Publisher : Politeknik Negeri Jember 64

AGROPROSS
National Conference
Proceedings of Agriculture

Conference:
Implementasi IPTEKS Sub Sektor Perkebunan Pendukung
Devisa Negara dan Ketahanan Energi Indonesia
Tempat : Gedung Pascasarjana, Politeknik Negeri Jember
Tanggal : 18-19 September 2019

Proceedings Series:
Agropross : National Conference Proceedings of Agriculture
DOI : 10.25047/agropross.2019.88

Pengaruh Cara Perbanyakan Vegetatif Terhadap Pertumbuhan Kopi
Robusta (Coffea canephora) Klon BP 308 dan BP 534

Author(s): Ruly Awidiyantini
*(1)
; Yanti Nurmalasari
(1)


(1)
Universitas Islam Madura, Indonesia
* Corresponding author: [email protected]


ABSTRACT
Coffee plants (Coffea sp) are important commodities whose demand is increasing every year. The
easy and inexpensive propagation of coffee plants is by cuttings and cuttings. Continuous cuttings
of coffee plants are a vegetative propagation method, namely the connection between two clones
that have different advantages. To find out the best cuttings and cuttings by using the planting
material for sections and cuts. The research has been carried out with the aim to obtain the best
vegetative breeding methods (cuttings and cuttings) and compare the several ways of breeding on
robusta coffee plants (Coffea canephora). The study was carried out in the Independent
Experimental Garden from July to September 2018 and subsequently carried out observations in
the laboratory. The study used a randomized block design (RBD) with 7 treatments and 3
replications followed by Duncan's Multiple Range Test of 5%. Treatment A is treatment of stem
cuttings of BP 308 clones and BP 304 clones on stem, treatment B is BP 308 clones of stem cuttings
and BP 534 clones of stem clones, treatment C is BP 308 clones of stem cuttings. and BP 534 clone
splits, treatment D is BP 308 clone segment cuttings, E treatment is BP 534 clone cuttings, F
treatment is BP 308 clone cuttings, and F treatment is BP 534 clone cuttings. The results of the
study show stem cutting cuttings under BP 308 clone and BP 534 (A) clone segment top stem are
the best results, BP 308 (D) clone segment cut is better than BP 534 clone segment cuttings.


Keyword:

Coffea
caneppora
vegetative
propagation;
BP 308 clone;
BP 534 clone;



Kata Kunci:

Coffea
caneppora;
perbanyakan
vegetatif;
klon BP 308;
klon BP 534;

ABSTRAK
Tanaman kopi ( Coffea sp ) merupakan komoditas penting yang permintaan setiap tahunnya
meningkat. Perbanyakan tanaman kopi yang mudah dan murah adalah dengan setek dan setek
sambung. Setek sambung tanaman kopi merupakan cara perbanyakan vegetatif yaitu sambungan
antara dua klon yang mempunyai keunggulan berbeda. Untuk mengetahui metode setek dan setek
sambung yang terbaik dengan menggunakan bahan tanam ruas dan sayat/belah. Penelitian yang
telah dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan metode pembiakan vegetatif ( setek dan setek
sambung)terbaik dan membandingkan dari beberapa cara pembiakan pada tanaman kopi robusta
(Coffea canephora) . Penelitian di laksanakan di kebun Percobaan Mandiri mulai bulan Juli sampai
September 2018 dan selanjutnya di lakukan pengamatan dalam laboratorium. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan di lanjutkan
dengan Uji Jarak Berganda Duncan 5%. Perlakuan A merupakan perlakuan setek sambung batang
bawah ruas klon BP 308 dan batang atas ruas klon BP 534, perlakuan B merupakan setek sambung
batang bawah ruas klon BP 308 dan batang atas belah klon BP 534, perlakuan C merupakan setek
sambung batang bawah belah klon BP 308 dan batang atas belah klon BP 534, perlakuan D
merupakan setek ruas klon BP 308, perlakuan E merupakan setek ruas klon BP 534, perlakuan F
merupakan setek belah klon BP 308, dan perlakuan F setek belah klon BP 534. Hasil penelitian
menunjukkan setek sambung batang bawah klon BP 308 dan batang atas ruas klon BP 534
(A)merupakan hasil terbaik, setek ruas klon BP 308 (D) lebih baik daripada setek ruas klon BP
534.

Copyright © 2019. Ruly Awidiyanti, Yanti Nurmalasari __________________________________________

Publisher : Politeknik Negeri Jember 65
PENDAHULUAN
Tanaman kopi (Coffea sp) merupan
salah satu komoditas perkrbunan utama
Indonesia. Komoditi kopi dapat di
harapkan peranannya untu menopang
pertumbuahan ekonomi khususnya dari
subsektor perkebunan ( Yahmadi, 1986)
Kopi banyak di tanam di Indonesia
dengan jenis kopi robusta (Coffea
canephora) yang masuk ke Indonesia pada
tahun 1900. Kopi ini ternyata tahan
terhadap penyakit karat daun yang
memerlikan syarat tumbuh dan
pemeliharaan yang ringan. Selain itu
produksi yang lebih tinggi di bandingkan
kopi arabika. Oleh karena itu jenis kopi ini
lebih cepat berkembang dan mendesak
jenis kopi lainnya (Meihana dan Pujiyanto,
2014 ).
Masalah utama perekonomian di
Indonesia yang perlu di atasi terutama di
perkebunan rakyat adalah mengenai
produktivitas dan mutu kopi yang masih
rendah. Produktivitas tanaman kopi di
tingkatkan secara optimal dengan program
peremajaan, rehabilitasi/intensifikasi.
Kegiatan program peremajaan di lakukan
dengan mengganti tanaman yang lama
dengan cara mengganti dengan tanaman
yang lebih produktif, sedangkan program
rehabilitasi/ lntensifikasi di lakukan
melalui perbaikan teknik budidaya.
Tanaman kopi robusta dapat di
perbanyak secara generatif maupun
vegetatif. Perbanyakan secara generatif
dengan biji yang disemai, sedangkan
perbanyakan vegetatif (secara klonal)
dilakukan dengan setek dan sambungan.
Hasil pervbanyakan vegetatif tahan baik.
Setek kopi merupakan potongan satu ruas
dari tunas ortotrof dengan panjang 7 -10
cm (Direktorat Jendral Perkebunan, 2017).
Kultivar /klon BP 308 merupakan
klon tahan kering dan tahan nematoda
parasit, tetapi daya hasil rendah, sedangkan
klon BP 534 tidak tahan kering, tidak tahan
nematoda parasit , tetapi berdaya hasil
tinggi. Untuk meneyediakan bibit yang
mempunyai produksi tinggi, tahan kering
dan tahan nematodaparasit perlu diadakan
penggabungan batang bawah yang tahan
kering dan tahan nematoda (Direktorat
Jendral Perkebunan, 2017).
Dengan menggunakan metode setek
dan setek sambung yang terbaik dan sesuai
dengan pertumbuhan BP 308 dan BP 534
maka akan meningkatkan hasil yang
optimal.Metode stek dan stek sambung ada
dalam bentuk ruas dan sayat/belah.Tujuan
sayat/belah adalah untuk menghemat
bahan tanam karena batang bawah BP308
merupakan klon unggul yang langka,untuk
mengetahui kemampuan pertumbuhan stek
belah yang hanya menyediakan satu ketiak
daun dan pada hakekatnya bahan tanam
sambungan yang disayat/belah oleh dua
individu tanaman sehingga terjadi
pengaruh interaksi antara keduanya
memberikan peluang berlangsungnya
perubahan sifat-sifat pertumbuhan,
sedangkan penggunaan stek ruas untuk
melihat tingkat pertumbuhannya sehingga
dapat mengetahui fenomena-fenomena
yang akan terjadi pada stek sambung dari
bahan tanam asal ruas.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian Pengaruh cara
perbanyakan vegetatif terhadap
pertumbuhan kopi robusta (Coffea
canephora) klon BP 308 dan BP 534
dilaksanakan dikebun percobaan mandiri
Perum Trunojoyo regency dengan
ketinggian tempat 40 mdpl. Penelitian
berlangsung pada bulan Juli sampai dengan
September 2018.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah entres tanaman kopi
robusta sebagai batang bawah klon BP 308
dan entres batang atas klon BP 534, setek
ruas klon BP 308, setek belah klon BP 308
setek ruas klon BP 534, setek belah klon
BP 534, sebagai media tanam merupakan

Copyright © 2019. Ruly Awidiyanti, Yanti Nurmalasari __________________________________________

Publisher : Politeknik Negeri Jember 66
campuran antara pasir, tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1 : 1 : 1.
Sedangkan alat alat yang digunakan
adalah cangkul, pisau okulasi, kain lap,
batu asah, tali pengikat, termohygrometer,
luxmeter, dan oven.

Metode penelitian
Metode penelitian dengan
menggunakan RAK dengan 7 x 3, masing-
masing perlakuan sebagai berikut :
Faktor-faktor tersebut adalah :
A : Setek-sambung dengan batang bawah
ruas klon BP 308 dan batang atas
ruas klon BP 534
B : Setek sambung dengan batang bawah
ruas klon BP 308 dan batang atas belah
klon BP 534
C : Setek sambung dengan batang bawah
belah klon BP 308 dan batang atas
belah klon BP 534
D : Setek ruas klon BP 308
E : Setek ruas klon BP 534
F : Setek belah klon BP 308
G : Setek belah klon BP 534

Model linier :

Yik = µ + Ai + ᴽk+ ∑ik

Keterangan :
Yik : Pengaruh pengamatan parameter pada
taraf ke-i yang mendapatkan perlakuan
metode setek sambung pada kelompok
ke-k
µ : Nilai rata-rata umum
Ai : Pengaruh perlakuan metode setek
sambung pada taraf ke- i
ᴽk : Pengaruh kelompok ulangan ke -k
Tambahan nilai karena pengaruh macam
bahan organik ke - j
∑ijk : Galat percobaan pada taraf ke-i perlakuan
metode setek sambung pada kelompok ke-
k

Data yang di peroleh di analisis
dengan RAK, apabila hasilnya berbeda
nyata maka di lanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan taraf 5%, untuk
mengetahui pengaruh perlakuan paling
dominan pada suatu parameter tertentu.

Pelaksanaan Penelitian
a. Persiapan media tanam
Persiapan media tanam dengan cara
menyiapkan media di bedengan yang
merupakan campuran tanah pasir dan
pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1
: 1 dan syarat utama media bebas dari
serangan hama dan penyakit serta
menyiapkan sungkop plastik.

b. Persiapan bahan tanam setek
Persiapan bahan tanam setek ruas
yaitu kayu setek yang berumur ± 4 bulan
dipotong 7 – 10 cm dengan menyisakan
dua daun yang dikupir ± 5 cm. Untuk
bahan tanam asal setek belah dengan
membelah menjadi dua bahan tanam dan
bagian pangkal dipotong miring.

c. Persiapan bahan tanam setek - sambung
Peraiapan bahan tanam setek –
sambung batang bawah ruas dan batang
atas ruas adalah kedua kayu setek dipotong
7 – 10 cm dengan menyisakan dua daun
yang dikupir ± 5 cm, sedangkan pangkal
batang atas disayat meruncing supaya
dapat dimasukkan pada ujung batang
bawah yang dibelah ± 2 cm, lalu diikat kuat
dengan plastik atau parafilm.
Bahan tanam setek sambung batang
bawah ruas dan batang atas belah adalah
kedua kayu setek baik batang bawah
maupun batang atas dipotong 7 – 10 cm
dengan menyisakan dua daun yang dikupir
± 5 cm, untuk batang atas dibelah menjadi
dua yang pangkalnya dipotong miring
supaya dimasukkan pada ujung belahan
batang bawah ± 2 cm, kemudian diikat
dengan plastik atau parafilm.

d. Menanam setek
menanam setek siap kemudian
ditancapkan tegak kedalam media tanam
hingga daunnya hampir menyentuh
permukaan tanah, jarak tanam setek

Copyright © 2019. Ruly Awidiyanti, Yanti Nurmalasari __________________________________________

Publisher : Politeknik Negeri Jember 67
dibedengan 5 cm x 10 cm, setelah
penanaman selesai bedengan disiram
secukupnya dan ditutup rapat dengan
sungkop plastik.

e. Pemeliharaan
Pemeliharaan dengan cara
penyiraman jika kelembaban udara dalam
sungkup menurun ( kurang dari 90 % ),
penyiraman dalam sungkop dilakukan 2-3
kali dalam seminggu sedangkan diluar
sungkop dilakukan 1-2 Kali sehari dan di
usahakan air jangan sampai menggenang.
Pemeriksaan akar dilakukan untuk
mengetahui terbentuknya akar setek
dengan cara dicabut secara perlahan –
lahan, jika terasa berat berarti setek sudah
membentuk akar, untuk pemeriksaan akar
cukup diambil sejumlah setek yang
menyeb ar dalam sungkup secara acak.

f. Parameter pengamatan
Parameter Utama
1. Jumlah akar, dilakukan dg cara
menghuting akar primer yang muncul
pada setek dan setek sambung.
2. Panjang akar terpanjang,dilakukan
dengan cara mengukur mulai dari
pangkal sampai ujung akar ( cm ).
3. Panjang tunas, dilakukan dg cara
mengukur tinggi tunas mulai dari ketiak
daun sampai oucuk tunas (cm)
4. Persentase hidup, dilakukan dengan
cara menghitung jumlah setek dan setek
sambung yang berakar dan berkalus
trhadap sejumlah setep dan setek
sambung yang ditanam (%)
5. Persentasi berakar, dilakukan dengan
cara menghitung jumlah setek dan setek
sambung yang berakar terhadap
sejumlah setek dan setek sambung yang
ditanam ( % )
6. Berat basah akar, dilakukan dengan cara
menimbang akar setelah dipanen (gram)
7. Berat basah tunas, dilakukan dengan
cara menimbang tunas setelah dipanen
(gram )
8. Berat Kering akar, dilakukan dengan
cara menimbang akar setelah dioven 2 x
24 jam (g)
9. Berat kering tunas, dilakukan dengan
cara menimbang tunas setelah di oven
selama 2x 24 jam (g)
Parameter pendukung
1. Kelembaban udara dan suhu dalam
sungkup, diukur seminggu sekali
dengan menggunakan
Termohygrometer.
2. Intensitas cahaya, diukur dengan
menggunakan luxmeter seminggu
sekali.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Hasil sidik ragam terhadap seluruh
parameter menujukkan bahwa perlakuan
metode setek dan setek -sambung
berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah
akar, panjang tunas, persentase berakar,
berat basah akar berat basah tunas, berat
kering akar, berat kering tunas sedangkan
pada parameter panjang akar dan
persentase hidup berpengaruh nyata. Nilai
F- hitung yang berbeda nyata di lanjutkan
dengan Uji Jarak Berganda Duncan taraf
5%, adapun rangkuman nilai F-hitung dari
seluruh parameter di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 2. Menunjukkan rangkuman
nilai rata-rata dari seluruh parameter, untuk
parameter jumlah akar nilai tertinggi
terdapat pada perlakuan setek ruas BP 308
(D) yang berbeda tidak nyata dengan
perlakuan setek-sambung batang bawah
ruas dan batang atas belah.

Copyright © 2019. Ruly Awidiyanti, Yanti Nurmalasari __________________________________________

Publisher : Politeknik Negeri Jember 68
Tabel 1. Rangkuman nilai F-hitung untuk seluruh Parameter Pengamatan
SK Db
F- hitung
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kelompok 2 1.37 ns 1.07 ns 0,32 ns 11.19 ns 2.41 ns 1.63 ns 0.62 ns 2.83 ns 1.21 ns
Perlakuan 6 19.58** 3.01* 48.66** 3.64* 41.34** 87.55** 153.90** 164.13** 125.32**
Keterangan :
** menunjukan berbeda sangat nyata 5 Parameter persentase berakar (%)
* menunjukan berbeda nyata 6 Parameter berat basah akar (g)
1 Parameter akar 7 Parameter berat basah tunas (g)
2 Parameter panjang akar (cm) 8 Parameter berat kering akar (g)
3 Parameter panjang tunas (cm) 9 Parameter berat kering tunas (g)
4 Parameter persentase hidup (%)

Tabel 2. Rangkuman Rata-Rata Nilai Pengamatan Parameter Terhadap Perlakuan Metode
Setek Sambung
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A 5.33a 11.52a 1.71b 100a 0.25b 0.39a 0.87a 0.09a 0.18a
B 5.33a 10.1ab 1.47bc 98.33a 81.23a 0.30b 0.40b 0.07b 0.05b
C 3.67b 8.79b 2.47a 93.33a 77.23a 0.12d 0.22c 0.02d 0.02c
D 5.33a 9.68b 3.69a 100a 88.33a 0.25b 0.88a 0.04c 0.03c
E 1.67c 7.8b 0.66d 83.33ab 35.83b 0.06c 0.12d 0.01c 0.03c
F 3.67b 8.61b 1.04cd 85.00ab 89.17a 0.12d 0.23c 0.01de 0.03c
G 1.33c 9.05b 0.83d 68.33b 29.03b 0.11d 0.06d 0.01e 0.02c
Keterangan :
1 Parameter akar 6 Parameter berat basah akar (g)
2 Parameter panjang akar (cm) 7 Parameter berat basah tunas (g)
3 Parameter panjang tunas (cm) 8 Parameter berat kering akar (g)
4 Parameter persentase hidup (%) 9 Parameter berat kering tunas (g)
5 Parameter persentase berakar (%)
Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang sama menunjukan berbeda tidak nyata

Pembahasan
Setek tanaman kopi robusta dapat
tumbuh baik apabila kondisi lingkungan
tempat setek di akarkan memiliki
kelembaban udara yang tinggi (90%) tetapi
temperatur udara di jaga jangan terlalu
tinggi (26
o
C – 30
o
C). Untuk mendapatkan
kondisi demikian tempat penyetekan di
beri sungkup plastik dan atap penaung,
selain naungan permanen. Hal penting
selain kondisi lingkungan yang
mendukung juga media tumbuh memiliki
tekstur yang baik dan tidak mengandung
hama dan penyakit terutama nematoda,
cendawan dan PH 5 – 6 (Nur dan Supriadji,
1986). Penelitian yang dilaksanakan di
kebun Percobaan Mandiri di Perumahan
trunojoyo Regency Marengan Daya
Sumenep mempunyai ketingggian 40 mdpl
dan suhu kelembaban 24
o
C dan 86%.
Temperatur dan kelembaban udara
demikian cocok untuk setek sambung kopi
robusta (Najiyati dan Danarti, 2001) setek
sambung kopi robusta dapat tumbuh baik
pada kisaran temperatur tidak lebih dari 26
o
– 30
o
Cdan kelembaban udara 90%,
sehingga pada tempat percobaan memiliki
temperatur 24,67
O
C, kelembaban udara
87,17% dan intensitas cahaya di luar
sungkup 296, 2 lux atau 2,26% sangat
cocok untuk pertumbuhan setek dan setek
sambung kopi robusta.
Persentase hidup setek dan setek
sambung tinggi, di sebabkan teknik yang
benar, media tumbuh yang subur,
kelembaban, suhu dan umur entres yang
cukup. Nur, dkk (2000) menyebutkan
persentase setek dan setek-sambung

Copyright © 2019. Ruly Awidiyanti, Yanti Nurmalasari __________________________________________

Publisher : Politeknik Negeri Jember 69
berkisar 80 – 90% sangat di tentukan setek
sambung dan aspek aspek pelaksanaannya.
Menuru supriadji dan Sahali (1995) kriteria
setek hidup adalah batang atas segar dan
tegar. Nur dan Supriadji (1986)
menyatakan penyiraman air yang banyak
dapat menyebabkan setek menghitam,
kemudian membusuk dan mati.
Ramadasan (1987) menyatakan bahwa
penyiraman seharusnya tidak terlalu
berlebih atau kurang bertujuan untuk
mengurangi respirasi setek. Intensitas
cahaya yang terlalu rendah menyebabkan
berlangsungnya fotosintesis kurang
optimal dan menurunnya kelembaban
relatif ruang penyetekan sehingga
persentase hidup rendah (Archibald, 1953).
Perlakuan ruas dan setek belah pada
klon BP 308 dan BP 534di dapatkan hasil
yang beragam. Setek ruas dan setek belah
klon BP 308 mempunyai pertumbuhan
yang bagus dan hampir di semua parameter
di bandingkan dengan setek ruas belah klon
BP 534 di sebabkan klon BP 308
mempunyai sifat genetik yang lebih bagus
dan pertumbuhannya yang gigas.
Pertumbuhan stek belah lebih rendah
daripada setek ruas pada hampir semua
parameter, di sebabkan pada setek belah di
perlukan waktu yang relatif lama untuk
menutup luka bekas sayatan dan apabila 2
– 3 minggu mengalami gugurnya daun
maka setek akan menghitam dan mati (
Ramadasan, 1987). Pada penelitian setek
belah klon BP 534 mempunyai persentase
hidup yang rendah, hal ini terbukti dengan
banyaknya setek yang menghitam dan
mati. Pertumbuhan akar setek
mempengaruhi pertumbuhan tunas , di
tunjukkan pada akhir penelitian munculnya
kr di sertai dengan munculnya tunas
(Purushotham, 1982 ; Sunaryo dan
Sudarsono, 1991).
Pada seluruh data menunjukan
bahwa perlakuan setek sambung ruas dan
ruas, ruas dan belah mempunyai tingkat
pertumbuhan yang tinggi pasa semua
parameter di bandingkan dengan setek
sambung belah dan belah, hal ini
disebabkan fenomena fenomena pada setek
muncul pada setek sambung yaitu pada
setek sambung ruas dan ruas tidak
memerlukan waktu yang relatif lama untuk
menutup bekas sayatan sehingga
pertumbuhan sel bagus dan cepat
tumbuhnya akar dan tunas, sedang pada
perlakuan ruas dan belah serta belah dan
belah memerlukan waktu yang relatif lama
untuk menutup luka bekas sayatan.
Fenomena lain pada setek yang muncul
pada setek sambung adalah pertumbuhan
BP 534 menjadi lebih baik apabila
disambungkan dengan klon BP 308 yang
mempunyai pertumbuhan yang lebih gigas
di bandingkan pada pertumbuhan setek BP
534 sendiri.
Sambunagn antara batang atas dan
batang bawah terjadi interaksi yang bagus
yang memberi peluang berlangsungnya
perubahan sifat sifat pertumbuhan yang di
harapkan dari kedua klon tersebut dapat
muncul dalam satu tanaman. Interaksi
antara batang bawah dan batang atas adalah
laju pertumbuhan tanaman okulasi atau
sambungan merupakan resultan dari laju
pertumbuhan setiap komponennya dan
pertumbuhan lebih banyak diatur oleh
batang bawah daripada batang atas.
Dampak interaksi yang lebih cepat dapat
diamati terhadap kandungan hara dan
mineral dalam daun dan batang. Bukti
adanya interaksi antara batang bawah dan
batang atas telah di manfaatkan untuk
beberapa tujuan diantaranya pemanfaatan
batang bawah yang tahan kering dengan
batang atas yang mempunyai produktivitas
yang tinggi sehingga dengan
penggabungan dua sifat klon
unggulmemberikan keuntungan yang
besar. Dengan mengetahui keadaan akar
dan tunas maka dapat di perkirakan berat
basah dan berat keringnya. Jumlah akar
yang banyak berakibat luas permukaan
serapan akar terhadap air dan bahan- bahan
organik menjadi luas berarti meningkatkan
berat basah dan berat kering akar. Berat

Copyright © 2019. Ruly Awidiyanti, Yanti Nurmalasari __________________________________________

Publisher : Politeknik Negeri Jember 70
basah merupakan berat bahan organik yang
terdapat dalam organ tersebutsetelah
kehilangan air (Nur, 1997 ; Nur dan
Sulistyo, 1987). Berat basah akar pada
perlakuan D mempunyai berat basah yang
tinggi tetapi pada berat kering tunas
menurun dengan drastis karena penurunan
kadar air yang tinggi dan besarnya
penambhan berat basah dan berat kering di
sebabkan oleh tingginya penyerapan aktif
yang terlibat energi respirasi dan
penyerapan pasif melalui difusimdan
osmosis yang di sebabkan oleh cepatnya
transpirasi. (Hartman dan Kester, 1978).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa :
1. Metode setek dan setek sambung
berpengaruh nyata terhadap seluruh
parameter ( jumlah akar, panjang akar,
panjang tunas, persentase hidup,
persentase berakar, berat basah akar,
berat basah tunas, berat kering akar, dan
berat kering tunas).
2. Perlakuan setek sambung batang bawah
ruas klon BP 308 dengan batang atas
klon BP 534 (A) merupakan metode
seteksambung terbaik, hal ini di
tunjukkan dengan parameter jumlah
akar, panjang akar, persentase hidup,
berat basah akar, berat kering akar, berat
kering tunas ).
3. Setek ruas klon BP 308 di dapat hasil
yang lebih baik daripada setek ruas klon
BP 534.
Saran
Untuk penelitian selanjutnya
pembiakan vegetatif kopi robusta dengan
menggunakan klon klon unggul yang
berbeda dengan metode setek belah karena
masih terdapat persentase hidup yang besar
dan dapat menghemat bahan tanam.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1986. Grafeted Coffea increase
Yield. Coffea and Cacao Journal, II
(I), 26 -36.
----------. 1983. Kopi. Badan Pendidikan
Latihan dan Penyuluhan Pertanian
Jember. Jember

----------. 1998.Budidaya Tanaman Kopi.
Aksi Agraris Kanisius. Yogyakarta.
Archibalt, J.F. 1953. Factor Cocerned in
the Rooting Response of Cuttings.
Proc. Of The West African Int.
Cocoa. Res. Conf. Tofa. Gold Coast.

Meihana dan Pujiyanto. 2014. Respon
Pertumbuhan Bibit Kopi Robusta
(Coffea canephora, L) Terhadap
dosis Pupuk N Pada Berbagai
Periode Penggenangan. AgrIBA. 12
(2) : 45-54.

Najiyati, S dan Danarti. 2001. Kopi.
Budidaya dan Penanganen lepas
Panen. Jakarta. Penebar Swadaya.

Nur A.M dan Supriadji, G. 1986.
Pembuatan Setek Kopi. Warta Balai
Penelitian dan Perkebunan Jember,
4,8 – 15

Nur A.M dan sulistyo. A . 1987. Kajian
terhadap sifat Pertumbuhan Kopi
Robusta Asal Semaian, sambungan
dan Setek. Pelita perkebunan. 3 (2),
41 -45.

Nur A.M dan Zainudin. 1988. Kajian
Sistem Perakaran Kopi Robusta Asal
Setek. Pelita Perkebunan, 3 (4), 118
–123.
Purushotham. 1982. Cutting Grafic
Amethod for The Propagation of
Coffe. Indian Coffe, 46 (6), 87 -89

Ramadhasan. 1994. Production of Rooted
Cocoa Cuttings Under Malaysian
Condition. Conf. On Cocoa and
Coconut, Kuala Lumpur.

Sunaryo dan Suhartono. 1991. Pengaruh
Penutupan Bahan Setek dan

Copyright © 2019. Ruly Awidiyanti, Yanti Nurmalasari __________________________________________

Publisher : Politeknik Negeri Jember 71
Pemotongan Daun Terhadap
Keberhasilan Setek Kopi
Robusta.Pelita Perkebunan (4), 103
– 107

Supriadji dan Sahali. 1995. Pengaruh
Penyambungan batang Bawah
Ekselsadan Robusta pada Stadium
Serdadu Terhadap Pertumbuhan
Batang Atas Kopi Arabica Catimor,
Pelita Perkebunan 10 (4) , 173 – 179.

Supriadji , P. Raharjo, A. Wibowo, Y
Kurniati. 1996. Petunjuk Teknis
Penyambungan Kopi. Direktorat
Jendral Perkebunan dan Pusat
penelitian kopi dan Kakao Jember.

Supriadji. 1997. Pengaruh Pengupiran
daun batang Bawah dan batang Atas
Terhadap Keberhasilan Setek
Sambung Kopi Robusta . Pelita
Perkebunan, 13 (2), 71 -79

Supriyanto.B. 1989. Budidaya Tanaman
Kopi. SPH BimasKabupaten DATI II
Tasikmalaya. Tasikmalaya.

Yahmadi, M. 1986. Budidaya dan
Pengolahan Kopi . Balai Penelitian
dan Pengembangan. Departemen
Pertanian Bogor. Bogor.