106

PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN
ISLAM (SKI) DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) BAWAN
KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM
Abstrak: Problems in this study that teachers SKI simply knowing the nature of
the child while in the classroom , while outside the classroom do not know
anymore , in the learning process teachers are required to have skills in carrying
out the lessons to be performing well , in order to reach the desired goal . On the
other hand , when the learning took place , seen a lot of students who play around
while learning , as if they were bored with the material presented by the teacher .
This study aims to determine the teacher preparation SKI before making the
learning process at MIN Bawan District of Ampek Nagari Agam district , steps in
the implementation of the teaching and learning process SKI in MIN Bawan
District of Ampek Nagari Agam and techniques of learning evaluation SKI in MIN
Bawan District of Ampek Nagari Agam . So hopefully with this research study
subjects SKI rise in Bawan MIN Agam Kecamatan Ampek Nagari.

Kata Kunci : Learning, SKI

A. PENDAHULUAN
Pendidikan Islam mempunyai konsep bahwa pendidikan Islam itu
merupakan pendidikan seumur hidup. Demi tercapainya kebahagiaan hidup
manusia di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pendidikan Islam dimulai dari
manusia itu lahir sampai ia meninggal dunia. Oleh karena itu, Islam
mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu berdasarkan hadis Rasulullah SAW
yang berbunyi:
َا َ
ُ
نْ
َ

ُ
ا
َ
ِ
َ
ِ
ِ
ا
َ
ِ
نْ
ِ َ َ
نْ

َ
:
ٍ
ة
َ
م
ِ
ل
نْ
س
ُ

َ
و ٍم
ِ
ل
نْ
س
ُ
ِّلُك ىَل
َ
ٌةَض
نْ
يِرَف ِمنْل
ِ
عنْا
ُ
بَلَط
َ
مَّل
َ
س
َ
و
ِ

نْ
يَل
َ

ِ
ا ىَّل
َ
ص
ِ
ا ُا
نْ
و
ُ
س
َ
َا َ ( ه و
ج )
“Dari Anas ibn Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut
ilmu itu adalah kewajiban atas setiap orang muslim laki-laki dan
perempuan” (HR. Ibn Majah)
1

Hadis Rasulullah di atas menegaskan tentang wajibnya menuntut ilmu
bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. Salah satu cara untuk

1
Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut: 'Isababil Halbi wa Syarakah, 267-275 H), Juz.
Muqaddimah, h. 17

Oleh: Nurhasanah, M. Yemmardotillah

107

memperoleh ilmu pengetahuan itu adalah melalui membaca, sebagaimana
firman Allah SWT yang terdapat di dalam surat al-Alaq ayat 1-5:

َ
َل
َ

ِ
َّا َ ِّ
َ
ِم
نْ
س ِ نْ
َ
رنْقْ , ٍ َل
َ

نْ

ِ
َا
َ
س ِنْا
َ
َل
َ
.
ُ

َ
رنْكَنْا َ بُّ
َ

َ
و نْ
َ
رنْقْ , ِمَلَ نْا ِ
َ
مَّل
َ

ِ
َّا ,
نْ
مَل
نْ
ع
َ
قْي
نَْلَ
َ
َا
َ
س ِنْا
َ
مَّل
َ
( لعا :
1-5 )
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya” (QS. 96: 1-5)
2


Berdasarkan firman Allah SWT tersebut di atas, dapat dipahami bahwa
manusia diperintahkan oleh Allah untuk membaca dan belajar (menuntut
ilmu), agar ia memperoleh ilmu pengetahuan.
Pendidikan Islam pada akhirnya bertujuan untuk anak didik supaya
mempunyai kepribadian muslim. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
dibutuhkan andil dan berbagai pihak. Salah satu di antaranya adalah pihak
pendidik. Dalam hal ini tentunya pendidik muslim yang mampu melaksanakan
norma-norma ajaran Islam. Guru adalah suatu komponen dalam proses belajar
mengajar yang sangat penting dalam usaha pembentukan sumber-sumber daya
manusia yang potensial di dalam pendidikan dan pengajaran.
3
Oleh karena itu,
guru harus berperan aktif dan memanfaatkan kedudukannya sebagai tenaga
pengajar untuk membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensi
yang dimiliki, sehingga tujuan dari pendidikan tercapai sesuai dengan tujuan
Pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

2
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Toha Putra,
1990), h. 1079
3
Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2001), h. 1

108

demokratis serta bertanggung jawab.
4


Menurut Sardiman AM, guru tidak hanya semata-mata sebagai
pengajar yang transfer of knowledge (menyalurkan ilmu pengetahuan), tetapi
juga sebagai pendidik yang membimbing dalam memberikan pengarahan dan
menuntut siswa dalam belajar.
5

Adapun peranan guru tersebut adalah sebagai pengajar, pendidik,
pembimbing, informator, organisator, motivator, pengarah/director, inisiator,
transmitter, fasilitator, mediator dan evaluator.
6
Dari berbagai peranan di atas,
terlihat bahwa guru itu adalah sebagai motivator, yaitu memberikan dorongan
serta reinforcement, meningkatkan potensi siswa, menumbuhkan swadaya
(aktivitas) dan daya cipta (kreativitas).
Tugas guru di sekolah adalah harus dapat menjadikan dirinya sebagai
orang tua kedua. Ia harus dapat menarik simpati, sehingga ia menjadi idola
para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi
motivasi bagi siswa dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya
sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat
menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswanya.
7

Sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah:
1. Seorang guru harus memiliki zuhud, yaitu tidak mengutamakan
untuk mendapatkan materi dalam tugasnya, melainkan karena
mengharap keridhaan Allah semata.
2. Seorang guru harus memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak
yang buruk.
3. Seorang guru harus ikhlas dalam mengerjakan tugasnya.
4. Seorang guru harus bersifat pemaaaf terhadap murid.
5. Seorang guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai bapak dan
ibu sebelum menjadi seorang guru.
6. Seorang guru harus dapat mengetahui bakat, tabiat, dan watak
muridnya.
7. Seorang guru harus dapat menguasai bidang studi yang akan

4
Tim Redaksi Fokus, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Remaja, 2003), Cet. Ke-2, h. 7
5
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
h. 123
6
Ibid., h. 142-144
7
Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 7

109

dijarkannya.
8


Guru yang mengajar atau mewarisi ajaran agama adalah guru agama.
Guru agama mempunyai tanggung jawab yang besar sekali terhadap
pengajaran agama Islam. Begitu pentingnya kedudukan guru sebagai tenaga
pengajar, sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah
kedudukan nabi dan rasul, karena guru selalu terkait dengan ilmu
(pengetahuan), sementara Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan.
Dengan demikian kontekstualisasi hal tersebut adalah pengembangan
dan perubahan dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam yang di dalamnya
mencakup kurikulum pelajaran SKI. Perlu disadari bahwa Madrasah
Ibtidaiyah (MI) merupakan sekolah dasar yang berciri khas Islam sehingga
perlu menjadikannya sebagai media strategis dalam penanaman kesadaran dan
kesalehan personal dan sosial pada peserta didik. Kurikulum SKI sebagai
bagian dari kurikulum Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Ibtidaiyah
(MI) mempunyai peranan yang cukup mendasar dalam mewujudkan cita-cita
bersama. Pelajaran SKI sebagai pelajaran yang tidak hanya bernuansa kognitif
tetapi lebih pada afektif dan psikomotorik. Sehingga dengan ini SKI menjadi
pelajaran yang cukup penting sehingga benar-benar mengarah kepada tujuan
yang hendak dicapai.
Adapun selama ini dalam upaya pengembangan kurikulum PAI yang
termasuk kurikulum SKI masih terkesan tidak adanya hubungan yang sinergis
antara berbagai komponen pengembangan kurikulum. Meskipun landasan
kenapa diadakannya pengembangan sudah jelas dan sesuai dengan prinsip-
prinsip yang ada, tetapi hal tersebut tidak menggigit terhadap komponen yang
akan dikembangkan dan bersinggungan langsung di lapangan. Komponen
tersebut mencakup tujuan, isi (materi), metode, dan evaluasi.
Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 8 Januari 2014 di MIN
Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam di mana guru SKI hanya
mengetahui sifat anak ketika berada di dalam kelas, sedangkan di luar kelas

8
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 76

110

tidak mengetahui lagi, dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk
mempunyai skill dalam melaksanakan pelajaran tersebut agar terlaksana
dengan baik, sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Di sisi lain, ketika
pembelajaran berlangsung, terlihat siswa banyak yang bermain-main ketika
belajar, seolah-olah mereka bosan dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka penulis mencoba
untuk mengungkapkan permasalahan tersebut dan menuangkannya ke dalam
sebuah judul penelitian: “Pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Bawan
Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam”.

B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis dapat merumuskan
masalah yaitu: “Bagaimana Pembelajaran Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Bawan Kecamatan Ampek
Nagari Kabupaten Agam?”.
Adapun Batasan Masalah dalam penelitian ini adalah:
a. Persiapan guru SKI sebelum melakukan proses belajar mengajar di
MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam.
b. Langkah-langkah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar SKI di
MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam.
c. Teknik evaluasi pembelajaran SKI di MIN Bawan Kecamatan Ampek
Nagari Kabupaten Agam.

C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN
Adapun Tujuan Penelitian adalah
a. Untuk mengetahui profil MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari
Kabupaten Agam.
b. Untuk mengetahui persiapan guru SKI sebelum melakukan proses
belajar mengajar di MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten
Agam.

111

c. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar SKI di MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten
Agam.
d. Untuk mengetahui teknik evaluasi pembelajaran SKI di MIN Bawan
Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam.
Sedangkan Kegunaan Penelitian ini adalah :
a. Untuk menambah wawasan penulis tentang pembelajaran mata
pelajaran SKI di MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten
Agam.
b. Sebagai bahan masukan atau pedoman bagi MIN Bawan Kecamatan
Ampek Nagari Kabupaten Agam pada masa sekarang dan masa yang
akan datang.

D. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan kejadian-kejadian yang terjadi di
lapangan atau penelitian yang mencoba menggambarkan, menuturkan dan
menafsirkan suatu fenomena yang berkembang pada masa sekarang.
9

Penelitian ini dilakukan di MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten
Agam. Sumber data dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, guru SKI dan
para siswa MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam. Adapun
pengumpulan data dilakukan dengan angket, wawancara, observasi. Setelah
data terkumpul penulis membagi data kepada bentuk yang bersifat kualitatif
yakni data yang bersifat kualitatif, yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara. Data primer diolah melalui tahap-tahap editing, coding,
tabulating. Jawaban ini diklasifikasikan, dikelompokkan dan kemudian
dianalisa secara kualitatif serta ditafsirkan dengan menghubungkannya dengan
masalah dan tujuan penelitian yang dirumuskan dan hasil tinjauan pustaka
yang diarahkan. Pada perumusan kesimpulan sebagai jawaban dan
permasalahan.

9
Sanafiah Faisal, Metodologi Penelitian, (Bandung: Ghalia Indo, 1981), h. 22

112

E. KAJIAN TEORITIS
1. Pembelajaran
Proses pembelajaran terdiri dari kegiatan belajar dan kegiatan
mengajar. Belajar mengacu pada kegiatan siswa dan mengajar mengacu
pada kegiatan guru. Antara siswa dan guru harus terjadi komunikasi dan
hubungan yang baik karena komunikasi dan hubungan yang baik antara
siswa dan guru adalah salah satu syarat tercapainya tujuan pembelajaran.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan perubahan tingkah
laku berkat adanya pengalaman. Tingkah laku sebagai hasil dari proses
pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari diri individu
(internal) maupun faktor dari luar individu (eksternal). Faktor internal
ialah kemampuan yang dimiliki, minat dan perhatiannya, kebiasaan usaha
dan motivasi, serta faktor lainnya. Sedangkan faktor eksternal adalah
lingkungan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah
adalah lingkungan yang paling besar pengaruhnya terhadap proses
pembelajaran. Lingkungan sekolah seperti guru, sarana belajar, kurikulum,
teman-teman belajar, disiplin dan peraturan sekolah, dan lain sebagainya.
10

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dalam pengertian luas, belajar
dapat sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi
seutuhnya. Dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan
menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Pada intinya belajar adalah
perubahan tingkah laku akibat dari penambahan pengetahuan dari yang
tidak tahu menjadi tahu sehingga berubah pula prilaku seseorang ke arah
tingkah laku yang lebih baik.11
Kerjasama yang baik antara guru dan siswa sangat penting dalam

10
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 1996), Cet. Ke-3, h. 5-7
11
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), Cet. Ke-11, h. 20-21

113

mencapai tujuan pembelajaran. Apabila telah terbina hubungan yang baik
di antara dua komponen utama dalam proses pembelajaran tersebut maka
tidak akan ada lagi penghalang komunikasi di antara keduanya yang
menjadi penyebab terhambatnya proses pentransferan ilmu pengetahuan
dan pendidikan nilai-nilai dari guru kepada siswanya. Interaksi antara
pendidik dan siswa akan terjadi dalam proses pembelajaran. Interaksi yang
dianggap penting adalah interaksi yang bersifat edukatif yang mengandung
unsur-unsur pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran. Proses
pembelajaran adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat proses
memberi dan menerima pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.12
2. Sejarah Kebudayaan Islam
a. Pengertian
Salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang
diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang kemudian menjadi dasar
Sejarah Kebudayaan Islam adalah salah satu bentuk mata pelajaran
pendidikan agama Islam yang ada pada tingkat MI. Sejarah kebudayaan
Islam ini penting untuk diajarkan. Sebab dengan mengetahui seajarah
Umat Islam terdahulu, diharapkan siswa dapat mengambil ibrah dari
kisah yang telah terpaparkan kepada mereka. pandangan hidupnya (way
of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengalaman dan pembiasaan”.
13

b. Karakteristik mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Karakteristik sejarah dengan disiplinnya dapat dilihat
berdasarkan 3 orientasi, yaitu:
1) Sejarah merupakan pengetahuan mengenai kejadian kejadian, peristiwa
peristiwa dan keadaan manusia dalam masa lampau dalam kaitannya
dengan keadaan masa kini.

12
Ella Yulia Elbawati, Acuan Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Masyarakat,
2004), h. 3
13
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, (Jakarta:
Departemen Pendidikan nasional, 2004), h. 68

114

2) Sejarah merupakan pengetahuan tentang hokum hokum yang tampak
menguasai kehidupan masa lampau, yang di peroleh melalui
penyelidikan dan analisis atau peristiwa peristiwa masa lampau.
3) Sejarah ssebagai falsafah yang di dasarkan kepada pengetahuan
tentang perubahan perubahan masyarakat, dengan kata lain sejarah
seperti ini merupakan ilmu tentang proses suatu masyarakat.
14

c. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Ruang lingkup mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah
sejarah tentang agama Islam dan kebudayaannya. Secara khusus ruang
lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah meliputi:
1) Pengertian dan tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam
2) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Makkah
3) Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah
4) Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin
5) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umaiyah
6) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah
7) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti al-Ayyubiyah
8) Memahami perkembangan Islam di Indonesia
d. Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Tujuan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah meliputi:
1) Memberi pengetahuan tentang SKI pada anak didik agar
mempunyai konsep yang obyektif mengenai perspektif sejarah.
2) Mengambil i’tibar, nilai, dan makna
3) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan Islam berdasar cermatan atas fakta sejarah
4) Membekali peserta didik untuk mebentuk kepribadiannya
berdasarkan tokoh teladan sehingga terbentuk kepribadian yang
luhur


14
http://indark007.wordpress.com/2009/02/19/sejarah-kebudayaan-Islam/(diakses tanggal
9 Januari 2014)

115

F. HASIL PENELITIAN
1. Persiapan Guru SKI Sebelum Melakukan Proses Belajar Mengajar di
MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam
Merencanakan sesuatu program pada dasarnya menentukan kegiatan
yang hendak dilakukan pada masa depan. Perencanaan proses pembelajaran
meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat
identitas mata pelajaran, standar kompetensi, (SK), kompetensi dasar (KD),
indikator pencapaian pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil
belajar dan sumber belajar.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi
dasar, setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran secara langsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Berdasarkan observasi penulis, terlihat bahwa guru SKI dalam
menyampaikan materi pelajaran sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah dirancang sebelum proses kegiatan belajar
berlangsung.
Menurut kepala MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari mengatakan
bahwa pembelajaran SKI ini lebih menjurus kepada pelaksanaan baik itu di
dalam kelas maupun di luar kelas, karena telah terbukti bahwa dalam
pelaksanaan sehari-hari pembelajaran ini ini telah berjalan sebaik mungkin dan
dengan adanya perkembangan bahwa setiap siswa menyadari sendiri kalau ia
tidak belajar maka ia akan rugi.
15

Dalam perencanaan pembelajaran SKI sebagai kepala sekolah selalu
memeriksa setiap hasil rancangan yang dibuat oleh guru terutama guru SKI dan
selalu memberikan arahan, bimbingan, serta meminta berbagai informasi yang

15
Koesnindarto, S,Pd, Kepala MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 13 Mei 2014

116

didapat oleh setiap guru SKI.
Penilaian yang dilakukan adalah bersifat positif terhadap rancangan yang
dibuat oleh guru SKI dalam perencanaan pembelajaran SKI. dengan program
inilah yang membuat suasana sekolah menjadi tenteram, suasana kelas
semarak, sehingga membuat siswa merasa senang berada dalam kelas.
Saran yang bisa diberikan oleh kepala sekolah terhadap hasil penilaian
perencanaan pembelajaran SKI yang dibuat oleh guru adalah berbentuk saran
yang positif dan membangun sehingga memberikan program pembelajaran itu
tidak hanya sewaktu-waktu tetapi secara kontiniu (berkelanjutan), baik itu
dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas pada proses kegiatan belajar
mengajar berlangsung karena setiap pendidik itu bisa menjadi idola bagi
peserta didiknya.
Selanjutnya apabila ditemukan suatu kendala dalam pembuatan
perencanaan pembelajaran SKI, maka selaku kepala sekolah tindakan yang
dilakukan adalah memberikan bimbingan, arahan, sekaligus menekankan
begitu pentingnya program pembelajaran dalam proses pembelajaran dan
membekali setiap guru-guru melalui kegiatan musyawarah guru mata pelajaran
(MGMP), kelompok kerja guru (KKG), dan penataran-penataran lainnya yang
relevan dengan program pembelajaran SKI tersebut.
16

Menurut guru SKI dalam membuat rencana pembelajaran terdapat
beberapa cara, yaitu dengan mengembangkan perencanaan tahunan, rencana
semester, rencana bagian (pokok bahasan). Bagi guru, perencanaan
pembelajaran yang paling penting adalah perencanaan unit, perencanaan
mingguan, dan perencanaan harian.
17

Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan guru SKI beliau
mengatakan bahwa perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan
materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan
metode pengajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada proses kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan

16
Koesnindarto, S,Pd, Kepala MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 13 Mei 2014
17
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 20 Mei 2014

117

yang telah ditentukan. Jadi setiap guru harus membuat perencanaan terlebih
dahulu sebelum memulai proses kegiatan belajar mengajar berlangsung yang
disebut dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
18

2. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar SKI di
MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam
Untuk mengetahui langkah-langkah dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar SKI di MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam,
penulis telah menyebarkan 13 buah item pertanyaan kepada 34 orang
responden. Untuk lebih jelasnya dapat dipaparkan pada tabel berikut:
Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar SKI
di MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam:
No Aspek Masalah Alternatif f %
1 Guru mengucapkan salam di waktu
masuk kelas
a. selalu 34 100
b. sering 0 0
c. kadang-kadang 0 0
d. tidak pernah 0 0
Jumlah 34 100
2 Guru memperhatikan keadaan kelas
sebelum pembelajaran
a. selalu 13 38,2
b. sering 17 50
c. kadang-kadang 2 5,9
d. tidak pernah 2 5,9
Jumlah 34 100
3 Guru dan siswa memulai pelajaran
dengan membaca do’a
a. selalu 6 17,6
b. sering 17 50
c. kadang-kadang 12 35,3
d. tidak pernah 0 0
Jumlah 34 100
4 Guru mengabsen siswa sebelum
pembelajaran berlangsung
a. selalu 15 44,1
b. sering 8 23,5
c. kadang-kadang 11 32,4
d. tidak pernah 0 0
Jumlah 34 100
5 Guru menanyakan materi pelajaran
minggu lalu sebelum melanjutkan
kepada materi pelajaran yang baru
a. selalu 5 14,7
b. sering 21 61,8
c. kadang-kadang 8 23,5
d. tidak pernah 0 0
Jumlah 34 100

18
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 20 Mei 2014

118

6 Guru memberikan motivasi sebelum
pembelajaran
a. selalu 14 41,2
b. sering 9 26,5
c. kadang-kadang 13 38,2
d. tidak pernah 1 2,9
Jumlah 34 100
7 Guru mengukur kemampuan anak
tentang materi yang akan diajarkan
a. selalu 7 20,6
b. sering 23 67,6
c. kadang-kadang 1 2,9
d. tidak pernah 3 38,2
Jumlah 34 100
8 Guru memberikan reward (kuis)
terhadap anak sebelum pembelajaran
a. selalu 20 58,8
b. sering 14 41,2
c. kadang-kadang 0 0
d. tidak pernah 0 0
Jumlah 34 100
9 Dalam pembelajaran guru
menggunakan metode yang
bervariasi
a. selalu 0 0
b. sering 4 11,8
c. kadang-kadang 20 58,8
d. tidak pernah 10 29,4
Jumlah 34 100
10 Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dipahami
a. selalu 14 41,2
b. sering 15 44,1
c. kadang-kadang 3 8,8
d. tidak pernah 2 5,9
Jumlah 34 100
11 Guru menggunakan media dalam
proses pembelajaran
a. selalu 3 8,8
b. sering 0 00
c. kadang-kadang 1 2,9
d. tidak pernah 30 88,2
Jumlah 34 100
12 Guru mengakhiri pelajaran dengan
menyimpulkan pelajaran
a. selalu 8 23,5
b. sering 18 52,9
c. kadang-kadang 6 17,6
d. tidak pernah 2 5,9
Jumlah 34 100
13 Guru menutup pelajaran dengan
membaca salam
a. selalu 34 100
b. sering 0 0
c. kadang-kadang 0 0
d. tidak pernah 0 0
Jumlah 34 100
Interpretasi Data
Tabel 4 mengenai langkah-langkah dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar SKI di MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam.

119

Pada item 1 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
mengucapkan salam sebelum masuk kelas, diperoleh data bahwa 34 orang
(100%) dari responden menjawab selalu, dan tidak ada (0%) satupun
responden yang menyatakan sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Dari data
di atas, dipahami bahwa seluruh responden menyatakan bahwa guru selalu
mengucapkan salam sebelum masuk kelas.
Data di atas penulis kuatkan dengan wawancara penulis bersama guru
SKI, bahwa: “Ketika saya masuk kelas, saya biasanya mengucapkan salam
kepada semua siswa. Hal ini bertujuan agar pembelajaran yang akan dilakukan
menjadi menyenangkan”.
19

Pada item 2 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
memperhatikan keadaan kelas sebelum pembelajaran, diperoleh data bahwa 13
orang (38,2%) dari responden menjawab selalu, 17 orang (50%) menjawab
sering, yang menjawab kadang-kadang 2 orang (5,9%) dan 2 orang (5,9%)
yang menjawab tidak pernah. Dari data di atas, dipahami bahwa separo
responden menyatakan bahwa guru sering memperhatikan keadaan kelas
sebelum pembelajaran.
Pada item 3 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru dan
siswa memulai pelajaran dengan membaca do’a, diperoleh data bahwa 6 orang
(17,6%) dari responden menjawab selalu, 17 orang (50%) menjawab sering,
yang menjawab kadang-kadang 12 orang (35,3%) dan tidak ada (0%) yang
menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa separo responden menyatakan bahwa
guru dan siswa sering memulai pelajaran dengan membaca do’a. Berdasarkan
wawancara penulis dengan guru SKI, menyatakan bahwa: “Kami mengajak
siswa untuk berdo’a sebelum memulai pelajaran”.
20

Pada item 4 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
mengabsen siswa sebelum pembelajaran berlangsung, diperoleh data bahwa 15
orang (44,1%) dari responden menjawab selalu, 8 orang (23,5%) menjawab

19
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 20 Mei 2014
20
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 22 Mei 2014

120

sering, yang menjawab kadang-kadang 11 orang (32,4%) dan tidak ada (0%)
yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian kecil responden menyatakan
bahwa guru selalu mengabsen siswa sebelum pembelajaran berlangsung. Data
ini dikuatkan dengan wawancara penulis dengan salah guru SKI, bahwa: “Saya
kadang-kadang mengabsen kehadiran siswa di kelas sebelum memulai
pelajaran”.
21

Pada item 5 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
menanyakan materi pelajaran minggu lalu sebelum melanjutkan kepada materi
pelajaran yang baru, diperoleh data bahwa 6 orang (14,7%) dari responden
menjawab selalu, 21 orang (61,8%) menjawab sering, yang menjawab kadang-
kadang 8 orang (23,5%) dan tidak ada (0%) yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru sering menanyakan materi pelajaran minggu lalu sebelum
melanjutkan kepada materi pelajaran yang baru. Data ini dikuatkan wawancara
penulis dengan guru SKI, bahwa: “Saya selalu menanyakan kepada para siswa
mengenai pelajaran yang saya terangkan minggu lalu. Hal ini saya lakukan
agar pelajaran yang diberikan dapat melekat di pikiran anak-anak”.
22

Pada item 6 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
memberikan motivasi sebelum pembelajaran, diperoleh data bahwa 14 orang
(41,2%) dari responden menjawab selalu, 9 orang (26,5%) menjawab sering,
yang menjawab kadang-kadang 13 orang (38,2%) dan 1 orang (2,9%) yang
menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian kecil responden menyatakan
bahwa guru selalu memberikan motivasi sebelum pembelajaran. Berdasarkan
wawancara penulis dengan guru SKI, menyatakan bahwa: “Dalam
pembelajaran, saya kadang-kadang memberikan motivasi kepada para siswa
agar selalu rajin belajar dan memperhatikan pelajaran yang diberikannya”.
23

Pada item 7 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru

21
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 22 Mei 2014
22
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 22 Mei 2014
23
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 22 Mei 2014

121

mengukur kemampuan anak tentang materi yang akan diajarkan, diperoleh data
bahwa 7 orang (20,6%) dari responden menjawab selalu, 23 orang (67,6%)
menjawab sering, yang menjawab kadang-kadang 1 orang (2,9%) dan 3 orang
(38,2%) yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru sering mengukur kemampuan anak tentang materi yang akan
diajarkan.
Pada item 8 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
memberikan reward (kuis) terhadap anak sebelum pembelajaran, diperoleh data
bahwa 20 orang (58,8%) dari responden menjawab selalu, 14 orang (41,2%)
menjawab sering, dan tidak ada yang menjawab kadang-kadang dan tidak
pernah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa sebagian besar responden
menyatakan bahwa guru selalu memberikan reward (kuis) terhadap anak
sebelum pembelajaran.
Pada item 9 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
menggunakan metode yang bervariasi dalam pembelajaran, diperoleh data
bahwa 4 orang (11,8%) menjawab sering, yang menjawab kadang-kadang 20
orang (58,8%), 10 orang (44,1%) yang menjawab tidak pernah dan tidak ada
(0%) yang menyatakan selalu.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian besar responden menyatakan
bahwa guru kadang-kadang menggunakan metode yang bervariasi dalam
pembelajaran. Data di atas penulis kuatkan dengan wawancara penulis bersama
guru SKI, bahwa: “Dalam pelajaran SKI, saya menggunakan berbagai macam
metode, seperti metode ceramah, tanya jawab dan resitasi (penugasan)”.
24

Pada item 10 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahami, diperoleh data bahwa 14 orang (41,2%) dari responden menjawab
selalu, 15 orang (44,1%) menjawab sering, yang menjawab kadang-kadang 3
orang (8,8%) dan 2 orang (5,9%) yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian kecil responden menyatakan

24
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 22 Mei 2014

122

bahwa guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum dipahami. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan,
penulis melihat guru memberikan kesemoatan untuk bertanya kepada siswa
yang belum memahami materi yang diberikan oleh guru, kemudian guru SKI
menerangkan kembali materi yang masih diragukan oleh siswa.
Pada item 11 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
menggunakan media dalam proses pembelajaran, diperoleh data bahwa 3 orang
(8,8%) dari responden menjawab selalu, yang menjawab kadang-kadang 1
orang (2,9%) dan 30 orang (88,2%) yang menjawab tidak pernah serta tidak
ada (0%) yang menyatakan sering.
Dari data di atas, dipahami bahwa pada umumnya siswa menyatakan
bahwa guru tidak pernah menggunakan media dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, guru SKI jarang menggunakan
media pembelajaran. Hal ini dipertegas lagi oleh guru SKI, bahwa: “Untuk
materi yang tidak membutuhkan materi saya tidak pernah menggunakannya”.
25

Pada item 12 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan pelajaran, diperoleh data bahwa 8
orang (23,5%) dari responden menjawab selalu, 18 orang (52,9%) menjawab
sering, yang menjawab kadang-kadang 6 orang (17,6%) dan 2 orang (5,9%)
yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa separo dari responden menyatakan
bahwa guru sering mengakhiri pelajaran dengan menyimpulkan pelajaran.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, terlihat ketika akan mengakhiri
pelajaran, guru SKI mengakhirinya dengan menyimpulkan pelajaran.
Pada item 13 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
menutup pelajaran dengan membaca salam, diperoleh data bahwa 34 orang
(100%) dari responden menjawab selalu, dan tidak ada (0%) satupun
responden yang menyatakan sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Dari data
di atas, dipahami bahwa seluruh responden menyatakan bahwa guru selalu
menutup pelajaran dengan membaca salam.

25
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 22 Mei 2014

123

Data di atas penulis kuatkan dengan wawancara penulis bersama guru
SKI, bahwa: “Ketika pembelajaran telah berakhir, saya selalu mengucapkan
salam kepada semua siswa. Mudah-mudahan pembelajaran yang telah
dilakukan dapat diberkahi oleh Allah”.
26

Dari 12 item yang telah dipaparkan di atas, dapat dipahami bahwa
langkah-langkah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar SKI di MIN
Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam adalah mengucapkan
salam, membaca do’a, mengabsen siswam, memberikan appersepsi dan
motivasi kepada siswa, menyampaikan materi, menyampaikan tujuan
pembelajaran, menggunakan metode dan media pembelajaran serta
menyimpulkan pelajaran.
3. Teknik Evaluasi Pembelajaran SKI di MIN Bawan Kecamatan Ampek
Nagari Kabupaten Agam
Untuk mengetahui teknik evaluasi pembelajaran SKI di MIN Bawan
Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam, penulis telah menyebarkan 9
buah angket. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No Aspek Masalah Alternatif f %
14 Guru memberikan tes secara
lisan dalam evaluasi
pembelajaran
a. selalu 9 26,5
b. sering 7 20,6
c. kadang-kadang 10 29,4
d. tidak pernah 8 23,5
Jumlah 34 100
15 Siswa mampu menjawab
pertanyaan secara lisan
a. selalu 4 11,8
b. sering 10 29,4
c. kadang-kadang 19 55,9
d. tidak pernah 1 2,9
Jumlah 34 100
16 Guru memberikan soal pilihan
dalam evaluasi pembelajaran
a. selalu 16 47,1
b. sering 8 23,5
c. kadang-kadang 3 8,8
d. tidak pernah 7 20,6
Jumlah 34 100
17 Guru memberikan soal essay
dalam evaluasi pembelajaran
a. selalu 16 47,1
b. sering 15 44,1
c. kadang-kadang 2 5,9
d. tidak pernah 1 2,9

26
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 23 Mei 2014

124

Jumlah 34 100
18 Siswa mampu menjawab
pertanyaan secara tulisan
a. selalu 6 17,6
b. sering 7 20,6
c. kadang-kadang 20 58,8
d. tidak pernah 1 2,9
Jumlah 34 100
19 Waktu yang tersedia mencukupi
untuk pemberian evaluasi
a. selalu 11 32,4
b. sering 14 41,2
c. kadang-kadang 7 20,6
d. tidak pernah 2 5,9
Jumlah 34 100
20 Guru mengadakan pengayaan
pada siswa yang belum mencapai
tujuan pembelajaran
a. selalu 11 32,4
b. sering 4 11,8
c. kadang-kadang 7 20,6
d. tidak pernah 12 20,6
Jumlah 34 100
21 Guru mengadakan remedial bagi
siswa yang belum mencapai nilai
yang telah ditetapkan
a. selalu 7 20,6
b. sering 25 73,5
c. kadang-kadang 2 5,9
d. tidak pernah 0 0
Jumlah 34 100
22 Guru menyuruh siswa untuk
mengerjakan PR di rumah
a. selalu 18 52,9
b. sering 2 5,9
c. kadang-kadang 14 41,2
d. tidak pernah 0 0
Jumlah 34 100
Interpretasi Data
Tabel 5 tentang teknik evaluasi pembelajaran SKI di MIN Bawan
Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam. Pada item 14 dari 34 responden
yang disebarkan angket, tentang guru memberikan tes secara lisan dalam
evaluasi pembelajaran, diperoleh data bahwa 9 orang (26,5%) dari responden
menjawab selalu, 7 orang (20,6%) menjawab sering, yang menjawab kadang-
kadang 10 orang (29,4%) dan 8 orang (23,5%) yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian kecil responden
menyatakan bahwa guru kadang-kadang memberikan tes secara lisan dalam
evaluasi pembelajaran. Data di atas didukung wawancara penulis dengan guru
SKI, menyatakan bahwa: “Pada dasarnya pemberian tes baik lisan maupun
tertulis bertujuan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa tersebut”.
27

Pada item 15 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang siswa

27
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 23 Mei 2014

125

mampu menjawab pertanyaan secara lisan, diperoleh data bahwa 4 orang
(11,8%) dari responden menjawab selalu, 10 orang (29,4%) menjawab sering,
yang menjawab kadang-kadang 19 orang (55,9%) dan 1 orang (2,9%) yang
menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian besar responden
menyatakan bahwa kadang-kadang mampu menjawab pertanyaan secara lisan.
Data di atas didukung wawancara penulis dengan guru SKI, menyatakan
bahwa: “Siswa kadang-kadang mampu menjawab pertanyaan secara lisan, dan
sebagian kecil siswa yang mampu menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini
terjadi karena siswa kurang menguasai pelajaran yang berkaitan dengan materi
tersebut. Di sisi lain, juga disebabkan faktor pendukung, yang kurang
menunjang dalam proses pembelajaran di antaranya adalah buku-buku yang
kurang memadai”.
28

Pada item 16 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
memberikan soal pilihan dalam evaluasi pembelajaran, diperoleh data bahwa
16 orang (47,1%) dari responden menjawab selalu, 8 orang (23,5%) menjawab
sering, yang menjawab kadang-kadang 3 orang (8,8%) dan 7 orang (20,6%)
yang menjawab tidak pernah. Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian kecil
responden menyatakan bahwa guru selalu memberikan soal pilihan dalam
evaluasi pembelajaran.
Pada item 17 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
memberikan soal essay dalam evaluasi pembelajaran, diperoleh data bahwa 16
orang (47,1%) dari responden menjawab selalu, 15 orang (44,1%) menjawab
sering, yang menjawab kadang-kadang 2 orang (5,9%) dan 1 orang (2,9%)
yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian kecil responden
menyatakan bahwa guru selalu memberikan soal essay dalam evaluasi
pembelajaran. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan terlihat bahwa guru
selalu memberikan soal essay kepada siswa.
Pada item 18 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang siswa

28
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 23 Mei 2014

126

mampu menjawab pertanyaan secara tulisan, diperoleh data bahwa 6 orang
(17,6%) dari responden menjawab selalu, 7 orang (20,6%) menjawab sering,
yang menjawab kadang-kadang 20 orang (58,8%) dan 1 orang (2,9%) yang
menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian besar responden
menyatakan bahwa kadang-kadang mampu menjawab pertanyaan secara
tulisan. Data di atas didukung wawancara penulis dengan guru PAI,
menyatakan bahwa: “Kebanyakan siswa jarang yang menghafal di rumah. Hal
ini berakibat terhadap rendahnya nilai siswa ketika diadakan ujian”.
29

Pada item 19 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang waktu
yang tersedia mencukupi untuk pemberian evaluasi, diperoleh data bahwa 11
orang (32,4%) dari responden menjawab selalu, 14 orang (41,2%) menjawab
sering, yang menjawab kadang-kadang 7 orang (20,6%) dan 2 orang (5,9%)
yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian kecil siswa menyatakan
bahwa guru sering memberikan waktu yang cukup untuk pemberian evaluasi.
Data di atas didukung wawancara penulis dengan guru SKI, bahwa: “Saya
memberikan kepada siswa waktu yang cukup untuk menjawab pertanyaan
ketika ujian. Namun kadang-kadang siswa yang banyak mengulur-ngulur
waktu untuk menambah jam tambahan”.
30

Pada item 20 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
mengadakan pengayaan setelah evaluasi dilakukan, diperoleh data bahwa 11
orang (32,4%) dari responden menjawab selalu, 4 orang (11,8%) menjawab
sering, yang menjawab kadang-kadang 7 orang (20,6%) dan 12 orang (20,6%)
yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian kecil responden
menyatakan bahwa guru tidak pernah mengadakan pengayaan setelah evaluasi
dilakukan.
Pada item 12 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru

29
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 23 Mei 2014
30
M. Syarif, S.Pd.I, Guru SKI MIN Bawan, Wawancara Pribadi, Bawan: 23 Mei 2014

127

mengadakan remedial bagi siswa yang belum mencapai nilai yang telah
ditetapkan, diperoleh data bahwa 7 orang (20,6%) dari responden menjawab
selalu, 25 orang (73,5%) menjawab sering, yang menjawab kadang-kadang 2
orang (5,9%) dan tidak ada (0%) yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa sebagian besar responden
menyatakan bahwa guru sering mengadakan remedial bagi siswa yang belum
mencapai nilai yang telah ditetapkan.
Pada item 22 dari 34 responden yang disebarkan angket, tentang guru
menyuruh siswa untuk mengerjakan PR di rumah, diperoleh data bahwa 18
orang (52,9%) dari responden menjawab selalu, 2 orang (5,9%) menjawab
sering, yang menjawab kadang-kadang 14 orang (41,2%) dan tidak ada (0%)
yang menjawab tidak pernah.
Dari data di atas, dipahami bahwa separo dari responden menyatakan
bahwa guru selalu menyuruh siswa untuk mengerjakan PR di rumah.
Dari 9 item yang telah dipaparkan di atas, dapat dipahami bahwa teknik
evaluasi pembelajaran SKI di MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari
Kabupaten Agam adalah tes lisan, tes tertulis berupa soal objektif dan essay,
mengadakan pengayaan serta remedial bagi siswa yang belum mencapai nilai
yang telah ditetapkan.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran SKI di MIN Bawan Kecamatan Ampek Nagari
Kabupaten Agam adalah memahami kurikulum, menguasai bahan ajar,
menyusun program pengajaran, menilai program pengajaran dan hasil
proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
2. Langkah-langkah dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar SKI di MIN
Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam adalah mengucapkan
salam, membaca do’a, mengabsen siswam, memberikan appersepsi dan

128

motivasi kepada siswa, menyampaikan materi, menyampaikan tujuan
pembelajaran, menggunakan metode dan media pembelajaran serta
menyimpulkan pelajaran.
3. Teknik evaluasi pembelajaran SKI di MIN Bawan Kecamatan Ampek
Nagari Kabupaten Agam adalah tes lisan, tes tertulis berupa soal objektif
dan essay, mengadakan pengayaan serta remedial bagi siswa yang belum
mencapai nilai yang telah ditetapkan

129

DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdullah, Amin, Dinamika Islam Kultural, Bandung: Mizan, 2000
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press, 2002
Arifin, M., Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tujuan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendidikan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, Cet.
Ke-4
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2002, Cet Ke-4
_________, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, Cet. ke-3
_________, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 1998
Danim, Sudarwan, Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1994,
Cet. Ke-1
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996
_________, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
1995, Cet. Ke-1
Departemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam,
Jakarta: Departemen Pendidikan Agama RI, 2004, h. 3-4
Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Kerangka Dasar, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2004
_________, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Djamarah, Syaiful Bahri, Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 1996, Cet. Ke-1
_________, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2000, Cet. Ke-1
Elbawati, Ella Yulia, Acuan Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Masyarakat, 2004
Faisal, Sanafiah, Metodologi Penelitian, Bandung: Ghalia Indo, 1981
_________, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Ushaa nasional, 2004

130

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajar, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, Cet
ke-1
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejaran Pertumbuhan
dan Perkembangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999
Ibrahim, Dkk, Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, Cet. Ke-1
Irawan, Ade, Mendagangkan Sekolah; Studi Atas Kebijakan Manajemen Berbasis
Sekolah di DKI Jakarta, Jakarta: Indonesia Corruption Watch ICW, 2004
Junaidi, Panduan Mengajar Materi PAI di Madrasah Aliyah/Pondok Pesantren,
Bukittinggi, 2004
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proporsional, Jakarta: Bumi
Aksara, 1993
Margono, S., Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997
Mursal, Perkembangan Madrasah di Pesantren, Yogyakarta: IAIN Sunan
Kalijaga Press, 2002
N., Sudirman, Ilmu Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992
Nasution, S., Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar,
Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Cet. Ke-8
NK., Roestiah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, Cet. Ke-4
Noer, Kaustar Azhari, Passing Over; Memperkaya Pengalaman Keagamaan,
dalam Passing Over, Melintasi Batas Agama, editor Komarudin Hidayat
dan Ahmad Gaus AF, Jakarta: Gramedia, 1998
_________, Pluralisme dan Pendidikan di Indonesia: Menggugat
Ketidakberdayaan Sistem Pendidikan Agama, dalam Th. Sumartana, dkk.,
Pluralisme, Konflik dan Pendidikan Agama di Indonesia, Yogyakarta:
Interfidei, 2001
Proyek Pembinaan Prasana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Trio Tunggal; 1981, Cet. Ke-2
Purwanto, M. Ngalim, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Cet Ke-12
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, Cet. Ke-2

131

Sadirman, Arif, Dkk, Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan Dan
Pemanfataannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. Ke-4
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004, Cet. Ke-11
Sayuti, Imam Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar as-, Jami’ as-Shaghir, [t.t],
Dar al-Kitab al-Arabi, 1967
Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, Jakarta: Rineka Cipta, 1992,
Cet.Ke-1