tunanetra?
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mengoperasikan
komputer adalah tanggung jawab bersama, baik guru, siswa dan pihak terkait. Upaya guru
yaitu dengan memotivasi siswa, untuk dapat beradaptasi dengan bunyi JAWS yaitu
mengatur seting JAWS sesuai user, dan latihan mendengarkan suara JAWS dengan cara
memberi tugas latihan kepada siswa baik pada waktu pelajaran maupun di luar jam
pelajaran. Mengatasi masalah kurikulum yang menggunakan standar kompetensi bagi
orang awas yaitu dengan menggunakan kurikulum adaptif yaitu menyesuaikan pelajaran
dengan kemampuan siswa atau menyederhanakan materi dan menggunakan pendekatan
individual.
Sementara usaha siswa adalah dengan latihan yang kontinu/bereksperimen terus dan
kemauan untuk bertanya pada guru dan teman. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh
kepala sekolah dalam mengatasi kesulitan mendapatkan fasilitas yang harganya mahal
bisa dengan cara membuat anggaran biaya, jalin kerja sama dan megajukan proposal ke
instansi terkait. Persediaan sarana/prasarana, baik alat akses utama maupun alat penunjang
khusus bagi tunanetra, turut membantu dalam meningkatkan kemampuan mengoperasikan
komputer. Hal ini juga didukung oleh adanya program aksesibilitas Screen reader yang
cukup efektif bagi tunanetra dalam mengakses program aplikasi Microsoft Word dan
program lainnya pada komputer sesuai kebutuhannya dengan baik.

Daftar Pustaka
Daryanto. (2004). Keterampilan Dasar Pengoperasian Komputer. Bandung: Yrama Widya.
Jogiyanto, H.M. (1988). Pengenalan Komputer. Yogyakarta: Andi Offset.
Hadi, P. (2005). Kemandirian Tunanetra. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Herwindo dan Akbar, A. (2005). Mengenal Sistem Komputer Masa Kini. Bandung: Yrama
Widya.
Putrodjoyo, G. (1993). Kamus Komputer Masa Kini. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Rahayu, I. (2002). Implementasi Kurikulum Mulok 1994 Program Komputer dalam upaya
mewujudkan PBM Aktif dan Kreatif. Tesis Magister. UPI-Bandung. Tidak diterbitkan
Tarsidi, D. (2005). Komputer dan Ketunanetraan. (Online). Tersedia: http://d-Tarsidi.
blogspot.com/search/label/KomputerDanKetunanetraan
Tim Mitra Netra. (2004). Akses Teknologi Komputer bagi Tunanetra. Jakarta: MN.
Widdjajantin & Hitipeuw. (1996). Ortopedagogik Tunanetra I. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
Tenaga Guru.