STRATEGI PEMULIHAN PANDEMIC
LEARNING LOSS DALAM PEMBELAJARAN PAI
DI MASA NEW NORMAL
Dr. Raharjo, M.Ed.St.
Aziza Nurhayati
ix + 133 + halaman, 14 x 21 cm
ISBN: 978-602-7969-99-5
Diterbikan oleh:
Rafi Sarana Perkasa
Villa Ngaliyan Permai Blok E.9 Semarang 50185
Telp. +6224 7611825 HP. 081326101101
e-mail: [email protected]
@Hak penulis dan penerbit dilindungi undang-undang. Dilarang
mengutip atau memperbanyak sebagian tau seluruh isi buku tanpa seizin
tertulis dari penerbit.

iii
ABSTRAK
Darurat Pendidikan di masa covid-19 memberikan
dampak besar dalam penurunan kualitas pendidikan di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: 1)
bagaimana pembelajaran di masa Covid-19? 2) apa saja
aspek-aspek dalam learning loss? dan 3) bagaimana
pemulihan learning loss dalam pembelajaran pasca
Covid-19? Data penelitian ini diperoleh dari para guru dan
siswa di enam sekolah di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan
Lampung. Datanya dikumpulkan melalui teknik angket,
wawancara, dan dokumentasi. Analisis data penelitian ini
mencakup tiga tahap. Yakni reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan, sebagaimana rumusan Miles
dan Huberman. Berdasarkan analisis data yang telah
dilakukan menunjukan bahwa telah terjadi learning loss
dalam pembelajaran di masa pandemi Covid -19. Hal
tersebut ditandai dengan adanya penurun motivasi,
partisipasi, dan hasil belajar siswa. Adapun beberapa
startegi yang dapat dilakukan guru untuk memulihkan
pandemic learning loss dalam pembelajaran di era new
normal, antara lain: 1) menggunakan strategi, media,
sumber belajar yang bervariasi, 2) melakukan
remedial/pengayaan, 3) menuntut siswa untuk aktif
bertanya, 4) melibatkan peran orang tua.
Kata kunci: effective learning; learning loss; learning
strategy; pandemic learning; post Covid-19;

iv
ABSTRACT
The Education Emergency during the Covid-19 era
had a major impact on reducing the quality of education
in Indonesia. This study aims to reveal: 1) how is learning
during the Covid-19 era? 2) what are the aspects of
learning loss? and 3) how is the recovery of learning loss
in post-Covid-19 learning? The data for this research were
obtained from teachers and students in six schools in
Central Java, East Java and Lampung. The data was
collected through questionnaires, interviews and
documentation. Analysis of the research data includes
three stages. Namely data reduction, data presentation,
and drawing conclusions, as formulated by Miles and
Huberman. Based on the data analysis that has been
carried out, it shows that learning loss has occurred in
learning during the Covid -19 pandemic. This is marked
by a decrease in motivation, participation, and student
learning outcomes. There are several strategies that
teachers can do to recover from pandemic learning loss in
learning in the new normal era, including: 1) using
strategies, media, various learning resources, 2)
conducting remedial/enrichment, 3) requiring students to
actively ask questions, 4 ) involves the role of parents.
Keywords: effective learning; learning loss; learning
strategy; pandemic learning; post-Covid-19;

v

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang teah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini tanpa halangan yang berarti. Shalawat serta
salam terhatur kepada baginda Nabi Muhammad
SAWyang telah membawa syari’at menuju jalan yang
benar.
Dengan kerendahan hati dan penuh rasa hormat,
penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan
yang sangat berarti bagi penulis sehingga laporan ini
dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini,
penulis haturkan terima kasih kepada:
1.Pimpinan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Walisongo Semarang yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk memndapatkan
bantuan dana penelitian DIPA tahun 2022.

vi
2.Para reviewer yang telah memberikan arahan dan
bimbingan.
3.Para narasumber penelitian yang telah memberikan
informasi terkait dengan data-data penelitian.
Semoha Allah SWT memberikan balasan terbaik
kepada mereka yang telah memberi bantuan banyak
dalam proses penelitian dan penulisan laporan penelitian
ini. Dan semoga hasil pembahasannya bermanfaat bagi
para pembaca, Amiin.
Semaranr, 25 November 2022
Penulis

v
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Pengesahan iii
Pernyataan Keaslian iv
Abstrak v
Kata Pengantar vii
Daftar Isi ix
Daftar Gambar xi
Daftar Tabel xi
Daftar Lampiran xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Metode Penelitian 7
BAB II LEARNING LOSS RECOVERY 14
A. Kajian Pustaka 14
B. Kebijakan Pembelajaran di Masa
Covid-19
19
C. Learning Loss 28

viii
D. Pembelajaran Masa New Normal 45
BAB III KONTEKS PENELITIAN 60
BAB IV REALITAS PEMBELAJARAN DI
MADA COVID-19
64
A. Data dan Analisis Data 64
B. Pembahasan 68
BAB V REALITAS LEARNING LOSS
DALAM PEMBELAJARAN DI
MADA COVID-19
81
A. Data dan Analisis Data 81
B. Pembahasan 88
BAB VI REALITAS PEMULIHAN
LEARNING LOSS DALAM
PEMBELAJARAN DI MADA
COVID-19
92
C. Data dan Analisis Data 92
D. Pembahasan 101
BAB VII PENUTUP 109
A. Simpulan 109
B. Kontribusi dan Saran 110
DAFTAR PUSTAKA 112
LAMPIRAN 117

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Interaksi Pembelajaran 51
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Tingkat Partisipasi Belajar Siswa
pada indikator menjawab pertanyaan
84
Tabel 5.2 Tingkat Partisipasi Belajar Siswa
pada indikator menanggapi
pertanyaan
84
Tabel 5.3 Tingkat Partisipasi Belajar Siswa
pada indikator mengaktifkan video
saat pembelajaran
85
Tabel 5.4 Tingkat Partisipasi Belajar Siswa
pada indikator mengaktifkan suara
saat pembelajaran
85
Tabel 6.1 Upaya Guru Meningkatkan Motivasi
Belajar dengan Memberikan
Pujian/Hadiah Bagi Siswa yang
berhasil dalam proses pembelajaran
93
Tabel 6.2 Upaya Guru Meningkatkan Motivasi
Belajar dengan Memberikan Tugas
Disertai Penambahan Nilai
93
Tabel 6.3 Upaya Guru Meningkatkan Partisipasi
Belajar dengan Menuntut Siswa
untuk Bertanya atau Berkomentar
94
Tabel 6.4 Upaya Guru Meningkatkan Motivasi
Belajar dengan Menggunakan
Media/Metode yang Bervariasi
95

x

Tabel 6.5 Upaya Guru Meningkatkan
Pemahaman Siswa dengan
Menggunakan Sumber Belajar yang
Bervariasi
96
Tabel 6.6 Upaya Guru Meningkatkan
Pemahaman Siswa dengan
Menggunakan Buku Pegangan yang
Sesuai
97
Tabel 6.7 Upaya Guru Meningkatkan
Pemahaman Siswa dengan
Menggunakan LKS (Lembar Kerja
Siswa)
97
Tabel 6.8 Upaya Guru Meningkatkan
Pemahaman Siswa dengan
Memberikan Tugas Sesuai Tujuan
Pembelajaran
98
Tabel 6.9 Upaya Guru Memenuhi KD yang
Tidak Terpenuhi dengan Melakukan
Remedial
99
Tabel 6.10 Upaya Guru Memenuhi KD yang
Tidak Tercapai dengan Melakukan
Pengayaan
99
Tabel 6.11 Upaya Guru Memenuhi KD yang
Tidak Tercapai dengan Melibatkan
Peran Orang Tua
100

xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran-1 INSTRUMEN ANGKET SKALA
THURSTONE
118
Lampiran-2 INSTRUMEN PERTANYAAN
WAWANCARA
126
Lampiran-3 Ringkasan Penelitian dalam bentuk PPT 128
Lampiran-4 Curriculum Vitae Peneliti 133

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pandemi Covid-19 dapat dianggap sebagai
musibah, karena dianggap menjadi hal yang buruk dan
merugikan dalam pandangan kita, menyebabkan
pendidikan di seluruh dunia mengalami perubahan. Pada
puncak gelombang pertama pandemi itu, telah terjadi
penutupan sekolah (Angrist et al., 2021), dan pelaksanaan
pembelajarannya dilakukan secara daring. Dalam
pelaksanaanya, sebagian besar guru dan siswa tidak dapat
beradaptasi dengan perubahan yang ada. Hal tersebut
menjadikan pembelajaran tidak dapat terlaksana secara
optimal, dan menyebabkan terjadinya penurunan prestasi
belajar siswa. Kemampuan siswa di sekolah dasar telah
mengalami ketertinggalan hingga 1,5 tahun - 2,2 tahun
(Pratiwi, 2021). Di masa itu, telah terjadi penurunan
motivasi, minat serta partisipasi siswa dalam belajar
(Febrian, Widiyanti, Widodo, & Indriana, 2021). Selain
itu, pembelajaran yang hanya dapat dilakukan dalam
waktu yang relatif singkat mengakibatkan guru tidak

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
2
dapat mengajarkan seluruh Kompetensi Dasar (KD) mata
pelajaran, dan siswa tidak mampu menguasai semua
informasi yang disampaikan oleh guru (Andriani,
Subandowo, Karyono, & Gunawan, 2021). Bahkan di
masa itu, sebesar 12,8% siswa yang terdaftar di sekolah
dari seluruh dunia mengalami putus sekolah (Harmey &
Moss, 2021). Sehingga dapat dikatakan, ketidakoptimalan
proses pembelajaran di masa Covid-19 menyebabkan
terjadinya learning loss.
Terkadang sebuah musibah menjadi anugrah, jika
ridho terhadap suatu musibah lalu kita serahkan kepada
Allah, Allah akan mengganti dengan yang lebih baik.
Permasalahannya muncul kepanikan dan ketakutan ketika
tertimpa musibah Covid-19. Panik boleh tapi jangan
berlarut. Kembalikan semua masalah kepada Allah. Kita
tetap ikhtiyar untuk mencari jalan keluar, berusaha
mengambil hak kita. Namun, usaha jangan sampai
mengalahkan porsi kita untuk memita kepada Allah.



َنْيِعِشٰخْلا ىَلَع َّلَِّا ٌةَرْيِبَكَل اَهَّنِاَو ِِۗةو
ٰ
لَّصلاَو ِرْبَّصلاِب اْوُنْيِعَتْساَو

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan
sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
3
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk.” (QS. Al-Baqarah [2]: 45).

ِمَعَو ْمُكنِم ۟اوُنَماَء َنيِذَّلٱ َُّللَّٱ َدَعَواَمَك ِضْرَْلْٱ ىِف ْمُهَّنَفِلْخَتْسَيَل ِتَٰحِلٰ
َّصلٱ ۟اوُل
مُهَّنَلِ دَبُيَلَو ْمُهَل ٰىَضَتْرٱ ىِذَّلٱ ُمُهَنيِد ْمُهَل َّنَنِ كَمُيَلَو ْمِهِلْبَق نِم َنيِذَّلٱ َفَلْخَتْسٱ
َنوُكِرْشُي َلَّ ىِنَنوُدُبْعَي ۚ اًۭ نْمَأ ْمِهِفْوَخ ِدْعَب ۢنِ م ًۭ
ـْيَش ىِب َدْعَب َرَفَك نَمَو ۚ ا
َنوُقِس
ٰ
َفْلٱ ُمُه َكِئ
َٰٰٓ
َل۟و
ُ
أَف َكِل
ٰ
َذ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-
amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana
Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum
mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-
Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku.
Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji)
itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.
(QS. An-Nur: 55)

ِإ َّلَجَو َّزَع َِِّللَّ ائْيَش َعَدَت ْنَل َكَّنِإ ُهْنِم َكَل ٌرْيَخ َوُه اَم ِهِب َُّاللَّ َكَلَّدَب َّلَّ

“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu
karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti
padamu dengan yang lebih baik .” (HR. Ahmad.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa
sanad hadits ini shohih)

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
4
Telah banyak penelitian yang mengkaji adanya
fenomena learning loss dalam pembelajaran daring di
masa Covid-19, akan tetapi jarang ditemukan penelitian
terkait strategi pemulihan learning loss di masa
pembelajaran new normal. Penelitian ini bertujuan untuk
melengkapi penelitian/ hasil penelitian sebelumnya yang
terkait learning loss dan upaya pemulihannya. Penelitian
ini sangat penting untuk dikaji, karena tanpa adanya
pemulihan learning loss dalam pembelajaran akan
menyebabkan sumber daya masusia (SDM) di berbagai
negara memiliki kualitas yang buruk, baik dari segi
pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Pemerintah
harus segera melakukan kebijakan-kebijakan sebagai
upaya pemulihan learning loss, sedangkan pada tingkat
satuan Pendidikan, kepala sekolah, dan guru berusaha
mengimplementasikannya dalam bentuk kegiatan
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
Deskripsi latar belakang penelitian di atas
mengantarkan peneliti untuk merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
5
1. Bagaimana pembelajaran di masa Covid-19?
2. Apa saja aspek-aspek dalam learning loss?
3. Bagaimana pemulihan learning loss dalam
pembelajaran di masa new normal?

C. Tujuan Penelitian
Seiring dengan tiga rumusan masalah penelitian
yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pembelajaran di masa Covid-19.
2. Mengungkap aspek-aspek dalam learning loss.
3. Menemukan strategi pemulihan learning loss dalam
pembelajaran di masa new norma.

D. Manfaat Penelitian.
1. Manfaat Teoritis.
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk
memberikan gambaran terkait pelakasanaan
pembelajaran di masa new-normal, yang efektif dan
efisien di dalam menanggulangi learning loss yang
terjadi pada peserta didik. Selain itu, hasil penelitian
ini akan mengembangkan khazanah keilmuan,

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
6
wawasan dan teori dalam bidang strategi
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis.
Terdapat beberapa manfaat praktis dalam
penelitian ini, di antaranya;
a. Bagi Lembaga. Hasil penelitian ini bermanfaat
untuk meningkatkan kualitas system Pendidikan
dalam menanggulangi learning loss di masa new-
normal.
b. Bagi Kepala Sekolah. Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan dalam menentukan
kebijakan baru dalam meningkatkan pembelajaran
yang efektif.
c. Bagi Guru. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan dalam merencanakan pembelajaran
pendidikan agama Islam yang mampu
meningkatkan motivasi belajar mandiri peserta
didik.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
7
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus di
Indonesia. Peneliltian kualitatif adalah suatu
pendekatan sosial yang mengungkapkan sebuah
fenomena tertentu secara mendalam, dan
mendiskripsikannya melalui kata-kata yang
didasarkan dari data yang diperoleh secara alamiah.
Jenis penelitian ini digunakan sebagai strategi
penyelidikan di mana peneliti mengeksplorasi
fenomena dengan batasan terperinci, menggunakan
data yang mendalam, dan menyertakan berbagai
sumber informasi. Karakteristik jenis penelitian ini
adalah adanya pembatasan waktu dan tempat
penelitian. Oleh kerena itu penelitian dilakukan di
beberapa sekolah saja dengan waktu yang telah
ditentukan. Penggunaan metode ini bertujuan untuk
menggambarkan pelaksanaan pembelajaran online,
aspek-aspek learning loss dalam pembelajaran
tersebut, serta berbagai upaya strategi pemulihan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
8
pandemic learning loss yang telah dilaksankan di
beberapa sekolah.

2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan setelah
penandatanganan kontrak penelitian, selasa 19 Juli
2022, di 6 sekolah yang terletak di Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Lampung. Tingkatan sekolah yang
dijadikan tempat penelitian adalah Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang berstatus swasta dan
negeri. Beberapa sekolah tersebut antara lain; SDN
Sukaraja (Kalianda, Lampung), MI Al-Iman Bader
(Tuban, Jawa timur), SMP Hasanudin 6 (Semarang,
Jawa Tengah), SMP Jannaturroichan (Jombang, Jawa
Timur), MAN 1 Tegal Jawa Tengah, dan MA Darul
Ulum (Semarang, Jawa Tengah). Responden yang
menjadi sumber data adalah guru-guru yang mengajar
di 6 sekolah yang dijadikan lokasi penelitian, dan
siswa yang berasal dari sekolah tersebut. Selain itu,
sumber data juga diperoleh dari dokumentasi, seperti

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
9
Rancangan pembelajaran (RPP) dan lembar hasil
belajar siswa.

3. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan ada tiga aspek, yakni:
a. Pembelajaran di masa Covid-19.
b. Aspek-aspek dalam learning loss.
c. Strategi pemulihan learning loss di masa new
normal.

4. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Angket. Instrumen pertanyaan dalam angket
disusun menggunakan skala Thurstone.
Penggunaan angket jenis ini bersifat fleksibel.
Responden dapat memilih jawaban yang tersedia
lebih dari satu, dan menambahkan jawaban lain.
Data angket ini di analisis secara deskriptif
menggunakan penjabaran kata-kata. Penyebaran
instrument angket dilakukan dengan
memanfaatkan google form, dan dilaksanakan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
10
pada tanggal 29 Januari 2022. Angket tersebut
disebar kepada guru di SDN Sukaraja (Kalianda,
Lampung), MI Al-Iman Bader (Tuban, Jawa
timur), SMP Hasanudin 6 (Semarang, Jawa
Tengah), SMP Jannaturroichan (Jombang, Jawa
Timur), MAN 1 Tegal Jawa Tengah, dan MA
Darul Ulum (Semarang, Jawa Tengah).
b. Wawancara. Jenis wawancara yang digunakan
adalah wawancara mendalam. Wawancara
dilakukan setelah penyebaran angket, sehingga
instrument pertanyaan yang disusun merupakan
pertanyaan lanjutan yang berkaitan dengan
jawaban responden. Wawancara dalam penelitian
ini menggunakan wawancara semi terstruktur
(berpacu pada instrument wawancara, tetapi
sifatnya terbuka) dan wawancara mendalam.
Peneliti akan menyiapkan instrument pertanyaan
terkait pelaksanaan pembelajaran di masa Covid-
19, aspek-aspek learning loss, dan strategi
pemulihan learning loss dimasa new normal.
Dalam pelaksanaanya, peneliti akan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada guru dan beberapa

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
11
siswa. Pertanyaan yang diajukan berpedoman
pada instrumen wawancara yang telah dibuat,
tetapi peneliti juga akan mengajukan pertanyaan
yang tidak terdapat dalam instrument, jika hal
tersebut diperlukan.
c. Dokumentasi. Studi dokumentasi dalam penelitian
kualitatif adalah pengumpulan dokumen atau data-
data yang diperlukan dalam penelitian, kemudian
berbagai data yang ditemukan tesebuat ditelaah
secara intens, sehingga diperoleh data untuk
mendukung dan menambah kepercayaan dan
pembuktian suatu kejadian. Penggunaan teknik
dokumentasi bertujuan untuk mengetahui
perencanaan pembelajaran yang disusun oleh
guru, serta hasil belajar siswa. Dokumentasi yang
digunakan penelitian dalam penelitian ini, antara
lain; kurikulum, silabus, rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP), hasil belajar siswa.

5. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif merupakan sebuah
proses mencari, menyusun data secara sistematis

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
12
yang diperoleh dari teknik pengumpulan data dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
meyusun kedalam pola, memilih mana yang penting
dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan,
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain. Analisis data penelitian ini menggukan
kata-kata yang disusun ke dalam teks yang diperluas,
dan tidak menggunakan perhitungan angka-angka.
Teknik analisis data yang digunakan adalah
teori Miles dan Huberman. Berdasarkan teori tersebut
ada tiga tahapan dalam menganalisis data.
1. Reduksi data. Pada tahap ini, peneliti melakukan
penyeleksian data dengan mereduksi beberapa
data yang tidak terkait, dan memilih data-data
penting yang terkait dengan fokus penelitian.
2. Penyajian data. Hal ini merupakan langkah kedua
setelah tahap reduksi data. Penyajian data
menggunakan teks narative, sehingga data yang
diperoleh didiskripsikan dengan penjabaran kata-
kata. Selain itu, penyajian data dalam penelitian
ini juga menggunakan tabel.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
13
3. Penarikan kesimpulan berisi jawaban dari
rumusan masalah, serta temuan baru yang
sebelumnya belum ada. Dalam penelitian ini,
kesimpulan menjawab 3 rumusan masalah, terkait
pelaksanaan pembelajaran daring, aspek-aspek
learning loss dalam pembelajaran daring, dan
strategi pemulihan pandemic learning loss di masa
pasca covid-19.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
14
BAB II
LEARNING LOSS RECOVERY

A. Kajian Pustaka
Kajian-kajian penelitian pada era pasca covid-19
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kecenderungan.
Pertama, studi tentang learning loss di masa covid-
19 (Angrist et al., 2021; Kaffenberger, 2021; Tadesse,
Muluye, Tadesse, & Muluye, 2020). Di masa pandemi,
learning loss merupakan istilah yang mengacu pada
hilangnya kesempatan belajar, karena tidak adanya
interaksi antara guru dan siswa selama proses
pembelajaran. Learning loss merupakan suatu fenomena
di mana siswa kehilangan pengetahuan dan ketrampilan
baik secara umum maupun khusus, karena adanya
kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Angrist et al. (2021) dalam penelitiannya yang berjudul
‘Building back better to avert a learning catastrophe:
Estimating learning loss from COVID-19 school
shutdowns in Africa and facilitating short-term and long-
term learning recovery’ mengatakan bahwa defisit belajar
telah terjadi pada kelas awal di Etiopia, Kenya, Liberia,

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
15
Tanzania, dan Uganda selama setengah hingga lebih dari
satu tahun. Hal itu karena COVID-19 telah menghalangi
aktivitas pembelajaran. Sejalan dengan itu, Kaffenberger
(2021) dalam penelitiannya yang berjudul ‘Modelling the
long-run learning impact of the Covid-19 learning shock:
Actions to (more than) mitigate loss’ menambahkan
bahwa akibat pandemic OVID-19, peserta didik akan
mengalami tertinggalan dari kurikulum ketika mereka
masuk kembali ke sekolah dan akan semakin tertinggal
seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu perlu
dirancang program remediasi kurikulum dan pelatihan
guru sedemikian rupa sehingga mampu mengembalikan
ketertinggalan tersebut segera setelah masa re-opening.
Lebih lanjut, Tadesse et al. (2020) dalam penelitiannya
yang berjudul ‘The Impact of COVID-19 Pandemic on
Education System in Developing Countries: A Review’
mengatakan bahwa penutupan sekolah akibat virus corona
telah membawa kesulitan bagi siswa, guru, dan orang tua.
Menurutnya, lembaga pendidikan perlu merancang
kurikulum, menyiapkan strategi belajar-mengajar pasca-
coronavirus untuk memulihkan pembelajaran yang
hilang.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
16
Kedua, studi tentang problematika pembelajaran di
era new normal (Ichsan, Purwanto, & Rahmayanti, 2021;
Manalu, Wanda, Worumboy, & Budiarti, 2021; Permana
& Pujiastuti, 2017). Fenomena learning loss membawa
dampak penurunan prestasi belajar (dari aspek
pengetahuan, sikap maupun ketrampilan), tumbuh
kembang siswa terganggu, adanya tekanan psikologis dan
psikososial, serta terjadinya kesenjangan belajar.
Disamping itu, terbatasnya waktu belajar mengakibatkan
materi pembelajaran tidak tersampaikan dengan baik dan
penuh. Ichsan et al. (2021) dalam penelitiannya yang
berjudul ‘E-learning in new normal covid-19 era:
Measure hots and pro-environmental behavior about
environmental pollution’ mengatakan bahwa
pembelajaran di masa new normal masih terkendala
dengan omplementasi e-learning, dan karenanya nilai
HOTS siswa secara keseluruhan berada pada ategori
sangat rendah. Sejalan dengan itu, Manalu et al. (2021)
dalam penelitiannya yang berjudul ‘Digital Literacy
Overview: Challenges in Online Physics Learning at New
Normal Era’ menambahkan bahwa siswa belum dapat
berkomunikasi dan berpartisi aktif dalam pembelajaran

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
17
online. Salah satu inovasi yang perlu dilakukan adalah
pengembangan buku ajar tematik integrative berbasis
discovery learning, sebagaimana penelitian Permana &
Pujiastuti (2017).
Ketiga, studi tentang model-model pembelajaran di
masa post covid-19 (Festiyed, Novitra, Yohandri, &
Asrizal, 2022; Nurmawanti, Darmiany, Nurwahidah, &
Kusuma, 2021). Beberapa kebijakan sebagai upaya
memulihkan learning loss, diantaranya; 1) pelibatan orang
tua dalam mengawasi, memantau serta membantu siswa
saat belajar di rumah, 2) kemah pembelajaran, dan
program remedial, dan 3) pembelajaran tatap muka harus
segera dilaksanakan. Festiyed et al. (2022) dalam
penelitiannya yang berjudul ‘Networked-based Inquiry:
An Effective Physics Learning in the New Normal
COVID-19 Era in Indonesia’ menawarkan model Inkuiri
Berbasis Jaringan efektif karena terbukti meningkatkan
Keterampilan Abad 21 dan hasil belajar. Sedangkan
Nurmawanti et al. (2021) dalam penelitiannya yang
berjudul ‘STEM and Critical Thinking: Alternative
Learning Collaboration between Teachers and Parents in
The New Normal Era’ menemukan bahwa pembelajaran

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
18
STEM dengan kolaborasi antara guru dan orang tua fokus
pada kemampuan berpikir kritis siswa layak digunakan
sebagai alternatif pembelajaran di era new normal.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
19
B. Kebijakan Pembelajaran di Masa Covid-19
Penyakit virus corona (COVID-19) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.
Sebagian besar orang yang tertular COVID-19 akan
mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih
tanpa penanganan khusus. Namun, sebagian orang akan
mengalami sakit parah dan memerlukan bantuan medis.
Virus dapat menyebar dari mulut atau hidung orang yang
terinfeksi melalui partikel cairan kecil ketika orang
tersebut batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau
bernapas. Partikel ini dapat berupa droplet yang lebih
besar dari saluran pernapasan hingga aerosol yang lebih
kecil. Seseorang dapat tertular saat menghirup udara yang
mengandung virus jika berada di dekat orang yang sudah
terinfeksi COVID-19. Seseorang juga dapat tertular jika
menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah menyentuh
permukaan benda yang terkontaminasi. Virus lebih
mudah menyebar di dalam ruangan dan di tempat ramai
(Nurmawanti et al., 2021).
Pandemi dan penyebaran Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) telah dinyatakan oleh World Health
Organization (WHO) sebagai Global Pandemic sejak

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
20
tanggal 11 Maret 2020 dan ditetapkan sebagai
kedaruratan kesehatan masyarakat berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) serta bencana nonalam
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020
tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai
Bencana Nasional, sampai saat ini belum berakhir dan
berdampak terhadap berbagai aspek termasuk aspek
kesehatan, ekonomi, dan sosial yang luas di Indonesia
(Ichsan et al., (2021). Dalam hal ini, berdasarkan
pertimbangan Hakim Konstitusi dalam Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 37/PUU-XVlll/2020 yang
menegaskan pentingnya pernyataan dari Presiden atas
status faktual pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) di Indonesia, perlu diberikan kepastian
hukum mengenai belum berakhirnya pandemi Corona
Virus Disease 2019 (COVID- 19). Sebagaimana hal
tersebut Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2021 tentang
Penetapan Status Faktual Pandemi Corona Virus

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
21
Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia. Dalam masa
pandemic Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Pemerintah melaksanakan kebijakan di bidang keuangan
negara dan stabilitas sistem keuangan berdasarkan:
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem
Keuangan menjadi Undang-Undang;
b. Undang-Undang yang mengatur mengenai anggaran
pendapatan dan belanja negara setelah melalui proses
legislasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat termasuk
dalam rangka menyetujui pengalokasian anggaran
serta penentuan batas defisit anggaran guna
penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID- 19) beserta dampaknya, dan setelah
mendapatkan pertimbangan dari Dewan Perwakilan
Daerah; dan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
22
c. peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
Dalam rangka penanganan, pengendalian dan/atau
pencegahan pandemi COVID-19 beserta dampaknya
khususnya di bidang kesehatan, ekonomi, dan sosial,
Pemerintah dapat menetapkan bauran kebijakan melalui
penetapan skema pendanaan antara Pemerintah dengan
badan usaha yang bergerak di bidang pembiayaan
pelayanan kesehatan dan skema lainnya (Manalu et al.,
2021).
Datangnya pandemi memiliki dampak yang besar di
kehidupan manusia di dunia, utamanya di bidang pendidikan.
Kegiatan pembelajaran tatap muka terpaksa ditiadakan demi
menyelamatkan jiwa dari serangan virus corona. Dalam
praktiknya, pembelajaran online memang memiliki beberapa
kelebihan seperti efisiensi tempat dan waktu pembelajaran.
Mempertimbangkan kebutuhan pembelajaran, berbagai
masukan dari para ahli dan organisasi serta
mempertimbangkan evaluasi implementasi SKB Empat
Menteri, Pemerintah melakukan penyesuaian terkait
pelaksanaan pembelajaran di zona kuning dan hijau dapat
melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan
penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat. “Prinsip

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
23
kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah
mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat
secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang
peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya
pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi Covid-
19,” jelas Mendikbud. Pemerintah telah mengeluarkan
berbagai kebijakan dan inisiatif untuk menghadapi
kendala pembelajaran di masa pandemi Covid-19, seperti
revisi surat keputusan bersama (SKB) Empat Menteri
yang telah diterbitkan tanggal 7 Agustus 2020, untuk
menyesuaikan kebijakan pembelajaran di era pandemi
saat ini. Ichsan et al. (2021) menambahkan bahwa sekolah
diberi fleksibilitas untuk memilih kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran siswa di masa pandemi,
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan terkait kurikulum pada masa
darurat.
Sejak Maret 2020, Kemendikbud telah melakukan
penyesuaian kebijakan pendidikan, serta menyediakan
inisiatif dan solusi di masa pandemi Covid-19. Pada bulan
Maret, terdapat pembatalan ujian nasional, ujian sekolah

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
24
tidak perlu mengukur ketuntasan kurikulum, sekolah yang
belum melaksanakan ujian dapat menggunakan nilai lima
semester terakhir untuk menentukan kelulusan siswa,
mekanisme PPDB tidak mengumpulkan siswa dan orang
tua, PPDB jalur prestasi berdasarkan akumulasi nilai
rapor dan prestasi lain (Festiyed et al., 2022).
Lebih lanjut, Festiyed et al. (2022) menjelaskan,
dalam Masa Darurat Penyebaran Covid, proses
pembelajaran dilaksanakan di rumah melalui
pembelajaran daring untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna pada peserta didik. Dalam
pembelajaran daring, guru dapat memanfaatkan teknologi
informasi seperti whatsapp, google classroom, zoom,
telegram ataupun media lainnya. Kemendikbud telah
mengatur kebijakan melalui Surat Edaran Nomor 4 tahun
2020 Kementerian Pendidikan yang memuat empat hal.
Adapun empat pokok utama, strategi yang diusung
Kemendikbud adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran secara daring, baik secara interaktif
maupun non interaktif.
b. Guru harus memberikan pendidikan kepada peserta
didik tentang kecakapan hidup, yakni pendidikan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
25
yang bersifat kontekstual sesuai kondisi rumah
masing-masing, terutama pengertian tentang covid-
19, mengenai karakteristik, cara menghindarinya dan
bagaimana cara agar seseorang tidak terjangkit.
c. Pembelajaran di rumah harus disesuaikan dengan
minat dan kondisi masing-masing peserta didik.
d. Bagi para guru tugas yang diberikan kepada peserta
didik tidak harus dinilai seperti biasanya di sekolah,
akan tetapi penilaian lebih banyak kualitatif yang
sifatnya memberi motivasi kepada anak-anak.
Melalui pembelajaran daring guru dituntut untuk
kreatif dan inovatif dalam menentukan strategi
pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Selain itu juga, guru harus merancang pembelajaran
daring dengan memanfaatkan media yang tepat dan
sesuai. Nurmawanti et al. (2021) mengatakan bahwa
pembelajaran daring akan memberikan kesempatan lebih
luas kepada peserta didik untuk mengeksplor materi yang
diajarkan. Di dalam Pelaksanaan Pembelajaran Daring di
Masa Pandemi Covid 19, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan Guru dan Murid yaitu:

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
26
A. Bagi guru dan murid harus memahami cara
menggunakan/mengoperasikan alat-alat teknologi
yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh.
B. Guru dapat membagi kelas menjadi kelompok belajar
yang kecil dan melakukan diskusi kerja kelompok
sehingga proses belajar akan lebih efektif.
C. Guru dan murid sepakat mengerjakan tugas kelompok
dan menciptakan tantangan atau lomba yang
memerlukan kolaborasi.
D. Alokasikan waktu untuk murid-murid yang tertinggal
atau kurang memahami sesi pelajaran.
E. Para guru harus fokus pada subjek pembelajaran agar
dapat membantu kemampuan para murid untuk sukses
dalam mata pelajaran.
F. Apabila cara mengajar belum maksimal, para guru
dapat memodifikasi cara mengajar agar lebih mudah
dipahami para murid.
G. Para guru harus dapat membuat suasana belajar dan
mengajar di sesi online menyenangkan bagi para
murid
H. Dan yang paling penting, Guru harus tetap
berkoordinasi dengan pihak orangtua/wali siswa

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
27
dalam pemantauan proses belajar daring, sehingga
tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Beberapa hal tersebut dapat dilaksanakan dalam
proses belajar di rumah. Selain itu, kesempatan untuk
melakukan berbagai macam efisiensi dan teknologi
dengan software dapat dilakuka dengan aplikasi dan
memberikan kesempatan bagi guru-guru, kepala sekolah
dan murid-murid untuk melakukan berbagai macam
hybrid model atau school learning management system.
Kaffenberger (2021) menambahkan bahwa pembelajaran
jarak jauh atau belajar dari rumah selama pandemi Covid-
19 terbukti membuat orangtua dan guru mencoba
beradaptasi dalam memanfaatkan teknologi. Dengan
pemanfaatan berbagai metode pembelajaran dan penyajian
materi yang bervariasi dengan menggunakan media online,
guru terpaksa harus menambah keterampilannya lewat
berbagai cara digital. Di satu pihak guru meningkat
kemampuannya dalam mengajar, di lain pihak ada nilai-nilai
yang hilang dalam pembelajaran di masa pandemic.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
28
C. Learning Loss
Learning loss diartikan hilangnya pengetahuan dan
keterampilan baik secara umum maupun spesifik atau
terjadinya kemunduran proses akademik. Perkembangan
belajar peserta didik selama pandemi disimpulkan bahwa
kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif menurun
drastis. Para pendidik sangat merasakan adanya learning
loss itu manakala peserta didik mulai masuk sekolah untuk
mengikuti pertemuan tatap muka (PTM) secara bergiliran.
Peserta didik tidak mampu menyerap materi pembelajaran
yang disampaikan secara daring (dalam jaringan) secara
optimal, keaktifan menyelesaikan tugas semakin hari
semakin merosot, dan tingkat kepatuhan pada
petunjuk/instruksi dari pendidik juga berkurang. Dalam
konteks pandemi Covid-19, fenomena learning loss
terjadi antara masa pra pandemic dan masa pandemic
yang berlangsung hingga sekarang (Tirando, 2021). Nilai-
nilai yang hilang itu salah satunya adalah aspek pembangunan
karakter pada siswa. Seperti etika bersosialisasi pada guru dan
sesama temannya, gesture yang menunjukkan akhlakul
karimah, juga kedisiplinan dalam mengikuti pembelajaran.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
29
Karena hal-hal tersebut bisa diterapkan secara maksimal
melalui pembelajaran tatap muka.
Di masa ini, istilah learning loss lebih mengacu
pada hilangnya kesempatan belajar karena berkurangnya
intensitas interaksi antara siswa dengan guru dalam proses
pembelajaran (Engzell, Frey, & Verhagen, 2021).
Learning loss merupakan salah satu konsep yang
didefinisikan sebagai adanya ketidakmaksimalnya proses
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Forum
pendidikan dan pengembangan mendefinisikan learning
loss sebagai fenomena hilangnnya pengetahuan dan
ketrampilan siswa baik secara umum maupun khusus,
atau kemunduran akademis siswa yang terjadi karena
adanya kesenjangan proses pendidikan yang
berkepanjangan (Wahyudi, 2021).
Fenomena ini terjadi karena pembelajaran secara
online tidak terlaksana secara optimal (Febrian et al.,
2021). Dalam hitungan hari, dengan waktu yang singkat,
ditambah ketidaksiapan sumber daya manusia dan sarana
penunjang, akhirnya sekolah secara drastis beralih
menggunakan moda daring sebagai jawaban atas kondisi
darurat covid-19. Pembelajaran berbasis daring dianggap

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
30
menjadi satu solusi yang memungkinkan agar
pembelajaran terus berjalan tanpa tatap muka. Akan
tetapi, seiring berjalannya waktu, pembelajaran moda ini
mulai menunjukkan beberapa kendala yang cukup serius.
Sekolah dan guru mulai mencari bentuk lain untuk
meyakinkan bahwa pembelajaran harus terus berlangsung
dan peserta didik tetap belajar.
Berbagai upaya yang sudah dilakukan hingga saat
ini, tampaknya belum mampu menyamai keunggulan dari
pembelajaran tatap muka yang sudah begitu melekat
dalam kultur pendidikan kita. Tentu hal ini bukan tanpa
alasan. Selain faktor sarana dan prasarana (Hand Phone,
pemenuhan data/kuota, jangkauan sinyal) ternyata daring
belum sepenuhnya engaging (melibatkan) siswa.
Keterlibatan siswa di sekolah sekolah non-perkotaan atau
daerah 3T bahkan mungkin di sekolah sekolah di kota
malah cenderung menurun. Bahkan yang terjadi di
pedesaan, mulai menunjukkan sinyal adanya keinginan
peserta didik untuk putus sekolah (drop out). Beban yang
harus dipikul oleh keluarga melalui pembelajaran daring
dianggap cukup memberatkan. Belum lagi dipandang dari
sisi guru. Merubah kebiasaan dan persiapan mengajar dari

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
31
tatap muka ke daring bukanlah hal yang mudah (Andriani
et al., 2021).
Pengemasan materi, cara penyampaian secara
online, sistem penilaian, hanya dalam waktu singkat
semua berubah dengan begitu cepat. Merubah kultur dan
imaji bahwa KBM tercipta karena hadirnya siswa dan
guru dalam kelas. Yang terjadi, ternyata tidak semua guru
siap untuk itu. Beberapa karakter mata pelajaran nyatanya
terlalu sulit disampaikan secara daring. Hal ini tentu
merupakan tantangan sekaligus momentum di mana
keprofesian seoorang guru sedang diuji. Bersyukur, para
guru di beberapa sekolah bisa mengunakan kurikulum
darurat bahkan diperbolehkan untuk menyederhanakan
lagi kurikulum darurat tersebut sesuai keadaan dan
kebutuhasn sekolah masing masing. Dan yang lebih
menyejukkan, ketika kesehatan dan keselamatan peserta
didik menjadi prioritas bukan ‘mengejar’ kurikulum.
Tidak sampai hanya disitu, pembelajaran daring ini,
sayangngnya, mulai menunjukkan gejala yang mungkin
tidak terpikirkan sebelumnya, yaitu: learning loss –
hilangnya minat belajar siswa (Febrian et al., 2021).

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
32
Beberapa kendala dalam pembelajaran online antara
lain; 1) fasilitas dan sarana prasana yang tidak memadai,
2) mahalnya biyaya kuota internet, 3) koneksi internet
yang tidak stabil, 4) kurangnya pemahaman tentang IT
sebagaima hasil penelitian Tarigan (2021). Sebagian
pakar khususnya dari aspek pendidikan sepakat, bahwa
hadirnya pandemi Covid-19 menyebabkan terjadinya
berbagai perubahan dari yang ringan sampai signifikan.
Salah satu perubahan signifikan di negeri, kebijakan PTM
(pembelajaran tatap muka) terhenti untuk beberapa bulan
dalam penjagaan protokol kesehatan. Kehadiran proses
pembelajaran yang bertransformasi dari PTM menuju PJJ
(pembelajaran jarak jauh) menghadirkan beragam
tantangan baik bagi peserta didik, guru, orang tua bahkan
lingkup masyarakat sekitar (Nurfidah, 2021). Dalam
kondisi ini, seluruh unsur pendidikan perlu untuk bisa
lebih beradaptasi dengan situasi maupun kondisi yang
baru. Hanya saja, sebagaimana fakta yang terlihat, tidak
semua satuan pendidikan bisa ikut menyesuaikan dengan
perubahan pendidikan.
Tarigan (2021), menyebutkan ragam penyebab
terjadinya learning loss antara lain adalah:

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
33
a. Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh yang Sifatnya
Insidental
Sebagian pakar pendidikan menyangsikan
kebijakan PJJ (pembelajaran jarak jauh) atau
belajar online, dapat mengakibatkan “Learning Loss”.
Kendati untuk penjagaan protokol kesehatan, namun
pemberhentian PTM juga terlihat mendadak dan tidak
serupa dengan kebijakan pada aspek lain. Kebijakan
dadakan tersebut menjadikan keseluruhan satuan
pendidikan harus segera menyiapkan beragam
administrasi pendidikan berikut hal – hal lainnya yang
memang tidak bisa dilakukan dengan mudah. Bisa jadi
karena alokasi dana yang kurang, keterbatasan
dukungan jaringan dari orangtua dan lain sebagainya.
Akibatnya, banyak peserta didik yang merasa sangat
kurang dalam menerima konten pembelajaran.
Bahkan kehadirannya hanya sekedar ada tanpa
menampakkan muka di media online sebagaimana
adab dalam menghadiri majelis ilmu (Wahyudi,
2021). Dalam masa PJJ itu pula, motivasi belajar siswa
menurun karena keadaan yang tidak kondusif dalam
memberikan suasana yang mendukung untuk belajar.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
34
Selain itu, distribusi materi dan proses pembelajaran dari
guru serta komunikasinya yang searah membuat siswa
cepat bosan dan tidak semangat belajar.
b. Tempat dan Waktu Belajar yang Terbatas
Adanya keterbatasan waktu maupun tempat
juga menjadi kendala dan berpengaruh pada
terjadinya fenomena learning loss. Hal ini terjadi
lantaran kebijakan belajar online akan meniadakan
waktu untuk praktikum, belajar bersama dan
mengasah keterampilan. Memang tidak serta merta
sirna, namun sebagian guru memang mengharapkan
para peserta didik dapat mengatur dan memanage
segala aktivitas yang dilakukan sekaligus menerapkan
belajar mandiri.
c. Minimnya Pengetahuan akan Teknologi
Sepakat atau tidak, teknologi hari ini bagaikan
sebuah hal yang tak terpisahkan dari kehidupan
termasuk pendidikan. Hanya saja, hal tersebut
berbanding terbalik dengan fakta bahwa masih banyak
baik guru, peserta didik bahkan orang tua tak
memahami penggunaan teknologi. Hal yang paling
krusial, bila seorang guru tak mampu

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
35
menggunakannya. Padahal jantungnya pembelajaran
pada saat pertemuan virtual berlangsung. Akibatnya,
banyak pertemuan yang harus digantikan dengan
tugas pengumpulan saja.
Terkadang tanpa penjelasan dari topik yang
diberikan. Selain itu, keterbatasan pemahaman pada
teknologi juga menjadikan peserta didik merasa bosan
dengan hanya melihat gurunya melalui media virtual.
Malah terkadang mereka lebih memilih off cam.
Kendati off cam bisa jadi karena pertimbangan lain,
namun alasan bosan juga bisa menjadikan peserta
didik berlaku demikian.
d. Jaringan Akses Internet yang Tidak Merata
Selain keterbatasan teknologi, biasanya juga
dipengaruhi oleh jaringan internet. Sebagaimana yang
diketahui bersama, akses internet biasanya akan
dengan mudah didapat manakala anda sedang berada
di kota besar seperti puluhan kota yang ada di pulau
Jawa. Namun ternyata, ada beberapa kondisi yang
menyebabkan jaringan internet seringkali terputus.
Faktor geografis juga mempengaruhi. Misal, ketika
anda tinggal di dataran tinggi atau lembah kaki

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
36
gunung. Tentu jaringan internet akan sedikit susah
lantaran satu dan lain hal. Kondisi ini menyebabkan
penyampaian materi tidak bisa diserap maksimal.
Jangankan maksimal, terkadang malah peserta didik
akan lebih banyak mengambil jatah tidak masuk sebab
tidak bisa mengakses link pembelajaran.
Fenomena learning loss dapat terlihat dari adanya
penurunan kemampuan siswa pada ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Kognitif (pengetahuan) merupakan
kemampuan otak untuk mengungkapkan konsep yang
telah dipelajari (Ekawati, 2019). Ranah ini berkaitan
dengan prilaku berfikir atau prilaku intlektual. Domain
kognitif terdiri dari enam tingkatan, yakni: 1) mengingat,
2) memahami, 3) menerapkan, 4) menganalisis, 5)
mengevaluasi, dan 5) menciptakan (Nafiati, 2021).
Afektif (sikap) merupakan kecenderungan seseorang
untuk menerima atau menolak kesadaran yang dianggap
baik atau dianggap buruk (Mansyur, 2020). Menurut
Winkel, Afektif merupakan kemampuan internal
seseorang yang berperan dalam pengambilan tindakan
(Winkel, 2005). Ranah afektif berkaitan dengan hal-hal
yang bersifat emosional, seperti perasaan nilai-nilai,

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
37
apresiasi, antusiasime, motivasi, dan sikap. Psikomotorik
merupakan kemampuan yang berkaitan dengan fisik,
koordinasi, dan ketrampilan motorik (Mansyur, 2020).
Ranah psikomotorik tidak hanya berkaitan dengan fisik
semata, tetapi juga dapat berkaitan dengan aktivitas
menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang (Mansyur, 2020). Beberapa domain
psikomotorik antara lain: 1) mendemontrasikan, 2)
memerankan, 3) melakukan/ menggunakan alat, 4)
mempersentasikan, membuat produk 2 atau 3 dimensi,
merangkai, dan 5) memodifikasi (Nafiati, 2021).
Data dari berbagai penelitian, a.l. Gularso,
Suryantari, Rigianti, & Martono (2021) terdapat tiga
masalah pokok akibat dari sekolah tidak melakukan tatap
muka:
a. Penurunan Tingkat Keinginan Belajar
Dengan tidak pergi sekolah, kebanyakan peserta
didik merasa seperti tidak memiliki alasan dan
motivasi yang cukup kuat untuk belajar. Ketika
biasanya guru memperhatikan mereka secara
langsung di kelas, tingkat keinginan belajar mereka
relatif lebih terjaga. Tetapi saat tidak ada guru,

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
38
biasanya kesadaran belajar ini pun menurun.
Tinggalah orang tua di rumah berjuang lebih keras
agar mereka tetap semangat belajar disamping
meyakinkan mereka ada dalam kondisi aman dan
sehat.
b. Meningkatnya kesenjangan
Pembelajaran melalui moda daring atau distance
learning (Pembelajaran Jarak Jauh) membuka peluang
adanya disparitas atau kesenjangan belajar peserta
didik. Peserta didik yang memiliki fasilitas belajar
yang baik, dukungan keluarga yang utuh, hampir pasti
memiliki tingkat keberhasilan dan keterlibatan yang
baik dalam belajar. Tidak dipungkiri, banyak peserta
didik yang minim fasilitas dan dukungan keluarga
yang kurang, tetap bersemangat dalam belajar, namun
tentu ini situasi yang anomali. Kurang efektifnya tes
formatif, ditiadakannya berbagai evaluasi, cukup
membuat peserta didik dan guru kehilangan acuan
seberapa jauh pembelajaran dikatakan berhasil.
c. Kemungkinan Putus Sekolah (Drop Out)
Ketidakpastian akan kapan sekolah kembali
normal berakibat pada munculnya kebosanan yang

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
39
mendorong beberapa peserta didin ingin berhenti
sekolah. Alasan ketiadaan fasilitas, kebingungan
menghadapi tugas/PR yang dianggap terus menerus
dan memberatkan, juga kebosasanan membuka jalan
untuk para siswa yang hidup ditengah keterbatasan
untuk memilih bekerja sehingga dapat meringkankan
beban keluarga dan bisa menghidupi dirinya sendiri.
Tentu ini harus kita hadapi dengan penuh empati,
terutama mereka yang sudah duduk di kelas/tingkat
akhir masa pendidikannya. Waktu dan tenaga yang
sudah mereka berikan akan terbuang percuma.
Dari situasi “Learning Loss” ini dikhawatirkan siswa
mengalami kesulitan memahami materi seusai masa pandemi
berlalu. Selain itu output hasil pembelajaran masa pandemi,
sangat berdampak pada kualitas siswa, yang bisa saja nantinya
berpengaruh saat mereka melanjutkan pendidikan di
Perguruan Tinggi atau di dunia kerja. Untuk meminimalisir
terjadinya learning loss, pembelajaran harus dilaksanakan
sesuai dengan kriteria standar nasional pendidikan (SNP).
SNP merupakan acuan dalam mengembangkan
kurikulum dan menyelenggarakan pendidikan, agar
tujuan pendidikan nasional tercapai (Ulum, 2020).

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
40
Penetapan SNP di dasarkan pada peraturan pemerintah
No, 19 tahun 2005.
Setidaknya ada 4 jenis standar nasional pendidikan
yang ada dalam peratuan tersebut. Pertama, Standar
Kompetensi Lulusan. SKL merupakan kemampuan
minimal yang harus dicapai peserta didik dari hasil
pembelajarannya, yang mencakup sikap, ketrampilan, dan
pengetahuan (Ulum, 2020). SKL pada setiap jenjang
pendidikan berbeda-beda, seperti pembelajaran di sekolah
dasar berfokus pada karakter, pembelajaran di jenjang
menengah umum berfokus pada peningkatan pengetahuan
dan kompetensi, dan pembelajaran pada perguruan tingga
berfokus pada persiapan persiapan peserta didik untuk
menjadi anggota masyarakat (Pemerintah Republik
Indonesia, 2021). Kedua standar isi, Standar isi
merupakan kriteria minimal materi yang diajarkan oleh
guru kepada peserta didik sesuai dengan jenjang dan jenis
pendidikannya. Kriteria standar isi di masing-masing
satuan pendidikan dijelaskan dalam peraturan menteri
pendidikan nomor 21 tahun 2016 (Depdiknas, 2016).
Ketiga, standar proses. Standar proses merupakan kriteria
minimal proses pembelajaran yang harus dilaksanakan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
41
yang mencakup perencanaan, pelakasanaan, dan penilaian
hasil belajar. Dalam pasal 12 ayat (1) dijelaskan bahwa
pembelajaran dilaksanakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, dan memberi ruang kepada
peserta didik untuk kreatif dan mandiri (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia, 2021). Keempat, standar
sarana prasarana. Sarana merupakan alat/perlengkapan
yang dapat membantu dalam penyelenggaraan
pendidikan, sedangkan prasarana adalah fasilitas yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsi satuan pendidikan.
Pemanfaatan sarana prasarana bertujuan untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang aktif, kreatif,
kolaboratif dan efektif (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia, 2021).
Secara operasional, Kaffenberger (2021)
menyatakan bahwa upaya meminimalisir learning loss
dapat dilakukan dengan menerapkan strategi-strategi
pembelajaran antara lain:
a. Optimizing teaching and learning supports and
resources during school closures.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
42
Strategi ini menjelaskan bahwa sekolah perlu
mengoptimalkan segala upaya untuk mendukung
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dan juga
dukungan dalam bentuk keberagaman sumber belajar
selama sekolah tidak melakukan tatap muka. Intinya,
ketiadaan pembelajaran tatap muka seyogyanya tidak
begitu mengurangi esensi pembelajaran termasuk di
dalamnya bagaimana guru dan sekolah tetap dapat
memantau sikap dan juga karakter siswa. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara misalnya: (1) merancang
pembelajaran yang variatif, sesuai dengan
kemampuan, bakat dan minat siswa juga cukup efektif
bila dilakukan secara online atau pembelajaran jarak
jauh; (2) Lakukan pendekatan yang baik sehingga
siswa termotivasi untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran. Hal ini bisa bersifat sedikit memaksa
seperti cek kehadiran, atau bisa saja dngan mengusung
kegiatan belajar yang berbasis PAIKEM
(pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan) termasuk di dalamnya pendekatan
sosial dan akrab misalnya tegur sapa guru dan siswa
via WA (WhatsApp) atau Sosmed (sosial media)

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
43
lainnya; (3) Gunakan pendekatan lain bila terindikasi
terdapat siswa yang memiliki keterbatasan
komunikasi secara online. Penggunaan pembelajaran
melalui TV, modul, atau buku referensi perpustakaan
bisa menjadi allternatif; (4) koordinasi dan
komunikasi antara sekolah dan orang tua untuk
meyakinkan bahwa siswa terlibat dalam
pembelajaran, penyelesaian tugas termasuk kontrol
orang tua dalam penggunaan gawai.
b. Offsetting the learning loss when schools reopen.
Memperbaiki hilangnya minat belajar peserta
didik saat sekolah kembali dibuka. Rentang waktu
yang lama tanpa tatap muka mungkin banyak
menimbulkan permasalahan baru, terutama terkait
pencapaian pengetahuan dan keterampilan siswa.
Sokolah dalam hal ini bisa membuat semacam jam
tambahan bagi siswa yang terindikasi sangat
tertinggal dalam pelajaran (dilihat dari kualitas hasil
pembelajaran yang terkumpul). Hal ini, tentu saja
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan atau
bila semua faktor memungkinkan, peserta didik dapat
menggunakan sebagian hari libur semester atau libur

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
44
kenaikan kelas mereka di sekolah untuk mengejar
ketertinggalan mereka yang tentu perlu dengan
kordinasi yang tepat bersama para guru di sekolah.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
45
D. Pembelajaran Masa New Normal
Masa pandemi Covid-19 memang belum sepenuhnya
berlalu. Dari pandemi yang telah terjadi, perlu diambil
pelajaran, antara lain, seorang guru harus siap menghadapi
situasi yang tidak mudah ditebak dan bisa berubah sewaktu-
waktu. Hal yang tidak akan pernah pernah berubah dari
seorang guru adalah perjuangannya dalam mengemban
amanah untuk mencerdaskan anak bangsa dan memberinya
pendidikan dan pengajaran untuk membangun peradaban
bangsa yang bermartabat di masa depan. Pasca Covid-19
atau yang biasa dikenal dengan era new normal
merupakan kebiasaan baru untuk beradaptasi dengan
pandemi Covid-19. New normal adalah tatanan
kehidupan baru dimana masyarakat dapat melakukan
aktivitas dengan tetap mematuhi aturan pencegahan
Covid-19 (Samarenna, 2020).
Pembelajaran di era new normal dilaksanakan
dengan menggunakan protokol kesehatan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara tatap muka,
daring dan blanded learning (Jamilah, 2020). Sejak
diberlakukannya Pembelajaran Tatap Muka Terbatas secara
bertahap berdasarkan situasi di masing-masing daerah,

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
46
menjadi sebuah harapan baru lembaga pendidikan untuk
melunasi nilai-nilai pembelajaran yang hilang di masa
pandemi. Aspek yang harus disiapkan pada pembelajaran Era
New Normal yang pertama yaitu:
1. Kesiapan sarana prasarana
Metode pembelajaran daring membutuhkan sarana
dan prasarana yaitu gedged/laptop, koneksi internet, RPP
sedangkan metode pembelajaran Luring membutuhkan
sarana prasarana seperti Televisi/Radio, sambungan
listrik, modul belajar mandiri dan lembar kerja, dan RPP,
untuk itu sekolah harus mempersiapkan dan mendata
berapa jumlah siswa dan guru yang telah menyiapkan
saran dan prasarana tersebut.
2. Pemetaan kompetensi guru
Dalam pemanfaatan TIK, teknologi yang
digunakan antara lain: Zoom, Google Classrom, Google
Drive, dan teknologi lainnya, untuk itu dilakukan
pemetaan jumlah guru yang tidak mampu, agak mampu,
dan mampu menggunakan teknologi tersebut.
3. Perencanaan pembelajaran

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
47
Desain pembelajaran pada Era New Normal bisa
dengan menggunakan blended Learning (Pembelajaran
Kombinasi).
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh para pendidik
di masa pembelajaran tatap muka untuk memulihkan nilai-
nilai yang hilang saat pembelajaran jarak jauh di masa
pandemic, sebagaimana dipaparkan oleh Festiyed et al.
(2022) antara lain:
1. Membangun komunikasi dengan peserta didik
Hampir 2 tahun tidak tatap muka, berdampak pada
“keterasingan” antara guru dan siswa. Meskipun tatap
muka telah dilakukan lewat video interaktif semacam
“Google Meet”, “Zoom Meeting”, live streaming,
maupun berbagai aplikasi lainnya yang memungkinkan
ada pertemuan online. Pembelajaran tatap muka secara
langsung tidak akan tertandingi dan tergantikan. Dengan
berkomunikasi secara langsung seorang guru bisa
menyapa, menanyakan kabar, memanggil dan menyebut
nama, juga membercandai mereka lebih dekat untuk
mencairkan suasana dan membangun hubungan
emosional yang kuat. Dengan komunikasi yang baik

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
48
dengan mereka, guru akan mudah menyampaikan materi
pembelajaran.
2. Memberikan motivasi belajar
Di masa pembelajaran online, siswa lebih sering
dijejali berbagai materi dan tugas. Baik hal itu sudah
disiasati dengan variasi penyajian yang super canggih dan
menarik. Namun, motivasi yang diberikan secara
langsung dari guru lebih memiliki kekuatan. Daya
pengaruhnya lebih kuat dan efektif, selama guru memiliki
kesungguhan dalam memberikan motivasi ke
siswa. Seperti memberikan semangat dengan
menjelaskan tantangan dan peluang yang harus diraih dan
dihadapi remaja zaman sekarang, serta pentingnya
berilmu pengetahuan. Menjelaskan tentang “berpayah-
payah di masa sekolah akan membuahkan hal yang manis
di masa depan”.
3. Menghidupkan kelas
Menghidupkan sebuah kelas yang di isi oleh
peserta didik yang terpisah dengan guru selama masa PJJ,
harus segera dilakukan. Pembelajaran tidak perlu
berlangsung terlalu berat. Berikan suasana yang santai,
menyenangkan, namun tetap serius. Anak-anak yang

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
49
sudah jenuh dengan teks-teks materi pembelajaran harus
lebih didominasi pada kegiatan diskusi dan dialog atau
tanya jawab. Terutama mengaitkannya dengan kejadian
dan fenomena yang terjadi di sekitar mereka atau
sedang viral dibahas khalayak. Siswa akan lebih
memperhatikan dan terangsang untuk memikirkannya.
4. Kualitas waktu
Dengan tatap muka terbatas, durasi pembelajaran
yang lebih singkat harus dikelola secara bijak oleh guru.
Dalam durasi yang tersedia itu pula ia harus bisa
memberikan waktu untuk melakukan apersepsi, kegiatan
inti, penutupan dan refleksi. Di sela-selanya guru juga
harus sering berkomunikasi ke siswa, menanyakan
keadaannya, sekedar menyapa dan lain sebagainya.
5. Pembelajaran budi pekerti
Pembelajaran budi pekerti merupakan hal yang
tidak boleh diabaikan dalam setiap proses pembelajaran.
Karena hal tersebut menjadi sesuatu yang harus melekat
di setiap peserta didik. Melalui tatap muka hal itu sangat
mungkin dilakukan. Ketika menemui siswa yang kurang
disiplin, santun, dan masih saja melanggar tata tertib
sekolah, guru bisa secara langsung menasehati mereka.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
50
Dan perhatian juga nasehat dari seorang guru itulah yang
sebenarnya sangat mereka rindukan sebab tidak mereka
temui dalam pembelajaran daring.
6. Mengajak berdo’a
Dalam pembelajaran daring, kecil kemungkinan
mendapati sebuah forum pembelajaran yang secara
hikmad melakukan doa majelis ilmu yang dibaca bersama
oleh seluruh siswa yang hadir, dipimpin oleh seorang guru
sebelum dan sesudah jam pembelajaran. Dalam
pembelajaran tatap muka hal tersebut bisa didapatkan.
Apalah arti berilmu pengetahuan tanpa dilakukan doa-doa
sebagai upaya penting memohon pada Yang Maha
Mengetahui untuk memberikan kita kemudahan dalam
memahami suatu ilmu serta memohon keberkahanan-
Nya.
Meskipun demikian, pembelajaran tatap muka
diperbolehkan bagi sekolah yang memenuhi kriteria zona
hijau dan mendapat persetujuan dari pemerintahan daerah
(Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi, 2021). Dalam pelaksanaan pembelajaran
secara tatap muka, seluruh warga sekolah harus memakai
masker, mengecek suhu tubuh, mencuci tangan/

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
51
menggunakan hand sanitizer, melakukan physical
distancing, serta telah menerima vaksin (Adawiyah,
Isnaini, Hasanah, & Faridah, 2021).
Pembelajaran merupakan interaksi antara guru,
peserta didik, dan materi pembelajaran dalam suatu
lingkungan belajar (Presiden Republik Indonesia, 2003).
Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat empat faktor
penting dalam pembelajaran, yakni: guru, siswa, materi
pembelajaran dan interaksi. Hubungan antar faktor-faktor
tersebut dijelaskan melalui gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Interaksi Pembelajaran

Kemampuan guru menjadi hal penting agar
tercapainya proses dan hasil pembelajaran yang
Interaksi
Materi Pembelajaran
SiswaGuru

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
52
berkualitas (Idhayani, Nasir, & Jaya, 2020). Di era new
normal, guru dituntut untuk tetap profesional dan mampu
menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dalam
bidang pendidikan. Guru professional harus memiliki
kemampuan dalam mengarahkan, membimbing, dan
mendidik siswanya dalam proses pembelajaran (Darmina,
Diana, & Nasution, 2022), serta mahir menggunakan
teknologi (Jamilah, 2020). Selain itu, guru yang memiliki
ketrampilan abad-21 sangat dibutuhkan dalam era new
normal (Haris, Sentaya, & Sulindra, 2022). Ketarmpilan
abad 21 tercermin dari 3 aspek (Ahmad, 2020),
diantaranya: 1) pengetahuan, yaitu kemampuan
menguasai materi pembelajaran, 2) kemamapuan
pedagogis, yakni kemampuan guru yang meliputi
keterampilan mengajar, membimbing, menilai,
menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul dan
berkomunikasi dengan peserta didik, serta keterampilan
menyusun persiapan mengajar atau perencanaan
mengajar, 3) product criteria, yakni kemampuan guru
dalam melakukan proses evaluasi pembelajaran.
Disamping itu, kompetensi guru abad 21 terdiri dari
kompetensi digital age literacy, inventive thinking,

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
53
effective communication, dan high productivity (Ahmad,
2020).
Adapun faktor lain dalam pembelajaran adalah
interaksi. Dalam pelakasanaan pembelajaran, interaksi
sangat dipengaruhi oleh penggunaan media dan strategi
pembelajaran. Di era new normal, platform yang
digunakan sebagai media pembelajaran adalah media
yang berbasis digital, diantaranya; WhatsApp, Google
Clasroom, Zoom, Meet, Youtobe, (Hakim, 2020), dll.
Selain itu, terdapat 5 strategi pembelajaran yang
diterapkan dalam pembelajaran di era new normal
(Marbun, 2021), yakni 1) pembelajaran berbasis proyek,
yakni pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif
dan inovatif, sehingga siswa mampu menghasilkan suatu
produk, 2) pembelajaran berbasis teknologi dan
komunikasi, yakni pembelajaran yang menggunakan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam proses
pembelajarannya, 3) pembelajaran berbasis penelitian,
yakni pembelajaran yang bertujuan agar siswa dapat
menemukan fakta-fakta terkait materi pembelajaran
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, 4)
Pembelajaran berbasis masalah, yakni pembelajaran yang

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
54
menuntut siswa untuk menyelesasaikan berbagai masalah
secara ilmiah, 5) pembelajaran berbasis modul, yakni
pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan modul yang
telah dibuat oleh guru, sehingga siswa mampu belajar
secara mandiri berdasarkan petunjuk dan panduan
lengkap yang terdapat pada modul tersebut.
Pembelajaran blended dapat memudahkan siwa dan
guru untuk membagikan dan menerima materi secara
online. Selain siswa dapat menggunakan kecanggihan
teknologi saat pembelajaran online, siswa tetap dapat
melakukan pembelajaran tatap muka secara langsung
(Haris, Sentaya, & Sulindra, 2022). Banyak platform yang
dapat digunakan untuk melakukan pembelajaran online,
namun pembelajaran tatap muka tetap tidak bisa
ditinggalkan. Interaksi antara guru dengan siswa secara
langsung tidak dapat tergantikan dengan pembelajaran
online. Apapun platform pembelajaran daring yang dapat
dipilih, harus mempertimbangkan kondisi, kemampuan
dan kendala yang ada, termasuk infrastruktur,
kemampuan SDM dan kondisi siswa. Yang terpenting
adalah memastikan proses pembelajaran selama masa
pandemi ini tetap berjalan, tujuan pembelajaran dapat

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
55
tercapai, dengan menggunakan platform daring apapun
yang tersedia".
Pembelajaran luring secara total tentu bukan pilihan
yang tepat di saat pandemi, namun metode daring juga
mempunyai kekurangan dalam hal engagement dan
pendalaman materi antara pengajar dengan siswa.
Kelebihan metode daring terletak pada tingkat
fleksibilitas dan adanya pacing (jeda) antar materi. Dalam
pelaksanaan blended learning (Hakim, 2020), ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pengajar, yaitu
aturan main terkait protokol kesehatan, bahasa yang
digunakan ketika terjadi pelanggaran protokol kesehatan,
social inclusion bagi siswa yang pernah terdampak Covid-
19, mekanisme diskusi grup, mekanisme absensi,
penggunaan fasilitas bersama, isu penguasaan teknologi
yang kurang, dan higienitas fasilitas. Metode blended
learning merupakan metode yang paling baik digunakan
pada masa transisi menuju keadaaan normal, karena
pembelajaran daring dan luring mempunyai kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
56
Metode pembelajaran yang bisa digunakan oleh
pendidik dalam era new normal, menurut Marbun (2021)
antara lain:
1. Pembelajaran dalam kelompok kecil,
Pembelajaran dalam kelompok kecil merupakan
usaha untuk meningkatkan peranan anak didik secara
mandiri dalam melakukan proses pembelajaran, yaitu
dengan mengurangi perananan pendidik dalam proses
interaksi edukatif. Dalam pelaksanaannya anak didik
akan akan membentuk kelompok belajar kecil dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini
dikelompokkan dengan tiga cara yaitu : 1) dasar tugas-
tugas khusus; 2) dinamika proses kelompok diantara
anak didik; dan 3) pembentukan kelompok belajar
yang telah dilakukan oleh pendidik yaitu kelompok
kerja. Kegiatan pembelajaran inisebagai suatu proses
pembelajaran dimana anak didik dapat
mengembangkan pengetahuannya dengan
pengawasan pendidik untuk mencapai tujuan
berdasarkan kemampuan, pendekatan dan bahan
pelajaran.
2. Pembelajaran secara blended

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
57
Kemajuan teknologi memberikan dampak
perubahan pada proses pembelajaran, dalam hal ini
metode pembelajaran yang dilaksanakan secara
klasikal (tatap muka secara langsung) dapat
dilalkukan dengan online. Kombinasi strategi
pembelajaran belended learning menggunakan dua
pendekatan yaitu secara online dan tatap muka.
Kegiatan ini dapat dilakukan secara fleksible, yaitu
dapat dilakukan dimana saja (everywhere) dan kapan
saja (anytime).
Blended learning yaitu percampuran atau kombinasi
pembelajaran antara tatap muka secara langsung dan
online secara harmonis dan ideal. Secara etimologi istilah
Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu blended yang
berarti campuran learning yaitu pembelajaran. Dalam hal
ini dapat diartikan bahwa blended learning yaitu pola
pecampuran dari berbagai pola lainnya dalam
pembelajaran. Blended Learning adalah pertemuan virtual
antara pendidik dan anak didik walaupun keduanya tidak
berada ditempat yang sama tetapi dapat memberikan
feedback, bertanya ataupun menjawab sesuai dengan real
time (Ahmad, 2020).

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
58
Suprijono dan Agus (2020) mengatakan, terdapat 5
kunci dalam melaksanakan pembelajaran blended, yaitu
lain:
1. Live Event yaitu pembelajaran langsung atau tatap
muka. Hal ini dilakukan antara pendidik dan anak
didik secara langsung secara online. Kegiatan dapat
dilakukan melalui zoom, google meet dsb.
2. Self-Paced Learning yaitu kombinasi dengan
pembelajaran mandiri. Hal ini dilakukan oleh anak
didik dimana saja dengan menggunakan materi (bahan
ajar) yang bersifat text based maupun multimedia
based seperti video, animasi, simulasi, gambar, audio
ataupun kobinasi dari kesemuanya. Materi tersebut
dapat diberikan secara online (streaming video,
streaming audio atau e book, adapun secara offline
dalam bentuk CD dan cetak.
3. Collaboration, yaitu mengkombinasi antara pendidik
dan peserta didik yang keduanya bisa lintas
sekolah/kampus. Pendidik dapat meramu bentuk-
bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman
sejawat, antar peserta didiik dan pendidik melalui
bentuk-bentuk komunikasi secara online seperti

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
59
chatroom, forum diskusi, virtual-meting, email dan
mobile phone. Hal ini untuk pendalaman materi,
problem solving maupun project-based learning.
4. Assesment, yaitu pendidik harus mampu
mengkombinasi jenis penilaian baik yang bersifat tes
dan non tes atau tes yang bersifat autentik (portofolio).
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara online dan
offlne agar peserta didik mudah untuk mengetahui
hasil penilaian.
5. Performance Support Materials yaitu jika pendidik
ingin mengkombinasi antara tatap muka secara
langsung atau online, harus mempersiapkan sumber
daya untuk mendukung kegiatan tersebut. Seperti
Learning/ Content Management System (LCMS),
dimana peserta didik dapat mengakses materi/bahan
ajar, daftar hadir, tugas secara. Perlu diperhatikan juga
aplikasi system ini terinstal dengan baik guna
kelancaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
60
BAB III
KONTEKS PENELITIAN

Sekolah 1
Nama Lembaga : SMP Hasanudin 6 Semarang
Alamat : Jln. Raya Walisongo Km 9
Tugu, Semarang
Tahun Berdiri :1987
Status Akretidasi : A
Struktur Organisasi
- Kepala Sekolah : Prihatin Lestari, S.Pd
- Waka Kurikulum : Choirin, S.Ag
- Waka Kesiswaan : Imam Jatmiko, S.Pd
- Waka Humas : Dra. Zakiyah
Keadaan Guru : Terdapat 2 TU, dan 19 tenaga
pendidik, dengan kualifikasi
pendidikan, S1: 17 guru, S2: 1
guru, dan D3: 1 guru
Keadaan Siswa : Terdapat 51 siswa kelas tujuh,
52 siswa kelas delapan, dan 68
siswa kelas sembilan

Sekolah 2
Nama Lembaga : MA Darul Ulum Semarang
Alamat : Jln. Raya Wates, Ngaliyan,
Semarang, Jawa Tengah
Tahun Berdiri : 2006
Status Akretidasi : C
Struktur Organisasi
- Kepala Sekolah : Hadi Suprayitno, S.Pd, S.Pd
- Waka Kurikulum : Saefudin, S.Pd

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
61
- Waka Kesiswaan : Fahmi Sidik, S.Pd
Keadaan Guru : Terdapat 2 TU, dan 31 guru,
dengan kualifikasi 28 sarjana,
dan 3 magister
Keadaan Siswa : Terdapat 165 siswa

Sekolah 3
Nama Lembaga : Madrasah Aliyah Negri 1
Tegal
Alamat : Pondok Pesantren Babakan,
Jatimulya, Lebaksiu, Tegal
Tahun Berdiri : 1968
Status Akretidasi : A
Struktur Organisasi
Kepala Sekolah : Imam Shofwan
Wakil Kepala Sekolah: Muhammad Muntoha
Wakil Kepala Sekolah: Masroni
Wakil Kepala Sekolah: Ahmad Anif Sulton
Wakil Kepala Sekolah: Imam Syafi’i
Kepala Laboratorium : Uswatun Hasanah
Kepala Tata Usaha : Sumarni
Keadaan Guru : Terdapat 84 guru, dengan
kualifikasi pendidikan 11
magister, dan 73 sarjana
Keadaan Siswa : Terdapat 1398 siswa

Sekolah 4
Nama Lembaga : SDN 2 Sukaraja
Alamat : Jln. Lapangan bola desa
Sukaraja, Palas, Lampung
Selatan
Tahun Berdiri : 1970

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
62
Status Akretidasi : B
Struktur Organisasi
- Kepala Sekolah : Suprapto, S.Pd
- Wakil Kepala Sekolah : Sarti S.Pd.Sd
- Bendahara : CH.Susiati, S.Pd
- Tata Usaha : Dewi Safitri, S.Pd
Keadaan Guru : Terdapat 9 Guru dengan
kualifikasi sarjana
pendidikan
Keadaan Siswa : Terdapat 257 siswa

Sekolah 5
Nama Lembaga : MTs Jannaturoichan
Alamat : Jln. Kol.H. Ismail, Gempol
Dempet, Peterongan,
Jombang.
Tahun Berdiri : 2016
Status Akretidasi : C
Struktur Organisasi
- Kepala Madrasah : Khulafaur Rosyidin, S.E
- Waka Kurikulum : Bahaudin Habibi, S.Pd
- Waka Kesiswaan : M. Badril Anwar, S.Pd
Keadaan Guru : Terdapat 2 TU, dan 23 Guru,
dengan spesifikasi pendidikan,
21 guru sarjana, dan 2 guru
magister
Keadaan Siswa : Terdapat 196 siswa, dengan
rincian: 50 siswa kelas tujuh,
75 siswa kelas delapan, dan 71
siswa kelas sembilan.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
63
Sekolah 6
Nama Lembaga : Madrasah Ibtidaiyyah Al Iman
Bader Jatinegoro
Alamat : Jln. Raya Bader, Gg Masjid
Sunan Kalijogo, No. 173, Kel.
Bader, Jatinegoro, Tuban
Tahun Berdiri : 1979
Status Akretidasi : B
Struktur Organisasi
- Kepala Sekolah : Dra. Sutirah
- Waka Kurikulum : Ahmad Soleh, S.Pd
- Waka Kesiswaan : Drs. Sujan
Keadaan Guru : 11 guru dengan kualifikasi
sarjana pendidikan
Keadaan Siswa : Terdapat 52 siswa

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
64
BAB IV
REALITAS PEMBELAJARAN
DI MASA COVID-19

A. Data dan Analisis Data
Pelaksanaan pembelajaran di tengah wabah Covid-
19 beralih dari face to face menjadi online learning. Di
awal pelaksanaanya, guru belum memiliki pengetahuan
tentang pembelajaran dengan sistem ini. Salah satu guru
di SMP Hasanudin
1
mengatakan:
Peralihan sistem pembelajaran yang terjadi secara
tiba-tiba membuat saya kebingungan. Saya
melakukan berbagai upaya untuk mengumpulkan
informasi terkait pembelajaran online, seperti
membaca buku dan mengikuti seminar. Selain itu,
saya melakukan diskusi dengan waka kesiswaan
dalam pembuatan rancangan pembelajaran (RPP).

Berdaskarkan wawancara di atas, tahap
perencanaan dimulai oleh guru dengan melakukan
berbagai persiapan, di antaranya: mengikuti seminar
secara online, mengikuti pelatihan, dan mencari informasi
tentang berbagai sumber belajar secara online. Dalam

1
Responden (R) 1

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
65
penyusunan RPP, guru berkolaborasi dengan wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan (wakasis). Di beberapa sekolah
lain, seperti SDN Sukaraja dan MI Al-Iman, guru
melakukan musyawarah di dalam kelompok kerja guru
(KKG). Bentuk RRP yang digunakan di masing-masing
sekolah berbeda, MA Darul Ulum, MAN 1 Tegal dan
SMP Janaturrohiman Jombang di menggunakan Lesson
Plan, sedangkan SDN Lampung, MI Al-Iman Tuban, dan
SMP Hasanudin Semarang menggunakan rancangan
pembelajaran mingguan (RPM).
Secara umum, pelaksanaan pembelajaran dilakukan
dengan tiga cara, yakni: pembelajaran secara tidak
langsung (asynchronous), pembelajaran melalui
pemberian tugas, dan pembelajaran secara langsung
(synchronous). Berdasarkan data hasil penyebaran
angket, beberapa sekolah yang menjadi lokasi penelitian
menggunakan pembelajaran asyncronus dan
pembelajaran dengan sistem penugasan sebagai
pembelajaran utama, sedangkan pembelajaran syncronus
hanya dilakukan pada waktu tertentu saja. Dalam proses
pembelajaran asyncronus, guru mengunggah materi yang
berbentuk PDF, Word, Video maupun PPT di platform

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
66
WhatsApp dan Google Clasroom.
2
Selanjutnya guru
memerintahkan siswa untuk mempelajari materi tersebut
secara mandiri. Apabila siswa menemukan kesulitan,
mereka dapat bertanya dan berdiskusi melalui platform
tersebut. Pembelajaran dengan sistem penugasan
dilakukan oleh guru dengan memberikan berbagai tugas
kepada siswa, seperti mengerjakan soal pada Lembar
Kerja Siswa (LKS), merangkum materi yang terdapat
dalam buku paket, membuat video terkait materi
pelajaran, dsb.
3
Sedangkan pembelajaran secara
syncronus menggunakan zoom dan meet sebagai media
pembelajarannya. Proses pembelajaranya menggunakan
metode ceramah, diskusi, dan persentasi.
4
Akan tetapi
pembelajaran syncronus jarang digunakan karena tidak

2
Pembelajaran asynchronous digunakan di semua sekolah
yang menjadi lokasi penelitian, kecuali SDN Sukaraja lampung, dan
platform WhatsApp digunakan di semua sekolah tersebut, sedangkan
platform Google Clasroom hanya digunakan di SMP Hasanudin
Semarang, MA Darul Ulum Semarang, dan MAN Tegal.
3
Pembelajaran sistem penugasan digunakan di semua
sekolah yang menjadi lokasi penelitian, kecuali MAN 1 Tegal.
4
Pembelajaran synchronous digunakan di MI Al-Iman
Tuban, SMP Hasanudin Semarang, SMP Janaturroichan Jombang,
MAN 1 Tegal.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
67
memadainya daya dukung, seperti kepemilikian
Handphone, kuota, maupun jaringan yang tidak stabil.
Pada tahap evaluasi, guru memberikan penugasan,
tes dan melakukan observasi kepada siswa. Penilaian
dengan teknik pemberian tugas dan tes digunakan oleh
guru di semua sekolah yang dijadikan lokasi penelitian
5
,
akan tetapi teknik penilaian dengan melakukan observasi
hanya dilakukan di SMP Hasanudin. Berdasarkan hasil
wawancara kepada beberapa guru
6
, observasi tidak
digunakan sebagai salah satu teknik assessment dalam
pembelajaran online karena aktivitas dan sikap siswa
tidak dapat diamati secara langsung. Toleransi waktu
yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakan soal tes
dan tugas adalah 3-7 hari. Selain itu, pelaksanaan
penilaian dilakukan setelah pembelajaran selesai
dilakukan, Ulangan Harian (UH), Penilaian Tengah
Semester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS), dan

5
Data di peroleh dari survey melalui penyebaran angket
yang diisi oleh guru.
6
Responden (R) 2, Responden (R) 3, Responden (R) 4,
Responden (R) 5, Responden (R) 6.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
68
Penilaian Akhir Tahun (PAT) dengan menggunakan
platform online, yakni: WhatsApp dan Google Classrom.

B. Pembahasan
Peralihan pembelajaran di masa Covid-19 dari face
to face menjadi online memunculkan banyak masalah.
Peralihan sistem pembelajaran yang dilakukan secara
tiba-tiba itu menimbulkan berbagai kesulitan, khususnya
bagi guru. Di awal pelaksanaannya, guru belum memiliki
pengetahuan terkait sistem pembelajaran online. Problem
itu tidak hanya terkait dengan belum siapnya guru saja,
tetapi juga terkait dengan belum siapnya daya dukung
yang ada. Belum siapnya daya dukung fasilitas
pembelajaran tersebut meliputi; 1) fasilitas dan platform
pembelajaran yang tidak memadai, 2) mahalnya biaya
kuota internet, 3) koneksi internet yang tidak stabil, dan
4) kemampuan teknologi yang rendah (Tarigan, 2021).
Kondisi darurat Pendidikan di masa Covid-19 menantang
para pendidik untuk mencari metode yang tepat dengan
kondisi yang ada sehingga proses pendidikan tidak
bersifat monoton dan membosankan. Perubahan situasi
mendadak masa pandemi covid 19 itu menuntut

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
69
perubahan kebijakan dan pembaharuan dalam praktik
Pendidikan dan pembelajaan, agar tetap menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Beberapa pemerintah daerah memutuskan
menerapkan kebijakan untuk meliburkan siswa dan mulai
menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam
jaringan) atau online. Kebijakan pemerintah ini setahap
demi setahap diberlakukan di beberapa wilayah provinsi
di Indonesia. Kebijakan yang drastic adalah bahwa semua
kegiatan yang dilakukan di luar rumah harus dihentikan
sampai pandemi ini mereda. Sistem pembelajaran daring
(dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa
tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi
dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan
internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar
mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah.
Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan
media daring (online). Seluruh sekolah mengehentikan
pembelajaran tatap muka di sekolah dan diganti dengan
konsep model pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau Home
Learning (HL) (Festiyed et al., 2022). Banyak sekolah

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
70
yang tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, di
mana membutuhkan media pembelajaran seperti
handphone, laptop, atau komputer. Sebagai seorang guru
mengajar tatap muka secara langsung di ruang kelas, mau
tidak mau harus siap dengan model pembelajaran baru ini.
Semua benar-benar untuk mempersiapkan konsep model
pembelajaran jarak jauh ini dengan baik. Walalupun pada
awalnya canggung dalam menggunakan aplikasi-aplikasi
yang banyak sekali seperti Google Classroom, Google
Meet dan Zoom Meeting, dan masih banyak aplikasi yang
bisa dijadikan sebagai bahan pengajar untuk peserta didik
sebagaimana disampaikan Ichsan et al. (2021). Ada
banyak hal yang dapat saya pelajari melalui model
pembelajaran jarak jauh seperti aplikasi yang sudah di
sebutkan. Fitur-fitur untuk tatap muka jarak jauh ini
sangat membantu dalam proses pembelajaran.
Meskipun berbagai upaya penyesuaian telah
dilakukan, pembelajaran di masa pandemi tidak dapat
dilaksanakan secara optimal. Hal terlihat dari beberapa
aspek, yakni;
1. Tahap perencanaan.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
71

Dalam merencanakan kegiatan pembelajaran,
dituntut mampu mendesain pembelajaran daring yang
ringan dan efektif, dengan memanfaatkan perangkat
atau media daring yang tepat dan sesuai dengan materi
yang diajarkan. Rencana pembelajaran (RPP) dibuat
agar pembelajaran dapat terlaksana secara terarah
(Iskrotun, Yulianti, & Nurfitriyani. Yeyen, 2022),
akan tetapi rendahnya pengetahuan guru
menyebabkan rencana pembelajaran yang dibuat
belum sesuai dengan kebutuhan siswa. Walaupun
pembelajaran daring akan memberikan kesempatan
lebih luas dalam mengeksplorasi materi yang akan
diajarkan, namun guru harus mampu memilih dan
membatasi sejauh mana cakupan materinya dan
aplikasi yang cocok pada materi dan metode belajar
yang akan digunakan. Hal paling sederhana yang
dapat dilakukan oleh guru adalah dengan
memanfaatkan WhatsApp Group (Hakim, 2020).
Aplikasi WhatsApp cocok digunakan bagi pelajar
daring pemula, karena pengoperasiannya sangat
simpel dan mudah diakses siswa. Sedangkan bagi

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
72
pengajar online yang mempunyai semangat yang lebih
tinggi, bisa meningkatkan kemampuannya dengan
menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran daring.
2. Tahap pelaksanaan.
Pembelajaran seharusnya dilaksanakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
dan memberi ruang kepada peserta didik untuk kreatif
dan mandiri (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia, 2021). Direktorat Pembelajaran Dikti
mengendalikan mutu pembelajaran daring dari empat
komponen yaitu:
a. konten pembelajaran dirancang semenarik
mungkin, sistematis, mudah dipahami untuk
belajar mandiri,
b. Proses pembelajaran memberi ruang interaksi
antara mahasiswa dengan dosen, dan materi
pembelajaran;
c. Media penyampaian berbasis teknologi digital;
d. Evaluasi menggunakan alat-alat pengukuran yang
bermutu.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
73
Faktanya, pembelajaran di masa pandemi belum
menggambarkan kriteria tersebut. Selain itu, platform
pembelajaran yang digunakan belum bervariasi.
Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan
internet. Koneksi jaringan internet menjadi salah satu
kendala yang dihadapi siswa yang tempat tinggalnya
sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa tersebut
tempat tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan
tertinggal. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan
seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena
letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal
seluler. Hal ini juga menjadi permasalahan yang
banyak terjadi pada siswa yang mengikuti
pembelajaran daring sehingga kurang optimal
pelaksanaannya. Dalam kondisi seperti ini, guru harus
siap menggunakan teknologi yang sesuai sesuai dan
mendukung terlaksananya proses pembelajaran
(Iskrotun, Yulianti, & Nurfitriyani. Yeyen, 2022).
Guru harus mampu membuat model dan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta
didiknya.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
74
Lebih lanjut, dalam situasi yang berubah ini
secara otomatis guru dituntut dapat berinovasi dalam
menyajikan pembelajaran pada siswa. Sehingga
mengubah paradigma konvensional bahwasanya
belajar harus di kelas serta guru memegang peranan
dominan dalam hal tersebut. Akan tetapi pandangan
tersebut sedikit demi sedikit telah berubah dengan
pendekatan Student Centered Learning (SCL) yang
menyadarkan bahwasanya guru bukan merupakan
satu-satunya sumber dalam belajar. Melalui hal
tersebut, secara otomatis pendidikan yang berjalan
akan menjadi dinamis serta menjadi efektif dan efisien
dengan dukungan perangkat yang menunjang. Akan
tetapi yang terjadi ialah dengan keterbatasan yang
dimiliki manusia seringkali belum dapat menangkap
hal-hal yang masih dianggap abstrak yang belum
dapat diterima oleh ingatannya. Untuk menjembatani
internalisasi belajar dan mengajar maka diperlukanlah
media agar dapat memperjelas pesan-pesan
pendidikan yang akan disampaikan kepada siswa.
Penggunaan berbagai aplikasi pada
pembelajaran daring sangat membantu guru dalam

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
75
proses pembelajaran ini. Guru harus terbiasa mengajar
dengan memanfaatkan media daring kompleks yang
harus dikemas dengan efektif, mudah diakses, dan
dipahami oleh siswa. Terdapat banyak platform dan
media pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran online, antara lain; Google sites, Google
Drive, Youtobe (Hakim, 2020), dll.
3. Tahap evaluasi.
Dalam sebuah aktivitas pendidikan, evaluasi
menjadi suatu hal yang tidak bisa dipungkiri
keberadaannya. Hal ini sangat terkait dengan
bagaimana cara meningkatkan kualitias dari sebuah
pembelajaran yang kemudian bisa menjadi barometer
bagi kemajuan bidang pendidikan.
Evaluasi secara umum dapat dipandang sebagai
proses perubahan tingkah laku siswa, Evaluasi
memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran.
Evaluasi mencakup mengumpulkan, menganalisa
serta menginterpretasi informasi untuk mengetahui
tingkat ketercapaiam tujuan pembelajaran oleh peseta
didik. Sistem evaluasi yang baik akan mampu
memberikan gambaran tentang kualitas pembelajaran

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
76
sehingga pada gilirannya akan mampu membantu
pengajar merencanakan strategi pembelajaran.
Sehingga evaluasi yang baik akan berpotensi
meningkatkan motivasi dalam mengasah
kemampuannya (Ekawati, 2019). Evaluasi meliputi
beberapa point penting dalam pembelajaran yang
diantaranya mengukur dan menilai. Menilai adalah
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik dan buruk. Sehingga sebelum guru
melakukan evaluasi hendanya harus melakukan
pengukuran dan penilaian terhadap siswanya. Hal
tersebut dapat kita ketahui bahwsasanya dalam
penilaian membutuhkan banyak pertimbangan bukan
hanya ketercapaian pengetahuan saja akan tetapi lebih
luasnya meliputi aspek perubahan perilaku yang
terjadi pada peserta didik (Nafiati, 2021). Guru dapat
mengetahui dan mengevaluasi siswa melalui apa yang
mereka kerjakan pada awal sampai akhir belajar
Dari hasil evaluasi dalam kegiatan belajar
mengajar, tidak hanya hasil belajar siswa yang dapat
diketahui tetapi keberhasilan belajar peserta didik,
atau kegagalan program juga terpantau, untuk dapat

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
77
memperoleh gambaran yang akurat mengenai
keberhasilan ataupun KMB yang dilaksanakan, maka
evaluasi yang dilakukan perlu direncanakan dan
dipersiapkan dengan baik dalam kegiatan KMB,
evaluasi perlu dilakukan oleh guru yaitu, 1) evaluasi
terhadap hasil belajar, 2) evaluasi terhadap program
pembelajaran (Manalu et al., 2021).
Evaluasi atau penilaian tidak hanya untuk
mengetahui hasil belajar peserta didik tetapi juga
untuk menilai proses pengajaran yang dilakukan oleh
guru. Dari evaluasi hasil belajar dapat juga digunakan
untuk mengetahui kemajuan mengajar serta
mengetahui kekurangan dan kelemahan pengajaran
guru. Dengan demikian guru dapat memperbaiki
sistem pengajaran yang digunakan olehnya sehingga
kemampuan kualitas guru dapat semakin baik dan
lebih baik lagi. Dalam pembelajaran, penilaian harus
menyentuh tiga aspek, yakni kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Tamrin, Enita, Marpaung, & Harahap,
2021), akan tetapi dalam pembelajaran online,
penilaian yang dilakukan hanya terfokus pada ranah
kognitif, dan psikomotik. Tiga tipe penilaian hasil

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
78
belajar yang efektif dalam pembelajaran daring yaitu:
(1) Portofolio online yang berisi kumpulan kegiatan
berbasis kinerja terbaik siswa, kemudian dievaluasi di
akhir pembelajaran; (2) Proyek kolaborasi online,
yaitu siswa menunjukkan keterampilan dan
penguasaan pengetahuannya secara online melalui
situs web bersama; (3) Simulasi online, yaitu siswa
menerapkan pengetahuan dan keterampilannya pada
media simulasi on-line sampai memperoleh hasil yang
diharapkan. Penilaian hasil belajar menganut pada
prinsip-prinsip edukatif, otentik, objektif, akuntabel,
dan transparan yang dilakukan secara terintegrasi.
Ichsan et al. (2021) menekankan agar kejujuran
akademik harus selalu diingatkan kepada siswa.
Dalam jawaban tes objektif pertama ditemukan:
tanggal: jam mulai, jam berakhir, durasi waktu dan
skor tes yang sama. Berasal dari kejadian tersebut,
guru mengambil tindakan mengacak soal tes objektif
untuk tugas minggu berikutnya. Siswa yang tidak
jujur diberi umpan balik agar selalu menjaga integritas
supaya bisa dipercaya orang lain. Dalam tugas ketiga
ternyata ada siswa yang mengirim tugas masih asli

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
79
dari pekerjaan temannya, tanpa mengganti nama.
Berdasarkan kasus ini, sebaiknya evaluasi diberikan
dalam bentuk projek, simulasi data yang akan
dianalisis disusun oleh siswa sendiri. Tugas yang
jawabannya sama, sangat mudah dibagikan sehingga
mendorong siswa bertindak tidak jujur.
Beberapa hambatan yang dialami selama
pembelanjaran dalam jaringan ini (Mansyur, 2020),
pertama, keterbatasan kesediaan HP/laptop maupun
alat penunjang pembelajaran daring. Sehingga
beberapa siswa masih menggantungkan alat tersebut
pada orang tua sehingga hal tersebut menghambat
pengumpulan tugas. kedua, keberadaan jaringan (wifi,
LAN) yang masih belum mendukung kualitas
pembelajaran dengan baik, sehingga menganggu
keefektifan pembelajaran. ketiga, keterbatasan
pendampingan orang tua dikarenakan mayoritas ialah
pekerja. keempat, informasi pembelajaran yang
terhambat dikarenakan orang tua kurang memantau
pekerjaan siswa di rumah, sehingga banyak siswa
yang tidak mengumpulkan tugas dikarenakan merasa
bebas dan belum memiliki rasa tanggungjawab penuh.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
80
kelima, hasil ujian siswa yang mayoritas rendah,
dikarenakan turunnya minat belajar siswa ketika
dirumah.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
81
BAB V
REALITAS LEARNING LOSS DALAM
PEMBELAJARAN DI MASA COVID -19

A. Data dan Analisis Data
Sudah lebih dari satu tahun, pembelajaran di tengah
wabah pandemi terlaksana secara daring. Berdasarkan
hasil wawancara
7
, guru menyatakan bahwa telah terjadi
learning loss yang diakibatkan oleh ketidaksiapan guru
dan sekolah dalam melaksanakan pembelajaran dengan
sistem ini. Hal tersebut terlihat dari adanya penurunan
hasil belajar siswa yang diakibatkan karena rendahnya
motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Sehingga dapat dikatakan, learning loss dalam
pembelajaran daring mencangkup tiga aspek, yakni;
motivasi, partisipasi dan hasil belajar siswa.
Pertama, motivasi belajar siswa. Berdasarkan data
yang diperoleh dari observasi dan wawancara kepada
guru
8
, Sebagian besar siswa memiliki motivasi yang

7
Responden (R) 1, Responden (R) 2, Responden (R) 3,
Responden (R) 4, Responden (R) 5, Responden (R) 6.
8
Observasi dilakukan di SMP Hasanudi Semarang dan MA
Darul Ulum Semarang, sedangkan wawancara dilakukan kepada

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
82
sangat rendah dalam mengikuti pembelajaran daring. Hal
tersebut terlihat dari beberapa sikap siswa saat
pembelajaran online, diantaranya: 1) Sebelum
pembelajaran di mulai, siswa tidak melakukan persiapan
dengan baik, antara lain; siswa tidak mencari ataupun
membaca materi yang akan diajarkan. 2) Pada saat
pembelajaran dilaksanakan, banyak siswa yang
melakukan aktivitas lain yang tidak berkaitan dengan
pembelajaran, contohnya saat pembelajaran secara
synchronous, siswa tidak mengaktifkan kamera dan
mikrofon, bahkan beberapa dari mereka menggunakan
foto sebagai latar belakang akun zoom atau meet, agar
terlihat seperti menghidupkan kamera. Beberapa dari
siswa juga menyatakan bahwa mereka lebih bersemangat
saat pembelajaran dilakukan secara face to face
dibandingkan secara online.
9
3) Dalam penyelesaian tugas
yang diberikan oleh guru, sebagian besar dari siswa tidak
melakukannya dengan serius, seperti siswa
menyelesaikan tugas dengan menyalin jawaban teman,

Responden (R) 1, Responden (R) 2, Responden (R) 3, Responden (R)
4, Responden (R) 5, Responden (R) 6.
9
Responden (R) 7, Responden (R) 8, Responden (R) 9.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
83
sehingga hasil yang dikerjakan tidak sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh guru. Selain itu, siswa tidak
memiliki kedisiplinan dalam mengumpulkan tugas,
seperti siswa tidak mengumpulkan tugas sesuai deadline
yang ditentukan, dan meminta perpanjangan waktu.
Beberapa dari mereka juga bersikap acuh terhadap tugas
yang diberikan. Tak jarang guru harus memberikan
peringatan kepada siswa dengan cara mengirimkan pesan
atau menelpon. Hal tersebut dilakukan agar siswa
melengkapi semua tugas.
Kedua, partisipasi siswa. Telah terjadi penurunan
partisipasi siswa saat proses pembelajaran daring.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran angket,
tingkat pesentase siswa yang menunjukan partisipasinya
dalam pembelajaran tidak melebihi 50%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Data-data pada tabel sebelumnya dipisahkan menjadi
beberapa tabel sesuai indikator

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
84
Tabel 5.1
Tingkat Partisipasi Belajar Siswa pada indikator
menjawab pertanyaan
10

Nama Sekolah Menjawab Pertanyaan
SDN Sukaraja 50%
MI Al-Iman 30%
SMP Hasanudin 30%
SMP
Jannaturoichan
45%
MAN 1 Tegal 30%
MA Darul Ulum 30%

Tabel 5.2
Tingkat Partisipasi Belajar Siswa pada indikator
menanggapi pertanyaan
11

Nama Sekolah Menanggapi Pertanyaan
SDN Sukaraja 50%
MI Al-Iman 35%
SMP Hasanudin 30%
SMP
Jannaturoichan
35%
MAN 1 Tegal 35%
MA Darul Ulum 35%



10
Data di peroleh dari survey melalui penyebaran angket
yang diisi oleh guru.
11
Data di peroleh dari survey melalui penyebaran angket
yang diisi oleh guru.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
85
Tabel 5.3
Tingkat Partisipasi Belajar Siswa pada indikator
mengaktifkan video saat pembelajaran
12

Nama Sekolah Mengaktifkan Video
SDN Sukaraja 50%
MI Al-Iman 25%
SMP Hasanudin 10%
SMP
Jannaturoichan
50%
MAN 1 Tegal 25%
MA Darul Ulum 10%

Tabel 5.4
Tingkat Partisipasi Belajar Siswa pada indikator
mengaktifkan suara saat pembelajaran
13

Nama Sekolah Menjawab Pertanyaan
SDN Sukaraja 50%
MI Al-Iman 40%
SMP Hasanudin 20%
SMP Jannaturoichan 30%
MAN 1 Tegal 40%
MA Darul Ulum 20%

Beberapa tabel di atas menjelaskan bahwa tingkat
partisipasi siswa dalam pembelajaran daring tergolong

12
Data di peroleh dari survey melalui penyebaran angket
yang diisi oleh guru.
13
Data di peroleh dari survey melalui penyebaran angket
yang diisi oleh guru.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
86
sangat rendah. Hal tersebut terlihat dari sikap siswa saat
proses pembelajaran dilaksanakan. Pada pembelajaran
daring secara syncronus yang menggunakan platform
meet dan zoom, siswa yang mengaktifkan video saat
pembelajaran hanya sekitar 10%-50%, dan siswa yang
mengaktifkan suara untuk mengajukan atau menjawab
pertanyaan hanya sekitar 20%-50%. Partisipasi siswa
dalam pembelajaran daring yang dilakukan secara
asyncronus juga memiliki tingkat persentase yang tidak
jauh berbeda. Siswa yang mengajukan pertanyaan baik
kepada guru dan siswa lainnya hanya sekitar 30%-50%,
dan siswa yang menjawab atau menanggapi pertanyaan
hanya sekitar 30%-50%.
Ketiga, hasil belajar siswa. Selama pembelajaran
daring yang telah dilaksanakan lebih dari 1 tahun, hasil
belajar siswa mengalami penurunan. Sebagian besar guru
menyatakan bahwa tidak semua KD mata pelajaran
diajarkan kepada siswa. Jika dipersentasikan, terdapat
sekitar 20%-50% KD yang tidak diajarkan. Selain itu,

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
87
para siswa kurang menyukai pembelajaran secara online.
Salah satu siswa di MA Darul Ulum
14
mengatakan:
Pembelajaran online di sekolah saya, lebih sering
dilakukan dengan sistem penugasan. Setiap harinya,
saya hanya dibebankan dengan tugas-tugas tanpa
adanya penjelasan materi oleh guru, sehingga saya
mengerjakan tugas dengan mencari jawabanya
melalui google dan brainly. Untuk tugas yang sulit,
saya mengerjakannya dengan cara menyalin
jawaban dari teman.

Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa
pembelajaran online dilakukan dengan tidak optimal. Hal
tersebut menyebabkan siswa merasa jenuh dan kesulitan
memahami materi pembelajaran, terlihat dari adanya
penurunan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil
evaluasi pembelajaran, nilai siswa tidak mencapai kriteria
minimum (KKM) yang ditetapkan. Untuk meluluskan
siswa, guru menggunakan Pendekatan Acuan Kelompok
(PAK). Guru melakukan pengkatrolan nilai siswa agar
mencapai KKM tersebut.



14
Responden (R) 7

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
88
B. Pembahasan
Pandemi Covid-19 ini telah mengubah situasi di
berbagai segmen kehidupan di seluruh dunia termasuk
dalam bidang pendidikan. Praktik Pendidikan dan
pembelajaran di masa pandemi berlangsung sekitar 40
bulan atau kurang lebih dua tahun. Siswa-siswa telah
dimanjakan dengan pembelajaran dari rumah yang
pelaksanaanya tidak maksimal. Karena tidak semua siswa
mengikutinya dengan baik.
Nurfidah (2021) menjelaskan bahwa pembelajaran
daring ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya: (1) pembelajaran berjalan cenderung
praktis karena pembelajaran dapat dilaksanakan kapan
saja; (2) fleksible pembelajaran yang berjalan dapat
dilakukan di manapun dan kapanpun sehingga siswa
dapat mengerjakan tugas dengan lebih leluasa; (3) guru
dapat mengembangkan pembelajarannya melalui
platform – platform tertentu untuk mempermudah dan
meningkatkan kualitas pembelajaran. Kelemahan
pembelajaran daring: (1) kurangnya keterlibatan siswa
dalam mengikuti pembelajaran. Pembelajaran daring
yang dianggap sebagai solusi pembelajaran pada masa

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
89
pandemi ini masih dirasa belum cukup efektif. Hal
tersebut terbukti dengan beberapa macam kendala yang
dialami yang diakibatkan karena kurangnya kesiapan.
Kesiapan dalam hal ini bukan hanya dari penyelenggara
pendidikan, keterlibatan aktif baik siswa dan orang tua
turut dapat mendukung jalannya pembelajaran daring ini
dengan efektif. Pengaruh terbesarnya efek pembelajaran
ini bagi siswa ialah turunnya nilai – nilai moral siswa.
Padahal seharusnya tujuan pendidikan mempertajam
kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus
perasaan (Ulum, 2020). Dijelaskan dalam peraturan
menteri pendidikan nomor 21 tahun 2016 dalam pasal 12
ayat (1) bahwa pembelajaran dilaksanakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan
memberi ruang kepada peserta didik untuk kreatif dan
mandiri (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia,
2021). Sehingga dalam hal ini, selain guru berperan
sebagai pendamping siswa dalam belajar guru juga
mampu memasukkan nilai-nilai pendidikan moral pada
siswa. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan ialah

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
90
sikap tanggungjawab, saling menghargai, saling
menghormati serta kemauan dalam mengerjakan tugas.
Ketidaksiapan guru dan sekolah, serta berbagai
problematika yang terjadi dalam pembelajaran online
menyebabkan terjadinya fenomena learning loss.
Fenomena ini terlihat dari adanya penurunan yang cukup
signifikan dari berbagai ranah, yakni kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Gularso et al., 2021). Fenomena learning
loss juga dirasakan di beberapa sekolah di Indonesia.
Guru-guru di sekolah tersebut menyatakan bahwa
motivasi belajar, partisipasi belajar, serta hasil belajar
siswa telah mengalami penurunan yang cukup drastis. Di
masa new normal saat ini, diperlukan upaya untuk
memulihkan pembelajaran dari fenomena learning loss.
Guru harus memiliki kemampuan professional yang
tinggi (Idhayani et al., 2020), serta memiliki ketrampilan
abad-21 (Haris et al., 2022). Selain itu, pembelajaran yang
dilaksanakan menggunakan strategi pembelajaran siswa
aktif (Marbun, 2021), dan media pembelajaran berbasis
digital (Hakim, 2020).
Ketidakoptimalan pelakasanaan pembelajaran di
masa pandemi mengakibatkan terjadinya fenomena

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
91
learning loss (Andriani et al., 2021; Febrian et al., 2021).
Aspek-aspek learning loss dalam pembelajaran daring,
antara lain hasil belajar, motivasi, serta partisipasi siswa.
Pertama hasil belajar, kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa mengalami penurunan yang cukup
drastis. Kompetensi dasar setiap mata pelajaran tidak
semua diajarkan oleh guru. Kriteria standar kelulusan
siswa yang berupa karakter, peningkatan pengetahuan
serta pengembangan ketrampilan (Pemerintah Republik
Indonesia, 2021) tidak dicapai oleh siswa. Kedua motivasi
belajar. Motivasi sangat berpengaruh terhadap
peningkaatan hasil belajar (Sulfemi, 2018). Dalam
pembelajaran online, sebagian besar siswa memiliki
motivasi yang rendah. Rendahnya motivasi ini di tunjukan
dengan sikap siswa yang acuh tak acuh baik saat
persiapan, pelaksanaan, dan pengevaluasian
pembelajaran. Ketiga partisispasi belajar. Siswa yang
berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran online
tidak melebihi 50%. Partisipasi siswa yang ditunjukan
dengan prilaku bertanya, menjawab pertanyaan,
mengerjakan soal, dan menyelesaikan tugas (Anastasia,
Amalia, & Uswatun, 2021) sangat rendah.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
92
BAB VI
REALITAS STRATEGI PEMULIHAN
LEARNING LOSS DALAM PEMBELAJARAN
PASCA COVID-19

A. Data dan Analisis Data
Sistem pembelajaran pasca Covid-19 telah
mengalami perubahan dibandingkan pembelajaran di
masa Covid 19. Sistem pembelajaran yang dilakukan
secara online telah berubah menjadi pembelajaran dengan
sistem blanded learning maupun tatap muka terbatas.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui penyebaran
angket, guru juga melakukan berbagai upaya agar
pembelajaran di masa ini, dapat terlaksana secara optimal.
Selain itu, berbagai upaya juga dilakukan oleh guru untuk
meningkatkan motivasi, partisipasi, partisipasi,
pemahaman, serta mengajarkan kembali beberapa KD
(Kompetensi Dasar) yang belum tercapai pada
pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Hal tersebut
dijelaskan pada tabel-tabel dibawah ini;
Data-data pada tabel sebelumnya di pisahkan menjadi
beberapa tabel sesuai indikator

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
93
Tabel 6.1
Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Belajar dengan
Memberikan Pujian/Hadiah Bagi Siswa yang berhasil
dalam proses pembelajaran
Nama Sekolah Memberikan
Hadiah/Pujian
SDN Sukaraja -
MI Al-Iman -
SMP Hasanudin V
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal V
MA Darul Ulum V

Tabel 6.2
Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Belajar dengan
Memberikan Tugas Disertai Penambahan Nilai
Nama Sekolah Memberikan Tambahan
Nilai
SDN Sukaraja V
MI Al-Iman V
SMP Hasanudin -
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal -
MA Darul Ulum -

Berdasarkan tabel 4.5 dan tabel 4.6, guru
melakukan upaya untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa dengan dua acara. Pertama, guru memberikan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
94
pujian/ hadiah bagi siswa yang berhasil dalam proses
pembelajaran. Pujian/ hadiah yang diberikan merupakan
wujud apresiasi guru terhadap keberhasilan siswa.
Kedua, guru memberikan tambahan tugas dengan
memberikan tambahan nilai bagi siswa yang
mengerjakan tugas tersebut dengan baik. Berdasarkan
tabel 4.5 dan 4.6, guru yang melakukan upaya dengan
memberikan hadiah/pujian lebih banyak dibandingkan
dengan memberikan tugas disertai penambahan nilai.
Dapat dikatakan bahwa untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, guru melakukan berbagi upaya, seperti
memberikan apresiasi, atau penambahan tugas.
Tabel 6.3
Upaya Guru Meningkatkan Partisipasi Belajar dengan
Menuntut Siswa untuk Bertanya atau Berkomentar
Nama Sekolah Menuntut Siswa
untuk
bertanya/berkomentar
SDN Sukaraja -
MI Al-Iman -
SMP Hasanudin -
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal V
MA Darul Ulum V

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
95
Tabel 6.4
Upaya Guru Meningkatkan Motivasi Belajar dengan
Menggunakan Media/Metode yang Bervariasi
Nama Sekolah Menggunakan
metode/media yang
bervariasi
SDN Sukaraja V
MI Al-Iman V
SMP Hasanudin V
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal -
MA Darul Ulum -
Berdasarkan tabel 4.7 dan tabel 4.8 guru
melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
partisipasi belajar siswa. Guru menggunakan berbagai
maedi/metode yang bervariasi. Berdasarkan hasil
wawancara
15
, media pembelajaran yang digunakan
berbentuk PPT, gambar, alat peraga, dll, sedangkan model
pembelajaran yang digunakan antara lain; Project Bassed
Learning (PBL), pembelajaran berbasis maslah, dan
pembelajaran dengan berdiskusi. Selain itu guru menuntut
siswa untuk bertanya, merespon dan berkomentar,
sehingga terjadi interaksi antara guru dengan murid, atau

15
Responden (R) 1, Responden (R) 2, Responden (R) 3,
Responden (R) 4.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
96
murid Berdasarkan tabel 4.7 dan tabel 4.8, penggunaan
strategi belajar yang menuntut siswa aktif telah dilakukan
di 3 sekolah, sedangkan penggunaan media/metode yang
bervariasi telah dilakukan di 4 sekolah. Kedua upaya
tersebut telah dilakukan guru untuk meningkatkan
partisipasi belajar siswa.
Tabel 6.5
Upaya Guru Meningkatkan Pemahaman Siswa dengan
Menggunakan Sumber Belajar yang Bervariasi
Nama Sekolah Menggunakan
Sumber Belajar yang
bervariasi
SDN Sukaraja V
MI Al-Iman -
SMP Hasanudin V
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal -
MA Darul Ulum V

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
97
Tabel 6.6
Upaya Guru Meningkatkan Pemahaman Siswa dengan
Menggunakan Buku Pegangan yang Sesuai
Nama Sekolah Menggunakan Buku
Pegangan yang Sesuai
SDN Sukaraja -
MI Al-Iman V
SMP Hasanudin -
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal V
MA Darul Ulum -

Tabel 6.7
Upaya Guru Meningkatkan Pemahaman Siswa dengan
Menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa)
Nama Sekolah Menggunakan LKS
SDN Sukaraja V
MI Al-Iman -
SMP Hasanudin -
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal -
MA Darul Ulum -

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
98
Tabel 6.8
Upaya Guru Meningkatkan Pemahaman Siswa dengan
Memberikan Tugas Sesuai Tujuan Pembelajaran
Nama Sekolah Menggunakan Tugas
Sesuai Tujuan
Pembelajaran
SDN Sukaraja V
MI Al-Iman V
SMP Hasanudin V
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal -
MA Darul Ulum -

Berdasarkan tabel-tabel di atas, terdapat empat
upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan
pemahaman siswa. Pertama, Penngunaan sumber belajar
yang bervariasi. Sumber belajar diperoleh melalui
berbagai buku, maupun informasi yang tersebar di
internet. Kedua, penggunaan buku pegangan. Buku yang
digunakan berbentuk cetak maupun digital, seperti buku
paket, ensklopedia, dan e-book. Ketiga, penggunaan
lembar kerja siswa (LKS). Keempat, pemberian tugas
sesuai tujuan pembelajaran. Tugas yang diberikan kepada
siswa, seperti rangkuman, pembuatan video, pembuatan
makalah, dan pembuatan projek tertentu. Berbagai upaya

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
99
tersebut dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
pemahaman siswa dalam memahami pembelajaran.

Tabel 6.9
Upaya Guru Memenuhi KD yang Tidak Terpenuhi
dengan Melakukan Remedial
Nama Sekolah Melakukan Remedial
SDN Sukaraja V
MI Al-Iman V
SMP Hasanudin V
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal V
MA Darul Ulum -

Tabel 1.10
Upaya Guru Memenuhi KD yang Tidak Tercapai dengan
Melakukan Pengayaan
Nama Sekolah Melakukan
Pengayaan
SDN Sukaraja -
MI Al-Iman -
SMP Hasanudin -
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal -
MA Darul Ulum -

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
100
Tabel 6.11
Upaya Guru Memenuhi KD yang Tidak Tercapai dengan
Melibatkan Peran Orang Tua
Nama Sekolah Melibatkan Peran
Orang Tua
SDN Sukaraja -
MI Al-Iman V
SMP Hasanudin V
SMP
Jannaturoichan
V
MAN 1 Tegal -
MA Darul Ulum -

Berdasarkan tabel-tabel di atas, berbagai upaya
telah dilakukan oleh guru untuk memenuhi KD yang tidak
tercapai di masa pandemi. Upaya tersebut adalah dengan
melakukan remedial dan pengayaan setelah mengetahui
hasil evaluasi pembelajaran yang dilaksanan di masa
Covid-19. Remedial, atau pengayaan dilakukan oleh guru
diluar jam pelajaran. Guru memberikan jam pelajaran
pada siswa-siswa yang belum mencapi KKM (Kritesia
Ketuntatasan Minimum) yang telah ditetapkan. Guru juga
bekerjasama dengan siswa-siswa yang telah memenuhi
KKM untuk membantu siswa-siswa lain memahami
pembelajaran. Selain itu, guru juga bekerjasama dengan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
101
orang tua untuk mengawasi dan membantu anak dalam
belajar di rumah.

B. Pembahasan

Pandemi Covid-19 telah memberikan banyak
dampak negatif selama dua tahun terakhir, termasuk
dampak social distancing akibat penerapan protokol
kesehatan. Pemulihan pembelajaran di masa post Covid-
19 telah diupayakan oleh beberapa guru di sekolah.
Berbagai teknik pemulihan yang dapat dilakukan antara
lain; melaksanakan remedial/program bimbingan belajar
(Tirando, 2021), melibatkan peran orang tua (Zhao,
2021), menyusun kurikulum yang sesuai serta
mengupayakan peningkatan pedagogi guru (Angrist et al.,
2021). Upaya yang telah dilakukan di beberapa sekolah di
Indonesia (Setiawan & Hatip, 2021) antara lain;
1. Transformasi digital
Transformasi digital adalah transformasi
mendalam dari aktivitas bisnis dan organisasi, proses,
kemampuan dan model, memaksimalkan perubahan
dan peluang dalam campuran teknologi, dan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
102
menjadikan dampak sosial sebagai metode yang
strategis dan diprioritaskan untuk dipercepat. Dengan
transformasi digital muncul kebutuhan akan
infrastruktur dan teknologi. Jelas bahwa metode
pembelajaran yang disempurnakan dengan teknologi
memerlukan infrastruktur dan platform TI yang tepat
untuk implementasinya (Hakim, 2020).
Transformasi digital ini secara bertahap
mengubah proses lama dan kebiasaan belajar menjadi
yang baru yang lebih efektif dan efisien dalam proses
pendidikan. Kehadiran teknologi baru yang menandai
dimulainya transformasi digital ini akan membawa
angin segar bagi kehidupan manusia. Tidak dapat
disangkal kemajuan di dunia digital yang semakin
canggih, termasuk dunia pendidikan. Transformasi
digital membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih
mudah dan fleksibel untuk diterapkan. Selain itu,
tuntutan transformasi digital menuntut dunia
pendidikan untuk senantiasa beradaptasi dengan
perkembangan teknologi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan, terutama penyesuaian

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
103
penggunaan teknologi dalam dunia pendidikan
khususnya dalam proses pembelajaran.
Para pendidik yang dominan saat ini, termasuk
guru, dosen, dan pelajar, baik non-sarjana maupun
sarjana, menjadi akrab dan mahir menggunakan
berbagai perangkat dan media untuk mendukung
pembelajaran online. Namun terlepas dari semua
hambatan dan keterbatasan, ini adalah kemajuan yang
mengagumkan dan patut dibiasakan dengan
penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran
sebagai alternatif strategi, media, dan sumber belajar.
2. Blended Learning
Agar kemampuan guru dan murid dalam
pembelajaran online tidak hilang, maka guru dan
murid perlu didorong agar selain pembelajaran tatap
muka digunakan juga strategi pembelajaran
campuran. Dalam pembelajaran campuran ini terjadi
sebuah kombinasi antara sessi pembelajaran
online dan tatap muka untuk diterapkan secara lebih
luas dan konsisten. Sekolah tetap berusaha
memberikan hak dan tuntunan kepada peserta didik
dengan layanan pendidikan campuran yang baik

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
104
melalui pembelajaran secara daring maupun luring.
Keduanya digabung agar dapat menghadirkan
fleksibitas pembelajaran yang belum pernah
dilakaukan oleh peserta didik sebelumnya.
Diharapkan pembelajaran campuran dapat menjadi
solusi efektif untuk memperbaiki dampak learning
loss saat ini. Pembelajaran campuran itu dikenal
dengan istilah blended learning. Sekarang adanya era
“new normal” segala sistem pembelajaran dituntut
untuk menyesuaikannya, sehingga dengan adanya
sistem pembelajaran berbasis blended learning dapat
menjadi suatu inovasi yang bermanfaat bagi
pembelajaran di era “new normal”.
3. Belajar mandiri
Peserta didik perlu dibekali keterampilan dan
pengetahuan untuk mengatasi tantangan untuk
mencapai keberlanjutan. Salah satu upaya
membimbing siswa belajar mandiri adalah dengan
menerapkan konsep merdeka belajar. Proses belajar
mengajar dirancang agar murid memiliki kemampuan
untuk mengatasi tantangan untuk tetap sustain dalam
berbagi hambatan (Tirando, 2021).

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
105
Proses pembelajaran dengan model blended dan
diterapkannya kurikulum merdeka merupakan produk
inovasi yang dirancang untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran. Pembelajaran dengan model
blended diyakini akan terus berkembang dan tetap
berpotensi menjadi model utama dalam pembelajaran
pada saat-saat tertentu di masa depan. Kurikulum
merdeka juga terus diterapkan karena diyakini
menjadi jawaban untuk mengatasi krisis pembelajaran
di Indonesia. Kurikulum Merdeka memiliki ciri khas
tersendiri jika dibandingkan dengan kurikulum-
kurikulum lainnya, yakni penekanan terhadap
penerapan suatu metode pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik dan dapat melatih kemandirian
peserta didik (Anastasia, Amalia, & Uswatun, 2021)
yakni model pembelajaran Project Based Learning
(PjBL).
Penerapan Project Based Learning (PjBL)
menjadi salah satu program prioritas pada Kurikulum
Merdeka yang menawarkan pembelajaran yang
relevan dan interaktif sehingga saat ini banyak
pendidik yang menerapkannya. Beberapa diantaranya

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
106
ada yang menerapkannya menggunakan metode
daring. Saat ini para pendidik kian berinovasi untuk
menerapkan model pembelajaran ini dengan metode
campuran (blended) antara tatap muka dan daring.
Metode blended yang diterapkan pada PjBL
diperkenalkan dengan berbagai istilah, seperti
Blended Project Based Learning, Project Based E-
Learning, hingga Project Based Blended Learning
(PjB2L).
4. Pelibatan peran orang tua.
Tri Pusat Pendidikan menunjukkan bahwa
pendidikan berlangsung di tiga lingkungan, yaitu
keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiganya
memiliki peran di dalam proses pembelajaran, dan
saling mengisi dan memperkuat satu dengan yang
lainnya. Pendidikan peserta didik tidak akan berhasil
jika hanya dilaksanakan oleh satu pihak saja yaitu
guru kelas saja. Namun pendidikan akan berhasil jika
dilakukan secara berkolaborasi atau membangun
hubungan yang baik antara guru kelas, guru mata
pelajaran dan orangtua (Zhao, 2021).

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
107
Orangtua dapat mengawasi bahkan
mendampingi dan membimbing anaknya belajar,
sehingga permasalahan pembelajaran yang dihadapi
siswa dapat diselesaikan dengan mencarikan solusi
yang tidak merugikan pihak manapun. Hal ini sangat
baik untuk terlaksananya Merdeka belajar yang
berpihak kepada siswa.
Beberapa upaya tersebut telah mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran di masa post Covid-
19. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan
pemahaman siswa, motivasi, serta partisipasi belajar.
Selain itu, telah terjadi peningkatan kemampuan IT guru,
kemampuan pedagogi guru (Ahmad, 2020). Maka dapat
dikatakan pembelajaran di masa ini telah memiliki
kualitas yang lebih baik dibandingkan pembelajaran di
masa awal terjadinya pandemi Covid-19.
Terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam
melaksanakan pemulihan pembelajaran di masa post
Covid-19. Pemulihan learning loss didukung oleh adanya
kebijakan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
(kemendikbud). Kebijakan tersebut berupa pemberlakuan
pelaksanan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
108
(Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan
Teknologi, 2021), bantuan kuota internet, dan
pengembangan kurikulum baru. Beberapa faktor lain
yang mendukung pemulihan learning loss, diantaranya;
adanya peningkatan ketrampilan pedagogi (Ahmad, 2020)
dan kemampuan IT yang dimiliki guru, tersedianya sarana
prasarana, berupa platform, media pembelajaran, maupun
kuota internet, serta adanya keterlibatan peran orang tua.
Selain itu, lonjakan kasus virus Covid-19 yang tidak dapat
diprediksi menjadi kendala guru dalam melaksanakan
pemulihan pembelajaran. Di kondisi yang tak menentu
ini, guru dituntut untuk terus mengembangkan kreativitas
dan kemampuan agar terciptanya pembelajaran yang
optimal. Kerjasama pemerintah, sekolah, dan orang tua
sangat dibutuhkan untuk mempertahankan, serta
meningkatkan pemulihan learning loss di masa post-
Covid-19.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
109
BAB VII
PENUTUP

A. Simpulan
Peralihan sistem pembelajaran dari face to face
menjadi online learning dimasa covid-19 dilakukan
secara tiba-tiba. Hal tersebut menimbulkan berbagai
kesulitan. Fasilitas dan platform pembelajaran, biaya
kuota internet, stabilitas koneksi internet, dan
kemampuan teknologi pada guru dan siswa ternyata
menjadi kendala utama yang berkontribusi pada
rendahnya kualitas pembelajaran. Kondisi tersebut
memunculkan terjadinya learning loss dalam
pembelajaran di masa Covid-19. Fenomena tersebut
ditandai dengan adanya penurunan partisipasi,
motivasi dan hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran
di era post Covid-19, pemulihan learning loss sangat
dibutuhkan, agar menghasilkan lulusan yang
berkarakter, berwawasan luas, dan berketrampilan
tinggi. Pemulihan tersebut terkait pada peningkatan
pemahaman siswa, peningkatan motivasi belajar,
peningkatan partisipasi belajar, serta pemenuhan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
110
kompetensi dasar yang tidak tercapai di masa pandemi
Covid-19. Pemulihan ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, antara lain; 1) menggunakan strategi,
media, sumber belajar yang bervariasi, 2) melakukan
remedial/pengayaan, 3) menuntut siswa untuk aktif
bertanya, 4) melibatkan peran orang tua. Beberapa
pemulihan learning loss yang dilakuakan guru di era
post-Covid-19 telah meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan
partisipasi, motivasi, serta hasil belajar dalam
pembelajaran di era new normal.

B. Kontribusi dan Saran

Hasil penelitian terkait topik learning loss, dan
strategi pemulihannya dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di era new
normal. Tanpa adanya pemulihan learning loss, tujuan
pembelajaran tidak akan tercapai secara makasimal.
Hasil penelitian ini memberikan manfaat berupa
pendalaman teori terkait fenomena learning loss, dan
strategi pemulihannya di masa post Covid-19. Selain

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
111
itu, penelitian ini memperkuat beberapa hasil
penelitian sebelumnya. Penelitian ini terbatas pada
kajian pemulihan learning loss pada kegiatan
pembeajaran di kelas, serta observasi dan wawancara
hanya dilakukan di enam sekolah. Oleh karena itu,
penelitian lanjutan sangat dibutuhkan untuk
memperkuat temuan penelitian ini antara lain: (1)
Lokasi penelitian difokuskan pada sekolah-sekolah
daerah yang mengalami tingkat learning loss yang
tinggi, (2) Implementasi strategi pemulihan learning
loss di sekolah penggerak, dan (3) Strategi pemulihan
learning loss dari aspek kebijakan pemerintah.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
112

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R., Isnaini, N. F., Hasanah, U., & Faridah, N. R.
(2021). Kesiapan Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka
pada Era New Normal di MI At-Tanwir Bojonegoro.
Jurnal Basicedu , 5(5), 3814 –3821.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1435
Ahmad, A. (2020). Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru
dalam Pembelajaran Jarak Jauh Melalui Pendampingan
Sistem Daring, Luring, atau Kombinasi pada Masa New
Normal Covid-19. Jurnal Paedagogy, 7(4), 258.
https://doi.org/10.33394/jp.v7i4.2803
Andriani, W., Subandowo, M., Karyono, H., & Gunawan, W.
(2021). Learning Loss dalam Pembelajaran Daring di Masa
Pandemi Corona. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Pembelajaran Universitas Negeri Malang, 1(1), 485–501.
Angrist, N., de Barros, A., Bhula, R., Chakera, S., Cummiskey,
C., DeStefano, J., … Stern, J. (2021). Building back better
to avert a learning catastrophe: Estimating learning loss
from COVID-19 school shutdowns in Africa and
facilitating short-term and long-term learning recovery.
International Journal of Educational Development,
84(March), 102397.
https://doi.org/10.1016/j.ijedudev.2021.102397
Darmina, D., Diana, F., & Nasution, T. (2022). Pengaruh
Profesionalitas Guru Terhadap Prestasi Belajar Pada Mata
Pelajaran IPS E ra New Normal Di SMPN 1 Ketambe Aceh
Tenggara. Jurnal Mudabbir, 2(1), 1–10.
Depdiknas. (2016). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Ekawati, M. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Paikologi
Kognitif Dalam Proses Belajar dan Pembelajaran. E-Tech
Journal, 7(4), 1–12. https://doi.org/10.1007/XXXXXX-
XX-0000-00
Engzell, P., Frey, A., & Verhagen, M. D. (2021). Learning loss

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
113
due to school closures during the COVID-19 pandemic.
Proceedings of the National Academy of Sciences of the
United States of America , 118(17).
https://doi.org/10.1073/PNAS.2022376118
Febrian, I., Widiyanti, C., Widodo, P., & Indriana, Y. (2021).
Modul Pengenalan dan Identifikasi Learning Loss di Masa
Pandemi bagi Guru dan Orangtua. Semarang: Fakultas
Psikologi Universitas Dipenegoro.
Festiyed, Novitra, F., Yohandri, & Asrizal. (2022). Networked-
based Inquiry: An Effective Physics Learning in the New
Normal COVID-19 Era in Indonesia. International
Journal of Instruction, 15(2), 997–1016.
https://doi.org/10.29333/iji.2022.15255a
Gularso, D., Suryantari, H., Rigianti, H. A., & Martono. (2021).
Dampak Pembelajaran Daring Terhadap Kemampuan
Anak Usia Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar
Nusantara, 7(1), 100 –118.
https://doi.org/10.29407/jpdn.v7i1.15890
Hakim, L. (2020). Pemilihan Platform Media Pembelajaran
Online Pada Masa New Normal. Justek : Jurnal Sains Dan
Teknologi, 3(2), 27.
https://doi.org/10.31764/justek.v3i2.3516
Haris, A., Sentaya, I. M., & Sulindra, I. G. M. (2022).
Keterampilan Guru Abad 21 Dalam Mengurangi Learning
Loss Pada Peserta Didik ( Kajian Fenomenalogis Di Sma
Kabupaten Sumbawa ). Jurnal Ilmiah Mandala Education,
8(1), 628–638. https://doi.org/10.36312/ jime.v8i1.2756
Harmey, S., & Moss, G. (2021). Learning disruption or learning
loss: using evidence from unplanned closures to inform
returning to school after COVID-19. Educational Review,
00(00), 1 –20.
https://doi.org/10.1080/00131911.2021.1966389
Ichsan, I. Z., Purwanto, A., & Rahmayanti, H. (2021). E-learning
in new normal covid-19 era: Measure hots and pro-
environmental behavior about environmental pollution.
International Journal of Evaluation and Research in
Education, 10(3), 790–797.
https://doi.org/10.11591/ijere.v10i3.21382
Idhayani, N., Nasir, N., & Jaya, H. N. (2020). Manajemen

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
114
Pembelajaran untuk Menciptakan Suasana Belajar
Menyenangkan di Masa New Normal. Jurnal Obsesi :
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1556–1566.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.911
Jamilah, J. (2020). Guru profesional di era new normal: Review
peluang dan tantangan dalam pembelajaran daring.
Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar Dan
Pembelajaran, 10(2), 238 –247.
https://doi.org/10.25273/pe.v10i2.7494
Kaffenberger, M. (2021). Modelling the long-run learning
impact of the Covid-19 learning shock: Actions to (more
than) mitigate loss. International Journal of Educational
Development, 81, 102326.
https://doi.org/10.1016/J.IJEDUDEV.2020.102326
Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
(2021). Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka Tahun
Akademik 2021/2022.
Manalu, A. N., Wanda, Y. A., Worumboy, H. V. N., & Budiarti,
I. S. (2021). Digital Literacy Overview: Challenges in
Online Physics Learning at New Normal Era. Berkala
Ilmiah Pendidikan Fisika , 9(1), 16.
https://doi.org/10.20527/bipf.v9i1.9367
Mansyur, A. R. (2020). Dampak COVID-19 Terhadap Dinamika
Pembelajaran Di Indonesia. Education and Learning
Journal, 1(2), 113. https://doi.org/10.33096/eljour.v1i2.55
Marbun, P. (2021). Disain Pembelajaran Online Pada Era Dan
Pasca Covid-19. CSRID (Computer Science Research and
Its Development Journal), 12(2), 129–140.
https://doi.org/10.22303/csrid.12.2.2020.129-142
Nafiati, D. A. (2021). Revisi taksonomi Bloom: Kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Humanika, 21(2), 151–172.
https://doi.org/10.21831/hum.v21i2.29252
Nurfidah, A. (2021). Potret Pembelajaran Daring Mahasiswa
Universitas Singaperbangsa Karawang di Tengah Pandemi
Covid-19. Jurnal Nalar P Endidikan, 9(2), 94–99.
https://doi.org/10.26858/jnp.v9i1.24159
Nurmawanti, I., Darmiany, D., Nurwahidah, N., & Kusuma, A.
S. (2021). STEM and Critical Thinking: Alternative

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
115
Learning Collaboration between Teachers and Parents in
The New Normal Era. SOSHUM : Jurnal Sosial Dan
Humaniora, 11(3), 293 –304.
https://doi.org/10.31940/soshum.v11i3.293-304
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. (2021). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional
Pendidikan, (102501), 1–49.
Permana, A. B., & Pujiastuti, P. (2017). Pengembangan Buku
Ajar Tematik Integratif Berbasis Discovery Learning
dalam Peningkatan Motivasi Belajar dan Karakter
Tanggung Jawab. Jurnal Pendidikan Karakter, 8(1).
https://doi.org/10.21831/JPK.V7I1.15499
Pratiwi. (2021). Dinamika Learning Loss: Guru dan Orang Tua.
Jurnal EDUKASI NONFORMAL, 1(1), 147–153.
Presiden Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik
Indonesia No.23 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Samarenna, D. (2020). Dunia Pendidikan Pengajaran di Era New
Normal. HARVESTER: Jurnal Teologi Dan
Kepemimpinan Kristen, 5(2), 135–147.
https://doi.org/10.52104/harvester.v5i2.47
Suprijono, Agus, D. (2020). Kesiapan Dunia Pendidikan. In R.
Mubit (Ed.), IAIN Parepare Nusantara Press (1 st).
Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press.
Tadesse, S., Muluye, W., Tadesse, S., & Muluye, W. (2020). The
Impact of COVID-19 Pandemic on Education System in
Developing Countries: A Review. Open Journal of Social
Sciences, 8(10), 159 –170.
https://doi.org/10.4236/JSS.2020.810011
Tarigan, A. L. (2021). EVALUASI PEMBELAJARAN
ONLINE DI MASA PANDEMI COVID -19 DI
KECAMATAN MINAS. Strategi Pembelajaran Di Masa
Pandemi. Retrieved from https://jurnal.uhnp.ac.id/psn-
uhnp/article/view/129
Tirando, A. (2021). Review of Literature: COVID-19 Learning
Loss and Strategies for Recovery. Information Capsule
Research Services, 2003, 1–9.
Ulum, M. (2020). Kebijakan Standar Nasional Pendidikan.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
116
Syaikhuna: Jurnal Pendidikan Dan Pranata Islam, 11(1),
105–116. https://doi.org/10.36835/syaikhuna.v11i1.3845
Wahyudi, A. (2021). Learning Loss During Covid-19 Pandemic
in Indonesia and The Strategies to Minimize it. 2(2), 18–
25.
Winkel. (2005). Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Media
Abadi.

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
117
Lampiran-lampiran:
1. Instrumen angket skala thurstone
2. Instrumen pertanyaan wawancara
3. Ringkasan ppt
4. Curriculum Vitae Peneliti

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
118
Lampiran-1

INSTRUMEN ANGKET SKALA THURSTONE
STRATEGI PEMULIHAN PANDEMIC LEARNING LOSS
DALAM PEMBELAJARAN di ERA NEW NORMAL

A. Kisi Kisi Pertanyaan.

Result Indikator Instrumen Pertanyaan
4.1
Pelaksanaan
pembelajaran
di masa
pandemi
Perencanaan
pembelajaran
1. Bagaimana bapak/ibu guru
dalam mempersiapkan diri untuk
pembelajaran daring di masa
pandemic?
a. Mengikuti seminar
b. Mengikuti pelatihan
c. Membaca buku-buku
yang terkait dengan
pembelajaran daring
d. …..

2. Apa bentuk perencanaan
pembelajaran yang digunakan
bapak/ibu guru selama
pelaksanaan pembelajaran
daring?
a. RPPM
b. RPPH
c. Lesson Plan
d. ….

3. Siapa saja yang terlibat dalam
penyusunan RPP yang digunakan
bapak/ibu guru dalam
pembelajaran daring?
a. Guru (personal)
b. Kelompok Kerja Guru
(KKG)
c. Waka kurikulum
d. ……

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
119
Pelaksanaan
Pembelajaran
4. Bagaimana bapak/ibu guru
melaksanakan pembelajaran
daring?
a. Melaksanakan
pembelajaran secara
langsung melalui
platform syncronus
b. Melakukan
pembelajaran secara
tidak langsung melalui
paltform asyncronus
c. Hanya dengan
memberikan penugasan
saja.
d. ….
5. Apa saja desain materi yang
digunakan bapak/ibu guru dalam
pembelajaran daring?
a. PPT
b. Word
c. Video
d. Video Conference
e. ..
6. Apa saja metode pembelajaran
yang digunakan bapak/ibu guru
dalam pembelajaran daring?
a. Tanya jawab
b. Presentasi peserta didik
c. Diskusi
d. ……

7. Bagaimana pelaksanaan
pembelajaran dilakukan?
a. Sesuai jadwal yang
ditentukan
b. Diluar jadwal yang
ditentukan

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
120
Media dan
Teknologi
pembelajaran
8. Apa saja media IT yang
digunakan dalam melaksanakan
pembelajaran daring?
a. WhatsApp
b. Zoom
c. Meet
d. Google Clasroom
e. …

9. Apa saja media yang
digunakan untuk mengevaluasi
belajar siswa?
a. Quiziiz
b. K-hoot
c. Google Classroom
d. WhatsApp
e. …

Evaluasi
Pembelajaran
9. Bagaimana bapak/ ibu guru
melaksanakan evaluasi dalam
pembelajaran daring?
a. Melalui tes
b. Melalui penugasan
c. Melalui Observasi
d. …..

10. Kapan bapak/ibu guru
melakukan evaluasi dalam
pembelajaran daring?
a. Pre-test/ awal
pembelajaran
b. Setelah pembelajaran
dilaksanakan
c. Setelah menyelesaikan
materi pembelajaran
pada tema tertentu
d. Saat tengah semester
dan akhir semester
e. ….

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
121

10. Berapa lama alokasi waktu
yang diberikan guru kepada
peserta didik untuk menyerahkan
tugas dalam pembelajaran
daring?
a. Langsung
b. Toleransi 3 hari
c. Toleransi 1 minggu
d. …..
4.2 Aspek-
aspek
pandemi
learning loss
dalam
pembelajaran
di masa
pandemi
Motivasi 11. Menurut bapak/ibu guru,
bagaimana sikap peserta didik
sebelum pelaksanaan
pembelajaran daring?
a. Peserta didik
mengulang materi
pembelajaran yang telah
diajarkan
b. Peserta didik
mengembangkan
pengetahuan yang telah
diajarkan dengan
mencari berbagai
sumber bacaan.
c. Peserta didik membaca
materi pelajaran yang
akan di ajarkan
d. ……

12. Menurut bapak/ibu guru,
bagaimana sikap peserta didik
dalam pelaksanaan pembelajaran
daring?
a. Peserta didik selalu
bersemangat saat
pembelajaran
berlangsung
b. Peserta didik tidak
menyerah saat

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
122
menyelesaikan soal
yang sulit
c. Peserta didik tidak
melakukan aktivitas lain
saat pelaksanaan
pembelajaran
d. …..

13. Menurut bapak/ibu guru,
bagaimana sikap peserta didik
setelah pelaksanaan
pembelajaran daring?
a. Peserta didik
mengerjakan tugas
secara serius
b. Peserta didik disiplin
mengumpulkan tugas
sesuai batas waktunya
c. Peserta didik
melengkapi semua
tugas yang diberikan
guru
d. ……

14. Menurut bapak/ibu guru, apa
saja daya dukung yang telah
dimiliki peserta didik dalam
pembelajaran daring?
a. Perangkat pembelajaran
(Hp, laptop)
b. Koneksi Internet
c. Kuota
d. ….

Partisipasi 15. Menurut bapak/ibu guru,
berapa persen keterlibatan siswa
dalam pembelajaran yang
meliputi aktifitas sebagai berikut:

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
123
a. Siswa mengajukan
pertanyaan baik kepada
guru maupun pada
siswa lainya (…..%).
b. Siswa menjawab/
menanggapi pertanyaan
(…..%)
c. Siswa selalu
meangaktifkan video
pembelajaran (……%)
d. Siswa selalu
mengaktifkan suara saat
pembelajaran (……%)

Hasil Belajar 16. Bagaimana hasil belajar
siswa dalam pembelajaran
daring?
a. Mengalami penurunan
dibandingkan hasil
pembelajaran di situasi
normal
b. Tidak mengalami
perubahan
dibandingkan hasil
pembelajaran di situasi
normal
c. Mengalami kenaikan
dibandingkan hasil
pembelajaran di situasi
normal
d. ..

17. Apakah bapak/ ibu guru
melakukan penilaian
Apakah bapak/ibu guru telah
mengajarkan semua KD sesuai
yang telah dicantumkan dalam
kurikulum?
a. Ya

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
124
b. Tidak

18. Apakah peserta didik telah
menguasai semua KD yang ada
pada kurikulum?
a. Ya
b. Tidak
4.3 Strategi
pemulihan
learning loss
Peningkatan
motivasi
19. Bagaimana bapak/ibu guru
meningkatkan motivasi belajar
peserta didik?
a. Memberikan pujian atau
hadiah bagi siswa yang
berhasil dalam proses
pembelajaran.
b. Memberikan tugas yang
disertai dengan
penambahan nilai
c. …..

Peningkatan
partisipasi
20. Bagaimana bapak/ibu guru
meningkatkan partisipasi belajar
peserta didik?
a. Menuntut siswa untuk
bertanya, merespon dan
berkomentar saat
pembelajaran
dilaksanakan
b. Memberikan pertanyaan
pada masing-masing
siswa
c. Menggunakan
metode/media
pembelajaran yang
bervariasi
d. ….

Peningkatan
pemahaman
siswa
21. Bagaiaman bapak/ibu guru
meningkatkan pemahaman
peserta didik?

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
125
a. Menggunakan sumber
belajar yang bervariasi.
b. Menggunakan buku
pegangan sesuai dengan
tingkat kelas
c. Menggunakan LKS
d. Memberikan tugas
sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
e. ….

Pemenuhan
KD yang
tidak tercapai
pada masa
pandemi
22. Apakah bapak/ ibu guru
melakukan pemenuhan KD yang
tidak tercapai pada pembelajaran
daring dalam pembelajaran di era
new normal?
a. Ya
b. Tidak

23. Bagaimana bapak/ ibu guru
melakukan pemenuhan KD yang
tidak tercapai pada pembelajaran
daring? (diisi bagi guru yang
melaksanakan pemenuhan KD)
a. Melalui program
remedial
b. Melalui program
pengayaan
c. Menambah jam belajar
siswa untuk
mempelajari KD yang
belum tercapai
d. Melibatkan peran orang
tua dalam mengawasi
dan membantu anak
belajar
e. ….

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
126
Lampiran-2

INSTRUMEN PERTANYAAN WAWANCARA

STRATEGI PEMULIHAN PANDEMIC LEARNING LOSS
DALAM PEMBELAJARAN di ERA NEW NORMAL
A. Pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi

• Perencanaan Pembelajaran
1. Bagaimana persiapan Bapak/Ibu dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis Daring pada masa Pandemi Covid-19 ini
? (mengikuti pelatihan, mengikuti seminar, membaca buku-
buku terkait pelaksanaan pembelajaran daring, dll)
2. Bagaimana pembuatan rancangan pembelajaran (RPP) dalam
pembelajaran daring?

• Strategi/ model pembelajaran
1. Bagaiamana strategi pembelajaran yang digunakan Bapak/Ibu
agar pembelajaran dapat terlaksana secara efektif?
2. Apa saja model pembelajaran yang digunakan bapak/ibu dalam
pembelajaran daring?

• Kegiatan Pembelajaran
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran berbasis daring pada
masa pandemi Covid-19?
• Media dan Teknologi Pembelajaran
1. Apa saja jenis platform online yang digunakan dalam proses
pembelajaran berbasis daring pada masa Pandemi Covid19?
(platform untuk pelaksanaan kegiatan belajar dan platfrom
online untuk penilaian)
2. Apa saja media yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran berbasis Daring pada masa Pandemi Covid-19?

• Evaluasi pembealajaran.
1. Bagaimana evaluasi yang dilaukan bapak/ibu dalam
pembelajaran online? (bentuk penilaian, jenis penilaian,
pendekatan penilaian, tindak lanjut hasil evaluasi)

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
127

B. ASPEK-ASPEK LEARNING LOSS
1. Apa saja problematika yang dihadapi guru selama
melaksanakan pembelajaran di masa pandemic?
2. Berapa lama alokasi waktu (waktu efektif) yang digunakan
untuk melaksanakan pembelajaran di masa pandemi setiap
harinya?
3. Apakah bapak/ibu guru telah mengajarkan semua KD yang
ada dalam kurikulum secara tuntas?
4. Menurut bapak/ ibu guru, apakah setiap murid telah
mengusai semua KD tersebut? (Jika belum, kira- kira
berapa jumlah (bisa dalam bentuk %) KD yang tidak
dikuasai siswa)
5. Bagaimana motivasi, partisipasi siswa, keaktifan, dan
kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran di masa
pandemic?
6. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran di masa
pandemic (kognitif, afektif, psikomotorik)?

C. STRATEGI PEMULIHAN LEARNING LOSS
1. Bagaimana penyusunan RRP dalam pembelajaran di era
new normal (perbedaan RPP yang digunakan sebelum
pandemi, dan saat pandemi)?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di era new normal?
3. Apakah bapak/ibu melakukan pretest diawal pembelajaran
era new normal untuk mengukur tingkat kemampuan siswa
(kemampuan siswa yang diperoleh dari pembelajaran di
masa pandemic)
4. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu dalam meningkatkan
motivasi, partisipasi, kemandirian, dan keaktifan siswa
dalam pembelajaran di era new normal?
5. Upaya apa yang dilakukan bapak/ibu guru di era new
normal untuk menembel KD yang tidak tercapai dalam
pembelajaran di masa pandemic?

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
128
Lampiran 3

Ringkasan Penelitian dalam bentuk PPT












Penelitian Kolaborasi Dosen dan Mahasiswa
Oleh:
Raharjo(Dosen FITK)
Aziza Nurhayati(Mahasiswa S2 PAI)
STRATEGI PEMULIHAN PANDEMIC
LEARNING LOSS DALAM
PEMBELAJARAN PAI DI MASA NEW
NORMAL Effective learning
01
Learning loss
02
Learning strategy
03
Pandemic learning
04
Post Covid-19
05

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
129















1.Bagaimana pembelajaran di masa Covid-19?
2.Apa saja aspek-aspek dalam learning loss?
3.Bagaimana pemulihan learning loss dalam pembelajaran
di masa new normal? Penelitian
kualitatif dengan
jenis studi kasus
Jenis
Penelitian
Enamsekolah di Jawa Tengah, Jawa
Timur dan Lampung:
1.SDN Sukaraja(Kalianda, Lampung)
2.MI Al-Iman Bader (Tuban, Jawa
timur),
3.SMP Hasanudin6 (Semarang, Jawa
Tengah)
4.SMP Jannaturroichan(Jombang,
Jawa Timur),
5.MAN 1 Tegal Jawa Tengah, MA
Darul Ulum(Semarang, Jawa
Tengah).
Lokasi
Penelitian
guru-guru
dan siswa
Responden
RPP dan
lembar hasil
belajar siswa
Dokumentasi
METODE PENELITIAN

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
130















•PembelajarandimasaCovid-19.
•Aspek-aspekdalamlearningloss.
•Strategipemulihanlearninglossdimasanew
normal.
Fokus
Penelitian
Angket, Wawancara, Dokumentasi
Teknik
Pengumpulan Data
Reduksi, Display, Penarikan
kesimpulan
Teknik Analisis
Data
METODE PENELITIAN Pembelajaran di masa Covid-19
-Online
-KBM tiga cara, yakni: pembelajaran secara tidak langsung
(asynchronous), pembelajaran melalui pemberian tugas, dan
pembelajaran secara langsung (synchronous)
-Evaluasi: penugasan, tes dan observasi
HASIL 1

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
131















Aspek-aspek dalam Learning Loss
-Motivasi belajar siswa
-Partisipasi siswa
-Hasil belajar siswa
HASIL 2 HASIL 3
Strategi pemulihan learning loss di masa new normal.
(sistem blandedlearning maupun tatap muka terbatas)
1. Peningkatan motivasi belajar:
-Memberikan pujian/hadiah bagi siswa yang berhasil dalam proses
pembelajaran.
-Memberikan tugas yang disertai dengan penambahan nilai
2. Peningkatan partisipasi siswa:
-Menuntut siswa untuk bertanya, merespon dan berkomentar saat
pembelajaran dilaksanakan
-Menggunakan metode/media pembelajaran yang bervariasi

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
132






HASIL 3
3. Peningkatan pemahaman siswa
-Menggunakan sumber belajar yang bervariasi.
-Menggunakan buku pegangan sesuai dengan tingkat kelas
-Menggunakan LKS
-Memberikan tugas sesuai dengan tujuan pembelajaran.
4. Pemenuhan KD yang tidak tercapai pada masa pandemi
-Melakukan Remedial
-Melakukan Pengayaan
-Melibatkan peran orang tua -Kesimpulan: Tanpa pemulihan learning loss, tujuan pembelajaran tidak
akan tercapai secara makasimal.
-Kontribusi keilmuan: berupa pendalaman teori terkait fenomena
learning loss, dan strategi pemulihannyadi masa post Covid-19.
-Keterbatasan penelitian: pemulihan learning loss pada kegiatan
pembelajaran di kelas, serta observasi dan wawancara hanya dilakukan di
enam sekolah.
-Rekomendasi: (1) Lokasi penelitian difokuskan pada sekolah-sekolah
daerah yang mengalami tingkat learning loss yang tinggi, (2)
Implementasi strategi pemulihan learning loss di sekolah penggerak, dan
(3) Strategi pemulihan learning loss dari aspek kebijakan pemerintah.
Learning Loss Recovery
10

Raharjo, Aziza Nurhayati Pemulihan Learning Loss
133
Lampiran-4

Curriculum Vitae Peneliti 1

Nama Lengkap : Dr. Raharjo, M,Ed.St.
NIP : 196511231991031003
NIDN : 2023116503
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat : Kendal
Tanggal Lahir : 23 Nopember 1965
Asal Perguruan Tinggi : UIN Walisongo Semarang
Fakultas : FITK
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Bidang Keilmuan : Ilmu Pendidikan Islam
Posisi dalam Penelitian : Ketua



Curriculum Vitae Peneliti 2

Nama Lengkap : Aziza Nurhayati
NIM : 2003018018
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat : Dipasena Mulya
Tanggal Lahir : 26 Agustus 1998
Asal Perguruan Tinggi : UIN Walisongo
Fakultas : FITK
Program Studi : Magister PAI
Posisi dalam Penelitian : Anggota