JURNAL COMM-EDU
ISSN : 2622-5492 (Print) 2615-1480 (Online) Volume 6 Nomor 2, Mei 2023
248
PENINGKATAN KOMPETENSI PETERNAK DOMBA
MELALUI PROGRAM PELATIHAN PENGOLAHAN PAKAN
FERMENTASI (SILASE)
Faris Rahmat Hidayat
1
*,Sri Nurhayati
2
1,2
Pendidikan Masyarakat,IKIPSiliwangi, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia
1
[email protected]@gmail.com
Received:Juni,2022;Accepted:Mei,2023
Abstract
The background of the research is the results of the Inter-Census Agricultural Survey (2018) that the
number of livestockhouseholds in Indonesia reaches 13.56 million households. The success of livestock
development as a sub-sector that contributes to the improvement of the national economy will be largely
determined by human resources, namely breeders as the main actors oflivestock activities themselves.
Increased competence has a very important role in improving the ability of farmers, especially in this
study are sheep breeders. The purpose of this study was to determine the competency improvement of
sheep breeders through a fermented feed processing training program (silage). The research method
that the researcher used was descriptive qualitative research with data collection methods through
interviews and observations. The sample of this study were five farmers who participated in the training,
one training facilitator, and one community leader. The research site is in Cipada Village, Cikalong
Wetan District, West Bandung Regency.The results of this study are to provide a positive impact and
benefit in the long term forfarmers, namely increasing the knowledge, skills and independence of
farmers in animal feed management and for the sustainability of sheep breeders so that farmers are able
to survive in the times. The community becomes empowered by participating in Fermented animal feed
processing training.
Keywords:Sheep Breeder Competence, fermented animal feed processing Training
Abstrak
Latar belakang penelitian ini adalah berdasarkan hasil Survei Pertanian Antar Sensus (2018) Indonesia
memiliki 13,56 juta peternakan rumah tangga. Keberhasilan pembangunan peternakan sebagi subsector
yang berkontribusi dalam peningkatan perekonomian nasional akan sangat ditentukan oleh sumber daya
manusia yaitu peternak sebagai pelaku utama dari kegiatan peternakan itu sendiri. Peningkatan
kompetensi mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan peternak,
khususnya dalam penelitian iniialah peternak domba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan kompetensi peternak domba melalui program pelatihan pengolahan pakan
fermentasi (silase). Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif
deskriptif dengan metode pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Sampel penelitian ini
adalah lima orang peternak peserta pelatihan, satu orang fasilitator pelatihan, dan satu orang dari tokoh
masyarakat. Tempat penelitian di Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat.
Hasil dari penelitian ini adalah memberikan dampak positif dan kebermanfaatan dalam jangka panjang
bagi peternak yaitu peningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemandirian peternak dalam
pengelolaan pakan ternak danbagi keberlanjutan peternak domba sehingga peternak mampu bertahan
dalam perkembangan zaman. Masyarakat menjadi berdaya dengan mengikutii pelatihan pengolahan
pakan ternak.
KataKunci:Perkembangan Anak, Ketahanan Keluarga, Faktor Ketahanan Keluarga
How to Cite:Hidayat, F.R.&Nurhayati,S.(2023).Peningkatan Kompetensi Peternak
Domba Melalui Program Pelatihan Pengolahan Pakan Fermentasi (Silase).Comm-Edu
(Community Education Journal),6(2),248-256

Volume6, No.2,Mei2023pp248-256249
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi ini, dengansemakin pesatnya kemajuan teknologi dan informasi,
Indonesia sebagai negara berkembang perlu mempersiapkan sumber daya manusia yang
kompeten baik secara mental maupun material. Mental berarti mempersiapkan rasa percaya
diri berdasarkan budaya bangsa, basisbudaya ini yang menjadi nilai tambah bagi SDM di
Indonesia yang akan menjadikan pembeda dan mempunyai nilai kompetitif lebih. Secara
material berarti kemampuan dari segi pengetahuan, keahlian dan perilaku masyarakat.
Semakin berkembangnya teknologi yangselalu berubah, maka sumber daya manusia sangat
dibutuhkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi, serta mampu menciptakan perubahan dalam menjalankan segala aktivitasnya agar
manusia itu sendiri tidak tertinggal dan mampu beriringan dengan zaman. Menurut Soetopo
(2016), pengembangan merupakan kegiatan yang menghasilkan suatu alat atau cara yang baru
yang dilakukan secara terus-menerus. Dalam hal ini peningkatan kompetensi sebagai langkah
pengembangan SDM sangat dibutuhkan dengan tujuan menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas dan berkompeten dalam bidangnya demi tercapainya pembangunan, begitu
juga berlaku pada pembangunan dalam sektor peternakan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2020) Subsektor peternakan memberikan
kontribusi yang tinggi pada perekonomian nasional serta mampu menyerap tenaga kerja
secara signifikan dan dapat diandalkan dalam upaya perbaikan perekonomian nasional. Hal
tersebut tergambar dari hasil Survei Pertanian Antar Sensus(2018) Indonesia memiliki 13,56
juta peternakan rumah tangga. Keberhasilan pembangunan peternakan sebagi subsector yang
berkontribusi dalam peningkatan perekonomian nasional akan sangat ditentukan oleh sumber
daya manusia yaitu peternak sebagai pelaku utama dari kegiatan peternakan itu sendiri.
Perkembangan teknologi dan kemajuan sistem usaha ternak secara teknis membutuhkan cara
khusus dan lebih rumit karena sifat teknologi lebih banyak menggunakan peralatan dan sarana
yang spesifik, sehingga untuk menjalankannya diperlukan peternak yang kompeten.
Kemampuan mengkombinasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan perlu dimiliki oleh
peternak agar mampu berperan secara efektif dan efisien. Kompetensi adalah suatu yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuanseseorang baik secara kualitatif maupun
kuantitatif, bahwa seseorang disebut kompeten apabila telah memiliki kecakapan bekerja pada
bidang tertentu (Nurhayati, 2021; Nurhayati & Rakhman, 2017; Nurmawati et al., 2021;
Usman, 2006).
Menurut Mauludi (2020),permasalahan peternak yang belum memiliki kemampuan yang
optimal dikarenakan tipe pendekatan pemberdayaan yang menempatkan peternak sebagai
obyek sehingga potensi peternak menjadi kurang berkembang. Permasalahan lainnya
disebabkan kurangnya peternak mengakses sumberdaya menyebabkan rendahnya produksi
hasil ternak. Kompetensi peternak untuk membangun dan membina kelembagaan peternak
dalam mengembangkan usaha ternak akan mempengaruhi produktivitas produk pangan
hewani. Untuk mengembangkan kompetensi, maka penting bagi penyuluh ataupun lembaga-
lembaga terkait untuk memberikan pelatihan-pelatihan dalam memberikan pendampingan
khususnya dalam usaha ternak domba.
Kesadaran peternak untuk meningkatkan kompetensi merupakan kunci dari adanya perubahan
menuju tercapainya pembangunan sektor peternakan menjadi lebih maju dan berkembang.
Kemampuan peternak domba yang mayoritas masih menggunakan cara-cara lama harus

Hidayat&Nurhayati,Peningkatan Kompetensi Peternak Domba Melalui Program Pelatihan
Pengolahan Pakan Fermentasi
250
mampu mengkombinasikan dengan pengetahuan baru agar mampu bertahan dan tidak
tertinggal. Oleh sebab itu, permasalahan kompetensi peternak yang begitu kompleks harus
mendapatkan perhatian lebih dari pihak-pihak terkait.
Peningkatan kompetensi adalah segala upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi
pegawai sumber daya manusia. Tujuan dari peningkatan kompetensi adalah untuk
meningkatkan produktivitas kerja, peningkatan didasarkan pada fakta bahwa seorang
membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang berkembang supaya
bekerja dengan baik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (Anugrahwanto & Nurhayati,
2020; Setiadiputra, 2017).
Dalam penelitian ini, hal yang akan di bahas adalah program peningkatan kompetensi
pengolahan pakan melalui pelatihan dalam upaya pengembangan terhadap peternak, sehingga
peternak tidak hanya mengetahui teknik pengolahan pakan ternak secara tradisional kini
mereka pun dibekali metode teknologi yang akan memudahkan peternak dalam pengelolaan
pakan ternaknya. Metode pelatihan sangat cocok diterapkan bagi peternak yang di dominasi
oleh orang dewasa dimana metodepembelajaran yang digunakan adalah pendekatan
pembelajaran orang dewasa yaitu lebih mengutamakan praktik daripada teori.
Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang terdiri atas sebuah proses belajara untuk
mendapatkan serta meningkatkan keterampilan diluar sebuah sistem dengan waktu yang
sangat singkat serta menggunakan metode yang diutamakan adalah praktik dibandingkan teori
dengan tujuan untuk dapat meningkatan kemampuan seseorang agar dapat meningkatnya
potensi seseorang sesuai dengan bidangnya (Anugrahwanto & Nurhayati, 2020; Engking et
al., 2012; Hudri & Nurhayati, 2020; Jabar & Nurhayati, 2021; Nurhayati, 2021; Nurhayati,
Masri, et al., 2020; Nurhayati & Rosita, 2020; Nurmawati et al., 2021). Selanjutnya menurut
Sugandhi (2020), Pelatihan yaitu suatu bentuk bantuan pada sebuah proses pembelajaran yang
tersusun secara sistematis dengan jangka waktu yang sebentar untuk meningatkan
pengetahuan dan keterampilan sehingga tercapainya sebuah tujuan tertentu.
Dari pembahasan di atas maka peneliti akan memfokuskan penelitian pada peternak domba
yang dihimpun oleh kelompok ternak Bale Sawargi yang berada di wilayah Desa Cipada
Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat dengan judul “Peningkatan
Kompetensi Peternak Domba Melalui Program Pelatihan Pengolahan Pakan Fermentasi
(Silase)”.
KAJIAN TEORITIS
Teori Kompetensi
Kompetensi menurut Dharma(2005)merupakankemampuan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan yang didasarkanatas keterampilan dan pengetahuan yangdidukung olehsikap kerja
dalam tuntutanpekerjaan tersebut.Sedangkan menurut menurutMcAschan(Widiastuti et al.,
2013)mengenai pengertian and abilities or capabilities that a person achieved, which become
part of kompetensi dikemukakan bahwa kompetensi ‘... is a knowledge, skills, his or her being
to the extent he or she can satisfactory perform particular cognitive, afective, and psychomotor
behaviours.Dan diperkuat juga olehKeputusanMenteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No 045/U/2002 Tentang Kurikulum Inti Pendidikan TinggiPasal 1 yang dimaksud
dengan Kompetensiadalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
tugas di bidang pekerjaan tertentu.

Volume6, No.2,Mei2023pp248-256251
Kompetensi di bagi menjadi2 (dua) yaitu kompetensi inti dankompetensi khusus(Haryana et
al., 2018). Kompetensi intimerupakan hal-hal yang harus dilakukan organisasi dan orang yang
ada didalamnya agar bisa berhasil.Sedangkan kompetensi khusus adalah kompetensi yang
termasuk dalamkategori karyawan tertentu, seperti manajer, pimpinan tim, teknis desain.
Teori Pelatihan
Pelatihan menurut Abdurrokhman Ginting(2011;Koswara, 2014)merupakan sebuah proses
pembelajaran untuk dapat menguasai keterampilan, pengetahuan, serta sikapyang belum
dimiliki seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya atau
yang akan menjadi tanggungjawabnya kelak sebagai bagian dari perkembangan individu
maupun perkembangan dari organisasi dimana ia bekerja.Tujuan pelatihan menurut pendapat
Salinding(2011:16; Wahdaniah & Adha, 2018:441)untuk memperbaiki penguasaan berbagai
keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja untuk kebutuhan sekarang. Manfaat pelatihan
berdasarkan pendapat Sikula(Priansa, 2017; Kurniasari et al., 2018:240)yaitu : 1)Produktifitas
; 2) Kualitas ; 3) Perencanaan Kepegawaian ; 4) Moral ; 5) Konpensasi tidak langsung ; 6)
Keselamatan serta kesehatan ; 7) Pencegahan kadaluarsa ; dan 8) Pengembangan pribadi.
Teori Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Sidu(2013)pemberdayaan masyarakan yaitu proses untuk memperoleh serta
memberikan“daya kekuatan atau kemampuan”bagi masyarkat untuk dapat mampu
mengetahui potensi yang ada dalam dirinya, menentukan kebutuhan dan memilih alternatif
pemecahan masalah yang dihadapinya secara mandiri, namun untuk mencapai hal itu tidak
mudah untuk dicapai membutuhkan kajian dan penelitian secara ilmiah yang membutuhkan
pengorbanan mulai dari waktu, tenaga serta pemikiran dan dana yang tidak sedikit.
Pemberdayaan adalah sebuah proses kolaborasi antara masyarakat yang kurang berdaya dan
sumber daya yang bernilai serta diarahkan untuk meningkatkan akses kontrol terhadap
sumberdaya agar dapat memecahkan masalah pribadi serta masyarakat secara luas(Mustangin
et al., 2017; Nurhayati, Anggidesialamia, et al., 2020; Rukanda et al., 2020a, 2020b). Menurut
Wrihatnolo dan Dwidjowijoto(2007:2; Endah, 2020:138)ada 3 tahapan pemberdayaan yaitu :
1) Penyadaran ; 2) Pengkapasitasan ; 3) Pendayaan.
METODEPENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif
kualitatif sehingga akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata baik tulisan maupun
lisan dari informan penelitian yang diamati. Menurut Sugiyono metode penelitian berdasarkan
filosofi post positivisme, yang digunakan untuk meneliti objek alam(sebagai lawan dari
eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen penting(Sugiyono, 2018).
Teknik analisis data yang digunakan yaitu peneliti melakukan triangulasi atau gabungan
dengan analisis data bersifat kualitatif atau induktif. Teknik pengumpulan data pada penelitian
ini yaitu melalui wawancara dan observasi. Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh
informasi-informasi mengenai pelatihan pengolahan pakan. Jenis wawancara yang digunakan
yaitu wawancara semi terstruktur dengan mengajukan beberapa pertanyaan terbuka, sehingga
informasi yang didapatkan lebih lengkap dan mendalam. Data hasil wawancara yang
didapatkan dari narasumber kemudian dijadikan datautama dalam penelitian. Adapun teknik
observasi yang dilakukan yaitu dengan observasi terus terang, dimana peneliti dalam
melakukan pengumpulan data menyatakan secara terus terang pada narasumber, bahwa peneliti

Hidayat&Nurhayati,Peningkatan Kompetensi Peternak Domba Melalui Program Pelatihan
Pengolahan Pakan Fermentasi
252
sedang melakukan penelitian. Proses analisa data penelitian dikembangkan atas kejadian yang
diperoleh ketika kegiatan dilapangan berlangsung. Karenanya, antara kegiatan pengumpulan
data dan analisis data keduanya berlangsung secara simultan prosesnya berbentuk siklus dan
interaktif, bukan linear.Sebagaimana digambarkan oleh Miles dan Huberman (Rijali, 2018:95)
mengenai proses analisis data yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Selanjutnya untuk sumber data atau sampel ditentukan secara purposive, Menurutpendapat
Sugiyono (2018) sumber data dapat ditentukan secara purposive, yaitu dipilih dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu. Pemilihan sampel secara random dengan alasan bahwa
pelaksana pelatihan serta narasumber memilki pengetahuan serta peranan dalampelaksanaan
pelatihan ini. Sedangkan peserta dipilih dengan alasan bahwa peserta yang menjadi penliaian
keberhasilan pelatihan serta terlibat dalam peniliaian kompetensi peternak domba. Jumlah
sampel penelitian ini adalah lima orang peternak peserta pelatihan, satu orang fasilitator
pelatihan, dan satu orang dari tokoh masyarakat yang berada di Kp. Bale Pulang Desa Cipada.
Dengan pemilihan sampel diatas maka dapat diharapkan bahwa dapat meningkatkan
kompetensi peternak domba melalui pelatihan pengolahan pakan fermentasi Sehingga peserta
pelatihan atau peternak domba dapat menerima manfaat dari pelatihan ini. Adapun lokasi pada
penelitian adalah di Kp. Bale Pulang Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Kabupaten Bandung
Barat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kegiatan penelitian yang dilakukan di Kp. Bale Pulang Desa Cipada, Kecamatan Cikalong
Wetan, Kabupaten Bandung Barat ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelatihan
pengolahan pakan fermentasi (silase) dalam upaya peningkatan kompetensi peternakdomba
yaitu bersama 5 orang peternak peserta pelatihan, 1 orang fasilitator pelatihan, dan 1 orang
tokoh masyarakat dengan metode wawancara.
Responden pertama berinisial bapak K berstatus sebagai peternak dengan usia 48 tahun
mengatakan bahwa kondisi awal kompetensi peternak dalam pengelolaan pakan sebelum
pelatihan kompetensi peternak domba dalam pengolahan pakan masih menggunakan cara
tradisional yaitu merumput. Selanjutnya bapak K mengatakan bahwa proses pelatihan yang
sudah dilakukan yaitu dalam proses pelatihan peternak dibekali materi pengolahan pakan
fermentasi (silase) dan praktek langsung. Kemudian bapak K juga berpendapat bahwa hasil
dari proses pelatihan peternak merasa terbantu dengan materi dan praktek yang sudah
dilakukan dan mulai melakukanproses pengolah pakan fermentasi secara mandiri. Sedangkan
bapak K berpendapat bahwa faktor penghambat dan pendukung selama proses pelatihan yaitu
faktor penghambat selama proses pelatihan sebagian peternak kurang memahami bahasa yang
disampaikan dan faktor pendukung selama pelatihan peternak diberikan ruang diskusi
langsung bersama fasilitator serta fasilitas yang menunjang untuk pelatihan ini.
Selanjutnya peneliti melanjutkan wawancara kepada responden kedua berinisial bapak DP
berstatus sebagai peternakberusia 50 tahun mengatakan bahwa pada kondisi awal kompetensi
peternak masih menggunakan pengolahan pakan ternak secara tradisional yaitu dengan cara
memberi hewan ternak rumput. Kemudian bapak DP berpendapat bahwa pada proses pelatihan
yaitu para peternak diberikan materi pengolahan pakan fermentasi dan praktek langsung.
Selanjutnya hasil yang diperoleh selama mengikuti pelatihan yaitu kami dapat melakuan

Volume6, No.2,Mei2023pp248-256253
pengolahan pakan secara fermentasi dengan mandiri. Terakhir bapak DP mengurakan bahwa
hambatan yaitupada proses pelatihan sebagian peternak kurang memahami apa yang
disampaikan terutama dalam bahasa penyampaiannya, sedangkan untuk dukungan pendukung
selama pelatihan yaitu kami diberikan ruang untuk berdiskusi secara langsung dengan para
fasilitator.
Kemudian wawancara dilanjutkan kepada responden ketiga berinisial bapak AR yang berstatus
peternak yang berusia 48 tahun mengatakan bahwa kompetensi awal peserta belum mengetahui
bagaimana cara mengolah pakan secara ilmiah atau fermentasi, kita hanya bisa mengolah
secara tradisional. Selanjutnya mengenai proses pelatihan kami diberikan materi dan juga kami
praktek secara langsung, pemberian materi dilakukan secara diskusi sehingga kami menikmati
kegiatan pelatihan ini. Hasil dari pelatihan kami dapat mengetahui tentang bagaimana
pengolahan pakan secara fermentasi serta dapat dilakukan secara mandiri. Terakhir mengenai
faktor penghambat pada saat pelaksanaan adalah peserta kesulitan akan bahasa yang
disampaikan oleh pemateri sedangkan untuk faktor pendukung kami peroleh dari para
fasilitator melalui diskusi serta sarana prasarana pada saat pelaksanaan yang mendukung
kegiatan ini berjalan dengan baik.
Selanjutnya responden keempat berinisial bapak W berstatus peternak dengan usia 50 tahun
mengatakan bahwa padakondisi awal kompetensi kami hanya mengetahui bagaimana
mengolah pakan secara tradisional atau hanya dengan memberi pakan rumput saja. Bapak W
berpendapat bahwa proses pelatihan diberikan dengan memberikan materi dan juga praktek
secara langsung, pemberianmateri dilakukan secara diskusi sehingga kami dapat menerima
dengan baik walaupun penyampaian kadang ada bahasa yang tidak kami pahami. Bapak W
menyampaian bahwa hasil yang diperoleh yaitu kami dapat mengolah pakan ternak secara
ilmiah atau dengan teknikfermentasi. Adapun hambatan yang kami rasakan adalah
penyampaiaan bahasa yang kurang dimengerti oleh para peternak namun kami mendapat faktor
dukungan berupa dapat diskusi dengan para fasilitator setelah pelaksanaan pelatihan berakhir
juga fasilitas pada saat pelaksanaan yang cukup memadai.
Peneliti melanjutkan wawancara kepada responden kelima berinisial bapak O dengan usia 49
tahun sebagai peternak mengatakan bahwa pada awal kami hanya mengetahui tentang
pemberian rumput saja untuk ternak yang kami miliki. Bapak O berpendapat bahwa proses
pelatihan dilakukan secara praktek dan materi. Hasil yang kami dapatkan yaitu kami dapat
mengetahui pengolahan secara fermentasi untuk pemberian pakan. Adapun hambatan yaitu
kami tidak mengerti bahasa yang disampaikan. Faktor pendukung yaitu kami mendapatkan
fasilitas yang memadai serta dapat ruang untuk berdiskusi dengan para fasilitator.
Setelah melakukan wawancara kepada peserta pelatihan, peneliti melanjutkan wawancara
kepada para fasilitator pelatihan berinisial bapak M yang berusia 35 tahun, bapak M
mengatakan bahwa metode pembelajaran yang dipakai oleh fasilitator yaitu pendekatan
pembelajaran orang dewasa yaitu dengan metode ceramah, diskusi, dan praktek. Selanjutnya
mengenai media belajar yang digunakan dalam proses pelatihan yaitu media yang digunakan
dalam proses pelatihan adalah laptop, proyektor, mic suara, alat peraga praktek mesin coper,
drum, rumput odot. Sedangkan faktor penghambat selama proses pelatihan bapak M
berpendapat bahwa ifasilitator kurang memahami kondisi dan situasi dikarenakan peserta
pelatihan didominasi oleh peternak yang sudah tua yang menghambat pola komunikasi dan
bahasa.

Hidayat&Nurhayati,Peningkatan Kompetensi Peternak Domba Melalui Program Pelatihan
Pengolahan Pakan Fermentasi
254
Terakhir peneliti melakukan wawancara kepada tokoh masyarakat, responden berinisial bapak
N dengan usia 50 tahun mengutarakan bahwa manfaat adanya pelatihan ini bagi masyarakat
khususnya para peternak yaitu mereka mendapatkan pengalaman baru serta kompetensi baru
dalam pengolahan pakan ternak. Menurut bapak N berpendapat bahwa selaku tokoh
masyarakat memberikan dukunganbagi peternak untuk mengembangkan kompetensi
peternak.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peningkatan Kompetensi Peternak Domba Melalui
Program Pelatihan Pengolahan Pakan Fermentasi (Silase) dapat dikatakan bahwa pelatihan
sudah berjalan dengan baik hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh dari hasilpelatihan.
Para peternak sudah dapat mengetahui bagaimana mengolah pakan secara fermentasi.
Peningkatan pengetahuan peternak merupakan salah satu aspek yang ada dalam hasil darri
pelatihan.berdasarkan pendapatpelatihan menurut Abdurrokhman Ginting(2011;Koswara,
2014)merupakan sebuah proses pembelajaran untuk dapat menguasai keterampilan,
pengetahuan, serta sikapyang belumdimiliki seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan
yang menjadi tanggungjawabnya atau yang akan menjadi tanggungjawabnya kelaksebagai
bagian dari perkembangan individu maupun perkembangan dari organisasi dimana ia bekerja.
Selanjutnya untuk kompetensi peternak domba yang awalnya tidak mengetahui bagaimana
pengolahan pakan secara fermentasi setelah mengikuti pelatihan peternakdapat mengetahui
sehingga pengetahuan serta kompetensinya meningkat.Hal ini sesuai dengan pendapat
Kompetensi menurut Dharma(2005)merupakankemampuan untuk melaksanakan suatu
pekerjaan yang didasarkanatas keterampilan dan pengetahuan yangdidukung olehsikap kerja
dalam tuntutanpekerjaan tersebut.Kemampuan pengolahan pakan secara fermentasi
memberikan manfaat yang banyak untuk para peternak sehingga dapat menekan biaya kerja
serta waktu kerja peternak. Manfaat pelatihan berdasarkan pendapat Sikulayaitu : 1)
Produktifitas ; 2) Kualitas ; 3) Perencanaan Kepegawaian ; 4) Moral ; 5) Konpensasi tidak
langsung ; 6) Keselamatan dan Kesehatan ; 7) Pencegahan kadaluarsa ; dan 8) Pengembangan
pribadi(Kurniasari et al., 2018).
Kompentensi yang didapatkanoleh peternak domba termasuk kompetensi inti. Menurut
Amstrong & Murliskompetensi di bagi menjadi2 (dua) yaitu kompetensi inti dankompetensi
khusus(Haryana et al., 2018).Kompetensi intimerupakan hal-hal yang harus dilakukan
organisasi dan orang yang ada didalamnya agar bisa berhasil.Sedangkan kompetensi khusus
adalah kompetensi yang termasuk dalamkategori karyawan tertentu, seperti manajer, pimpinan
tim, teknis desain. Selanjutnya pelaksanaan pelatihan ini memberikan manfaat lain yaitu dapat
memberdayakan masyarakat sehingga ekonomi masyarakat dapat meningkat. Hal ini sejalan
denganpendapat Rappaportbahwapemberdayaan adalah sebuah proses kolaborasi antara
masyarakat yang kurang berdaya dansumber dayayangbernilaisertadiarahkanuntuk
meningkatkan akses kontrol terhadapsumberdaya agar dapat memecahkan masalah pribadi
sertamasyarakatsecara luas(Haryana et al., 2018).Dan diperkuat oleh Karwatipemberdayaan
ialahsalahsatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan saranabagi masyarakatdalam
memenuhi akankebutuhan warga belajar berbentukpengetahuan dan keterampilan yang
berkaitan bagi kehidupan yang lebih baik bagi kehidupanmasyarakat(Nurhayati & Falah,
2020).Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan beberapa tahap. Menurut Wrihatnolo dan
Dwidjowijoto(2007:2; Endah, 2020:138)ada 3tahapan pemberdayaan yaitu : 1) Penyadaran ;
2) Pengkapasitasan ; 3) Pendayaan.

Volume6, No.2,Mei2023pp248-256255
KESIMPULAN
Berdasarkan dari pemaparan diatas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa Peningkatan
Kompetensi Peternak Domba Melalui Program Pelatihan Pengolahan Pakan Fermentasi
(Silase) memberikan dampak positif dan kebermanfaatan dalam jangka panjang bagi peternak
yaitu peningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemandirian peternak dalam pengelolaan
pakan ternak dan bagi keberlanjutan peternak domba sehingga peternak mampu bertahan dalam
perkembangan zaman. Masyarakat menjadi berdaya dengan mengikutii pelatihan pengolahan
paakan ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Anugrahwanto, R. B., & Nurhayati, S. (2020). Implementation of Experiential Learning
Approach To the Training of Character Development of Civil Servants in Ministry of
Transportation Environment. Empowerment : Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan
Luar Sekolah, 9(2), 254–261.
Dharma, S. (2005). Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya. Pustaka Pelajar.
Endah, K. (2020).Pemberdayaan Masyarakat : Menggali Lokal Desa. Jurnal Moderat, 6(1),
135–143.
Engking, H., Hasan, S., Direktur, M. P., Stkip, P., Bandung, S., Nurhayati, S., Pd, S., Pd, M.,
& Stkip, D. (2012). Pendidikan Luar Sekolah Dan Pembangunan Manusia Indonesia.
Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung, 1(1),
1–12.
Haryana, K., Us, T., & Tafakur. (2018). Hubungan Kompetensi Mencari Sumber Belajar
Dengan Prestastasi Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif FT UNY.
JurnalPendidikan Vokasi Otomotif, 1(1), 12–25.
Hudri, M. I., & Nurhayati, S. (2020). Pemanfaatan Aplikasi Whatsapp Pada Pelatihan. Jurnal
Comm-Edu, 3(3), 238–244.
Jabar, R., & Nurhayati, S. (2021). The Effect of Drug Hazard Counselling in Improving Public
Knowledge Level of Hazardous Drugs. SPEKTRUM: Jurnal Pendidikan Luar Sekolah
(PLS), 9(4), 455. https://doi.org/10.24036/spektrumpls.v9i4.114106
Koswara, R. (2014). Manajemen Pelatihan Life Skill dalam Upaya Pemberdayaan Santri di
Pondok Pesantren. Jurnal Empowerment, 4(1), 37–50.
Kurniasari, R., Oktiani, N., & Ramadhanti, G. (2018). Pelatihan Kerja Dalam Usaha
Meningkatkan Kinerja Karyawan Baru Pada PT Kusumatama Mitra Selaras Jakarta.
Sekretari Dan Manajemen, 2(2), 239–246.
Meinawati, K. L. (2020). PEMANFAATAN YOUTUBE DALAM MENINGKATKAN
KOMPETENSI TUTOR BIMBEL EDU PRIVATE. Jurnal Comm -Edu, 3(1), 19–26.
Mustangin, Kusniawati, D., Islami, N. P., Setyaningrum, B., & Prasetyawati, E. (2017).
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Lokal Melalui Program Desa Wisata Di
Desa Bumiaji. Sosio Global Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosiologi, 2(1), 58–72.
Mutiawardhana, R., Handayanta, E., & Emawati, S. (2013). Model Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Peternakan di Daerah Pertanian Lahan Kering Desa Kemejing Kecamatan
Semin Kabupaten Gunungkidul. Tropical Animal Husbandry, 2(1), 41–50.
Nurhayati, S. (2021). Pendidikan Masyarakat menghadapi Digitalisasi. El Markazi.
Nurhayati, S., Anggidesialamia, H., Suryadi, D., & Fasa, M. I. (2020). Reading Review
Program as an Innovative Effort to Increase Community’s Reading Interest. 491(Ijcah),
184–190. https://doi.org/10.2991/assehr.k.201201.032

Hidayat&Nurhayati,Peningkatan Kompetensi Peternak Domba Melalui Program Pelatihan
Pengolahan Pakan Fermentasi
256
Nurhayati, S., & Falah, A. M. N. (2020). Implementasi Workshop Literasi Digital Dalam
Membangun Keberdayaan Ekonomi Masyarakat. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri),
4(3), 348–359.
Nurhayati, S., Masri, A., & Falah, N. (2020). IMPLEMENTASI WORKSHOP LITERASI
DIGITAL DALAM. 4(3), 348–359.
Nurhayati, S., & Rakhman, A. (2017). Studi Kompetensi Guru Paud Dalam Melakukan
Asesmen Pembelajaran Dan PerkembanganAnak Usia Dini Di Kota Cimahi. Jurnal
Pendidikan Anak, 6(2), 109–120. https://doi.org/10.21831/jpa.v6i2.17699
Nurhayati, S., & Rosita, T. (2020). Positive Parenting Training Program Implementation to
Increase Parents’ Emotional Intelligence in Raising Well Being Children. 503(Iceccep
2019), 67–71. https://doi.org/10.2991/assehr.k.201205.087
Nurmawati, Nurhayati, S., & Noor, A. H. (2021). IMPROVING VOCATIONAL HIGH
SCHOOL ALUMNI COMPETITIVENESS. Empowerment  : Jurnal Ilmiah Program
Studi Pendidikan Luar Sekolah, 10(1), 160–167.
Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Jurnal Alhadharah, 17(33), 81–95.
Rukanda, N., Nurhayati, S., & Ganda, G. (2020a). Partisipasi Karang Taruna Terhadap
Kegiatan Masyarakat Melalui Aksi Sosial. Comm-Edu (Community Education Journal),
3(2), 144. https://doi.org/10.22460/comm-edu.v3i2.4151
Rukanda, N., Nurhayati, S., & Ganda, G. (2020b). the Influence of Students’ Motivation on
Entrepreneurship Attitude in Life Skills Program. Empowerment : Jurnal Ilmiah Program
Studi PendidikanLuar Sekolah, 9, 47–65.
Safri, H. (2016). PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA. Journal of Islamic
Education Management, 1(1), 102–112.
Setiadiputra, R. P. Y. (2017). Urgensi Program Pengembangan Kompetensi SDM Secara
Berkesinambungan di Lingkungan Pemerintah.Jurnal SAWALA, 5(1), 16–22.
Simamora, T. (2020). Peningkatan Kompetensi Peternak dan Keberlanjutan Usaha Sapi Potong
di Desa Oebkim Kecamatan Bikomi Selatan Kabupaten Timor Tengah Utara. Agrimor,
5(2), 20–23. https://doi.org/10.32938/ag.v5i2.1007
Subdirektorat Statistik Peternakan. (2020). PETERNAKAN DALAM ANGKA 2020. BPS-
RI/BPS-Statistics Indonesia.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitaatif, dan R&D (Sutopo (ed.)).
Alfabeta.
Sutas2018, T. (2018). HASIL SURVEI PERTANIAN ANTAR SENSUS SUTAS 2018. Badan
Pusat Statistik / BPS-Statistics Indonesia.
Usman, M. U. (2006). Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya.
Wahdaniah, & Adha, W. M. (2018). Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Pelatihan Teknis
Terhadap Pencapaian Indikator Kinerja PegawaiDi Kantor Sekretariat Daerah
Pemerintah Kabupaten Majene. Dinamika Ekonomi, 11(2), 439–450.
Widiastuti, N., Gunawan, A., & Hernawati, R. E. (2013). PELATIHAN IN-SERVICE
TERHADAP KOMPETENSI BABYSITTER. Jurnal Empowerment, 2(1), 16–37.