Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 7 No.2 Oktober (2019) 188-194
188





http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA

URGENSI MATERI INSTRUMENTASI KIMIA BAGI
MAHASISWA ANALIS KESEHATAN

Oleh:
Endang Tri Wahyuni Maharani
1
, Yusrin
2

1,2
Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Muhammadiyah Semarang

Article history Abstract
Submission : 2019-09-07
Revised : -
Accepted : 2019-11-05

The background of the research is that the chemical
instrumentation course reviews all instrumentation used for
health laboratory examinations in accordance with the demands
of a health analyst's competence. This material is basic
knowledge, so students need to understand these three aspects,
namely: the concept and function of chemical instrumentation,
the basics of chemical instrumentation analysis, and the
classification of chemical analysis. The research method is
quantitative descriptive with 80 students and the main data
collection tool is a questionnaire / instrument. Variables were
examined from all three aspects, each aspect contain 20
questions, so that in the whole questionnaire there were 60
questions. efore the questionnaire was used to retrieve data, the
validity and reliability tests had been carried out and the results
were declared valid and reliable, while the data analysis
technique was used descriptive analysis by comparing the
calculated results with the criteria set by the researcher. The
results of the study concluded: 1) the concept and function of
chemical instrumentation obtained a score of 69 or 86.25% with
very good criteria; 2) the basics of chemical instrumentation
analysis obtained a score of 72 or 90.00% with good criteria; and
3) the classification of chemical analysis obtained a score of 73
or 91.25% with very good criteria, so the final conclusion is the
perception of Health Analyst students' study programs on the
urgency of chemical instrumentation material is very good.
Keyword:
Kata kunci: instrumentasi
kimia, analis kesehatan.

Pendahuluan
Kehidupan manusia tidak dapat terlepaskan
dari kimia, karena hampir setiap perubahan
materi melibatkan proses kimia, proses
pencernaan makanan, pembusukan sampah,
penuaan kulit, perkaratan besi, pembakaran
bensin, kebakaran hutan, pelapukan batuan,
pembentukan bintang, pembuatan plastik,
pembuatan sabun dan pembuatan obat adalah
*Corresponding Author:
Nama : Endang Tri Wahyuni Maharani
Lembaga : Universitas Muhammadiyah Semarang
Email : [email protected]

Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 7 No.2 Oktober (2019) 188-194
189

contoh-contoh proses kimia. Ilmu kimia adalah
ilmu yang berkenaan dengan karakterisasi,
komposisi, dan transformasi materi (Mortimer,
1979). Definisi yang serupa dituliskan dalam
Cambridge Anvanced Learner Dictionary: 1)
chemistry is (the part of science which studies)
the basic characteristics of substances and the
different ways in which they react or combine
with other substances; 2) chemistry is the
scientific study of substances, what they are
made of, how they act under different
conditions, and how they form other
substances. Ilmu kimia merupakan ilmu yang
mempelajari sifat dan komposisi materi (yang
tersusun oleh senyawa-senyawa) serta
perubahannya, bagaimana senyawa-senyawa itu
bereaksi atau berkombinasi membentuk
senyawa lain.
Ilmu kimia bersama ilmu-ilmu lain
telah memberikan banyak manfaat kepada
manusia, baik dalam bidang kesehatan, teknik,
pertanian, pangan, dan kosmetika. Ilmu kimia
juga telah berkembang pesat seiring dengan
kemajuan teknologi. Kemajuan dalam bidang
instrumentasi kimia sangat membantu ahli
kimia dalam melakukan identifikasi senyawa
dan melakukan pengukuran kadar senyawa
(Huhey, 1978). Demikian pula dengan
kemajuan dalam bidang teknik dan fisika sangat
membantu terlaksananya proses-proses kimia
yang memerlukan kondisi yang sangat khusus
untuk berlangsungnya reaksi kimia.
Ilmu kimia mencakup ilmu
pengetahuan yang sangat luas, diantaranya
pengetahuan tentang unsur penyusun suatu
materi, sturktur atom, susunan atom dalam
suatu senyawa, jenis ikatan antar atom dalam
suatu materi, sifat-sifat suatu senyawa,
mekanisme yang terjadi bila suatu senyawa
diubah menjadi senyawa lain, reaksi antara
suatu senyawa dengan senyawa lain, katalis dan
kecepatan reaksi, radiokimia dan topik lainnya.
Kimia modern ada yang berkembang pada
pemenuhan akan barang yang memiliki
karakteristik tertentu. Oleh sebab itu telah
ditemukan banyak cara untuk memproduksi
barang baru (Fach, 2006). Sebagai contoh
minyak mentah diubah menjadi berbagai
produk seperti nylon, aspirin, cat, perekat; pasir
menjadi gelas; gas nitrogen (di udara) menjadi
pupuk urea; minyak cengkeh menjadi vanilin.
Polycarbonate, plastik transparan yang sangat
tahan terhadap sinar matahari merupakan
produk derivat asam karbonat yang
disubstitusikan pada asam adipat atau asam
phthalat. Teflon, plastik yang sangat tahan
terhadap reaksi kimia dan panas merupakan
polimer tetrafluoroethylene, dalam sehari-hari
dikenal dengan nama freon. Disamping produk-
produk yang bermanfaat, kimia juga
menimbulkan berbagai masalah lingkungan,
seperti munculnya pencemaran udara, air, dan
tanah. Dalam bidang pangan juga terjadi
pemakaian bahan kimia yang sebenarnya
dilarang, seperti pemakaian warna tekstil untuk
makanan, pemakaian monosodium glutamat
secara berlebihan, dan pemakaian formalin
untuk mengawetkan ikan atau makanan.
Pembelajaran kimia disamping
mengembangkan sikap ilmiah juga ada pesan
moral dalam mensikapi alam dan keagungan
pencipta-Nya. Dalam mewujudkan pesan
moral perlu pembekalan kepada mahasiswa
agar dapat mempelajari kimia semakin
menyadari keagungan pencipta -Nya.
Mahasiswa juga dihadapkan pada 3 (tiga)
dunia, yaitu dunia nyata (makroskopik), dunia
atom (mikroskopik), dan dunia lambang. Dunia
nyata adalah sesuatu yang dapat diamati
menggunakan pancaindera. Setiap benda
tersusun atas jutaan partikel yang sangat kecil
yang disebut atom. Dunia atom sangat kecil
sehingga manusia tidak dapat menggunakan
panca indera untuk mengamatinya. Namun
justru melalui dunia atom inilah dapat
dijelaskan misteri di balik fakta-fakta
kehidupan (Austin, 1984). Pertanyaan
selanjutnya yang muncul adalah: bagaimana
dengan dunia lambang? Oleh karena atom tidak
dapat diamati menggunakan panca indera, para
ahli kimia menjelaskan dengan menggunakan
lambang berupa angka, model, dan huruf.
Masalah yang menarik untuk diperhatian
tentang ilmu kimia adalah meskipun ilmu kimia
banyak memberikan manfaat dalam kehidupan
manusia, tetapi banyak fakta menunjukkan
bahwa ilmu kimia dipandang ilmu yang sulit,
tidak menarik untuk dipelajari (Haryono dkk,
2017).
Kondisi itu bisa karena pembelajaran
kimia mencakup persoalan yang sangat luas,
mulai dari kebijakan pemerintah, kompetensi
guru, teknisi laboratorium, laboran, proses
pembelajaran, mahasiswa/siswa, infrastuktur
dan keterlibatan orang tua. Jika mempelajari
kimia dianggap sulit, maka permasalahan itu
kemungkinan besar terkait komponen-
komponennya. Selain komponen, kesulitan
belajar juga dapat muncul dari karakteristik
materi pelajaran kimia itu sendiri yang sebagian
besar konsepnya bersifat abstrak (Siswoyo,
2011).

Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 7 No.2 Oktober (2019) 188-194
190

Ilmu kimia dikembangkan melalui
eksperimen-ekperimen di laboratorium,
sehingga laboratorium memiliki peran penting,
namun kenyataannya tidak semua lembaga
pendidikan memiliki fasilitas laboratorium yang
memadai. Lembaga pendidikan yang memiliki
laboratorium penggunaannya masih kurang
optimal. Ketersediaan tenaga teknisi
laboratorium dan laboran masih sangat kurang,
bahkan sampai level Perguruan Tinggi
kondisinya tidak jauh berbeda (Haryono dkk,
2017). Usaha-usaha perbaikan pembelajaran
sudah banyak dilakukan dengan berbagai cara,
peningkatan kompetensi guru melalui training-
training, perbaikan fasilitas perpustakaan,
pemanfaatan IT untuk pembelajaran,
pembuatan software media interaktif, penulisan
modul dan buku ajar, olimpiade kimia untuk
mendorong mahasiwa/ siswa untuk belajar
kimia lebih baik, Pendidikan dan Pelatihan
Profesi Guru (PLPG) untuk peningkatan
profesionalitas, Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) Kimia, dan juga melalui
mailing list untuk saling bertukar pengalaman
dalam pembelajaran kimia, namun hasilnya
belum menggembirakan (Siswoyo, 2011).
Terkait dengan kualitas pembelajaran,
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
telah menetapkan 8 (delapan) standar, yaitu
standar: isi, proses, kompetensi lulusan,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang ditujukan untuk
penjaminan mutu pendidikan. Selain itu,
pemerintah juga telah menggariskan agar proses
pembelajaran terjadi dalam situasi berpusat
pada mahasiswa/siswa. Dalam mendukung hal
tersebut, pemerintah telah melakukan training-
training untuk meningkatkan kompetensi guru
dan dosen dalam proses pembelajaran, namun
setelah selesai mengikuti pelatihan tidak banyak
berubah dengan berbagai alasan diantaranya
fasilitas tidak mendukung, tidak cukup waktu ,
kurang menguasai IT (Information
Technology), dan sebagainya. Oleh sebab itu
materi instrumentasi kimia sebagai mata kuliah
dasar dipandang perlu untuk dikuasai oleh
mahasiswa sejak awal, karena terkait dengan
mata kuliah dan materi ilmu-ilmu bidang kimia
selanjutnya. Dengan demikian permasalahan
yang muncul adalah terkait dengan pertanyaan:
1) bagaimana konsep dan fungsi instrumentasi
kimia?; 2) apa dasar -dasar analisis
instrumentasi kimia?; dan 3) bagaimana
klasifikasi analisis kimia?
Metode Penelitian
Jenis penelitian adalah deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Subjek penelitian
sebanyak 80 mahasiswa dari program studi
Analisis Kesehatan di Universitas
Muhammadiyah Semarang (Unimus) dengan
teknik sampling proporsional random sampling.
Teknik pengumpulan data digunakan observasi
dan dokumentasi, sedangkan alat pengumpul
data utama adalah angket/instrumen.
Variabel persepsi mahasiswa terhadap urgensi
materi instrumentasi kimia pada program studi
Analis Kesehatan dikupas dari 3 (tiga) aspek,
yaitu: konsep dan fungsi instrumentasi kimia,
dasar analisis instrumentasi kimia, dan
klasifikasi analisis kimia (Pribula, 1996).
Masing-masing aspek dikaji dengan 20 item
pertanyaan, sehingga keseluruhan angket ada
60 item pertanyaan dengan skor maksimal 4
dan skor minimal 1 melalui skala Likert yangt
telah dimodifikasi (Sugiyono, 2012). Sebelum
angket digunakan untuk mengambil data di
lapangan telah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas yang diberikan kepada 15
mahasiswa yang masih termasuk dalam
populasi, tetapi kedudukannya bukan sebagai
sampel. Hasil uji validitas sangat beragam dan
semua hasil hitung instrumen di atas 0,514 dari
tabel r product moment pada N = 15, karena r
hitung > r tabel, maka dapat dikatakan bahwa
keseluruhan instrumen telah memenuhi syarat
validitas dan dikatakan valid. Demikian pula
dengan reliabilitas, ketiga aspek hasilnya di atas
0,514 maka keseluruhan aspek dari variabel
yang digunakan dikatakan reliabel. Adapun
teknik analisis data yang digunakan adalah
deskriptif persentase, dengan cara
membandingkan hasil hitung dengan kriteria
yang ditetapkan sebagai berikut.
Tabel 1: Rentangan Kriteria
Penafsiran
No Rentangan Kriteria
1. 66 – 80 Sangat baik
2. 51 – 65 Baik
3. 36 – 50 Cukup baik
4. 20 – 35 Tidak baik
Sumber: Data primer diolah, 2018.

Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 7 No.2 Oktober (2019) 188-194
191

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Secara keseluruhan, hasil analisis
deskriptif dari ketiga aspek dapat disajikan
seperti pada tabel berikut.







Tabel 2: Persepsi Mahasiswa Program Studi Analis Kesehatan terhadap Urgensinya
Instrumentasi Kimia
No Aspek Skor Persentase Kriteria
1. Konsep dan fungsi instrumentasi kimia 69 86,25% Sangat baik
2. Dasar-dasar analisis instrumentasi kimia 72 90,00% Baik
3. Klasifikasi analisis kimia 73 91,25% Sangat baik
Sumber: Data primer diolah, 2018.

Konsep dan Fungsi Instrumentasi Kimia
Persepsi mahasiswa program studi
Analis Kesehatan terhadap konsep dan fungsi
instrumentasi kimia diperoleh skor terbesar 69
atau 86,25% dari 80 mahasiswa sebagai
responden dengan kriteria sangat baik, maka
dapat dikatakan bahwa pemahaman dan
kemampuan mahasiswa terhadap materi konsep
dan fungsi instrumentasi kimia adalah sangat
baik. Hal tersebut dapat terjadi sebab konsep
merupakan definisi dari sesuatuyang dipelajari,
demikian pula yang dipelajari itu akan dapat
dipahami dengan baik manakala memiliki
fungsi secara maksimal. Demikian pula dengan
konsep dan fungsi instrumentasi kimia ini,
mengingat konsep dan fungsi telah dipahami
sangat baik oleh mahasiswa, maka tidak
mengherankan jika ke depan mahasiswa
Analisis Kesehatan dalam pelaksanaan tugas
dan kewajiban sebagai tenaga medis akan
berhasil dengan baik.
Lebih mendalam dapat dijelaskan
bahwa pada dasarnya kimia analitik merupakan
cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan
identifikasi dan penentuan komposisi suatu
bahan. Lebih spesifiknya terdapat kimia
analitik kualitatif, kimia analitik kuantitatif, dan
kimia analitik instrumen. Kimia analitik
kualitatif adalah kimia analisa yang hanya
membahas tentang identifikasi atau
ada/tidaknya unsur/zat di dalam suatu bahan.
Adapun kimia analitik kuantitatif adalah kimia
analisa yang berhubungan dengan komposisi
atau jumlah unsur/zat dalam suatu bahan.
Sedangkan kimia analitik instrumen adalah
cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan
identifikasi atau penentuan komposisi dengan
bantuan instrumen (alat) khas, keuntungan
analisis berlangsung cepat dengan sedikit
pereaksi baik jenis maupun jumlahnya, dan
kelemahannya tergantung pada ketelitian alat.

Analisis kimia melibatkan pemisahan,
identifikasi dan penentuan jumlah relatif
komponen dalam suatu sampel. Metode analisis
kimia diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam,
yaitu: 1) analisis klasik: cara klasik dengan
melibatkan proses kimia sederhana, peralatan
sederhana, tetapi memerlukan keahlian relatif
tinggi; 2) analisis instrumen: cara modern mulai
meninggalkan proses kimia, tetapi tetap
memerlukan proses (Sandri, 2006).
Pengertian instrumen dalam lingkup
evaluasi didefinisikan sebagai perangkat untuk
mengukur hasil belajar yang mencakup hasil
belajar dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Bentuk instrumen dapat berupa tes
dan non tes. Instrumen bentuk tes mencakup:
tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes
pilihan ganda, jawaban singkat, menjodohkan,
benar-salah, unjuk kerja (performance test), dan
portofolio. Instrumen bentuk non tes mencakup:
wawancara, angket, dan pengamatan
(observasi). Sebelum instrumen digunakan
hendaknya dianalisis terlebih dahulu. Dua
karakteristik penting dalam menganalisis
instrumen adalah validitas dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat,
absah) apabila instrumen digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Instrumen untuk mengukur kemampuan Kimia
mahasiswa Perguruan Tinggi tidak tepat jika
digunakan pada siswa SMA. Dalam hal ini
sasaran kepada siapa instrumen itu ditujukan
merupakan salah satu aspek yang harus
dipertimbangkan dalam menganalisis validitas
suatu instrumen. yang berlaku, kaidah-kaidah
dalam penulisan butir soal dan sebagainya,
pemantauan dan standarisasi yang memerlukan
analisis klasik. Mengingat ilmu kimia yang
meluas dan timbul inspirasi-inspirasi dari
berbagai pihak untuk melakukan percobaan,
dan untuk mempermudah dari

Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 7 No.2 Oktober (2019) 188-194
192

percobaan/pratikum, maka dilakukan percobaan
dengan bantuan instrumen. Dari berbagai
instrumen– instrumen untuk menganalisi
meluas menjadi aplikasi-aplikasi yang
memudahkan dalam berbagai bidang kehidupan
tidak hanya berkaitan dengan kimia. Oleh sebab
itu perlu dikaji secara mendalam tentang
aplikasi dari instrumen kimia Analisis Kimia.
Pada bidang industri, pengetahuan
dasar instrumentasi sangat penting terutama
untuk proses pengukuran dan
pengendalian/kontrol. Dalam suatu industri
kimia, misalnya, bermacam-macam reaksi
kimia harus diukur dan dikendalikan baik suhu,
volume campuran bahan, tekanan, derajad
keasaman, dan lainnya. Sementara pada industri
baja dan logam, suhu yang tinggi harus diukur
secara tepat dengan menggunakan alat
pengukur elektronik untuk dapat
mengendalikan pengepresan logam pada
ketebalan yang diinginkan (Shah, 2013). Pada
umumnya, peralatan pengukuran atau alat
pengukur secara elektronik ini merupakan
bagian dasar instrumentasi yang dipakai pada
hampir semua bidang industri.
Bidang instrumentasi ini, tidak hanya
diaplikasikan untuk industri kimia dan industri
baja semata, tetapi diperlukan juga untuk pabrik
mobil, pabrik gula, pabrik kertas, pabrik
pemrosesan makanan, untuk instrumentasi
kedokteran, dan untuk pabrik pembuatan alat-
alat elektronik itu sendiri, seperti pabrik
pembuatan telepon genggam, pabrik pembuatan
chip/sirkuit terpadu, pabrik pembuatan
komputer, dan sebagainya). Bentuk variabel
fisis (fisika) dan kimia yang dipakai untuk dasar
kendali dalam bidang instrumentasi ini
meliputi: suhu/temperature, tekanan, kecepatan
aliran, ketinggian cairan/level, konduktifitas,
dan kepadatan benda dan kekentalan
(viskositas). Melihat berbagai bentuk variabel
fisis dan kimia, maka setidaknya instrumentasi
mempunyai 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: 1)
sebagai alat pengukuran: 2) sebagai alat analisa;
dan 3) sebagai alat kendali (Smith, 2013).
Dasar-dasar Analisis Instrumentasi
Kimia
Persepsi mahasiswa program studi
Analis Kesehatan terhadap dasar-dasar analis
instrumentasi kimia diperoleh skor terbesar 72
atau 90,00% dari 80 mahasiswa sebagai
responden dengan kriteria baik, sehingga
dapat dikatakan bahwa pemahaman mahasiswa
terhadap dasar-dasar analisis instrumentasi
kimia adalah baik. Hal itu dapat dipahami
sebab dasar-dasar analisis instrumentasi kimia
adalah alat dan piranti (device) yang dipakai
untuk pengukuran dan pengendalian dalam
suatu sistem yang lebih besar dan lebih
kompleks. Instrumen atau piranti ukur
merupakan piranti untuk mengukur sesuatu
besaran selama dalam pengamatan.
Penggunaan piranti ukur (instrumen)
untuk menentukan harga besaran yang berubah-
ubah, yang seringkali pula untuk keperluan
pengaturan besaran yang perlu berada di batas-
batas harga tertentu, dan semua piranti (kimia,
listrik, hidrolik, magnit, mekanik, optik,
pneumatik) yang digunakan untuk: menguji,
mengamati, mengukur, memantau, mengubah,
membangkitkan, mencatat, menerka,
memelihara, atau mengemudikan sifat-sifat
badani (fisik) gerakan atau karakteristik lain.
Piranti tersebut dapat berupa instrumen tuding
(indicating instrument) dan dapat berupa
instrumen rekan (recording instrument). Istilah
instrumen digunakan untuk 2 (dua) maksud
yaitu: 1) instrumen murni yang terdiri dari
mekanisme dan bagian-bagian yang di bangun
didalam wadah (rumah) atau piranti yang
berkaitan dengan itu, dan 2) instrumen murni
berikut sembarang alat-alat imbuhan (auxliary)
seperti misalnya: tahanan kondensator atau
transformator instrumen. Sebagai pengganti
kata “instrumen” (piranti) seringkali dipakai
pula kata “alat ukur” yaitu meter. Kata piranti
digunakan pula sebagai pengindonesiaan
“device” (Smith, 2013).
Instrumentasi sebagai alat pengukuran
meliputi instrumentasi survey/ statistik,
instrumentasi pengukuran suhu dan lain-lain.
Instrumentasi sebagai alat analisa banyak
dijumpai di bidang kimia dan kedokteran.
Sedangkan instrumentasi sebagai alat kendali
banyak ditemukan dalam bidang elektronika,
industri, dan pabrik-pabrik. Sistem pengukuran,
analisa dan kendali dalam instrumentasi ini bisa
dilakukan secara manual (hasilnya dibaca dan
ditulis tangan), tetapi bisa juga dilakukan secara
otomatis dengan mengunakan komputer (sirkuit
elektronik). Pada jenis yang kedua ini,
instrumentasi tidak bisa dipisahkan dengan
bidang elektronika dan instrumentasi itu sendiri
(Shah, 2010).
Instrumentasi sebagai alat pengukur
sering kali merupakan bagian awal dari bagian-
bagian selanjutnya (bagian kendali), dan bisa
berupa pengukur dari semua jenis besaran fisis,
kimia, mekanis, maupun besaran listrik.
Beberapa contoh di antaranya adalah pengukur:
massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu,
kelembaban, tekanan, aliran, pH (keasaman),

Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 7 No.2 Oktober (2019) 188-194
193

level, radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torque,
sifat listrik (arus listrik, tegangan listrik,
tahanan listrik), viskositas, densiti, dan lain-
lain.
Klasifikasi Analisis Kimia
Persepsi mahasiswa program studi
Analis Kesehatan terhadap klasifikasi analisis
kimia diperoleh skor terbesar 73 atau 91,25%
dari 80 mahasiswa sebagai responden dengan
sangat kriteria baik, dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa pemahaman mahasiswa
terhadap klasifikasi analisis kimia adalah sangat
baik.
Kondisi tersebut dapat terjadi sebab
materi klasifikasi analisis kimia dapat
memberikan informasi mengenai suatu sampel.
Hasil analisis dapat berupa analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Tujuan utama analisis
kualitatif adalah mengidentifikasi komponen
dalam zat kimia. Analisis kualitatif juga dapat
menghasilkan data kualitatif, seperti
terbentuknya endapan, wara, gas maupun data
non numerik lain. Umumnya dari analisis
kualitatif hanya dapat diperoleh indikasi kasar
dari komponen penyusun suatu analit (Sandri,
2006). Analisis kualitatif biasanya digunakan
sebagai langkah awal untuk analisis kuantitatif.
Dikemukakan lebih lanjut oleh Sandri
(2006) bahwa pada berbagai cara analisis
modern, seperti cara-cara analisis spektroskopi
dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif secara bersamaan, sehingga waktu
dan biaya analisis dapat ditekan seminimal
mungkin dan perolehan hasilnya lebih akurat.
Tujuan utama analisis kuantitatif adalah untuk
untuk mengetahui kuantitas setiap komponen
yang menyusun analit. Analisis kuantitatif
menghasilkan data numerik yang memiliki
satuan tertentu, umumnya dinyatakan dalam
satuan volume, satuan berat maupun satuan
konsentrasi dengan menggunakan metoda
analisis tertentu. Metode analisis kuantitatif
umumnya melibatkan proses kimia dan proses
fisika. Analisis kuantitatif yang melibatkan
proses kimia seperti gravimetri dan volumetri.
Analisis kuantitatif yang melibatkan proses
fisika umumnya menggunakan prinsip interaksi
materi dengan energi pada proses
pengukurannya. Metode ini biasanya
menggunakan peralatan modem, seperti
polarimeter dan spektrometer, sehingga sering
dikenal sebagai analisis instrumen.
Berdasarkan kuantitas analit yang ingin
ditetapkan, analisis dapat digolongkan dalam 3
(tiga) kategori, yaitu analisis makro, analisis
semi mikro, dan analisis mikro (Shah, 2010).
Analisis makro bila kadarnya besar, misalnya
dalam orde gram atau prosen, sedangkan
analisis mikro bila kadar analitnya sangat kecil,
seperti ppm. Adapun ditinjau dari caranya,
kimia analitik dapat digolongkan menjadi
analisis klasik dan analisis instrumental.
Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia
dengan stoikiometri yang telah diketahui
dengan pasti. Cara ini disebut juga cara absolut
karena penentuan suatu komponen di dalam
suatu sampel diperhitungkan berdasarkan
perhitungan kimia pada reaksi yang digunakan.
Secara singkat analisis klasik dibagi menjadi 3
(tiga), yaitu: 1) pemisahan analit: ekstraksi,
destilasi, presipitasi (pengendapan), filtrasi
(penyaringan), dan sebagainya; 2) analisis
kualitatif titik didih, titik beku, warna, bau,
densitas, dan lain-lain; dan 3) analisis
kuantitatif: analisis gravimetri dan volumetri.
Sedangkan analisis instrumental berdasarkan
sifat fisiko-kimia zat untuk keperluan
analisisnya. Misalnya interaksi radiasi
elektromagnetik dengan zat menimbulkan
fenomena absorpsi, emisi, hamburan yang
kemudian dimanfaatkan untuk teknik analisis
spektroskopi. Sifat fisika–kimia lain seperti
pemutaran rotasi optik, hantaran listrik dan
panas, beda partisi dan absorpsi diantara dua
fase dan resonansi magnet inti melahirkan
teknik analisis modern yang lain. Dalam
analisisnya teknik ini menggunakan alat-alat
yang modern sehingga disebut juga dengan
analisis modern.
Kesimpulan
Persepsi atau tanggapan mahasiwa program
studi Analis Kesehatan terhadap urgensi atau
pentingnya materi instrumentasi kimia dapat
dilihat dari ketiga aspek dengan perolehan
sebagai berikut: 1) konsep dan fungsi
instrumentasi kimia diperoleh skor 69 atau
86,25% dari 80 mahasiswa sebagai responden
dengan kriteria sangat baik; 2) dasar-dasar
analisis instrumentasi kimia diperoleh skor 72
atau 90,00% dari 80 mahasiswa sebagai
responden dengan kriteria baik; dan 3)
klasifikasi analisis kimia diperoleh skor 73 atau
91,25% dari 80 mahasiswa sebagai responden
dengan kriteria sangat baik, sehingga diperolehj
simpulan bahwa persepsi mahasiwa program
studi Analis Kesehatan terhadap urgensinya
materi instrumentasi kimia adalah sangat baik.
Saran
1.Bagi mahasiswa; pelaksanaan proses
pembelajaran oleh dosen diperuntukkan bagai

Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 7 No.2 Oktober (2019) 188-194
194

mahasiswa. Oleh sebab itu sebaiknya
mahasiswa tetap memperhatikan secara serius
segala sesuatu yang diberikan oleh dosen,
sehingga pemahaman materi diperoleh secara
maksimal.
2.Bagi dosen; begitu kompleks dan beragamnya
metode pembelajaran yang dapat digunakan
dosen, maka sebaiknya perlu
mempertimbangkan metode pembelajaran yang
sesuai dengan materi, sehingga materi dapat
dipahami oleh mahasiswa secara mendalam.
3.Bagi lembaga; bagaimana pun baiknya
pelaksanaan proses pembelajaran namun jika
tanpa didukung oleh sarana-prasana yang
memadai maka pemahaman materi oleh
mahasiswa terasa dangkal. Oleh sebab itu
disarankan kepada lembaga untuk melengkapi
sarana-prasarana pembelajaran, termasuk di
dalamnya laboratorium, sehingga mahasiswa
tidak hanya memahami secara teori tetapi juga
pemahaman terhadap praktik.

Daftar Pustaka
Austin, G.T. 1984. Shreve’s Chemical Process
Industries. New York: McGraw-Hill
Book Company.

Fach, Martin., Tanja de Boer & Ilka
Parchmann. 2006. Results of an
Interview Study as Basis for the
Development of Stepped Supporting
Tools for Stoichiometric Problems
(www.rec org/ images/fach paper final-
tcm 18-76278-pdf, 2006) diakses 17
Desember 2018.

Haryono, dkk., 017. Peningkatan
Profesionalisme Guru melalui Pelatihan
Inovasi Pembelajaran: Program
RintisanBagi Guru di Kabupaten
Semarang. Jurnal LembaranI lmu
Kependidikan. Volume 46.Nomor 2.
September 2017. Hal 75-80.

Huhey, J.E. 1978. Inorganic Chemistry:
Prinxiples of Structure and Reactivity.
New York: Harper and Row Publisher.

Mortimer, C.E. 1979. Chemistry: A Conceptual
Approach. New York: Van Nostrand
Company Verbeek.

Pribula, A. J. 1996. Some
Comments/Suggestions for Studying
General Chemistry (www.study
suggestion for g_chem.htm, 1996)
diakses 17 Desember 2018.

Sandri, Justiana. 2006. 3 Dunia Kimia
(http://www.groups_yahoo.com/group/
pengajaran_kimia_sma/files).

Shah, Ali. M.S. 2001. “In Service Training of
Secondary Level Teachers: a Follow up
of Teachers’ Performance in
Comparative Perspective”. Journal of
Education and Practice. 2222-1735.2
(11&12): 40-49.

Siswoyo. 2011. Belajar Tuntas (Mastery
Learning). Jakarta: Penerbit Airlangga.

Smith, K.,F. 2013. Clinical Evaluation: An
essential Tool in Emotional
Competency Development. The
International Journal of Learning.
Volume 15 (7) : 297-306.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung: Alfabeta.