Biospecies
Vol 15. No 2. July 2022 Page 24 - 38
Submited September 2021 Published July 2022
Copyright © 2022 The Authors.




KAJIAN SISTEM POLINASI BEBERAPA GENUS ARECACEAE
BERDASARKAN MORFOLOGI PERBUNGAAN
Study of Polination Systems of Several Arecaceae Genus Based on Flower
Morphology
Revis Asra, Dwi Cahyo Yulianto, Ade Adriadi
Faculty of Science and Technology, Universitas Jambi, Jambi

Email: [email protected]
Abstrak Famili Arecaceae (Palem-paleman) merupakan famili tertua di antara tumbuhan berbunga,
yang memiliki lebih dari 200 genus dan 3.000 spesies yang tersebar di daerah tropis dan sub
tropis di dunia. Ciri morfologi perbungaan setiap spesies tumbuhan mengakibatkan perbedaan
proses polinasi, sehingga pengetahuan tentang morfologi perbungaan Arecaceae akan
mempermudah menentukan sistem polinasi serta metode pemuliaan yang dapat diterapkan.
Tujuan dari kajian studi literatur ini untuk mengetahui sistem polinasi berdasarkan morfologi
perbungaaan pada famili Arecaceae dan korelasi antara morfologi perbungaan dengan agen
polinasi pada famili Arecaceae.Metode yang digunakan dalam kajian studi literatur ini yaitu
pengoleksian artikel, penyeleksian artikel dan pengolahan data secara deskriptif kualitatif.
Pengoleksian dan penilaian artikel dilakukan melalui data base google scholar, Garuda dan
scimagojr. Hasil analisis artikel yang diperoleh yaitu morfologi perbungaan pada 7 genus famili
Arecaceae yang ditelusuri memiliki bunga berwarna kuning dan merah. Karakteristik infloresen
yaitu terletak di ketiak daun, tipe infloresen tidak terbatas, bentuk infloresen tongkol majemuk
(kecuali genus Nypa dan Elaeis berbentuk bongkol majemuk), dan panjang infloresen berkisar
8 cm – 440 cm. Struktur perbungaan adalah monoecious, dioecious, dan androdioecious. Agen
polinasi potensial pada 7 genus tersebut adalah serangga dari famili Apidae (lebah),
Curculionidae (kumbang), dan Formicidae (semut. Jenis-jenis lebah dan kumbang
mendominasi penyerbukan pada bunga berbentuk bongkol majemuk, sedangkan pada bunga
tongkol majemuk ketiga agen polinasi potensial dapat ditemukan dengan jumlah jenis yang
beragam. Agen-agen polinasi tersebut berinteraksi secara mutualisme sesuai dengan
ketertarikan mereka dengan morfologi perbungaan genus-genus tersebut dan secara tidak
langsung mempengaruhi adaptasi morfologi perbungaan 7 genus tersebut dalam proses
reproduksinya.

Kata Kunci: Arecaceae, Bunga, Infloresen, Polinasi

25
KAJIAN SISTEM POLINASI BEBERAPA GENUS ARECACEAE BERDASARKAN
MORFOLOGI PERBUNGAAN


25
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

PENDAHULUAN
Famili Arecaceae (Palem-paleman) merupakan
famili tertua di antara tumbuhan berbunga. Hal
tersebut berdasarkan penelitian dan penemuan
fosil famili Arecaceae yang telah dijumpai sejak
zaman cretaceous, kurang lebih 120 juta tahun
yang lalu (Sudarnadi, 1996). Arecaceae adalah
kelompok monofiletik yang memiliki lebih dari
200 genus dan 3.000 spesies yang tersebar di
daerah tropis dan sub tropis di dunia dan
sebagian juga terdapat pada daerah yang
bertemperatur panas (Witono et al., 2000;
Sharma, 2002; Govaerts dan Dransfield, 2005;
Dransfield et al., 2008). Arecaceae banyak
ditemukan pada daerah pantai atau di daerah
yang mempunyai rentang pH 5-8 seperti di
dalam hutan yang jarang dijamah manusia. Hal
ini disebabkan pada pH tersebut biasanya untuk
kandungan mineral di dalam tanah sangat
melimpah (Antoni et al, 2014). Sarjani et al.,
(2017), yang mengatakan bahwa salah satu
faktor yang dapat dijadikan sebagai rujukan
dalam mengidentifikasi spesies tumbuhan yaitu
kesamaan bentuk morfologi yang dimiliki
antara satu spesies dengan spesies lainnya.
Salah satu organ tubuh tumbuhan yang dapat
diamati kesamaan morfologinya adalah bunga.
Perbungaan pada Arecaceae berkaitan erat
dengan siklus hidupnya. Morfologi perbungaan
famili ini bermacam-macam, ada yang
bercabang-cabang dan ada pula yang tidak
bercabang (LIPI, 2000). Polinasi atau
penyerbukan adalah proses perpindahan serbuk
sari atau pollen dari anther (organ jantan) ke
stigma (organ betina) pada bunga (Abrol, 2012).
Dengan mengkaji sistem polinasi pada anggota
famili Arecaceae, maka bisa dilakukan
perkawinan silang untuk mendapatkan resin,
getah, buah dan hasil hutan non-kayu lainnya
dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan.

METODELOGI
Penelitian ini merupakan penelitian yang
menggunakan deskripsi kualitatif dengan
mengkaji beberapa sumber literatur yang terkait
dengan penelitian.

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember
2020 - Maret 2021. Tahap pertama yang
dilakukan yaitu pengoleksian artikel dari bulan
Desember 2020 - Januari 2021. Mulai dari
Januari - Februari 2021 dilakukan penyeleksian
artikel. Tahap terakhir yaitu pengolahan data
yang dilakukan dari bulan Februari-Maret
2021(lampiran1). Lokasi penelitian ini
dilaksanakan di Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Jambi.

Koleksi Artikel llmiah
Pengumpulan data dilakukan sejak Desember
2020 – Maret 2021. Pengumpulan data yang
dilakukan secara online dengan menggunakan
data base google scholar (scholar.google.com),
Garuda (garuda.ristekbrin.go.id) dan scimagojr
(scimagojr.com). Penelusuran melalui google
scholar dengan menggunakan kata kunci yang
terkait dengan topik penelitian. Penggunaan
artikel ilmiah dengan kriteria yaitu:
a) 10 diantaranya adalah artikel
ilmiah berbahasa Inggris dengan
kualifikasi minimal Scopus Q6
b) 20 diantaranya adalah artikel
ilmiah berbahasa Indonesia dan
Inggris dengan kualifikasi
minimal Sinta 3
Kata kunci yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Polinasi (Pollination)
2. Arecaceae
3. Palem (Palm)
4. Bunga (Flower)
5. Infloresen (Inflorescence)
6. Penyerbuk (Pollinator)
7. Areca
8. Arenga
9. Daemonorops
10. Calamus
11. Salacca
12. Nypa
13. Elaeis

Seleksi Jurnal dan Artikel Terkait
Jurnal dan artikel yang dikoleksi akan dilakukan
tahap penyeleksian. Penyeleksian jurnal dan
artikel dengan cara merangkum isi abstrak dan
kesimpulan dari jurnal dan artikel terkait. Setiap
jurnal dan artikel yang digunakan memiliki
minimal dua kata kunci yang telah disebutkan
diatas supaya dapat memenuhi kriteria dalam
penelitian. Kriteria- kriteria tersebut adalah:
1. Morfologi dan struktur bunga pada genus
Areca, Arenga, Calamus, Daemonorops,
Salacca, Nypa dan Elaeis

26
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

R ASRA, D C YULIANTO, A ADRIADI

2. Macam-macam agen pollinator pada
genus Areca, Arenga, Calamus,
Daemonorops, Salacca, Nypa dan
Elaeis
3. Korelasi morfologi bunga dengan agen
penyerbuk pada genus Areca, Arenga,
Calamus, Daemonorops, Salacca, Nypa
dan Elaeis
Dari setiap genus tersebut akan dibatasi
minimal 1 spesies dan maksimal 5 spesies yang
akan dibahas dan dikaji lebih lanjut.

Pengolahan Data
Sumber data dari jurnal-jurnal dan artikel ilmiah
yang digunakan diringkas dan dikaji lebih
mendalam. Penyajian data dilakukan secara
deskriptif kualitatif yaitu memanfaatkan data
kualitatif apa adanya tanpa proses perlakuan dan
dijabarkan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penulusuran artikel dilakukan dengan
menggunakan data base google scholar.
Penelusuran menggunakan kata kunci bahasa
Indonesia dan bahasa inggris yaitu Sistem
polinasi diperoleh 17.200 hasil pencarian, kata
kunci Arecaceae diperoleh 72.700 hasil
pencarian, kata kunci bunga diperoleh 635.000
hasil pencarian dan kata kunci pollinator
diperoleh 121.000 hasil pencarian (tabel 1).
Hasil-hasil pencarian tersebut dipersempit agar
artikel yang ditemukan lebih spesifik dengan
menggabungkan dua kata kunci, dan tiga kata
kunci.


Tabel 1. Hasil Penelusuran Artikel Ilmiah
No

Kata Kunci
Hasil Penelusuran
Artikel
Artikel yang
Dikoleksi
1. Indonesia Sistem Polinasi 17.200 -
Bunga 635.000 -
Agen polinasi 1.730 -
Palem 20.900 -
Infloresen 129 -
Agen polinasi; Arecaceae 96 -
Agen polinasi; Areca sp. 80 1
Agen polinasi; Arenga sp. 33 -
Agen polinasi; Calamus sp. 36 -
Agen polinasi; Daemonorops sp. 13 -
Agen polinasi; Salacca sp. 36 2
Agen polinasi; Nypa sp. 30 -
Agen polinasi; Elaeis sp. 119 -
Agen polinasi; Palem 89 -
Bunga; Areca sp. 1.930 -
Bunga; Arenga sp. 1.450 -
Bunga; Calamus sp. 1.300 -
Bunga; Daemonorops sp. 277 1
Bunga; Salacca sp. 858 1
Bunga; Nypa sp. 704 -
Bunga; Elaeis sp. 1.940 -
Sistem polinasi; Areca sp. 137 -
Sistem polinasi; Arenga sp. 99 -
Sistem polinasi; Calamus sp. 104 -
Sistem polinasi; Daemonorops sp. 35 2
Sistem polinasi; Salacca sp. 123 -
Sistem polinasi; Nypa sp. 46 -
Sistem polinasi; Elaeis sp. 404 -
Sistem polinasi; Palem 372 -
2. Inggris Arecaceae 72.700 -
Pollination 714.000 -
Inflorescence 250.000 -
Pollinator 121.000 -
Palm 2.680.000 -

27
KAJIAN SISTEM POLINASI BEBERAPA GENUS ARECACEAE BERDASARKAN
MORFOLOGI PERBUNGAAN


27
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

Areca sp. 17.400 -
Arenga sp. 8.420 -
Calamus sp. 25.500 -
Daemonorops sp. 3.590 -
Salacca sp. 4.140 -
Nypa sp. 17.200 -
Elaeis sp. 94.200 -
Areca sp.; Inflorescence 3.020 4
Arenga sp.; Inflorescence 915 3
Calamus sp.; Inflorescence 3.880 3
Daemonorops sp.; Inflorescence 426 3
Salacca sp.; Inflorescence; 263 3
Nypa sp.; Inflorescence; 895 3
Elaeis sp.; Inflorescence 5160 1
Palm; Pollinator 19.000 -
Areca sp.; Pollinator 1.910 -
Arenga sp.; Pollinator 509 1
Calamus sp.; Pollinator 3.050 1
Daemonorops sp.; Pollinator 256 -
Salacca sp.; Pollinator 288 4
Nypa sp.; Pollinator 804 3
Elaeis sp.; Pollinator 5490 5
Areca sp.; Pollinator; Inflorescence 594 -
Arenga sp.; Pollinator; Inflorescence 144 -
Calamus sp.; Pollinator; Inflorescence
788 -
Daemonorops sp.; Pollinator; Inflorescence
66 -
Salacca sp.; Pollinator; Inflorescence
70 -
Nypa sp.; Pollinator; Inflorescence 205 -
Elaeis sp.; Pollinator;Inflorescence 1980 -
Pollination; Palm 25.800 5
Pollination; Palm; Inflorescence 14.600 -
Pollinator; Palm 20.000 2
Total Artikel yang Dikoleksi 48

Penyeleksian dilakukan berdasarkan
keterkaitan antara artikel ilmiah dengan topik
penelitian sehingga dikoleksi 70 artikel. Artikel
yang telah dikoleksi tersebut diseleksi
berdasarkan isi abstrak dan pembahasan
sehingga diperoleh 48 artikel untuk dikaji lebih
lanjut.
Morfologi perbungaan pada Beberapa Genus
Arecaceae


Tabel 2. Morfologi bunga pada beberapa spesies dari genus Areca
No Jenis Warna bunga
Infloresen
Letak Tipe Bentuk Panjang
1. Areca catechu Kuning cerah Ketiak daun
Tidak
terbatas
Tongkol
Majemuk
50-60 cm
2. Areca oxycarpa Kuning cerah Ketiak daun
Tidak
terbatas
Tongkol
Majemuk
8-15 cm
3. Areca vestiaria Kuning muda Ketiak daun
Tidak
terbatas
Tongkol
Majemuk
23-45 cm
4. Areca jokowi Kuning muda Ketiak daun
Tidak
terbatas
Tongkol
Majemuk
30-37 cm
5. Areca macrocalyx Kuning Ketiak daun
Tidak
terbatas
Tongkol
Majemuk
29-80 cm

28
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

R ASRA, D C YULIANTO, A ADRIADI

No Jenis
Struktur perbungaan Warna
Kepala sari
Warna Putik
1. Areca catechu Monoecious Kuning Kuning
2. Areca oxycarpa Monoecious Kuning Kuning
3. Areca vestiaria Monoecious Kuning Kuning
4. Areca jokowi Monoecious Kuning Kuning
5. Areca macrocalyx Monoecious Kuning Kuning
Tabel 3. Morfologi bunga pada beberapa spesies dari genus Arenga
No Jenis Warna bunga
Infloresen
Letak Tipe Bentuk Panjang
1. Arenga pinnata
Kuning sedikit
jingga
Ketiak daun Tak terbatas
Tongkol
majemuk
100 -150 cm
2. Arenga distincta
Kuning sedikit
jingga
Ketiak daun Tak terbatas Tongkol
majemuk
±45 cm
3. Arenga longipes
Kuning sedikit
jingga
Ketiak daun Tak terbatas Tongkol
majemuk
±85 cm
4. Arenga plicata
Kuning sedikit
jingga
Ketiak daun Tak terbatas Tongkol
majemuk
15-20 cm
5. Arenga talamuensis
Kuning sedikit
jingga
Ketiak daun Tak terbatas Tongkol
majemuk
15-35 cm

No Jenis Struktur perbungaan
Warna
Kepala sari
Warna Putik
1. Arenga pinnata Monoecious Kuning pekat Kuning
2. Arenga distincta Monoecious Kuning pekat Kuning
3. Arenga longipes Monoecious Kuning pekat Kuning
4. Arenga plicata Dioecious Kuning pekat Kuning
5. Arenga talamuensis Dioecious Kuning pekat Kuning
Tabel 4. Morfologi bunga pada beberapa spesies dari genus Daemonorops
No Jenis Warna bunga
Infloresen
Letak Tipe Bentuk Panjang
1. Daemonorops draco Kuning cerah Ketiak daun
Tidak
terbatas
Tongkol
majemuk
50-60 cm
2.
Daemonorops
didymophylla
Kuning cerah
Ketiak daun Tidak
terbatas
Tongkol
majemuk
50-60 cm
3.
Daemonorops
poilanei
Kuning cerah
Ketiak daun Tidak
terbatas
Tongkol
majemuk
±65 cm
4.
Daemonorops
sparsiflora
Kuning Ketiak daun
Tidak
terbatas
Tongkol
majemuk
±40 cm
5.
Daemonorops
geniculata
Kuning Ketiak daun
Tidak
terbatas
Tongkol
majemuk
±60 cm

No Jenis
Struktur perbungaan Warna
Kepala sari
Warna Putik
1. Daemonorops draco Androdioecious Kuning Kuning
2.
Daemonorops
didymophylla
Androdioecious Kuning Kuning
3.
Daemonorops
poilanei
Dioecious Kuning Kuning
4.
Daemonorops
sparsiflora
Dioecious Kuning Kuning
5.
Daemonorops
geniculata
Dioecious Kuning Kuning
Tabel 5. Morfologi bunga pada beberapa spesies dari genus Calamus
No Jenis Warna bunga
Infloresen
Letak Tipe Bentuk Panjang
1. Calamus erinaceus Kuning
Ketiak
daun
Tidak terbatas
Tongkol
majemuk
±1,5 m
2.
Calamus
castanaceus
Kuning
Ketiak
daun
Tidak terbatas
Tongkol
majemuk
±1 m
3. Calamus posoanus Kuning Ketiak Tidak terbatas Tongkol ±1,2 m

29
KAJIAN SISTEM POLINASI BEBERAPA GENUS ARECACEAE BERDASARKAN
MORFOLOGI PERBUNGAAN


29
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

daun majemuk
4.
Calamus
nambariensis
Kuning
Ketiak
daun
Tidak terbatas
Tongkol
majemuk
88-207 cm
5. Calamus fertilis Kuning
Ketiak
daun
Tidak terbatas
Tongkol
majemuk
4 - 4,4 m

No Jenis Struktur perbungaan
Warna
Kepala sari
Warna Putik
1. Calamus erinaceus Dioecious Kuning Kuning
2.
Calamus
castanaceus
Dioecious Kuning Kuning
3. Calamus posoanus Dioecious Kuning Kuning
4.
Calamus
nambariensis
Dioecious Kuning Kuning
5. Calamus fertilis Dioecious Kuning Kuning
Tabel 6. Morfologi bunga pada beberapa spesies dari genus Salacca
No Jenis Warna bunga
Infloresen
Letak Tipe Bentuk Panjang
1. Salacca zalacca Merah Ketiak daun
Tidak
terbatas
Bongkol
majemuk
20-30 cm
2. Salacca wallichiana Merah
Ketiak daun Tidak
terbatas
Bongkol
majemuk
±1 m
3.
Salacca
dransfieldiana
Merah
Ketiak daun Tidak
terbatas
Bongkol
majemuk
1-2 m
4. Salacca magnifica Merah
Ketiak daun Tidak
terbatas
Bongkol
majemuk
±1 m
5. Salacca sumatrana Merah
Ketiak daun Tidak
terbatas
Bongkol
majemuk
20-30 cm

No Jenis
Struktur perbungaan Warna
Kepala sari
Warna Putik
1. Salacca zalacca Monoecious Merah muda Merah muda
2. Salacca wallichiana Dioecious Merah muda Merah muda
3. Salacca dransfieldiana Dioecious Merah muda Merah muda
4. Salacca magnifica Dioecious Merah muda Merah muda
5. Salacca sumatrana Dioecious Merah muda Merah muda

Tabel 7. Morfologi bunga pada beberapa spesies dari genus Nypa
No Jenis
Warna
bunga
Infloresen
Letak Tipe Bentuk Panjang
1. Nypa fruticans
Kuning
lemon
Ketiak daun Tidak terbatas
Bongkol
majemuk
1 - 1,7m

No Jenis Struktur perbungaan
Warna
Kepala sari
Warna Putik
1. Nypa fruticans Monoecious Kuning Kuning
Tabel 8. Morfologi bunga genus Elaeis
No Jenis
Warna
bunga
Infloresen
Letak Tipe Bentuk Panjang
1.
Elaeis
guineensis
Krim
kekuningan
Ketiak daun Tidak terbatas
Bongkol
majemuk
±40 cm

No Jenis Struktur perbungaan
Warna
Kepala sari
Warna Putik
1. Elaeis guineensis Monoecious Krim Kuning

30
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

R ASRA, D C YULIANTO, A ADRIADI

Hubungan Morfologi Perbungaan dengan
Sistem Polinasi Arecaceae
Bunga palem memiliki struktur trimer dasar
monokotil. Perianthus nya memiliki tiga
kelopak dan tiga tepal yang serupa. Bunga
jantan memiliki tiga benang sari di masing-
masing dua lingkaran. Bunga betina bersifat
hipogini dengan tiga karpel, yang mungkin
menyatu. Bunga palem secara individu relative
berukuran kecil dan tidak mencolok. Kelopak
mereka paling umum berwarna putih, dengan
warna tepal umumnya mirip dengan tangkai
daun dalam spesies atau varietas yang sama,
yaitu hijau, kekuningan, aprikot atau terkadang
keputihan. Daya tarik perbungaan palem pada
serangga sebagian tergantung pada banyaknya
jumlah bunga yang terbentuk pada infloresen
(perbungaan) yang besar, yang tampaknya
bertujuan untuk mengimbangi bunga yang
secara individu kurang menarik. Beberapa
bunga palem juga memiliki aroma yang sangat
harum sebagai daya tarik (Howard et al., 2001).
Morfologi perbungaan dari tumbuhan
Arecaceae dalam membentuk sistem polinasi
nya sangat berkaitan erat dengan proses evolusi
reproduksi nya dalam menghasilkan buah dan
biji. Fisher dan Moore (1977) menyatakan
bahwa evolusi beberapa perbungaan di Arenga
tidak hanya meningkatkan jumlah bunga, tetapi
juga memperpanjang periode produksi bunga di
batang dengan pertumbuhan terbatas. Perlu
dicatat bahwa tidak ada yang spesies
hapaxanthic (berbuah sekali) Arenga bertangkai
tunggal yang tampaknya telah mengembangkan
kebiasaan berproduksi pada banyak
perbungaan.
Hapaxantic di tumbuhan palem jarang
terjadi, dalam 16 genus yang telah dilaporkan
Moore (1973), semuanya kecuali tiga yang
secara eksklusif hapaxanthic. Di Metroxylon
semua spesies kecuali satu Metroxylon
amicarum (H. A. Ventland) Becc.) adalah
hapaxanthic, sedangkan di Daemonorops semua
spesies (c. 114) adalah pleonanthic (berbuah
lebih dari sekali) kecuali untuk Daemonorops
callicarpa (Griff.) Mart. dan mungkin beberapa
taksa terkait. Arenga mudah terlihat karena
variasi perbungaannya yang luar biasa. Fitur
bunga dan morfologi vegetatif pada genus
Arenga relatif tidak berubah; diversifikasi
tampaknya terjadi dalam perilaku berbunga
daripada dalam bunga karakter. Terlihat adanya
asosiasi acak dari kebiasaan berbunga tumbuhan
Arecaceae dengan karakter vegetatif dan
polaritas dari parameter hapaxanthic atau
pleonanthic sulit untuk ditetapkan (Dransfield
and Mogea, 1984).
Perbungaan palem ditopang secara
lateral pada batang dan diekspos di berbagai
ketinggian, dari dekat tanah seperti pada Calamus
acanthophyllus (Evans et al., 2001) hingga lebih
dari 50 m di atas tanah seperti pada Ceroxylon
quindiuense (Galeano and Bernal, 2010).
Struktur dan fenologi perbungaan secara
keseluruhan memainkan peran penting dalam
melindungi bagian-bagian vital dari herbivora
dan pada saat yang sama menarik para
penyerbuk. Perbungaan muda sering dilindungi
oleh selubung daun, sebuah propil dan biasanya
satu sampai beberapa tangkai daun pelindung
selubung dan anak tangkai daun pelindung.
Tekstur perbungaan dewasa dapat padat atau
lembut dengan posisi bunga yang terpisah jauh
dari batang. Perbungaan dewasa mungkin
sebagian diselimuti oleh daun pelindung yang
membentuk 'ruang penyerbukan' atau dapat
diperluas dengan terpisah secara luas sehingga
cabang dan bunga bisa menawarkan akses gratis
ke semua bagian bunga tersebut oleh beragam
serangga penyerbuk (Barfod et al. 2011).
Selain struktur, umur tumbuhan saat
pertama kali berbunga juga bervariasi pada tiap
spesies dari famili Arecaceae. Pada tumbuhan
spesies pleonanthic (berbuah lebih dari sekali)
seperti Chamaedorea sp. mulai berbunga saat
berumur beberapa tahun saja. Sedangkan pada
spesies hapaxanthic mulai berbunga setelah
berumur belasan hingga puluhan tahun seperti
Arenga westerhoutii yang berbunga pada umur
15-20 tahun. Hal ini terjadi karena spesies
hapaxanthic menyimpan energi pada batang yang
akan dimobilisasi pada akhir siklus hidup mereka
untuk mempertahankan sistem perbungaan yang
besar (Pongsattayapipat and Barfod, 2009;
Barfod et al. 2011)
Bunga-bunga dalam satu perbungaan
atau infloresen sering terbuka dengan urutan yang
berbeda dan variasi sifat ini dapat dikaitkan
dengan mekanisme penyerbukan. Henderson
(2002) mengemukakan korelasi yang mungkin
antara pematangan basipetal dari bunga / triad
dan penyerbukan kumbang di satu sisi, dan antara
pematangan akropetal dan penyerbukan lebah,
lalat, dan tawon di sisi lainnya.
Ekspresi seksual pada Arecaceae
dipisahkan pada lima tingkat spasial: di dalam

31
KAJIAN SISTEM POLINASI BEBERAPA GENUS ARECACEAE BERDASARKAN
MORFOLOGI PERBUNGAAN


31
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

bunga (di antara organ bunga), di dalam
kelompok bunga (di antara bunga), di dalam
perbungaan (di antara perbungaan parsial), di
dalam palem (di antara perbungaan) dan di
antara palem satu dengan palem lainnya.
Kompleksitas ekspresi seksual pada Arecaceae
hanya menjadi jelas ketika pemisahan fungsi
jantan dan betina dipertimbangkan baik dalam
ruang maupun waktu. Pengetahuan yang ada
masih dibatasi sehubungan dengan pentingnya
ekspresi seksual untuk mekanisme polinasi.
Perbedaan morfologis antara staminate
dan pistillate bunga mungkin merupakan bagian
penting dari kerangka interaksi pada
penyerbukan Arecaceae. Tingkat penurunan
organ seksual non-fungsional sangat bervariasi
dan mungkin juga bunga identik secara
morfologis seperti Nypa fruticans (Dransfield et
al., 2008), di mana organ vestigial sangat
berkurang atau bahkan tidak ada.

Agen Polinasi Pada Beberapa Genus Arecaceae


Tabel 9. Agen polinasi pada genus Areca
No. Famili Jenis Nama Lokal
1.
Apidae
Apis cerana Lebah madu
2. Trigona iridipennis Lebah tanpa sengat
3. Calliphoridae Chrysomya sp. Lalat hijau
4.
Formicidae
Camponotus sp. Semut kayu
5. Solenopsis sp. Semut api
6. Oecophylla smaragdina Semut rangrang
7. Paratrechina sp. Semut gila
8. Polyrhachis sp. Semut berduri
9. Lonchaeidae Salvador sp. Lalat tombak
10. Muscidae Musca domistica Lalat rumah
11. Sarcophagidae Sarchophaga sp. Lalat daging
12. Syrphidae Volucella nitida Lalat peniru lebah
13.
Vespidae
Rhynchium haemorrhoidale Tawon potter
14. Vespa analis Tawon
Tabel 10. Agen polinasi pada genus Arenga
No. Famili Jenis Nama Lokal
1. Apidae Apis sp. Lebah madu
2.
Pteropodidae
Eonycteris spelaea Kelelawar nektar
3. Macroglossus minimus Kelelawar lidah panjang
4. Macroglossus sobrinus Kelelawar lidah panjang
Tabel 11. Agen polinasi pada genus Calamus
No. Famili Jenis Nama Lokal
1.
Apidae
Apis sp. Lebah madu
2. Trigona sp. Lebah tanpa sengat
3. Kateretidae Kateretes sp. Kumbang polen
4. Vespidae Vespa sp. Tawon kertas
Tabel 12. Agen polinasi pada genus Daemonorops
No. Famili Jenis Nama Lokal
1.
Apidae
Trigona thoracica Lebah tanpa sengat
2. Trigona fascobalteata Lebah tanpa sengat
3. Trigona drescheri Lebah tanpa sengat
Tabel 13. Agen pollinator pada genus Salacca
No. Famili Jenis Nama Lokal
1. Apidae Trigona sp. Tawon klanceng
2.
Curculionidae
Nodocnemis sp. Kumbang penyerbuk kipas
3. Derelomus sp. Kumbang penyerbuk kipas
4. Diopsidae Teleopsis sp. Lalat mata bertangkai
5. Dryophthoridae Omotemnus sp. Kumbang

32
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

R ASRA, D C YULIANTO, A ADRIADI

Tabel 14. Agen pollinator pada genus Nypa
No. Famili Jenis Nama Lokal
1.
Apidae
Apis cerana Lebah madu
2. Apis dorsata Lebah madu
3. Apis florea Lebah madu
4. Tetragonula sp. Lebah
5. Trigona sp. Lebah
6. Agromyzidae - Lalat pengorok daun
7. Curculionidae - Kumbang moncong
8. Drosophilidae Drosophila sp. Lalat buah
9. Halictidae - Lebah halictid
10.
Nitidulidae
Cillaeinid sp. Kumbang pemakan getah
11. Epuraea sp. Kumbang pemakan getah
12 Staphylinidae Haptorcus sp. Kumbang kelana
13. Syrphidae - Lalat syrphid
14.
Vespidae
Vespa affinis Tawon
15. Vespa tropica Tawon
Tabel 15. Agen polinasi pada genus Elaeis
No. Famili Jenis Nama lokal
1. Anthocoridae Anthocoris sp. Kumbang bajak laut
2. Apidae Apis mellifera Lebah madu eropa
3.
Curculionidae
Elaeidobius bilineatus Kumbang moncong
4. Elaeidobius kamerunicus
Kumbang moncong /kumbang
sawit
5. Elaeidobius plagiatus Kumbang moncong
6. Elaeidobius singularis Kumbang moncong
7. Elaeidobius spatulifer Kumbang moncong
8. Elaeidobius subvittatus Kumbang moncong
9. Microporum dispar Kumbang
10. Microporum congolense Kumbang
11. Prosoestus sculptilis Kumbang moncong
12. Prosoestus minor Kumbang moncong
13. Drosophilidae Scaptodrosophila sp. Lalat buah
14. Formicidae Pheidole sp. Semut kepala besar

Hubungan Agen Polinasi dengan Morfologi
Perbungaan Arecaceae
Dari hasil pengkajian agen polinasi
pada genus Areca, Arenga, Calamus,
Daemonorops, Elaeis, Salacca dan Nypa,
didapatkan bahwa agen polinasi yang
mendominasi adalah serangga dari ordo
Hymenoptera yaitu golongan semut, lebah dan
tawon. Selanjutnya disusul oleh ordo
Coleoptera (kumbang) dan Diptera (lalat).
Sedangkan untuk genus Arenga terdapat
perbedaan data agen polinasi yang didapatkan
yaitu mamalia dari ordo Chiroptera (kelelawar).
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
Henderson (1986) dalam ulasan tentang biologi
penyerbukan pada pohon palem yang
melaporkan terjadinya berbagai jenis
penyerbukan, yaitu cantharophily (penyerbukan
kumbang), mellitophily (penyerbukan lebah),
dan myophily (penyerbukan lalat) adalah
sindrom yang paling umum di dalam Arecaceae.
Hubungan yang lebih khusus antara Arecaceae
dan penyerbuk tampaknya melibatkan
kumbang, khususnya yang termasuk dalam famili
Nitidulidae dan Curculionidae (Henderson, 1986;
Howard et al., 2001; Nú˜nez et al., 2005; Voeks,
2002). Ragam jenis agen polinasi pada genus-
genus famili Arecaceae diatas sesuai dengan letak
geografis persebarannya yaitu pada hutan-hutan
tropis dataran rendah di sekitar area garis
khatulistiwa yang termasuk area Indomalayan
(Pakistan, India, Bhutan, Nepal, China, Pulau
Yakushima dan Ryukyu, seluruh Asia Tenggara
termasuk Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil,
Timor, dan Maluku), dimana Corlett (2004)
menyatakan bahwa penyerbuk terpenting disana
secara berurutan adalah lebah sosial (Trigona sp.
dan Apis sp.), diikuti oleh kumbang, lalat, lebah
jenis lain, thrips, ngengat dan lebah soliter kecil.
Vertebrata penyerbuk seperti burung, lebih
berperan penting pada penyerbukan tumbuhan di
Papua Nugini dan Australia tropis.
Selain dengan agen-agen biotik tersebut,
dahulu para peneliti sebelum tahun 1980-an
menyebutkan bahwa penyerbukan yang terjadi
pada genus-genus tumbuhan Arecaceae adalah
penyerbukan yang dibantu oleh angin

33
KAJIAN SISTEM POLINASI BEBERAPA GENUS ARECACEAE BERDASARKAN
MORFOLOGI PERBUNGAAN


33
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

(anemophily) dan serangga (entomophily),
namun sebagian besar terjadi karena bantuan
angin. Eames (1961) menyebutkan penyerbukan
tumbuhan palem sebagian besar dibantu oleh
angin, namun ia mengakui bahwa telah terjadi
transisi sistem penyerbukan dari anemophily
menjadi entomophily pada Arecaceae. Hal ini
didukung dengan banyaknya spesies tumbuhan
Arecaceae yang menunjukkan beberapa
karakteristik yang terkait dengan sindrom
penyerbukan angin (Faegri dan Pijl, 1979)
seperti bunga yang kecil dan banyak, berwarna
terang, melimpah dan serbuk sari monosulcate
yang halus (Anderson et al., 1988).
Selain faktor morfologi, terdapat faktor
lain yang mendukung agen polinasi untuk
tertarik pada perbungaan Arecaceae. Dransfield
(1979) menyebutkan di sebagian besar spesies
Daemonorops, Ceratolobus, Calospatha, dan
Calamus bagian perbungaan itu seluruhnya atau
sebagian tertutup oleh daun pelindung di bunga
mekar, yang bisa bertahan selama dua minggu.
Bunga-bunga berjejal di rachillae, dan
menghasilkan bau apek. Pada Calamus ada
perbungaan yang tidak rapat, tidak tertutup oleh
daun pelindung, dan bunga mekar berlangsung
selama beberapa minggu. Bunga memiliki bau
asam dan pengunjung yang paling umum adalah
tawon atau lalat. Di Jawa, kumbang nitidulidae
kecil dianggap sebagai kumbang penyerbuk
potensial pada 4 genus tersebut karena
jumlahnya yang berlimpah. Fisher dan Moore
(1977) menyebutkan bahwa lebah madu (Apis
sp.) mengunjungi bunga staminate Arenga
tremula yang beraroma seperti ketumbar.
Pouvreau (1984) dan Corbet (1997) menuliskan
meskipun bunga adas (P. anisum) memiliki
aroma yang menarik, namun tidak cukup untuk
menarik minat serangga dari famili Apidae yang
lebih menyukai konsentrasi gula nektar yang
relatif tinggi seperti pada kelapa sawit (Elaeis
guineensis).
Selain aroma, waktu mekarnya bunga
pun mempengaruhi kedatangan agen
penyerbuk. Mogea (1978) menyebutkan
kumbang Derelomus sp. sebanyak 40-80 ekor
ditemukan pada perbungaan staminate Salacca
edulis Rein di Jawa yang mekar pada siang hari,
sedangkan 100 ekor kumbang ditemukan pada
perbungaan pistillate yang mekar pada siang
hari. Sedangkan Utami dan Kahono (1989)
menyatakan bahwa jumla h serangga
pengunjung Areca vestiaria mulai berkurang
pada sore hari, dibandingkan pada siang hari. Hal
tersebut berkaitan dengan penurunan produksi
nektar Areca vestiaria pada sore dan malam hari.
Hanya satu jenis serangga, yaitu Trigona
iridipennis yang tidak terpengaruh penurunan
produksi nektar karena selain mengambil nektar
dan serbuk sarim ia juga mengambil cairan
lainnya di permukaan bunga.
Pada perbungaan jantan Calamus
castaneus, dua spesies lebah Trigona sp.
menunjukkan perubahan perilaku yang jelas
antara pagi dan sore. Di pagi hari, mereka secara
aktif mengumpulkan serbuk sari dari yang
menonjol kepala sari, dan kembali pada sore hari
untuk mengumpulkan nectar keluar di pangkal
bunga. Terkadang mereka juga mengunjungi
bekas luka bunga, mungkin untuk mencari sisa
nektar. Pada perbungaan betina, kedua lebah
Trigona pertama kali tertarik ke kepala sari
vestigial di ujung terbuka steril menodai bunga,
tetapi tidak terus mencari serbuk sari. Mereka
segera tertarik oleh nektar yang menetes ke dasar
diad. Saat mencari nektar, mereka mendarat di
pistillate bunga dan selama kunjungan perut
mereka digosokkan pada stigma (Kidyoo and
McKey, 2012).
Peristiwa polinasi pada tumbuhan famili
Arecaceae atau palem yang dibantu oleh agen
polinasi tentu terjadi karena adanya hubungan
timbal-balik yang saling menguntungkan antara
kedua pihak. Pengunjung bunga palem tertarik
dengan ketersediaan makanan (nektar dan serbuk
sari), tempat berteduh, dan tempat bertelur.
Interaksi antara palem dan fauna yang
berkunjung mewakili pertukaran antara jasa-jasa
tersebut disediakan oleh penyerbuk potensial dan
aktivitas antagonis pengunjung serangga lainnya.
Bukti menunjukkan bahwa kumbang merupakan
kelompok penyerbuk terpenting di pohon palem,
diikuti oleh lebah dan lalat. Hal itu juga berlaku
pada agen penyerbuk minoritas termasuk
mamalia (misalnya kelelawar dan marsupial) dan
bahkan kepiting (Rianti, 2009; Barfod et al.,
2011, Nadra et al., 2012).
Hubungan yang terdapat antara bentuk
dan struktur pembungaan dengan penyerbuk
dapat dilihat dari beberapa karakter yang
ditunjukan oleh agen penyerbuk seperti ukuran
tubuh, kemampuan sensorik, kemampuan
mencari makan dan sumber energi yang

34
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

R ASRA, D C YULIANTO, A ADRIADI

dibutuhkan (Faegri and Pijl, 1979). Faktor
karakteristik bunga seperti ukuran, posisi organ
reproduksi, aksesibilitas nectar, bentuk bunga
dan periode pembungaan sangat mempengaruhi
interaksi antara tumbuhan sebagai sumber
makanan dan inang dengan agen penyerbuk
(Ghazoul, 1997).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasi studi literature yang
dilakukan, maka dapat disimpulkan yaitu
sebagai berikut :
1. Sistem polinasi pada genus Areca,
Arenga, Calamus, Daemonorops,
Salacca, Nypa dan Elaeis dari famili
Arecaceae memiliki morfologi
perbungaan memiliki warna bunga yaitu
kuning (Areca, Arenga, Daemonorops,
Nypa, Elaeis) dan merah (Salacca).
Karakteristik infloresen pada genus-
genus tersebut yaitu infloresen terletak di
ketiak daun, tipe infloresen tidak terbatas,
bentuk infloresen tongkol majemuk
(kecuali genus Nypa dan Elaeis
berbentuk bongkol majemuk), dan
panjang infloresen berkisar 8 cm – 170
cm. Struktur perbungaan adalah
monoecious, dioecious, dan
androdioecious. Warna pada kepala sari
adalah kuning cerah dan warna pada putik
adalah kuning, kecuali pada genus
Salacca kepala sari dan putik berwarna
merah muda. Karakteristik morfologi
perbungaan tersebut menentukan proses
penyerbukan yang terjadi dan
pembentukan buah yang akan dihasilkan.
2. Agen-agen polinasi potensial pada genus-
genus tersebut yang membantu dalam
penyerbukan adalah serangga dari famili
Apidae (lebah), Cur culionidae
(kumbang), dan Formicidae (semut)
karena tiga jenis serangga penyerbuk
tersebut diketahui menyukai perbungaan
berwarna kuning dan merah cerah. Jenis-
jenis lebah dan kumbang mendominasi
penyerbukan pada bunga berbentuk
bongkol majemuk, sedangkan pada
bunga tongkol majemuk ketiga agen
polinasi potensial dapat ditemukan
dengan jumlah jenis yang beragam.
Agen-agen polinasi tersebut berinteraksi
secara mutualisme dengan ketertarikan
mereka dengan morfologi perbungaan
genus-genus tersebut dan secara langsung
mempengaruhi adaptasi morfologi
perbungaan dalam proses reproduksinya.
SARAN
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
mengetahui teknik-teknik penyerbukan silang
yang optimal pada tumbuhan famili Arecaceae
dengan menggunakan dasar informasi dari sistem
polinasi berdasarkan morfologi perbungaan dan
agen-agen polinasi potensial yang telah
didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Abrol, D. P. 2012. Pollination Biology. New
York : Springer.
Adam, H., S. Jouannic, F. Morcillo, J. Esqoute,
Y. Duval, J. Verdeil and J. W. Tregear.
2005. Reproductive Developmental
Complexity in the African Oil Palm (Elaeis
guineensis, Arecaceae). American Journal
of Botany. 92(11): 1836-1852.
Afrian, D., W. Windriyanti dan S. Wiyatiningsih.
2010. Keragaman Serangga Pengunjung
Bunga Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis
Jacq) Di Perkebunan Swasta Singingi
Hilir, Riau. Plumula. 8(1): 34-42.
Antoni, H. W., D. Ratnasari, M, N. Wati, dan A.
M. Santoso. 2014. Inventarisasi Arecaceae
di Kawasan Wisata Air Terjun Irenggolo
Kediri. Biologi Sains, Lingkungan, dan
Pembelajarannya. Seminar Nasional XI
Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Apriniarti, M.S., B. Suryobroto, T. Atmowidi, S.
Kahono and W. Manalu. 2019. Population
and activites of curculionids beetle in
snake fruit (Salacca zalacca). 6th
International Conference on Sustainable
Agriculture, Food and Energy : Earth and
Environmental Science. 299.
Archetti, M., I. Scheuring, . Hoffmand and M. E.
Frederickson. 2011. Economic game
theory for mutualism and cooperation.
Ecology Letters. 41(12): 1300-1312.
Ashari, S. 2002. On the agronomy and botany of
Salak (Salacca zalacca). PhD Thesis
Wageningen University.
Asra, R. 2015. Serangga pengunjung pada
perbungaan Jernang rambai (Daemonorops
draco (Willd.) Blume). Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains. 17(2): 40-43.
Asra, R. dan U. Yelianti. 2016. Sistem Polinasi
Dragon’s Blood Palm Berdasarkan

35
KAJIAN SISTEM POLINASI BEBERAPA GENUS ARECACEAE BERDASARKAN
MORFOLOGI PERBUNGAAN


35
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

Morfologi Perbungaan dan Rasio Polen
Ovul. Prosiding SEMIRATA Bidang
MIPA 2016; BKS-PTN Barat. 2447-
2451.
Asra, R., Syamsuardi, Mansyurdin, dan J. R.
Witono. 2013. Kajian Sistem Polinasi
Daemonorops draco (Willd.) Blume.
Floribunda. 4(7): 182-187.
Baker, WJ.., and J. Dransfield. 2006. Sebuah
Panduan Lapangan Untuk Palem New
Guinea. Penerjemah : Keim AP. Kew:
Royal Botanical Gardens.
Bandini. 1996. Nipah Pemanis Alami. Jakarta:
Penebar swadaya.
Barfod, A. S., M. Hagen and F. Borchsenius.
2011. Twenty-five years of progress in
understanding pollination mechanisms in
palms (Arecaceae). Annals of Botany.
108: 1503-1516.
Barth, F.G. 1991. Insect and Flowers. The
Biology of Partnership. New Jersey:
Princeton University Press.
Berchtold, B.V. von dan J. S. Presl. 1820.
Berchtold, B. V. von & Presl, J. S. 1820.
O PÍirozensoty Rostlin. Krala Wiljma
Endersa, Praha.
Bremer, K. dan T. Janssen. 2005. Gondwanan
origin of major monocot groups inferred
from dispersal – vicariance analysis.
Aliso. 22 : 21 – 26.
Corbet, S. A. 1997. Role of pollinators in
species preservation, conservation,
ecosystem stability and genetic diversity.
Acta Horticulturae. 437: 219-228.
Corlett, R. T. 2004. Flower visitors and
pollination in the Oriental (Indomalayan)
Region. Biological Reviews. 79(3): 497–
532.
Deka, K., S. K. Borthakur, C. Nepi, and B.
Tanti. 2018. Lectotypification of
Calamus nambariensis Becc.
(Arecaceae). Nordic Journal of Botany.
36(10): 1-13.
Dransfield, J. 1979. A manual of the rattans of
the Malay Peninsula. Malayan Forest
Record. 29: 1-270.
Dransfield, J. 1997. The Rattans of Brunei
Darussalam. Brunei Darussalam: Ministry
of Industry and Primary Resources Brunei
Darussalam.
Dransfield, J. 2001. Two new species of
Daemonorops (Arecaceae) from Vietnam
Dransfield, J. and J. P., Mogea. 1984. The
flowering behavior of Arenga (Palmae:
Caryotoideae). Botanical Journal of the
Linnean Society. 88: 1-10.
Dransfield, J., N. W. Uhl, C. B. Asmussen , W.
J., Baker , M . M. Harley, And C. E. Lewis
. 2008 . Genera palmarum: The evolution
and classifi cation of palms. Royal Botanic
Gardens, Kew, UK.
Eames, A. J. 1961. Morphology of the
angiosperms. McGraw-Hill Book Co. Inc.
: New York.
Eiserhardt, W.L., J. Svenning, W.D. Kissling and
H. Balslev. 2011. Geographical ecology of
the palms (Arecaceae): determinants of
diversity and distributions across spatial
scales. Annals of Botany. 108: 1391-1416.
Faegri, K. & van der Pijl, L. 1979. The Principles
of Pollination Ecology. Pergamon Press :
Oxford.
Fatimah, S. 2013. Analisis Morfologi dan
Hubungan Kekerabatan Sebelas Jenis
Tanaman Salak (Salacca zalacca (Gertner)
Voss BANGKALAN. Agrovigor. 6(1) : 1-
15.
Fisher, J. B. and Moore, H. E., 1977. Multiple
inflorescences in palms (Arecaceae): their
development and significance. Botanische
Jahrbuchn fur Syshtik , Pfianzengcschichte
und lylohtmgcographie. 98: 573-61.
Ghazoul, J. 1997. Field studies of forest tree
reproductive ecology. ASEAN-Canada
Forest Tree Seed Center Project. Muak-
Lek : Saraburi.
Govaerts, R. , And J. Dransfield . 2005 . World
checklist of palms. Royal Botanic Gardens,
Kew. UK.
Hala, N., Y. Tuo, A. A. M. Akpesse, H. K. oua,
and Y. Tano. 2012. Entomofauna of Oil
Palm Tree Inflorescence at La Me
Experimental Station (Côte d’Ivoire).
American Journal of Experimental

36
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

R ASRA, D C YULIANTO, A ADRIADI

Agriculture. 2(3): 306-319.
Hasan, P. A. dan Atmowidi, T. 2017. Hubungan
Jenis Serangga Penyerbuk dengan
Morfologi Bunga Pada Tanaman Tomat
(Lycopersicum esculentum Mill.) dan
Sawi (Brassica juncea Linn.) Jurnal
Saintifik. 3(1): 77-82.
Heatubun, C. D. 2011. Seven New Species of
Areca (Arecaceae). Phytotaxa. 28:6-26.
Heatubun, C. D. 2016. Areca jokowi: A New
Species of Betel Nut Palm (Arecaceae)
from Western New Guinea. Phytotaxa.
288(2): 175-180.
Heatubun, C. D., J. Dransfield, T, Flynn, S. S.
Tjitrosoedirdjo, J. P. Mogea and W. J.
Baker. 2012. A monograph of the betel
nut palms (Areca: Arecaceae) of East
Malesia. Botanical Journal of Linnean
Society. 168: 147-173.
Heatubun, C. D., M. P. Iwanggin and V. I.
Simbiak. 2013. A new species of betel nut
palm (Areca: Arecaceae) from western
New Guinea. Phytotaxa. 154(1): 59-64.
Henderson A. 2002. Evolution and ecology of
palms. New York: New York Botanical
Garden Press.
Henderson, A. 1986. A review of pollination
studies in the Palmae. The Botanical
Review. 52: 221-259.
Howard, F. W., D. Moore, R. M. Giblin-Davis,
and R. G. Abad. 2001. Insects of Palms.
Oxon : CABI Publishing.
Janssen, T., and K. Bremer . 2004 . The age of
major monocot groups inferred from
8001 rbcL sequences. Botanical Journal
of the Linnean Society. 146 : 385 – 398.
Januminro. 2000. Rotan Indonesia. Yogyakarta
: Kanisius.
Johnson, D.V. 1999. The Economic Importance
of Palms to People in Tropical Areas.
Acta Horticulturae. 486(40) : 267-276.
Jones, D.L. 1995. Palms Throughout the World.
Washington D.C. : Smithsonian
Institution Press.
Kartikawati, N. K. 2015. Polinator Pada
Tanaman Kayu Putih. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan Yogyakarta.
Kearns, C.A. and Inouye, D.W. 1977. Pollinator,
Flowering Plants and Conservation
Biology. Bio Sci. 47:297-307.
Kidyoo, A. M. and D. Mckey. 2012. Flowering
phenology and mimicry of the rattam
Calamus castanaceus (Arecaceae) in
southern Thailand. Botany. 90: 856-865.
Labarca, M. and Z, Narváez. 2009. Identificación
y fluctuación poblacional de insectos
polinizadores en palma aceitera (Elaeis
guineensis Jacquin) en el sur del Lago
Maracaibo, Estado Zulia, Venezuela.
Revista de la Facultad de Agronomía. 26:
305-324.
Landry, C.L. 2010. Mightly Mutualisms: The
Nature of Plant-pollinatir Interactions.
Nature Education. 3(10) : 37.
Lestari, G. dan Kencana, I. P. 2008. Galeri
Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Lim, T.K. 2012. Nypa fruticans Wurmb. Edible
Medicinal and Non-Medicinal Plants. 1:
402-406.
LIPI [Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia].
2000. Koleksi Palem Kebun Raya Cibodas.
Cianjur: UPT Balai Pengembangan Kebun
Raya – LIPI.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar
Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta :
Kanisius.
Manohara, T. N., S. N. Ramaswamy, and G. R.
Shivamurthy. 2007. Calamus – dwindling
resources. Current Science. 92(3): 290-
292.
Mantiquilla, J.A. 2013. The Flowering Habit of
Nipa (Nypa fruticans Wurmb.) in Semi-
wild Stands of the Davao Region,
Philippines. BANWA. 10(1): 16-32.
Mantiquilla, J.A., R.G. Abad, K.M.G. Barro,
J.A.M. Basilio, G.C. Riverom and C.S.C.
Silvosa. 2016. Potential pollinators of nipa
palm. Asia Life Sciences. 25(1): 1-22.
Martins, F.Q. and Batalha, M.A. 2006.
Pollination system and floral traits in
cerrado woody species of the Upper
Taquari region (Central Brazil). Brazillian
Journal of Biology. 66(2A) : 543-552.
Martins, J., A. Carneiro., L. Souza, and J.
Almeida-Cortez. 2020. How Pollinator

37
KAJIAN SISTEM POLINASI BEBERAPA GENUS ARECACEAE BERDASARKAN
MORFOLOGI PERBUNGAAN


37
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

visits are affected by flower damage and
ants presence in Ipomoea cornea subs.
fistulosa (Martius and
Choise)(Convolvulaceae). Brazillian
Journal of Biology. 80(1): 47-56.
Martins, R.C., T.S. Filgueiras, and U.P.
Albuquerque. 2012. Ethnobotany of
Mauritia Flexuosa (Arecaceae) in A
Maroon Community in Central Brazil.
Economic Botany. 66(1): 91-98.
Martins, R.C., T.S. Filgueiras, and U.P.
Albuquerque. 2014. Use and Diversity of
Palm (Arecaceae) Resources in Central
Western Brazil. Hindawi The Scientific
World Journal. 2014 : 1-14.
Matsuda, H., H. Higuchi, N. Miyaji, and M.
Okabe. 2020. Liquid Spray Pollination in
Salak (Salacca wallichiana C. Mart.).
Tropical Agrotechnology Development.
64(3): 153-155.
Melendez, M. Q. and W. P. Ponce. 2016.
Pollination in the oil palms Elaeis
guineensis, E. oleifera and their hybrids
(OxG), in tropical America. Pesquisa
Agropecuaria Tropical. 46(1): 102-110.
Mogea, J.P. 1978. Pollination in Salacca edulis.
Principes. 8: 115-147.
Mogea, J.P. 1980. The Flabellate-Leaved
Species of Salacca (Palmae). Reinwardtia
9(4): 461-479.
Mogea, J.P. 2004. Four new species of Arenga
(Palmae) from Indonesia. Reinwardtia.
12(2): 181-189.
Moore, H. E., 1973. The major groups of palms
and their distribution. Gentes Herbarum.
11: 27-141.
Nadra, K., Dahelmi, dan Syamsuardi. 2012.
Jenis-jenis serangga pengunjung Bunga
Pacar Air (Impatients balsamina Linn.
:Balsaminaceae). Jurnal Biologi
Universitas Andalas. 1(1) : 9-14.
Pouvreau, A. 1984. “Cultures tropicales
oléagineuses.” In: Pesson P. et Louveau J.
(éds). Pollinisation et productions
végétales. INRA: Paris.
Prianto. 2009. Kelapa Sawit. http://www.
depperin. go. Id. Diakses 4 Mei 2020.
Renner, S.S. and J.P. Feil. 1993. Pollinators of
Tropical Dioecious Angiosperms.
American Journal of Botany. 80(9): 1100-
1107.
Rianti, P. 2009. Keragaman, efektivitas, dan
perilaku kunjungan serangga penyerbuk
pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas
L. Euphorbiaceae) [Tesis]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Rizali, A., B. T. Rajardjo, S. Karindah, F.
Ramadhani, Wahyuningtyas, Nurindah, B.
Sahari and Y. Clough. 2019. Communities
of oil palm flower-visiting insects:
investigating the covariation of
Elaeidobius kamerunicus and other
dominant species. Peer J. 1-14.
Rozainah, M.Z. and N. Aslezaeim. 2010. A
demographic study of a mangrove palm
Nypa fruticans. Scientific Research and
Essays. 5(24): 3898-3902.
Rustiami, H. 2002. Two new species of
Daemonorops (Palmae) from Sumatra. The
Gardens Bulletin Singapore. 54(2): 199-
204.
Rustiami, H. 2005. A New Species of
Daemonorops (Arecaceae) from Sekundur
forest, North Sumatra. Floribunda. 2(7):
198 – 200.
Rustiami, H. and A. Henderson. 2017. A
Synopsis of Calamus (Arecaceae) in
Sulawesi. Reinwardtia. 16(2): 49-63.
Salacca. Kew Bulletin. 56: 661-667.
Sarjani, T. M., Mawardi, E. S. Pandia, dan D.
Wulandari. 2017. Identifikasi Morfologi
dan Anatomi Tipe Stomata Famili
Piperaceae di Kota Langsa. Jurnal IPA dan
Pembelajaran IPA (JIPI). 1(2): 182-191.
Sayan, M.S. 2001. Landscaping with Palms in the
Mediterranean. Palms. 45(4) : 171-176.
Schmidt, L., H. Rustiami, and I. Theliade. 2019.
Local monitoring of flowering and fruiting
of Jernang, Daemonorops species in
Sumatra, Indonesia. Biodiversitas. 20(1):
118-125.
Sharma. 2002. Plant Taxonomy. Tata Mc Draw-
Hill Publishing Company Limited.
Department of Botany-New Delhi.

38
Copyright © 2022 The Authors.
J. Biospecies. (15) 2, July 2022. 24 - 38

R ASRA, D C YULIANTO, A ADRIADI

Silberbauer-Gottsberger, I. 1990. Pollination
and evolution in palms. Python. 30: 213–
223.
Start, A. N. and A. G. Marshall. 1976.
Nectarivorous bats as pollinator of tree in
West Malaysia. England : Academic
Press.
Steenis, C.G.G.J. Van. 2006. Flora Indonesia.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Steward, M.P. 2017. Pollination Mechanisms
and Plant-Pollinator Relationships.
University of Missouri Extension. M402 :
1-20.
Stewart, L. 1994. A Guide to The Palms &
Cycads of the World. Sydney : Angus &
Robertson.
Straarup, M., A.E. Hoppe, R. Pooma, and A.S.
Barfod. 2018. The role of beetles in the
pollination of the mangrove palm Nypa
fruticans. Nordic Journal of Botany.
36(9): 1-29.
Sudarnadi, H. 1996. Tumbuhan Monokotil.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Supapvanich, P., Megia, R., and P. Ding. 2011.
Postharvest biology and technology of
tropical and subtropical fruits : Salak
(Salacca zalacca (Gaertner) Voss).
Cambridge : Woodhead Publishing
Limited.
Tan. N.Q. 2008. Pollination ecology of
Melaleuca cajuputi, Nypa fruticans and
their flower visitors. Journal of
Apicultural Research. 47(1): 10-16.
Tanjung, S.R., Dahelmi, dan Mairawita. 2019.
Aktivitas Serangga Pengunjung (Insect
Visitor) pada bunga Salak (Salacca
sumatrana Becc.) di Kabupaten Tapanuli
Selatan. Jurnal Education and
development. 7(2) : 233-235.
Tenda, E.T., I. Maskromo dan B. Heliyanto.
2010. Eksplorasi Plasma Nutfah Aren
(Arenga pinnata Merr.) di Kutai Timur,
Provinsi Kalimantan Timur. Buletin
Palma. 38: 88-94.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Uhl, N. W. & Dransfield, J. 1987. Genera
Palmarum: A classification of palms
based on the work of H. E. Moore Jr. L. H.
Bailey Hortorium and International Palm
Society, Allen, Lawrence, Kansas.
Uhl, N.W. 1972. Inflorescence and flower
structure in Nypa fruticans (palmae).
American Journal of Botany. 59(7): 729-
743.
Uslinawati, Z,. Rosmalinasiah. Dan Asrun. 2014.
Morfologi dan Tingkat Kelimpahan Jenis
Rotan Di Hutan Lindung Papalia
Kabupaten Konawe Selatan. Fakultas
Kehutanan Dan Ilmu Lngkungan
Universitas Halu Oleo.
Utami, N. dan S. Kahono. 1989. Penyerbukan
pada Pinang Yaki (Areca vestiaria) di
Kebun Raya Bogor. Berita Biologi. 3(9):
470-472.
Valenta, K., Nevo, O., Martel, C., and sChapman,
C.A. 2017. Plant attractans: integrating
insights from pollination and seed
dispersal ecology. Evolutionary Ecology.
31(2): 249-267.
Wagiman, F.X., F. Efendi, dan T. Harjaka. 2014.
Dampak erupsi Merapi 2010 terhadap
serangga penyerbuk bunga salak. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia. 18(1):
13-16.
Wardah. 2003. Pemanfaatan Keanekaragaman
Sumber Daya Tumbuhan Oleh Masyarakat
Baduy Dalam di Sekitar Gunung Kendeng
Selatan, Kabupaten Lebak, Banten. Berita
Biologi. Volume VI (6): 679- 689.
Warnita, I. Suliansyah, A. Syarif, and R. Adelina.
2019. Flowering induction and formation
of salak (Salacca sumaterana Becc) fruit
with potassium and boron fertilization. 6th
International Conference on Sustainable
Agriculture, Food and Energy : Earth and
Environmental Science. 347 (2019).
White, T.L., Adams, W.T., dan Neale, D.B. 2007.
Forest Genetics. Oxfordishe : CABI
Publishing.
Witono, J.R.A., Suhatman, N. Suryana dan R.S.
Purwantoro. 2000. Koleksi Palem Kebun
Raya Cibodas. Seri Koleksi Kebun Raya-
LIPI. II(I).