MAKALAH POKOK-POKOK ULUM AL -QUR’AN
AL-QUR,AN DAN HADITS

Dosen Pengampu: Nadrah Ulfah.,M.Pd




Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah AL-QUR’AN DAN HADITS

Disusun oleh : Kelompok 4
1. Sri Rewangsih (21.01.01.0082)
2. Silvia Nasah (21.01.01.0094)












PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAI NIDA EL-ADABI
2022

i

KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan 'inayah dan
hidayah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Selawat beserta salam ditujukan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia ke jalan yang diridai Tuhan dengan cara
memberikan suri te-ladan dengan memeragakan akhlak dan moral tinggi kepada umatnya menuju
kehidupan yang lebih baik, di dunia dan di akhirat.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah qur’an dan
hadits Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapakan bantuan serta bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nadrah
Ulfah, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Quran dan Hadits. Dan dalam penyusunan makalah ini kami
juga memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada teman-teman yang sudah memberikan kontribusinya dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu kami sangat megharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesaikannya
makalah Metodologi pendidikan studi Islam ini dapat bermanfat.
Wassalamu ‘alaikum warohmatullahi wabarokatuh.





Tangerang, Januari 2022


Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 2
3.1 Pengertian Ulum Al-Qur'an ............................................................................................. 2
3.2 Sejarah Turun dan Penulisan Al Quran .......................................................................... 3
3.3 Asbab Nuzul ...................................................................................................................... 7
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 8
4.2 Saran ................................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 9

1

BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makalah ini dilatarbelakangi dari tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Qur'an Hadis,
yaitu Ibu Nadrah Ulfah, selain itu menjadi langkah awal untuk mengasah kemampuan kami dalam
membuat makalah sekaligus menambah wawasan mengenai Pokok-Pokok Ilmu Qur'an. Makalah ini
juga berisikan tentang betapa pentingnya Pokok-Pokok Ilmu Qur'an dalam kehidupan.
Al-Qur'an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. Al-Qur'an diturunkan dalam
bahasa Arab, namun yang menjadi masalah dan pangkal perbedaan adalah kapasitas manusia yang
sangat terbatas dalam memahami Al-Qur'an. Karena pada kenyataannya tidak semua yang pandai
bahasa Arab, sekalipun orang Arab sendiri, mampu memahami dan menangkap pesan Ilahi yang
terkandung di dalam Al-Qur'an secara sempurna. Terlebih orang ajam (non-Arab). Bahkan sebagian
para sahabat nabi, dan tabi'in yang tergolong lebih dekat kepada masa nabi, masih ada yang keliru
menangkap pesan Al-Qur'an. Kesulitan-kesulitan itu menyadarkan para sahabat dan ulama generasi
berikutnya akan kelangsungan dalam memahami Al-Qur'an. Mereka merasa perlu membuat rambu-
rambu dalam memahami Al-Qur'an. Terlebih lagi penyebaran Islam semakin meluas, dan kebutuhan
pada pemahaman Al-Qur'an menjadi sangat mendesak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Ulumul Qur'an?
2. Apa ruang lingkup dan pokok bahasan Ulumul Qur'an?
3. Apa definisi dari asbab al-nuzul?
4. Bagaimana penulisan Al-Qur'an ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian Ulumul Qur'an
2. Mengetahui ruang lingkup dan pokok bahasan Ulumul Qur'an
3. Mengetahui definisi dari ashab al-nuzul
4. Mengetahui penulisan Al-Qur'an

2



BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Ulum Al-Qur'an
Al-Qur'an diturunkan Allah SWT kepada manusia sebagai petunjuk mencapai keselamatan,
kebahagiaan dunia dan akhirat. Pada masa Nabi, masalah-masalah yang timbul selalu dapat
diselesaikan dengan mudah, dengan bertanya langsung kepada beliau. Namun perkembangan
selanjutnya tidaklah demikian. Dalam upaya menggali dan memahami isi Al-Qur'an, umat Islam
perlu kepada alak untuk membedahnya. Mereka perlu ilmu untuk memahami Al-Qur'an. Ilmu atau
alat yang diperlukan tidak cukup satu, tetapi sangat banyak, maka muncul istilah 'Ulûm Al-qur'ân
(Ulum Al-Qur'an: ilmu-ilmu Al-Qur'an). Kata 'ulûm jamak dari 'ilm, artinya al-fahmwa al-idrâk
(paham dan menguasai).' Ulûm Al-Qur'ân seperti yang dikenal sekarang, tidak muncul sekaligus
menjadi satu kumpulan yang sempurna. Melalui proses yang cukup lama, Ulum Al-Qur'an,
mengalami perkembangan yang simultan dan berkesinambungan. Proses kemajuan itu akibat dari
adanya sikap para ulama yang memiliki kecenderungan yang berbeda dalam menggali Al-Qur'an.
Diantara mereka ada yang menitikberatkan kepada masalah rasm (penulisan), asbab al-nuzul (sebab
turun), i'jaz kemukjizatannya), dan baldghah. (gaya sastra). Iadi, tiap ulama mempunyai
ketertarikan tersendiri pada Al-Qur'an, sehingga ilmu-ilmu tersebut masih belum teratur rapi
dan beredar pada tokohnya masing-masing. Suatu ketika Imam Syafi’i dituduh mempunyai paham
yang menyimpang berkenaan dengan Al-Qur'an. Ia diajukan ke hadapan khalifah Harun al-Rasyid.
Khalifah bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang Kitab Allah? Imam Syafi'i menjawab, "Kitab
Allah yang mana sebab Allah telah menurunkan banyak kitab suci." "Kitab Allah yang diturunkan
kepada Muhammad SAW," jawab.Khalifah. Imam Syafi'i menambahkan, ilmu Al-Qur'an itu
banyak sekali. Apakah Anda bertanya tentang bagian-bagian yang muhkam, mutasyabih,
bagian-bagian yang dibelakang kan atau didahulukan, ataukah tentang nasikn dan mansukh,
ataukah soal-soal yang lain.2 Dari jawaban Imam Syafi'i itu, mengindikasikan bahwa Ulum
Al-Qur'an itu sangat banyak. Ulum Al-Qur'an adalah sekumpulan ilmu yang membahas
tentang berbagai segi dari Al-Qur'an, Para ulama mendefinisikan Ulum Al-Qur'an sebagai, 'ilmu
yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur'an dari segi aspek turun,
sistematika, pengumpulan dan penulisan, bacaan, tafsir, ke mukjizatan, serta nasikn dan
mansukh Sebagian ulama mengatakan bahwa ilmu-ilmu ini juga disebut dengan ushui al-
tafsir, Sebab cakupan pembahasan dalam Ulum Al-Qur'an berkaitan dasar-dasar memahami
Al-Qur'an. Karena itu seluk-beluk Ulum Al-Qur'an mutlak harus dikaji dan di kuasaioleh
seorang mufasir.

3




3.2 RUANG LINGKUP DAN POKOK -POKOK ‘ULUM AI – QUR’AN
Secara etimologis ‘ulumul Qur’an berasal dari Bahasa Arab ‘ulum dan Al Qur’an, yang jika di gabungkan
memiliki arti ilmu -ilmu yang mempelajari Al – Qur’an.
Ilmu ini telah di kembangkan pada masa Usman bin Afan, tepatnya setelah penyusunan mushaf Al Qur’an di
rampungkan. Pembagian bidang kajian ‘ulumul Qur’an sangat luas .Abu Sahbah dalam kitab Al Madkhal li
Dirasah Al- Qur’an Al Karim menjelaskan pembahasannya di mulai dari sebab dan cara proses penurunan,
urutan, penulisan ,pengkodifikasian cara membaca huruf dan kalimat ,penafsiran,kemu’jizatan,serta
berbagai pembahasan lainnya (Syabhah, 1992 :25)
Dari penjelasan Abu Sahbah tersebut, ulumul Qur’an kemudian di bagi menjadi 6 pokok bahasan, Apa saja?
POKOK BAHASAN ULUMUL QUR’AN.
Mengutip buku sejarah dan pengatar Ilmu Al Qur’an oleh Hasbi Ash Shiddiqi (1994 :100), ada enam pokok
bahasan Ulumul Qur’an yang telah di sepakati oleh para ulama yaitu :
1. Proses turunnya Al Qur’an (nuzulul Qur’an ).
Bahasanya berupa waktu dan tempat dan turunnya suatu ayat ,penyebab dan sejarah lengkapnya.

2. Pembahasan terkait sanad (rangkaian periwayat)
Bahasannya berupa jenis -jenis periwayat (Riwayat mutawatir,Riwayat ahad,Riwayat syadz), macam
qiraat nabi, penjelasan mengenai para perawi dan penghafal Al-Qur’an,serta proses penyebaran
Riwayat (tahhamul).

3. Pembahasan soal qira’at( cara membaca Al- Qur’an)
Topik ini menyangkut beberapa hal, diantaranya cara berhenti(waqaf), cara memulai bacaan(ibtida’),
macam bacaan yang di panjangkan (mad), cara membaca huruf,dan lain-lain.

4. Pembahasan terkait kata-kata dalam AL-Qur’an
Topik yang di bahas antara lain mengenai kata-kata asing dalam Al-Qur’an (Gharib), kata -kata yang
berubah harahat akhirnya (mu’raf),kata-kata yang memiliki makna serupa (homonim),padan kata-kata
dalam ayat(sinonim),isti’arah dan penyerupaan (tasybih).

5. Pembahasan terkait makna kata dalam Al-Qur’an.
Ada bahasan ulumul Qur’an yang membahas makna di balik kata -kata dalam Al-Qur’an. Di antara
topik bahasan ini adalah fashl,washl, uraian singkat (I’jaz),uraian Panjang (ithrab) dan uraian seimbang.

6. Pembahasan mengenai makna-makna dalam Al- Qur’an
Makna yang di maksud tidak secara harfiah, namun ada pembahasan makna lain, misalnya makna
umun (‘am) makna lahir, makna global (mujmal),makna kontek pembicaran (manthuq),makna yang
tidak melahirkan keraguan(muhkam) dan makna yang terdapat kesamaan di dalamnya (mutasyabih).

4



SEJARAH TURUN DAN TURUNNYA AL -QUR’AN
3.1.1 Sejarah Turun nya Al Quran
Al-Qur'an yang ada seperti sekarang ini tidaklah turun secara keseluruhan sekaligus dalam satu
kali pewahyuan. Al- Qur'an diturunkan secara bertahap. Al-Qur'an turun secara periodik kepada Nabi
ini dapat dipahami, karena memang tu| juan utama diwahyukan firman-Nya adalah untuk memper:
baiki umat manusia, baik berupa penjelasan, sanggahan terhadap kaum musyrik, teguran, ancaman,
kabar gembira, dan seruan. Ada yang turun lima ayat sekaligus, ada pula yang sepuluh ayat
sekaligus, bahkan adakalanya terdapat wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW itu,
kurang atau bahkan lebih dari itu. Dalam kasus-kasus tertentu misalnya, wahyu diturunkan dalam
jumlah yang cukup banyak. Contohnya wahyu yang turun berkenaan dengan peristiwa Hadits al-Ifki.
Tuhan menurunkan wahyu Al-Qur'an sekaligus sebanyak sepuluh ayat.
1

Mengenai tahap-tahap turunnya Al-Our'an, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Al-
Sya'bi mengatakan Al-Qur'an mula-mula turun pada malam hari, lailah al-Qadar setelah itu turun
berangsung-angsur secara periodik. Pendapat al-Sya'bi ini didasarkan atas firman Alah SWT:
ِرۡدَق
ۡ
لٱ ِةَلۡيَل يِف ُهََٰن
ۡ
لَزنَأ ٓاَّنِإ
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.

Sesungguhnya Kami telah menurunkan. ALQuran pada malam gadr (lailah al-qadar). {Al Qadr:1}


Penilaian al-Sya'bi ini dinilai sangat tepat, karena tidak bertentangan dalam apa yang
diisyaratkan oleh Al-Qur'an, bahwa Al-Qur'an diturunkan pada malam penuh berkah dalam bulan
Ramadhan. Itulah yang dimaksud dengan Allah SWT dengan kalimat malai penuh berkah dalam ayat
3 surah al-Dukhan (44). Malam berkah itu disebut juga Jailah al Qadr, dalam salah satu rmalam dari
bulan Ramadhan. Misalnya :
ِ م ٖتََٰنِ يَبَو ِساَّنلِ ل ىٗدُه ُناَءۡرُق
ۡ
لٱ ِهيِف َلِزن
ُ
أ ٓيِذَّلٱ َناَضَمَر ُرۡهَش
ۡ
لٱ َن َو َٰىَدُه َف ِۚ
ِناَقۡرُف
ۡ
لٱ َي
ۡ
لَف َرۡهَّشلٱ ُمُكنِم َدِهَش نَم نَمَو
ُۖ
ُهۡمُص
ِب َُّللَّٱ ُديِرُي َۗ
َرَخ
ُ
أ ٍماَّيَأ ۡنِ م ٞةَّدِعَف ٖرَفَس َٰىَلَع ۡوَأ اًضيِرَم َناَك ُمُكٱ َو َرۡسُي
ۡ
ل ُكِب ُديِرُي َلَ ِع
ۡ
لٱ ْاوُلِمۡكُتِلَو َرۡسُع
ۡ
لٱ ُم ََّللَّٱ ْاوُرِ بَكُتِلَو َةَّد
َنوُرُكۡشَت ۡمُكَّلَعَلَو ۡمُكَٰىَدَه اَم َٰىَلَع
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam

1
M.Ag. Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, Pengantar Ilmu Ilmu Al Quran (Ulumul Qur’an), ed. by Pertama (Depok: Kencana
Prenadamedia Group, 2017).

5



perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). {Al Baqarah:185}

Ada juga yang berpendapat bahwa Al-Qur'an diturunkan melalui tiga tahapan. Pertama, Allah
menurunkannya di Lauh al-Mahfizh, selanjutnya diturunkan ke Bait al-Izzah di langit pertama,
kemudian diturunkan secara beragsur-angsur diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sesuai
dengan keperluan dan sesuai dengan peristiwa yang sedang dihadapi. Terhadap tiga tahapan
turunnya Al-Qur'an ini, Shubhi Shaih? menolak argumen yang dikemukakan itu sekalipun didukung
periwayatan yang valid, namun tampaknya kurang pas dengan garis keterangan yang diajukan Al-
Qur'an sendiri. Barangkali, pendirian yang dipegangi oleh keduanya sama-sama benar, karena
mempunyai dalil-dalil kuat yang menopang pendapat mereka masing-masing.

3.1.2 Sejarah Penulisan Al Qur’an
Pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, penulisan Al-Qur'an dalam satu buku
komplet belum merupakan kebutuhan mendesak dan belum ada naskah yang sempurna. Sekalipun
Nabi sendiri memiliki sekretaris khusus yang bertugas mencatat semua wahyu yang diturunkan
kepadanya Penu. lisan Al-Qur'an dalam satu naskah seperti yang ada sekarang baru terealisasikan
pada masa Khulaf' al-Rasyidin. Namun demikian, keaslian dan keutuhan Al-Qur'an tetap terjaga
dengan baik. Al-Qur'an cukup terjaga keaslian dan keutuhannya melalui hafalan dari Nabi dan dari
para sahabat. Mekanisme penjagaan hafalan itu bermula dari hafalan Nabi yang pada tiap bulan
Ramadhan selalu dicek ulang oleh Malaikat Jibril. Kemudian, para sahabat mengecek kepada Nabi
SAW. Jadi, keutuhan Al-Qur'an sangat terjaga. Para hujjazh di sekitar Nabi sangat banyak Lain
halnya ketika terjadi peperangan yang terjadi pada masa Khulaf' al-Rasyidin, maka kebutuhan akan
pembukuan Al-Qur'an makin terasa.
Pada masa Khalifah Abu Bakar, Khalifah disibukkan oleh para pembangkang. Dalam
penumpasan inilah, banyak sahabat yang menjadi syahid, terutama mereka yang menyandang gelar
sebagai huffazh Al-Qur’an. Para penghafal Al-Qur an semakin menipis jumlahnya akibat peperangan
di Yamamah, para sahabat yang syahid mencapai tujuh puluh orang lebih. Jumlah yang cukup

6



banyak itu di mata "Umar bin Khaththab sangat mengkhawatirkan, juga mencemaskan kelangsungan
risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Atas kegeniusan dan kecemerlangan visi
kedepannya itu, ‘Umar dengan inisiatifnya kemudian mengusulkan pengumpulan dan pembukuan Al
Quran kepada Abu Bakar.
2

Memang pada mulanya Khalifah Abu Bakar keberatan, namun dengan argumen yang
dikemukakan oleh “Umar, akhirnya Abu Bakar menerima usulan itu.“ Usaha itu dimulai dengan
mengumpulkan para sekretaris Nabi. Terutama Zaid bin Tsabit, walaupun melalui perdebatan dengan
Abu Bakar dan “Umar, akhirnya ia menyetujui tugas yang bakal diembannya. Ia mulai
mengumpulkan Al-Qur'an yang masih berserakan di pelepah-pelepah kurma, kepingan-kepingan
batu, dan dari hafalan para penghafal Al-Qur'an.' Pendek kata, Zaid bin Tsabit melakukan tugas
mulia dan berat, dengan hati-hati sehingga keautentikan Al-Qur'an benar-benar asli dan terjaga.
Akhirnya, tersusunlah apa yang disebut mushaf seperti yang ditugaskan oleh Abu Bakar di samping
mushaf-mushaf lain yang bersifat mushaf pribadi seperti mushaf milik “Ali, “Ubai, dan mushaf Ibn
Mas'ud, tetapi mushaf-mushaf ini tidak ditulis secara teratur sebagaimana mushaf Abu Bakar.'
Penyebaran umat Islam pada masa “Utsman bin Affan” semakin meluas. Terjadi perbedaan
cara membaca di daerah-daerah mereka mengklaim berasal dari Nabi. Ketika terjadi perang di daerah
Armenia dan Azerbaijan dengan penduduk Irak, di antara orang yang ikut bertempur menyerbu
kedua daerah itu adalah Huzaifah bin al-Yaman. Ia menemukan kejanggalan dan kesalahan dalam
membaca Al-Qur'an, hal ini sangat memprihatinkan para sahabat. Mereka takut akan terjadi
penyimpangan dalam Al-Qur'an. Mereka bersepakat menyelamatkan umat Islam dengan satu bacaan
yang seragam.
“Utsman kemudian mengirimkan utusan kepada Hafsah untuk meminjamkan mushaf Abu
Bakar. Kemudian “Utsman memanggil Zaid bin Tsabit al-Anshari, “Abd Allah bin Zubair, Sa'id bin
“Ash, dan “Abd al-Rahman bin Harits bin Hisyaim. Ketiga orang terakhir ini dari suku Quraisy, lalu
memerintahkan mereka agar menyalin dan memperbanyak mushaf, serta memerintahkan agar apa
yang diperselisihkan Zaid dengan ketiga orang itu ditulis dalam bahasa Quraisy, karena Al-Qur'an
turun dengan logat, dialek mereka. Mereka melaksanakan tugas, setelah selesai, “Utsman
mengembalikan mushaf asli kepada Hafsah. Selanjutnya, “Utsman mengirim satu mushaf versi baru
ke setiap wilayah dan memerintahkan agar semua mushaf lain dibakar. Akhirnya, “Utsmin berpidato,
“Ketika terjadi perselisihan di antara sahabat Nabi. Kalian yang ada di hadapanku telah berselisih
paham, dan salah dalam membaca Al-Qu’ran. Penduduk daerah yang jauh tentu lebih besar lagi
perselisihan dan kesalahannya. Bersatulah wahai sahabat-sahabat Muhammad, tulislah untuk semua

2
Prof. Dr. H. Amroeni Drajat.

7



satu mushaf saja sebagai pedoman. Pidato Utsman ini disepakati oleh seluruh sahabat Nabi, agar
umat Islam bersatu dengan berpedoman mushaf yang satu. Dengan demikian, Utsman dapat
dikatakan telah menyatukan umat Islam dari ancaman perpecahan dan perselisihan. Oleh sebab itu,
didapati sekarang ini mushaf Al-Qur'an yang sesuai dengan yang asli yang telah diperjuangkan oleh
“Utsman” dan dijadikan pedoman umat Islam.
3.2 Asbab Nuzul
Secara bahasa, kata asbib al-nuzul berasal dari dua kata, yaitu asbab dan al-nuzul. Asbab
adalah kata yang berasal sababa-yazbabu-asbab yang artinya telah menyebabkan. Jadi ketika berubah
wazan jadi asbab (plural) maka artinya sebab-sebab. Sedangkan al-nuzul berasal dari kata nazala-
yunzilu yang artinya telah menurunkan, sehingga ketika kata itu berubah menjadi masdar (nuzul)
maka berarti kata tersebut bermakna turun.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa defenisi, sebagai berikut:
a. Dawud Al-Aththar
Asbab al-nuzul adalah sesuatu yang melatar belakangi turunnya satu ayat atau beberapa ayat atau
suatu pertanyaan yang menjadi sebab turunnya ayat sebagai sebagai jawaban, atau sebagai
penjelasan yang diturunkan pada waktu terjadinya suatu peristiwa.
b. Subhi al-Salih
Asbab al-nuzul adalah sesuatu yang menyebabkan turunnya satu ayat atau beberapa ayat yang
memberi jawaban terhadap sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab
itu.
c. Bagir al-Hakim
Asbab al-nuzul adalah segala sebab yang terjadi pada masa wahyu diturunkan yang menyebabkan
turunnya wahyu. Berdasarkan definisi diatas, maka penulis dapat memahami bahwa asbab al-
nuzul ialah hal yang melatar belakangi ayat Al-Ouran diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW. Untuk itu yang perlu diperhatikan dalam asbab al-nuzul adalah pelaku, tempat
dan waktu peristiwa agar kita dapat menerapkan atau membumikan ayat- ayat itu pada kehidupan
kita.

8

BAB III PENUTUP
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Ulumul Qur'an adalah sejumlah pengetahuan (ilmu) yang berkaitan dengan al-Our'an baik
secara umum seperti ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab, dan secara khusus adalah kajian
tentang al-Our'an seperti sebab turunnya al-Our'an, Nuzul al-Our'an, nasikh mansukh, I'jaz, Makki
Madani, dan ilmu-ilmu lainnya. Secara garis besar, pokok bahasan Ulumul Our'an terbagi menjadi
dua aspek utama, yaitu: Pertama, ilmu yang berhubungan dengan riwayat sematamata, seperti ilmu
yang mempelajari tentang jenis-jenis bacaan (gira'at), tempat dan waktu turun ayat-ayat atau surah
al-Our'an (makkiah-madaniah), dan sebabsebab turunnya alOur'an (asbab an-nuzul). Kedua, yaitu
ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara
mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafazh yang gharib (asing) serta mengetahui makna ayat-
ayat yang berkaitan dengan hukum.
4.2 Saran
Demikianlah makalah mengenai Ulumul Our'an, kami berharap kepada pembaca agar dapat
memberikan penulis kritikan maupun masukkan yang positif demi penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan faedah bagi kita semua.

9

DAFTAR PUSTAKA


Prof. Dr. H. Amroeni Drajat, M.Ag., Pengantar Ilmu Ilmu Al Quran (Ulumul Qur’an), ed. by
Pertama (Depok: Kencana Prenadamedia Group, 2017)
https:// kumparan.com