1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi kurang dan gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang
kekurangan nutrisi atau nutrisinya dibawah rata-rata. Gizi kurang merupakan
suatu keadaan kekurangan zat gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam waktu yang cukup lama (Krisnansari, 2010). Status gizi
pada balita secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung dan
faktor tidak langsung. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi balita
ialah penyakit infeksi dan konsumsi makan, sedangkan faktor tidak langsung
yang mempengaruhi status gizi balita diantaranya ialah pendidikan, pengetahuan
ibu, dll.
Kasus gizi kurang banyak terjadi pada kelompok balita sehingga
dikatakan sebagai kelompok rentan karena pada usia tersebut merupakan masa
pertumbuhan yang pesat di mana memerlukan zat gizi yang optimal. Sampai
saat ini masalah kesehatan dan gizi masih diprioritaskan untuk kelompok balita
karena rentan terhadap masalah kesehatan dan gizi, pada masa tersebut
merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang. Pada masa ini
proses tumbuh kembang berlangsung sangat cepat disebut dengan masa
keemasan (golden age), di mana pada masa ini otak berkembang sangat cepat
dan akan berhenti saat anak berusia tiga tahun. Balita yang sedang mengalami
proses pertumbuhan dengan pesat, memerlukan asupan zat makanan relatif
lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik dan bergizi (Sutomo, 2010).
Menurut data dari Riskesdas (2018) prevalensi masalah gizi kurang pada
balita sebesar yaitu 13,8%. Jumlah ini mengalami penurunan dari Riskesdas
(2013) sebelumnya yaitu 13,9%. Kemudian pada data SSGI 2021 Provinsi Jawa
Timur memiliki prevalensi gizi kurang 6,4% dengan prevalensi rerata Nasional
7,1%. Dari prevalensi gizi kurang tersebut banyak terdapat pada balita usia 0-59
bulan. Sedangkan pada data SSGI 2021 prevalensi balita dengan status gizi
kurang sebesar 6,08% dan pada Desa Blendis memiliki prevalensi status gizi
kurang sebesar 5,1%.

2

Akibat status gizi kurang pada masa balita dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan, menyebabkan balita menjadi malas melakukan
aktivitas terkait dengan produksi tenaga, terganggunya sistem imunitas balita
sehingga mudah terserang penyakit infeksi, terhambatnya pertumbuhan otak
yang optimal, serta perubahan perilaku yang ditunjukkan balita seperti tidak
tenang, mudah menangis dan dampak berkelanjutannya adalah perilaku apatis
(Adriani & Wirjatmadi, 2014). Pola pengasuhan ibu dalam memberikan makan
kepada balita terbentuk akibat rendahnya pengetahuan ibu tentang gizi yang
dapat dinilai dari kebiasaan makan yang diberikan kepada balita. Kebiasaan
makan terbentuk dari kepercayaan, sikap dan pemilihan makanan secara
berulang-ulang. Kebiasaan makan pada anak balita dipengaruhi oleh kebiasaan
makan di dalam keluarga (Rahma & Nadhiroh, 2016).
Kurang gizi disebabkan oleh berbagai faktor, pertama makanan dan
penyakit infeksi yang mungkin di derita anak, kedua ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan. Ketiga faktor tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan,
terdapat kemungkinan semakin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, pola
pengasuhan anak, dan keluarga memanfaatkan, pelayanan kesehatan yang ada.
Ketidak terjangkauan pelayanan kesehatan (karena jauh, tidak mampu
membayar), dapat berdampak juga pada status gizi anak (Handayani, 2017).
Dampak jangka pendek dari gizi kurang adalah anak menjadi apatis,
mengalami gangguan bicara serta gangguan perkembangan y ang lain,
sedangkan dampak jangka panjang dari status gizi kurang adalah penurunan
skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian,
serta gangguan rasa percaya diri. Oleh karena itu kasus gizi kurang apabila tidak
dikelola dengan baik akan mengancam hilangnya generasi penerus bangsa
(Novela & Kartika, 2019).
Kekurangan energi pada seorang anak merupakan indikasi kekurangan
zat gizi lain. Apabila kondisi ini dibiarkan dalam jangka waktu lama, maka akan
mengakibatkan terhambatnya proses pertumbuhan tulang yang menyebabkan
terjadinya permasalahan dengan tinggi badan atau stunting pada balita.
Konsumsi energi dan protein sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang
balita dan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Konsumsi energi dan

3

protein yang rendah akan menjadikan anak balita beresiko mengalami gizi
kurang dan stunting.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sulistya (2013) bahwa tidak
terdapat hubungan antara asupan energi dengan status gizi kurang di Desa
Pulutan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Pujianto et al., (2022)
diperoleh perhitungan prevalen rasio (PR) adalah 1,17. Yang artinya bahwa
tingkat konsumsi energi kurang dapat berpengaruh terhadap kejadian gizi
kurang. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian bagaimana
hubungan tingkat konsumsi energi terhadap status gizi kurang balita.
Upaya perbaikan dan peningkatan gizi dapat dilakukan dengan cara
memenuhi kebutuhan gizi seimbang anak sedari dini. Asupan gizi seimbang dari
makanan memegang peran penting dalam proses pertumbuhan anak dibarengi
dengan pola makan yang baik dan teratur.

B. Rumusan masalah
Apakah ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi
pada balita Desa Blendis Kecamatan Gondang Tulungagung?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis hubungan antara tingkat konsumsi energi
dengan status gizi kurang pada balita Desa Blendis Kecamatan Gondang
Kabupaten Tulungagung.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat konsumsi energi balita di Desa Blendis
Kecamatan Gondang Tulungagung
b. Untuk mengetahui status gizi balita di Desa Blendis Kecamatan
Gondang Tulungagung
c. Untuk menganalisis hubungan tingkat konsumsi energi dengan status
gizi balita

4

D. Manfaat
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai hubungan tingkat konsumsi energi dengan status
gizi kurang pada balita.


2. Praktis
a. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman
mengenai hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi pada
balita.
b. Bagi masyarakat
Untuk memberikan gambaran mengenai hubungan tingkat
konsumsi energi dengan kejadian status gizi pada balita.

5

E. Kerangka konsep
















Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan
hubungan antara status gizi dengan tingkat konsumsi energi. Pada dasarnya
status gizi dipengaruhi oleh faktor langsung dan tidak langsung. Faktor langsung
terdiri dari asupan makan dan penyakit infeksi. Sedangkan asupan makan
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi zat gizi. Tingkat konsumsi terdiri dari zat gizi
makro yaitu energi. Tingkat konsumsi energi yang kurang disebabkan asupan
makan yang menurun sehingga dapat menyebabkan gizi kurang jika terjadi
berkepanjangan.

F. Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi
balita
H1 : Ada hubungan antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balita
Status Gizi
Asupan Makan Penyakit Infeksi
Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Energi Zat Gizi Makro
Variabel yang di teliti
Variabel yang tidak di teliti