PANDUAN
Pembelajaran dan
Asesmen
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA

2022
BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
REPUBLIK INDONESIA
PANDUAN
Pembelajaran dan
Asesmen
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah

Panduan Pembelajaran dan Asesmen
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Pengarah
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Anindito Aditomo
Penanggung Jawab
Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan
Kementerian Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Zulfikri
Penyusun
Yogi Anggraena (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Dion Ginanto (UIN Jambi)
Nisa Felicia (Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan)
Ardanti Andiarti (Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan)
Indriyati Herutami (Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan)
Leli Alhapip (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Setiyo Iswoyo (Millennia 21st Century Academy)
Yayuk Hartini (SDN Indrasari 1 Kec. Martapura, Kalimantan Selatan)
Rizal Listyo Mahardika (SDN 02 Mampang Prapatan, DKI Jakarta)
Penelaah
Lesyani Yuniarsih (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Maria Chatarina (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Neneng Kadariyah (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Stien Matakupan (Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan)
Kontributor
Susanti Sufyadi (Universitas Lambung Mangkurat)
Lambas
Tjaturigsih Rosdiana (Badan Riset dan Inovasi Nasional)
Fauzan Amin Nur Rochim (Pusat Asesmen Pendidikan)
Sandra Novrika (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Sapto Aji Wirantho (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
Dwi Setiyowati (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Arina Hasanah (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Fera Herawati (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Nur Rofika Ayu Shinta Amalia (Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran)
Abd. Rohman Hakim (Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran)
Nina Purnamasari (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran)
Putu Widyarani K. (Pusat Kurikulum dan Pembelajaran
Dona Paramita (Direktorat PAUD)
Waluyo (Direktorat SD)
Elly Wismayanti (Direktorat SMP)
Rina Imayanti (Direktorat SMA)
Taufiq Dhamarjati (Direktorat SMK)
Eskawati Musyarofah (Direktorat SMK)
Fauzi Eko P. (Direktorat PMPK)
Tita Srihayati (Direktorat PMPK)
Suprananto (UNSIKA Karawang)
Sisilia Mariati (PAUD Mutiara)
Sri Kurnianingsih (Himpaudi Jawa Tengah)
Irma Yuliantina (Universitas Panca Sakti Bekasi
Wariyanto (SMPN 2 Purwokerto)
Indah Lestari (SMPN 115 Jakarta)
Taman Firdaus (SMAN 1 Kota Bima)
Betty Sekarasih Hadi Yani (SMAN 2 Playen)
Arifin (SMAN 2 Wonosari Gunungkidul)
Fendi (SMK Mikael Solo)
Arif Basuki (SMK 2 Salatiga)
Pono Soswanto (SMKN 1 Karawang)
Rani Azis (SLBN 5 Jakarta)
Indra Jaya (UNJ)
Asih Nur Imda (SDS Pantara)
Cucu Sukmana (UPI, Bandung)
Tri Puas Restiadi (SKB Ungaran)
Kholifah Dwi Untari (SKB Malang)
Ilustrator
Silvi Pratiwi
Layout
M. Firdaus Jubaedi

iii
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terbitnya Panduan
Pembelajaran dan Asesmen ini. Panduan ini disusun dalam rangka memberikan
inspirasi dalam implementasi pembelajaran dan asesmen pada Kurikulum Merdeka.
Peserta didik seyogianya menjadi fokus utama dalam pembelajaran dan
asesmen. Usaha untuk menjadikan peserta didik menjadi pembelajar yang aktif
akan memudahkan usaha untuk mengaktualisasikan tujuan pendidikan, yaitu
berkembangnya karakter dan kompetensi peserta didik.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran dan asesmen yang berpusat dan berpihak
pada peserta didik perlu adanya panduan bagi pendidik pada tingkat satuan
pendidikan dalam pengimplementasian Kurikulum Merdeka. Panduan ini dapat
dijadikan acuan dalam pembelajaran dan asesmen di dalam kelas yang mengacu pada
standar proses dan standar penilaian. Standar proses dan standar penilaian digunakan
sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang efektif dan
efisien sehingga mampu untuk mengembangkan potensi, prakarsa, kemampuan, dan
kemandirian peserta didik secara optimal. Selanjutnya, pembelajaran dan asesmen
juga diarahkan untuk memberikan fleksibilitas bagi pendidik dan peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Panduan Pembelajaran dan Asesmen (PPA) merupakan dokumen yang berisi prinsip,
strategi, dan contoh-contoh yang dapat memandu guru dan satuan pendidikan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran dan asesmen. Pembelajaran
yang dimaksud meliputi aktivitas merumuskan capaian pembelajaran menjadi tujuan
pembelajaran dan cara mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Sementara asesmen
adalah aktivitas selama proses pembelajaran untuk mencari bukti ketercapaian tujuan
pembelajaran. Dalam panduan ini, pembelajaran dan asesmen merupakan satu siklus;
di mana asesmen memberikan informasi tentang pembelajaran yang perlu dirancang,
kemudian asesmen digunakan untuk mengecek efektivitas pembelajaran yang
berlangsung. Oleh karena itu, asesmen yang diutamakan adalah asesmen formatif
yang berorientasi pada perkembangan kompetensi peserta didik.
Panduan Pembelajaran dan Asesmen pada Kurikulum Merdeka ini akan terus
disempurnakan berdasarkan evaluasi dan umpan balik dari berbagai pihak. Sejalan
dengan proses evaluasi tersebut, Panduan ini juga akan mengalami revisi dan
pembaruan secara berkala.

iv



















Langkah 1
Memahami garis besar Kurikulum Merdeka
Langkah 2
Memahami pembelajaran dan asesmen
• Regulasi mengenai Kurikulum Merdeka yang
berlaku
• Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan
Pembelajaran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen
• Prinsip pembelajaran dan asesmen
• Pembelajaran sesuai dengan tahapan peserta
didik
• Perencanaan pembelajaran dan asesmen
(termasuk alur tujuan pembelajaran)
• Merencanakan pembelajaran
• Pengolahan dan pelaporan hasil asesmen
Langkah 3
Memahami pengembangan kurikulum
operasional satuan pendidikan dalam
Kurikulum Merdeka
Langkah 4
Memahami pengembangan projek
penguatan profil pelajar Pancasila
Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional
Satuan Pendidikan
• Analisis karakteristik satuan pendidikan
• Penyusunan visi, misi, dan tujuan satuan
pendidikan
• Pengorganisasian pembelajaran
• Perencanaan pembelajaran
• Pendampingan, evaluasi, dan pengembangan
profesional
Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila
• Menyiapkan ekosistem sekolah
• Mendesain projek penguatan profil pelajar
Pancasila
• Mengelola projek penguatan profil pelajar
Pancasila
• Mengolah asesmen dan melaporkan hasil projek
penguatan profil pelajar Pancasila
• Evaluasi dan tindak lanjut projek penguatan profil
pelajar Pancasila
PETA KONTEN DALAM MEMAHAMI 
PENGIMPLEMENTASIAN KURIKULUM MERDEKA
01 01 0101
Memahami garis besar
Kurikulum Merdeka
Langkah 01
02 02 0202
Memahami pembelajaran
dan asesmen
Langkah 02
03 03 0303
Memahami pengembangan
kurikulum operasional
satuan pendidikan dalam
Kurikulum Merdeka 
Langkah 03
04 04 0404
Memahami pengembangan
projek penguatan profl
pelajar Pancasila 
Langkah 04
Akhir kata, saya mengucapkan selamat dan terima kasih kepada seluruh tim penyusun,
penelaah, dan kontributor, beserta tim Kurikulum Pusat Kurikulum dan Pembelajaran,
yang telah bekerja dengan sepenuh hati untuk menghasilkan sebuah panduan yang
menginspirasi.

Kepala Badan Standar, Kurikulum,
dan Asesmen Pendidikan
Anindito Aditomo, Ph.D.

v



















Langkah 1
Memahami garis besar Kurikulum Merdeka
Langkah 2
Memahami pembelajaran dan asesmen
• Regulasi mengenai Kurikulum Merdeka yang
berlaku
• Kajian Akademik Kurikulum untuk Pemulihan
Pembelajaran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen
• Prinsip pembelajaran dan asesmen
• Pembelajaran sesuai dengan tahapan peserta
didik
• Perencanaan pembelajaran dan asesmen
(termasuk alur tujuan pembelajaran)
• Merencanakan pembelajaran
• Pengolahan dan pelaporan hasil asesmen
Langkah 3
Memahami pengembangan kurikulum
operasional satuan pendidikan dalam
Kurikulum Merdeka
Langkah 4
Memahami pengembangan projek
penguatan profil pelajar Pancasila
Panduan Pengembangan Kurikulum Operasional
Satuan Pendidikan
• Analisis karakteristik satuan pendidikan
• Penyusunan visi, misi, dan tujuan satuan
pendidikan
• Pengorganisasian pembelajaran
• Perencanaan pembelajaran
• Pendampingan, evaluasi, dan pengembangan
profesional
Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila
• Menyiapkan ekosistem sekolah
• Mendesain projek penguatan profil pelajar
Pancasila
• Mengelola projek penguatan profil pelajar
Pancasila
• Mengolah asesmen dan melaporkan hasil projek
penguatan profil pelajar Pancasila
• Evaluasi dan tindak lanjut projek penguatan profil
pelajar Pancasila
PETA KONTEN DALAM MEMAHAMI 
PENGIMPLEMENTASIAN KURIKULUM MERDEKA
01 01 0101
Memahami garis besar
Kurikulum Merdeka
Langkah 01
02 02 0202
Memahami pembelajaran
dan asesmen
Langkah 02
03 03 0303
Memahami pengembangan
kurikulum operasional
satuan pendidikan dalam
Kurikulum Merdeka 
Langkah 03
04 04 0404
Memahami pengembangan
projek penguatan profl
pelajar Pancasila 
Langkah 04

vi
Daftar Isi
iii Kata Pengantar
vi Daftar Isi
1 Pendahuluan
1 Latar Belakang
2 Sasaran Pengguna
2 Cara Menggunakan Panduan
3 Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen
4 Prinsip Pembelajaran
8 Prinsip Asesmen
10 Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen
11 Memahami Capaian Pembelajaran (CP)
15 Merumuskan Tujuan Pembelajaran
19 Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran
23 Merencanakan pembelajaran dan asesmen
37 Pelaksanaan Pembelajaran dan Asesmen
41 Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
41 Pengolahan Hasil Asesmen
53 Pelaporan Hasil belajar
65 Refleksi dan Tindak Lanjut Pembelajaran dan Asesmen
68 Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik
dan Satuan Pendidikan
78 Daftar Pustaka
79 Lampiran-Lampiran

Pendahuluan 1Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
1 Dalam lampiran Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 56 Tahun 2022 dijelaskan bahwa
struktur Kurikulum Merdeka dibagi menjadi dua, yaitu intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Capaian Pembelajaran
menjadi kompetensi yang ditargetkan untuk intrakurikuler.
Panduan Pembelajaran dan Asesmen (PPA)
merupakan dokumen yang berisi prinsip,
strategi, dan contoh-contoh yang dapat
memandu guru dan satuan pendidikan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran dan asesmen. Pembelajaran
yang dimaksud meliputi aktivitas merumuskan
capaian pembelajaran menjadi tujuan
pembelajaran dan cara mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Sementara asesmen
adalah aktivitas selama proses pembelajaran
untuk mencari bukti ketercapaian tujuan
pembelajaran. Dalam panduan ini,
pembelajaran dan asesmen merupakan satu
siklus; di mana asesmen memberikan informasi
tentang pembelajaran yang perlu dirancang,
kemudian asesmen digunakan untuk mengecek
efektivitas pembelajaran yang berlangsung.
Oleh karena itu, asesmen yang diutamakan
adalah asesmen formatif yang berorientasi pada
perkembangan kompetensi peserta didik.
Pemerintah telah menetapkan Capaian
Pembelajaran yang menjadi rujukan
utama dalam pengembangan rancangan
pembelajaran, khususnya untuk kegiatan
intrakurikuler1. Panduan ini memfasilitasi proses
berpikir dalam perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang dimulai dari menganalisis
capaian pembelajaran , tujuan pembelajaran
mengembangkan alur tujuan pembelajaran,
modul ajar, serta asesmen pada awal
pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi.
Dokumen ini juga memuat perencanaan
serta pelaksanaan asesmen yang dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengolahan, dan
pelaporan hasil penilaian atau asesmen. PPA
difokuskan untuk pembelajaran dan asesmen
intrakurikuler, sedangkan panduan untuk projek
penguatan profil pelajar Pancasila disampaikan
dalam dokumen terpisah.
Ringkasan Bab
Latar Belakang
Sasaran Pengguna
Cara Menggunakan Panduan

Pendahuluan 2
B. Sasaran Pengguna
■Untuk pendidik, panduan pembelajaran
dan asesmen digunakan sebagai panduan
dalam pembelajaran
■Untuk kepala sekolah, panduan ini
dapat menjadi acuan atas fungsi kepala
sekolah sebagai pemimpin pembelajaran
(instructional leader). Sebagai pemimpin
pembelajaran, kepala sekolah menginspirasi
para pendidik untuk berkolaborasi dan
berinovasi untuk menciptakan perubahan
yang dimulai dari dalam kelas.
■Pengawas diharapkan berperan untuk
mendampingi kepala sekolah. Pengawas
bersama kepala sekolah mendiskusikan
dan merefleksikan proses pembelajaran
(bukan hanya terfokus pada administrasi),
serta memberikan inspirasi praktik baik
pelaksanaan pembelajaran dan asesmen
dari sekolah lain. pengawas juga dapat
melakukan pendampingan kepada kepala
sekolah dan pendidik yang memerlukan
konsultasi dalam menyelesaikan
permasalahan dan tantangan dalam
pembelajaran.
■Sebagai bagian dari komunitas belajar,
panduan ini bisa berguna untuk bahan
diskusi, memantik berbagai ide dalam
pembelajaran, dll.
C. Cara Menggunakan Panduan
Satuan pendidikan dan pendidik diberikan
kebebasan untuk mengembangkan
pembelajaran, perangkat ajar, dan asesmen
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
peserta didik, satuan pendidikan, dan
daerahnya. Satuan pendidikan dan pendidik
juga memiliki keleluasaan untuk menentukan
jenis, teknik, bentuk instrumen, dan waktu
pelaksanaan asesmen berdasarkan karakteristik
tujuan pembelajaran.
Dalam penggunaannya, dokumen ini perlu
memperhatikan beberapa regulasi lain:
• Keputusan Mendikbudristek tentang
Kurikulum Merdeka;
• Keputusan Kepala BSKAP tentang Profil
Pelajar Pancasila; dan
• Keputusan Kepala BSKAP tentang Capaian
Pembelajaran.

Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen 3Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
2 Prinsip Pembelajaran dan
Prinsip Asesmen
Pembelajaran dan asesmen merupakan satu
kesatuan yang sebaiknya tidak dipisahkan.
Pendidik dan peserta didik perlu memahami
kompetensi yang dituju sehingga keseluruhan
proses pembelajaran diupayakan untuk
mencapai kompetensi tersebut. Kaitan antara
pembelajaran dan asesmen, digambarkan dan
diilustrasikan melalui ilustrasi berikut:
Pembelajaran dapat diawali dengan proses
perencanaan asesmen dan perencanaan
pembelajaran. Pendidik perlu merancang
asesmen yang dilaksanakan pada awal
pembelajaran, pada saat pembelajaran,
dan pada akhir pembelajaran. Perencanaan
asesmen, terutama pada asesmen awal
pembelajaran sangat perlu dilakukan karena
untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar
peserta didik, dan hasilnya digunakan untuk
merancang pembelajaran yang sesuai dengan
tahap capaian peserta didik.
Perencanaan pembelajaran meliputi tujuan
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
dan asesmen pembelajaran yang disusun dalam
bentuk dokumen yang fleksibel, sederhana,
dan kontekstual. Tujuan Pembelajaran
disusun dari Capaian Pembelajaran dengan
mempertimbangkan kekhasan dan karakteristik
Satuan Pendidikan. Pendidik juga harus
memastikan tujuan pembelajaran sudah sesuai
dengan tahapan dan kebutuhan peserta didik.
Proses selanjutnya adalah pelaksanaan
pembelajaran yang dirancang untuk memberi
pengalaman belajar yang berkualitas,
interaktif, dan kontekstual. Pada siklus ini,
pendidik diharapkan dapat menyelenggarakan
pembelajaran yang : (1) interaktif; (2) inspiratif;
(3) menyenangkan; (4) menantang; (5)
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif; dan (6) memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai
bakat, minat dan perkembangan fisik, serta
psikologis peserta didik (akan dijelaskan
lebih lanjut pada Bab V). Sepanjang proses
pembelajaran, pendidik dapat mengadakan
asesmen formatif untuk mengetahui sejauh
mana tujuan pembelajaran sudah dicapai oleh
peserta didik.
Tahapan selanjutnya adalah proses asesmen
pembelajaran. Asesmen pembelajaran
diharapkan dapat mengukur aspek yang
seharusnya diukur dan bersifat holistik.
Asesmen dapat berupa formatif dan sumatif.
Asesmen formatif dapat berupa asesmen
pada awal pembelajaran dan asesmen
pada saat pembelajaran. Asesmen pada
awal pembelajaran digunakan mendukung
pembelajaran terdiferensiasi sehingga peserta
Ringkasan Bab
Prinsip Pembelajaran
Prinsip Asesmen

Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen 4
didik dapat memperoleh pembelajaran sesuai
dengan yang mereka butuhkan. Sementara,
asesmen formatif pada saat pembelajaran
dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan
refleksi terhadap keseluruhan proses belajar
yang dapat dijadikan acuan untuk perencanaan
pembelajaran dan melakukan revisi apabila
diperlukan. Apabila peserta didik dirasa
telah mencapai tujuan pembelajaran, maka
pendidik dapat meneruskan pada tujuan
pembelajaran berikutnya. Namun, apabila
tujuan pembelajaran belum tercapai, pendidik
perlu melakukan penguatan terlebih dahulu.
Selanjutnya, pendidik perlu mengadakan
asesmen sumatif untuk memastikan
ketercapaian dari keseluruhan tujuan
pembelajaran.
Ketiga tahapan ini akan terus berlangsung
dalam bentuk siklus seperti gambar di atas.
Dalam prosesnya, pendidik dapat melakukan
refleksi, baik dilakukan secara pribadi maupun
dengan bantuan kolega pendidik, kepala satuan
pendidikan, atau pengawas sekolah. Oleh
karena itu, proses pembelajaran dan asesmen
merupakan satu kesatuan yang bermuara untuk
membantu keberhasilan peserta didik di dalam
kelas.
Pemerintah tidak mengatur pembelajaran
dan asesmen secara detail dan teknis.
Namun demikian, untuk memastikan
proses pembelajaran dan asesmen berjalan
dengan baik, Pemerintah menetapkan
Prinsip Pembelajaran dan Asesmen. Prinsip
pembelajaran dan prinsip asesmen diharapkan
dapat memandu pendidik dalam merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran yang
bermakna agar peserta didik lebih kreatif,
berpikir kritis, dan inovatif. Dalam menerapkan
prinsip-prinsip pembelajaran, pendidik
diharapkan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
A. Prinsip Pembelajaran
Tabel 2.1. Prinsip Pembelajaran dan Contoh Pelaksanaannya
Prinsip Pembelajaran Contoh pelaksanaan prinsip pembelajaran
a. Pembelajaran
dirancang dengan
mempertimbangkan tahap
perkembangan dan tingkat
pencapaian peserta didik
saat ini, sesuai dengan
kebutuhan belajar, serta
mencerminkan karakteristik
dan perkembangan peserta
didik yang beragam
sehingga pembelajaran
menjadi bermakna dan
menyenangkan;
• Pada awal tahun ajaran, pendidik berusaha mencari tahu
kesiapan belajar peserta didik dan pencapaian sebelumnya.
Misalnya, melalui dialog dengan peserta didik, sesi diskusi
kelompok kecil, tanya jawab, pengisian survei/angket, dan/
atau metode lainnya yang sesuai.
• Pendidik merancang atau memilih alur tujuan pembelajaran
sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik, atau
pada tahap awal. Pendidik dapat menggunakan atau
mengadaptasi contoh tujuan pembelajaran, alur tujuan
pembelajaran dan modul ajar yang disediakan oleh
Kemendikbudristek.
• Pendidik merancang pembelajaran yang menyenangkan
agar peserta didik mengalami proses belajar sebagai
pengalaman yang menimbulkan emosi positif.

Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen 5Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Prinsip Pembelajaran Contoh pelaksanaan prinsip pembelajaran
b. Pembelajaran dirancang
dan dilaksanakan untuk
membangun kapasitas
untuk menjadi pembelajar
sepanjang hayat;
• Pendidik mendorong peserta didik untuk melakukan
refleksi untuk memahami kekuatan diri dan area yang perlu
dikembangkan.
• Pendidik senantiasa memberikan umpan balik langsung
yang mendorong kemampuan peserta didik untuk terus
belajar dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan.
• Pendidik menggunakan pertanyaan terbuka yang
menstimulasi pemikiran yang mendalam.
• Pendidik memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
agar terbangun sikap pembelajar mandiri.
• Pendidik memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.
• Pendidik memberikan tugas atau pekerjaan rumah
ditujukan untuk mendorong pembelajaran yang mandiri
dan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan dengan
mempertimbangkan beban belajar peserta didik.
• Pendidik merancang pembelajaran untuk mendorong
peserta didik terus meningkatkan kompetensinya melalui
tugas dan aktivitas dengan tingkat kesulitan yang tepat.
c. Proses pembelajaran
mendukung perkembangan
kompetensi dan karakter
peserta didik secara holistik;
• Pendidik menggunakan berbagai metode pembelajaran
yang bervariasi dan untuk membantu peserta didik
mengembangkan kompetensi, misalnya belajar berbasis
inkuiri, berbasis projek, berbasis masalah, dan pembelajaran
terdiferensiasi.
• Pendidik merefleksikan proses dan sikapnya untuk memberi
keteladanan dan sumber inspirasi positif bagi peserta didik.
• Pendidik merujuk pada profil pelajar Pancasila dalam
memberikan umpan balik (apresiasi maupun koreksi)

Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen 6
Prinsip Pembelajaran Contoh pelaksanaan prinsip pembelajaran
d. pembelajaran yang relevan,
yaitu pembelajaran yang
dirancang sesuai konteks,
lingkungan, dan budaya
peserta didik, serta
melibatkan orang tua dan
komunitas sebagai mitra;
• Pendidik menyelenggarakan pembelajaran sesuai
kebutuhan dan dikaitkan dengan dunia nyata, lingkungan,
dan budaya yang menarik minat peserta didik.
• Pendidik merancang pembelajaran interaktif untuk
memfasilitasi interaksi yang terencana, terstruktur, terpadu,
dan produktif antara pendidik dengan peserta didik, sesama
peserta didik, serta antara peserta didik dan materi belajar.
• Pendidik memberdayakan masyarakat sekitar, komunitas,
organisasi, ahli dari berbagai profesi sebagai narasumber
untuk memperkaya dan mendorong pembelajaran yang
relevan.
• Pendidik melibatkan orang tua dalam proses belajar dengan
komunikasi dua arah dan saling memberikan umpan balik.
• Pada PAUD, pendidik menggunakan pendekatan
multibahasa berbasis bahasa ibu juga dapat digunakan,
utamanya bagi peserta didik yang tumbuh di komunitas
yang menggunakan bahasa lokal.
• Pada SMK, terdapat pembelajaran melalui Praktik Kerja
Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di dunia kerja atau
tempat praktik di lingkungan sekolah yang telah dirancang
sesuai dengan standar dunia kerja, menerapkan sistem dan
budaya kerja sebagaimana di dunia kerja, dan disupervisi
oleh pendidik/instruktur yang ditugaskan atau memiliki
pengalaman di dunia kerja yang relevan.
• Pada SMK, pendidik dapat menyelenggarakan
pembelajaran melalui praktik-praktik kerja bernuansa
industri di lingkungan sekolah melalui model pembelajaran
industri (teaching factory).

Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen 7Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Prinsip Pembelajaran Contoh pelaksanaan prinsip pembelajaran
e. pembelajaran berorientasi
pada masa depan yang
berkelanjutan.
• Pendidik berupaya untuk mengintegrasikan kehidupan
keberlanjutan (sustainable living) pada berbagai kegiatan
pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai
dan perilaku yang menunjukkan kepedulian terhadap
lingkungan dan masa depan bumi, misalnya menggunakan
sumber daya secara bijak (hemat air, listrik, dll.), mengurangi
sampah, dsb.
• Pendidik memotivasi peserta didik untuk menyadari
bahwa masa depan adalah milik mereka dan mereka perlu
mengambil peran dan tanggung jawab untuk masa depan
mereka.
• Pendidik melibatkan peserta didik dalam mencari solusi-
solusi permasalahan di keseharian yang sesuai dengan
tahapan belajarnya.
• Pendidik memanfaatkan projek penguatan profil pelajar
Pancasila untuk membangun karakter dan kompetensi
peserta didik sebagai warga dunia masa depan.

Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen 8
B. Prinsip Asesmen
Tabel 2.2. Prinsip Asesmen dan Contoh Pelaksanaannya
Prinsip Asesmen Contoh Pelaksanaan Prinsip Asesmen
a. Asesmen merupakan
bagian terpadu dari
proses pembelajaran,
fasilitasi pembelajaran,
dan penyediaan informasi
yang holistik, sebagai
umpan balik untuk
pendidik, peserta didik,
dan orang tua/wali agar
dapat memandu mereka
dalam menentukan strategi
pembelajaran selanjutnya;
• Pendidik menguatkan asesmen di awal pembelajaran yang
digunakan untuk merancang pembelajaran sesuai dengan
kesiapan peserta didik.
• Pendidik merencanakan pembelajaran dengan merujuk
pada tujuan yang hendak dicapai dan memberikan umpan
balik agar peserta didik dapat menentukan langkah untuk
perbaikan kedepannya.
• Pendidik memberikan umpan balik berupa kalimat
dukungan untuk menstimulasi pola pikir bertumbuh.
• Pendidik melibatkan peserta didik dalam melakukan
asesmen, melalui penilaian diri, penilaian antar teman,
refleksi diri, dan pemberian umpan balik antar teman.
• Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berefleksi tentang kemampuan mereka,
serta bagaimana meningkatkan kemampuan tersebut
berdasarkan hasil asesmen.
• Pendidik merancang asesmen untuk mendorong peserta
didik terus meningkatkan kompetensinya melalui asesmen
dengan tingkat kesulitan yang tepat dan umpan balik yang
membangun
• Pada konteks PAUD, yang dipantau tidak hanya berbagai
aspek perkembangan yang ada di CP, namun juga tumbuh
kembang anak secara keseluruhan.
b. asesmen dirancang dan
dilakukan sesuai dengan
fungsi asesmen tersebut,
dengan keleluasaan untuk
menentukan teknik dan
waktu pelaksanaan asesmen
agar efektif mencapai
tujuan pembelajaran;
• Pendidik memikirkan tujuan pembelajaran pada saat
merencanakan asesmen dan memberikan kejelasan
pada peserta didik mengenai tujuan asesmen di awal
pembelajaran.
• Pendidik menggunakan teknik asesmen yang beragam
sesuai dengan fungsi dan tujuan asesmen. Hasil dari
asesmen formatif digunakan untuk umpan balik
pembelajaran, sementara hasil dari asesmen sumatif
digunakan untuk pelaporan hasil belajar.

Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen 9Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Prinsip Asesmen Contoh Pelaksanaan Prinsip Asesmen
c. asesmen dirancang secara
adil, proporsional, valid,
dan dapat dipercaya
(reliable) untuk menjelaskan
kemajuan belajar,
menentukan keputusan
tentang langkah dan
sebagai dasar untuk
menyusun program
pembelajaran yang sesuai
selanjutnya;
• Pendidik menyediakan waktu dan durasi yang cukup agar
asesmen menjadi sebuah proses pembelajaran dan bukan
hanya untuk kepentingan menguji.
• Pendidik menentukan kriteria sukses dan
menyampaikannya pada peserta didik, sehingga mereka
memahami ekspektasi yang perlu dicapai.
• Pendidik berkolaborasi dalam merancang asesmen
sehingga dapat menggunakan kriteria yang serupa dan
sesuai dengan tujuan asesmen.
• Pendidik menggunakan hasil asesmen untuk menentukan
tindak lanjut pembelajaran.
d. laporan kemajuan belajar
dan pencapaian peserta
didik bersifat sederhana
dan informatif, memberikan
informasi yang bermanfaat
tentang karakter dan
kompetensi yang dicapai,
serta strategi tindak lanjut;
• Pendidik menyusun laporan kemajuan belajar secara
ringkas, mengutamakan informasi yang paling penting
untuk dipahami oleh peserta didik dan orang tua.
• Pendidik memberikan umpan balik secara berkala kepada
peserta didik dan mendiskusikan tindak lanjutnya bersama-
sama beserta orang tua.
e. hasil asesmen digunakan
oleh peserta didik, pendidik,
tenaga kependidikan, dan
orang tua/wali sebagai
bahan refleksi untuk
meningkatkan mutu
pembelajaran.
• Pendidik menyediakan waktu bagi guru untuk membaca,
menganalisis, dan melakukan refleksi hasil asesmen.
• Pendidik menggunakan hasil asesmen sebagai bahan
diskusi untuk menentukan hal-hal yang sudah berjalan baik
dan area yang perlu diperbaiki. Satuan pendidikan memiliki
strategi agar hasil asesmen digunakan sebagai refleksi oleh
peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang
tua untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
• Pendidik memberikan umpan balik secara berkala kepada
peserta didik dan mendiskusikan tindak lanjutnya bersama-
sama orang tua.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 10
3 Perencanaan Pembelajaran
dan Asesmen
Pemerintah menetapkan Capaian Pembelajaran
(CP) sebagai kompetensi yang ditargetkan.
Namun demikian, CP tidak cukup konkret untuk
memandu kegiatan pembelajaran sehari-
hari. CP perlu diurai menjadi tujuan-tujuan
pembelajaran yang lebih operasional dan
konkret, yang dicapai satu persatu oleh peserta
didik hingga mereka mencapai akhir fase. Proses
berpikir dalam merencanakan pembelajaran
ditunjukkan dalam Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 3.1. Proses Perancangan Kegiatan Pembelajaran
Pendidik dapat (1) mengembangkan
sepenuhnya alur tujuan pembelajaran
dan/atau perencanaan pembelajaran, (2)
mengembangkan alur tujuan pembelajaran
dan/atau rencana pembelajaran berdasarkan
contoh-contoh yang disediakan pemerintah,
atau (3) menggunakan contoh yang disediakan.
Pendidik menentukan pilihan tersebut
berdasarkan kemampuan masing-masing.
Dalam Platform Merdeka Mengajar,
pemerintah menyediakan contoh-contoh alur
tujuan pembelajaran, rencana pelaksanaan
pembelajaran atau yang sering dikenal sebagai
RPP, dan modul ajar. Dengan kata lain, setiap
pendidik perlu menggunakan alur tujuan
pembelajaran dan rencana pembelajaran
untuk memandu mereka mengajar; akan tetapi
mereka tidak harus mengembangkannya
sendiri.
Ringkasan Bab
Memahami Capaian Pembelajaran (CP)
Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran
Merencanakan Pembelajaran dan Asesmen
Memahami
Capaian
Pembelajaran
Merumuskan
tujuan
pembelajaran
Menyusun alur
tujuan pembelajaran
dari tujuan
pembelajaran
Merancang
pembelajaran

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 11Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Proses perancangan kegiatan pembelajaran
dalam panduan ini dibuat dengan asumsi
bahwa pendidik akan mengembangkan alur
tujuan pembelajaran dan rencana pembelajaran
secara mandiri, tidak menggunakan contoh
yang disediakan pemerintah. Oleh karena
itu, apabila pendidik menggunakan contoh,
proses ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan.
Dengan kata lain, proses dalam Gambar 2 tidak
harus dilakukan secara lengkap oleh seluruh
pendidik.
A. Memahami Capaian Pembelajaran (CP)
Capaian Pembelajaran (CP) merupakan
kompetensi pembelajaran yang harus dicapai
peserta didik pada setiap fase, dimulai dari fase
fondasi pada PAUD. Jika dianalogikan dengan
sebuah perjalanan berkendara, CP memberikan
tujuan umum dan ketersediaan waktu yang
tersedia untuk mencapai tujuan tersebut
(fase). Untuk mencapai garis finish, pemerintah
membuatnya ke dalam enam etape yang
disebut fase. Setiap fase lamanya 1-3 tahun.
Berikut ini adalah beberapa contoh
pemanfaatan fase-fase Capaian Pembelajaran
dalam perencanaan pembelajaran:
■Pembelajaran yang fleksibel. Ada kalanya
proses belajar berjalan lebih lambat
pada suatu periode (misalnya, ketika
pembelajaran di masa pandemi COVID-19)
sehingga dibutuhkan waktu lebih
panjang untuk mempelajari suatu konsep.
Ketika harus “menggeser” waktu untuk
mengajarkan materi-materi pelajaran yang
sudah dirancang, pendidik memiliki waktu
lebih panjang untuk mengaturnya.
■Pembelajaran yang sesuai dengan
kesiapan peserta didik. Fase belajar
seorang peserta didik menunjukkan
kompetensinya, sementara kelas
menunjukkan kelompok (cohort)
berdasarkan usianya. Dengan demikian,
ada kemungkinan peserta didik berada
di kelas III SD, namun belajar materi
pelajaran untuk Fase A (yang umumnya
untuk kelas I dan II) karena ia belum
tuntas mempelajarinya. Hal ini berkaitan
dengan mekanisme kenaikan kelas yang
disampaikan dalam Bab VII (Mekanisme
Kenaikan Kelas dan Kelulusan).
■Pengembangan rencana pembelajaran
yang kolaboratif. Satu fase biasanya
lintas kelas, misalnya CP Fase D yang
berlaku untuk Kelas VII, VIII, dan IX.
Saat merencanakan pembelajaran di
awal tahun ajaran, guru kelas VIII perlu
berkolaborasi dengan guru kelas VII untuk
mendapatkan informasi tentang sampai
mana proses belajar sudah ditempuh
peserta didik di kelas VII. Selanjutnya ia
juga perlu berkolaborasi dengan guru kelas
IX untuk menyampaikan bahwa rencana
pembelajaran kelas VIII akan berakhir di
suatu topik atau materi tertentu, sehingga
guru kelas IX dapat merencanakan
pembelajaran berdasarkan informasi
tersebut.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 12
Untuk Pendidikan dasar dan menengah, CP disusun untuk setiap mata pelajaran. Tabel 3.1
memperlihatkan pembagian fase.
Tabel 3.1. Pembagian Fase
Fase Kelas/Jenjang pada Umumnya
Fondasi PAUD
A Kelas I-II SD/MI
B Kelas III-IV SD/MI
C Kelas V-VI SD/MI
D Kelas VII-IX SMP/MTs
E Kelas X SMA/SMK/MA/MAK
F Kelas XI-XII SMA/MA/MAK
Kelas XI-XII SMK Program 3 tahun
Kelas XI-XII SMK program 4 tahun
Ada beberapa hal yang perlu dipahami tentang kekhasan CP sebelum memahami isi dari capaian
untuk setiap mata pelajaran.
• Dalam CP, kompetensi yang ingin dicapai
ditulis dalam paragraf yang memadukan
antara pengetahuan, keterampilan, dan
sikap atau disposisi untuk belajar. Sementara
karakter dan kompetensi umum yang ingin
dikembangkan dinyatakan dalam profil
pelajar Pancasila secara terpisah. Dengan
dirangkaikan sebagai paragraf, ilmu
pengetahuan yang dipelajari peserta didik
menjadi suatu rangkaian yang berkaitan.
• CP dirancang dengan banyak merujuk
kepada teori belajar Konstruktivisme
dan pengembangan kurikulum dengan
pendekatan “Understanding by Design”
(UbD) yang dikembangkan oleh Wiggins
& Tighe (2005). Dalam kerangka teori ini,
Catatan untuk Pengawas/Penilik:
Pengawas/penilik dapat mendiskusikan
dan mendukung proses belajar pendidik
untuk mengembangkan perencanaan
pembelajaran. Pada saat berdiskusi dengan
pendidik, pengawas/penilik perlu fokus pada
bagaimana proses perencanaan dilakukan,
misalnya:
• Apakah guru berkolaborasi lintas kelas
sebagaimana yang dicontohkan di atas?
• Apakah perencanaan di suatu kelas
memperhatikan topik atau konsep yang
sudah dikuasai peserta didik di kelas
sebelumnya?
• Apakah pendidik memperhatikan
perkembangan peserta didik ketika
merencanakan pembelajaran?
• Apakah perencanaan pembelajaran
memperhatikan perkembangan peserta
didik dan kesinambungan proses
pembelajaran antar kelas?

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 13Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
“memahami” merupakan kemampuan yang
dibangun melalui proses dan pengalaman
belajar yang memberikan kesempatan
kepada mereka untuk dapat menjelaskan,
menginterpretasi dan mengaplikasikan
informasi, menggunakan berbagai perspektif,
dan berempati atas suatu fenomena. Dengan
demikian, pemahaman bukanlah suatu
proses kognitif yang sederhana atau proses
berpikir tingkat rendah.
• Memang apabila merujuk pada Taksonomi
Bloom, pemahaman dianggap sebagai
proses berpikir tahap yang rendah (C2).
Namun demikian, konteks Taksonomi Bloom
sebenarnya digunakan untuk perancangan
pembelajaran dan asesmen kelas yang
lebih operasional, bukan untuk CP yang
lebih abstrak dan umum. Taksonomi Bloom
lebih sesuai digunakan untuk menurunkan/
menerjemahkan CP ke tujuan pembelajaran
yang lebih konkret.
• Naskah CP terdiri atas rasional, tujuan,
karakteristik, dan capaian per fase. Rasional
menjelaskan alasan pentingnya mempelajari
mata pelajaran tersebut serta kaitannya
dengan profil pelajar Pancasila. Tujuan
menjelaskan kemampuan atau kompetensi
yang dituju setelah peserta didik mempelajari
mata pelajaran tersebut secara keseluruhan.
Karakteristik menjelaskan apa yang
dipelajari dalam mata pelajaran tersebut,
elemen-elemen atau domain (strands)
yang membentuk mata pelajaran dan
berkembang dari fase ke fase. Capaian per
fase disampaikan dalam dua bentuk,
yaitu secara keseluruhan dan capaian per fase
untuk setiap elemen. Oleh karena itu, penting
untuk pendidik mempelajari CP untuk mata
pelajarannya secara menyeluruh.
Memahami CP adalah langkah pertama yang
sangat penting. Setiap pendidik perlu familiar
dengan apa yang perlu mereka ajarkan, terlepas
dari apakah mereka akan mengembangkan
kurikulum, alur tujuan pembelajaran, atau
silabusnya sendiri atau tidak. Beberapa contoh
pertanyaan reflektif yang dapat digunakan
untuk memandu guru dalam memahami CP,
antara lain:
• Kompetensi apa saja yang perlu dimiliki
peserta didik untuk sampai di capaian
pembelajaran akhir fase?
• Kata-kata kunci apa yang penting dalam CP?
• Apakah ada hal-hal yang sulit saya pahami?
• Apakah capaian yang ditargetkan sudah
biasa saya ajarkan?
Selain untuk mengenal lebih mendalam mata
pelajaran yang diajarkan, memahami CP juga
dapat memantik ide-ide pengembangan
rancangan pembelajaran. Berikut ini adalah
beberapa pertanyaan yang dapat digunakan
untuk memantik ide:
• Bagaimana capaian dalam fase ini akan
dicapai anak didik?
• Materi apa saja yang akan dipelajari dan
seberapa luas serta mendalam?
• Proses belajar seperti apa yang akan
ditempuh peserta didik?
Catatan untuk pimpinan satuan pendidikan:
Berdasarkan umpan balik yang diterima Kemendikbudristek, sebagian pendidik masih
mengalami kesulitan untuk memahami CP secara utuh. Oleh karena itu, pendidik dapat
dianjurkan untuk berpartisipasi dalam komunitas di mana mereka dapat mengembangkan
profesionalisme mereka dan belajar lebih jauh tentang CP dan peran mereka untuk
memfasilitasi peserta didik mencapai CP.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 14
Berikut ini adalah beberapa catatan penting tentang CP untuk jenis/jenjang:
Pada PAUD, CP bertujuan untuk
memberikan arah yang sesuai dengan
usia perkembangan pada semua aspek
perkembangan anak sehingga kompetensi
pembelajaran yang diharapkan dicapai
anak pada akhir PAUD dapat dipahami
dengan jelas agar anak siap mengikuti
jenjang pendidikan selanjutnya. Lingkup
CP di PAUD dikembangkan dari tiga
elemen stimulasi yang saling terintegrasi
dan merupakan elaborasi dari aspek-
aspek perkembangan anak, yaitu nilai
agama dan moral, fisik motorik, kognitif,
sosial emosional, bahasa; dan nilai
Pancasila; serta bidang-bidang lain untuk
mengoptimalkan tumbuh kembang anak
sesuai dengan kebutuhan pendidikan
Abad 21 di Indonesia. Tiga elemen
stimulasi yang dimaksud, yaitu: 1) Nilai
Agama dan Budi Pekerti; 2) Jati Diri; dan
3) Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains,
Teknologi, Rekayasa, dan Seni; diharapkan
dapat mengeksplorasi aspek-aspek
perkembangan anak secara utuh dan tidak
terpisah.
Sementara itu, pada SMK terdapat
beberapa kekhasan. Pendidik dapat
melakukan analisis CP mata pelajaran
kejuruan SMK bersama dengan mitra dunia
kerja. Pada jenjang SMK terdapat program
empat tahun sebagaimana tercantum
dalam daftar konsentrasi keahlian yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Pada
program empat tahun pembelajaran
diselenggarakan hingga kelas XIII mata
pelajaran yang diajarkan pada kelas XIII
adalah: Matematika, Bahasa Inggris,
dan Praktik Kerja Lapangan. Capaian
pembelajaran fase F berlaku pada pada
mata pelajaran yang diajarkan hingga kelas
XIII.
Pada Pendidikan Kesetaraan, penyusunan
alur tujuan pembelajaran memperhatikan
alokasi waktu didasarkan pada pemetaan
Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan
dengan bentuk pembelajaran tatap
muka, tutorial, mandiri ataupun
kombinasi secara proporsional dari
ketiganya. Capaian pembelajaran pada
mata pelajaran kelompok umum, mata
pelajaran pemberdayaan, dan mata
pelajaran keterampilan mengacu pada
capaian pembelajaran yang ditetapkan
oleh Pemerintah. Satuan pendidikan dapat
mengembangkan capaian pembelajaran
pada mata pelajaran keterampilan sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta didik,
lingkungan belajar dan satuan pendidikan.
Pada Pendidikan Khusus, pembagian fase
didasarkan pada usia mental peserta didik.
Bagi peserta didik berkebutuhan khusus
dengan hambatan intelektual, dapat
menggunakan CP pendidikan khusus. CP
pada peserta didik berkebutuhan khusus
dengan hambatan intelektual dapat
dilakukan lintas fase dan lintas elemen,
sesuai dengan kondisi, kemampuan,
hambatan dan kebutuhan. Sementara
peserta didik berkebutuhan khusus tanpa
hambatan intelektual menggunakan
CP reguler dengan menerapkan prinsip
modifikasi kurikulum. Di bawah ini adalah
rumusan fase capaian pembelajaran pada
Pendidikan Khusus.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 15Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
B. Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Setelah memahami CP, pendidik mulai
mendapatkan ide-ide tentang apa yang harus
dipelajari peserta didik dalam suatu fase.
Pada tahap ini, pendidik mulai mengolah ide
tersebut, menggunakan kata-kata kunci yang
telah dikumpulkannya pada tahap sebelumnya,
untuk merumuskan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran yang dikembangkan ini
perlu dicapai peserta didik dalam satu atau
lebih jam pelajaran, hingga akhirnya pada
penghujung Fase mereka dapat mencapai
CP. Oleh karena itu, untuk CP dalam satu fase,
pendidik perlu mengembangkan beberapa
tujuan pembelajaran.
Dalam tahap merumuskan tujuan pembelajaran
ini, pendidik belum mengurutkan tujuan-
tujuan tersebut, cukup merancang tujuan-
tujuan belajar yang lebih operasional dan
konkret saja terlebih dahulu. Urutan-urutan
tujuan pembelajaran akan disusun pada tahap
berikutnya. Dengan demikian, pendidik dapat
melakukan proses pengembangan rencana
pembelajaran langkah demi langkah.
Penulisan tujuan pembelajaran sebaiknya
memuat 2 komponen utama, yaitu:
1. Kompetensi, yaitu kemampuan atau
keterampilan yang perlu ditunjukkan/
didemonstrasikan oleh peserta didik.
Pertanyaan panduan yang dapat
digunakan pendidik, antara lain: secara
konkret, kemampuan apa yang perlu
peserta didik tunjukkan? Tahap berpikir
apa yang perlu peserta didik tunjukkan?
2. Lingkup materi, yaitu konten dan konsep
utama yang perlu dipahami pada akhir satu
unit pembelajaran. Pertanyaan panduan
yang dapat digunakan pendidik, antara
lain: hal apa saja yang perlu mereka pelajari
dari suatu konsep besar yang dinyatakan
dalam CP? Apakah lingkungan sekitar dan
kehidupan peserta didik dapat digunakan
sebagai konteks untuk mempelajari konten
dalam CP (misalnya, proses pengolahan
hasil panen digunakan sebagai konteks
untuk belajar tentang persamaan linear di
SMA)
Tabel 3.2. Fase Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Khusus
Fase Jenjang/Kelas pada umumnya Usia Mental
A Kelas I-II SD/MI ≤ 7 tahun
B Kelas III-IV SD/MI
± 8 tahun
C Kelas V-VI SD/MI
D Kelas VII-IX SMP/MTs ± 9 tahun
E Kelas X SMA/SMK/MA/MAK ± 10 tahun
F Kelas XI-XII SMA/SMK/MA/MAK

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 16
Taksonomi Bloom berguna dalam proses
perumusan tujuan pembelajaran. Namun
demikian, Taksonomi Bloom ini telah direvisi
seiring dengan perkembangan hasil-hasil
penelitian. Anderson dan Krathwohl (2001)
mengembangkan taksonomi berdasarkan
Taksonomi Bloom, dan dinilai lebih relevan
untuk konteks belajar saat ini. Anderson dan
Krathwohl mengelompokkan kemampuan
kognitif menjadi tahapan-tahapan berikut ini,
dengan urutan dari kemampuan yang paling
dasar ke yang paling tinggi sebagai berikut:
Selain taksonomi di atas, untuk merumuskan
tujuan pembelajaran, pendidik juga dapat
merujuk pada teori lain yang dikembangkan
oleh Tighe dan Wiggins (2005) tentang
enam bentuk pemahaman. Sebagaimana
yang disampaikan dalam penjelasan tentang
CP, pemahaman (understanding) adalah
proses berpikir tingkat tinggi, bukan sekadar
menggunakan informasi untuk menjelaskan
atau menjawab pertanyaan. Menurut Tighe
dan Wiggins, pemahaman dapat ditunjukkan
melalui kombinasi dari enam kemampuan
berikut ini:
Level
1
Mengingat, termasuk di dalamnya mengingat kembali informasi yang telah dipelajari, 
termasuk defnisi, fakta-fakta, daftar urutan, atau menyebutkan kembali suatu materi 
yang pernah diajarkan kepadanya.
Level
2
Memahami, termasuk di dalamnya menjelaskan ide atau konsep seperti menjelaskan 
suatu konsep menggunakan kalimat sendiri, menginterpretasikan suatu informasi,  
menyimpulkan, atau membuat parafrasa dari suatu bacaan.
Level
3
Mengaplikasikan,  termasuk di dalamnya menggunakan konsep, pengetahuan, atau 
informasi yang telah dipelajarinya pada situasi berbeda dan relevan
Level
4
Menganalisis,  termasuk dalam kemampuan ini adalah memecah- mecah informasi 
menjadi beberapa bagian, kemampuan untuk mengeksplorasi hubungan/korelasi atau 
membandingkan antara dua hal atau lebih, menentukan keterkaitan antarkonsep, atau 
mengorganisasikan beberapa ide dan/atau konsep.
Level
5
Mengevaluasi,  termasuk kemampuan untuk membuat keputusan, penilaian, 
mengajukan kritik dan rekomendasi yang sistematis.
Level
6
Menciptakan,  yaitu merangkaikan berbagai elemen menjadi satu hal baru yang utuh, 
melalui proses pencarian ide, evaluasi terhadap hal/ide/benda yang ada sehingga kreasi 
yang diciptakan menjadi salah satu solusi terhadap masalah yang ada. Termasuk di 
dalamnya adalah kemampuan memberikan nilai tambah terhadap suatu produk yang 
sudah ada.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 17Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Penjelasan (explanation)
Mendeskripsikan suatu ide dengan 
kata-kata sendiri, membangun 
hubungan, mendemonstrasikan 
hasil kerja, menjelaskan alasan, 
menjelaskan sebuah teori, dan 
menggunakan data.
Menerjemahkan cerita, karya seni, 
atau situasi. Interpretasi juga berarti 
memaknai sebuah ide, perasaan, 
atau sebuah hasil karya dari satu 
media ke media lain. 
Interpretasi
Aplikasi
Menggunakan pengetahuan, 
keterampilan dan  pemahaman 
mengenai sesuatu dalam situasi 
yang nyata atau sebuah simulasi 
(menyerupai kenyataan).
Melihat suatu hal dari sudut 
pandang yang berbeda, siswa dapat 
menjelaskan sisi lain dari sebuah 
situasi, melihat gambaran besar, 
melihat asumsi yang mendasari 
suatu hal dan memberikan kritik.
Perspektif
Empati
Menaruh diri di posisi orang lain. 
Merasakan emosi yang dialami oleh  
pihak lain dan/atau memahami 
pikiran yang berbeda dengan 
dirinya.
Memahami diri sendiri; yang 
menjadi kekuatan, area yang perlu 
dikembangkan serta proses berpikir 
dan emosi yang terjadi secara 
internal.
Pengenalan diri
atau refeksi diri
Marzano (2000) mengembangkan taksonomi
baru untuk tujuan pembelajaran. Dalam
taksonominya, Marzano menggunakan tiga
sistem dalam domain pengetahuan. Ketiga
sistem tersebut adalah sistem kognitif, sistem
metakognitif, dan sistem diri (self-system).
Sistem diri adalah keputusan yang dibuat
individu untuk merespon instruksi dan
pembelajaran: apakah akan melakukannya atau
tidak. Sementara sistem metakognitif adalah
kemampuan individu untuk merancang strategi
untuk melakukan kegiatan pembelajaran agar
mencapai tujuan. Selanjutnya sistem kognitif
mengolah semua informasi yang diperlukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada 6
level taksonomi menurut Marzano:

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 18
Tingkat 3 Analisis
Analisis dalam taksonomi baru dari Marzano melibatkan perluasan 
pengetahuan yang logis (masuk akal). Analisis yang dimaksud 
bukan hanya mengidentifkasi karakteristik penting dan tidak 
penting, namun analisis juga mencakup generasi informasi baru 
yang belum diproses oleh seseorang. Ada lima proses analisis, yaitu: 
(1) mencocokan, (2) mengklasifkasikan, (3) menganalisis 
kesalahan, (4) menyamaratakan, dan (5) menspesifkasikan.
Tingkat 4 Pemanfaatan Pengetahuan 
Proses pemanfaatan pengetahuan digunakan saat seseorang ingin 
menyelesaikan tugas tertentu. Contohnya, ketika seorang insinyur 
ingin menggunakan pengetahuannya tentang prinsip Bernoulli 
untuk menyelesaikan sebuah masalah mengenai daya angkat 
dalam desain jenis pesawat baru. Tugas sulit seperti ini adalah 
tempat di mana pengetahuan dianggap berguna bagi seseorang. 
Di taksonomi baru dari Marzano, ada empat kategori umum 
pemanfaatan pengetahuan, yaitu: (1) pengambilan keputusan, (2) 
penyelesaian masalah, (3) percobaan, dan (4) penyelidikan.
Tingkat 5 Metakognisi
Sistem metakognisi  berfungsi untuk memantau, mengevaluasi dan 
mengatur fungsi dari semua jenis pemikiran lainnya. Dalam 
taksonomi baru dari Marzano, ada empat fungsi dari metakognisi, 
yaitu: (1) menetapkan tujuan, (2) memantau proses, (3) memantau 
kejelasan, dan (4) memantau ketepatan.
Tingkat 6 Sistem Diri 
Sistem diri menentukan apakah seseorang akan melakukan atau 
tidak melakukan sesuatu tugas; sistem diri juga menentukan 
seberapa besar tenaga yang akan digunakan  untuk mengerjakan 
tugas tersebut. Ada empat jenis dari sistem diri yang berhubungan 
dengan taksonomi baru dari Marzano, yaitu: (1) memeriksa 
kepentingan, (2) memeriksa kemanjuran, (3) memeriksa respon 
emosional, dan (4) memeriksa motivasi secara keseluruhan.
Tingkat 2 Pemahaman
Proses pemahaman dalam sistem kognitif berfungsi untuk 
mengidentifkasi atribut atau karakteristik utama dalam 
pengetahuan. Berdasarkan taksonomi baru dari Marzano, 
pemahaman melibatkan dua proses yang saling berkaitan: 
integrasikan dan simbolisasi.
Tingkat 1 Mengenali dan mengingat kembali (retrieval)
Mengingat kembali (retrieval) informasi dalam batas 
mengidentifkasi sebuah informasi secara umum. Kemampuan 
yang  termasuk dalam tingkat 1 ini adalah kemampuan 
menentukan akurasi suatu informasi dan menemukan informasi 
lain yang berkaitan.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 19Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Panduan ini tidak mendorong pendidik untuk
fokus pada satu teori saja. Sebaliknya, panduan
ini memperlihatkan bahwa ada beberapa
referensi yang dapat digunakan untuk
merancang tujuan pembelajaran. Pendidik
dapat menggunakan teori atau pendekatan
lain dalam merancang tujuan pembelajaran,
selama teori tersebut dinilai relevan dengan
karakteristik mata pelajaran serta konsep/topik
yang dipelajari, karakteristik peserta didik, dan
konteks lingkungan pembelajaran.
Beberapa catatan khusus terkait dengan
perumusan tujuan pembelajaran di jenis dan
jenjang pendidikan tertentu:
■Pada Capaian Pembelajaran PAUD,
penyusunan tujuan pembelajaran
mempertimbangkan laju perkembangan
anak, bukan kompetensi dan konten seperti
pada jenjang lainnya.
■Pada Pendidikan Khusus, selain
kompetensi dan konten, tujuan
pembelajaran juga mencakup variasi
dan akomodasi layanan sesuai
karakteristik peserta didik. Selain itu,
tujuan pembelajaran diarahkan pada
terbentuknya kemandirian dalam aktivitas
sehari-hari sampai kesiapan memasuki
dunia kerja.
■Pada pendidikan kesetaraan, dalam
merumuskan tujuan pembelajaran
memperhatikan karakteristik peserta didik,
kebutuhan belajar dan kondisi lingkungan.
■Pada satuan pendidikan SMK,
tujuan pembelajaran dan alur tujuan
pembelajaran dapat disusun bersama
dengan mitra dunia kerja.
Pendidik memiliki alternatif untuk merumuskan
tujuan pembelajaran dengan beberapa
alternatif di bawah ini:
■Alternatif 1. Merumuskan tujuan
pembelajaran secara langsung berdasarkan
CP
■Alternatif 2. Merumuskan tujuan
pembelajaran dengan menganalisis
‘kompetensi’ dan ‘lingkup Materi’ pada CP.
■Alternatif 3. Merumuskan tujuan
pembelajaran Lintas Elemen CP
Contoh masing-masing alternatif terdapat di
lampiran, termasuk contoh cara merumuskan
CP menjadi tujuan pembelajaran pada jenjang
PAUD ada di lampiran.
C. Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran
Setelah merumuskan tujuan pembelajaran,
langkah berikutnya dalam perencanaan
pembelajaran adalah menyusun alur tujuan
pembelajaran. Alur tujuan pembelajaran
sebenarnya memiliki fungsi yang serupa dengan
apa yang dikenal selama ini sebagai “silabus”,
yaitu untuk perencanaan dan pengaturan
pembelajaran dan asesmen secara garis
besar untuk jangka waktu satu tahun. Oleh
karena itu, pendidik dapat menggunakan alur
tujuan pembelajaran saja, dan alur tujuan
pembelajaran ini dapat diperoleh pendidik
dengan: (1) merancang sendiri berdasarkan CP,
(2) mengembangkan dan memodifikasi contoh
yang disediakan, ataupun (3) menggunakan
contoh yang disediakan pemerintah.
Bagi pendidik yang merancang alur tujuan
pembelajarannya sendiri, tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah dikembangkan
dalam tahap sebelumnya akan disusun sebagai
satu alur (sequence) yang berurutan secara

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 20
sistematis, dan logis dari awal hingga akhir
fase. Alur tujuan pembelajaran juga perlu
disusun secara linier, satu arah, dan tidak
bercabang, sebagaimana urutan kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dari hari ke hari.
Dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, ada
beberapa prinsip yang perlu diperhatikan:
1. Tujuan pembelajaran adalah tujuan yang
lebih umum bukan tujuan pembelajaran
harian (goals, bukan objectives);
2. Alur tujuan pembelajaran harus tuntas satu
fase, tidak terpotong di tengah jalan;
3. Alur tujuan pembelajaran perlu
dikembangkan secara kolaboratif, (apabila
guru mengembangkan, maka perlu
kolaborasi guru lintas kelas/tingkatan
dalam satu fase. Contoh: kolaborasi antara
guru kelas I dan II untuk Fase A;
4. Alur tujuan pembelajaran dikembangkan
sesuai karakteristik dan kompetensi yang
dikembangkan setiap mata pelajaran. Oleh
karena itu sebaiknya dikembangkan oleh
pakar mata pelajaran, termasuk guru yang
mahir dalam mata pelajaran tersebut;
5. Penyusunan alur tujuan pembelajaran
tidak perlu lintas fase (kecuali pendidikan
khusus);
6. Metode penyusunan alur tujuan
pembelajaran harus logis, dari kemampuan
yang sederhana ke yang lebih rumit,
dapat dipengaruhi oleh karakteristik mata
pelajaran, pendekatan pembelajaran yang
digunakan (misal: matematik realistik);
7. Tampilan tujuan pembelajaran diawali
dengan alur tujuan pembelajarannya
terlebih dahulu, baru proses berpikirnya
(misalnya, menguraikan dari elemen
menjadi tujuan pembelajaran) sebagai
lampiran agar lebih sederhana dan
langsung ke intinya untuk guru;
8. Karena alur tujuan pembelajaran
yang disediakan Kemendikbudristek
merupakan contoh, maka alur tujuan
pembelajaran dapat bernomor/huruf
(untuk menunjukkan urutan dan tuntas
penyelesaiannya dalam satu fase);
9. Alur tujuan pembelajaran menjelaskan
SATU alur tujuan pembelajaran, tidak
bercabang (tidak meminta guru untuk
memilih). Apabila sebenarnya urutannya
dapat berbeda, lebih baik membuat
alur tujuan pembelajaran lain sebagai
variasinya, urutan/alur perlu jelas sesuai
pilihan/keputusan penyusun, dan untuk itu
dapat diberikan nomor atau kode; dan
10. Alur tujuan pembelajaran fokus pada
pencapaian CP, bukan profil pelajar
Pancasila dan tidak perlu dilengkapi
dengan pendekatan/strategi pembelajaran
(pedagogi).

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 21Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Dalam menyusun alur tujuan pembelajaran, pendidik dapat mengacu pada berbagai cara yang
diuraikan pada tabel di bawah ini (Creating Learning Materials for Open and Distance Learning, 2005;
Doolittle, 2001; Morrison, Ross, & Kemp, 2007; Reigeluth & Keller, 2009):
Tabel 3.3. Cara-Cara Menyusun Tujuan Pembelajaran Menjadi Alur Tujuan PembelajaranPengurutan dari
yang Konkret ke
yang Abstrak
Metode pengurutan dari konten yang konkret dan berwujud ke konten
yang lebih abstrak dan simbolis. Contoh: memulai pengajaran dengan
menjelaskan tentang benda geometris (konkret) terlebih dahulu
sebelum mengajarkan aturan teori objek geometris tersebut (abstrak).
Pengurutan Deduktif Metode pengurutan dari konten bersifat umum ke konten yang
spesifik. Contoh: mengajarkan konsep database terlebih dahulu
sebelum mengajarkan tentang tipe database, seperti hierarki atau
relasional.
Pengurutan dari
Mudah ke yang lebih
Sulit
Metode pengurutan dari konten paling mudah ke konten paling sulit.
Contoh: mengajarkan cara mengeja kata-kata pendek dalam kelas
bahasa sebelum mengajarkan kata yang lebih panjang.
Pengurutan Hierarki Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan keterampilan komponen
konten yang lebih mudah terlebih dahulu sebelum mengajarkan
keterampilan yang lebih kompleks. Contoh: siswa perlu belajar tentang
penjumlahan sebelum mereka dapat memahami konsep perkalian.
Pengurutan
Prosedural
Metode ini dilaksanakan dengan mengajarkan tahap pertama dari
sebuah prosedur, kemudian membantu siswa untuk menyelesaikan
tahapan selanjutnya. Contoh: dalam mengajarkan cara menggunakan
t-test dalam sebuah pertanyaan penelitian, ada beberapa tahap
prosedur yang harus dilalui, seperti menulis hipotesis, menentukan
tipe tes yang akan digunakan, memeriksa asumsi, dan menjalankan tes
dalam sebuah perangkat lunak statistik.
Scaffolding Metode pengurutan yang meningkatkan standar performa sekaligus
mengurangi bantuan secara bertahap. Contoh: dalam mengajarkan
berenang, guru perlu menunjukkan cara mengapung, dan ketika siswa
mencobanya, guru hanya butuh membantu. Setelah ini, bantuan yang
diberikan akan berkurang secara bertahap. Pada akhirnya, siswa dapat
berenang sendiri.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 22
Di bawah ini adalah ilustrasi pemetaan alur
tujuan pembelajaran dalam satu fase. Setiap
kotak tujuan pembelajaran merupakan hasil
perumusan tujuan pembelajaran yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya dan alur
tujuan pembelajaran adalah tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah disusun.
Gambar 3.2. Ilustrasi Alur Tujuan Pembelajaran
Sebagaimana disampaikan pada penjelasan
tentang CP, setiap fase terdiri atas 1 sampai
3 kelas. Sebagai contoh, pada jenjang SD,
satu fase terdiri atas 2 kelas. Alur tujuan
pembelajaran dikembangkan untuk setiap CP.
Dengan demikian, alur tujuan pembelajaran
untuk Fase A, misalnya, harus disusun untuk
2 tahun (Kelas I dan Kelas II). Oleh karena itu,
dalam menyusun alur tujuan pembelajaran,
pendidik perlu berkolaborasi dengan pendidik
lain yang mengajar dalam fase yang sama agar
tujuan pembelajarannya berkesinambungan.
Catatan khusus untuk jenjang dan jenis tertentu:
Untuk PAUD, esensi alur tujuan pembelajaran
adalah perencanaan pembelajaran berdasarkan
laju perkembangan anak dan dikembangkan
oleh masing-masing satuan agar dapat
mencapai CP. Satuan pendidikan dapat memilih
untuk menyusun alur tujuan pembelajaran
atau tidak dan alur tujuan pembelajaran dapat
dikembangkan dengan pendekatan yang paling
sesuai pada masing-masing satuan pendidikan.
Awal
Fase
Akhir
Fase
Tujuan
Pembelajaran
1
Tujuan
Pembelajaran
2
Tujuan
Pembelajaran
(n)
Tujuan
Pembelajaran
...
Tujuan
Pembelajaran
3
Tujuan
Pembelajaran
...
Pendidik dapat menggunakan contoh alur tujuan pembelajaran yang telah tersedia, atau
memodifikasi contoh alur tujuan pembelajaran menyesuaikan kebutuhan peserta didik,
karakteristik dan kesiapan satuan pendidikan. Selain itu, pendidik dapat menyusun alur tujuan
pembelajaran secara mandiri sesuai dengan kesiapan satuan pendidikan. Tidak ada format
komponen yang ditetapkan oleh pemerintah. Komponen alur tujuan pembelajaran dapat
disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan yang mudah dimengerti oleh pendidik.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 23Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
D. Merencanakan pembelajaran dan asesmen
Rencana pembelajaran dirancang untuk
memandu guru melaksanakan pembelajaran
sehari-hari untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Dengan demikian, rencana
pembelajaran disusun berdasarkan alur tujuan
pembelajaran yang digunakan pendidik
sehingga bentuknya lebih rinci dibandingkan
alur tujuan pembelajaran. Perlu diingatkan
kembali bahwa alur tujuan pembelajaran
tidak ditetapkan oleh pemerintah sehingga
pendidik yang satu dapat menggunakan alur
tujuan pembelajaran yang berbeda dengan
pendidik lainnya meskipun mengajar peserta
didik dalam fase yang sama. Oleh karena itu,
rencana pembelajaran yang dibuat masing-
masing pendidik pun dapat berbeda-beda,
terlebih lagi karena rencana pembelajaran ini
dirancang dengan memperhatikan berbagai
faktor lainnya, termasuk faktor peserta didik
yang berbeda, lingkungan sekolah, ketersediaan
sarana dan prasarana pembelajaran, dan lain-
lain.
Setiap pendidik perlu memiliki rencana
pembelajaran untuk membantu mengarahkan
proses pembelajaran mencapai CP. Rencana
pembelajaran ini dapat berupa: (1) rencana
pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal
sebagai RPP atau (2) dalam bentuk modul
ajar. Apabila pendidik menggunakan modul
ajar, maka ia tidak perlu membuat RPP karena
komponen-komponen dalam modul ajar
meliputi komponen-komponen dalam RPP atau
lebih lengkap daripada RPP. Komponen yang
dimaksud tertera pada Tabel 3.4. berikut ini:
Tabel 3.4. Perbandingan Antara Komponen Minimum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Modul Ajar
Komponen minimum dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran
Komponen minimum dalam modul ajar
• Tujuan pembelajaran (salah satu dari
tujuan dalam alur tujuan pembelajaran).
• Langkah-langkah atau kegiatan
pembelajaran. Biasanya untuk satu atau
lebih pertemuan.
• Asesmen pembelajaran: Rencana
asesmen untuk di awal pembelajaran dan
rencana asesmen di akhir pembelajaran
untuk mengecek ketercapaian tujuan
pembelajaran.
• Tujuan pembelajaran (salah satu dari
tujuan dalam alur tujuan pembelajaran).
• Langkah-langkah atau kegiatan
pembelajaran. Biasanya untuk satu tujuan
pembelajaran yang dicapai dalam satu atau
lebih pertemuan.
• Rencana asesmen untuk di awal
pembelajaran beserta instrumen dan cara
penilaiannya.
• Rencana asesmen di akhir pembelajaran
untuk mengecek ketercapaian tujuan
pembelajaran beserta instrumen dan cara
penilaiannya.
• Media pembelajaran yang digunakan,
termasuk, misalnya bahan bacaan yang
digunakan, lembar kegiatan, video, atau
tautan situs web yang perlu dipelajari
peserta didik.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 24
Tabel 3.4 menunjukkan perbedaan komponen
yang perlu termuat dalam kedua dokumen
perencanaan pembelajaran yang digunakan
pendidik sehari-hari. Terlihat bahwa komponen
yang harus ada (komponen minimum) dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran lebih
sederhana, fokus mendokumentasikan rencana.
Sementara dalam modul ajar, perencanaan
dilengkapi dengan media yang digunakan,
termasuk juga instrumen asesmennya. Oleh
karena modul ajar lebih lengkap daripada
rencana pelaksanaan pembelajaran, maka
pendidik yang menggunakan modul ajar untuk
mencapai satu atau lebih tujuan pembelajaran
tidak perlu lagi mengembangkan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
Pemerintah menyediakan contoh-contoh
rencana pelaksanaan pembelajaran dan modul
ajar. Pendidik dapat menggunakan dan/
atau menyesuaikan contoh-contoh tersebut
dengan kebutuhan peserta didik. Untuk
pendidik yang merancang rencana pelaksanaan
pembelajarannya sendiri, maka komponen-
komponen dalam Tabel 3.4 harus termuat, dan
dapat ditambahkan dengan komponen lainnya
sesuai dengan kebutuhan pendidik, peserta
didik, dan kebijakan satuan pendidikan.
Merancang Modul Ajar
Sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.4, modul
ajar sekurang-kurangnya yang berisi tujuan,
langkah, media pembelajaran, asesmen,
serta informasi dan referensi belajar lainnya
yang dapat membantu pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran. Satu modul ajar
biasanya berisi rancangan pembelajaran untuk
satu tujuan pembelajaran berdasarkan alur
tujuan pembelajaran yang telah disusun.
Modul ajar dalam Kurikulum Merdeka ditujukan
untuk membantu pendidik mengajar secara
lebih fleksibel dan kontekstual, tidak selalu
menggunakan buku teks pelajaran. Modul
ajar dapat menjadi pilihan lain atau alternatif
strategi pembelajaran. Oleh karena itu,
sebelum merancang modul ajar, pendidik perlu
mempertimbangkan beberapa hal berikut.
a. Untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran tertentu, apakah merujuk
pada buku teks saja sudah cukup atau perlu
menggunakan modul ajar?
b. Jika membutuhkan modul ajar, apakah
dapat menggunakan modul ajar yang telah
disediakan, memodifikasi modul ajar yang
disediakan, atau perlu membuat modul ajar
baru?
Apabila berdasarkan kedua pertanyaan di
atas pendidik menyimpulkan bahwa modul
ajar tidak dibutuhkan atau modul ajar
yang disediakan dapat digunakan dengan
penyesuaian-penyesuaian tertentu, maka
ia tidak perlu merancang modul ajar yang
baru. Komponen minimum modul ajar telah
disampaikan dalam Tabel 3.4, namun bila
diperlukan, pendidik juga dapat menambah
komponen, misalnya dengan menyusun modul
ajar dengan struktur sebagaimana tercantum
pada Tabel 3.5 berikut.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 25Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Tabel 3.5. Komponen Modul Ajar Versi Lebih Lengkap
Informasi Umum Komponen Inti Lampiran
• Identitas penulis modul
• Kompetensi awal
• Profil pelajar Pancasila
• Sarana dan prasarana
• target peserta didik
• Model pembelajaran yang
digunakan
• Tujuan pembelajaran
• Asesmen
• Pemahaman bermakna
• Pertanyaan pemantik
• Kegiatan pembelajaran
• Refleksi peserta didik dan
pendidik
• Lembar kerja peserta didik
• Pengayaan dan remedial
• Bahan bacaan pendidik
dan peserta didik
• Glosarium
• Daftar pustaka
Pertanyaan-pertanyaan reflektif berikut ini dapat digunakan pendidik dalam proses perancangan
modul ajar.
• Bagaimana agar perhatian peserta
didik senantiasa fokus dan mereka
terus bersemangat sepanjang kegiatan
pembelajaran?
• Bagaimana saya sebagai pendidik akan
membantu setiap individu peserta didik
memahami pembelajaran?
• Bagaimana saya akan mendorong peserta
didik untuk melakukan refleksi, mempelajari
lagi, memperbaiki, dan berpikir ulang
tentang konsep atau materi pelajaran yang
telah mereka pelajari?
• Bagaimana peserta didik dapat menunjukkan
pemahaman mereka dan melakukan evaluasi
diri yang berarti setelah mempelajari materi
ini?
• Bagaimana saya akan menyesuaikan langkah
dan/atau materi pelajaran berdasarkan
keunikan dan kebutuhan masing-masing
peserta didik?
• Bagaimana saya akan mengelola
pengalaman belajar yang mendorong
peserta didik untuk menjadi pelajar yang
aktif dan mandiri?
Bagaimana kekhasan modul ajar pada berbagai jenjang?
PAUD. Rencana pembelajaran/modul ajar pada PAUD merupakan dokumen yang setidaknya
memuat komponen tujuan pembelajaran, langkah-langkah kegiatan, serta asesmen yang
dibutuhkan dalam satu unit/topik berdasarkan alur tujuan pembelajaran atau pada rentang
waktu yang telah ditentukan.
Pendidikan Khusus. Pengembangan modul ajar, selain sesuai dengan struktur dan komponen
di atas, juga sesuai dengan kebutuhan peserta didik berdasarkan hasil asesmen diagnostik
sehingga pengembangan modul ajar dimungkinkan dapat terjadi lintas fase dan elemen.
Pendidik memiliki keleluasaan untuk memilih dan memodifikasi contoh-contoh modul ajar yang
tersedia atau mengembangkan modul ajar sendiri, sesuai dengan konteks, kebutuhan, dan
karakteristik peserta didik.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 26
Pendidikan Kesetaraan. Penyusunan langkah-langkah pembelajaran memperhatikan bentuk
pembelajaran, yakni tatap muka, tutorial, mandiri ataupun kombinasi secara proporsional dari
ketiganya. Pada modul ajar ini, komponen jam pelajaran mengacu pada pemetaan SKK pada
tiap mata pelajaran yang dilakukan oleh satuan pendidikan. Satu SKK adalah satu satuan
kompetensi yang dicapai melalui pembelajaran 1 (satu) jam tatap muka atau 2 (dua) jam
tutorial atau 3 (tiga) jam mandiri, atau kombinasi secara proporsional dari ketiganya. Satu jam
tatap muka yang dimaksud adalah satu jam pembelajaran, yaitu sama dengan 35 (tiga puluh
lima) menit untuk Program Paket A, 40 (empat puluh) menit untuk Program Paket B, dan 45
(empat puluh lima) menit untuk Program Paket C.
SMK, Pada mata pelajaran kejuruan, khususnya mata pelajaran konsentrasi keahlian, modul ajar
dilengkapi dengan bahan ajar atau lembar kerja atau latihan-latihan sesuai dengan konsentrasi
atau keahlian yang akan dipelajari oleh peserta didik. Modul ajar dapat disusun berdasarkan
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan/atau disusun bersama mitra dunia
kerja.
Rencana Asesmen dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Atau Modul
Ajar
Sebagaimana diperlihatkan dalam Tabel 3.4,
baik dalam rencana pelaksanaan pembelajaran
maupun modul ajar, rencana asesmen perlu
disertakan dalam perencanaan pembelajaran.
Dalam modul ajar, rencana asesmen ini
dilengkapi dengan instrumen serta cara
melakukan penilaiannya. Dalam dunia pedagogi
dan asesmen, terdapat banyak teori dan
pendekatan asesmen. Bagian ini menjelaskan
konsep asesmen yang dianjurkan dalam
Kurikulum Merdeka.
Sebagaimana dinyatakan dalam Prinsip
Pembelajaran dan Asesmen (Bab II), asesmen
adalah aktivitas yang menjadi kesatuan dalam
proses pembelajaran. Asesmen dilakukan untuk
mencari bukti ataupun dasar pertimbangan
tentang ketercapaian tujuan pembelajaran.
Maka dari itu, pendidik dianjurkan untuk
melakukan asesmen-asesmen berikut ini:
1. Asesmen formatif, yaitu asesmen yang
bertujuan untuk memberikan informasi
atau umpan balik bagi pendidik dan
peserta didik untuk memperbaiki proses
belajar.
a. Asesmen di awal pembelajaran yang
dilakukan untuk mengetahui kesiapan
peserta didik untuk mempelajari
materi ajar dan mencapai tujuan
pembelajaran yang direncanakan.
Asesmen ini termasuk dalam kategori
asesmen formatif karena ditujukan
untuk kebutuhan guru dalam
merancang pembelajaran, tidak untuk
keperluan penilaian hasil belajar
peserta didik yang dilaporkan dalam
rapor.
b. Asesmen di dalam proses
pembelajaran yang dilakukan
selama proses pembelajaran untuk
mengetahui perkembangan peserta
didik dan sekaligus pemberian umpan
balik yang cepat. Biasanya asesmen ini
dilakukan sepanjang atau di tengah
kegiatan/langkah pembelajaran, dan
dapat juga dilakukan di akhir langkah
pembelajaran. Asesmen ini juga
termasuk dalam kategori asesmen
formatif.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 27Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
2. Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang
dilakukan untuk memastikan ketercapaian
keseluruhan tujuan pembelajaran.
Asesmen ini dilakukan pada akhir
proses pembelajaran atau dapat juga
dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih
tujuan pembelajaran, sesuai dengan
pertimbangan pendidik dan kebijakan
satuan pendidikan. Berbeda dengan
asesmen formatif, asesmen sumatif menjadi
bagian dari perhitungan penilaian di akhir
semester, akhir tahun ajaran, dan/atau
akhir jenjang.
Kedua jenis asesmen ini tidak harus digunakan
dalam suatu rencana pelaksanaan pembelajaran
atau modul ajar, tergantung pada cakupan
tujuan pembelajaran.
Pendidik adalah sosok yang paling memahami
kemajuan belajar peserta didik sehingga
pendidik perlu memiliki kompetensi dan
keleluasaan untuk melakukan asesmen agar
sesuai dengan kebutuhan peserta didik masing-
masing. Keleluasaan tersebut mencakup
perancangan asesmen, waktu pelaksanaan,
penggunaan teknik dan instrumen asesmen,
penentuan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran, dan pengolahan hasil asesmen.
Termasuk dalam keleluasaan ini adalah
keputusan tentang penilaian tengah semester.
Pendidik dan satuan pendidikan berwenang
untuk memutuskan perlu atau tidaknya
melakukan penilaian tersebut.
Pendidik perlu memahami prinsip-prinsip
asesmen yang disampaikan dalam Bab II,
di mana salah satu prinsipnya mendorong
penggunaan berbagai bentuk asesmen, bukan
hanya tes tertulis, agar pembelajaran bisa
lebih terfokus pada kegiatan yang bermakna
serta informasi atau umpan balik dari asesmen
tentang kemampuan peserta didik juga menjadi
lebih kaya dan bermanfaat dalam proses
perancangan pembelajaran berikutnya.
Untuk dapat merancang dan melaksanakan
pembelajaran dan asesmen sesuai arah
kebijakan Kurikulum Merdeka, berikut ini
adalah penjelasan lebih lanjut tentang asesmen
formatif dan asesmen sumatif sebagai acuan.
Asesmen Formatif
Penilaian atau asesmen formatif bertujuan
untuk memantau dan memperbaiki proses
pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian
tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan
untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar
peserta didik, hambatan atau kesulitan yang
mereka hadapi, dan juga untuk mendapatkan
informasi perkembangan peserta didik.
Informasi tersebut merupakan umpan balik bagi
peserta didik dan juga pendidik.
■Bagi peserta didik, asesmen formatif
berguna untuk berefleksi, dengan
memonitor kemajuan belajarnya,
tantangan yang dialaminya, serta langkah-
langkah yang perlu ia lakukan untuk
meningkatkan terus capaiannya. Hal ini
merupakan proses belajar yang penting
untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
■Bagi pendidik, asesmen formatif
berguna untuk merefleksikan strategi
pembelajaran yang digunakannya, serta
untuk meningkatkan efektivitasnya
dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran. Asesmen ini juga
memberikan informasi tentang kebutuhan
belajar individu peserta didik yang
diajarnya.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 28
Agar asesmen memberikan manfaat tersebut
kepada peserta didik dan pendidik, maka
beberapa hal yang perlu diperhatikan pendidik
dalam merancang asesmen formatif, antara lain
sebagai berikut:
• Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high
stake). Asesmen formatif dirancang untuk
tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya
digunakan untuk menentukan nilai rapor,
keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau
keputusan-keputusan penting lainnya.
• Asesmen formatif dapat menggunakan
berbagai teknik dan/atau instrumen. Suatu
asesmen dikategorikan sebagai asesmen
formatif apabila tujuannya adalah untuk
meningkatkan kualitas proses belajar.
• Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan
dengan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung sehingga asesmen formatif dan
pembelajaran menjadi suatu kesatuan.
• Asesmen formatif dapat menggunakan
metode yang sederhana, sehingga umpan
balik hasil asesmen tersebut dapat diperoleh
dengan cepat.
• Asesmen formatif yang dilakukan di awal
pembelajaran akan memberikan informasi
kepada pendidik tentang kesiapan belajar
peserta didik. Berdasarkan asesmen ini,
pendidik perlu menyesuaikan/memodifikasi
rencana pelaksanaan pembelajarannya dan/
atau membuat diferensiasi pembelajaran
agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
• Instrumen asesmen yang digunakan dapat
memberikan informasi tentang kekuatan,
hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh
peserta didik dan mengungkapkan cara
untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya
atau performa yang diberi umpan balik.
Dengan demikian, hasil asesmen tidak
sekadar sebuah angka.
Contoh-contoh pelaksanaan asesmen
formatif.
• Pendidik memulai kegiatan tatap muka
dengan memberikan pertanyaan berkaitan
dengan konsep atau topik yang telah
dipelajari pada pertemuan sebelumnya.
• Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran
di kelas dengan meminta peserta didik untuk
menuliskan 3 hal tentang konsep yang baru
mereka pelajari, 2 hal yang ingin mereka
pelajari lebih mendalam, dan 1 hal yang
mereka belum pahami.
• Kegiatan percobaan dilanjutkan dengan
diskusi terkait proses dan hasil percobaan,
kemudian pendidik memberikan umpan balik
terhadap pemahaman peserta didik.
• Pendidik memberikan pertanyaan tertulis,
kemudian setelah selesai menjawab
pertanyaan, peserta didik diberikan kunci
jawabannya sebagai acuan melakukan
penilaian diri.
• Penilaian diri, penilaian antarteman,
pemberian umpan balik antar teman dan
refleksi. Sebagai contoh, peserta didik
diminta untuk menjelaskan secara lisan atau
tulisan (misalnya, menulis surat untuk teman)
tentang konsep yang baru dipelajari.
• Pada PAUD, pelaksanaan asesmen formatif
dapat dilakukan dengan melakukan
observasi terhadap perkembangan anak saat
melakukan kegiatan bermain-belajar.
• Pada pendidikan khusus, pelaksanaan
asesmen diagnostik dilakukan untuk
menentukan fase pada peserta didik
sehingga pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik,
misalnya: salah satu peserta didik pada kelas
X SMALB (Fase E) berdasarkan hasil asesmen
diagnostik berada pada Fase C sehingga
pembelajaran peserta didik tersebut tetap
mengikuti hasil asesmen diagnostik yaitu Fase
C.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 29Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Asesmen Sumatif
Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah bertujuan
untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran
dan/atau CP peserta didik sebagai dasar
penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan
dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian
hasil belajar peserta didik dilakukan dengan
membandingkan pencapaian hasil belajar
peserta didik dengan kriteria ketercapaian
tujuan pembelajaran.
Sementara itu, pada pendidikan anak usia dini,
asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui
capaian perkembangan peserta didik dan
bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan
kenaikan kelas atau kelulusan. Asesmen sumatif
berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan
laporan pencapaian pembelajaran dan dapat
ditambahkan dengan informasi pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Adapun asesmen sumatif dapat berfungsi
untuk:
• alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil
belajar peserta didik dalam satu atau lebih
tujuan pembelajaran di periode tertentu;
• mendapatkan nilai capaian hasil belajar
untuk dibandingkan dengan kriteria capaian
yang telah ditetapkan; dan
• menentukan kelanjutan proses belajar siswa
di kelas atau jenjang berikutnya.
Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah
pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir
satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau
lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester
dan pada akhir fase; khusus asesmen pada
akhir semester, asesmen ini bersifat pilihan. Jika
pendidik merasa masih memerlukan konfirmasi
atau informasi tambahan untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik, maka
dapat melakukan asesmen pada akhir semester.
Sebaliknya, jika pendidik merasa bahwa data
hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester
telah mencukupi, maka tidak perlu melakukan
asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu
ditekankan, untuk asesmen sumatif, pendidik
dapat menggunakan teknik dan instrumen yang
beragam, tidak hanya berupa tes, namun dapat
menggunakan observasi dan performa (praktik,
menghasilkan produk, melakukan projek, dan
membuat portofolio).
Merencanakan Asesmen
Apabila pendidik menggunakan modul ajar
yang disediakan, maka ia tidak perlu membuat
perencanaan asesmen. Namun, bagi pendidik
yang mengembangkan sendiri rencana
pelaksanaan pembelajaran dan/atau modul
ajar, ia perlu merencanakan asesmen formatif
yang akan digunakan.
• Rencana asesmen dimulai dengan
perumusan tujuan asesmen. Tujuan ini tentu
berkaitan erat dengan tujuan pembelajaran.
• Setelah tujuan dirumuskan, pendidik
memilih dan/atau mengembangkan
instrumen asesmen sesuai tujuan. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam
memilih/mengembangkan instrumen,
antara lain: karakteristik peserta didik,
kesesuaian asesmen dengan rencana/
tujuan pembelajaran dan tujuan asesmen,
kemudahan penggunaan instrumen untuk
memberikan umpan balik kepada peserta
didik dan pendidik.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 30
Berikut adalah contoh instrumen penilaian atau asesmen yang dapat menjadi inspirasi bagi pendidik,
yaitu:
Rubrik Pedoman yang dibuat untuk menilai dan mengevaluasi kualitas capaian kinerja
peserta didik sehingga pendidik dapat menyediakan bantuan yang diperlukan
untuk meningkatkan kinerja. Rubrik juga dapat digunakan oleh pendidik untuk
memusatkan perhatian pada kompetensi yang harus dikuasai. Capaian kinerja
dituangkan dalam bentuk kriteria atau dimensi yang akan dinilai yang dibuat
secara bertingkat dari kurang sampai terbaik.
Ceklis Daftar informasi, data, ciri-ciri, karakteristik, atau elemen yang dituju.
Catatan
Anekdotal
Catatan singkat hasil observasi yang difokuskan pada performa dan perilaku
yang menonjol, disertai latar belakang kejadian dan hasil analisis atas observasi
yang dilakukan.
Grafik
Perkembangan
(Kontinum)
Grafik atau infografik yang menggambarkan tahap perkembangan belajar.
Instrumen asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang digunakan oleh
pendidik. Di bawah ini diuraikan contoh teknik asesmen yang dapat diadaptasi, yaitu :
Observasi Penilaian peserta didik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui
pengamatan perilaku yang diamati secara berkala. Observasi dapat difokuskan
untuk semua peserta didik atau per individu. Observasi dapat dilakukan dalam
tugas atau aktivitas rutin/harian.
Kinerja Penilaian yang menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai
dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat berupa praktik,
menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat portofolio.
Projek Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas meliputi kegiatan perancangan,
pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu.
Tes Tertulis Tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis untuk mengukur atau
memperoleh informasi tentang kemampuan peserta didik. Tes tertulis dapat
berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk-bentuk tes tertulis lainnya.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 31Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Tes Lisan Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta didik menjawab secara lisan,
dan dapat diberikan secara klasikal ketika pembelajaran.
Penugasan Pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan dan
memfasilitasi peserta didik memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.`
Portofolio Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya peserta didik dalam
bidang tertentu yang mencerminkan perkembangan (reflektif-integratif) dalam
kurun waktu tertentu.
Asesmen dapat dilakukan secara berbeda
di jenjang tertentu, sesuai dengan
karakteristiknya. Untuk jenjang PAUD,
teknik penilaian tidak menggunakan tes
tertulis, melainkan dengan berbagai cara
yang disesuaikan dengan kondisi satuan
PAUD, dengan menekankan pengamatan
pada anak secara autentik sesuai preferensi
satuan pendidikan. Ragam bentuk asesmen
yang dapat dilakukan, antara lain: catatan
anekdot, ceklis, hasil karya, portofolio,
dokumentasi, dll.
Untuk pendidikan khusus, asesmen
cenderung lebih beragam karena perlu
pendekatan individual. Pada Pendidikan
Kesetaraan, asesmen mata pelajaran
keterampilan dapat berbentuk observasi,
demonstrasi, tes lisan, tes tulis, portofolio,
dan/atau uji kompetensi pada lembaga
sertifikasi dan kompetensi.
Sementara itu pada SMK, terdapat
bentuk penilaian atau asesmen khas yang
membedakan dengan jenjang yang lain,
yaitu:
a. Asesmen Praktik Kerja Lapangan (PKL)
• Asesmen/pengukuran terhadap capaian
pembelajaran selama melaksanakan
pembelajaran di dunia kerja, meliputi
substansi kompetensi ataupun budaya
kerja.
• Asesmen dilakukan oleh pembimbing/
instruktur dari dunia kerja dan atau
bersama dengan guru pendamping.
• Hasil asesmen disampaikan pada rapor
dengan mencantumkan keterangan
industri tentang kinerja secara
keseluruhan berdasarkan jurnal PKL,
sertifikat, atau surat keterangan praktek
kerja lapangan dari dunia kerja.
• Mendorong peserta didik berkinerja baik
saat melakukan pembelajaran di dunia
kerja serta memberikan kebanggaan
pada peserta didik.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 32
Menentukan Ketercapaian Tujuan Pembelajaran
Untuk mengetahui apakah peserta didik
telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran,
pendidik perlu menetapkan kriteria atau
indikator ketercapaian tujuan pembelajaran.
Kriteria ini dikembangkan saat pendidik
merencanakan asesmen, yang dilakukan saat
pendidik menyusun perencanaan pembelajaran,
baik dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran ataupun modul ajar.
Kriteria ketercapaian ini juga menjadi salah
satu pertimbangan dalam memilih/membuat
instrumen asesmen, karena belum tentu suatu
asesmen sesuai dengan tujuan dan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran. Kriteria
b. Uji Kompetensi Kejuruan
• Asesmen terhadap pencapaian
kualifikasi jenjang 2 (dua) atau 3 (tiga)
pada KKNI yang dilaksanakan di akhir
masa studi oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP-P1/LSP-2/LSP-3), Panitia
Teknis Uji Kompetensi (PTUK), atau
satuan pendidikan yang terakreditasi
bersama dengan dunia kerja.
• Dapat memperhitungkan paspor
keterampilan (skills passport) yang
diperoleh pada tahap pembelajaran
sebelumnya.
• Dapat berupa observasi, demonstrasi, tes
lisan, tes tulis, dan/atau portofolio sesuai
dengan prosedur yang ditetapkan oleh
dunia kerja, LSP, dan/atau PTUK.
• Hasil dari uji kompetensi adalah predikat
capaian kompetensi sebagaimana
ditetapkan oleh penyelenggara dan
sertifikat keahlian untuk menghadapi
dunia kerja.
c. Ujian Unit Kompetensi
• Asesmen terhadap pencapaian satu
atau beberapa unit kompetensi untuk
mencapai kemampuan melaksanakan
satu bidang pekerjaan spesifik.
• Ujian Unit Kompetensi dapat
mengujikan beberapa unit kompetensi
yang membentuk 1 (satu) Skema
Sertifikasi.
• Ujian Unit Kompetensi dapat
dilaksanakan setiap tahun atau semester
oleh satuan pendidikan terakreditasi.
• Dapat berupa observasi, demonstrasi, tes
lisan, tes tulis, dan/atau portofolio.
• Mendorong pendidik melaksanakan
pembelajaran tuntas (mastery learning)
pada materi kejuruan. Pembelajaran
tuntas dalam hal ini pembelajaran yang
menekankan pada pemenuhan unit
atau elemen kompetensi sesuai dengan
SKKNI.
• Hasil dari ujian unit kompetensi
adalah predikat capaian kompetensi
sebagaimana ditetapkan oleh
penyelenggara, sertifikat keahlian,
dan/atau skill passport sebagai bekal
menghadapi Uji Kompetensi Keahlian di
akhir masa pembelajaran.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 33Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
ini merupakan penjelasan (deskripsi) tentang
kemampuan apa yang perlu ditunjukkan/
didemonstrasikan peserta didik sebagai bukti
bahwa ia telah mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan demikian, pendidik tidak disarankan
untuk menggunakan angka mutlak (misalnya,
75, 80, dan sebagainya) sebagai kriteria. Yang
paling disarankan adalah menggunakan
deskripsi, namun jika dibutuhkan, maka
pendidik diperkenankan untuk menggunakan
interval nilai (misalnya 70 - 85, 85 - 100, dan
sebagainya).
Dengan demikian, kriteria yang digunakan
untuk menentukan apakah peserta didik
telah mencapai tujuan pembelajaran dapat
dikembangkan pendidik dengan menggunakan
beberapa pendekatan, di antaranya: (1)
menggunakan deskripsi sehingga apabila
peserta didik tidak mencapai kriteria tersebut
maka dianggap belum mencapai tujuan
pembelajaran, (2) menggunakan rubrik
yang dapat mengidentifikasi sejauh mana
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran,
(3) menggunakan skala atau interval nilai,
atau pendekatan lainnya sesuai dengan
kebutuhan dan kesiapan pendidik dalam
mengembangkannya. Berikut adalah contoh-
contoh pendekatan yang dimaksud.
Contoh salah satu tujuan pembelajaran mata
pelajaran Bahasa Indonesia Fase C: “peserta
didik mampu menulis laporan hasil pengamatan
dan wawancara”
Pendekatan 1: Menggunakan deskripsi kriteria
Contohnya, dalam tugas menulis laporan,
pendidik menetapkan kriteria ketuntasan:
Laporan peserta didik menunjukkan
kemampuannya menulis teks eksplanasi, hasil
pengamatan, dan pengalaman secara jelas.
Laporan menjelaskan hubungan kausalitas
yang logis disertai dengan argumen yang logis
sehingga dapat meyakinkan pembaca.
Tabel 3.6. Contoh Deskripsi Kriteria untuk Ketuntasan Tujuan Pembelajaran
Kriteria Tidak memadai Memadai
Laporan menunjukkan kemampuan penulisan teks
eksplanasi dengan runtut.

Laporan menunjukkan hasil pengamatan yang
jelas.

Laporan menceritakan pengalaman secara jelas.

Laporan menjelaskan hubungan kausalitas yang
logis disertai dengan argumen yang logis sehingga
dapat meyakinkan pembaca.

Kesimpulan: Peserta didik dianggap mencapai tujuan pembelajaran jika minimal 3 kriteria
memadai. Jika ada dua kriteria masuk kategori tidak tuntas, maka perlu dilakukan intervensi agar
pencapaian peserta didik ini bisa diperbaiki

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 34
Pendidik dapat menggunakan rubrik ini untuk kriteria dari tujuan pembelajaran seperti contoh di
atas, atau dapat pula menggunakan tujuan-tujuan pembelajaran untuk menentukan ketuntasan CP
pada satu fase.
Pendekatan 2: menggunakan rubrik
Contohnya, dalam tugas menulis laporan,
pendidik menetapkan kriteria ketuntasan
yang terdiri atas dua bagian: Isi laporan dan
penulisan. Dalam rubrik terdapat empat tahap
pencapaian, dari baru berkembang, layak,
cakap hingga mahir. Dalam setiap tahapan ada
deskripsi yang menjelaskan performa peserta
didik.
Pendidik menggunakan rubrik ini untuk
mengevaluasi laporan yang dihasilkan oleh
peserta didik.
Tabel 3.7. Contoh Rubrik untuk Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran
Baru
berkembang
Layak Cakap Mahir
Isi laporanBelum mampu
menulis teks
eksplanasi, hasil
pengamatan,
dan pengalaman
belum jelas
tertuang dalam
tulisan. Ide
dan informasi
dalam laporan
tercampur dan
hubungan antara
paragraf tidak
berhubungan.
Mampu
menulis teks
eksplanasi, hasil
pengamatan,
dan pengalaman
secara jelas.
Laporan
menunjukkan
hubungan yang
jelas di sebagian
paragraf.
Mampu
menulis teks
eksplanasi, hasil
pengamatan,
dan pengalaman
secara jelas.
Laporan
menjelaskan
hubungan
kausalitas yang
logis disertai
dengan argumen
yang logis
sehingga dapat
meyakinkan
pembaca.
Mampu
menulis teks
eksplanasi, hasil
pengamatan,
dan pengalaman
secara jelas.
Laporan
menjelaskan
hubungan
kausalitas yang
logis disertai
dengan argumen
yang logis
sehingga dapat
meyakinkan
pembaca serta
ada fakta-fakta
pendukung yang
relevan.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 35Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Baru
berkembang
Layak Cakap Mahir
Penulisan
(tanda
baca dan
huruf
kapital)
Belum
menggunakan
tanda baca dan
huruf kapital
atau sebagian
besar tidak
digunakan secara
tepat.
Sebagian
tanda baca dan
huruf kapital
digunakan secara
tepat.
Sebagian besar
tanda baca dan
huruf kapital
digunakan secara
tepat.
Semua tanda
baca dan
huruf kapital
digunakan secara
tepat.
Kesimpulan: Peserta didik dianggap sudah mencapai tujuan pembelajaran jika kedua kriteria di
atas mencapai minimal tahap cakap.
Pendekatan 3: menggunakan interval nilai
Untuk menggunakan interval, pendidik dan/
atau satuan pendidikan dapat menggunakan
rubrik maupun nilai dari tes. Pendidik
menentukan terlebih dahulu intervalnya dan
tindak lanjut yang akan dilakukan untuk para
peserta didik.
Contoh a. Untuk nilai yang berasal dari nilai
tes tertulis atau ujian, pendidik menentukan
interval nilai. Setelah mendapatkan hasil tes,
pendidik dapat langsung menilai hasil kerja
peserta didik dan menentukan tindak lanjut
sesuai dengan intervalnya.
0 - 40%
belum mencapai, remedial di seluruh bagian
41 - 65 %
belum mencapai ketuntasan, remedial di bagian
yang diperlukan
66 - 85 %
sudah mencapai ketuntasan, tidak perlu
remedial
86 - 100%
sudah mencapai ketuntasan, perlu pengayaan
atau tantangan lebih
Bila peserta didik dapat mengerjakan 16 dari
20 soal (dengan bobot yang sama), maka
ia mendapatkan nilai 80%. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa peserta didik tersebut
sudah mencapai ketuntasan dan tidak perlu
remedial.
Contoh b. Pendidik dapat menggunakan
interval nilai yang diolah dari rubrik. Seperti
dalam tugas menulis laporan, pendidik dapat
menetapkan empat kriteria ketuntasan:
• menunjukkan kemampuan penulisan teks
eksplanasi dengan runtut
• menunjukkan hasil pengamatan yang jelas
• menceritakan pengalaman secara jelas
• menjelaskan hubungan kausalitas yang logis
disertai dengan argumen yang logis sehingga
dapat meyakinkan pembaca
Untuk setiap kriteria terdapat 4 (empat) skala
pencapaian (1-4).
Pendidik membandingkan hasil tulisan peserta
didik dengan rubrik untuk menentukan
ketercapaian peserta didik.

Perencanaan Pembelajaran dan Asesmen 36
Tabel 3.8. Contoh Kriteria Ketuntasan Tujuan Pembelajaran Menggunakan Interval
Kriteria Ketuntasan
belum muncul
(1)
muncul
sebagian kecil
(2)
sudah muncul
di sebagian
besar
(3)
terlihat pada
keseluruhan
teks
(4)
Menunjukkan kemampuan
penulisan teks eksplanasi dengan
runtut

Laporan menunjukkan hasil
pengamatan yang jelas

Laporan menceritakan pengalaman
secara jelas.

Laporan menjelaskan hubungan
kausalitas yang logis disertai
dengan argumen yang logis
sehingga dapat meyakinkan
pembaca.

Diasumsikan untuk setiap kriteria memiliki
bobot yang sama sehingga pembagi
merupakan total dari jumlah kriteria (dalam hal
ini 4 kriteria) dan nilai maksimum (dalam hal ini
nilai maksimumnya 4). Satuan pendidikan dan/
atau guru dapat memberikan bobot sehingga
penghitungan disesuaikan dengan bobot
kriteria.
Setelah mendapatkan nilai (baik dari rubrik
ataupun nilai dari tes), pendidik dan/atau
satuan pendidikan dapat menentukan interval
nilai untuk menentukan ketuntasan dan tindak
lanjut sesuai dengan intervalnya.
0 - 40%
belum mencapai, remedial di seluruh bagian
41 - 60%
belum mencapai ketuntasan, remedial di bagian
yang diperlukan
61 - 80%
sudah mencapai ketuntasan, tidak perlu
remedial
81 - 100%
sudah mencapai ketuntasan, perlu pengayaan
atau tantangan lebih
Pada contoh di atas, pendidik hanya
menggunakan rubrik dan diambil kesimpulan
bahwa peserta didik di atas sudah menuntaskan
tujuan pembelajaran, karena sebagian besar
kriteria sudah tercapai.

Pelaksanaan Pembelajaran dan Asesmen 37Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
4 Pelaksanaan Pembelajaran
dan Asesmen
Kurikulum Merdeka menekankan pentingnya
keterpaduan pembelajaran dengan asesmen,
terutama asesmen formatif, sebagai suatu siklus
belajar. Prinsip Pembelajaran dan Asesmen (Bab
II) mengindikasikan pentingnya pengembangan
strategi pembelajaran sesuai dengan tahap
capaian belajar peserta didik atau yang
dikenal juga dengan istilah teaching at the
right level (TaRL). Pembelajaran ini dilakukan
dengan memberikan materi pembelajaran
yang bervariasi sesuai dengan pemahaman
peserta didik. Tujuan dari diferensiasi ini
adalah agar setiap anak dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan
demikian, pembelajaran yang berorientasi
pada kompetensi membutuhkan asesmen
yang bervariasi dan berkala. Pendekatan
pembelajaran seperti inilah yang sangat
dikuatkan dalam Kurikulum Merdeka.
Berikut ini adalah ilustrasi siklus perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen:
• Pendidik menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, termasuk di dalamnya rencana
asesmen formatif yang akan dilakukan di
awal pembelajaran dan asesmen di akhir
pembelajaran
• Pendidik melakukan asesmen di awal
pembelajaran untuk menilai kesiapan setiap
individu peserta didik untuk mempelajari
materi yang telah dirancang
• Berdasarkan hasil asesmen, pendidik
memodifikasi rencana yang dibuatnya dan/
atau membuat penyesuaian untuk sebagian
peserta didik
• Melaksanakan pembelajaran dan
menggunakan berbagai metode asesmen
formatif untuk memonitor kemajuan belajar
• Melaksanakan asesmen di akhir
pembelajaran untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran. Asesmen
ini dapat digunakan sebagai asesmen awal
pada pembelajaran berikutnya.
Berdasarkan hasil asesmen di awal
pembelajaran, pendidik perlu berupaya untuk
menyesuaikan strategi pembelajaran agar
sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
Namun demikian, bagi sebagian pendidik
melakukan pembelajaran terdiferensiasi
bukanlah hal yang sederhana untuk dilakukan.
Sebagian pendidik mengalami tantangan
karena keterbatasan waktu untuk merancang
pembelajaran yang berbeda-beda berdasarkan
kebutuhan individu peserta didik. Sebagian
yang lain mengalami kesulitan untuk
mengelompokkan peserta didik berdasarkan
kesiapan karena jumlah peserta didik yang
banyak dan ruangan kelas yang terbatas.
Memahami adanya tantangan-tantangan
tersebut, maka pendidik sebaiknya
menyesuaikan dengan kesiapan pendidik serta
kondisi yang dihadapi pendidik. Beberapa
alternatif pendekatan pembelajaran sesuai
tahap capaian peserta didik yang dapat
dilakukan pendidik adalah sebagai berikut:
■Alternatif 1: Berdasarkan asesmen yang
dilakukan di awal pembelajaran, peserta
didik di kelas yang sama dibagi menjadi
dua atau lebih kelompok menurut capaian
belajar mereka, dan keduanya diajarkan
oleh guru yang sama atau disertai guru
pendamping/asisten. Selain itu, satuan
pendidikan juga menyelenggarakan
program pelajaran tambahan untuk peserta
didik yang belum siap untuk belajar sesuai
dengan fase di kelasnya.

Pelaksanaan Pembelajaran dan Asesmen 38
■Alternatif 2: Berdasarkan asesmen yang
dilakukan di awal pembelajaran, peserta
didik di kelas yang sama dibagi menjadi
dua atau lebih kelompok menurut capaian
belajar mereka, dan keduanya diajarkan
oleh guru yang sama atau disertai guru
pendamping/asisten.
■Alternatif 3: Berdasarkan asesmen
yang dilakukan di awal pembelajaran,
pendidik mengajar seluruh peserta didik
di kelasnya sesuai dengan hasil asesmen
tersebut. Untuk sebagian kecil peserta didik
yang belum siap, pendidik memberikan
pendampingan setelah jam pelajaran
berakhir.
Pendidik dan satuan pendidikan dapat memilih
strategi pembelajaran sesuai dengan tahap
capaian peserta didik dari tiga alternatif
pilihan di atas maupun merancang sendiri
pendekatan yang akan digunakannya.
Namun demikian, hal penting yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pembelajaran
terdiferensiasi menurut kesiapan peserta
didik tersebut adalah bahwa pengelompokan
peserta didik berdasarkan capaian atau hasil
asesmen tidak mengarah pada terbentuknya
persepsi tentang pengkategorian peserta
didik ke dalam kelompok yang “pintar” dan
tidak. Terbentuknya kelompok “unggulan”
hingga kelompok yang dinilai paling rendah
kemampuannya dapat menyebabkan
diskriminasi terhadap peserta didik. Mereka
yang ditempatkan pada kelompok yang
paling marginal akan cenderung menilai diri
mereka sebagai individu yang tidak memiliki
kemampuan untuk belajar sebagaimana teman-
temannya yang lain. Demikian pula pendidik
sering tanpa sadar memiliki harapan atau
ekspektasi yang rendah terhadap peserta didik
yang sudah dianggap kurang berbakat atau
kurang mampu secara akademik. Akibatnya,
mereka akan terus terpinggirkan.
Untuk menghindari dampak negatif
sebagaimana dijelaskan di atas, hal yang
dapat dilakukan ketika mengelompokkan
peserta didik untuk keperluan pembelajaran
terdiferensiasi sesuai dengan tahap capaian
peserta didik, antara lain sebagai berikut.
• Pembelajaran dalam kelompok kecil adalah
metode yang biasa dilakukan peserta didik.
Ada kalanya pendidik membagi kelompok
berdasarkan minat (misalnya, kesamaan
minat permainan olahraga dalam mata
pelajaran PJOK), melakukan pengamatan
atau eksperimen dalam mapel IPA secara
berkelompok yang ditetapkan secara acak
oleh pendidik, dan sebagainya sehingga
pengelompokan berdasarkan kemampuan
akademik dalam suatu pertemuan adalah hal
yang biasa.
• Pengelompokan berdasarkan kemampuan
berubah sesuai dengan kompetensi yang
menjadi kekuatan peserta didik, tidak
permanen sepanjang tahun atau semester,
dan tidak berlaku di semua mata pelajaran.
Misalnya, di mata pelajaran bahasa Indonesia
peserta didik A tergabung dalam kelompok
yang masih butuh bimbingan, tetapi pada
pelajaran IPA peserta didik A tergabung
dalam kelompok yang sudah mahir.
• Bagi peserta didik yang sudah mahir perlu
dipikirkan bentuk-bentuk tantangan yang
lebih beragam, menjadi tutor sebaya bisa
menjadi salah satu opsi, namun perlu
dipikirkan bahwa tidak semua siswa memiliki
kompetensi mengajar dan tanggung jawab
memfasilitasi tetap sepenuhnya ada di
pendidik.
• Perlu ada peran-peran beragam yang bisa
dipilih oleh peserta didik untuk memperkaya
atau mendalami kompetensi yang dibangun.
Misalnya, di awal tahun ajaran pendidik
mengajak peserta didik berdiskusi mengenai
peran-peran apa yang dibutuhkan, setiap
peran bisa diambil oleh peserta didik secara
bergantian.

Pelaksanaan Pembelajaran dan Asesmen 39Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Dalam proses pembelajaran, salah satu
diferensiasi yang dapat dilakukan pendidik
adalah diferensiasi berdasarkan konten/
materi, proses, dan/atau produk yang
dihasilkan peserta didik. Sebagai contoh,
ketika mengajarkan materi tertentu, peserta
didik yang perlu bimbingan dapat difokuskan
hanya pada 3 (tiga) poin penting saja,
sementara untuk peserta didik yang sudah
cukup memahami materi dapat mempelajari
seluruh topik; dan peserta didik yang mahir
dapat melakukan pendalaman materi di luar
materi yang diajarkan. Begitu juga dengan
tagihan atau produk, peserta didik yang
perlu bimbingan dapat bekerja kelompok
dengan mengumpulkan satu lembar hasil
kerja, sementara untuk peserta didik yang
cukup mahir dapat mengumpulkan 5 (lima)
lembar hasil kerja mandiri, dan peserta didik
yang sudah mahir dapat mempresentasikan
hasil kerja menggunakan power point dengan
dilengkapi gambar dan grafis.
Contoh diferensiasi pembelajaran 1
Dalam melakukan pembelajaran terdiferensiasi
pendidik dapat memilih salah satu atau
kombinasi ketiga cara di bawah ini.
■Konten (materi yang akan diajarkan). Bagi
peserta didik yang memerlukan bimbingan
dapat mempelajari 3 (tiga) hal terpenting
terkait materi, bagi siswa yang cukup mahir
dapat mempelajari keseluruhan materi dan
bagi peserta didik yang sudah sangat mahir
dapat diberikan pengayaan.
■Proses (cara mengajarkan). Proses
pembelajaran dan bentuk pendampingan
dapat didiferensiasi sesuai kesiapan peserta
didik, bagi siswa yang membutuhkan
bimbingan pendidik perlu mengajarkan
secara langsung, bagi peserta didik
yang cukup mahir dapat diawali dengan
Modeling yang dikombinasi dengan kerja
mandiri, praktik, dan peninjauan ulang
(review), bagi peserta didik yang sangat
mahir dapat diberikan beberapa pemantik
untuk tugas mandiri kepada peserta didik
yang sangat mahir.
■Produk (luaran atau performa yang akan
dihasilkan). Diferensiasi pembelajaran
juga dapat dilakukan melalui produk
yang dihasilkan. Contohnya, bagi peserta
didik yang memerlukan bimbingan
bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
mengenai konten inti materi, sedangkan
bagi peserta didik yang cukup mahir dapat
membuat presentasi yang menjelaskan
penyelesaian masalah sederhana, dan
bagi peserta yang sangat mahir bisa
membuat sebuah inovasi atau menelaah
permasalahan yang lebih kompleks.

Pelaksanaan Pembelajaran dan Asesmen 40
Tabel 4.1. contoh diferensiasi pembelajaran 2
Instrumen asesmen awal pembelajaran yang digunakan adalah soal isian singkat dan soal
cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari terkait keliling segiempat, segitiga,
dan lingkaran. Atas jawaban peserta didik, pendidik mengidentifikasi kesiapan peserta didik di
kelasnya, yaitu:
1. Mayoritas peserta didik telah memahami konsep keliling dan dapat menghitung keliling
bangun datar.
2. Beberapa peserta didik dapat memahami konsep keliling, namun belum lancar dalam
menghitung keliling bangun datar.
3. Beberapa peserta didik belum memahami konsep keliling.
Berdasarkan data tersebut, pendidik melakukan pembelajaran terdiferensiasi sebagai berikut:
Kesiapan
Belajar
Mayoritas peserta
didik telah
memahami konsep
keliling dan dapat
menghitung keliling
bangun datar.
Beberapa peserta didik
dapat memahami konsep
keliling, namun belum
lancar dalam menghitung
keliling bangun datar.
Beberapa peserta
didik belum
memahami
konsep keliling.
Pembelajaran
terdiferensiasi
• Peserta didik
mengerjakan soal-
soal yang lebih
menantang yang
mengaplikasikan
konsep keliling
dalam kehidupan
sehari-hari.
• Peserta didik
bekerja secara
mandiri dan
saling memeriksa
pekerjaan
masing-masing.
• Pendidik menjelaskan cara menghitung
keliling bangun datar
• Peserta didik diberi latihan untuk berkelompok
menghitung keliling bangun datar dengan
menggunakan bantuan benda-benda konkret.
• Jika mengalami kesulian, peserta didik
diminta mengajukan pertanyaan kepada
3 teman sebelum bertanya langsung
kepada pendidik. Pendidik akan sesekali
mendampingi kelompok untuk memastikan
agar tidak terjadi miskonsepsi.
*Sumber: Diadaptasi dari LMS/Materi Guru Penggerak

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 41Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
5 Pengolahan dan Pelaporan
Hasil Asesmen
A. Pengolahan Hasil Asesmen
Pengolahan hasil asesmen dilakukan dengan menganalisis secara kuantitatif dan/atau kualitatif
terhadap hasil asesmen. Hasil asesmen untuk setiap Tujuan Pembelajaran diperoleh melalui data
kualitatif (hasil amatan atau rubrik) maupun data kuantitatif (berupa angka). Data-data ini diperoleh
dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran, baik pada capaian pembelajaran di akhir fase, maupun tujuan-tujuan pembelajaran
turunannya.
1. Mengolah hasil asesmen dalam satu tujuan
pembelajaran
Asesmen sumatif dilaksanakan secara
periodik setiap selesai satu atau lebih tujuan
pembelajaran. Hasil asesmen perlu diolah
menjadi capaian dari tujuan pembelajaran
setiap peserta didik. Pendidik dapat
menggunakan data kualitatif sebagai hasil
asesmen tujuan pemeblajaran peserta didik.
Namun, dapat juga menggunakan data
kuantitaif dan mendsikripsikannya secara
kualitatif. Pendidik diberi keleluasaan untuk
mengolah data kuantitatif, baik secara rerata
maupun proporsional.
Contoh:
Pendidik telah melaksanakan asesmen untuk
salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran
IPAS Fase C: Menyelidiki ragam sumber energi
yang dapat dimanfaatkan di lingkungan sekitar,
dengan indikator terdiri atas: 1) mampu
menguraikan manfaat sumber energi; dan
2) mampu melakukan pengamatan sesuai
prosedur. Indikator 1 menggunakan teknik
tes tertulis pilihan ganda atau essay, indikator
2 menggunakan unjuk kerja. Hasil asesmen
sumatif peserta didik dipetakan ke dalam 4
kualitas, yaitu: 1) perlu bimbingan, 2) cukup, 3)
baik, dan 4) sangat baik. Pendidik juga dapat
menentukan angka kuantitatif pada setiap
kualitas yang disajikan, misalnya untuk kriteria
perlu bimbingan antara 0-60, kriteria cukup
antara 61-70, kriteria baik antara 71-80, dan
sangat antara 81-100.Maka rubrik penilaiannya
dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Ringkasan Bab
Pengolahan Hasil Asesmen
Pelaporan Hasil belajar

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 42
Tabel 5.1. Rubrik tujuan pembelajaran: Menyelidiki ragam sumber energi yang dapat dimanfaatkan di lingkungan
sekitar
Bukti (evidence)
Tujuan
Pembelajaran
Perlu
Bimbingan
(0 - 60)
Cukup
(61 - 70)
Baik
(71 - 80)
Sangat Baik
(81 - 100)
1. Mampu
menguraikan
manfaat
sumber energi
Belum mampu
menguraikan
manfaat
sumber energi
Menguraikan
1 contoh
manfaat
sumber energi
Menguraikan
2 contoh
manfaat
sumber energi
Menguraikan
lebih dari
2 contoh
manfaat
sumber energi
2. Mampu
melakukan
pengamatan
sesuai
prosedur Memerlukan
bimbingan
dalam
melakukan
prosedur
pengamatan
Melakukan
prosedur
pengamatan
secara mandiri,
namun masih
ditemukan
1 atau 2 kali
kesalahan
Melakukan
prosedur
pengamatan
secara mandiri
dengan tepat Mampu
mengarahkan
teman yang
lain dalam
melakukan
prosedur
pengamatan
Pendidik menentukan kriteria ketercapaian
tujuan pembelajaran pada kualitas yang
diyakininya, misalkan pada kualitas cukup,
peserta didik dianggap telah mencapai kriteria
ketercapaian kompetensi.
Berdasarkan hasil asesmen pilihan ganda/
esai untuk indikator 1 dan unjuk kerja untuk
indikator 2 yang telah dilaksanakan pendidik,
untuk pengolahan hasil asesmen tujuan
pembelajaran dapat disajikan seperti dalam
tabel berikut ini.
Tabel 5.1. Hasil asesmen tujuan pembelajaran: Menyelidiki ragam sumber energi yang dapat dimanfaatkan di
lingkungan sekitar
Nama
Kualitas Bukti
(evidence) 1
Kualitas
Kualitas Bukti
(evidence)
Indikator 2
Deskripsi Nilai
Amar Baik (75) Cukup (69) Mampu menguraikan 2 contoh manfaat
sumber energi dan dapat melakukan
prosedur pengamatan secara mandiri
meskipun masih ditemukan 1 atau 2 kali
kesalahan
72
Badu Perlu
bimbingan
(55)
Cukup (63) Belum mampu menguraikan manfaat
sumber energi tetapi dapat melakukan
prosedur pengamatan secara mandiri
meskipun masih ditemukan 1 atau 2 kali
kesalahan
(59)*

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 43Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Nama
Kualitas Bukti
(evidence) 1
Kualitas
Kualitas Bukti
(evidence)
Indikator 2
Deskripsi Nilai
Candra Sangat
Baik (95)
Baik (80) Mampu menguraikan lebih dari 2
contoh manfaat sumber energi serta
dapat melakukan prosedur pengamatan
secara mandiri dengan tepat
87,5
… … … … …
ZakariyaCukup (65) Baik (75) Mampu menguraikan 1 contoh manfaat
sumber energi serta dapat melakukan
prosedur pengamatan secara mandiri
dengan tepat (70)
* peserta didik belum memenuhi kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.
2. Mengolah capaian tujuan pembelajaran menjadi
nilai akhir
Capaian tujuan pembelajaran peserta didik
menjadi bahan yang diolah menjadi nilai akhir
mata pelajaran dalam kurun waktu pelaporan
(biasanya satu semester). Untuk mendapatkan
nilai akhir mata pelajaran tersebut, data
kuantitatif langsung diolah, sedangkan
untuk deskripsi, pendidik dapat memberikan
penjelasan mengenai kompetensi yang sudah
dikuasai peserta didik, mana kompetensi yang
belum dikuasai, dan dapat ditambahkan tindak
lanjut secara ringkas bila ada.
Penting untuk diperhatikan bahwa pendidik tidak mencampur penghitungan dari hasil asesmen
formatif dan sumatif karena asesmen formatif dan sumatif memiliki fungsi yang berbeda.
Asesmen formatif bertujuan untuk memberikan umpan balik pada proses sehingga asesmen
formatif bukan menjadi penentu atau pembagi untuk nilai akhir.
Dalam mengolah dan menentukan hasil akhir asesmen sumatif, pendidik perlu membagi
asesmennya ke dalam beberapa kegiatan asesmen sumatif agar peserta didik dapat
menyelesaikan asesmen sumatifnya dalam kondisi yang optimal (tidak terburu-buru atau
tidak terlalu padat). Untuk situasi ini, nilai akhir merupakan gabungan dari beberapa kegiatan
asesmen tersebut.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 44
Contoh proses pengolahan tujuan pembelajaran menjadi nilai akhir
1) Bila pengukuran pencapaian dilakukan untuk setiap tujuan
pembelajaran dengan data kuantitatif (angka pencapaian)
■Misalnya, dalam 1 semester ada 6 tujuan
pembelajaran untuk mapel IPA, 7 tujuan
pembelajaran untuk B. Indonesia, dan 5
tujuan pembelajaran untuk mapel Agama
(contoh hanya 3 mapel, namun cara ini
dapat berlaku untuk semua mapel).
■Asumsi: satuan pendidikan menggunakan
rentang nilai untuk ketercapaian tujuan
pembelajaran. Rentang ini bisa sama untuk
setiap mapel atau berbeda, tergantung
kesepakatan para pendidik di satuan
pendidikan.
■Ketuntasan ditentukan untuk setiap
tujuan pembelajaran, bukan hasil akhir
pengolahan nilai sumatif per mata
pelajaran. Ketidaktuntasan ditandai (*)
di tujuan pembelajaran tertentu saja. Hal
ini bertujuan untuk mengkomunikasikan
kepada orang tua dan peserta didik tentang
tujuan pembelajaran mana yang belum
dituntaskan oleh peserta didik.
Contoh: Para pendidik menyepakati bahwa rentang nilai 0-55 belum mencapai ketuntasan dan 56-
100 sudah mencapai ketuntasan.
Nama Peserta Didik  : Didi
Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
*Belum mencapai kriteria ketuntasan
Bahasa Indonesia
Agama
...
...
...
1
2
3
...
...
...
55*
67
80
75
85
60
90
53*
60
83
68
87
90 55* 88
75,75
Hasil AkhirTP 1No.
Kelas/Fase  : 7/C
TP 2TP 3TP 4TP 5TP 6TP 7

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 45Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
2) Bila pengukuran pencapaian dilakukan untuk setiap tujuan
pembelajaran dengan data kualitatif (skala dengan deskriptor)
a. Perlu bimbingan: peserta didik masih
kesulitan dan sangat bergantung pada
bimbingan dalam mencapai tujuan
pembelajaran dan belum siap memasuki
pembelajaran lebih lanjut. Perlu
direkomendasikan untuk menguatkan
tujuan pembelajaran dengan mengikuti
remedial.
b. Cukup: peserta didik masih kesulitan dalam
mencapai sebagian tujuan pembelajaran
dan perlu menguatkan tujuan
pembelajaran yang dipelajari sebelum
mengikuti pembelajaran selanjutnya
dengan penekanan pada aspek-aspek yang
belum dikuasai.
Baik: peserta didik sudah menuntaskan sebagian besar indikator tujuan pembelajaran dan perlu siap
mengikuti pembelajaran selanjutnya.
c. Sangat baik: peserta didik mengikuti
pembelajaran selanjutnya dan dilibatkan
diberikan pengayaan atau tantangan lebih.
Nama Peserta Didik  : Didi
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Tujuan Pembelajaran 1
Tujuan Pembelajaran 2
Tujuan Pembelajaran 3
...
Kelas/Fase    : 7/C
2 3 4
Bahasa Indonesia
Tujuan Pembelajaran 1
Tujuan Pembelajaran 2
Tujuan Pembelajaran 3
...
[Mata Pelajaran Lainnya]
Tujuan Pembelajaran 1
Tujuan Pembelajaran 2
Tujuan Pembelajaran 3
...
1

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 46
Tanda centang diberikan sesuai dengan rubrik ketercapaian yang ada pada masing-masing tujuan
pembelajaran.
Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan membandingkan pencapaian
hasil belajar peserta didik dengan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran. Kriteria ini
bukan berupa angka, melainkan kalimat yang
menjelaskan penguasaan kompetensi pada
tujuan pembelajaran. Misalnya, “Peserta didik
menguasai semua indikator tanpa banyak
menghadapi kesulitan.”
Contoh asesmen formatif dengan teknik observasi
Tujuan pembelajaran yang diukur : Mengukur panjang dengan satuan baku
Asesmen formatif : Observasi pengukuran benda dengan menggunakan
penggaris
Instrumen : Lembar observasi pengukuran benda di sekitarku
Lembar observasi kegiatan Pengukuran Benda di Sekitarku
Nama Peserta Didik :
Tanggal Pengamatan :
No. Aspek yang diamati Teramati Tidak teramati
Tujuan pembelajaran mapel Matematika
1. Dapat menggunakan alat ukur yang sesuai
secara mandiri
2. Mampu mengidentifikasi ukuran benda
berdasarkan hasil pengukuran
3. Menuangkan hasil pengukuran dalam lembar
kerja
Dengan menggunakan lembar observasi
tersebut, pendidik dapat memantau
perkembangan dan memberikan umpan balik.
Misalnya, untuk peserta didik yang belum
mencapai tujuan pembelajaran, diberikan
umpan balik seketika dengan memberikan
motivasi dan informasi tambahan atau
memberikan arahan secara bertahap. Untuk
peserta yang telah mencapai atau melebihi
pencapaian, dapat diberikan apresiasi atau
tantangan pembelajaran yang lebih tinggi.
Namun demikian, pendidik dapat memberikan
umpan balik lain di luar tujuan pembelajaran
yang membangun peserta didik secara utuh,
bisa perilaku maupun kompetensi lain di luar
mapel yang disasar.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 47Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Contoh asesmen formatif dengan rubrik
Penilaian Kinerja : “Ayo Ukur Tinggi Badan Temanmu”
Tujuan pembelajaran : Mengukur tinggi badan dengan menggunakan satuan baku (cm)
Instrumen : Rubrik penilaian kinerja pengukuran tinggi badan dengan satuan baku
Indikator
Skor
1 2 3
4
Melakukan
pengukuran
Kesulitan untuk
memilih dan
menggunakan
alat ukur
Dapat memilih
alat ukur
yang sesuai,
namun masih
kesulitan dalam
menggunakan
alat ukur
Dapat memilih
alat ukur yang
sesuai, namun
masih kesulitan
dalam mengukur
beberapa objek
dengan bentuk
yang sulit Dapat memilih
dan menggunakan
alat ukur secara
mandiri
Hasil
Pengukuran
Kesulitan
mengidentifikasi
hasil pengukuran
Hasil pengukuran
sebagian besar
belum akurat
Hasil pengukuran
sebagian kecil
belum akurat
(untuk objek-
objek dengan
bentuk yang sulit) Dapat
mengidentifikasi
hasil pengukuran
secara akurat
Pendidik menggunakan rubrik untuk mengukur
ketercapaian peserta didik. Karena asesmen ini
merupakan asesmen formatif sehingga rubrik
ini digunakan untuk memberikan umpan balik
kepada peserta didik. Pendidik juga dapat
memberikan rubrik ini sebagai asesmen diri dan
mengajak peserta didik untuk merefleksikan
prosesnya.
Pendidik dapat memberikan umpan balik sesuai
dengan kesulitan yang diamati. Peserta didik
juga dapat diajak berdiskusi tentang apa yang
bisa dilakukan untuk memperbaiki prosesnya.
Pendidik dapat memberikan rekomendasi yang
perlu dilakukan peserta didik untuk dapat
meningkatkan skornya. Bagi peserta didik
yang sudah terlatih, mereka dapat menilai diri
dan menentukan langkah tindak lanjut atau
tantangan lebih.
Pengolahan Hasil Asesmen untuk Rapor
Pengolahan hasil asesmen dilakukan dengan
memanfaatkan hasil formatif dan sumatif.
Terdapat 2 jenis data, yaitu data hasil asesmen
yang berupa angka (kuantitatif) serta data hasil
asesmen yang berupa narasi (kualitatif).
Pengolahan hasil asesmen dalam bentuk angka
(kuantitatif) didasarkan hanya pada hasil
asesmen sumatif, sementara asesmen formatif
sebagaimana diuraikan sebelumnya, berupa
data atau informasi yang bersifat kualitatif,
digunakan sebagai umpan balik untuk
perbaikan pembelajaran sekaligus sebagai
bahan pertimbangan menyusun deskripsi
capaian kompetensi.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 48
Contoh Pengolahan Nilai Rapor:
Contoh data kuantitatif
Contoh Pengolahan Data Kualitatif
►SMP
Contoh di bawah ini adalah pada mata
pelajaran Informatika SMP (Fase D) elemen
teknologi informasi dan komunikasi, selama
satu semester peserta didik mempelajari materi
tentang antarmuka grafis, surat elektronik,
peramban web dan mesin telusur, manajemen
folder dan file, membuat dokumen dengan
aplikasi perkantoran. Guru telah melakukan
lima kali sumatif sesuai tujuan pembelajaran
yang dicapai pada semester tersebut dan satu
kali sumatif akhir semester. Nilai yang diberikan
dalam bentuk deskripsi kualitatif sesuai
capaian peserta didik. Nilai akhir semester
menggambarkan deskripsi kualitas dari capaian
peserta didik yang menunjukkan adanya hal-hal
yang belum tercapai dan sudah tercapai oleh
peserta didik.
Tabel di bawah ini menunjukkan contoh
pengolahan data untuk mendapatkan nilai
kualitatif pada akhir semester berdasarkan
indikator-indikator yang dicapai oleh setiap
peserta didik.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 49Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Nama
Peserta
Didik
Lingkup Materi/Tujuan Pembelajaran
Sumatif Akhir
Semester (Teori)
Nilai Akhir
Semester
Sumatif 1 (Praktik)Sumatif 2 (Praktik)Sumatif 3 (Praktik)Sumatif 4 (Praktik)Sumatif 5 (Praktik)
Peserta didik
mampu menjelaskan
antarmuka
berbasis grafis
dan komponen-
komponennya.
Peserta didik
mampu menerapkan
surel untuk
berkomunikasi
dengan baik dan
santun, dengan
bahasa yang sesuai.
Peserta didik mampu
menggunakan
peramban untuk
mencari, dan
memilah informasi.
Peserta didik mampu
membuat dan
mengelola folder
dan file dengan
terstruktur sehingga
memudahkan akses
yang efisien
Peserta didik
mampu membuat
dokumen dan
presentasi dengan
menggunakan
fitur dasar aplikasi
perkantoran
Ahmadterampil
menggunakan
antarmuka berbasis
grafis dan mampu
menjelaskan
komponen-
komponennya pada
orang lain
mampu membuat
surel, tapi belum
santun dalam
berbahasa
terampil melakukan
pencarian
menggunakan
peramban, namun
belum pandai
memilah informasi
mampu membuat
folder, namun
belum mampu
mengelola file secara
terstruktur
Terampil
menggunakan
fitur dasar aplikasi
perkantoran untuk
membuat dokumen
dan presentasi
Memahami
penggunaan
aplikasi peramban,
dan perkantoran
dalam lingkungan
antarmuka berbasis
grafis
Terampil
mempraktikan
penggunaan
aplikasi peramban
dan perkantoran
dalam lingkungan
antarmuka berbasis
grafis, namun perlu
bimbingan dalam
sikap dan karakter
penggunaan
teknologi dan
masih perlu
bimbingan dalam
menggunakan
aplikasi pengelolaan
berkas
Baimterampil
menggunakan
antarmuka berbasis
grafis dan mampu
menjelaskan
komponen-
komponennya pada
orang lain
Mampu
menggunakan surel
dan berkomunikasi
secara santun
Perlu bimbingan
dalam melakukan
pencarian
menggunakan
peramban
Mampu membuat
dan mengelola file
dan folder secara
terstruktur
Perlu bimbingan
dalam membuat
dokumen dan
presentasi
menggunakan
fitur dasar aplikasi
perkantoran
Memahami
penggunaan
aplikasi pengelolaan
berkas, namun
perlu meningkatkan
pemahaman
penggunaan
aplikasi peramban,
dan perkantoran
dalam lingkungan
antarmuka berbasis
grafis
Terampil
mempraktikan
penggunaan aplikasi
pengelolaan berkas,
namun masih perlu
bimbingan dalam
menggunakan
aplikasi peramban,
dan perkantoran
dalam lingkungan
antarmuka berbasis
grafis aplikasi
peramban

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 50
Nama
Peserta
Didik
Lingkup Materi/Tujuan Pembelajaran
Sumatif Akhir
Semester (Teori)
Nilai Akhir
Semester
Sumatif 1 (Praktik)Sumatif 2 (Praktik)Sumatif 3 (Praktik)Sumatif 4 (Praktik)Sumatif 5 (Praktik)
Peserta didik
mampu menjelaskan
antarmuka
berbasis grafis
dan komponen-
komponennya.
Peserta didik
mampu menerapkan
surel untuk
berkomunikasi
dengan baik dan
santun, dengan
bahasa yang sesuai.
Peserta didik mampu
menggunakan
peramban untuk
mencari, dan
memilah informasi.
Peserta didik mampu
membuat dan
mengelola folder
dan file dengan
terstruktur sehingga
memudahkan akses
yang efisien
Peserta didik
mampu membuat
dokumen dan
presentasi dengan
menggunakan
fitur dasar aplikasi
perkantoran
Cepyterampil
menggunakan
antarmuka berbasis
grafis dan mampu
menjelaskan
komponen-
komponennya pada
orang lain
mampu membuat
surel untuk
berkomunikasi
secara santun dalam
berbahasa
terampil melakukan
pencarian
menggunakan
peramban dan
pandai memilah
informasi
mampu membuat
folder, namun belum
mampu mengelola
file secara
terstruktur
Terampil
menggunakan
fitur dasar aplikasi
perkantoran untuk
membuat dokumen
dan presentasi
Memahami
penggunaan
aplikasi peramban,
dan perkantoran
dalam lingkungan
antarmuka berbasis
grafis
Terampil
mempraktikkan
penggunaan
aplikasi peramban
dan perkantoran
dalam lingkungan
antarmuka
berbasis grafis,
namun masih perlu
bimbingan dalam
menggunakan
aplikasi pengelolaan
berkas


Zoniterampil
menggunakan
antarmuka berbasis
grafis dan mampu
menjelaskan
komponen-
komponennya pada
orang lain
Mampu
menggunakan surel
dan berkomunikasi
secara santun
Perlu bimbingan
dalam melakukan
pencarian
menggunakan
peramban
Perlu bimbingan
untuk mengelola file
dan folder secara
terstruktur
Perlu bimbingan
dalam membuat
dokumen dan
presentasi
menggunakan
fitur dasar aplikasi
perkantoran
Memahami
penggunaan
aplikasi pengelolaan
berkas, namun
perlu meningkatkan
pemahaman
penggunaan
aplikasi peramban,
dan perkantoran
dalam lingkungan
antarmuka berbasis
grafis
Perlu bimbingan
dalam
menggunakan
aplikasi pengelolaan
berkas, peramban,
dan perkantoran
dalam lingkungan
antarmuka berbasis
grafis aplikasi
peramban

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 51Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
►SMK
Contoh dibawah ini adalah pada SMK konsentrasi keahlian Teknik Instalasi
Tenaga Listrik, selama satu semester peserta didik mempelajari materi
instalasi motor listrik satu fasa jenis rotor sangkar. Guru telah melakukan
empat kali sumatif sesuai tujuan pembelajaran yang dicapai pada semester
tersebut, dan satu kali sumatif akhir semester. Nilai yang diberikan dalam
bentuk deskripsi kualitatif sesuai capaian peserta didik. Nilai akhir semester
menggambarkan deskripsi kualitas dari capaian peserta didik yang
menunjukkan adanya hal-hal yang belum tercapai dan sudah tercapai oleh
peserta didik.
Tabel di bawah ini menunjukkan contoh pengolahan data untuk
mendapatkan nilai kualitatif pada akhir semester.
Nama
Peserta
Didik
Materi Instalasi Motor Listrik Satu Fasa Jenis Rotor Sangkar
Sumatif Akhir Semester
(Teori)
Nilai Akhir Semester
Sumatif 1 (Teori)Sumatif 2 (Teori)Sumatif 3 (Teori)Sumatif 4 (Praktik)
Memahami jenis dan
karakteristik motor
listrik
Memahami macam-
macam pengendali
motor listrik
Memahami prinsip kerja
komponen pengendali
motor listrik
Menerapkan prosedur
pemasangan instalasi
pengendali motor listrik
dengan elektromagnetik
untuk pengasutan
motor listrik
AbdulMemahami karakteristik
motor listrik satu fasa
rotor sangkar
Memahami rangkaian
pengendalian
pengasutan,
penguncian, forward ,
dan reverse motor listrik
satu fasa
Memahami cara kerja
sakelar push button dan
kontaktor magnetik
Membuat rangkaian
pengendalian motor
listrik satu fasa dengan
fitur pengasutan,
penguncian,
forward , dan reverse
menggunakan sakelar
push button dan
kontaktor magnetik
Sudah memahami
materi instalasi motor
listrik 1 fasa rotor
sangkar
Sudah memahami
materi dan praktik
instalasi motor listrik 1
fasa rotor sangkar
Bara
Memahami karakteristik
motor listrik satu fasa
rotor sangkar
Memahami rangkaian
pengendalian
pengasutan dan
penguncian motor listrik
satu fasa. Namun, masih
perlu bimbingan untuk
rangkaian forward dan
reverse motor listrik satu
fasa
Memahami cara kerja
sakelar push button dan
kontaktor magnetik
Hanya mampu
membuat rangkaian
pengendalian motor
listrik satu fasa dengan
fitur pengasutan
dan penguncian
menggunakan sakelar
push button dan
kontaktor magnetik.
Namun belum mampu
untuk fitur forward dan
reverse
Sudah memahami
karakteristik motor listrik
1 fasa rotor sangkar
rangkaian pengasutan
dan penguncian, namun
perlu bimbingan dalam
rangkaian forward dan
reverse .
Masih perlu bimbingan
dalam instalasi
motor listrik 1 fasa
rotor sangkar untuk
pengendalian forward
dan reverse

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 52
Nama
Peserta
Didik
Materi Instalasi Motor Listrik Satu Fasa Jenis Rotor Sangkar
Sumatif Akhir Semester
(Teori)
Nilai Akhir Semester
Sumatif 1 (Teori)Sumatif 2 (Teori)Sumatif 3 (Teori)Sumatif 4 (Praktik)
Memahami jenis dan
karakteristik motor
listrik
Memahami macam-
macam pengendali
motor listrik
Memahami prinsip kerja
komponen pengendali
motor listrik
Menerapkan prosedur
pemasangan instalasi
pengendali motor listrik
dengan elektromagnetik
untuk pengasutan
motor listrik
Choiril
Belum memahami
karakteristik motor
listrik satu fasa rotor
sangkar
Memahami rangkaian
pengendalian
pengasutan,
penguncian, forward ,
dan reverse motor listrik
satu fasa
Memahami cara kerja
sakelar push button dan
kontaktor magnetik
Membuat rangkaian
pengendalian motor
listrik satu fasa dengan
fitur pengasutan,
penguncian,
forward , dan reverse
menggunakan
komponen
pengandalian sakelar
push button dan
kontaktor magnetik
Sudah memahami
materi instalasi motor
listrik 1 fasa rotor
sangkar namun belum
memahami karakteristik
motornya
Masih perlu memahami
karakteristik motor
listrik 1 fasa rotor
sangkar




Zulfikar
Memahami karakteristik
motor listrik satu fasa
rotor sangkar
Memahami rangkaian
pengendalian
pengasutan,
penguncian, forward ,
dan reverse motor listrik
satu fasa
Memahami cara kerja
sakelar push button dan
kontaktor magnetik
Membuat rangkaian
pengendalian motor
listrik satu fasa dengan
fitur pengasutan,
penguncian,
forward , dan reverse
menggunakan
komponen
pengandalian sakelar
push button dan
kontaktor magnetik
Sudah memahami
materi instalasi motor
listrik 1 fasa rotor
sangkar
Sudah memahami
materi dan praktik
instalasi motor listrik 1
fasa rotor sangkar

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 53Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
D. Pelaporan Hasil Belajar
Pelaporan hasil penilaian atau asesmen
dituangkan dalam bentuk laporan kemajuan
belajar, yang berupa laporan hasil belajar,
yang disusun berdasarkan pengolahan hasil
Penilaian. Laporan hasil belajar paling sedikit
memberikan informasi mengenai pencapaian
hasil belajar peserta didik. Pada PAUD, selain
memuat informasi tersebut, laporan hasil
belajar juga memuat informasi mengenai
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Satuan pendidikan perlu melaporkan hasil
belajar dalam bentuk rapor.
Sebagaimana diuraikan pada prinsip asesmen
di atas, laporan hasil belajar hendaknya bersifat
sederhana dan informatif, dapat memberikan
informasi yang bermanfaat dan kompetensi
yang dicapai, serta strategi tindak lanjut bagi
pendidik, satuan pendidikan dan orang tua
untuk mendukung capaian pembelajaran.
Pada PAUD, laporan hasil belajar dapat juga
ditambahkan informasi tentang tumbuh
kembang anak. Dalam format laporan terakhir,
selain laporan ketercapaian CP, ada juga
informasi tentang tinggi dan berat badan anak,
kepemilikan NIK serta refleksi orang tua tentang
perkembangan anak.
Rapor peserta didik PAUD minimal meliputi
komponen:
1. Identitas peserta Didik,
2. Nama satuan pendidikan,
3. Kelompok usia,
4. Semester,
5. perkembangan dan pertumbuhan anak,
6. Deskripsi perkembangan capaian
pembelajaran, dan
7. Refleksi orang tua.
Komponen rapor peserta didik SD/MI, SMP/
MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK atau sederajat
minimal memuat informasi mengenai:
1. Identitas peserta didik,
2. Nama satuan pendidikan,
3. Kelas,
4. Semester,
5. Mata pelajaran,
6. Nilai,
7. Deskripsi,
8. Catatan guru,
9. Presensi, dan
10. Kegiatan ekstrakurikuler.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 54
Pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK
atau sederajat, satuan pendidikan dan pendidik
memiliki keleluasaan untuk menentukan
deskripsi dalam menjelaskan makna nilai yang
diperoleh peserta didik. Satuan pendidikan
memiliki keleluasaan untuk menentukan
mekanisme dan format pelaporan hasil belajar
kepada orang tua/wali. Pelaporan hasil
belajar disampaikan sekurang-kurangnya pada
setiap akhir semester. Di samping itu, satuan
pendidikan menyampaikan rapor peserta didik
secara berkala melalui e-rapor/dapodik.
Terdapat 3 opsi dalam menyusun deskripsi capaian kompetensi pada rapor, ketiga opsi tersebut
sebagai berikut.
1) Penysunan deskripsi berdasarkan Capaian Pembelajaran
Dalam penyusunan deskripsi capaian kompetensi, pendidik harus mengidentifkasi capaian kompetensi tertinggi 
dan terendah. Untuk melihat capaian kompetensi tertinggi ditandai dengan warna hijau dan capaian 
kompetensi terendah ditantai dengan warna merah.
       Capaian tertinggi     Capaian terendah
Mata Pelajaran
Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti
...
Ilmu Pengetahuan Alam
(Fisika, Kimia, Biologi)
1.
...
5.
...
...
80
...
...
Capaian Kompetensi
Nilai
AkhirNo.
...... ......
Menunjukkan kemampuan dalam mengidentifkasi, 
berkomunikasi dan mengajukan gagasan, terkait 
dengan inovasi teknologi biologi, komponen 
ekosistem, interaksi antarkomponen, dan perubahan 
lingkungan; menjelaskan fenomena pemanasan 
global; menuliskan reaksi kimia, perubahan iklim 
dan pemanasan global, serta pencemaran 
lingkungan.
Perlu bimbingan dalam kemampuan merancang 
solusi, dan mengambil keputusan serta penguatan 
dalam menerapkan hukum-hukum dasar kimia.
Nama  :
NISN  :
Sekolah  :
Alamat  :
Kelas  : X
Fase  : E
Semester  : 2
Tahun Pelajaran  :
Format Laporan Hasil Belajar (Rapor)
Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Kimia 
SMA/MA/Program Paket C Setiap Fase 
D.
Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/Program 
Paket C)
Pada akhir fase E, peserta didik memliki kemampuan 
untuk merespon isu-isu global dan berperan aktif 
dalam memberikan penyelesaian masalah. 
Kemampuan tersebut antara lain mengidentifkasi, 
mengajukan gagasan, merancang solusi, mengambil 
keputusan, dan mengkomunikasikan dalam bentuk 
projek sederhana atau simulasi visual menggunakan 
aplikasi teknologi yang tersedia terkait ...
1.
Elemen Capaian Pembelajaran
Pemahaman
Biologi
Pada akhir Fase E, peserta didik memiliki 
kemampuan menciptakan solusi atas 
permasalahan-permasalahan 
berdasarkan isu lokal, nasional atau 
global terkait pemahaman 
keanekaragaman makhluk hidup dan 
peranannya, virus dan peranannya, 
inovasi teknologi biologi, komponen 
ekosistem, dan interaksi antarkomponen, 
serta perubahan lingkungan.
Pemahaman
Fisika
Peserta didik mampu mendeskripsikan 
gejala alam dalam cakupan 
keterampilan proses dalam pengukuran, 
perubahan iklim dan pemanasan global, 
pencemaran lingkungan, energi 
alternatif, dan pemanfaatannya.
Pemahaman
Kimia
Peserta didik mampu mengamati, 
menyelidiki dan menjelaskan fenomena 
sesuai kaidah kerja ilmiah dalam 
menjelaskan konsep kimia dalam 
kehidupan sehari hari; menerapkan 
konsep kimia dalam pengelolaan 
lingkungan termasuk menjelaskan 
fenomena pemanasan global; 
menuliskan reaksi kimia dan 
menerapkan hukum-hukum dasar kimia; 
memahami struktur atom dan 
aplikasinya dalam nanoteknologi.
Fase E Berdasarkan Elemen

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 55Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
2) Penyusunan deskripsi berdasarkan alur tujuan pembelajaran
Mata Pelajaran
Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti
...
Ilmu Pengetahuan Alam
(Fisika, Kimia, Biologi)
1.
...
5.
...
...
80
...
...
Capaian Kompetensi
Nilai
AkhirNo.
Fisika:
Menunjukkan penguasaan yang sangat baik dalam
menyajikan hasil analisis gejala, penyebab, dampak, 
dan solusi atas perubahan iklim, serta pemanasan 
global dalam kehidupan sehari-hari.
Kimia:
Menunjukkan penguasaan yang sangat baik dalam
Perlu penguatan dalam Menganalisis suatu 
fenomena alam secara kuantitatif berdasarkan 
hukum dasar kimia, merancang, melaksanakan serta 
mempresentasikan percobaan kimia dalam 
penerapan hukum-hukum dasar kimia.
Biologi:
Menunjukkan penguasaan yang sangat baik dalam
Perlu bimbingan dalam kemampuan menciptakan 
solusi terhadap permasalahan lingkungan yang ada 
di sekitarnya dengan melakukan projek sederhana.
-
-
menyajikan rumus kimia dan nama senyawa 
kimia yang berkaitan dengan sumber dan/atau 
solusi permasalahan isu global; dan
menuliskan persamaan reaksi kimia yang lengkap 
setara yang berkaitan dengan fenomena alam 
sehari-hari atau isu global.
-
-
-
-
-
-
menganalisis bioteknologi yang dapat 
diterapkan dalam pelestarian keanekaragaman 
hayati;
mengidentifkasi komponen ekosistem dengan 
menyajikan laporan hasil pengamatan ekosistem 
di lingkungan sekitarnya;
menyusun jaring-jaring makanan atau rantai 
makanan dan hasil pengamatan ekosistem yang 
ada di lingkungan sekitar;
menganalisis interaksi yang terjadi antar 
komponen ekosistem dengan menyajikan data 
hasil pengamatan di lingkungan sekitar;
mengidentifkasi perubahan lingkungan yang 
terjadi di sekitarnya dengan menyajikan laporan 
hasil pengamatan; dan
mendeskripsikan bioteknologi yang dapat 
diterapkan dalam mengatasi perubahan 
lingkungan dengan menyajikan diagram dari 
hasil kajian literatur atau wawancara.
Nama  :
NISN  :
Sekolah  :
Alamat  :
Kelas  : X
Fase  : E
Semester  : 2
Tahun Pelajaran  :
Format Laporan Hasil Belajar (Rapor)
Menyajikan hasil analisis gejala, penyebab, dampak, dan 
solusi atas perubahan iklim, serta pemanasan global 
dalam kehidupan sehari-hari.
5.
ATP Fisika Fase E Semester 2
ATP Kimia Fase E Semester 2
Menyajikan rumus kimia dan nama senyawa kimia yang 
berkaitan dengan sumber dan/atau solusi permasalahan 
isu global.
9.
Menuliskan persamaan reaksi kimia yang lengkap setara 
yang berkaitan dengan fenomena alam sehari-hari atau 
isu global.
10.
Menganalisis bioteknologi yang dapat diterapkan 
dalam pelestarian keanekaragam hayati, khususnya 
mengatasi kelangkaan keanekaragaman hayati dengan 
menyajikan bagan proses bioteknologi dari hasil telaah 
artikel.
10.
ATP Biologi Fase E Semester 2
Mengidentifkasi komponen ekosistem dengan 
menyajikan laporan hasil pengamatan ekosistem di 
lingkungan sekitarnya.
11.
Menyusun jaring-jaring makanan atau rantai makanan 
dari hasil pengamatan ekosistem yang ada di lingkungan 
sekitar.
12.
Menganalisis interaksi yang terjadi antar komponen 
ekosistem dengan menyajikan data hasil pengamatan 
di lingkungan sekitar.
13.
Mengidentifkasi perubahan lingkungan yang terjadi di 
sekitarnya dengan menyajikan laporan hasil 
pengamatan.
14.
Menganalisis penyebab dan dampak negatif dari 
perubahan lingkungan dengan menyajikan data hasil 
kajian literatur atau pengamatan atau wawancara.
15.
Menganalisis suatu fenomena alam secara kuantitatif 
berdasarkan hukum dasar kimia.
11.
Merancang, melaksanakan serta mempresentasikan 
percobaan kimia dalam penerapan hukum-hukum dasar 
kimia.
12.
Menciptakan solusi terhadap permasalahan lingkungan 
yang ada di sekitarnya dengan melakukan projek 
sederhana.
17.
Mendeskripsikan bioteknologi yang dapat diterapkan 
dalam mengatasi perubahan lingkungan dengan 
menyajikan diagram dari hasil kajian literatur atau 
wawancara.
16.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 56
3) Penyusunan deskripsi mengambil dari poin-poin penting dari materi
yang sudah diberikan
Nama
Murid
Edo
Sumatif Lingkup Materi
Sumatif 1
85
Sumatif 2Sumatif 3Sumatif 4
Sumatif Akhir Semester*
Cuaca di
Sekitarku
Nama-nama
Hari dan Bulan
Konsep
Waktu
Membedakan
Siang-malam
NA
Sumatif
(S)
Non
Tes
Tes
NA Sumatif
Akhir
Semester
(AS)
Nilai Rapor
(Rerata S + AS)
*pembulatan
normal
76 60 83 76t -75 75 75,5
Nama  : Edo
Ilmu Pengetahuan Alam
75,5
Menunjukkan penguasaan yang baik dalam memprediksi kondisi cuaca
dan membedakan siang-malam.
Perlu pendampingan dalam memahami konsep waktu jam, menit, detik,
perlu pembimbingan lebih lanjut agar kemampuan tersebut dikuasai secara
konsisten.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 57Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Contoh Rapor SD
Gambar 5.1. Contoh format rapor SD
Catatan :
1. Format rapor di atas dapat disesuaikan berdasarkan struktur kurikulum masing-masing jenjang.
2. Deskripsi capaian kompetensi peserta didik berisi informasi tentang kompetensi yang sudah
dicapai dan kompetensi yang perlu ditingkatkan. Deskripsi ditulis menggunakan kalimat positif
dan memotivasi.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 58
Untuk melengkapi pelaporan, satuan pendidikan dapat juga menambahkan bentuk laporan lainnya,
seperti portofolio, diskusi/konferensi, pameran karya, dan skill passport.
a. Portofolio
Portofolio bertujuan untuk melihat perkembangan belajar peserta didik melalui dokumentasi hasil
karya peserta didik. Isi portofolio adalah hasil karya yang dipilih oleh peserta didik berdasarkan
hasil diskusi dengan pendidik. Portofolio juga perlu dilengkapi refleksi pendidik dan peserta didik
terhadap pencapaian pembelajaran selama ini.
Gambar 5.2. Contoh Portofolio
(Sumber foto: Sekolah Cikal Cilandak, Jakarta dan SD Negeri Mampang Prapatan 02 Pagi, Jakarta)

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 59Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
b. Diskusi/Konferensi
Diskusi/konferensi bertujuan untuk berbagi informasi capaian hasil belajar antara pendidik, peserta
didik, dan orang tua. Diskusi/konferensi dapat dilakukan dalam suasana formal maupun informal.
Gambar 5.3. Contoh Kegiatan Diskusi/ Konferensi
(Sumber foto: Sekolah Cikal Cilandak, Jakarta)
c. Pameran Karya
Pameran karya berperan sebagai bentuk perayaan proses belajar dan juga sebagai asesmen sumatif.
Dalam pelaksanaan pameran karya, orang tua, komunitas sekolah, peserta didik, dan pendidik dari
sekolah lain dapat diundang untuk saling belajar dan mendapatkan umpan balik dari audiens yang
lebih luas.
Gambar 5.4. Contoh Kegiatan Pameran Karya
(Sumber foto: SDN 164 Karangpawulang, Bandung, Jawa Barat)

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 60
d. Skill Pasport
Skill passport merupakan catatan kompetensi yang dikuasai selama peserta didik belajar di SMK dan
dunia kerja. Skill passport memudahkan peserta didik, pendidik, dan dunia kerja untuk menerapkan
pengendalian berbasis identitas melalui catatan uji kompetensi yang dapat diverifikasi.
Mekanisme Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Satuan pendidikan memiliki keleluasaan
untuk menentukan kriteria kenaikan kelas.
Penentuan kenaikan kelas dilakukan dengan
mempertimbangkan laporan kemajuan belajar
yang mencerminkan pencapaian peserta didik
pada semua mata pelajaran dan ekstrakurikuler
serta prestasi lain selama 1 (satu) tahun ajaran.
Untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta
didik sebagai dasar penentuan kenaikan
kelas dapat berdasarkan penilaian sumatif.
Penilaian pencapaian hasil belajar peserta
didik untuk kenaikan kelas dilakukan dengan
membandingkan pencapaian hasil belajar
peserta didik dengan kriteria ketercapaian
tujuan pembelajaran.
Pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap
capaian peserta didik menjadi salah satu praktik
yang dianjurkan dalam Kurikulum Merdeka.
Penggunaan fase dalam Capaian Pembelajaran
adalah salah satu alasan mengapa peserta
didik dapat terus naik kelas bersama teman-
teman sebayanya meskipun ia dinilai belum
sepenuhnya mencapai kompetensi yang
ditetapkan dalam Capaian Pembelajaran di fase
sebelumnya atau tujuan pembelajaran yang
ditargetkan untuk dicapai pada kelas tersebut.
Ilustrasi berikut diharapkan dapat menjelaskan
bagaimana proses belajar dalam suatu fase
dan lintas fase dapat berjalan seiring dengan
kenaikan kelas.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 61Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Ilustrasi 1: kenaikan kelas dalam fase yang
sama. Sebagaimana dijelaskan dalam Bab III,
pendidik menyusun alur tujuan pembelajaran
dalam satu fase secara kolaboratif. Sebagai
contoh, guru Kelas III perlu berkolaborasi
dengan guru Kelas IV dalam menyepakati alur
tujuan pembelajaran yang akan digunakan.
Mereka kemudian menyepakati tujuan-tujuan
pembelajaran mana yang perlu dicapai di Kelas
III, dan tujuan pembelajaran mana yang akan
dipelajari di Kelas IV.
Ketika ada peserta didik yang tidak dapat
mencapai tujuan pembelajaran tertentu
hingga akhir tahun ajaran di Kelas III, maka
guru kelas III perlu menyampaikan hal tersebut
kepada guru Kelas IV agar pembelajaran di
kelas IV tersebut dapat menyesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik. Selain itu, pada
awal tahun ajaran guru pun dianjurkan untuk
melakukan asesmen di awal pembelajaran
untuk mengidentifikasi kesiapan peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik tadi dapat terus
naik kelas, tidak perlu tinggal kelas di Kelas III.
Ilustrasi 2: kenaikan kelas antara dua fase
yang berbeda. Contoh lain adalah kenaikan
kelas dari Kelas IV (Fase B) ke Kelas V (Fase C).
Apabila terdapat peserta didik yang belum
mencapai kompetensi yang ditetapkan dalam
Fase B, hal ini perlu diidentifikasi oleh guru
Kelas V sejak awal tahun ajaran. Informasi
tentang tahap capaian peserta didik ini perlu
dikomunikasikan oleh guru Kelas IV, dan
juga diidentifikasi melalui asesmen di awal
pembelajaran Kelas V. Untuk peserta didik yang
belum menuntaskan Fase B, pendidik dapat
mengulang konsep atau materi pelajaran
yang belum dikuasai peserta didik sebelum
peserta didik tersebut mempelajari materi yang
terkandung dalam Capaian Pembelajaran Fase
C. Dengan demikian, peserta didik dapat terus
naik kelas.
Ilustrasi di atas menunjukkan bahwa satuan pendidikan tidak perlu menentukan kriteria
dan mekanisme kenaikan kelas. Kenaikan kelas dilaksanakan secara otomatis (automatic
promotion). Pembelajaran dilaksanakan menggunakan prinsip mastery learning yang sangat
sesuai dengan pembelajaran berdiferensiasi atau pembelajaran sesuai tahap capaian (teaching
at the right level). Setiap peserta didik mempelajari tujuan pembelajaran yang sama dalam
setiap pertemuan, namun bagi peserta didik yang tidak dapat mencapai kriteria ketercapaian
tujuan pembelajaran perlu ditindaklanjuti dengan memberikan perlakukan khusus agar dapat
mencapainya. Dengan kata lain, tindakan untuk peserta didik yang berisiko tidak seharusnya
menunggu hingga tahun ajaran, tetapi perlu segera diberikan.
Apabila terdapat tujuan pembelajaran pada
mata pelajaran tertentu yang tidak tercapai
sampai saatnya kenaikan kelas, maka pada
rapor peserta didik tersebut dituangkan nilai
aktual yang dicapai dan dideskripsikan bahwa
peserta didik tersebut masih memiliki tujuan
pembelajaran yang perlu ditindaklanjuti di kelas
berikutnya.
Dalam proses penentuan peserta didik tidak
naik kelas, perlu dilakukan musyawarah dan
pertimbangan yang matang sehingga opsi tidak
naik kelas menjadi pilihan paling akhir apabila
seluruh pertimbangan dan perlakuan telah
dilaksanakan. Banyak penelitian menunjukkan
bahwa tinggal kelas tidak memberikan
manfaat signifikan untuk peserta didik, bahkan
cenderung memberikan dampak buruk

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 62
terhadap persepsi diri peserta didik (Jacobs &
Mantiri, 2022; OECD, 2020; Powell, 2010). Di
berbagai negara, kebijakan tinggal kelas secara
empiris tidak meningkatkan prestasi akademik
peserta didik, terutama yang mengalami
kesulitan belajar. Dalam survei PISA 2018, skor
capaian kognitif peserta didik yang pernah
tinggal kelas secara statistik lebih rendah
dibandingkan mereka yang tidak pernah
tinggal kelas (OECD, 2021). Hal ini menunjukkan
bahwa mengulang pelajaran yang sama selama
satu tahun tidak membuat peserta didik
memiliki kemampuan akademik yang setara
dengan teman-temannya, melainkan tetap
lebih rendah. Hal ini dimungkinkan karena yang
dibutuhkan oleh peserta didik tersebut adalah
pendekatan atau strategi belajar yang berbeda,
bantuan belajar yang lebih intensif, waktu yang
sedikit lebih panjang, namun bukan mengulang
seluruh pelajaran selama setahun.
Dalam hal terjadi kasus luar biasa, jika terdapat
banyak mata pelajaran yang tidak tercapai
oleh peserta didik dan/atau terkait isu sikap
dan karakter peserta didik, maka satuan
pendidikan dapat menetapkan mekanisme
untuk menetapkan peserta didik tidak naik
kelas. Namun demikian, keputusan ini sebaiknya
dipertimbangkan dengan sangat hati-hati
mengingat dampaknya terhadap kondisi
psikologis peserta didik. Selain itu, tinggal kelas
juga memberatkan secara ekonomi. Hasil tes
PISA 2018 menunjukkan bahwa di berbagai
negara, mayoritas siswa yang pernah tidak
naik kelas adalah siswa dari keluarga kelas
menengah ke bawah (OECD, 2020). Ketika
mereka tinggal kelas, biaya untuk mengulang
satu tahun belajar memberatkan keluarga
sehingga mereka semakin rentan putus sekolah.
Dengan demikian, kebijakan tidak naik kelas
adalah kebijakan yang tidak efisien. Peserta
didik harus mengulang semua mata pelajaran
untuk jangka waktu satu tahun penuh, padahal
mungkin bukan itu yang menjadi kebutuhan
belajar mereka. Berikut ini adalah contoh-
contoh isu yang biasanya menjadi faktor
pendorong keputusan tidak naik kelas, serta
alternatif solusi yang lebih sesuai dengan
perkembangan dan kesejahteraan (well-being)
peserta didik.
Contoh isu Pertimbangan yang bisa diambil sekolah
Peserta didik mempunyai tujuan
pembelajaran yang belum tuntas
(ada tujuan-tujuan pembelajaran
yang hasilnya belum memenuhi
pencapaian minimum).
Peserta didik dapat dipertimbangkan naik di kelas berikutnya
dengan pendampingan tambahan untuk menyelesaikan
tujuan pembelajaran yang belum tercapai/tuntas.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 63Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Contoh isu Pertimbangan yang bisa diambil sekolah
Peserta didik mempunyai
masalah absen/ketidakhadiran
yang banyak (Banyaknya jumlah
ketidakhadiran disepakati oleh
satuan pendidikan)
Dapat dipertimbangkan dengan mengetahui alasan
ketidakhadiran. Jika peserta didik tidak hadir karena kondisi
keluarga (siswa yang membantu orang tua bekerja karena
alasan ekonomi) atau masalah kesehatan peserta didik, maka
dapat dipertimbangkan naik dengan catatan khusus.
Jika alasan ketidakhadiran karena “malas”, meskipun kecil
kemungkinan untuk naik kelas; peserta didik tetap dapat
dipertimbangkan naik dengan catatan di rapor bagian sikap
yang perlu ditindaklanjuti di kelas berikutnya. Misalnya,
permasalahan ketidakhadiran harus diselesaikan dalam
jangka waktu satu tahun dengan cara konseling atau
behavior treatment lain.
Khusus permasalahan ketidakhadiran, wali kelas harus dapat
mendeteksi permasalahan ini sedini mungkin, sehingga tidak
terjadi penumpukan jumlah ketidakhadiran dari peserta didik
di akhir semester.
Keterlambatan psikologis,
perkembangan, dan/atau
kognitif
Peserta didi bisa dipertimbangkan untuk naik kelas dengan
catatan peserta didik perlu mendapat bimbingan dalam
memahami pelajaran dan/ atau mendapatkan layanan
konseling
Mekanisme Kelulusan
Untuk menilai pencapaian hasil belajar
peserta didik sebagai dasar kelulusan dapat
berdasarkan penilaian sumatif, yang dapat
dialkukan dalam bentuk tes tulis, tugas untuk
performa, portofolio, atau kombinasi. Penilaian
pencapaian hasil belajar peserta didik untuk
kelulusandilakukan dengan membandingkan
pencapaian hasil belajar peserta didik dengan
kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.
Penilaian sumatif yang diselenggarakan oleh
satuan pendidikan dilaksanakan pada semester
ganjil dan/atau semester genap pada akhir
jenjang dengan mempertimbangkan capaian
kompetensi lulusan.
Seperti halnya kenaikan kelas, penentuan
kelulusan ditentukan oleh satuan pendidikan.
Penentuan kelulusan dari satuan pendidikan
dilakukan dengan mempertimbangkan
laporan kemajuan belajar yang mencerminkan
pencapaian peserta didik pada semua mata
pelajaran dan ekstrakurikuler serta prestasi lain
pada:
a. kelas V dan kelas VI untuk sekolah dasar
atau bentuk lain yang sederajat; dan
b. setiap tingkatan kelas untuk sekolah
menengah pertama atau bentuk lain yang
sederajat dan sekolah menengah atas atau
bentuk lain yang sederajat.

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 64
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan/
program pendidikan setelah:
a. menyelesaikan seluruh program
pembelajaran; dan
b. mengikuti penilaian sumatif yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan.
Kelulusan peserta didik ditetapkan oleh satuan/
program pendidikan yang bersangkutan.
Peserta didik yang dinyatakan lulus dari satuan/
program pendidikan diberikan ijazah. Ijazah
diberikan pada akhir semester genap pada
setiap akhir jenjang. Ketentuan mengenai
ijazah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Catatan:
• Untuk PAUD tidak memiliki evaluasi untuk kelulusan, tetapi diharapkan anak yang telah
menyelesaikan fase pondasi (PAUD) dapat mencapai profil peserta didik yang tergambar
dalam STPPA.
• Pendidik perlu memonitor dan mengkomunikasikan sepanjang proses pembelajaran
dan bukan hanya di akhir semester/tahun, misalnya terhadap permasalahan kehadiran,
seharusnya tidak diketahui di akhir tahun; namun sudah ada intervensi sebelumnya.
• Kenaikan kelas/kelulusan bukan menjadi hukuman bagi siswa. Pendidik bekerja sama
dengan orangtua untuk mendeteksi permasalahan di sepanjang proses pembelajaran.
Dengan demikian jika ditemui permasalahan, maka dapat segera diatasi dan diberikan
intervensi.
• Pendidik menggunakan umpan balik/refleksi untuk mengetahui dan menentukan strategi
untuk membantu peserta didik yang mengalami ketertinggalan pada sepanjang proses
pembelajaran.

Refieksi dan Tindak Lanjut Pembelajaran dan Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 65Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
6 Refleksi dan Tindak Lanjut
Pembelajaran dan Asesmen
Asesmen tanpa umpan balik hanyalah data
administratif yang kurang bermanfaat untuk
peningkatan kualitas pembelajaran dan
asesmen. Hasil asesmen peserta didik pada
periode waktu tertentu dapat dijadikan sebagai
umpan balik bagi pendidik untuk melakukan
refleksi dan evaluasi.
Asesmen terhadap perencanaan pembelajaran
dapat dilakukan dengan cara (Permendikbud
Nomor 16 Tahun 2022) sebagai berikut.
1. Refleksi diri terhadap perencanaan dan
proses pembelajaran.
2. Refleksi diri terhadap hasil asesmen yang
dilakukan oleh sesama Pendidik, kepala
Satuan Pendidikan, dan/atau Peserta Didik.
Refleksi Diri
Pendidik perlu melakukan refleksi diri terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
dan asesmen yang telah dilakukan. Pendidik
yang bersangkutan perlu melakukan refleksi
paling sedikit satu kali dalam satu semester.
Dalam melakukan refleksi diri terhadap proses
perencanaan dan proses pembelajaran,
pendidik dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan berikut untuk membantu
melakukan proses refleksi.
1. Apa tujuan saya mengajar semester/tahun
ini?
2. Apa yang saya sukai dari proses belajar
mengajar semester/tahun ini?
3. Aspek/hal apa dalam pengajaran dan
asesmen yang berhasil?
4. Aspek/hal apa dalam pengajaran dan
asesmen yang perlu peningkatan?
5. Apa yang perlu saya lakukan tahun ini
untuk hal yang lebih baik tahun depan?
6. Apa saja tantangan terbesar yang saya
hadapi dalam semester/tahun ini?
7. Bagaimana cara saya mengatasi tantangan-
tantangan tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat ditambah
dan dikembangkan sendiri sesuai dengan
kebutuhan. Selain untuk refleksi diri, pertanyaan
ini juga dapat digunakan oleh sesama pendidik
dan kepala sekolah.
Refleksi Sesama Pendidik
Penilaian oleh sesama pendidik merupakan
asesmen oleh sesama pendidik atas
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh pendidik yang
bersangkutan. Hal ini ditujukan untuk
membangun budaya saling belajar, kerja sama
dan saling mendukung. Sebagaimana refleksi
diri, refleksi sesama pendidik dilakukan paling
sedikit satu kali dalam satu semester.
Berikut adalah tiga hal yang dapat dilakukan
oleh sesama peserta didik.

Refieksi dan Tindak Lanjut Pembelajaran dan Asesmen 66
1. Berdiskusi mengenai proses perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran (dapat menggunakan/
menyesuaikan pertanyaan untuk refleksi diri).
2. Mengamati proses pelaksanaan pembelajaran.
3. Melakukan refleksi terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Refleksi oleh Kepala Sekolah
Penilaian oleh kepala sekolah bertujuan sebagai berikut:
1. Membangun budaya reflektif, merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mendorong
terjadinya refleksi atas proses pembelajaran
secara terus menerus dan menjadi
bagian yang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari proses pembelajaran itu
sendiri.
2. Memberi umpan balik yang konstruktif,
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
kepala Satuan Pendidikan untuk memberi
masukan, saran, dan keteladanan kepada
pendidik untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
Refleksi oleh Peserta Didik
Penilaian oleh peserta didik bertujuan sebagai berikut.
1. Membangun kemandirian dan tanggung
jawab dalam proses pembelajaran dan
kehidupan sehari-hari.
2. Membangun budaya transparansi,
objektivitas, saling menghargai, dan
mengapresiasi keragaman pendapat dalam
menilai proses pembelajaran.
3. Membangun suasana pembelajaran yang
partisipatif dan untuk memberi umpan
balik kepada pendidik dan peserta didik.
4. Melatih peserta didik untuk mampu
berpikir kritis.
Untuk Kepala Sekolah:
Kepala sekolah dapat memfasilitasi pendidik dalam proses refleksi. Dengan mengadakan diskusi
tentang apa yang perlu dilakukan sekolah untuk membantu proses pembelajaran. Kepala
Sekolah dapat pula memberikan pertanyaan-pertanyaan pemantik untuk peningkatan kualitas
pembelajaran dan asesmen. Kepala sekolah dapat juga secara acak masuk untuk observasi
untuk melihat langsung proses pembelajaran di dalam kelas.
Untuk Pengawas:
Pada saat Pengawas melakukan kunjungan, diharapkan dapat mendampingi Pendidik dalam
melakukan refleksi. Refleksi ini bisa dalam bentuk refleksi dialogis dan bersifat nonjudgmental.
Dengan kata lain, guru diajak berdialog dan berpikir terbuka namun tanpa harus menghakimi
atau menyalahkan. Dalam proses refleksi, pengawas tidak dianjurkan meminta laporan
administrasi yang membebani Pendidik.

Refieksi dan Tindak Lanjut Pembelajaran dan Asesmen
Panduan Pembelajaran dan Asesmen 67Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah
Dalam pelaksanaannya pendidik dapat
membuat questioner yang dapat memberikan
informasi tentang evaluasi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan refleksi
ini paling sedikit dilakukan satu kali dalam satu
semester.
Setelah pendidik melakukan refleksi dan
mendapatkan masukan dari sesama pendidik,
kepala sekolah, pengawas/penilik, dan peserta
didik; pendidik kemudian menyusun rencana
perbaikan-perbaikan kualitas pembelajaran.
Dengan demikian, pendidik akan terus
meningkatkan kualitas pengajaran yang
bermuara pada kualitas/mutu peserta didik.

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan 68
7 Tahapan Implementasi
Kurikulum Merdeka Sesuai
Kesiapan Pendidik dan
Satuan Pendidikan
Implementasi perubahan kebijakan pendidikan,
termasuk kurikulum, adalah suatu proses
yang kompleks. Pemerintah memandang
bahwa implementasi kurikulum adalah suatu
proses pembelajaran yang panjang sehingga
pendidik dan satuan pendidikan diberikan
kesempatan untuk mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan
masing-masing. Seperti halnya peserta
didik belajar sesuai dengan tahap kesiapan
dan tahap capaian mereka, pendidik dan
satuan pendidikan juga perlu belajar
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
sesuai dengan kesiapan masing-masing,
dan berangsur-angsur semakin mahir dalam
menggunakannya.
Seperti halnya Capaian Pembelajaran (CP)
yang dirancang per fase dan dimulai dari
kompetensi yang paling sederhana, tahapan-
tahapan implementasi kurikulum juga
dikembangkan untuk membantu pendidik
dan satuan pendidikan dalam menetapkan
target implementasi Kurikulum Merdeka.
Kesiapan pendidik dan satuan pendidikan
tentu berbeda-beda, oleh karena itu tahapan
implementasi ini dirancang agar setiap
pendidik dapat dengan percaya diri mencoba
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.
Rasa percaya diri yang dimaksud merupakan
keyakinan bahwa pendidik dapat terus
belajar dan mengembangkan kemampuan
dirinya untuk melakukan yang terbaik
dalam mengimplementasikan kurikulum.
Kemampuan untuk terus belajar merupakan
modal penting bagi pendidik, termasuk dalam
mengimplementasikan kurikulum. Ia tidak
harus langsung fasih dalam menerapkannya,
melainkan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan-tahapan ini dikembangkan sebagai
langkah atau proses belajar untuk melakukan
perubahan atas praktik pembelajaran dan
asesmen yang perlu dilakukan pendidik
saat mereka menggunakan Kurikulum
Merdeka. Secara teknis pendidik dapat
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
pada tahap yang berbeda. Namun demikian,
secara filosofis setiap tahapan dirancang agar
pendidik tetap mengacu pada prinsip-prinsip
pembelajaran dan asesmen (Bab II). Sebagai
contoh yang diperlihatkan dalam Tabel 7.1,
pembelajaran sesuai tahap capaian peserta
didik perlu dilakukan. Namun demikian,
implementasinya tidak harus langsung pada
pengelompokkan peserta didik. Sebagian
pendidik yang kesulitan untuk melakukan
pengelompokan, dapat mempelajarinya dengan
menerapkan model yang paling sederhana,
yaitu dengan melakukan asesmen di awal
pembelajaran dan kemudian menjadi peka akan
adanya kebutuhan belajar yang berbeda-beda.
Tabel 7.1 memperlihatkan bagaimana aspek-
aspek dalam Kurikulum Merdeka dapat
diterapkan secara bertahap. Tabel ini dapat

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 69
digunakan oleh satuan pendidikan dan/atau
pemerintah serta organisasi atau lembaga yang
berperan dalam mendukung implementasi
kurikulum di satuan pendidikan dan daerah.
Adanya pentahapan ini menunjukkan
bahwa satuan pendidikan dapat mulai
mengimplementasikan pada tahap yang
lebih rendah dibandingkan dengan satuan
pendidikan lain, namun pelaksanaannya tetap
berpegang pada prinsip-prinsip perancangan
kurikulum yang berlandaskan pada filosofi
Merdeka Belajar dan mengarah pada
penguatan kompetensi dan karakter yang telah
ditetapkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan tahapan-tahapan implementasi
dalam Tabel 7.1:
■Tahapan-tahapan dalam Tabel 7.1
bukanlah suatu ketetapan yang baku
atau terstandarisasi. Satuan pendidikan
dan/atau pemerintah daerah dapat
mengembangkan tahapan-tahapan
implementasi yang lebih sesuai dengan
kondisi dan kekhasan masing-masing.
■Tahapan-tahapan ini digunakan sebagai
bahan refleksi diri tentang kesiapan
pendidik dan/atau satuan pendidikan
sehingga tidak digunakan sebagai alat/
instrumen untuk mengukur kinerja
pendidik dan/atau satuan pendidikan
yang membawa dampak pada karier atau
kesejahteraan mereka. Implementasi sesuai
tahapan yang disepakati bersama tidak
seharusnya memberikan dampak apapun
terhadap penilaian kinerja pendidik atau
satuan pendidikan.
■Tahapan-tahapan ini digunakan sebagai
bahan diskusi antar pendidik dalam satuan
pendidikan dan dalam komunitas belajar
di mana pendidik menjadi bagiannya.
Diskusi tersebut membahas hal-hal
teknis apa yang perlu dilakukan untuk
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
sesuai tahap masing-masing.
■Pimpinan satuan pendidikan serta
pemerintah daerah perlu mendukung
pendidik dalam mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka sesuai dengan tahap
kesiapan pendidik, serta memberikan
dukungan agar berangsur-angsur pendidik
meningkatkan tahap implementasinya.

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan 70
Tabel 7.1. Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka
Tahap AwalTahap BerkembangTahap SiapTahap Mahir
Perancangan
alur tujuan
pembelajaran
untuk pendidikan
anak usia
dini, jenjang
pendidikan dasar
dan menengah
Menggunakan contoh
“alur tujuan pembelajaran”
yang disediakan oleh
Kemendikbudristek
Guru memahami
kompetensi esensial yang
harus dikuasai siswa
dari materi ajar yang
disampaikannya
Melakukan penyesuaian
terhadap alur tujuan
pembelajaran yang
disediakan oleh
Kemendikbudristek
(misalnya mengubah bahan
bacaan, asesmen formatif,
dsb.)
Melakukan perombakan
terhadap alur tujuan
pembelajaran yang
disediakan oleh
Kemendikbudristek
Koordinator kurikulum
di satuan pendidikan
memimpin proses
perancangan, memonitor
implementasi, dan
memimpin proses evaluasi
kurikulum mata pelajaran
Mengembangkan “alur
tujuan pembelajaran” secara
mandiri dengan merujuk
pada Capaian Pembelajaran
Koordinator kurikulum
di satuan pendidikan
memimpin proses
perancangan, memonitor
implementasi, dan memimpin
proses evaluasi kurikulum
mata pelajaran
Penggunaan dan
pengembangan
perangkat ajar
untuk pendidikan
anak usia
dini, jenjang
pendidikan dasar
dan menengah
Menggunakan buku teks*
dan modul ajar sebagai
sumber utama pengajaran
dan perangkat ajar lainnya
sebagai referensi tambahan
*Untuk PAUD, buku teks merujuk
pada 6 buku panduan guru.
Guru bisa memilah dan
memilih materi dari buku
teks dan perangkat ajar
lainnya supaya sesuai
konteks lokal dan kebutuhan
siswa
Pembelajaran di beberapa
mata pelajaran/muatan
pembelajaran bervariasi
antara menggunakan buku
teks pelajaran dan perangkat
ajar lainnya, berdasarkan
keputusan logis guru
Sebagian guru menambah
referensi dari sumber lain
yang tervalidasi, selain dari
Platform Merdeka Mengajar
Sebagian guru mampu
membuat perangkat ajarnya
sendiri
Pembelajaran bervariasi
antara menggunakan buku
teks pelajaran dan perangkat
ajar lainnya yang diperoleh
dari berbagai sumber yang
tervalidasi, berdasarkan
keputusan logis guru
dan merujuk pada tujuan
pembelajaran
Sebagian besar guru mampu
membuat perangkat ajarnya
sendiri yang kontekstual
dan membagikannya ke
komunitas belajar dan atau
secara daring dalam Platform
Merdeka Mengajar

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 71
Tahap AwalTahap BerkembangTahap SiapTahap Mahir
Penerapan
pembelajaran
Guru secara percaya diri
menggunakan metode
pengajaran yang bervariasi
namun belum berpusat
pada siswa
Guru menggunakan
metode pembelajaran yang
bervariasi dan berpusat
pada siswa
Guru menggunakan
lebih banyak metode
pembelajaran dengan lebih
terampil, sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang
dituju, kebutuhan dan minat
siswa.
Guru mulai berperan
sebagai fasilitator dengan
memberikan lebih banyak
kesempatan untuk
siswa belajar mandiri,
bertanggung jawab atas
proses belajar mereka
Membedakan pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan,
performa, dan minat siswa.
Menggunakan hasil
asesmen untuk merancang
pembelajaran yang berbeda
antara dua atau lebih
kelompok siswa
Guru terbiasa memfasilitasi
dengan memberikan lebih
banyak kesempatan untuk
siswa belajar mandiri,
bertanggung jawab atas
proses belajar mereka

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan 72
Tahap AwalTahap BerkembangTahap SiapTahap Mahir
Keterpaduan
penilaian dalam
pembelajaran
Guru melakukan asesmen
pada awal pembelajaran
namun tidak digunakan
untuk merancang
pembelajaran.
Asesmen berfungsi untuk
mendapatkan umpan balik
untuk siswa.
Guru mulai memperhatikan
kesesuaian antara
asesmen dengan tujuan
pembelajaran.
Menggunakan asesmen
yang sesuai untuk menilai
kompetensi esensial dari
mata pelajaran*
*Untuk konteks PAUD,
kompetensi esensial dalam
elemen capaian pembelajaran) .
Guru melakukan asesmen
pada awal pembelajaran
dan hasilnya digunakan
untuk merancang
pembelajaran.
Asesmen berfungsi untuk
mendapatkan umpan balik
untuk siswa dan untuk guru
tapi belum ada tindak lanjut.
Menggunakan asesmen
yang bervariasi dan
sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta
kompetensi esensial yang
beragam.
Guru melakukan asesmen
pada awal pembelajaran dan
hasilnya digunakan untuk
merancang pembelajaran.
Asesmen berfungsi untuk
mendapatkan umpan balik
untuk siswa dan untuk guru
sudah melakukan tindak
lanjut.
Satuan pendidikan
mengembangkan kebijakan
yang mendorong guru untuk
merencanakan asesmen
yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Guru melakukan asesmen
pada awal pembelajaran dan
hasilnya digunakan untuk
merancang pembelajaran.
Guru mampu melakukan
penyesuaian sepanjang
proses pembelajaran agar
semua siswa mencapai tujuan
pembelajaran.
Guru menggunakan
hasil asesmen untuk
mengidentifikasi kebutuhan
siswa sehingga dapat
“mengajar di level yang
sesuai”.
Sekolah mengembangkan
kebijakan yang mendorong
penggunaan hasil asesmen
untuk mendesain kurikulum
dan instruksi.

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 73
Tahap AwalTahap BerkembangTahap SiapTahap Mahir
Pembelajaran
sesuai tahap
capaian belajar
peserta didik
Berdasarkan asesmen
formatif, guru mengajar
seluruh siswa di kelasnya
sesuai dengan fase capaian
belajar* mayoritas siswa di
kelasnya.
*untuk konteks PAUD: yang
sesuai dengan tahapan
perkembangan mayoritas anak di
kelasnya.
Berdasarkan asesmen
formatif, guru mengajar
seluruh siswa di kelasnya
sesuai dengan fase capaian
belajar mayoritas siswa
di kelasnya dan dengan
memberikan perhatian
khusus terhadap siswa yang
membutuhkan perlakuan
yang berbeda.
Berdasarkan asesmen pada
awal pembelajaran, siswa
di kelas yang sama dibagi
menjadi dua kelompok
menurut capaian belajar
mereka, dan keduanya
diajarkan oleh guru yang
sama. Dengan demikian,
setiap siswa dapat belajar
sesuai dengan fase capaian
belajarnya.
Sekolah menyelenggarakan
program pelajaran
tambahan untuk siswa yang
belum siap untuk belajar
sesuai dengan kelasnya.
Berdasarkan asesmen
pada awal pembelajaran,
siswa di kelas yang sama
dibagi menjadi dua atau
lebih kelompok menurut
capaian belajar mereka, dan
keduanya diajarkan oleh
guru yang sama.
Sekolah menyelenggarakan
berbagai program seperti
pelajaran tambahan
untuk siswa yang belum
siap untuk belajar sesuai
dengan kelasnya dan untuk
siswa yang membutuhkan
pengayaan atau tantangan
lebih.

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan 74
Tahap AwalTahap BerkembangTahap SiapTahap Mahir
Kolaborasi antar
guru untuk
keperluan
kurikulum dan
pembelajaran
Guru berkolaborasi untuk
keperluan projek profil
Pancasila.
Guru berkolaborasi untuk
keperluan projek profil
Pancasila dan berkoordinasi
dalam rapat perencanaan
dan evaluasi kurikulum.
Guru berkolaborasi untuk
keperluan projek profil
Pancasila dan berkolaborasi
dalam pembelajaran
di awal (perencanaan)
dan sepanjang semester,
misalnya melalui berbagi
praktik baik, berbagi info
tentang perangkat ajar, dsb.
Guru berkolaborasi untuk
keperluan projek profil
Pancasila dan kurikulum
operasional satuan
pendidikan.
Ada kebijakan dan
mekanisme yang
mendorong kolaborasi
guru untuk kegiatan belajar
intrakurikuler dan juga projek
profil, misalnya melalui
observasi kelas, kegiatan
refleksi pembelajaran,
kegiatan berbagi praktik
baik, dsb.

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 75
Tahap AwalTahap BerkembangTahap SiapTahap Mahir
Kolaborasi
dengan orang
tua/keluarga
Orang tua mendapatkan
informasi seputar kurikulum
dan pembelajaran.*
Guru memberikan informasi
tentang isu yang dialami
siswa.
*untuk konteks PAUD,
informasi meliputi informasi
tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak
Orang tua mendapatkan
informasi kurikulum dan
pembelajaran di awal dan
akhir semester termasuk
projek profil di semester
tersebut.
Guru membuka komunikasi
dua arah dengan orang
tua untuk mendiskusikan
perkembangan belajar anak,
tanpa kesepakatan tindak
lanjut.
Informasi yang diberikan
kepada orang tua lebih
mendetail dan orang tua
berkesempatan untuk
terlibat dalam proses
pembelajaran, seperti
menjadi narasumber.
Guru membuka komunikasi
dengan orang tua
untuk mendiskusikan
perkembangan belajar siswa
dan tindak lanjut yang perlu
dilakukan.
Orang tua memberikan
umpan balik terhadap
kurikulum dan pembelajaran.
Projek penguatan profil
pelajar Pancasila dirancang
dengan melibatkan orang
tua dan masyarakat.
Komunikasi antara guru-
siswa-orang tua untuk
mendiskusikan tahapan
belajar dan tindak lanjut
yang perlu dilakukan untuk
membantu siswa.
Kolaborasi
dengan
masyarakat/
industri
Guru sudah merancang
pelibatan masyarakat/
komunitas/industri dalam
proses pembelajaran
atau acara, namun belum
terlaksana.
Guru melibatkan komunitas/
industri hanya untuk
mendukung suatu acara
yang tidak berkelanjutan.
Guru melibatkan
masyarakat/komunitas/
industri dengan jangkauan
yang lebih luas dalam
beberapa kegiatan
pembelajaran peserta
didik, namun masih bersifat
insidental.
Guru melibatkan jaringan
masyarakat/komunitas/
industri sesuai dengan
konteks dan kebutuhan
proses pembelajaran
peserta didik, berdasarkan
perencanaan pembelajaran.

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan 76
Tahap AwalTahap BerkembangTahap SiapTahap Mahir
Refleksi, evaluasi
dan peningkatan
kualitas
implementasi
kurikulum
Refleksi dan evaluasi satu
arah dari pimpinan satuan
pendidikan, dan belum
berbasis data.
Refleksi dan evaluasi
dilakukan sebagian pendidik
merujuk pada Rapor
Pendidikan.
Sebagian pendidik bekerja
dalam tim kecil (kelompok
mata pelajaran atau
Fase) untuk melakukan
perencanaan pembelajaran
berdasarkan hasil refleksi.
Refleksi dan evaluasi
dilakukan sebagian
guru, berdasarkan data
yang didapat dari Rapor
Pendidikan dan diperkaya
oleh pengalaman para guru.
Bekerja dalam tim kecil
(kelompok mata pelajaran
atau Fase) untuk melakukan
perencanaan pembelajaran
berdasarkan hasil refleksi.
Terdapat kebijakan satuan
pendidikan mengenai
refleksi dan evaluasi
kurikulum (contohnya
pertemuan rutin guru,
umpan balik siswa).
Refleksi dan evaluasi sudah
menjadi budaya satuan
pendidikan, berdasarkan
data yang didapat dari Rapor
Pendidikan dan diperkaya
dengan umpan balik dari
warga satuan pendidikan.
Bekerja dalam tim kecil
(kelompok mata pelajaran
atau Fase) untuk melakukan
perencanaan pembelajaran
berdasarkan hasil refleksi.
Terdapat kebijakan satuan
pendidikan mengenai refleksi
dan evaluasi kurikulum
(contohnya pertemuan rutin
guru, umpan balik siswa).

Tahapan Implementasi Kurikulum Merdeka Sesuai Kesiapan Pendidik dan Satuan Pendidikan
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 77
Catatan untuk pengawas/penilik:
Sebagai fasilitator, pengawas/penilik
mendukung satuan pendidikan dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
sesuai dengan kesiapan mereka. Saat
berdiskusi dengan kepala satuan pendidikan
dan/atau pendidik, pengawas/penilik perlu
bertanya target dan rencana implementasi
yang akan dilakukan pada semester atau
tahun ajaran tersebut. Implementasi setiap
pendidik dan/atau satuan pendidikan dapat
beragam, sesuai dengan kesiapan dan rasa
percaya diri pendidik/satuan pendidikan.
Apabila implementasi aspek-aspek Kurikulum
Merdeka masih pada tahap awal, tidak
apa-apa karena seiring waktu mereka akan
semakin mahir dan bergerak ke tahap
berikutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang
dapat digunakan untuk memantik diskusi
bersama kepala satuan pendidikan dan/atau
pendidik, antara lain:
• Apa yang menjadi pertimbangan pendidik
dan/atau kepala satuan pendidikan untuk
mengimplementasikan aspek-aspek
Kurikulum Merdeka pada tahap yang
dipilihnya?
• Strategi apa yang disepakati oleh pendidik
dalam satuan pendidikan tersebut untuk
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
sesuai tahapnya?
• Strategi apa yang akan digunakan satuan
pendidikan untuk meningkatkan tahap
implementasi di masa yang akan datang?
• Dukungan apa yang dibutuhkan pendidik
dan/atau kepala satuan pendidikan untuk
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka
sesuai tahapnya?
• Dukungan apa yang dibutuhkan pendidik
dan/atau kepala satuan pendidikan untuk
dapat mengimplementasikan Kurikulum
Merdeka pada tahap berikutnya atau yang
lebih mahir?

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen 78
Daftar Pustaka
Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2001). A
Taxonomy for learning, teaching, and
asessing: A Revision of Bloom’s taxonomy
of educational Objectives. A Bridged
Edition. New York: Addison Wesley
Longman, Inc.
Creating Learning Materials for Open and
Distance Learning (2005). Retrieved
December 6, 2016, fromhttp://www.
oerafrica.org/system/files/7824/creating-
lerarning-materials-handbook-authors-
and-instructional-designers.114f5f85-
1baf-42dd-8e37-d195c2565255_0.
pdf?file=1&type=node&id=7824
Doolittle, P. E. (2001). Instructional design for
web-based instruction. Retrieved from
http://staff.washington.edu/rel2/geog100-
UW/Archive/instructionalsequence.pdf
Jacobs, J., & Mantiri, O. (2022). Grade Retention
and Social Promotion Dichotomy. 8ISC
Abstract Proceedings, , 59. Retrieved
from http://ejournal.unklab.ac.id/index.
php/8ISCABS/article/view/752
Marzano, R. J. (2000). Designing a new
taxonomy of educational objectives.
Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
Morrison, G. R., Ross, & Kemp, J. E. (2007).
Designing Effective Instruction (5th
Edition). Hoboken, NJ: John Wiley & Sons.
ISBN13: 978-0-470-07426-8
Nordlund, M. (2003). Differentiated instruction:
Meeting the educational needs of all
students in your classroom. The Scarecrow
Press, Oxford. OECD (2020). PISA 2018 results (Volume
V): Effective policies, successful schools.
PISA, OECD Publishing, Paris, https://
doi.org/10.1787/ca768d40-en
Powell, P. J. (2010). Repeating views on grade
retention. Childhood Education. 87:2, 90-
93, DOI: 10.1080/00094056.2011.10521451
Reigeluth, C. M., & Keller, J. B. (2009).
Understanding instruction. In C. M.
Reigeluth & A. A. Carr-Chellman (Eds.),
Instructional-design theories and models:
Building a common knowledge base (pp.
27-39). New York, NY: Taylor & Francis.
Wiggins, G. dan McTighe, J (2005). Understanding
by Design” (UbD). US: Association for
Supervision and Curriculum Development

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 79
Lampiran-Lampiran
Contoh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembelajaran, dan Pengolahan, serta
Pelaporan Hasil Asesmen PAUD/RA
Contoh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembelajaran, dan Pengolahan, serta
Pelaporan Hasil Asesmen SD/MI/Paket A
Contoh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembelajaran, dan Pengolahan, serta
Pelaporan Hasil Asesmen SMP/MTs/Paket B
Contoh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembelajaran, dan Pengolahan, serta
Pelaporan Hasil Asesmen SMA/MA/Paket C
Contoh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembelajaran, dan Pengolahan, serta
Pelaporan Hasil Asesmen SMK/MAK
Contoh Perencanaan, Pelaksanaan, Pembelajaran, dan Pengolahan, serta
Pelaporan Hasil Asesmen SDLB, SMPLB, dan SMALB
1
2
3
4
5
6

Lampiran-lampiran 80
Merumuskan tujuan pembelajaran secara langsung
berdasarkan CP
Alternatif 1
Menganalisis Capaian Pembelajaran Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Elemen
Bilangan
Pada akhir Fase B, peserta didik
menunjukkan pemahaman dan intuisi
bilangan (number sense) pada bilangan
cacah sampai 10.000. Mereka dapat
membaca, menulis, menentukan nilai
tempat, membandingkan, mengurutkan,
menggunakan nilai tempat, serta
melakukan komposisi dan dekomposisi
bilangan tersebut. Mereka juga dapat
menyelesaikan masalah berkaitan dengan
uang menggunakan ribuan sebagai satuan.
Peserta didik dapat melakukan operasi
penjumlahan dan pengurangan bilangan
cacah sampai 1.000, dan seterusnya.

• Menyajikan nilai tempat dan urutan
pada bilangan cacah sampai 1.000.
• Melakukan operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan bilangan cacah
sampai dengan 1.000.
• Menghubungkan gambar dengan nilai
pecahan.
Elemen
Aljabar
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat
mengisi nilai yang belum diketahui dalam
sebuah kalimat matematika yang berkaitan
dengan penjumlahan dan pengurangan
pada bilangan cacah sampai 100 (contoh:
10 + … = 19, 19 - … = 10). Peserta didik
dapat mengidentifikasi, meniru, dan
mengembangkan pola gambar atau
obyek sederhana dan pola bilangan
membesar dan mengecil yang melibatkan
penjumlahan dan pengurangan pada
bilangan cacah sampai 100.

• Mengisi nilai yang belum diketahui
dalam sebuah kalimat matematika yang
berkaitan dengan penjumlahan pada
bilangan cacah sampai 100.
• Mengisi nilai yang belum diketahui
dalam sebuah kalimat matematika yang
berkaitan dengan pengurangan pada
bilangan cacah sampai 100.
• Mengidentifikasi, meniru, dan
mengembangkan pola gambar atau
obyek sederhana pada bilangan cacah
sampai 100.
• Mengidentifikasi, meniru, dan
mengembangkan pola bilangan
membesar dan mengecil yang
melibatkan penjumlahan dan
pengurangan pada bilangan cacah
sampai 100.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 81
Menganalisis Capaian Pembelajaran Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Elemen
Pengukuran
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat
mengukur panjang dan berat benda
menggunakan satuan baku. Mereka dapat
menentukan hubungan antar-satuan baku
panjang (cm, m). Mereka dapat mengukur
dan mengestimasi luas dan volume
menggunakan satuan tidak baku dan
satuan baku berupa bilangan cacah.

• Mengukur panjang dan berat benda
menggunakan satuan baku.
• Menentukan hubungan antar-satuan
baku panjang (cm, m).
• Mengukur dan mengestimasi luas dan
volume menggunakan satuan tidak baku
dan satuan baku berupa bilangan cacah.
Elemen
Geometri
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat
mendeskripsikan ciri berbagai bentuk
bangun datar (segiempat, segitiga,
segi banyak). Mereka dapat menyusun
(komposisi) dan mengurai (dekomposisi)
berbagai bangun datar dengan lebih dari
satu cara jika memungkinkan.

• Mendeskripsikan ciri berbagai bentuk
bangun datar (segiempat, segitiga, segi
banyak).
• Menyusun (komposisi) dan mengurai
(dekomposisi) berbagai bangun
datar dengan lebih dari satu cara jika
memungkinkan.
Elemen
Analisis Data
dan Peluang
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat
mendeskripsikan ciri berbagai bentuk
bangun datar (segiempat, segitiga,
segi banyak). Mereka dapat menyusun
(komposisi) dan mengurai (dekomposisi)
berbagai bangun datar dengan lebih dari
satu cara jika memungkinkan.

• Mendeskripsikan ciri berbagai bentuk
bangun datar (segiempat, segitiga, segi
banyak).
• Menyusun (komposisi) dan mengurai
(dekomposisi) berbagai bangun
datar dengan lebih dari satu cara jika
memungkinkan.

Lampiran-lampiran 82
Merumuskan tujuan pembelajaran dengan
menganalisis ‘kompetensi’ dan ‘lingkup materi’
pada CP
Alternatif 2
►Contoh: Matematika Fase B
Elemen Kompetensi Lingkup Materi
Bilangan
Pada akhir Fase B, peserta
didik menunjukkan
pemahaman dan intuisi
bilangan (number sense)
pada bilangan cacah
sampai 10.000. Mereka
dapat membaca, menulis,
menentukan nilai tempat,
membandingkan,
mengurutkan, menggunakan
nilai tempat, melakukan
komposisi, dan dekomposisi
bilangan tersebut. Mereka
juga dapat menyelesaikan
masalah berkaitan dengan
uang menggunakan ribuan
sebagai satuan.peserta
didik dapat melakukan
operasi penjumlahan dan
pengurangan bilangan cacah
sampai 1.000, dan seterusnya.
1. Memahami
2. Menentukan
3. Membandingkan
4. Mengurutkan
5. Mengidentifikasi
6. Melakukan
7. Menyelesaikan masalah
1. Bilangan cacah sampai
10.000
2. Nilai tempat
3. Komposisi dan
dekomposisi bilangan
4. Menggunakan ribuan
sebagai satuan
5. Operasi penjumlahan
dan pengurangan
bilangan cacah sampai
1.000
Tujuan Pembelajaran:
B1.1
Menyajikan nilai tempat dan urutan pada bilangan cacah sampai 1.000.
B1.2
Melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan bilangan cacah sampai

dengan 1.000.
B1.3
Menghubungkan gambar dengan nilai pecahan
Dan seterusnya.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 83
Elemen Kompetensi Lingkup Materi
Aljabar
Pada akhir Fase B, peserta
didik dapat mengisi nilai
yang belum diketahui
dalam sebuah kalimat
matematika yang berkaitan
dengan penjumlahan
dan pengurangan pada
bilangan cacah sampai 100
(contoh: 10 + … = 19, 19 - …
= 10). Peserta didik dapat
mengidentifikasi, meniru,
dan mengembangkan
pola gambar atau obyek
sederhana dan pola bilangan
membesar dan mengecil yang
melibatkan penjumlahan dan
pengurangan pada bilangan
cacah sampai 100.
1. Mengisi
2. Mengidentifikasi
1. Penjumlahan dan
pengurangan pada
bilangan cacah sampai
100 (contoh: 10 + … = 19,
19 - … = 10).
2. Pola gambar atau obyek
sederhana dan pola
bilangan membesar dan
mengecil melibatkan
penjumlahan dan
pengurangan pada
bilangan cacah sampai
100.
Tujuan Pembelajaran:
A1.1
Mengisi nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang berkaitan

dengan penjumlahan pada bilangan cacah sampai 100.
A1.2
Mengisi nilai yang belum diketahui dalam sebuah kalimat matematika yang berkaitan

dengan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100.
A1.3
Mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola gambar atau obyek sederhana

pada bilangan cacah sampai 100.
A1.4
Mengidentifikasi, meniru, dan mengembangkan pola bilangan membesar dan mengecil

yang melibatkan penjumlahan dan pengurangan pada bilangan cacah sampai 100.

Lampiran-lampiran 84
Elemen Kompetensi Lingkup Materi
Pengukuran
Pada akhir Fase B, peserta
didik dapat mengukur
panjang dan berat benda
menggunakan satuan baku.
Mereka dapat menentukan
hubungan antar-satuan
baku panjang (cm, m).
Mereka dapat mengukur
dan mengestimasi luas dan
volume menggunakan satuan
tidak baku dan satuan baku
berupa bilangan cacah.
1. Mengukur
2. Menentukan hubungan
3. Mengukur dan
mengestimasi
1. Menggunakan satuan
baku.
2. Hubungan antar-satuan
baku panjang (cm, m).
3. Luas dan volume
menggunakan satuan
tidak baku dan satuan
baku berupa bilangan
cacah.
Tujuan Pembelajaran:
P1.1
Mengukur panjang dan berat benda menggunakan satuan baku.
P1.2
Menentukan hubungan antar-satuan baku panjang (cm, m).
P1.3
Mengukur dan mengestimasi luas dan volume menggunakan satuan tidak baku dan

satuan baku berupa bilangan cacah.
Geometri
Pada akhir Fase B, peserta
didik dapat mendeskripsikan
ciri berbagai bentuk bangun
datar (segiempat, segitiga,
segi banyak). Mereka dapat
menyusun (komposisi) dan
mengurai (dekomposisi)
berbagai bangun datar
dengan lebih dari satu cara
jika memungkinkan.
1. Mendeskripsikan
2. Menyusun
1. Ciri berbagai bentuk
bangun datar
(segiempat, segitiga, segi
banyak).
2. Komposisi) dan
dekomposisi berbagai
bangun datar
Tujuan Pembelajaran:
G1.1
Mendeskripsikan ciri berbagai bentuk bangun datar (segiempat, segitiga, segi banyak).
G1.2
Menyusun (komposisi) dan mengurai (dekomposisi) berbagai bangun datar dengan lebih

dari satu cara jika memungkinkan.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 85
Elemen Kompetensi Lingkup Materi
Analisis Data dan Peluang
Pada akhir fase B, peserta
didik dapat mengurutkan,
membandingkan,
menyajikan, menganalisis
dan menginterpretasi data
dalam bentuk tabel, diagram
gambar, piktogram, dan
diagram batang (skala satu
satuan
1. Mengurutkan
2. Membandingkan
3. Menyajikan
4. Menganalisis
5. Menginterpretasi
1. Data
2. Tabel
3. Diagram gambar
4. Piktogram
5. Diagram batang (skala
satu satuan
Tujuan Pembelajaran:
-ADP1. ..
-ADP2…
Dan seterusnya.
Catatan:
Penomoran pada tujuan pembelajaran tidak ada ketentuan baku, lebih diarahkan untuk memudahkan
pendidik dalam membaca dan menggunakan alur tujuan pembelajaran.

Lampiran-lampiran 86
Merumuskan tujuan pembelajaran lintas elemen CP
Alternatif 3
►Contoh Matematika Fase B
(dalam contoh ini diambil 2 Elemen: Pengukuran dan Geometri)
Capaian Pembelajaran Tujuan Pembelajaran
Elemen Pengukuran
Pada akhir Fase B, peserta didik dapat mengukur
panjang dan berat benda menggunakan satuan
baku. Mereka dapat menentukan hubungan
antar-satuan baku panjang (cm, m). Mereka dapat
mengukur dan mengestimasi luas dan volume
menggunakan satuan tidak baku dan satuan baku
berupa bilangan cacah.
Elemen Geometri
Peserta didik dapat mendeskripsikan ciri berbagai
bentuk bangun datar (segiempat, segitiga, segi
banyak). Mereka dapat menyusun (komposisi) dan
mengurai (dekomposisi) berbagai bangun datar
dengan lebih dari satu cara jika memungkinkan
1. Menentukan hubungan antar-
satuan baku panjang (cm, m).
2. Menjelaskan cara mengukur
panjang benda menggunakan
satuan baku.
3. Menjelaskan ciri berbagai bentuk
bangun datar (segiempat, segitiga,
segi banyak).
4. Menentukan ciri bagian-bagian dari
bangun datar (segiempat, segitiga,
segi banyak).
5. Mengukur bangun datar
(segiempat, segitiga, segi banyak)
menggunakan satuan baku
Penting untuk diperhatikan: dapat mengembangkan dengan cara lain selama Capaian Pembelajaran
di akhir fase tercapai.
►Contoh RPPM/RPPH untuk PAUD
Modul ajar ini terdiri dari 3 komponen yaitu Tujuan Pembelajaran, Langkah-langkah Pembelajaran
dan Asesmen. Contoh modul ajar dapat diakses di platform merdeka belajar.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 87
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAUD ……
Kelompok/Usia : B/ 5-6 Tahun
Topik : Banten tempat tinggalku
Semester/Minggu : …… / ……
Hari/Tanggal : …………………………
Tujuan Pembelajaran:
• Anak menghargai ciptaan Allah
• Anak menghargai orang lain dan menyayangi makhluk hidup ciptaan Tuhan
• Menunjukkan kemampuan yang bersifat eksploratif dan menyelidik
• Menunjukkan sikap kreatif dalam menyelesaikan masalah (ide, gagasan di luar kebiasaan)
• Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain
• Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf
Kegiatan Pembelajaran:
A. Pembukaan
• Kegiatan bercakap-cakap tentang Banten
• Diskusi tentang alam di Banten
• Membaca cerita Banten
B. Kegiatan Inti
• Membuat hasil karya yang
menggambarkan lingkungan di Banten
• Membuat buku tentang Banten
• Melukis
• Bermain peran sesuai kondisi lingkungan
di Banten
• dll
C. Penutupan
• Menguatkan pengetahuan/keterampilan
yang telah dibangun anak selama
bermain.
• Memberikan apresiasi atas perilaku
positif yang telah dilakukan anak.
• Membuat refleksi bersama anak
mengenai keberhasilan atau hal positif
yang telah
• dilakukan oleh dirinya atau teman lain.
• Mendiskusikan ide bermain mereka esok
hari
Penilaian:
Dilakukan dengan cara sebagai berikut.
• Mengobservasi anak selama proses kegiatan
bermain-belajar.
• Mendokumentasikan proses kegiatan
bermain-belajar dan hasil karya anak.
• Melakukan pencatatan dengan berbagai
teknik.
• Melakukan analisa terhadap hasil observasi,
pencatatan dan hasil karya anak.

Lampiran-lampiran 88
►Contoh RPP SD (FASE A)
Sekolah : SDN Jagakarsa 09
Kelas /Semester :1/1 (Satu)
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila
Elemen : Pancasila
Alokasi Waktu : 2 JP
A. Tujuan Pembelajaran
1. Menemukan informasi mengenai simbol-simbol Pancasila.
2. Menyebutkan simbol-simbol Pancasila dan Lambang Negara Garuda Pancasila.
3. Memahami hubungan simbol-simbol Pancasila dengan sila-sila Pancasila dari sila ke-1 sampai
dengan sila ke-5.
B. Langkah-Langkah Pembelajaran
KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI WAKTU
Pendahuluan 1. Melakukan pembukaan dengan salam dan
membaca doa dipimpin seorang peserta didik.
2. Mengaitkan materi sebelumnya dengan
materi yang akan dipelajari dan pengalaman
peserta didik.
3. Memberikan gambaran tentang tujuan
pembelajaran, dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari.
10 menit

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 89
KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI WAKTU
Kegiatan Inti 1. Pendidik bersama peserta didik membaca
bersama teks Pancasila.
2. Mendiskusikan makna setiap sila dan
kaitannya dalam kehidupan sehari-hari
(penguatan elemen akhlak kepada manusia
dan elemen kepedulian).
3. Pendidik memberikan penjelasan akan
pentingnya menghafal, memahami dan
menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pendidik mengajak peserta didik bermain
kartu “Mencari Kata untuk Pancasila”. Kartu
ini ini dapat didesain sendiri oleh Pendidik
sesuai kreativitas untuk mempermudah
mengenalkan kata pada setiap sila Pancasila
(penguatan elemen berpikir kritis).
5. Pendidik membagi peserta didik menjadi
beberapa kelompok dan menerapkan metode
jigsaw. Setiap kelompok akan mencari kata
dan menyusun setiap sila Pancasila (penguatan
elemen kolaborasi).
6. Pendidik membagikan Lembar Kerja Peserta
Didik (LKPD) sebagai panduan aktivitas
pembelajaran menyusun kalimat sila Pancasila.
7. Pendidik memandu setiap kelompok yang
sudah mampu menyusun untuk dapat
bergabung membentuk sila yang utuh
(penguatan elemen berbagi).
8. Dipandu oleh pendidik, peserta didik
membacakan kalimat sila yang telah disusun.
9. Pendidik memfasilitasi dan memotivasi peserta
didik untuk membaca dan menghafal sila
Pancasila kembali.
50 menit

Lampiran-lampiran 90
KEGIATAN DESKRIPSI ALOKASI WAKTU
Penutup 1. Pendidik memberikan penguatan dengan
pertanyaan “Bagaimana anak-anak, dapatkah
anak-anak menghafal sila Pancasila?”. Guru
meminta peserta didik untuk terus berlatih
menyusun kalimat sila Pancasila di rumah.
2. Pendidik meminta peserta didik untuk
membawa LKPD ke rumah masing-masing,
dan meminta peserta didik untuk berlatih
membaca teks Pancasila di rumah bersama
orang tua/keluarga.
3. Ditutup dengan doa secara mandiri dan
motivasi untuk bersemangat dalam belajar
10 menit
C. Asesmen
1. Asesmen Awal Pembelajaran: Menyebutkan simbol-simbol Pancasila sesuai kartu simbol
Pancasila
2. Asesmen formatif: Observasi kelas atas partisipasi peserta didik dalam kerja kelompok.
3. Asesmen sumatif: Presentasi tugas
►CONTOH RPP SMP
Nama Sekolah : SMP ……………
Kelas/Sem : VII/1
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila
Tahun Pelajaran : 2021/2022
Materi Pokok : Bentuk-bentuk praktik ideal Pancasila
Alokasi Waktu : 4JP/2 Minggu
A. Tujuan Pembelajaran
• Menelaah, mempraktikkan, dan meneladani sikap positif para pendiri bangsa dalam perumusan
dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 91
B. Langkah Pembelajaran
Pendahuluan
• Pendidik melakukan pembukaan dengan
salam pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran, memeriksa kehadiran peserta
didik sebagai sikap disiplin.
• Pendidik memastikan tugas sebelumnya
sudah selesai untuk mengetahui kesulitan
yang dihadapi peserta didik tentang materi
sebelumnya yaitu menghargai usulan konsep
rumusan dasar negara yang disampaikan
para pendiri negara.
• Menyampaikan motivasi tentang apa yang
dapat diperoleh (tujuan dan manfaat)
dengan mempelajari materi meneladani
sikap positif para pendiri bangsa.
Kegiatan Inti
• Peserta Didik dibagi menjadi 8 kelompok
untuk melakukan telaah video (https://www.
youtube.com/watch?v=5l5lNHaJbvk) dan
atau materi tentang sikap positif para pendiri
bangsa dalam perumusan dan penetapan
Pancasila sebagai dasar negara.
• Peserta didik memastikan diri sudah
menerima LKPD yang berisi grafik tentang
kasus Covid-19.
• Peserta didik mengamati grafik, dan
memperoleh informasi tentang persentase
kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia.
• Peserta didik menganalisis kasus Covid-19
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan
dalam lembar kerja.
• Peserta didik membuat laporan hasil tugas.
Penutup
• Peserta didik melakukan refleksi diri tentang sikap positif para pendiri bangsa dalam perumusan
dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara.
C. Asesmen Formatif dan Sumatif
• Melalui pengamatan terhadap respon, dan
sikap yang teramati selama berinteraksi baik
dalam proses telaah video/materi, diskusi,
maupun dalam proses penyelesaian tugas.
• Tes tertulis tentang kebenaran konsep dan
hasil tugas analisis kasus penderita Covid-19.
• Produk/hasil penugasan dengan kriteria atau
rubrik penilaian yang sesuai.

Lampiran-lampiran 92
►CONTOH RPP SMK
Bidang Keahlian : Teknologi Manufaktur dan Rekayasa
Program Keahlian : Teknik Mesin
Mata Pelajaran : Dasar-dasar Teknik Mesin
Disusun oleh Fendy Wijarwanto
Kompetensi awal -
Sarana Prasarana • Peralatan gambar : penggaris segitiga (set), pensil 2H,
kertas gambar
• Laptop dan Proyektor
• Video tutorial
Target peserta didik Siswa Fase E
Model pembelajaran Project Based Learning atau Teaching Factory
Tujuan Pembelajaran 3.4 Peserta didik memahami pembuatan gambar kerja
Alokasi Waktu 6 JP

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 93
Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan (15 menit)
• Peserta didik berdoa dan menyiapkan diri serta peralatan
yang diperlukan, termasuk melakukan kegiatan cleaning
meja kerja.
• Guru memberikan pertanyaan pemantik atau pertanyaan
kunci tentang materi yang akan dipelajari oleh siswa.
Apersepsi (30 menit)
Guru memberikan apersepsi tentang materi pembuatan
gambar kerja, serta kaitan dengan materi-materi sebelumnya,
yaitu membuat garis, gambar proyeksi tunggal, dan proyeksi
majemuk.
Kegiatan Inti (195 menit)
• Guru memberikan penjelasan tentang pembuatan gambar
kerja dan hal penting yang harus diperhatikan, penjelasan
dapat dilakukan kurang lebih selama 45 menit.
• Peserta didik akan melakukan praktikum dengan membuat
kerja berupa komponen dan juga gambar rakitan. Produk
yang akan digambar, yaitu ragum.
Kegiatan Penutup (30 menit)
• Guru memberikan evaluasi atas proses pekerjaan siswa
yang telah dilakukan. Selain itu, guru memberikan hal-hal
yang sudah dicapai dan yang harus ditingkatkan.
• Siswa melakukan refleksi atas proses pembelajaran praktik.
• Menutup dengan doa.
Asesmen 1. Asesmen awal pembelajaran non kognitif: memberikan
pertanyaan kepada siswa tentang dukungan yang
diperlukan supaya dapat berkembang dalam tahap
capaian pembelajaran ini.
2. Asesmen Formatif: memantau perkembangan siswa dalam
mengerjakan tugas
3. Asesmen sumatif: penilaian produk (portofolio). Kriteria
yang dinilai:
• Kesesuaian gambar dengan standar yang digunakan
• Waktu pengerjaan gambar

Lampiran-lampiran 94
Refleksi Peserta didik dan pendidik merefleksikan kegiatan
pembelajaran pada materi ini tentang kendala yang dihadapi,
kesulitan yang dihadapi, dan perkembangan peserta didik
Lampiran
1. Job sheet kerja praktik gambar 1
2. Daftar Bacaa :
• Sato, G. Takeshi. 2000. Menggambar Mesin: menurut standar ISO. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita
LAMPIRAN
1. JOB SHEET (GAMBAR LATIHAN)

Tugas siswa.
Buatlah gambar kerja (seperti pada contoh). Silakan melakukan pengukuran pada ragum yang
ada di bengkel, kemudian dibuat gambar kerja seperti contoh

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 95
LEMBAR PENILAIAN (asesmen sumatif)
Nama
Nomor Siswa
Estimasi 4 jp (180 menit)
Aspek Hasil (60%)
Hal yang dinilai Bobot Nilai Nilai x Bobot
Kesesuaian pandangan 30%
Kesesuaian penggunaan garis 30%
Kesesuaian pemberian ukuran 20%
Kesesuain penentuan potongan 20%
Total Nilai Aspek Hasil
Total Nilai Aspek Hasil x Bobot (70%)
Aspek Proses (40%)
Hal yang dinilai Bobot Nilai Nilai x Bobot
Kerapian gambar 20%
Keterbacaan gambar 20%
Gambar tidak menimbulkan multi
tafsir
20%
Kreativitas dalam proses
pengerjaan
10%
Sikap kerja selama proses
pengerjaan
30%
Total Nilai Aspek Proses
Nilai Aspek Proses x Bobot (30%)
Nilai total (Aspek Hasil + Aspek Proses)

Lampiran-lampiran 96
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SMA

Nama Penyusun : Taman Firdaus, M.Pd
Mata Pelajaran : PPKn
Fase/Kelas/SMT : E / 10 / Genap
Alokasi Waktu : 4 JP (4 X 45 = 180 Menit)
Materi : Mengenali, Menyadari dan Menghargai Keragaman Identitas

Tujuan
Pembelajaran
10.11.  Mengidentifikasi pengaruh keanggotaan kelompok lokal, regional,
nasional, dan global terhadap pembentukan identitas
Kegiatan
Pembelajaran
PERTEMUAN 1 (2 JP)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
1. Peserta didik mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses
belajar mengajar, kerapian dan kebersihan ruang kelas.
2. Peserta didik memimpin doa bersama yang dilanjutkan dengan membaca
Al-quran secara bersama selama 5 menit.
3. Peserta didik memperhatikan penjelasan tujuan yang harus dikuasi di
akhir pembelajaran dan sekenario penilaian selama proses pembelajaran
4. Pendidik meminta peserta pendidik untuk mengisi grafik TIK atau tabel
KWL dengan pertanyaan sebagai panduan.
a. Apa yang kalian ketahui tentang interaksi dan sosialisasi identias
budaya sebagai salah satu cara untuk mengenali dan menghargai
keragaman identitas?
b.
 Tuliskan apa yang ingin kalian ketahui tentang mengenali, menyadari
dan menghargai keragaman identitas.
5. Pendidik menyajikan pertanyaan kunci terkait materi sebagai berikut:

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 97
Kegiatan Inti (60 Menit)
1. Pendidik menyajikan secara singkat materi pembelajaran dan meminta
peserta didik yang kompetensi awalnya masih kurang untuk untuk
membaca lebih lanjut materi melalui buku guru maupun melalui
internet dengan pendampingan intensif guru. Sementara siswa lain yang
kompetensi awalnya sudah optimal diminta untuk menjadi tutor sebaya
selama proses belajar mandiri. Peserta didik diberikan keleluasaan untuk
memilih materi yang diminati untuk didalami dan berbagi informasi dalam
mendalami materi tersebut dan materi lainnya dengan tutor sebaya.
2. Pendidik meminta peserta didik untuk menonton video tentang “Gus
Dur-Keragaman Bangsa melalui link https://www.youtube.com/
watch?v=ESNyoOUrq_o
3. Setelah menonton video siswa diminta untuk memberikan pendapat dan
jawaban terkait dengan pertanyaan pemantik diskusi, yaitu:
a. Apakah ada dari peserta didik yang bertetangga dengan mereka yang
berbeda agama atau suku?
b. Bagaimana kehidupan keseharian dijalani?
c. Bagaimana tanggapan kalian terhadap pelabelan terhadap kelompok
tertentu?
4. Pendidik membagi kelas menjadi tiga sampai empat kelompok besar yang
terdiri atas 5 sampai dengan 7 peserta didik berdasarkan kesamaan minat.
5. Pendidik meminta setiap kelompok memberi nama pada kelompok
berdasarkan minatnya pada etnik tertentu.
6. Pendidik meminta setiap kelompok membuat simbol kelompok.
7. Pendidik meminta peserta didik mendiskusikan filosofi dari gambar yang
menjadi lambang atau simbol bagi kelompok tersebut.
8. Pendidik meminta setiap kelompok untuk membuat presentasi kerja
kelompok (Presentasi kerja kelompok dapat berupa PPT, video animasi,
atau simulasi drama atau media presentasi lain).
9. Sebelum presentasi tugas kelompok, ruang kelas ditata dengan model
kelas U.
10. Mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian di depan kelas.
11. Pendidik menjelaskan maksud dari aktivitas yang telah dilakukan oleh
peserta didik yang merupakan gambaran dari wajah Indonesia yang
beragam, kemudian disatukan dalam satu wadah negara bangsa yang
bernama Indonesia.

Lampiran-lampiran 98
Penutup (15)
1. Sebelum mengakhiri pelajaran, pendidik bersama siswa menyimpulkan
materi.
2. Pendidik meminta siswa untuk menyampaikan lesson learned dari proses
pembelajaran yang telah dilakukan dengan memeriksa pemahaman
peserta didik dengan meminta mereka menjawab pertanyaan kunci
pada awal diskusi dengan menggunakan bahasa sederhana yang mudah
dipahami. Peserta didik dapat menuliskannya di kolom refleksi (buku
siswa) atau menyampaikannya secara lisan.
a. Dari proses belajar hari ini, hal yang saya pahami adalah ...
b. Dari proses belajar hari ini, hal yang belum saya pahami adalah/saya
ingin menge tahui lebih dalam tentang ...
c. Dari proses belajar hari ini, hal yang akan saya lakukan dalam
kehidupan sehari-hari ...
3. Pendidik meminta peserta didik untuk mengekspresikan perasaannya
selama proses pembelajaran dengan mencentang emoji sesuai dengan
perasaan yang dirasakan.
4. Pendidik mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan rasa
syukur kepada Allah SWT, Tuhan YME bahwa pertemuan kali ini telah
berlangsung dengan baik dan lancar.
Asesmen
(Instrumen
Terlampir)
1. Asesmen di awal pembelajaran: Meminta peserta didik untuk mengisi
tabel KWL.
2. Asesmen Formatif:
Observasi kelas, penilaian diri, penilaian antarteman, refleksi,
mengobervasi efektivitas penyajian presentasi dalam kelas, partisipasi
dalam diskusi, mengobservasi partisipasi dalam diskusi, dan uji
pemahaman.
3. Asesment Sumatif: Presentasi tugas dan tes tertulis.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 99
►Contoh cara merumuskan CP menjadi tujuan pembelajaran pada
jenjang PAUD
Pada Fase Pondasi (PAUD) cara merumuskan CP menjadi tujuan pembelajaran dengan cara
memetakan CP ke dalam tujuan pembelajaran dengan memperhatikan visi, misi, dan karakteristik
satuan PAUD, serta laju perkembangan anak.
Elemen Capaian Pembelajaran Contoh Tujuan Pembelajaran
Nilai Agama
dan Budi
Pekerti
Anak percaya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, mulai mengenal dan mempraktikkan
ajaran pokok sesuai dengan agama dan
kepercayaanNya. Anak berpartisipasi
aktif dalam menjaga kebersihan,
kesehatan dan keselamatan diri sebagai
bentuk rasa sayang terhadap dirinya
dan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha
Esa. Anak menghargai sesama manusia
dengan berbagai perbedaannya dan
mempraktikkan perilaku baik dan
berakhlak mulia. Anak menghargai
alam dengan cara merawatnya dan
menunjukkan rasa sayang terhadap
makhluk hidup yang merupakan ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.
1. Mengenali kewajiban
agamanya.
2. Mempraktikkan kewajiban
agamanya.
3. Mengenali perintah agama
untuk memelihara alam
4. dan seterusnya.
5. dst…
Jati Diri Anak mengenali, mengekspresikan, dan
mengelola emosi diri serta membangun
hubungan sosial secara sehat. Anak
mengenal dan memiliki perilaku positif
terhadap diri dan lingkungan (keluarga,
sekolah, masyarakat, negara, dan
dunia) serta rasa bangga sebagai anak
Indonesia yang berlandaskan Pancasila.
Anak menyesuaikan diri dengan
lingkungan, aturan, dan norma yang
berlaku. Anak menggunakan fungsi
gerak (motorik kasar, halus, dan taktil)
untuk mengeksplorasi dan memanipulasi
berbagai objek dan lingkungan sekitar
sebagai bentuk pengembangan diri.
1. Menjaga kebersihan diri.
2. Menunjukkan sikap positif
dalam berbagai kegiatan
fisik.
3. Berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan fisik.
4. dst……..

Lampiran-lampiran 100
Dasar-dasar
Literasi,
Matematika,
Sains,
Teknologi,
Rekayasa, dan
Seni
Anak mengenali dan memahami
berbagai informasi, mengomunikasikan
perasaan dan pikiran secara lisan,
tulisan, atau menggunakan berbagai
media serta membangun percakapan.
Anak menunjukkan minat, kegemaran,
dan berpartisipasi dalam kegiatan
pramembaca dan pramenulis. Anak
mengenali dan menggunakan konsep
pramatematika untuk memecahkan
masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Anak menunjukkan kemampuan dasar
berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif.
Anak menunjukkan rasa ingin tahu
melalui observasi, eksplorasi, dan
eksperimen dengan menggunakan
lingkungan sekitar dan media sebagai
sumber belajar, untuk mendapatkan
gagasan mengenai fenomena alam dan
sosial. Anak menunjukkan kemampuan
awal menggunakan dan merekayasa
teknologi serta untuk mencari informasi,
gagasan, dan keterampilan secara
aman dan bertanggung jawab. Anak
mengeksplorasi berbagai proses seni,
mengekspresikannya serta mengapresiasi
karya seni.
Contoh tujuan pembelajaran
untuk membangun literasi,
antara lain:
1. Membangun percakapan,
mendengarkan dan
menanggapi sesuai konteks
pembicaraan;
2. Mengkomunikasikan pikiran
secara lisan;
3. tertulis, atau menggunakan
berbagai media;
4. Mengkomunikasikan
perasaan secara lisan;
5. tertulis, atau menggunakan
berbagai media;
6. dst.
Contoh tujuan pembelajaran
untuk membangun dasar
matematika, sains, teknologi,
rekayasa dan seni, antara lain:
1. Mengenal konsep
bilangan dan waktu, serta
penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari;
2. Mengenal konsep banjir,
termasuk sebab akibatnya
dan membangun perilaku
menjaga lingkungan;
3. dst.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 101
►Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk jenjang SD/MI,
Matematika Fase B
RPP ini terdiri atas 3 komponen yaitu tujuan
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran
dan asesmen. Contoh modul ajar dapat diakses
di Platform Merdeka Belajar.
RPP ini dikembangkan berdasarkan teknik
menganalisis capaian pembelajaran menuju
tujuan pembelajaran dan alur tujuan
pembelajaran pada bab sebelumnya.
I. Tujuan Pembelajaran
1.8 Mengukur bangun datar (segiempat, segitiga, segi banyak) menggunakan satuan baku.
II. Langkah-langkah Pembelajaran
■Pendidik memberikan pertanyaan
pemantik:
• Apakah peserta didik pernah mengukur
sesuatu dengan menggunakan jengkal?
• Apakah ukuran jengkal setiap orang itu
sama?
• Alat apakah yang dapat digunakan
untuk mengukur panjang benda
dengan ukuran yang sama?
■Untuk menjawab pertanyaan pemantik
di atas, pendidik mengajak peserta didik
untuk melakukan kegiatan secara langsung
dengan mengukur sesuatu menggunakan
jengkal masing-masing.
■Setelah peserta didik melihat bahwa
hasil pengukuran menggunakan jengkal
menghasilkan ukuran yang berbeda-beda,
pendidik menunjukan satu buah penggaris
dan memberikan pemahaman bahwa
benda yang dapat mengukur sebuah benda
dengan tepat dan tidak berbeda-beda
hasilnya adalah dengan menggunakan
penggaris. Penggaris disebut dengan
pengukur panjang satuan baku karena
dalam penggaris terdapat satuan baku yang
sama yaitu cm.
■Peserta didik melakukan praktik
pengukuran. Adapun benda yang diukur
adalah benda-benda berupa bangun datar
yang terdapat di sekitar peserta didik.
Pengukuran menggunakan alat dengan
satuan baku cm, yaitu penggaris.
■Pendidik menjelaskan ragam bangun datar
(segiempat, segitiga, segi banyak) yang
dapat ditemukan siswa di sekitar ruangan
kelas.
■Peserta didik dengan kecepatan belajar
yang lebih tinggi dapat diberikan
penugasan mengukur beberapa bangun
datar dengan ukuran yang lebih panjang,
misalnya ukuran pintu dan jendela kelas,
sedangkan siswa dengan kecepatan belajar
rendah cukup mengukur satu atau 2 benda
berukuran sedang/pendek di sekitar
mereka, misalnya kursi dan meja.
■Peserta didik diminta menuliskan hasil
praktek pengukuran pada lembar kerja
yang telah disediakan. Pendidik menilai
kegiatan berdasarkan rubrik penilaian
berupa observasi dan tes hasil lembar kerja
siswa.

Lampiran-lampiran 102
III. Asesmen
■Penilaian formatif berupa penilaian performa dengan mengisi lembar kerja praktik pengukuran
benda dengan menggunakan penggaris.
■Disediakan rubrik untuk menilai.
►Contoh alternatif 1. Rubrik ketercapaian tujuan pembelajaran (umum)
Tujuan
Pembelajaran
Perlu
Bimbingan
Cukup Baik Sangat Baik
Tuliskan tujuan
pembelajaran
di sini
Belum
menunjukkan
penguasaan
kompetensi
dan lingkup
materi yang ada
pada tujuan
pembelajaran
Menunjukkan
sebagian kecil
penguasaan
kompetensi
dan lingkup
materi yang ada
pada tujuan
pembelajaran
Menunjukkan
sebagian besar
penguasaan
kompetensi
dan lingkup
materi yang ada
pada tujuan
pembelajaran
Menunjukkan
penguasaan
pada semua
(atau melebihi)
kompetensi
dan lingkup
materi yang ada
pada tujuan
pembelajaran
Catatan:
■Rubrik ini sangat sederhana dan bersifat
umum. Disarankan hanya digunakan
bagi pendidik untuk berlatih memahami,
menyusun dan menerapkan rubrik kriteria
ketercapaian .
■Pada tahap selanjutnya, diharapkan
pendidik berlatih menggunakan rubrik
yang terinci.
■Penamaan kriteria di atas (perlu bimbingan,
cukup, baik, atau sangat baik) dapat diubah
atau diadaptasi sesuai kebutuhan.
■Dalam memetakan peserta didik ke
dalam 4 kriteria tersebut, pendidik
diharapkan melakukannya dengan penuh
pertimbangan yang dilengkapi dengan
bukti berupa kinerja dan/atau ada produk
yang dihasilkan peserta didik.
■Hasil yang diperoleh dari rubrik ini
digunakan untuk melakukan pembelajaran
terdiferensiasi, misalnya:
• Perlu bimbingan: peserta didik
mengikuti remedial pada keseluruhan
materi sebelum memasuki
pembelajaran lebih lanjut, atau
mempelajari tujuan pembelajaran yang
lebih rendah.
• Cukup: peserta mengikuti remedial
sebelum mengikuti pembelajaran
selanjutnya dengan penekanan pada
aspek-aspek yang belum dikuasai.
• Baik: peserta didik mengikuti
pembelajaran selanjutnya.
• Sangat baik: peserta didik mengikuti
pembelajaran selanjutnya dan
dilibatkan menjadi tutor sebaya atau
diberikan pengayaan.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 103
►Contoh alternatif 2. Lembar ceklis
Tujuan Pembelajaran Kelas X (Fase E)
Menguraikan tentang identitas pada aspek jenis dan pembentukannya, serta mampu memberikan
contoh masing-masing jenis identitas dan mengaitkan konsep identitas tersebut dengan Pancasila.
Indikator Tujuan Pembelajaran Ya Tidak
1. Menguraikan tentang identitas
2. Memberikan contoh tentang identitas
3. Menghubungkan konsep identitas dengan Pancasila
Catatan :
• Rubrik ini lebih rinci dibanding alternatif 1,
dapat menjadi alternatif bagi pendidik yang
telah lancar dalam menggunakan
alternatif 1.
• Penamaan dan banyaknya 2 kriteria di atas
(Ya/Tidak) dapat diubah atau diadaptasi
sesuai kebutuhan. Misalnya, dengan
menggunakan 3 kriteria (Perlu peningkatan,
cukup, baik).
• Banyaknya indikator tujuan pembelajaran,
menyesuaikan dengan kompetensi dan ruang
lingkup materi pada tujuan pembelajaran.
• Dalam memetakan peserta didik ke dalam
2 kriteria tersebut, pendidik diharapkan
melakukannya dengan penuh pertimbangan
yang dilengkapi dengan bukti berupa kinerja
dan atau ada produk yang dihasilkan peserta
didik.
• Hasil yang diperoleh dari rubrik ini digunakan
untuk melakukan diferensiasi pembelajaran.
Misalnya, peserta didik dengan kriteria
(Ya) dapat melanjutkan pada tujuan
pembelajaran berikutnya, sementara peserta
didik dengan kriteria (Tidak) dapat diberikan
remedial sesuai dengan indikator yang belum
dikuasai.

Lampiran-lampiran 104
►Contoh alternatif 3 A. Rubrik terinci
Tujuan Pembelajaran IPAS Fase C: Menyelidiki ragam sumber energi yang dapat dimanfaatkan di
lingkungan sekitar.
Indikator Tujuan
Pembelajaran
Perlu
Bimbingan
Cukup Baik Sangat Baik
1. Mampu
menguraikan
manfaat sumber
energi
Belum mampu
menguraikan
manfaat
sumber energi
Menguraikan
1 contoh
manfaat
sumber energi
Menguraikan
2 contoh
manfaat
sumber energi
Menguraikan
lebih dari
2 contoh
manfaat
sumber energi
2. Mampu
melakukan
pengamatan
sesuai prosedur
Memerlukan
bimbingan
dalam
melakukan
prosedur
pengamatan
Melakukan
prosedur
pengamatan
secara mandiri,
namun masih
ditemukan
1 atau 2 kali
kesalahan
Melakukan
prosedur
pengamatan
secara mandiri
dengan tepat
Mampu
mengarahkan
teman yang
lain dalam
melakukan
prosedur
pengamatan.
Catatan :
■Rubrik ini lebih lebih rinci dibanding
alternatif 1 dan 2, dapat digunakan bagi
pendidik yang telah terbiasa menggunakan
rubrik.
■Banyaknya indikator tujuan pembelajaran
menyesuaikan dengan kompetensi
dan ruang lingkup materi pada tujuan
pembelajaran.
■Penamaan dan banyaknya 4 kriteria di atas
(perlu bimbingan, cukup, baik, atau sangat
baik) dapat diubah atau diadaptasi sesuai
kebutuhan. Jumlah jenis kriteria juga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan; misalnya,
dapat menggunakan 5 jenis kriteria.
■Dalam memetakan peserta didik ke
dalam jenis kriteria tersebut, pendidik
diharapkan melakukannya dengan penuh
pertimbangan yang dilengkapi dengan
bukti berupa kinerja dan atau ada produk
yang dihasilkan peserta didik.
■Hasil yang diperoleh dari rubrik ini
digunakan untuk melakukan pembelajaran
terdiferensiasi, misalnya:
• Perlu bimbingan: peserta didik
mengikuti remedial pada keseluruhan
materi sebelum memasuki
pembelajaran lebih lanjut, atau
mempelajari tujuan pembelajaran yang
lebih rendah.
• Cukup: peserta mengikuti remedial
sebelum mengikuti pembelajaran
selanjutnya dengan penekanan pada
aspek-aspek yang belum dikuasai.
• Baik: peserta didik mengikuti
pembelajaran selanjutnya.
• Sangat baik: peserta didik mengikuti
pembelajaran selanjutnya dan
dilibatkan menjadi tutor sebaya atau
diberikan pengayaan.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 105
►Contoh alternatif 3 B. Rubrik terinci
Tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Pancasila kelas X (Fase E)
Menguraikan tentang identitas pada aspek jenis dan pembentukannya, serta mampu memberikan
contoh masing-masing jenis identitas dan mengaitkan konsep identitas tersebut dengan Pancasila.
Indikator Tujuan
Pembelajaran
Kriteria Ketercapaian
Intervensi
Khusus
Dasar Cakap Mahir
1. Menguraikan
tentang identitas
Tidak tepat
menguraikan
tentang
identitas
Mampu
menguraikan
tentang
identitas dengan
bimbingan
Mampu
menguraikan
identitas yang
berasal dari
beberapa
sumber dengan
bimbingan
Mampu
menguraikan
identitas dari
berbagai
sumber tanpa
bimbingan
2. Memberikan
contoh tentang
identitas
Tidak mampu
memberikan
contoh tentang
identitas
Hanya mampu
memberikan 2
contoh tentang
identitas
Mampu
memberikan 3-4
contoh tentang
identitas
Mampu
memberikan
lebih dari 5
contoh tentang
identitas
3. Menghubungkan
konsep identitas
dengan Pancasila
Tidak dapat
membuat
hubungan
antara konsep
identitas dengan
Pancasila
Mampu
membuat 1
hubungan
antara konsep
identitas dengan
Pancasila
Mampu
membuat 2-3
hubungaan
antara konsep
identitas dengan
Pancasila
Mampu
membuat lebih
dari 3 hubungan
antara konsep
identitas dengan
Pancasila
Catatan :
■Rubrik ini lebih rinci dibanding alternatif 1
dan 2, dapat digunakan bagi pendidik yang
telah terbiasa menggunakan rubrik.
■Banyaknya indikator tujuan pembelajaran,
menyesuaikan dengan kompetensi
dan ruang lingkup materi pada tujuan
pembelajaran.
■Penamaan dan banyaknya 4 kriteria di
atas (intervensi khusus, dasar, cakap, atau
mahir) dapat diubah atau diadaptasi sesuai
kebutuhan. Jumlah jenis kriteria juga dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya
dapat menggunakan 5 jenis kriteria.
■Dalam memetakan peserta didik ke
dalam jenis kriteria tersebut, pendidik
diharapkan melakukannya dengan penuh
pertimbangan yang dilengkapi dengan
bukti berupa kinerja dan atau ada produk
yang dihasilkan peserta didik.

Lampiran-lampiran 106
■Hasil yang diperoleh dari rubrik ini
digunakan untuk melakukan pembelajaran
terdiferensiasi, misalnya:
• Intervensi Khusus: peserta didik
mengikuti pembelajaran ulang
secara mandiri dengan bantuan Unit
Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM) dan
tutor sebaya pada keseluruhan materi
pembelajaran.
• Dasar: mempelajari beberapa materi
melalui diskusi terfokus dengan tutor
sebaya
• Cakap: diberikan materi pembelajaran
selanjutnya dan pendampingan secara
berkelompok untuk memperkuat
penguasaan terhadap materi
pembelajaran
• Mahir: mengikuti pembelajaran
selanjutnya, diberikan materi
pengayaan dan dilibatkan secara aktif
sebagai tutor sebaya.

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 107

Lampiran-lampiran 108

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 109
Format Laporan Hasil Belajar (Rapor) Jenjang SD
Nama Peserta Didik: Kelas :IV
NISN : Fase :
Sekolah : Semester :
Alamat : Tahun Pelajaran :
No. Mata Pelajaran
Nilai
Akhir
Capaian Kompetensi
1Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2 Pendidikan Pancasila
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial
6 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan
7Senin Musik
8 Bahasa Inggris
9 Muatan Lokal
No. Ekstrakurikuler Keterangan
1 Pramuka
2 Silat
dst.
Ketidakhadiran
Sakit . . . hari
Izin . . . hari
Tanpa Keterangan . . . hari
Tempat, Tanggal rapor
TTD Wali Kelas
TTD Kepala Sekolah
TTD Orang Tua Peserta Didik

Lampiran-lampiran 110
Format Laporan Hasil Belajar (Rapor) Jenjang SMP
Nama Peserta Didik: Kelas :VII
NISN : Fase :
Sekolah : Semester :
Alamat : Tahun Pelajaran :
No. Mata Pelajaran
Nilai
Akhir
Capaian Kompetensi
1Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2 Pendidikan Pancasila
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Ilmu Pengetahuan Alam
6 Ilmu Pengetahuan Sosial
7Bahasa Inggris
8 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan
9 Informatika
10Senin Tari
No. Ekstrakurikuler Keterangan
1 Pramuka
2 Paskibra
dst.
Ketidakhadiran
Sakit . . . hari
Izin . . . hari
Tanpa Keterangan . . . hari
Tempat, Tanggal rapor
TTD Wali Kelas
TTD Kepala Sekolah
TTD Orang Tua Peserta Didik

Lampiran-lampiran
Panduan Pembelajaran dan Asesmen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah 111
Format Laporan Hasil Belajar (Rapor) Jenjang SMA
Nama Peserta Didik: Kelas :X
NISN : Fase :
Sekolah : Semester :
Alamat : Tahun Pelajaran :
No. Mata Pelajaran
Nilai
Akhir
Capaian Kompetensi
1Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
2 Pendidikan Pancasila
3 Bahasa Indonesia
4 Matematika
5 Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika,
Kimia, Biologi)
6 Ilmu Pengetahuan Sosial (Sosiologi,
Ekonomi, Sejarah, Geografi)
7Bahasa Inggris
8 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan
9 Informatika
10Prakarya dan Kewirausahaan
No. Ekstrakurikuler Keterangan
1 Pramuka
2 Jurnalistik
dst.
Ketidakhadiran
Sakit . . . hari
Izin . . . hari
Tanpa Keterangan . . . hari
Tempat, Tanggal rapor
TTD Wali Kelas
TTD Kepala Sekolah
TTD Orang Tua Peserta Didik