177
Royyani dan Efendy – Kajian Etnobotani Masyarakat Dayak di Desa Tau Lumbis, Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara,
Indonesia
Diterima: 26 Maret 2014 - Disetujui: 28 Mei 2015
KAJIAN ETNOBOTANI MASYARAKAT DAYAK DI DESA TAU LUMBIS,
KABUPATEN NUNUKAN, PROPINSI KALIMANTAN UTARA, INDONESIA
[Ethnobotanical Study of Ethnic Dayak of Tau Lumbis Village, Nunukan Regency,
North Kalimantan Province, Indonesia]

Mohammad Fathi Royyani

dan Oscar Efendy
Pusat Penelitian Biologi-LIPI Cibinong Science Centre, Jl. Raya Bogor Km 46 Cibinong 16911
emailPRKD#OLSLJRLG


ABSTRACT
Ethnobotanical research on the utilization of plant species in Tau Lumbis village of North Kalimantan by Tagol and Akolod Dayaks ethnics
has been conducted. Seventy seven species of plants have been recorded to be utilized by the people for various purposes from medicinal to
magical-supranatural. Some literature reviews suggested that there was correlation of traditional knowledge and modern science in plant
utilization by these ethnics.

Key words: Dayak, ethnobotany, traditional knowledge, science

ABSTRAK
Penelitian etnobotani telah dilakukan pada masyarakat Dayak Tagol di Desa Tau Lumbis di Sumatera Utara. Tujuh puluh tujuh jenis tum-
buhan telah dilaporkan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagai macam tujuan, dari tujuan pengobatan sampai dengan tujuan supranat-
ural. Kajian pustaka menunjukkan bahwa pengetahuan tradisional dalam pemanfaatan tumbuhan selaras dengan ilmu pengetahuan.

Kata Kunci : Dayak, etnobotani, pengetahuan tradisional, ilmu pengetahuan
PENDAHULUAN
Dayak Tagol adalah masyarakat suku Dayak
yang tinggal di perbatasan antara Indonesia dan Ma-
laysia, khususnya antara Propinsi Kalimantan Utara,
Indonesia dan Negara Bagian Sabah di Malaysia.
Secara administrasi, masyarakat Dayak Tagol masuk
ke dalam Desa Tau Lumbis, Kecamatan Lumbis,
Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara.
Desa Tau Lumbis relative terisolir sehingga interaksi
antara masyarakat Dayak Tagol dan dunia luar relatif
masih terbatas.
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
masyarakat Dayak Tagol lebih banyak mendapat-
kannya secara langsung dari alam daripada melalui
transaksi jual beli dengan masyarakat luar. Masyara-
kat Dayak Tagol tidak hanya memandang alam seki-
tarnya sebagai hal yang magis religious, tetapi juga
sebagai sumber daya yang menguntungkan dan
memberi hidup dan kehidupan bagi mereka. Meski
begitu, pemanfaatan sumber daya alam khususnya
sumber daya nabati oleh masyarakat Dayak Tagol
pada umumnya masih terbatas guna memenuhi kebu-
tuhan hidup sehari-hari.
Studi etnobotani antara lain mencakup studi
mengenai sumber daya bahan pangan lokal yang
merupakan salah satu kajian untuk mengetahui
keanekaragaman jenis tumbuhan pangan lokal dan
strategi masyarakat lokal dalam rangka menyediakan
bahan pangan terutama pada musim kemarau atau
paceklik serta untuk membangun suatu sistem adap-
tasi yang memungkinkan mereka bertahan dalam
keterbatasan. Studi ini bertujuan untuk mengungkap
pengetahuan lokal pemanfaatan tumbuhan oleh
masyarakat Dayak di Tau Lumbis.

BAHAN DAN CARA KERJA
Cara kerja yang diterapkan dalam kajian ini
merujuk kepada penelitian etnobotani tentang hala-
man rumah yang menggunakan perspektif multidi-
siplin (Vogl et. al., 2004), timbal balik antara pen-
galaman dan partisipasi dalam mendokumentasikan
pengetahuan tradisional (Suminguit, 2005), menge-
tahui kondisi sosial-budaya dari tumbuhan yang di-
manfaatkan dan (Nolan dan Turner, 2011). Pengum-
pulan data dilakukan dengan cara wawancara terbuka
terhadap masyarakat setempat dan pengamatan lang-
sung (observasi) di lapangan.
Informan utama untuk kajian tumbuhan yang
digunakan sebagai obat-obatan tradisional adalah
ketua adat yang dipercaya sebagai ‘belian’ dan orang

178
Berita Biologi 14(2) - Agustus 2015

-orang tua yang masih menggunakan tumbuhan se-
bagai sumber bahan pengobatan utama. Jenis–jenis
tumbuhan yang dimanfaatkan dicatat nama lokalnya,
bagian yang digunakan, cara penggunaan, dan
kegunaannya. Untuk jenis-jenis tumbuhan yang be-
lum diketahui nama ilmiahnya, dibuatkan voucher
spesimen (Nesbitt, 2014) dan identifikasi voucher
spesimen dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat
Penelitian Biologi, LIPI.

HASIL
Masyarakat Dayak Akolod dan Tagol
Desa Lumbis yang saat ini awalnya adalah
sebuah desa yang dihuni hanya oleh suku Dayak
Tagol. Kebijakan pemerintah yang memukimkan
masyarakat suku-suku “terasing” ke dalam satu desa
kolektif yang lebih besar membuat Desa Lumbis
tersebut menjadi penampungan dari sepuluh satuan
permukiman, yaitu Desa-Desa Lumbis, Tetagas,
Lipaga, Kalisun, Bululaun Hulu, Tutulibing, Me-
masin, Duyan, Sibalu, dan Kabungolor. Dengan
sendirinya Desa Lumbis sekarang juga dihuni oleh
berbagai kelompok etnis (i.e. suku) seperti suku-suku
Dayak Tagol dan Akolod.
Merujuk kepada letak geografisnya Desa
Lumbis termasuk salah satu desa yang terletak di
perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Jumlah
penduduk Desa Tau Lumbis adalah sebanyak 674
jiwa yang merupakan gabungan dari sepuluh desa.
Seperti hal masyarakat suku Dayak lainnya
(Pearce et. al., 1987 dan Andersen et. al.., 2003),
suku Dayak di Lumbis juga memiliki sistem penge-
tahuan tentang alam tumbuhan yang ada di seki-
tarnya, termasuk pemanfaatannya yang diwariskan
secara turun temurun dan merupakan dasar yang
amat penting dalam kelangsungan hidupnya. Hasil
kajian ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tau
Lumbis mengenal dan memanfaatkan 77 jenis tum-
buhan untuk berbagai keperluan mereka (Tabel 1),
dari hal-hal keseharian (alam nyata/fisik) hingga
yang berkaitan dengan alam gaib (mistik) mereka.
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bahan Pa -
ngan
Seperti hal masyarakat suku Dayak lainnya
(Pearce et. al., 1987 dan Andersen et. al., 2003), suku
Dayak di Lumbis juga memiliki sistem pengetahuan
tentang alam tumbuhan yang ada di sekitarnya, ter-
masuk pemanfaatannya yang diwariskan secara turun
temurun dan merupakan dasar yang amat penting
dalam kelangsungan hidupnya.
Selain beras atau dalam bahasa setempat dise-
but ‘bilod’ (Oryza sativa; Poaceae) masyarakat Day-
ak di Desa Lumbis juga mengenal berbagai tum-
buhan sumber karbohidrat seperti sagu (Metroxylon
sagu; Arecaceae) dan sukun (Artocarpus communis;
Moraceae). Sekarang ini, masyarakat juga telah me-
manfaatkan ubi kayu atau dalam bahasa setempat
disebut ‘ilui’ (Manihot esculenta; Euphorbiaceae)
yang dimanfaatkan selain sebagai bahan makanan
juga minuman keras tradisional yang dihidangkan
dalam pesta-pesta tradisional.
Untuk sayuran mereka banyak memanfaatkan
‘labu atau sangop’ (Sechium edule; Cucurbitaceae),
“fadas” (Capsicum annuum; Solanaceae)
“kujau” (Clerodendrum sp.; Lamiaceae), daun ilui
(Manihot esculenta; Euphorbiaceae). Pengetahuan
mereka terhadap keragaman jenis sayuran budidaya
terbatas karena sebagian besar bahan sayuran mereka
didapatkan dari alam; dengan kata lain, ketergan-
tungan mereka terhadap bahan alam tinggi. Selain
itu, masyarakat umumnya juga mendapatkan sumber
protein dari hewan buruan seperti “payau”, “babi”,
dan ikan. Sumber-sumber ini dimakan secara lang-
sung.
Mereka juga mengenal beberapa jenis buah
yang berasal dari budidaya (domestikasi) langsung
dari hutan seperti “funti” (Musa paradisiaca; Mu-
saceae), “nangka” (Artocarpus heterophyllus; Mora-
ceae), dan “lampun” (Durio graveolens; Malvaceae,
di literatur lama masih dalam sukunya tersendiri
Bombacaceae). Jenis-jenis buah tersebut bernilai
ekonomi tinggi bagi masyarakat suku Dayak di Lum-
bis dan menjadi salah satu sumber utama penghasilan
mereka. Selain mendapatkannya langsung dari alam,
jenis-jenis tersebut juga ditanam di pekarangan ru-
mah atau ladang dekat rumah. Pulau-pulau Nusanta-
ra merupakan pusat buah-buahan seperi manggis
(Garcinia mangostana; Clusiaceae), rambutan
(Nephelium lappaceum; Sapindaceae), dan durian
(Durio zibethinus; Malvaceae), jeruk nipis (Citrus
aurantica; Rutaceae) (Li, 1970).
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bahan
Bangunan dan Kebutuhan Sehari-hari
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa selain

179

Royyani dan Efendy – Kajian Etnobotani Masyarakat Dayak di Desa Tau Lumbis, Kabupaten Nunukan, Propinsi Kalimantan Utara,
Indonesia
No Nama Lokal (local
name)
Nama Ilmiah (scientific
name)
Suku (family) Kegunaan (utilization)
1 Ahampanas Madhuca kingiana (Brace
ex King dan Gamble)
H.J.Lam
Sapotaceae Buah dan kayu sebagai bahan bakar
(fruit and bark used as firewood)
2 Ahinubol Glochidion arborescens
Blume
Euphorbiaceae Getah digunakan sebagai lem (latex
used as glue)
3 Akar bongos Gnetum gnemon L. Gnetaceae Akarnya diyakini bisa mengusir hama
di ladang (root used for repel pests)
4 Alapih Parashorea smythiesii
Wyatt-Sm. ex P.S.Ashton
Dipterocarpaceae Bahan racun tradisional (used as tradi-
tiona poison)
5 Amaron Vatica rassak Blume Dipterocarpaceae Bahan bangunan dan peralatan tradi-
sional (materail wood and traditional
tools)
6 Anang awan Dipterocarpus sp. Dipterocarpaceae Bahan bangunan, bernilai ekonomi
tinggi (meterial wood and high eco-
nomic value)
7 Angkalanos Prunus arborea (Blume)
Kalkman
Rosaceae Bahan bangunan (dinding) (building
material/wall)
8 Angkalulung Xanthophyllum rufum
A.W.Benn.
Polygalaceae Bahan peralatan tradisional (traditional
tools)
9 Angkarawol Dillenia eximia Miq. Dilleniaceae Kulit batang digunakan sebagai obat
(bark used as medicine)
10 Antimahas Gardenia anisophylla Jack
ex Roxb.
Rubiaceae Bahan peralatan tradisional (traditional
tools)
11 Arupayang Scaphium macropodum
0LT %HXPpHH[
K.Heyne
Sterculiaceae Bahan ukiran tradisional (traditional
handicraft)
12 %DODDQ Stepania sp Menispermaceae Obat sakit perut (medicine for stom-
achache)
13 Balasan Pandanus sp. Pandanaceae Bahan untuk kerajinan (traditional
craft)
14 Baliaku Garcinia nigrolineata
Planch. ex T.Anderson
Clusiaceae Buah (edible fruit)
15 Balilang Crotalaria retusa L. Fabaceae Obat kurap (for scabies)
16 Bilod Oryza sativa L. Poaceae Makanan pokok (staple food)
17 Bowoi Microcos sp. Tiliaceae Buah (edible fruit)
18 Buluon Lithocarpus sp. Fagaceae Buah (edible fruit)
19 Bumbuling Tarenna fragrans (Blume)
Koord. dan Valeton
Rubiaceae kayu batang digunakan sebagai obat
tradisional (wood used as traditional
medicine)
20 Fadas Capsicum annuum L. Solanaceae Sayuran (vegetables)
21 Funti Musa sp. Musaceae Buah (edible fruit)
22 Galu (Gaharu) Aquilaria beccariana
Tiegh.
Thymelaeaceae Hasil hutan non kayu (non timber for-
est product)
23 Ilui Manihot esculenta Crantz Euphorbiaceae Makanan pokok dan minuman tradi-
sional (staple food and traditional bev-
erage)
24 Impupungoh Fagraea racemosa Jack Loganiaceae Bahan peralatan tradisional (traditional
tools)
25 Inatu Palaquium sp. Sapotaceae Batangnya bahan bangunan, peralatan
tradisional (building material and tradi-
tional tool)
26 Inkukolong Urophyllum corymbosum


Inatu