i

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERINGATAN MAULID NABI
MUHAMMAD SAW DI KELURAHAN BANGKALA KECAMATAN
MANGGALA KOTA MAKASSAR.



SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial (S.Sos) pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik
UIN Alauddin Makassar Jurusan Sosiologi Agama


Oleh:

MUH. ASHARI HS
30400113044


FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK
UIN ALAUDDIN MAKASSA R
2018

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Muh. Ashari HS.
NIM : 30400113044
Tempat/Tgl. Lahir : Makassar/ 21 November 1994
Jurusan : Sosiologi Agama
Fakultas/Program : Ushuluddin, Filsafat dan Politik
Alamat : Jl. Tamangapa Raya no. 104a (Antang)
Judul : Persepsi Masyarakat Terhadap Peringatan
Maulid Nabi Muhammad saw di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala
Kota Makassar.
Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini
benar adalah hasil karya penulis/peneliti sendiri. Jika di kemudian hari terbukti
bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat dibuat atau dibantu secara langsung
orang lain baik keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
karenanya, batal demi hukum.
Samata, 21 Februari 2018
Penulis


MUH. ASHARI HS
NIM. 30400113044

iii

iv

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swtyang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada seluruh umat manusia.penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang sederhana ini yang berjudul
“Persepsi Masyarakat Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar”. Penulisan skripsi
ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana dengan baik dan lancar.Shalawat serta salam tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad saw beliau adalah hamba yang diutus oleh
Allah swt sebagai pengembangan misi dakwah dalam menyampaikan kebenaran
kepada manusia sehingga senantiasa berada di jalan yang haq.
Skripsi ini khusus penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta,
Supriadi dan Hasmiati terima kasih atas semua kasih sayang, doa, pengertian,
pengorbanan yang tulus, dukungan dan semangatnya yang telah diberikan kepada
penulis. Penulis menyadari sepenuhnya tanpa ada campur tangan dari semua pihak,
penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyempurnaan skripsi ini.
1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar serta jajarannya Wakil Rektor I (Satu) Prof. Dr. H.
Mardan M.Ag. Wakil Rektor II (Dua) Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A.
Wakil Rektor III (Tiga) Prof. Siti Aisyah, M.A., Ph. D. dan Wakil Rektor IV

vi

(Empat) Prof. Dr. Hamdan Johannes, M.A., Ph.D., yang telah memberikan
kebijakan-kebijakan demi membangun Universitas Islam Negeri (UIN)
Alauddin Makassar agar lebih berkualitas.
2. Prof. Dr. H. Muh. Natsir Siola, M.A. Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat
dan Politik serta jajarannya Wakil Dekan I (Satu) Dr. Tasmin, M.Ag. Wakil
Dekan II (Dua) Dr. Mahmuddin, M.Ag. dan Wakil Dekan III (Tiga) Dr.
Abdullah, M.Ag. yang telah memberikan segala bimbingan dan petunjuk
serta pelayanan selama penulis menuntut ilmu pengetahuan di Universitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
3. Wahyuni, S.Sos, M.Si. Selaku ketua jurusan Sosiologi Agama serta selaku
penguji II (Dua), yang dengan tulus memberikan arahan, motivasi, nasehat,
serta bimbingan selama penulis menempuh proses perkuliahan pada Jurusan
Sosiologi Agama, serta telah menguji dan memberi masukan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
4. Dr. Dewi Anggariani, M.Si. Selaku sekretaris jurusan Sosiologi Agama
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, yang telah memberikan perhatian dan
arahan serta dukungan moril dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag. Selaku pembimbing I (Satu) yang telah
meluangkan waktunya untuk melakukan bimbingan dan mengarahkan
penulis dari persiapan draft proposal sampai akhir penulisan skripsi ini.
6. Asrul Muslim S.Ag, M.Pd. Selaku pembimbing II (Dua) yang telah
membantu dengan segala masukan dan bantuan yang begitu berharga.

vii

7. Dr. H. Nurman Said, M.A. Selaku penguji I (Satu) yang telah menguji
dengan penuh kesungguhan demi kesempurnaan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Staf di lingkungan Fakultas Ushuluddin filsafat dan
politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis.
9. Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
dan Kepala Perpustakaan Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik beserta
seluruh staf-Nya.
10. Kepada Pemerintah Kota Makassar, Kecamatan Manggala serta warga
masyarakat Kelurahan Bangkala telah memberi izin melakukan penelitian
dan memberi kontribusi dalam penyusunan skripsi ini.
11. Buat Sahabat terdekat saya yaitu Ismail S.Sos, Nurdin S.Sos, Nur Iskandar
S.Sos, dan Byan Wiranata yang selama ini menemani saat suka maupun
duka serta memberikan bantuan nasehat dan kritikannya.
12. Buat Teman seperjuangan, saudara (i) di Jurusan Sosiologi Agama
Angkatan 2013 terkhusus sahabat-sahabat saya kelompok 1.2 yang telah
bersama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan selama beberapa
tahun ini.
13. Buat Teman-teman KKN yang turut serta mendoakan penulis. Harapan yang
menjadi penyemangatku, terima kasih atas segala persembahanmu. Semoga
harapan dan cita-cita kita tercapai. Amin.

viii

14. Buat keluarga dan saudara kandungku/adik-adikku yang tercinta yaitu
Afdal, Arman, Afrisal terima kasih untuk semangat dan waktunya selama
ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini,
akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk menambah
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah swt senantiasa membalas amal baik yang kalian
berikan, Amin Yaa Rabbal Alamin.Demikian penyusunan tugas akhir ini, semoga
bermamfaat bagi kita semua.
Wassalamu AlaikumWarahmatullahi Wabarakatuh.

Samata, 21 Februari 2018
Penulis ,




MUH. ASHARI HS
NIM: 30400113044

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ ii
PERSETUJUAN UJIAN HASIL ....................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
PEDOMAN TRANLITERASI ........................................................................... xiii
ABSTRAK ........................................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ...................................................... 7
C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
D. Kajian Pustaka ........................................................................................... 9
E. Tujuan dan Kegunaan ............................................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Persepsi Masyarakat .................................................................................. 13
B. Sejarah Singkat Kehidupan Nabi Muhammad saw ................................... 15
C. Maulid Nabi Muhammad saw ................................................................... 25
D. Teori Tindakan Sosial ............................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 33
B. Pendekatan Penelitian ............................................................................... 34
C. Sumber Data .............................................................................................. 35
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 36
E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 38

x

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 41
B. Persepsi Masyarakat terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw
................................................................................................................... 48
C. Bentuk Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw Menurut
Masyarakat ......................................................................................... ...... 58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 67
B. Implikasi .................................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar I Peta Kota Makassar..............................................................................36
Gambar II Peta Kecamatan Manggala................................................................37
Gambar III Peta Kelurahan Bangkala..................................................................39

xii

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah penduduk Kelurahan Bangkala berdasarkan jenis kelamin...40
Tabel 2 Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan..............................................41
Tabel 3 Fasilitis penddikan di Kelurahan Bangkala..............................................42
Tabel 4 Jumlah Mesjid di Kelurahan Bangkala.....................................................43

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN
A. Transliterasi Arab-Latin
Daftar huruf bahasa Arab dan Transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat
dilihat pada tabel berikut:
1. Konsonan
Huruf
Arab
Nama Huruf Latin Nama
ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
ب ba b be
ت ta t te
ث ṡa ṡ es (dengan titik di atas)
ج jim j je
ح ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah)
خ kha kh ka dan ha
د dal d de
ذ ĪDO Ī zet (dengan titik di atas)
ر ra r er
ز zai z zet
س sin s es
ش syin sy es dan ye
ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)
ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)
ط ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

xiv

ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)
ع µDLQ µ apostrof terbalik
غ gain g ge
ف fa f ef
ق qaf q qi
ك kaf k ka
ل lam l el
م mim m em
ن nun n en
و wau w we
ھ ha h ha
ء hamzah ¶ apostrof
ى ya y ye

Hamzah (˯) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi
tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda
(¶).
2. Vokal
Vokal bahasa Arab, seperti vokal Bahasa Indonesia, terdiri atas vokal
tunggal atau menoftong dan vokal rangkap atau diftong.
Vokal tunggal Bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya sebagai berikut:

xv

Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ ا Fathah a a
َ ا Kasrah i i
َ ا Dammah u u

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu :
Tanda
Contoh:
˴ϒ˸ ˴ : kaifa
˴ ˸ ˴ϫ : haula
3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu :
Harakat dan
Huruf
Nama Huruf dan Tanda Nama
َ ى«Ň َ ا « fathah dan alif atau
yā¶
Ɨ a dan garis di atas
ى kasrah dan yā’ Ư i dan garis di atas
َ و dhammmah dan
waw
nj u dan garis di atas

Contoh:
ΕΎم : māta
˴م˴έ : ramā
Tanda Nama Huruf Latin Nama
َ ى fathah dan yā’ ai a dan i
َ ؤ fathah dan wau au a dan u

xvi

˸ ˶ : qīla
˵Ε˸ ˵ ˴ : yamūtu
4. Tā’ marbūtah
Transliterasi untuk tā’marbūtah ada dua, yaitu tā’marbūtah yang hidup atau
mendapat harakat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah
[t].sedangkan tā’ marbūtah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
adalah [h].
.DODX SDGD NDWD \DQJ EHUDNKLU GHQJDQ WDD¶ PDUEXXWDK GLLNXWL ROHK NDWD \ang
menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata tersebut terpisah, maka taa’
marbūtah itu ditransliterasikan dengan ha [h].
Contoh :
˵Δ˴ο˸ ˴ή˶ Ύ˴ϔ˸ρ˴˸ ΍ : raudah al- atfāl
˵Δ˴ ˸ ˶Ϊ˴ ΍˵Δ˴ ˶οΎ˴ϔ˸ ΍ : al- madīnah al- fādilah
˵Δ˴ ˸ ˶Τ˸ ΍ : al-hikmah
5. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda tasydid ( ᷄ ) dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan
huruf (konsonan ganda) yang diberi tandasyaddah.
Contoh :
Ύ˴ ͉Α˴έ : rabbanā
Ύ˴ ˸ ͉Π˴ : najjainā
͊ ˴Τ˸ ΍ : al- haqq
˴ ͋ό˵ : nu”ima

xvii

͇ ˵Ϊ˴ϋ : ‘aduwwun
Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
kasrah ( ˷ ˶Α) maka ia ditranslitersikan sebagai huruf maddah PHQMDGL Ư.
Contoh :
͇ ˶ ˴ϋ : µ$OƯ (EXNDQ µ$OL\\ DWDX µ$O\)
͇ ˶Α˴ή˴ϋ : µ$UDEƯ (EXNDQ µ$UDEL\\ DWDX µ$UDE\)
6. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ΍
(alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transiliterasi ini, kata sandang
ditransilterasikan seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah
maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung
yang mengikutinya.kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan
dihubungkan dengan garis mendatar (-).
Contoh :
˵β ͉θ ΍ : al-syamsu (bukan asy-syamsu)
˵Δ˴ ˴ΰ ͉ΰ ˴΍ : al-zalzalah (az-zalzalah)
Δ˴ϔ˴δ ˴ϔ˸ ˴΍ : al-falsafah
˵Ω˴ ˶Β˸ ˴΍ : al-biladu
7. Hamzah
Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (¶) hanya berlaku bagi
hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal
kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
Contoh :

xviii

˴ ˸ ˵ή˵م˸Ύ˴Η : ta’murūna
˵ω˸ ͉ ΍ : al-nau’
˲˯˸ ˴η : syai’un
˵Ε˸ή˶م˵΍ : umirtu
8. Penulisan Kata Bahasa Arab Yang Lazim Digunakan Dalam Bahasa
Indonesia
Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau
kalimat yang belum dibakukan dalam Bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat
yang sudah lazim dan telah menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia,
atau sering ditulis dalam tulisan Bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam
dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas.
Misalnya, kata Al-4XU¶DQ (GDUL Al-Qur’an), alhamdulillah, dan
munaqasyah.Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks
Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh :
Fižilāl Al-Qur’an
Al-Sunnah qabl al-tadwin
9. Lafz al- Jalālah (
Ի˷ )
.DWD ³$OODK´ \DQJ GLGDKXOXL SDUWLNHO VHSHUWL KXUXI jar dan huruf lainnya
atau berkedudukan sebagai mudāf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf
hamzah.
Contoh :
˶
Ի˷ͿΎ˵ ˸ ˶Ω dīnullāh ˶
Ի˷ Ύ˶Α billāh. Adapun tā’marbūtah di akhir kata yang
disandarkan kepada lafz al-jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t].contoh:

xix

hum fi rahmatillāh
10. Huruf Kapital
Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf capital (All Caps), dalam
transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf
capital berdasarkan pedoman ajaran Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf
kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang,
tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului
oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal
nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal
kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf capital (Al-).
Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang
didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam
catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).
contoh:
Wa mā muhammadun illā rasūl
Inna awwala baitin wudi’a linnasi lallazī bi bakkata mubārakan
Syahru ramadān al-lazī unzila fīh al-Qur’ān
NasƯU DO-'ƯQ DO-7njVƯ
$Enj 1DVU DO- )DUƗEƯ
Al-*D]ƗOƯ
Al-Munqiz min al-DalƗl

xx

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata ibnu (anak dari) dan Abu
(bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus
disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh:

$Enj $O-:DIƯd Muhammad Ibn Rusyd, ditulis meQMDGL: ,EQX 5XV\G, $Enj al-
WalidMuhammad (bukan : rusyd, abu al-walid Muhammad ibnu).

1DVU +ƗPLG $Enj =DƯG, GLWXOLV PHQMDGL: $Enj =DƯG, 1DVU +ƗPLG (EXNDQ: =DƯG,
1DVU+DPƯG $Enj).

B. Daftar Singkatan
Beberapa singkatan yang dilakukan adalah :
swt. = subhānallahū wata’ālā
saw. = sallallāhu ‘alaihi wa sallam
a.s. = ‘alaihi al-salām
H = Hijriah
M = Masehi
SM = Sebelum Masehi
46«/«: 4 = QS. Al-%DTDUDK/2: 4 DWDX 46 $OL µ,PUDQ/3: 4
HR = Hadis Riwayat

xxi

ABSTRAK
Nama : MUH. ASHARI HS.
NIM : 30400113044
Fak/prodi : Ushuluddin Filsafat Dan Politik/Sosiologi Agama
Judul : Persepsi Masyarakat Terhadap Peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw di Kelurahan Bangkala Kecamatan
Manggala Kota Makassar.
Penelitian ini berjudul persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan Mulid
Nabi Muhammad saw di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar
dengan pokok masalah persepsi atau pendangan yang berbeda diantara masyarakat
dalam menilai pelaksanaan maulid Nabi Muhammad, serta memiliki sifat pro dan
kontra dalam penerimaan perayaan maulid di Kelurahan Bangkala. Penelitan ini
bertujuan untuk mengetahui: (1) persepsi masyarakat terhadap peringatan maulid
Nabi Muhammad saw di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggal a Kota
Makassar, dan (2) bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi menurut masyarakat
di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan jenis pengolahan data
deskriptif kualitatif yang menggunakan pendekatan sosiologi, pendekatan agama,
dan fenomenologi.Adapun sumber data penelitian ini adalah masyarakat sekitar.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi, sedangkan teknik pengolahan data melalui tiga tahap yaitu reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Persepsi masyarakat terhadap
peringatan maulid Nabi Muhammad saw di Kelurahaan Bangkala Kecamatan
Manggala Kota Makassar, hanya merupakan tradisi untuk mengingat kelahiran dan
akhlak Nabi Muhammad saw dengan mengikuti sunnahnya sebagai ajang untuk
bersilaturahmi, meningkatkan kesadaran dan keimanan kepada Allah swt. Bentuk
pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw menurut masyarakat di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar. Bentuk pelaksanaan
peringatan maulid dilaksanakan dengan cara pembacaan sikir atau bersholawat
melalui kitab barazanji yang berisikan tentang kisah-kisah Nabi Muhammad saw,
serta terdapat bentuk pelaksanaan dengan cara syiar islam, tausiyah, pengajian serta
diisi ceramah agama yang membahas semua tentang Nabi Muhammad saw, dengan
berbagai jenis makanan yang dapat memeriahkan dan menarik perhatian
masyarakat.

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad saw adalah nikmat terbesar dan anugerah teragung yang
Allah berikan kepada alam semesta ketika manusia saat itu berada dalam
kegelapan syirik, khufur, dan tidak mengenal Tuhan pencipta mereka. Manusia
mengalami krisis spiritual dan moral yang luar biasa, nilai-nilai kemanusiaan
sudah terbalik, penyembahan terhadap berhala-berhala suatu kehormatan,
perzinaan suatu kebanggaan, mabuk dan berjudi adalah kejantanan, dan
merampok serta membunuh adalah suatu keberanian. Di saat seperti ini Rahmat
Ilahi memancar dari Jazirah Arab. Allah mengutus seorang Rasul yang ditunggu
oleh alam semesta untuk menghentikan semua kerusakan ini dan membawanya
kepada cahaya Ilahi. Hal ini pun telah dijelaskan Allah dalam al-Qur’an surah Ali
Imran ayat 164 :
             
           

Terjemahnya:
sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan
mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab
dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka
adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
1
(Q.S Ali Imran ayat 164)

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971), h. 104.

2



Tetapi setelah Rasulullah saw meninggal terjadi berbagai macam
penyimpangan dan penyelewengan dalam ajarannya. Orang-orang munafik atau
orang-orang bodoh memasukkan kedalam agama Islam apa yang bukan menjadi
ajaran agama, dalam istilah agama di sebut bid’ah.
Keluhuran akhlak Nabi Muhammad saw telah mendorong umatnya untuk
mengenang dan mengkaji kembali tentang kelahiran, perjuangan dan akhlaknya.
Dalam tradisi religius sebagian umat Islam di dunia dikenal ritual “Perayaan
Maulid Nabi”. Hal itu dilakukan untuk memperingati sekaligus mengenal dan
memuliakan diri pribadi Rasulullah saw yang sangat agung dan merupakan suri
teladan yang baik buat umat Muslim.
2
Sebagaimana firman Allah swt dalam al-
Qur’an surah Al-Ahzab ayat 21:
               
 
Terjemahnya:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
3
(Q.S Al Ahzab
ayat 21).
Peringatan maulid Nabi Muhammad saw, yang untuk pertama kali di
perkenalkan oleh seorang penguasa Dinasti Fatimiyah telah menimbulkan
kontroversi. Peringatan tersebut saat itu memang masih dalam taraf ujicoba.

2
AM. Waskito, Pro dan Kontra Maulid Nabi (jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), h. 11-
10
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971), h. 670.

3



Ujicoba kelayakan ini tampak ketika penguasa Dinasti Fatimiyah berikutnya
melarang penyelenggaraan peringatan maulid tadi.
Dalam era modern, pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad saw
bukan hanya dipersoalkan oleh kelompok reformis, seperti orang-orang Wahhabi
yang dengan tegas mengharamkannya, tetapi juga oleh mereka yang moderat.
Argumen yang mereka ajukan adalah bahwa peringatan maulid tidak
diperintahkan dalam khalik (teks) al-Qur’an, tidak pula dicontohkan oleh Rasul
Allah saw. dan juga tidak pernah ditradisikan oleh Salaf.
4

Mengenai penerimaan peringatan tradisi maulid ini, sejak munculnya
beberapa kelompok masyarakat mulai timbul perbedaan faham maupun persepsi
terhadap pelaksanaan peringatan maulid yang sebenarnya sudah sangat
memasyarakat. Ada yang menganggap pelaksanaan peringatan maulid dalam
rangka memurnikan aqidah dari pengaruh budaya maka sebagai metode dakwanya
mereka bersemboyan kembali kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, dengan berupaya
menumbuhkan ijtihad sebagaimana yang didengungkan oleh Ibn Taimiyyah dan
Muhammad Abduh, yaitu ingin mengikis habis bid’ah dan khurafat karena tradisi,
adat istiadat seni sering dianggap syarat nilai-nilai yang tidak Islami, seperti
upacara-upacara orang meninggal, serta tahlilan. Faham ini terlihat sebagai
sesuatu yang bid’ah, tidak perlu diamalkan.
5


4
AM. Waskito, Pro dan Kontra Maulid Nabi (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), h. 17
5
M. Dorari Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa (Yogyakarta:Gaama Media, 2000), h.
299-301.

4



Pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw menjadi sebuah
upacara yang kerap dilakukan umat Islam di berbagai belahan dunia, termasuk di
Indonesia peringatan maulid Nabi ini biasanya dilaksanakan dengan membaca
kitab-kitab tertentu, seperti misalnya kitab al-barzanji serta karya-karya lainnya.
Dalam pembacaan kitab-kitab dimasukkan juga berbagai ritus yang bercorak
gerakan, inprovisasi pembacaan dan penyediaan materi-materi tertentu.
6

Bagi umat Islam di Indonesia, secara luas peringatan maulid di terima.
Bahkan pemerintah Republik inipun telah menetapkan sebagai salah satu hari
besar Islam disejajarkan dengan hari besar keagamaan lainnya. Terlepas dari
keberagaman dalam berbagai aspeknya, pada bagian ini akan dikaji mengenai
pemaknaan serta persepsi masyarakat terhadap perayaan peringatan maulid Nabi
Muhammad saw.
Maulid di Sulawesi Selatan dikenal dengan sebutan maudu (Makassar) dan
maulud (Bugis), pelaksanaan peringatan tradisi Maulid Nabi Muhammad hingga
saat ini masih tetap bertahan. Meskipun dari tahun ke tahun telah mengalami
sedikit pergeseran seiring dengan perkembangan zaman, namun tradisi ini tetap
diperingati maupun dirayakan secara rutin tiap tahunnya oleh sebagian besar umat
Muslim di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.
Salah satu bukti betapa pentingnya pelaksanaan peringatan maulid ini
adalah dengan menjadikan tanggal lahir Nabi Muhammad saw sebagai salah satu
hari besar dan tentu saja merupakan hari libur dalam kalender nasional di

6
Harun Nasution, Ensildopedi Islam Indonesia (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah,
Djambatan, 1992), h. 168-169.

5



beberapa negara, kota maupun daerah yang penduduknya mayoritas Muslim.
Termasuk di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar. Maulid
Nabi biasanya diselenggarakan setiap tahun sekali, dan biasanya dilaksanakan di
setiap Mesjid yang ada di Kelurahan Bangkala, itupun kadang bukan hanya di
Mesjid saja melainkan kadang juga di rumah warga setempat.
Pada umumnya, bentuk pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad
saw yang diadakan di Kelurahan Bangkala, diisi oleh berbagai macam acara
keIslaman seperti pembacaan riwayat Nabi atau Barzanji, pengajian, sambutan
dari ketua panitia atau ketua mesjid, serta ditutup dengan ceramah agama yang
diberikan oleh para Muballiqh dari Kelurahan Bangkala, kadang juga Muballiqh
dari berbagai daerah.
Bentuk pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar tersebut, setiap
pelaksanaan maulid di Bangkala yang di namakan Maudu Embere (maulid ember)
atau Maudu Bayao (maulid telur), isi ember terdapat berbagai macam jenis
makanan dan lauk pauk, yang terdiri dari kaddo minyak atau ketan kuning, ayam
goreng, nasi setengah matang, mie goreng, juku kambu (ikan yang ditaburi
bumbu), tumpi-tumpi (ikan telah dibumbui yang berbentuk segitiga), serta terdapat
telur di dalam maupun di luar ember. Ada juga ember yang di luarnya masih
dihiasi dengan telur yang berwarna-warni, kemudian tengah telur ini ditusuk kayu
seperti bentuk sate, lengkap dengan hiasan-hiasan kembang yang terbuat dari
bahan kertas minyak.

6



Dalam realita yang terjadi, maulid merupakan tradisi peringatan hari
kelahiran Nabi Muhammad saw setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Tradisi ini
dirayakan oleh sebagian besar umat Islam diseluruh dunia. Dalam perayaan ini
umat Islam memiliki ragam prosesi perayaan. Ada yang dengan mengadakan
pesta, pengajian, atau dengan membaca shalawat.
7
Namun dibalik semua itu
tradisi inipun menjadi pro dan kontra di kalangan umat Islam sendiri, serta
eksistensi perayaan ini dipahami dan dipersepsikan berbeda-beda antara satu
kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Para pandangan
masyarakat di Kelurahan Bangkala terhadap pelaksanaan peringatan maulid itu
berbeda-beda. Dalam pelaksanan peringatan maulid menurut salah satu kelompok
masyarakat menjadi salah satu peringatan yang harus dilakukan dan merupakan
waktu yang tepat untuk berdoa dan berdzikir, dan adapun yang mengkategorikan
bahwa pelaksanaan peringatan maulid tersebut merupakan sebagai salah satu yang
bid’ah.
Hal inilah yang membuat penulis penasaran dan ingin mengetahui lebih
dalam lagi bagaimana bentuk serta pandangan masyarakat di Kelurahan Bangkala
Kecamatan Manggala Kota Makassar terhadap pelaksanaan peringatan Maulid
Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu penelitian ini berjudul: Persepsi
Masyarakat Terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di Kelurahan
Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.


7
Abdullah Budi, Maulid Nabi Muhammad Dalam Tinjauan Syariah (Jakarta: PB.
Syahamah, 1992), h. 55.

7



B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
Fokus penelitian dan deskripsi fokus dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Fokus Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada persepsi masyarakat terhadap peringatan
Maulid Nabi Muhammad saw, serta bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi
Muhammad saw menurut masyarakat di Kelurahan Bangkala Kecamatan
Manggala Kota Makassar.
2. Deskripsi Fokus
Deskripsi fokus menjelaskan beberapa kata atau kalimat yang menjadi
maksud dari peneliti, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam mendefinisikan
dan memahami penelitian ini, maka penulis akan mendeskripsikan beberapa
kalimat yang dianggap penting.
a. Persepsi Masyarakat
persepsi masyarakat adalah sebuah proses dimana sekelompok individu
yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu, memberikan tanggapan
atau persepsi terhadap hal-hal yang dianggap menarik dari lingkungan timpat
tinggal mereka. Persepsi masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
persepsi yang terjadi dalam masyarakat terhadap pelaksanaan Maulid Nabi
Muhammad saw. Persepsi tersebut meliputi penilaian atau pandangan masyarakat
terhadap obyek-obyek tertentu, khususnya terhadap peringatan maulid Nabi
Muhammad saw di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.

8



b. Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw
Maulid Nabi Muhammad saw atau dalam bahasa Arab disebut “Mawlid
An-Nabi” yakni peringatan lahir Nabi Muhammad saw, yang di Indonesia
peringatanya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan
Hijriah
8
. Peringatan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di
masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad saw wafat. Secara subtansi,
peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi
Muhammad saw. Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang dimaksud
peneliti adalah peringatan maulid yang dilaksanakan di Kelurahan Bangkala
Kecamatan Manggala Kota Makassar.
c. Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar
Kelurahan Bangkala merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan
Manggala Kota Makassar yang merupakan salah satu lokasi pemukiman bagi
kelompok masyarakat yang ada di kota Makassar.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana persepsi Masyarakat terhadap peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota
Makassar?
2. Bagaimana Bentuk Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw
menurut Masyarakat di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota
Makassar?

8
AM. Waskito, Pro dan Kontra Maulid Nabi (jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), h. 20.

9



D. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelusuran penulis terkait penelitian sebelumnya, peneliti
menemukan penelitian yang berkaitan dengan objek penelitian, yakni:
Noor Aula Kamaruddin (2010), penelitian ini membahas tentang
“Peringatan Tradisi Maulid Nabi saw serta Pembacaan Kitab Al-Barzanji di
Desa Pegandong Kecamatan Pegandong Kabupaten Kendal (Studi Komperatif
Menurut Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah). Penelitian ini menyimpulkan
bahwa persoalan hukum mengenai peringatan tradisi Maulid Nabi serta
pembacaan al-Barzanji pada dasarnya adalah persoalan khilafiyah. Meskipun
demikian tidak terbantahkan bahwa dalam dimensi penerimaan tradisi Maulid
Nabi serta pembacaan kitab al-Barzanji banyak aspek yang menyertainya seperti
aspek teologi, tradisi kultural, bahkan politik. Disatu sisi Muhammadiyah telah
memutuskan bahwa pembacaan kitab al-Barzanji termasuk tradisi keagamaan
yang dipandang sebagai bid’ah, namun dalam realitasnya tidak sedikit anggota
simpatisan Muhammadiyah yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Meskipun
dengan alasan yang berbeda-beda, keterlibatan sebagai anggota dan simpatisan
Muhammadiyah dalam aktivitas tradisi Maulid Nabi serta pembacaan kitab al-
Barzanji secara tidak langsung menunjukkan bahwa dalam kalangan
Muhammadiyah sendiri belum terdapat pemahaman yang sama mengenai
penerimaan tradisi maulid Nabi serta pembacaan kitab al-Barzanji.
9


9
Noor Aulia Kamaruddin, ”Peringatan Tradisi Maulid Nabi saw serta Pembacaan Kitab
Al-Barzanji di Desa Pegandong Kecamatan Pegandong Kabupaten Kendal” (Studi Komperatif
Menurut Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah), Skripsi (Semarang: IAIN Walisongo Semarang,
Fakultas Ushuluddin. 2010), h. 163.

10



Keterkaitan dengan judul peneliti ialah ingin membahas lebih dalam
tentang tradisi maulid Nabi. Namun skripsi ini tidak sama dengan penelitian
penulis, perbedaannya penelitian ini membahas tentang peringatan tradisi maulid
serta pembacaan kitab al-barzanji menurut study Nahdatul Ulama dan
Muhammadiyah. sedangkan penelitian penulis ingin mengetahui persepsi
masyarakat terhadap peringatan maulid.
Zulkifli (2014), penelitian ini membahas tentang “Tradisi Maudu Lompo
di Patte’ne (Studi Budaya Islam)”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perayaan
Maudu Patte’ne merupakan tradisi keagamaan yang terbilang unik dan mampu
bertahan dalam rentang waktu yang cukup panjang dalam kehidupan salah satu
komunitas suku Makassar di Sulawesi Selatan. Tradisi berbasis nilai-nilai Islam
yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Patte’ne tersebut sudah ada
sejak kedatangan dan diterimanya ajaran tokoh pembawa dan penyiar agama
Islam yakni Syekh Muhammad Saleh Puang Turu di Patte’ne, Kabupaten Maros
pada tahun 1862 Masehi.
10

Keterkaitan dengan judul penelitian ialah ingin membahas tradisi maulid,
namun skrpis ini tidak sama dengan penelitian penulis, perbedaannya penelitian
ini yaitu maulid Lompo yang merupakan pesta keagamaan masyarakat Patte’ne
yang sarat dengan nilai-nilai budaya yang terus dilestarikan turun-temurun.
Pelaksanaan maulid ini mempunyai ritual-ritul dan prosesi adat yang dilaksanakan
selama peringatan maulid. Sedangkan penelitian penulis menyatakan bahwa
maulid hanya dilaksanakan dengan cara pembacaan sikir atau bersholawat melalui

10
Sulkifli, “Tradisi Maudu Lompo di Patte’ne” (Studi Budaya Islam), Skripsi (Makassar:
UIN Alauddin Makassar, Faklutas Adab dan Humaniora, 2014), h. 61.

11



kitab barazanji yang berisikan tentang kisah-kisah Nabi Muhammad saw, serta
terdapat bentuk pelaksanaan dengan cara syiar islam, tausiyah, pengajian serta
diisi ceramah agama yang membahas semua tentang Nabi Muhammad saw
Ahmad Muttakin (2016), penelitian ini membahas tentang “ “Barzanji
Bugis” dalam Peringatan Maulid: Studi Living Hadis di Masyarakat Bugis,
Soppeng, Sul-Sel”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tradisi pembacaan
barzanji berbahasa Bugis dalam Maulid Nabi termasuk Living Hadis karena
pelaksanaan maulid berangkat dari pandangan sunnah dan bagi orang tertentu
melandasi dengan hadis Nabi. Juga, sebagai Living Sunnah (menghidupkan
sunnah) karena pembacaan barzanji dalam bahasa Bugis adalah sebagai “upaya”
awal masyarakat memahami dan menghidupkan sunnah (teladan) Nabi yang
terkandung dalam syiar-syiar barzanji untuk kemudian diamalkan dalam
kehidupan mereka.
11

Keterkaitan dengan judul penelitia ialah ingin membahas tradisi maulid,
namun skrpis ini tidak sama dengan penelitian penulis, perbedaannya penelitian
ini membahas tentang tujuan pembacaan barzanji dalam bahasa Bugis dalam
peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
E. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tidak akan maksimal tanpa adanya
peruntukkan dimana atau akan kemana hasil penelitian yang nantinya di tujukan.
Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut.

11
Ahmad Muttaqim, “Barzanji Bugis” dalam Peringatan Maulid: Studi Living Hadis di
Masyarakat Bugis, Soppeng, Sul-Sel, Jurnal Penelitian Living Hadits, vol. 1, (2016), h. 149.

12



a. Untuk mengetahui Persepsi masyarakat terhadap peringatan Maulid Nabi
Muhammad saw di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.
b. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad
saw menurut masyarakat di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota
Makassar.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi
dalam pengembangan keilmuan khususnya berkaitan dengan persepsi
masyarakat terhadap peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pemerintah dan
lembaga terkait dalam usaha meningkatkan penilaian yang baik dan toleran
antar beberapa golongan kelompok masyarakat dalam organisasi agama.

13

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Persepsi Masyarakat
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian
(judgement) atau membangun kesan (impression) tentang orang-orang, situasi-situasi
ataupun peristiwa-peristiwa yang terdapat di sekitar mereka. Dari penilaian yang
terbentuk, kemudian berpeikir tentang suatu hal atau melakukan hal yang
berhubungan dengan segala sesuatu yang dilihat, didengar atau dirasakan. Dalam
menangkap pesan dari suatu proses komunikasi, setiap individu akan menanggapinya
secara berbeda-beda, sesuai dengan keadaan individu tersebut sehingga menimbulkan
persepsi yang berbeda-beda. Manusia mempersepsikan segala hal yang terjadi di
dunia dan hasil persepsi itu dapat memberikan pengaruh-pengaruh ke dalam individu
itu sendiri maupun individu lainnya.
1

Persepsi diartikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui penginderaannya. Dengan
demikian yang dimaksud dengan persepsi adalah proses dari sesorang dalam
memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai
rangsangan dalam suatu pengalaman psikologi. Perseps juga diartikan sebagai suatu
proses dimana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
mereka agar meberi makna kepada lingkungan mereka.

1
Uchjana Onong Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 197.

14

Disamping itu persepsi dapat pula dilihat dari proses kognitif yang dialami
oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya baik lewat
penglihatan, pendengaran, pengahayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi merupakan
penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar
terhadap situasi.
2

Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat adalah sekelompok manusia
yang hidup dalam satu kesatuan dalam tatanan sosial masyarakat. Menurut. Abd.
Rasyid Masri berpandangan bahwa masyarakat dapat dipahami dengan baik bila
mana dapat memenuhi ciri-ciri kehidupan masyarakat yakni terdapatnya suatu sistem
kehidupan bersama manusia, menempati toritorial atau wilayah tertentu dengan
waktu yang relatif lama, memiliki tujuan bersama, terciptanya pada interaksi sosial,
sistem sosial, pranata sosial berupa nilai-nilai dan norma yang disepakati sebagai
hukum yang mengatur kehidupan bersama.
3

Berdasarkan beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
masyarakat adalah sebuah proses dimana sekelompok individu yang hidup dan
tinggal bersama dalam wilayah tertentu, memberikan tanggapan atau persepsi
terhadap hal-hal yang dianggap menarik dari lingkungan timpat tinggal mereka.

2
Veitzhal Rivai MBA, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2003), h. 357.
3
Abd. Rasyid Masri, Mengenal Sosiologi Suatu Pengantar, (Cet. I; Makassar: Alauddin Press,
2011), h. 21-22.

15

Menurut Robbins terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi
masyarakat yaitu:
1. Perilaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya dan menafsirkan itu sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.
2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat
mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam
keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya
mempengaruhi persepsi seperti kecenderungan kita untuk
mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip.
3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks obyek atau peristiwa
sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.
4

B. Sejarah Singkat Kehidupan Nabi Muhammad saw
1. Kelahiran Nabi Muhammad saw
Di kala umat manusia dalam kegelapan dan kehilangan pegangan hidupnya,
lahirlah ke dunia dari keluarga yang sederhana, di kota Mekah, seorang bayi yang
kelak membawa perubahan besar bagi sejarah perdaban dunia. Bayi itu yatim piatu,
bapaknya yang bernama Abdullah meninggal kurang lebih 7 bulan sebelum dia lahir.
Kelahiran bayi itu di sambut oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib dengan
penuh kasih sayang dan kemudian bayi itu dibawanya ke kaki Ka’bah. Di tempat suci

4
Ahmad Yusuf, Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Caleg Terhadap Perilaku Memilih Dalam
Pemilihan Legislatif 2014 di Sidoarjo, Jurnal Review Politik, Vol. 04, No. 02, (Desember 2014), h.
279.

16

inilah bayi itu diberi nama Muhammad suatu nama yang belum pernah ada
sebelumnya. Menurut penanggalan para ahli, kelahiran Muhammad itu pada tanggal
12 Rabiul Awal tahun Gajah atau tanggal 20 April tahun 571 M.
Adapaun sebab dinamakan tahun kelahiran Nabi itu dengan tahun Gajah,
karena pda tahun itu, kota Mekah diserang oleh suatu pasukan tentara orang Nasrani
yang kuat d bawah pimpinan Abrahah, gubernur dari kerajaan Nasrani Abessinia
yang memerintah di Yaman, dan mereka bermaksud menghancurkan Ka’bah. Pada
waktu itu Abrahah berkendaraan Gajah. Belum lagi maksud mereka tercapai, mereka
sudah dihancurkan oleh Allah swt dengan mengirimkan burung ababil. Oleh karena
itu pasukan itu mempergunakan gajah, maka orang Arab menamakan bala tentara itu
pasukan bergajah, sedang tahun peristiwa ini disebut Tahun Gajah.
5

Nabi Muhammad saw adalah keturunan dari Qushai pahlawan suku Quraisy
yang berhasil menggulingkan kekuasaan Khuza’ah atas kota Mekah. Ayahnya
bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdumanaf bin Qushai bin
Kalib bin Murrah dari golongan Arab Banu Ismail. Ibunya bernama Aminah binti
Wahab bin Abdumanaf bin Zuhrah bin Khalib bin Murrah, di sinilah silsilah
keturunan ayah dan ibu Nabi Muhammad saw bertemu, baik keluarga dari pihak
bapak maupun dari ibu keduanya termasuk golongan bangsawan dan terhormat dalam
kalangan kabilah-kabilah Arab.
Nabi Muhammad diserahkan oleh ibunya kepada seorang perempuan yang
baik yang bernama Halimah Sa’dah dari Bani Sa’ad kabilah Hawazin, tempatnya

5
Naylah Putri dkk, Sirah Nabawiyah, (Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008), h. 71.

17

tidak jauh dari kota Mekah. Di perkampungan Bani Sa’ad inilah Nabi Muhammad
saw diasuh dan dibesarkan sampai berusia lima tahun.
6

2. Akhlak Nabi Muhammad saw dari masa kanak-kanak hingga dewasa
Dalam perjalan hidupnya sejak masih kanak-kanak hingga dewasa dan sampai
diangkat menjadi Rasul, beliau terkenal sebagai orang yang jujur, berbudi luhur dan
mempunyai kepribadian yang tinggi. Tak ada sesuatu perbuatan dan tingkah lakunya
yang tercela yang dapat dituduhkan kepadanya, berlainan sekali dengan tingkah laku
dan perbuatan kebanyakan pemuda-pemuda dan penduduk kota Mekah pada
umumnya yang gemar berfoya-foya dan bermabuk-mabukan. Karena demikian
jujurnya dalam perkataan dan perbuatan, maka beliau dberi julukan “Al-Amin”,
artinya: orang yang dapat dipercayai.
Ahli sejarah menuturkan, bahwa Muhammad saw sejak kecil hingga dewasa
tidak pernah menyembah berhala, dan pernah pula makan daging hewan yang
disembelih untuk korban berhala-berhala seperti lazimnya orang Arab Jahiliyah pada
waktu itu. Ia sangat benci kepada berhala itu dan menjauhkan diri dari keramaian dan
upacara-upacara pemujaan kepada berhala itu.
Untuk mencukupi keperluan hidupnya sehari-hari, dia berusaha sendiri
mencari nafkah, karena orang tuanya tidak meninggalkan harta warisan yang cukup.
Sesudah dia menikah dengan Sitti Khadijah, dia berdagang bersama dengan istrinya
dan kadang-kadang berdagang pula dengan orang lain.

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971), h. 50.

18

Sebagai seorang manusia yang bakal menjadi pemimpin umat manusia,
Muhammad saw memiliki bakat-bakat dan kemamupuan jiwa besar, kecerdasan
pikirannya, ketajaman otaknya, kehalusan perasaannya, kekuatan ingatannya,
kecepatan tanggapannya, dan kekerasan kemauannya. Segala pengalaman hidupnya
mendapat pengolahan yang sempurna dalam jiwanya. Dia mengetahui babak-babak
sejarah negerinya, kesedihan masyarakat dan keruntuhan agama bangsanya.
Pemandangan itu tidak dapat hilang dari pikirannya.
Dia mulai “menyiapkan dirinya” (bertahannuts) untuk mendapatkan
pemusatan jiwa yang lebih sempurna. Untuk bertahannuts ini dipilihnya tempat
disebuah gua kecil yang bernama Hira yang terletak pada sebuah bukit yang bernama
Jabal Nur (Bukit Cahaya) yang terletak kira-kira dau atau tiga mill sebelah utara kota
Mekah.
Walaupun Muhammad saw dengan daya pikirannya yang jernih itu berusaha
merenungkan tentang pencipta alam raya ini, namaun sebelum kenabiannya dia
tidaklah samapi kepada hakikat penciptanya, sebagaimana diisyaratkan oleh Allah
swt dalam al-Qur’an surah As Syuuraa ayat 52.
7

             
              

Terjemahnya:

7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 53.

19


dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan
perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al
Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan
Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami
kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar-
benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Dan surah Adh Dhuha ayat 7:
   
Terjemahnya:
dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan
petunjuk.

3. Muhammad Menjadi Rasul
Ketika menginjak usia empat puluh tahun, Muhammad saw lebih banyak
mengerjakan tahannuts dari waktu-waktu sebelumnya. Pada bulan Ramadhan
dibawanya perbekalan lebih banyak dari biasanya, karena akan bertahannuts lebih
lama dari waktu-waktu sebelumnya. Dalam melakukan tahannuts kadang-kadang
beliau bermimpi, mimpi yang benar.
Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan dengan 6 Agustus tahun 610 M, di
waktu Muhammad saw sedang betahannuts di gua Hira, datanglah Malaikat Jibril a.s
membawa wahyu dan menyuruh Muhammad saw untuk membacanya , katanya:
“bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad saw menjawaab: “Aku tidak dapa
membaca” beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh malaikat Jibril a.s hingga
nafasnya sesak, lalu dilepaskan olehnya seraya disuruhnya membaca sekali lagi,

20

tetapi Muhammad saw masih tetap mencawab “Aku tidak dapat membaca”, begitulah
keadaan berulang sampai tiga kali, dan akhirnya Muhammad saw berkata “Apa yang
kubaca”, kemudian kata Jibril:
             
          
Terjemahnya:

bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, yang mengajarkan dengan pena (tulis baca), Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S al-Alaq ayat 1-5).
8


Inilah ayat atau wahyu yang pertama diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi
Muhammad saw. Dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai Rasulullah atau
utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk menyampaikan risalahNya.
Pada saat menerima pengangkatan menjadi Rasul ini, umur beliau mencapai
40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun bulan (samariyah) atau 39 tahun 3 bulan 8 hari
menurut tahun matahari (syamsiah).
Setelah menerima wahyu itu beliau terus pulang ke rumah dalam keadaan
gemetar, sehingga minta diselimuti oleh istrinya, Sitti Khadijah. Istri yang patuh dan
setia itu segera menyelimutinya, setelah agak redah cemasnya, maka diceritakannya
kepada istrinya segala yanag terjadi atas dirinya dengan perasaan cemas dan
khawatir. Tetapi istri yang bijaksana itu sedikitpun tidak memperlihatkan

8
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 54.

21

kekhawatiran dan kecemasan hatinya bahkan dengan khidmat ia menatap muka
suaminya, seraya berkata: “bergembiralah hai anak pamanku, tetapkanlah hatimu,
demi Tuhan yang jiwa Khadijah d dalam tanganNya, saya harap engkaulah yang akan
menjadi Nabi bagi umat kita ini, Allah tidak akan mengecewakan engkau, bukankah
engkau yang senantiasa berkata benar yang selalu menumbuhkan tali silaturrahim,
bukankah engkau yang senantiasa menolong anak yatim, memuliakan tamu dan
menolong setiap orang yang ditimpa kemalangan dan kesengsaraan?”. Demikiannlah
Sitti Khadijah menenteramkan isi hati suaminya.
Karena terlampau lelah setelah mengalami peristiwa besar yang baru saja
terjadi itu, maka beliau pun tertidur. Sementara itu Sitti Khadijah pergi ke rumah anak
pamannya Waraqah bin Naufal, seorang yang tiadak menyembah berhala, telah lama
memeluk agama Nasrani dan dapat menulis dengan bahasa Ibrany, telah mempelajari
serta menyalin ke bahasa Arab isi kitab injl dan Taurat, usiannya sudah lanjut dan
matanya sudah buta, lalu diceritakannya oleh Sitti Khadijah, apa yang terjadi atas diri
suaminya.
Setelah didengarnya cerita Khadijah itu lalu ia berkata: “Quddus, quddus.
Demi Tuhan yang jiwa Waraqah di dalam tanganNya, jika engkau membenarkan aku,
ya Khadijah, sesungguhnya telah datang kepadanya (Muhammad) namus akbar
(petunjuk yang maha besar), sebagaimana yang pernah datang kepada Nabi Musa a.s,
dia sesungguhnya akan menjadi Nabi bagi ummat kita ini. Dan katakanlah kepadanya
hendaklah ia tetap tenang!”

22

Sitti Khadijah kembali ke rumahnya, lalu diceritakannya apa yang dikatakan
ileh Waraqah bin Naufal kepada Rasulullah dengan kata-kata yang lemah lembut
yang dapat menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran Rasulullah..
Di dalam kitab-kitab tarikh diriwayatkan, bahwa setelah badan Nabi
Muhammad saw kelihatan telah segar kembali dan telah seperti sediakala, suaranya
sudah berangsur terang, maka Khadijah mengajak Nabi untuk segera pergi menemui
Waraqah bin Naufal di rumahnya, dengan maksud hendak bertanya lebih lanjut
secara langsung kepadanya tentang peristiwa yang telah menimpa diri Nabi yang
terjadi dalam gua Hira itu.
Sesampainya Nabi bersama Khadijah di rumah Waraqah, lalu satu sama lain
menyampaikan penghormatannya. Kemudian Waraqah menanyakan maksud
kedatanagan Nabi, setelah itu Khadijah memperkenalkan Nabi kepada Waraqah, lalu
Nabi menceritakan apa-apa yang baru dialaminya. Kemudian Waraqah berkata:”hai
(Muhammad) anak saudaraku, itu adalah rahasia yang paling besar yang pernah
diturunkan Allah kepada Nabi Musa. Wahai kiranya aku dapat menjadi muda dan
kuat, semoga aku masih hidup, dapat melihat, ketika engkau dikeluarkan kaummu”.
Nabi setelah mendengar perkataan Waraqah yang sedemikain itu, lalu beliau
bertanya: “Apakah mereka (kaumku) akan mengusirku?”, Waraqah menjawab: “Ya,
semua orang yang datang membawa seperti apa yang engkau bawa ini, mereka tetap
dimusuhi. Jikalau aku masih mejumpai hari dan waktu engkau dimusuhi itu, aku akan
menolong engkau dengan sekuat tenagaku.”

23

Dengan keterangan Waraqah itu, Nabipun merasa mendapat keterangan dan
penjelasan yang jelas tentang peristiwa yang baru dialaminya itu. Juga Khadijah
memegang teguh keterangan-keterangan Waraqah itu, dan memang itulah uang
dinanti-natikan selama ini, berita gembira tentang keangkatan suaminya menjadi
Rasul.
9

4. Tugas Nabi Muhammad saw selesai
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad saw
resmi sebagai pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun
dimulai, berbeda dengan periode Mekah pada periode Madinah Islam merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak
turun di Madinah. Nabi Muhammad saw mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai
kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain, dalam diri Nabi
terkumpul dua kekuasaan, kekuasaam spiritual dan kekuasaan duniawi,
kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala negara.
Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin bertambah kuat.
Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah dan musuh-musuh
Islam lainnya menjadi risau, kerisauan ini akan mendorong orang-orang Quraisy
berbuat apa saja untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan gangguan dari musuh
nabi sebagi kepala pemerintahan mengatur siasat dan membentuk pasukan tentara.
Umat Islam diijinkan berperang dangan dua alasan: untuk mempertahankan diri dan

9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 54-55.

24

melindungi hak miliknya, dan menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan
dan mempertahankannya dari orang-orang yang menghalang-halanginya.
Dalam sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya
kaum muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, di awal
pemerintahannya, mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga
melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk
melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian damai
dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah juga diadakan dengan maksud
memperkuat kedudukan Madinah.
Pada tahun 9 dan 10 H banyak suku dari pelosok Arab mengutus delegasinya
kepada Nabi Muhammad saw menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang
Mekah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada
penduduk padang pasir yang liar itu, tahun itu disebut dengan tahun perutusan.
Persatuan bangsa Arab telah terwujud, peperangan antara suku yang berlangsung
sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan seagama.
Setelah itu, Nabi Muhammad saw segera kembali ke Madinah. Beliau
mengatur organisasi masyarakat Kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas
keagamaan dan para dai’ dikirim ke berbagai daerah dan Kabilah untuk mengajarkan
ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua bulan setelah itu,
Nabi menderita sakit demam, tenaganya dengan cepat berkurang. Pada hari senin

25

tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M., Nabi Muhammad saw wafat di rumah
istrinya Aisyah.
10

C. Maulid Nabi Muhammad saw
1. Pengertian Maulid Nabi Muhammad saw
Secara etimologis, Maulid Nabi Muhammad saw bermakna (hari), tempat atau
waktu kelahiran Nabi yakni peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw. Secara
terminologi, Maulid Nabi adalah sebuah upacara keagamaan yang diadakan kaum
muslimin untuk memperingati kelahiran Rasulullah saw. Hal itu diadakan dengan
harapan menumbuhkan rasa cinta pada Rasulullah saw. Perayaan maulid Nabi
merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi
Muhammad saw wafat. Secara substansi, perinagatan ini adalah ekspresi kegembiraan
dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad saw, dengan cara menyanjung
Nabi, mengenang, memuliakan, dan mengikuti perilaku yang terpuji dari diri
Rasulullah saw.
11

Al-Qathalani sebagaimana dikutip dalam Ja’far Murtadha al-Amaly berkata,
bahwa selama umat Islam masih melakukan perayaan peringatan maulid Nabi dan
melaksanakan pesta-pesta, memberikan sedekah pada malam itu dengan berbagai
macam kebaikan, menampakkan kebahagian, menambahkan perbuatan yang baik,
melaksanakan pembacaan sejarah maulid Nabi, dan memperlihatkan bahwa maulid

10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, h. 73-74.
11
Hizbut Tahrir Indonesia, Peringatan Maulid Nabi saw, Agar Tidak Menjadi Tradisi dan
Seremoni Belaka, Buletin Al-Islam, (2007), h. 11.

26

tersebut mendatangkan berkah bagi mereka dengan keutamaan yang bersifat
universal, sampai pada perkataannya maka Allah swt pasti memberikan rahmat pada
seseorang yang mengadakan perayaan maulid tersebut sebagai hari besar, dan bila
penyakit hatinya bertambah, ia akan menjadi obat yang dapat melenyapkannya.
Ibn al-Hajj dalam bukunya, “Al-Mudkhal”, menggambarkannya secara ekstrim.
Ia menentang keras anggapan bid’ah, atau penurut hawa nafsu, bagi orang yang
mengadakan peringatan hari maluid. Menurutnya bahwa sekalipun para penyanyi
dengan alat-alat musiknya yang diharamkan turut meramaikan peringatan maulid,
maka Allah swt tetap memberikan pahala, karena tujuannya yang baik. Ibnu Ubaid
dalam karyanya “Rasailuhu al-kubra” menggambarkan sebagai berikut: “menurut
saya, peringatan maulid adalah salah satu hari besar dari sekian banyak hari besar
lainnya. Dengan semua yang dikerjakan pada waktu itu, karena merupakan ungkapan
rasa senang dan gembira karena adanya hari besar tersebut, dengan memakai baju
baru, mengendarai kendaraan yang baik, adalah masalah mubah (yang dibolehkan)
tak seorangpun yang menentangnya”.
Ibnu Hajar berkata, apa saja yang dikerjakan pada maulid itu, dengan mencari
pemahaman arti syukur kepada Allah swt, membaca al-Qur’an, sejarah hidup Nabi
Muhammad saw, makan-makanan, bersedekah, menyanyikan sesautu yang bersifat
pujian kepada Nabi dan kezuhudannya, dan kalau hal itu diikuti dengan permainan-
permainan yang dibolehkan, maka tentu hukumnya peringatan itu mubah, dengan
tetap tidak mengurangi nilai kesenangan pada hari itu. Hal itu tidak dilarang dan perlu

27

diteruskan, tapi kalau diikuti dengan hal-hal yang diharamkan, maka dilarang.
Begitulah apa yang menjadi perbedaan dengan yang pertama.
12

2. Sejarah Maulid Nabi Muhammad saw
Perayaan Maulid Nabi Muhammad saw diperkirakan pertama kali
diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang Gubernur Irbil di Irak, pada masa
pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193 M). Adapula yang
berpendapat bahwa idenya justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya
adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw, serta
meningkatkan semangat juang kaum mislimin saat itu, yang sedang terlibat dalam
perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota
Yerussalem.
Fakta yang sesungguhnya dari kehidupan Rasulullah saw menegaskan bahwa
tidak ada riwayat yang menyebutkan beliau pada tiap tahun kelahirannya melakukan
ritual tertentu. Bahkan para sahabat pun tidak pernah kita baca dalam sejarah pernah
mengadakan ihtifal (seremoni) secara khusus tiap tahun untuk mewujudkan
kegembiraan karena memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Bahkan upacara
secara khusus untuk merayakan ritual maulid Nabi juga tidak pernah kita dari tabi’in
hingga generasi salaf selanjutnya.
Perayaan seperti ini secara fakta memang tidak pernah dianjurkan oleh
Rasulullah saw, para sahabat, bahkan para ulama salaf selanjutnya. Perayaan maulid

12
Ja’far Murtadha al-Amaly, Perayaan Hual dan Hari-Hari Besar Islam Bukan Suatu
YangHaram, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1996). h. 21.

28

Nabi secara khusus baru dilakukan dikemudian hari, dan ada banyak versi tentang
siapa yang memulai tradisi ini. Sebagaian mengatakan bahwa Shalahuddin Al-Ayyubi
yang mula-mula melakukannya, sebagai reaksi atas perayaan natal umat Nasrani.
Karena saat itu di Palestina, umat Islam dan Nasrani hidup berdampingan, sehingga
terjadi interaksi majemuk dan melahirkan berbagai pengaruh satu sama lain.
13

Versi lain menyatakan bahwa perayaan maulid ini dimulai pada masa Dinasti
Fatimiyyah di Mesir pada akhir abad keempat Hijriah. Hal itu seperti yang ditulis
dalam kitab Al-A’yad wa atsaruha alal Muslimin oleh Sulaiman bin Salim.
Disebutkan bahwa para khilafah Bani Fatimiyyah mengadakan perayaan-perayaan
tiap tahunnya, di antaranya adalah perayaan tahun baru, asyura, maulid Nabi
termasuk juga maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Hasan dan Husein serta maulid
Fatimiyyah dan lain-lain.
14

Versi lainnya lagi menyebutkan bahwa perayaan maulid dimulai tahun 604 H
oleh Malik Mudaffar Abu Sa’id Kukburi. Hukum merayakan maulid Nabi
Muhammad saw, seringkali mengemukakan dalil. Di antaranya: mereka
berargumentasi dengan apa yang ditulis oleh Iman Al-Suyuti di dalam kitab beliau,
Hawi li al-Fatawa SyaikhulIslam tentang maulid serta Ibn Al-Asqalani ketika ditanya
mengenai perbuatan menyambut kelahiran Nabi Muhammad saw. Beliau telah
memberi jawaban secara bertulis. Yakni, perbuatan menyambut maulid merupakan

13
AM. Waskito, Pro dan Kontra Maulid Nabi, h. 21
14
AM. Waskito, Pro dan Kontra Maulid Nabi, h. 23-24

29

bid’ah yang tidak pernah diriwayatkan oleh Salafush-Shaleh pada 300 tahun pertama
selepas Hijriah.
Para pendukung maulid Nabi Muhammad saw juga melandaskan pendapat
mereka diatas hadits bahwa motivasi Rasulullah saw berpuasa hari senin karena itu
adalah hari kelahirannya. Selain karena hari itu merupakan hari dinaikkannya laporan
amal manusia. Abu Qatadah Al-Ansari meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, ketika
ditanya mengapa beliau berpuasa pada hari senin, beliau menjawab “Itulah hari aku
dilahirkan dan itulah juga hari aku diangkat menjadi Rasul”. Namun argumentasi ini
dianggap belum bisa dijadikan landasan dasar pensyariatan seremoni maulid Nabi
Muhammad saw.
15

Jawaban dari pendukung maulid tentu saja tidak rela begitu saja dituduh
sebagai pelaku bid’ah. Sebab dalam pandangan mereka, yang namanya bid’ah itu
hanya terbatas pada ibadah mahdhah (formal) saja, bukan dalam masalah sosial
kemasyarakatan atau masalah muamalat.
Adapun seremonial maulid itu para pendukungnya diletakkan di luar ritual
ibadah formal, sehingga tidak bisa diukur dengan ukuran bid’ah. Kedudukannya
sama dengan seorang yang menulis buku tentang kisah Nabi Muhammad saw.
Padahal di masa Nabi Muhammad, tidak ada perintah atau anjuran untuk
membukukan sejarah kehidupan beliau. Bahkan hingga masa berikutnya, belum
pernah ada buku yang khusus ditulis tentang kehidupan beliau.

15
Hammad Abu Muawiyah As-Salafi, Studi Kritis Perayaan Maulid Nabi (Gowa, Sulawesi
Sealatan: Al Maktabah al-Atsariyah Ma’had Tanwir as-Sunnah, 2007), h. 201.

30

Selanjutnya peringatan maulid menjadi sebuah rutinitas umat Islam di berbagai
belahan dunia. Hal itu terjadi setelah Abu Said al-Qakburi, Gubernur Ibril di Irak
mempopulerkannya pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-
1193 M). Waktu itu tujuan untuk memperkokoh semangat keagamaan umat Islam
umumnya, khususnya mental para tentara mengahadapi serangan tentara salib dari
Eropa, yang ingin mereput tanah suci Yerussalem dari tangan kaum muslimin.
Memuliakan keagungan pribadi junjungan kita Nabi besar Muhammad saw
sudah menjadi ketentuan syari’at, menyambut kegembiraan kelahirannya merupakan
salah satu pertanda rasa terima kasih dan syukur kepada Allah swt, sekaligus
merupakan bukti tentang keikhlasan menerima hidayah Ilahi yang dibawa Nabi
Muhammad saw.
Sebagian masyarakat Sunni dan Syiah di dunia merayakan maulid Nabi
Muhammad saw. Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan
muslim Syiah merayakannya pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan
dengan ulang tahun Iman Syiah yang keenam, yaitu Iman Ja’far ash-Shadiq.
16

Masyarakat muslim di Indonesia umumnya menyambut maulid Nabi dengan
mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan shalawat Nabi,
pembacaan syair Barzanji dan pengajian. Menurut penanggalan Makassar bulan
Rabiul Awal ini disebut bulan khalik atau bulan maudu.


16
AM. Waskito, Pro dan Kontra Maulid Nabi, h. 26-27.

31

D. Teori Tindakan Sosial Max Weber
Rasionalitas yang mengutakan pemikiran dengan logika dan pikiran sehat
untuk mecapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan.
17
Max Weber
mengklafikasikan ada empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi sistem dan
struktur sosial masyarakat. Keempat jenis tindakan sosial itu adalah:
1. Rasionalitas Instrumental. Tindakan sosial yang dilakukan seseorang
didasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan
tindakan itu dan ketersediaan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Misalnya
seorang anak pensiunan pegawai negeri golongan III yang memutuskan kuliah
diprogram Diploma karena menyadari tidak memiliki biaya yang cukup. Inilah
contoh yang disebut dari tindakan rasional instremental.
2. Rasionalitas yang beriorentasi nilai. Tindakan jenis ini adalah bahwa alat-alat
yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar, sementara
tujuan-tujuannya sudah ada didalam hubungannya dengan nilai-nilai individu yang
bersifat absolut. Artinya nilai itu merupakan nilai akhir bagi individu yang
bersangkutan dan bersifat nonrasional, sehingga tidak memperhitungkan alternatif.
Contoh tindakan jenis ini adalah perilaku beribadah.
3. Tindakan tradisional. Tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku
tertentu karena kebiasaan yang diperoleh nenek moyang tanpa refleksi yang sadar
atau perencanaan. Sebuah keluarga di kota yang melaksanakan acara syukuran karena

17
Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat (Pendekatan Sosiologi Agama), (Cet. I;
Jakarta: Logos Wacana Ilmu), h. 14.

32

pindah rumah, tanpa tahu dengan pasti apa manfaatnya, adalah salah satu contoh
tindakan tradisional. Keluarga tersebut ketika ditanya, baisanya akan menjawab
bahwa hal itu hanya sekedar menuruti anjuran dan kebiasaan orang tua mereka.
4. Tindakan efektif. Tindakan ini didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan efektif sifatnya spontan, tidak rasional,
dan merupakan ekspresi emosional dari individu. Seseorang yang menangis tersedu-
sedu karena sedih atau seseorang yang gemetar dan wajahnya pucat karena ketakutan
adalah beberapa contoh yang bisa disebut. Max weber mengakui bahwa empat jenis
tindakan sosial yang diutarakan adalah merupakan tipe ideal dan jarang bisa
ditemukan dalam kenyataan. Untuk mengetahui arti subjektif dan motivasi individu
yang bertindak, yang diperlukan adalah kemampuan untuk berempati pada peranan
orang lain.
18

Tindakan rasional ini ditunjukkan pula oleh kelahiran organisasi birokratis
dipertentangkan dengan struktur yang lebih bersifat personal tetapi sekaligus
merupakan struktur yang kurang berorientasi pada tujuan dan pemimpin-pemimpin
legal rasional yaitu pemimpin yang dipilih berdasarkan kualifikasi, ketimbang
pemimpin tradisional dan karismatis. Masyarakat yang kontemporer suatu tindakan
lebih cenderung rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran organisasi atau

18
Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan, (Cet. III;
Jakarta: Kencana, 2007), h. 18-19.

33

kepemimpinan dengan sarana-sarana yang paling tepat kepemimpinan yang mampu
organisasi impersonal.
19


19
Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, (Cet. V; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2003), h. 169.

34

BAB III
METODE PENELITIAN
Untuk mendapatkan data yang akurat maka dibutuhkan beberapa mekanisme
dalam melakukan penelitian. Mekanisme penelitian ini dapat mencegah penulis
melakukan kesalahan dan membantu memecahkan setiap persoalan yang penulis
temukan.
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persepsi Masyarakat terhadap
peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di Kelurahan Bangkala Kecamatan
Manggala Kota Makassar. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field
research) yaitu sebuah penelitian yang data-data pokoknya digali melalui
pengamatan-pengamatan dan sumber-sumber data di lapangan yaitu pengumpulan
data yang dilakukan dengan penelitian di tempat terjadinya gejalah yang diteliti.
Penelitian ini pada hakekatnya merupakan metode untuk menemukan secara khusus
realitas yang telah terjadi ditengah-tengah kehidupan masyarakat.
Berdasarkan maksud tersebut maka metode penelitian ini terdiri dari jenis data
menggunakan data kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif analisis, berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati.
1


1
Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: Mandar Maju, 1990), h. 32.

35

Penulis sangat terbantu dalam menggunakan jenis penelitian Kualitatif karena
dengan jenis penelitian ini penulis dapat mengetahui apa yang menjadi persepsi serta
sebab akibat pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw melalui cara menulis,
setiap perkataan maupun mendengarkan setiap lisan yang diucapkan dan melihat
tingkah laku dari orang-orang yang diteliti. Dan dengan penelitian deskriptif penulis
sudah bisa memaparkan serta menggambarkan denagn kata-kata yang jelas dan
terperinci mengenai peringatan maulid Nabi Muhammad saw di Kelurahan Bangkala
Kecamatan Manggala Kota Makassar.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala
Kota Makassar. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa
Kelurahan Bangkala adalah salah satu lokasi bagi masyarakat yang biasa melakukan
pelaksanaan peringatan maulid di Kecamatan Manggala Kota Makassar.
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Sosiologi
Sosiologi adalah hidup yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat dan
menyelidiki ikatan-ikatan antar manusia yang meguasai kehidupan. Singkatnya
sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemsayrakatan yang mempelajari
manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya (tidak sebagai individu yang
terlepas dari golongan atau masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan,

36

kepercayaan atau agamanya, tingkah laku, serta pandangan maupun persepsinya yang
meliputi segala kehidupannya.
2

Pendekatan sosiologi sangat membantu menganalisis proses-proses persepsi
khususnya persepsi masyarakat terhadap peringatan maulid Nabi Muhammad saw.
Pendekatan sosiologi dalam penelitian ini dimaksudkan bahwa dengan adanya
perbedaan pemahaman dan pandangan terhadap peringatan maulid Nabi, dalam hal
ini persepsi masyarakat terhadap peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di
kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.
a. Pendekatan Teologi
Pendekatan teologi sangat diperlukan karena dalam bermasyarkat ada sebuah
perilaku maupun pandangan yang membentuk pola pikir yang berbeda-beda. Agama
memiliki realitas kebenaran yang akan mendorong terjadinya penilaian, tanggapan
serta keyakinan-keyakinan yang diinterpretasi dengan cara yang berbeda-beda. Oleh
karena itu pendekatan ini digunakan penulis untuk mengetahui bagaimana faktor
agama mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap peringatan maulid Nabi
Muhammad saw di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.
C. Sumber Data
Penelitian yang dilakukan tidak terlepas dari beberapa sumber yang dapat
membantu proses penelitian. Sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Data primer

2
Hasan Shadaly, sosiologi untuk masyarakat Indonesia, h. 1-2.

37

Data primer adalah informasi yang berasal dari pengamatan langsung ke lokasi
penelitian dengan cara observasi atau wawancara dengan masyarakat setempat dan
peneliti juga menggunakan sistem wawancara purposivesampling, artinya pemilihan
sampel atau informan secara gejala dengan kriteria tertentu. Sampel dipilih
berdasarkan keyakinan bahwa yang dipilih mengetahui masalah yang akan diteliti dan
yang menjadi informan, yaitu Masyarakat, serta Lurah/RT/RW di Kelurahan
Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Dengan data primer ini penulis sangat terbantu karena bisa langsung
mengetahui dan mendapatkan data tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad saw
melalui observasi dan wawancara secara lengkap di lingkungan para Masyarakat
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi atau studi
kepustakaan untuk melengkapi data-data primer. Dengan data sekunder ini penulis
sudah memperoleh referensi dari perpustakaan untuk melengkapi data primer dari
buku-buku yang ada serta dokumentasi-dokumentasi lainnya.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan penulis ada dua, yaitu:
a. Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu pengumpulan data membaca
buku-buku atau majalah yang membahas tentang permasalahan dalam penelitian,
misalnya buku-buku yang membahas atau yang berkaitan dengan persepsi, buku

38

tentang Masyarakat, serta buku yang membahas tentang Maulid Nabi Muhammad
saw.
b. Fiel Research (penelitian lapangan), yaitu penelitian melalui lapangan dengan
menggunakan metode yang telah ditentukan. Metode penelitian lapangan terdiri dari
beberapa bagian, yaitu:
1) Observasi, yaitu teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan
cara mengamati langsung objek datanya. Pengamatan dilakukan secara langsung
dengan objek yang akan diteliti.
3

Metode obeservasi sudah membantu penulis untuk mengamati masyarakat/warga
di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar dalam persepsinya
terhadap peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
2) Wawancara, yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab.
Pelaksanaan wawancara dilakukan secara langsung berhadapan dengan orang
yang diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan
daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain.
4
Penulis akan
mewawancarai kelompok masyarakat/warga, lurah/RT/RW yang ada di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar melalui pedoman
wawancara yang ditanya kepada masyarakat agar penulis dapat mengetahui
informasi tentang persepsi terhadap peringatan Maulid.

3
Jugiyanto HM, Metodologi Penelitian Sistem Informasi (Yogyakarta: ANDI, 2008).
4
Husain Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Cet. XIII; Jakarta: Rajawali
Pers, 2014), h. 51.

39

3) Dokumentasi, yaitu metode pangambilan data yang dilakukan penulis untuk
mengabadikan gambar yang ada sebagai data pelengkap penelitian. Dokumentasi
yang digunakan penulis sudah sangat membantu mendapatkan data serta
mengabadikan gambar sebagai salah satu data pelengkap penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
5

Penelitian pada prinsipnya merupakan aktifitas yang bersifat operasional. Oleh karena
itu dalam pengumpulan data dibutuhkan beberapa instrumen sebagai alat untuk
mendapatkan data yang akurat. Instrumen dalam penelitian ini berupa catatan
observasi, pedoman wawancara, alat tulis-menulis, kamera dan alat perekam.
Instrumen yang sudah digunakan penulis ialah catatan observasi ini dilakukan
agar dapat memahami apa-apa saja pendapat masyarakat terhadap peringatan maulid
Nabi, pedoman wawancara yang berisi pertanyaan rumusan masalah ini digunakan
untuk para warga agar bisa mendapatkan informasi yang tepat, alat tulis menulis
untuk mencatat informasi dari informan, kamera agar mendapatkan gambar dari
informan sebagai bukti, alat perekam digunakan penulis untuk mendengarkan setiap
ucapan yang dikeluarkan informan, serta kamera digunakan penulis untuk
mengabadikan gambar sebagai bukti penelitian.

5
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Cet. XII; Jakarta: PT
RINEKA CIPTA, 2001), h. 136.

40

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Hasil penelitian yang didapatkan di lapangan merupakan kumpulan data dari
observasi, wawancara dan dokumentasi sehingga memerlukan teknik yang mudah
dipahami. Teknik pengolahan dan analisi data yang penulis gunakan sebagai berikut:
1. Reduksi Data (Data of Reduction)
Reduksi data adalah proses menyederahanakan, memilih, dan mentransformasi
data yang sifatnya belum ilmiah. Data ini direduksi, sehingga data dapat mudah
dipahami oleh pembaca.
Penulis memilih data yang lengkap dari wawancara, observasi, alat perekam,
dan alat tulis menulis tentang apa-apa saja yang merujuk ke masalah dan tidak
memasukkan data yang tidak lengkat dan tidak sepaham.
2. Penyajian Data (Data of Display)
Data yang diperoleh di lapangan terkait dengan seluruh permasalahan
penelitian dikelompokkan dan diberikan batasan masalah sehingga memberikan
penjelasan data yang substantif dengan data penghubung.
6

Penulis sudah menyusun data dengan sangat baik dengan memasukkan data-
data apa saja yang cocok untuk ditempatkan sesuai dengan tempatnya dan
mengeluarkan data atau informasi yang tidak relevan serta tidak tersusun.
3. Penarikan Kesimpulan (Conlusion Drawing Verification)

6
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 150-151.

41

Teknik ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya setiap kesimpulan awal
masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat pada
tahap berikutnya.
Penulis memahami persepsi dari data dan menyaring mana data yang
sebaiknya dimasukkan dalam skripsi jika data tersebut tidak lengkap penulis tidak
mempergunakannya.

42

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Profil Kota Makassar
Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan
jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari
wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah
utara ke wilayah selatan Indonesia. Dengan kata lain, wilayah kota Makassar
berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan
ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar
merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah
barat, diapit dua muara sungai yakni sungai.Tallo yang bermuara di bagian utara
kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota.
Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77
Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah
perairan kurang lebih 100 Km².Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14
Kecamatan dan memiliki 143 kelurahan. Diantara Kecamatan tersebut, ada tujuh
Kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate, Mariso,
Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya.
1



1
Situs Resmi Pemerintah kota makassar, “Geografis Kota makassar”, Blog Pemerintah
Kota makassar” .http://makassarkota.go.id/110-geografiskotamakassar.html (05 Oktober 2017)

43

2. Profil Kecamatan Manggala
Kecamatan Manggala merupakan 1 dari 14 Kecamatan yang berada di
Kota makassar. Kecamatan Manggala dibatasi oleh: sebelah utara berbatasan
dengan Kecamatan Tamalanrea, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Gowa, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Panakukang, dan sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros.
Kecamatan ini memiliki 6 Kelurahan dengan luas 24.14 Km
2
. Kelurahan
yang paling luas adalah Tamangapa yaitu 7,62 Km
2
sedangkan Kelurahan yang
wilayahnya paling kecil di Kecamatan Manggala adalah Kelurahan Borong dan
Batua. Jika dilihat dari ketinggian masing-masing Kelurahan dari permukaan laut,
maka Kelurahan Antang yang paling tinggi yaitu 24 meter diatas permukaan laut
sedangkan yang terendah ialah Kelurahan Borong dan Kelurahan Bangkala yang
memiliki ketinggian dari permukaan laut yaitu kurang lebih 7 meter.

44

3. Profil Kelurahan Bangkala
Kelurahan Bangkala merupakan salah satu Kelurahan yang ada di
Kecamatan Manggala Kota Makassar yang terletak di daerah dataran tinggi. Yang
menjadi batas-batas Kelurahan Bangkala yaitu:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Antang
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tamangapa
c. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Manggala, dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Borong
Struktur Organisasi Kelurahan Bangkala, telah ditetapkan organisasi,
kewenangan dan tugas dari unit-unit yang membantu kelancaran tugas-tugas
Lurah, yang terdiri atas Sekretaris Lurah, 3 Kepala Seksi, Staf, 2 tenaga kontrak
dan 4 Sukarela.
Jumlah penduduk Kelurahan Bangkala dapat dilihat dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 1
Jumlah penduduk Kelurahan Bangkala Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 7275 jiwa
2 Perempuan 7300 jiwa
Jumlah 14.575 jiwa
Sumber: Data geografis dan demografis Kelurahan Bangkala

45

Jumlah penduduk Kelurahan Bangkala ialah 14.575 jiwa, dengan 7.275 jiwa
penduduk laki-laki dan 7.300 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan data
tersebut berarti jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk
laki-laki. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding laki-laki memang
tidak hanya terjadi di Kelurahan Bangkala saja melainkan hampir disetiap
Lurah/Desa pun demikian, bahkan bisa kita temui pada level Kabupaten.
Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan di Kelurahan Bangkala
menunjukkan bahwa jenjang pendidikan berdasarkan data kependudukan dimulai
dari pendidikan SD sampai dengan pendidikan tertinggi yaitu S3 yang dapat
digambarkan berdasarkan tabel dibawah ini:
Tabel 2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan
NO Pendidikan Jenis Kelamin
L P
1 SD 2.128 2.157
2 SMP 1.303 1.274
3 SMA 2.091 1.988
4 S1 1.205 1.040
5 S2 227 127
6 S3 80 19
7 TK/Tidak Sekolah 451 485
Jumlah 7.485 7.090
Sumber: Data geografis dan demografis Kelurahan Bangkala

46

Tabel diatas menunjukkan jumlah penduduk di Kelurahan Bangkala
berdasarkan pendidikan mulai dari SD sampai S3 adalah 13.634 Orang, dengan
rincian jumlah pendidikan SD sebanyak 4.280 orang, pendidikan SMP sebanyak
2.577 orang, pendidikan SMA sebanyak 4.079 orang, pendidikan S1 sebanyak
2.245 orang, pendidikan S2 sebanyak 354 orang, pendidikan S3 sebanyak 99
orang dan pendidikan TK/yang tidak berpendidikan sebanyak 936 orang. Jadi
total jumlah keseluruhan ada 14.575 orang.
Jumlah fasilitas pendidikan di Kelurahan Bangkala terbagi dari TK, SD,
SMP, dan SMA/SMK serta pendidikan yang sederajat. Pendidikan formal tersebut
dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3
Fasilitas pendidikan Kelurahan Bangkala
No Nama Jumlah Kepemilikan
Pribadi Pemerintah Yayasan
1 TK/TPA 5 5
2 SD/Sederajat 7 6 1
3 SMP/sederajat 2 1 1
4 SMA/sederajat 1 1
5 SMK/sederajat 3 3
Jumlah 18 8 10
Sumber: data geografis dan demografi Kelurahan Bangkala 2017

47

Berdasarkan tabel diatas bahwa fasilitas Pendidikan di Kelurahan Bangkala
yaitu TK, SD, SMP, SMA, dan SMK berjumlah keseluruhan ada 18 buah,
TK/TPA berjumlah 6 buah, SD berjumlah 7 buah, SMP berjumlah 2 buah, SMA
berjumlah 1 buah dan SMK berjumlah 3 buah.
Jumlah tempat beribadah di Kelurahan Bangkala secara keseluruhan ada 18
mesjid yang tersebar di setiap RT/RW. Nama dan alamat mesjid tersebut dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4
Mesjid Kelurahan Bangkala
No Nama rumah Ibadah Alamat lengkap, RT/RW
1 Mesjid Nurul Ilham JL. Tamangapa Raya 3, RT.3/RW.1
2 Mesjid Niftahul Jannah JL. Tamangapa Raya, RT.1/RW.1
3 Mesjid Nurul Adnan JL. Tamangapa Raya 3, RW.1
4 Mesjid Jami Nurul Amin JL. Tamangapa Raya, RT.2/RW.3
5 Mesjid Mujahadah
Muhammadiyah
JL. Tamangapa Raya BIRMA,
RT.1/RW.3
6 Mesjid Rihla Mubarak KOMP. BTN Ranggong Permai,
RW.4
7 Mesjid An-Nas KOMP. BTN Ranggong Permai,
RW.4
8 Mesjid Imanuddin BTN. Makkio Baji, RT.3/RW.5
9 Mesjid Fatimah Umar BTN Makkio Baji, RT.7/RW.2
10 Mesjid Ar-Rahman KOMP. Griyah Artha Kencana,
RT.8/RW.2
11 Mesjid Muh. Babul
Muqtakim
JL. Tamangapa Raya 3, RT.3/RW.7

48

12 Mesjid Al Jafar KOMP. Graha Lestari, RT.6/RT.7
13 Mesjid Nurul Ilham JL. Tamangapa Raya No. 87,
RT.1/RW.7
14 Mesjid Al-Falah KOMP. BTN Tritura, RT.1/RW.8
15 Mesjid Al-Muhajjirin JL. Muhajjirin Kamp. Lette,
RT.2/RW.6
16 Mesjid Hadenah Thayyibah KOMP. Taman Makassar Indah,
RW.9
17 Mesjid Al-Kautsar KOMP. Pesona Prima Griya,
RW.10
18 Mesjid Syakila Al-Safwa KOMP. Pesona Prima Griya,
RW.10
Sumber: data geografis dan demografi Kelurahan Bangkala 2017
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah mesjid yang ada di
Kelurahan Bangkala ada 18 mesjid, diantara mesjid-mesjid tersebut ada 2
mesjid yang digunakan sebagai tempat melaksanakan kegiatan beribadah bagi
kalangan Muhammadiyah di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota
Makassar, yakni Mesjid Mujahadah Muhammadiyah dan Mesjid Babul
Muttaqim Muhammadiyah, yang lainnya di tempati oleh masyarakat umum.
Kedua mesjid Muhammadiyah tersebut juga memiliki suatu organisasi
yang terbentuk dalam sebuah Ranting, yakni Ranting Muhammadiyah Biring
Romang dan Ranting Muhammadiyah Dampang Bira. Ranting Muhammadiyah
Biring Romang terletak di Mesjid Mujahadah Muhammadiyah Biring Romang
Bangkala, sedangkan Ranting Muhammadiyah Dampang Bira terletak di
Mesjid Babul Muttaqim Muhammadiyah Dampang Bira Bangkala.

49

B. Persepsi Masyarakat terhadap Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian atau
membangun kesan tentang orang-orang, situasi-situasi ataupun peristiwa-
peristiwa yang terdapat disekitar mereka. Dari penilaian yang tebentuk, kemudian
berpikir tentang suatu hal yang berhubungan dengan segala sesuatu yang dilihat,
didengar atau dirasakan. Dalam menangkap pesan dari suatu proses komunikasi,
setiap individu akan menanggapiya secara berbeda-beda, sesuai dengan keadaan
individu tersebut sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda-beda. Manusia
mempersepsikan segala hal yang terjadi di dunia dan hasil persepsi itu dapat
memberikan pengaruh-pengaruh ke dalam individu itu sendiri maupun individu
lainnya.
2

Dari hasil observasi di lapangan dengan didukung hasil wawancara yang
mendalam tentang peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, penulis menemukan
sifat pro dan kontra diantara kelompok masyarakat dan menemukan beberapa
variasi persepsi atau pandangan serta penilaian masyarakat Kelurahan Bangkala
terhadap peringatan Maulid tersebut. Latar belakang inilah yang banyak
mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam menilai suatu peristiwa, khususnya
peringatan Maulid Nabi Muhammad saw.
Jadi sebetulnya hakekat peringatan maulid nabi itu merupakan bentuk
pengungkapan rasa senang dan rasa syukur atas terutusnya Nabi Muhammad saw

2
Hariudin, “Persepsi masyarakat Tamangapa terhadap Pencitraan Politik calon Presiden
di Media Televesi Menjelang Pemilihan Presiden 2014” (Study Terhadap TV One dan Metro TV),
Skripsi, (Makassar: Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin, 2015), h. 11-12.

50

ke dunia ini, mengkaji sejarah akhlak Nabi Muhammad saw untuk diteladani,
serta mencintai Nabi Muhammad saw
Maksud dari paparan ini menganggap bahwa merayakan kelahiran Nabi
Muhammad saw termasuk suatu yang boleh dilakukan apalagi pelaksanaan
maulid itu isinya adalah bacaan shalawat, sedekah dengan beraneka ragam
makanan, pengajian agama dan sebagainya. Seperti yang dikatakan oleh informan
berikut ini, yaitu pak H. Api (70 tahun).
Berkumpul untuk mengadakan pelaksanaan peringatan maulid Nabi
merupakan sesuatu yang sudah lumrah terjadi di Kelurahan Bangkala. Tapi
hal tersebut termasuk kebiasaan yang baik yang mengandung banyak
kegunaan dan manfaat yang akhirnya kembali pada umat itu sendiri
dengan berbagai keutamaan didalamnya. Sebab, kebiasaan seperti itu
merupakan sarana yang baik untuk berdakwah, sekaligus merupakan
kesempatan yang seharusnya tidak boleh dilewatkan untuk mengingatkan
umat kepada akhlak, sopan santun, keadaan sehari-hari, sejarah dan tata
cara ibadah Nabi Muhammad saw.
3

Dari realita yang terjadi di Kelurahan Bangkala, penulis juga menemukan
salah satu bentuk persepsi terhadap peringatan maulid Nabi. Persepsi tersebut
mengatakan bahwa maulid dilaksanakan hanya menurut keyakinan pribadi saja,
tergantung dari keyakinan seseorang apa mau dilaksanakan atau tidak, itu kembali
ke pribadi dan keyakinan masing-masing saja. Hal tersebut dikuatkan oleh salah
satu warga di Kelurahan Bangkala yang kerap memperingati perayaan maulid
Nabi Muhammad saw. Yakni, ibu Hj. Hada (71 tahun).
Menurut pandangan saya bahwa pelaksanaan peringatan maulid itu
dilaksanakan menurut keyakinan pribadi saja, karena yang sekarang tidak
sama seperti yang dulu, tergantung dari keyakinan apa mau dilaksanakan

3
H. Api (70 tahun), warga Nahdatul Ulama serta guru Ngaji di Kelurahan Bangkala,
wawancara di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar, 3 Oktober 2017.

51

atau tidak dilaksanakan dan itu kembali ke pribadi dan keyakinan masing-
masing. Dan maulid Nabi ini dilaksanakan untuk mengikuti tradisi-tradisi
“tau toa rioloa” (orang-orang terdahulu). Namun melalui ini juga kita
belajar banyak tentang kehidupan Rasulullah dan sebagai ajang untuk
bersilaturahmi serta meningkatkan iman dan ibadah lewat ceramah-
ceramah agama yang dibawakan oleh para muballiqh.
4

Sementara itu dari hasil observasi lainnya di masyarakat Kelurahan
Bangkala, peneliti juga mendapatkan realitas yang mengatakan bahwa
pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad saw merupakan sesuatu yang
tidak mesti dilaksanakan karena Nabi sendiri dan para sahabat-sahabatnya tidak
pernah mencontohkannya karena maulid tersebut jika dipandang menurut
perspektif agama, itu tidak masuk dalam ibadah karena tidak ada contoh dan
tuntunannya dalam al-Qur’an maupun hadist dan juga tidak ada dalilnya baik
yang melarang maupun wajib dilakukan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
pak Rachmat Sawedi, (43 tahun).
Pandangan saya bahwa maulid tersebut lama setelah wafat nabi baru mulai
diperingati, tetapi kalau menurut saya itu tidak dilaksanakan secara resmi.
Sebenarnya memperingati maulid itu kalau ditinjau dari segi sejarahnya, di
jaman Salahuddin Al-Ayyubi baru mulai muncul, sebelumnya tidak pernah
diperingati karena Nabi sendiri mengatakan bahwa “jangan sampai saya
dikultuskan”, dikultuskan itu seperti misalnya dalam bahasa Makassar
yakni “ri kara-karaengangi” yang artinya dikeramat-keramatkan.
Makanya untuk perayaan maulid atau hari jadiNya itu tidak pernah
dilaksanakan, tetapi dijaman Salahuddin al-Ayyubi itu menganggap bahwa
untuk mengembalikan semangat kita untuk mengingat Nabi, maka perlu
diadakan peringatan maulid, artinya mengingat kembali sejarah Nabi.
Sebenarnya yang terpenting disitu bukan peringatannya melainkan hikmah
dibalik kehadiran Nabi di bumi ini. Jadi, jika dipandang secara agama itu
tidak masuk dalam Ibadah, tetapi jika untuk syiar Islam itu masih bisa
dilaksanakan. Tetapi banyak orang menganggap bahwa pelaksanaan
maulid itu adalah suatu rangkaian ibadah, padahal tidak, kenapa? Karena

4
Hj. Hada (71 tahun), warga Nahdatul Ulama Kelurahan Bangkala, wawancara di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar, 4 Oktober 2017.

52

Nabi sendiri dan para Sahabat-sahabatnya itu tidak pernah
mencontohkannya.
5

Berdasarkan hasil observasi, bahwa menurut pandangan pak Rahmad
Sawedi terhadap pelaksanaan peringatan maulid itu tidak mesti dilaksanakan
karena Nabi sendiri tidak pernah menyuruh dan para sahabat-sahabatnya tidak
pernah mencontohkannya, apalagi kalau pelaksanaan peringatan maulid tersebut
disangkutpautkan dalam agama Islam, dan kalau pelaksanaan peringatan maulid
itu untuk mengkultuskan Nabi Muhammad saw itu adalah sesuatu yang salah, dan
bisa disebut bid’ah karena Nabi sendiri tidak mau dikultuskan. Tetapi kalau
dengan cara sekedar syiar mengingat kembali sejarah Nabi itu boleh saja. Dari
hasil observasi tersebut dapat diperkuat oleh pak Darwis Hamzah (39 tahun).
Menurut pengetahuan saya itu sudah banyak yang memberikan statcman
bahwa pelaksanaan peringatan maulid tersebut merupakan suatu yang
bid’ah, karena kalau kita mau bahas dan kaji, menurut kami pribadi itu
bisa dikategorikan sebagai satu hal yang bid’ah karena di zaman
Rasulullah saw itu sendiri sampai dengan para sahabat-sahabatnya serta
para Tabi’in itu tidak ada kita dapatkan riwayat, baik yang sangat
dhoif/lemah maupun dari segi yang syahi itu tidak mendapatkan dalil yang
menunjukkan bahwa diadakan pelaksanaan peringatan maulid Nabi saw.
6

Pelaksanaan peringatan maulid itu tidak lagi pernah di rayakan, jadi
pelaksanaan peringatan maulid itu mereka lebih kepada kegiatan yang lain,
misalnya seperti kegiatan kajian dan kegiatan-kegiatan keremajaan (Remaja
Mesjid), dan tidak lagi bersifat seremonial seperti yang dulu-dulu yang istilahnya

5
Rachmat Sawedi (43 tahun), warga Muhammadiyah serta ketua Ranting Muhammadiyah
Biring Romang Kelurahan Bangkala. Wawancara di Kleurahan Bangkala Kecamatan Manggala
Kota Makassar, 27 oktober 2017.
6
Darwis Hamzah ( 39 tahun), warga Muhammadiyah, serta bendahara Ranting
Muhammadiyah dan Sekretaris pengurus Mesjid Babul Muttaqim Muhammadiayh Dampang Bira
kelurahan Bangkala. Wawancara di kelurahan Bangkala kecamatan Manggala kota Makassar. 30
oktober 2017.

53

ada pengajian-pengajian, tetapi lebih kepada bagaimana ada kajian intensif yang
sifatnya berkelanjutan dan pembahasannya lebih komprehensif, jadi tidak lagi
kepada satu momen tersendiri, misalnya seperti pelaksanaan maulid Nabi dan lain
sebagainya. Hal tersebut juga dikatakan oleh pak Muh. Amir S.pd, ( 32 tahun).
Dalam kegiatan maulid itu sendiri itu kan bagaimna istilahnya menggali
kembali Syirah Nabawiah, membangkitkan kembali bagaimana Rasulullah
berjuang, berdakwa dengan menegakkan agama Allah (Agama Islam),
maka itulah yang menjadi sentralnya, sebenarnya hal tersebut tidak mesti
dilaksanakan pada saat maulid itu sendiri saja, karena betapa kaburnya
perjuangan Rasulullah itu kalau hanya bisa diperingati 1 kali setahun saja,
masyarakat justru malah melangkah jauh dari keteladanan Rasulullah
kalau kaum muslimin diingatkan 1 kali setahun saja, maka seharusnya
pola-pola yang lainlah yang diberikan kepada umat ini, seperti misalnya
kajian-kajian yang intensif, kajian yang sifatnya putih dan diadakan sekali
sepekan atau sekali sebulan.
7

Maksud dari pak Muh. Amir dapat dijelaskan bahwa maulid Nabi
Muhammad saw bermaksud untuk membangkitkan kembali bagaimana
Rasulullah saw berjuang dengan menegakkan agama Islam, maka beliau
menganggap bahwa itu tidak mesti dilaksanakan pada waktu peringatan maulid
saja, melainkan waktu di luar maulid itu sendiri. Jika bermaksud ingin mengkaji
atau menggali kembali bagaimana perjuangan Rasulullah itu bukan hanya
dilakukan pada waktu maulid yang sekali setahun, tetapi bisa dilakukan sekali
sepekan atau sekali sebulan, bukan pada waktu maulid itu saja, karna kalau
dilakukan hanya sekali setahun itu masyarakat justru melangkah jauh dari
keteladanan Rasulullah saw. Jadi inti dari penjelasan pak Muh. Amir, beliau
menyimpulkan bahwa peringatan maulid tidak mesti dilaksanakan kalau hanya

7
Muh. Amir S.pd (32 tahun), Warga Muhammadiyah, serta Ketua Kordinator Bidang
Dakwa di Mesjid Babul Muttaqim Muhammadiyah Dampang Bira Bangkala. Wawancara di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar, 30 oktober 2017.

54

setahun sekali saja. Maka baiknya pola-pola lain lah yang dilakukan, seperti
malakukan kajian-kajian intensif atau kajian yang sifatnya putih yang tidak
melenceng dari keteladanan Rasulullah, dan tidak lagi mengarah kepada satu
momen yang tertentu, seperti misalnya pelaksanaan maulid saja.
Salah satu warga Kelurahan Bangkala, yakni pak Ahmad Abdul Hakim S.
Sos, (40 tahun), juga mengatakan pandangannya terhadap maulid, yaitu sebagai
berikut:
Pandangan saya pribadi bahwa pelaksanaan peringatan maulid biasanya
dianggap pengajian, tetapi tidak ada tuntunannya bahwasannya maulid itu
wajib diperingati dan tidak ada penjelasannya dalam Al-Qur’an. Apalagi
kalau dilaksanakan dengan adanya bacaan-bacaan kitab barazanji serta
sajian-sajian makanan seperti telur dan songkolok dan menganggap bahwa
makanan tersebut dipersembahkan buat orang yang sudah meninggal.
Menurut saya itu sangat melarang yang demikian. Terus terang almahrum
nenek saya dulu juga begitu, tapi dari awal memang saya menganggap
bahwa itu tidak masuk akal karna tidak mungkin makanan yang nyata itu
dimakan oleh orang yang meninggal, tidak mungkin! Itu sudah bukti
outentik/nyata. dan secara adat mereka itu mempersembahkan maulid
katanya memberikan makanan kepada orang yang sudah meninggal, nahh
itu lah yang salah/haram, tetapi kalau hanya syiarnya mengingat kembali
sejarah nabi, perjalan hidup nabi sampai beliau meninggal saya rasa itu
tidak masalah.
8

Berdasarkan observasi yang dilakukan bahwa menurut pak Ahmad Abdul
Hakim S. Sos menganggap bahwa pelaksanaan peringatan maulid itu tidak
masalah jika dilaksanakan hanya sekedar syiar mengingat kembali sejarah Nabi
serta perjalanan hidup Nabi hingga beliu meninggal. Walaupun alm. nenek beliau
dulu itu pernah melaksanakan peringatan maulid dengan cara berlebihan seperti
misalnya mengadakan dengan barazanji adanya telur yang dihias, songkolok atau

8
Ahmad Abdul Hakim S. Sos, (40 tahun), Warga Muhammadiayh, serta Sekretaris
Ranting Muhammadiyah Biring Romang. Wawancara di Kelurahan Bangkala Kecamatan
Manggala Kota Makassar, 27 oktober 2017.

55

kaddo’ minyak (terbuat dari beras ketan) yang ditempatkan dalam bakik dan itu
dilakukan dengan perorangan setelah itu ditukar setiap perorangan, Tetapi beliau
tetap menganggap bahwa pelaksanaan yang seperti itu tidak masuk akal dan dapat
menimbulkan masalah.
Namun, pandangan menurut pak Ahmad Abdul Hakim dipertegas oleh
salah satu informan di Kelurahan Bangkala yang mengatakan bahwa pelaksanaan
peringatan maulid Nabi yang demikian hanyalah merupakan suatu adat tradisi
saja, serta ajang untuk bersedekah. Diikuti dengan sarana dakwah dan syiar Islam
untuk mengenang masa kelahiran Nabi Muhammad saw, mempelajari dan
meneladani akhlak beliau serta mengikuti sunnahnya. Dalam pelaksanan
peringatan maulid tersebut menjadi salah satu waktu yang tepat untuk berdoa dan
berdzikir, selain itu juga sebagai ajang untuk bersilaturahmi serta sarana untuk
meningkatkan keimanan dan ibadah kepada Allah saw. Hal tersebut, dikatakan
oleh Randi (20 tahun).
Pelaksanaan peringatan maulid itu hanya sebagai tradisi adat istiadat bagi
masyarakat yang ada di Kelurahan Bangkala ini, karena dengan
pelaksanaan peringatan tradisi maulid ini saya menganggap bahwa
kelahiran Nabi Muhammad yang merupakan sosok atau panutan sehingga
dirayakan pelaksanaan maulid, jadi intinya disini hanya tardisi dan
dilakukan dengan cara barazanji. Barazanji ini dianggap sebagai do’a
semoga kelahiran nabi dapat membawa berkah dan dapat mengikuti
sunnah beliau.
9

Hal tersebut di perkuat oleh pak Dg. Tarra:

9
Randi, (22 tahun), Warga Nahdatul Ulama, serta pengurus mesjid Jami’ Nurul Amin
Biring Romang Bangkala, wawancara di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota
Makassar, 4 Oktober 2017.

56

Dalam pelaksanan peringatan maulid Nabi ini dilaksanakan untuk
mengikuti tradisi-tradisi “tau toa rioloa” (orang-orang terdahulu). Namun
melalui ini juga kita belajar banyak tentang kehidupan Rasulullah dan
sebagai ajang untuk bersilaturahmi serta meningkatkan iman dan ibadah
lewat ceramah-ceramah agama yang dibawakan oleh para maubaliqh.
10

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan peringatan maulid dengan cara pembacaan barazanji serta beberapa
jenis hidangan makanan, itu hanya merupakan suatu adat tradisi yang sudah turun
temurun dari nenek moyang.
Namun, walaupun diantara beberapa perbedaan persepsi masyarakat serta
memiliki titik pandang yang berbeda terhadap peringatan maulid itu, khususnya
menimbulkan persoalan yang bersifat pro dan kontra antar masyarakat. Bagi
mereka itu bisa saling menerima satu sama lain dan menghormati satu sama lain,
persoalan ini bukan untuk membuat masyarakat terpecah bela dan memutus ikatan
tali silaturahmi. Seperti realita yang diungkapkan oleh informan berikut ini yang
merupakan sekretaris Lurah di Kelurahan Bangkala. Yaitu, pak Muhammad
Djufri (50 tahun).
Masyarakat di daerah kelurahan Bangkala ini khususnya masyarakat yang
berwarga/berkultur Muhammadiyah dan NU, walaupun memiliki suatu
perbedaan persepsi terhadap peringatan maulid itu mereka tidak
mempunyai hubungan yang saling menyalahkan satu sama lain, melainkan
mereka bisa saling menerima satu sama lain, dan ikatan silatarahmi
mereka itu saling terjaga.
11

Hal tersebut diperkuat oleh pak Rachmat Sawedi yang merupakan warga
Muhammadiyah serta ketua Ranting Muhammadiyah Biring Romang di

10
Daeng Tarra (70 tahun), Warga Kelurahan Bangkala. Wawancara di Kelurahan
Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar, 4 Oktober 2017.
11
Muhammad Djufri S.Sos (50 tahun), Sekretaris Lurah Bangkala. Wawancara di
kelurahan Bangkala kecamatan Manggala kota Makassar, 30 oktober 2017.

57

Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar, beliu mengatakan,
bahwa:
Walaupun masyarakat di Kelurahan Bangkala ini memilik sifat pro dan
kontra terhadap penerimaan maulid Nabi Muhammad, mereka bisa
menerima satu sama lain, karena sifat pro dan kontra antar masyarakat
sudah pasti ada dan tidak akan ada habisnya. Disini justru bisa saling
membantu dan mengisi kekurangan masing-masing agar silaturahmi dan
persaudaraan tetap terjaga dengan baik.
12

Begitupun dengan yang di katakan oleh pak Ashadi (35 tahun), warga
Kelurahan Bangkala yang merupakan anggota POLSEK Manggala, beliau
mengatakan:
Kelompok masyarakat disini itu, walaupun pandangannya saling bertolak
belakang atau bersifat pro dan kontra terhadap penerimaan peringatan
tradisi maulid itu tidak pernah menimbulkan masalah baik secara fisik
maupun non fisik, melainkan masyarakat disini itu bisa saling menerima
satu sama lain, terutama hubungan silaturahmi mereka tetap berjalan
dengan baik.
13

Sifat pro dan kontra dikalangan masyarakat ataupun perbedaan persepsi
antara masyarakat sudah pasti ada dan tidak akan pernah ada habisnya. Mereka
justru bisa saling membela, menguatkan, membantu dan mengisi kekurangan
masing-masing. Al-qur’an memang tidak memerintahkan secara ekspisit agar
umat islam memperingati maulid nabi muhammad setiap tanggal 12 Rabiul Awal
dengan perayaan atau seremonial tertentu. Allah dan Rasulnya juga tidak
memerintahkan umat Islam setiap tahun memperingati hari Hijrah, hari Isra

12
Rachmad Sawedi (43 tahun), warga Muhammadiyah serta ketua Ranting
Muhammadiyah Biring Romang Kelurahan Bangkala. Wawancara di Kelurahan Bangkala
Kecamatan Manggala Kota Makassar, 27 oktober 2017.
13
Ashadi (35 tahun), warga berkultur NU di Kelurahan Bangkala serta anggota
BABINKAMTIBNAS di POLSEK Manggala Kota Makassar. Wawancara di Kelurahan Bangkala
Kecamatan Manggala Kota Makassar, 30 oktober 2017.

58

Mi’raj, hari wafat Nabi dan hari-hari bersejarah lainnya. Namun jika pelaksanaan
peringatan Maulid Nabi dengan cara-cara yang islami dan dengan tujuan yang
positif untuk syi’ar dan dakwah agama saja, tentuanya perbuatan itu boleh-boleh
saja dilaksankan.
Berdasarkan beberapa temuan varian persepsi diantara golongan
masyarakat terhadap peringatan maulid Nabi Muhammad saw di Kelurahaan
Bangkala Kecamatan Manggala, maka dapat disimpulkan bahwa persepsi
terhadap peringatan maulid di Kelurahan Bangkala hanya merupakan suatu tradisi
saja, dan untuk mempelajari serta meneladani akhlak beliau mengikuti sunnahnya.
Dalam pelaksanan peringatan maulid menurut masyarakat menjadi salah satu
waktu yang tepat untuk berdoa dan berdzikir, selain itu juga sebagai ajang untuk
bersilaturahmi serta sarana untuk meningkatkan keimanan dan ibadah kepada
Allah saw, dan masyarakat menganggap bahwa itu hanya bagian dari tradisi saja.
Tetapi, jika pelaksanaan peringatan maulid tersebut untuk mengkultuskan
Nabi Muhammad, itulah merupakan sesuatu yang salah dan bisa dikategorikan
sebagai salah satu yang bid’ah karena Nabi sendiri tidak mau dikultuskan, tetapi
jika diperingati maupun dilaksanakan hanya sekedar untuk syiar Islam dan tidak
melenceng dari ajaran Islam, artinya bukan merayakan hari kelahiran Nabi
Muhammad tetapi lebih kepada mengenang dan mengingat Nabi Muhammad
saw dan menganggapnya bahwa itu hanya sebatas pencerahan saja, itu tidak
masalah. Pelaksanaan peringatan maulid tersebut jika dipandang menurut
perspektif agama itu tidak masuk dalam ibadah karena tidak ada contoh dan
tuntunannya dalam al-Qur’an maupun hadis juga tidak ada dalilnya (yang berupa

59

perbuatan maupun perintah untuk melakukannya), dan tidak ada nash yang
melarang maupun menyuruh. Dan Nabi sendiri dan para sahabat-sahabatnya tidak
pernah mencontohkannya.
Itulah beberapa varian titik pandang persepsi yang berbeda, dan memiliki
sifat pro dan kontra diantara masyarakat. Namun, walaupun timbulnya sifat pro
dan kontra antar masyarakat terhadap penerimaan tradisi maulid serta memiliki
beberapa perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan peringatan maulid tersebut,
mereka bisa saling menerima satu sama lain dan menghormati satu sama lain,
persoalan ini bukan untuk membuat masyarakat terpecah belah dan memutus
ikatan tali silaturahmi.
C. Bentuk Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw menurut
Masyarakat di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Maulid Nabi Muhammad saw merupakan tradisi yang berkembang di
masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad wafat. Secara substansi,
peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi
Muhammad saw.
Maulid Nabi biasanya diselenggarakan setiap tahun sekali, dan biasanya
dilaksnakan di setiap Mesjid yang ada di Kelurahan Bangkala, itupuan kadang
bukan hanya di Mesjid saja melainkan kadang juga di rumah warga setempat.
Pada umumnya, bentuk pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad
saw yang diadakan di Kelurahan Bangkala, diisi oleh berbagai macam acara
keislaman seperti pembacaan riwayat Nabi atau Barzanji, pengajian, sambutan

60

dari ketua panitia atau ketua mesjid, serta ditutup dengan ceramah agama yang
diberikan oleh para Muballiqh dari Kelurahan Bangkala, kadang juga Muballiqh
dari berbagai daerah.
Dari hasil observasi di lapangan dengan didukung hasil wawancara yang
mendalam tentang bentuk palaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad,
penulis menemukan beberapa bentuk pelaksanaan peringatan maulid menurut
masyarakat di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar, salah
satu bentuk pelaksanaan tersebut yang dianggap sebagai tradisi oleh masyarakat,
setiap pelaksanaan peringatan maulid di Bangkala yang di namakan Maudu
Baku/Embere (dalam bahasa Makassar), isi baku atau ember itu, terdiri dari
berbagai macam makanan dan lauk pauk, antara lain kaddo minyak/songkolok atau
ketan kuning, ayam goreng, nasi stengah mateng, mie goreng, juku kambu (ikan
yang sudah dibumbui), tumpi-tumpi (ikan dibumbui berbentuk segitiga), serta
telur berwarna-warni di dalam maupun di luar ember tersebut. Ada juga
baku/ember yang di luarnya masih dihiasi oleh telur yang berwarna-warni,
kemudian tengah telur ini ditusuk kayu seperti bentuk sate, lengkap dengan
hiasan-hiasan bunga atau kembang yang terbuat dari bahan kertas minyak.
Menurut masyarakat Kelurahan Bangkala, dari hasil wawancara salah satu
informan yang kerap melaksanakan perayaan peringatan maulid yang bernama Hj.
Kanang (67 tahun), menganggap bahwa bentuk pelaksanaan tersebut yang
memiliki bahan, makanan serta lauk pauk beraneka ragam, yang diantaranya
seperti songkolok/Kaddo’ Minyak, telur (baik diluar ember maupun di dalam

61

ember), serta hiasan bunga. Ketiga bahan tersebut saling memiliki makna masing-
masing, yaitu sebagai berikut:
1. Songkolok/Kaddo’ Minyak
Songkolok/Kaddo’ Minyak ini dibuat dari beras ketan yang
melambangkan kebersamaan atau persatuan. Kebersamaan yang
dimaksud ialah bisa menjaga tali silaturahmi antar sesama.
2. Telur/Bayao
Telur atau dalam bahasa Makassar disebut “Bayao”, telur yang sudah
matang biasa ditempatkan dalam ember maupun di luar ember yang
telah di tusuk seperti sate lalu ditancapkan ke ember. Telur ini
merupakan bentuk kebulatan tekad dan aqidah yang mantap
sebagaimana telur itu tertancap. Maksud dari kebulatan tekat ialah
memiliki tekad maupun percaya diri yang baik, serta memilik aqidah
yang baik.
3. Hiasan Bunga
Hiasan Bunga dianggap sebagai bulaeng (emas) atau kekayaan. Orang
terdahulu menganggap bahwa bunga tersebut dianggap sebagai
bulaeng/kekayaan, yang dapat diartikan bahwa kekayaan tersebut
berupa kaya akan kebahagiaan dan kaya akan rasa syukur agar bisa
menemukan kecerahan di akhirat nanti.
14


14
Hj. Kanang (67 tahun), warga Nahdatul Ulama di Kelurahan Bangkala, wawancara di
Kelurahan Bangkala kecamatan Manggala kota Makassar, 23 November 2017.

62

Maksud dari makna ketiga bahan tersebut merupakan kepercayaan yang
telah turun temurun dari nenek moyang/orang terdahulu, yang merupakan budaya
dan tradisi bagi masyarakat di Kelurahan Bangkala yang telah diadakan sejak dulu
oleh para pendahulu-pendahulu mereka.
Bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad saw di Kelurahan
Bangkala yang dirayakan dengan berbagai macam jenis bahan serta makanan atau
lauk pauk juga bermakna untuk memeriahkan acara perayaan maulid dan menarik
perhatian bagi masyarakat setempat, termasuk anak-anak di usia dini, telur hias
tersebut kadang dijadikan sebagai tambahan mainan bagi anak usia dini dan
pelengkap hiasan pada mainan mereka. Setelah akhir acara maulid para
masyarakat khususnya anak-anak usia dini kadang sangat antusias untuk
memperebutkan telur tersebut yang ada pada luar ember. Disitulah timbul makna
kebersamaan antar masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh ibu Nurung (55
tahun), yaitu:
Bentuk pelaksanaan peringatan maulid disini itu memiliki berbagai macam
jenis makanan khususnya telur. Hal tersebut untuk memeriahkan jalannya
pelaksanaan maulid agar dapat menarik perhatian masyarakat yang ada
disini. Dan yang lebih meriahnya lagi itu kadang anak-anak kecil saling
memperebutkan telur itu setelah pelaksanaan maulid ini selesai.
15

Hal tersebut dapat diperkuat oleh bapak H. Api (70 tahun), berikut ini:
Bentuk pelaksanaan maulid yang pernah saya lakukan itu terdiri dari telur
yang dihias yang ditempatkan di luar maupun di dalam ember atau bakik,
di dalam ember juga terdapat makanan songkolok serta ayam goreng dan
lain-lainnya agar acara maulidnya terlihat meriah dan sebagai salah satu

15
Nurung (55 tahun), warga Nahdatul Ulama di Kelurahan Bangkala, wawancara di
kelurahan Bangkala kecamatan Manggala kota Makassar, 23 November 2017.

63

cara untuk menarik perhatian anak-anak agar ke mesjid mendengarkan
ceramah maulid tersebut.
16

Pada dasarnya masyarakat di Kelurahan Bangkala yang melaksanakan
bentuk perayaan maulid Nabi seperti itu hanya sebagai tradisi atas pendahulu-
pendahulu mereka. Namun, setelah ditelisik lebih jauh lagi bahwa bentuk
perayaan pelaksanaan peringatan maulid yang seperti itu merupakan ajang/waktu
yang tepat untuk terkabulnya suatu permintaan lewat do’a dan dzikir/zikkiri
(barazanji). Hal tersebut dikatakan oleh H. Hada (71 tahun).
Maulid dilaksanakan karena adat tardisi yang telah turun temurun dari
pendahulu-pendahulu (nenek moyang). Dilaksanakan dengan berbagai
jenis bentuk makanan, seperti telur yang di hias, songkolok dan lainnya,
kemudian makanan tersebut dibacakan syikir/zikkiri (barazanji).
Pembacaan zikir/barazanji tersebut dipercayai bahwa dapat mengabulkan
suatu permintaan.
17

Dari obsrevasi yang dilakukan, bahwa maksud pembacaan syikir
(barazanji) di dalam pelaksanaan peringatan maulid yang dilakukan oleh
masyarakat yakni untuk berdoa, dan pembacaan barazanji tersebut dibaca di
dalam kitab, yang dapat dinamakan kitab barazanji. Dalam kitab barazanji
berisikan cerita mengenai kepribadian Nabi, sifat-sifat Nabi serta akhlak mulia
beliau. Masyarakat menganggap bahwa tujuan pembacaan kitab barazanji
merupakan rujukan atau pegangan yang baik mengenai kepribadian yang mulia,
dan masyarakat menginginkan hal tersebut, sebagaimana yang diceritakan dalam
kitab barazanji. Itulah mengapa masyarakat menganggap bahwa pelaksanaan
peringatan maulid merupakan ajang untuk berdo’a dan dapat terkabulnya suatu

16
H. Api (70 tahun), warga Nahdatul Ulama serta guru Ngaji di Kelurahan Bangkala,
wawancara di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar, 4 Oktober 2017.
17
Hj. Hada (71 tahun), warga Nahdatul Ulama Kelurahan Bangkala, wawancara di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar, 4 Oktober 2017.

64

permintaan/do’a. Maksud dari permintaan tersebut ingin menjadi pribadi yang
baik dan mulia, serta bisa mengikuti sunnah-sunnah Nabi Muhammad saw.
Selain itu, masyarakat juga menganggap bahwa berazanji itu baik karena
disamping isinya berkaitan dengan biografi Nabi Muhammad saw, juga banyak
menyebut nama Nabi dan bersholawat, serta dijadikan sebagai do’a bahwa
kelahiran Nabi dapat membawa berkah buat seluruh umatnya. Hal tersebut
diperjelas oleh Pak Rustam (27 tahun). sebagai berikut:
Bentuk pelaksanaan peringatan maulid dengan membaca barazanji ini
dianggap sebagai do’a semoga kelahiran Nabi dapat membawa berkah dan
dapat mengikuti sunnah beliau karena beliau merupakan sosok panutan
yang patut dan wajib dicontoh oleh para umatnya.
18

Di Kelurahan Bangkala juga terdapat bentuk pelaksanaan peringatan
Maulid Nabi dengan diisi tausyiah-tausyiah serta ceramah yang berisi tentang
anjuran untuk meniru Nabi Muhammad saw. Dari hasil observasi beberapa tokoh
masyarakat memaparakan bentuk pelaksanaan peringatan maulid yang pernah dia
lakukan yaitu hanya dengan syiar agama atau dengan ceramah, tanpa embel-embel
dan tidak berlebihan seperti misalnya barzanji ataupun zikir-zikir. Hal tersebut
dikatakan oleh pak Agung (52 tahun), yakni sebagai berikut:
bentuk pelaksanaan peringatan maulid menurut pamahaman saya itu
dilaksanakan hanya dengan syiar agama saja tanpa embel-embel dan tidak
berlebihan yang tidak memiliki contoh dan tuntunannya. Syiar agama itu

18
Rustam (27 tahun), warga Nahdatul Ulama serta pengurus mesjid Jami’ Nurul Amin di
Kelurahan Bangkala, wawancara di kelurahan Bangkala kecamatan Manggala kota Makassar, 23
November 2017.

65

juga bukan pada saat maulid saja tetapi juga dilaksanakan di luar waktu
maulid.
19

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, menurut pak Andi Agung
bahwa bentuk pelaksanaan peringatan maulid yang pernah dilakukan itu hanya
dengan syiar agama tanpa embel-embel dan tidak berlebihan yang tidak
memiliki contoh dan tuntunannya dalam al-Qur’an, seperti misalnya dilaksankan
dengan adanya telur, songkolok dan lain sebagainya yang diiringi barazanji
ataupun syikir-syikir. Itupun syiar yang dilakukan bukan hanya pada saat maulid
saja melainkan juga dilaksankan pada saat bukan waktu maulid. Hal tersebut
diperkuat oleh pak Muh. Takdir (28 tahun), iya mengatakan bahwa:
Acara maulid biasanya tetap kami lakukan, hanya saja tidak berlebihan.
Hanya diisi dengan pengajian dan ceramah saja tanpa songkolok dan
semacamnya, kita hanya kue biasa dan minuman secukupnya. Karena pada
hakikatnya acara maulid disini hanya refleksikan kembali tentang
kehidupan dan kelahiran Rasulullah yang menjadi teladan hidup kita.
20

Bentuk pelaksanaan peringatan maulid yang pernah di lakukan oleh pak
Muh. Takdir dapat dikatakan bahwa pelaksanaannya cenderung mengarah yang
berbentuk acara pengajian dan ceramah yang membahas tentang kehidupan dan
kelahiran Rasulullah saw, dan bagaimana cara mencintai Nabi dengan baik dan
benar.
Berdasarkan hasil wawancara mengenai bentuk pelaksanaan peringatan
maulid Nabi Muhammad saw menurut beberapa informan, walaupun terdapat

19
Andi Agung, (52 tahun), ketua pengurus mesjid Mujahadah Muhammadiyah dan wakil
ketua Ranting Muhammadiyah Biring Romang, wawancara di Kelurahan Bangkala Kecamatan
Manggala Kota Makassar, 3 Oktober 2017.
20
Muh. Takdir, (28 tahun), pengurus ranting Muhammadiyah Biring Romang Bangkala,
wawancara di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar, 3 Oktober 2017.

66

beberapa variasi bentuk yang berbeda namun mereka memiliki maksud yang
sama, yakni cinta terhadap Nabi Muhammad saw.
Bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi Muhammad saw di Kelurahan
Bangkala Kecamatan Manggala dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan peringatan
maulid terdapat berbagai jenis makanan, jenis makanan tersebut hanya merupakan
rangkaian tambahan penghias sehingga pelaksanaan maulid bisa berjalan meriah
dan dapat manarik perhatian para warga, termasuk anak-anak dini. Jenis-jenis
makanan tersebut, khususnya makanan songkolok/kaddo’ minyak, telur yang
dihias dengan bunga. Dari ketiga bahan maupun makanan tersebut memiliki
makna tersendiri yang terkandung didalamnya, dan itu merupakan bentuk
kepercayaan yang telah turun temurun dari nenek moyang/orang terdahulu, yang
merupakan budaya dan tradisi bagi masyarakat di Kelurahan Bangkala yang telah
diadakan sejak dulu oleh para pendahulu-pendahulu mereka. Yaitu, sebagai
berikut:
1. Songkolok/kaddo’ minyak, ini bermakna melambangkan kebersamaan dan
persatuan.
2. Telur, ini bermakna sebagai bentuk kebulatan tekad dan aqidah yang baik.
3. Hiasan bunga, ini bermakan bahwa bunga tersebut dianggap sebagai
bulaeng/kekayaan, yang dapat diartikan bahwa kekayaan tersebut berupa
kaya akan kebahagiaan dan kaya akan rasa syukur.
Serta dalam bentuk pelaksanaan peringatan tersebut terdapat pembacaan
zikir atau bersholawat melalui kitab barazanji, dalam isi kitab barazanji berisikan

67

tentang kisah-kisah Nabi Muhammad saw, termasuk cara mencintai Nabi
Muhammad saw. Adapun, bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi di
Keluarahan Bangkala hanya syiar Islam, tausyiah serta diisi ceramah agama, yang
membahas semua tentang Nabi Muhammad saw, mulai dari kelahirannya sampai
beliau wafat, ceramah tentang kehidupaun para Rasul dan para sahabat-sahabat
Nabi Muhammad saw. Itulah bentuk pelaksanaan peringatan maulid Nabi
Muhammad saw menurut masyarakat di Kelurahan Bangkala, walaupun bentuk
tersebut ada yang berbeda, namun, sekali lagi dikatakan bahwa masyarakat di
Kelurahan Bangkala melaksanakan bentuk peringatan maulid dengan cara seperti
itu memiliki maksud yang sama, yakni cinta terhadap Nabi besar Muhammad
saw.

68

BAB V
PENUTUP
A. kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan mengenai
persepsi masyarakat terhadap peringatan Maulid Nabi Muhamma saw di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar. Antara lain sebagai
berikut:
1. Persepsi masyarakat terhadap peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar. Peringatan maulid
Nabi Muhammad saw menurut masyarakat hanya merupakan tradisi untuk
mengingat kelahiran dan akhlak Nabi Muhammad saw dengan mengikuti
sunnahnya sebagai ajang untuk bersilaturahmi, meningkatkan kesadaran dan
keimanan kepada Allah swt.
2. Bentuk pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw menurut
masyarakat di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar.
Pelaksanaan peringatan maulid dilaksanakan dengan cara pembacaan sikir
atau bersholawat melalui kitab barazanji yang berisikan tentang kisah-kisah
Nabi Muhammad saw, serta terdapat bentuk pelaksanaan dengan cara syiar
islam, tausiyah, pengajian serta diisi ceramah agama yang membahas semua
tentang Nabi Muhammad saw, dengan berbagai jenis makanan yang dapat
memeriahkan dan menarik perhatian masyarakat.

69

B. implikasi penelitian
Penelitian ini secara khusus telah memberikan gambaran yang cukup jelas
mengenai persepsi masyarakat terhadap peringatan maulid Nabi Muhammad saw
di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar. Bagi penulis
penelitian seperti ini sangat membantu bagaimana memahami persepsi antar
golongan masyarakat dan fenomena-fenomena keagamaan di Indonesia, terkhusus
di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota makassar.
Penelitian ini juga dapat menjadi bahan untuk merumuskan suatu
pemikiran guna membina suatu kelompok masyarakat di Indonesia terkhusus
mengenai peringatan maulid Nabi Muhammad saw. Selain itu, penelitian ini juga
dapat menjadi bahan referensi guna mengkaji lebih jauh tentang persepsi
masyarakat terhadap peringatan maulid Nabi Muhammad saw.

70



DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syamsuddin, Agama dan Masyarakat (Pendekatan Sosiologi Agama),
Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Agama RI, Departemen, Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an, 1971.
Al-Amaly, Ja’far Murtadha, Perayaan Hual dan Hari-Hari Besar Islam Bukan
Suatu YangHaram, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.
Amin, M. Dorari, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gaama Media, 2000.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. XII;
Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2001.
As-Salafi, Hammad Abu Muawiyah, Studi Kritis Perayaan Maulid Nabi, Gowa,
Sulawesi Selatan: Al Maktabah al-Atsariyah Ma’had Tanwir as-Sunnah,
2007.
Budi, Abdullah, Maulid Nabi Muhammad Dalam Tinjauan Syariah, Jakarta: PB.
Syahamah, 1992.
Effendy , Uchjana Onong, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004, h. 197.
Hariudin, “Persepsi masyarakat Tamangapa terhadap Pencitraan Politik calon
Presiden di Media Televesi Menjelang Pemilihan Presiden 2014 (Study
Terhadap TV One dan Metro TV)”, Skripsi. Makassar: UIN Alauddin
Makassar, 2015.
HM, Jugiyanto, Metodologi Penelitian Sistem Informasi, Yogyakarta: ANDI,
2008.
Hizbut Tahrir Indonesia, “Peringatan Maulid Nabi saw, Agar Tidak Menjadi
Tradisi dan Seremoni Belaka”, Buletin Al-Islam, 2007.
Idrus, Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Yogyakarta: Erlangga,
2009.
Kamaruddin, Noor Aulia, “Peringatan Tradisi Maulid Nabi saw serta Pembacaan
Kitab Al-Barzanji di Desa Pegandong Kecamatan Pegandong Kabupaten
Kendal (Studi Komperatif Menurut Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah)”, Skripsi. Semarang: IAIN Walisongo Semarang,
Fakultas Ushuluddin. 2010.

71



Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju,
1990.
Masri, Abd. Rasyid, Mengenal Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. I; Makassar:
Alauddin Press, 2011.
MBA , Veitzhal Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003.
Muttaqim, Ahmad, “Barzanji Bugis” dalam Peringatan Maulid: Studi Living
Hadis di Masyarakat Bugis, Soppeng, Sul-Sel”, Jurnal Penelitian Living
Hadits, vol. I, 2016.
Nasution, Harun, Ensildopedi Islam Indonesia, Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah,
Djambatan, 1992.
Poloma, Margaret M., Sosiologi Kontemporer, Cet. V; Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2003.
Putri, Naylah dkk, Sirah Nabawiyah, Bandung: CV. Pustaka Islamika, 2008.
Shadily, Hassan, Sosiologi untuk masyarakat Indonesia, Jakarta: PT. RINEKA
CIPTA, 1993.
Situs Resmi Pemerintah kota makassar, “Geografis Kota makassar”, Blog
Pemerintah Kota makassar” . http://makassarkota.go.id/110-
geografiskotamakassar.html, 05 Oktober 2017.
Sulkifli, Tradisi Maudu Lompo di Patte’ne (Studi Budaya Islam), Skripsi.
Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin, 2014.
Suyanto, Dwi Narwoko dan Bagong, Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan,
Cet. III; Jakarta: Kencana, 2007.
Umar, Husain, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Cet. XIII;
Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Waskito, AM, Pro dan Kontra Maulid Nabi, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014.
Yusuf, Ahmad, “Pengaruh Persepsi Masyarakat Pada Caleg Terhadap Perilaku
Memilih Dalam Pemilihan Legislatif 2014 di Sidoarjo”, Jurnal Review
Politik, Vol. 04, No. 02, Desember 2014.

LAMPIRAN

Pedoman Wawancara
1. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap peringatan Maulid di
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar?
2. Bagaimana penilaian masyarakat terhadap peringatan maulid di Kelurahan
Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar?
3. Bagaimana cara masyarakat Kelurahan Bangkala menanggapi peringatan
perayaan tradisi maulid?
4. Bagaimana bentuk perayaan peringatan Maulid menurut masyarakat
Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar?
5. Apa makna dibalik bentuk perayaan peringatan Maulid di Kelurahan
Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar?
6. Apa landasan hukum dalam pelaksanaan peringatan Maulid di Kelurahan
Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar?
7. Mengapa masyarakat Kelurahan Bangkala melaksanakan maulid?
8. Mengapa masyarakat Kelurahan Bangkala menganggap bahwa peringatan
maulid tidak mesti dilaksankan?
9. Apakah masyarakat Kelurahan Bangkala memiliki sifat pro dan kontra
terhadap penerimaan tradisi maulid Nabi Muhammad saw?
10. Apakah sifat pro dan kontra terhadap penerimaan tradisi maulid dapat
mempengaruhi dan mengganggu hubungan silaturahmi antar masyarakat
di Kelurahan Bangkala Kecamatan Manggala Kota Makassar?

No Nama Jenis
Kelamin
Umur Pekerjaan Keterangan
1 Ahmad
Sawedi

Laki-laki


43 tahun


Pengusaha

Ketua Ranting
Muhammadiyah Biring
Romang Bangkala

2
Ahmad
Abdul Hakim
S. Sos

Laki-laki

40 tahun

PNS
Sekretaris Ranting
Muhammadiyah Biring
Romang Bangkala


3


Andi Agung


Laki-laki


52 tahun


Pegawai
Wakil ketua Ranting
muhammadiyah Biring
Romang Bangkala/ Ketua
pengurus mesjid
Mujahadah
Muhammadiyah


4


Muh. Tahir


Laki-laki


25 tahun


Karyawan
Anggota Ranting
Muhammadiyah Biring
Romang
Bangkala/Sekretaris
majelis pendidikan kader
Muhammadiyah.

5

Muh. Takdir

Laki-laki

28 tahun

Pengusaha
Pengurus Ranting
Muhammadiyah Biring
Romang Bangkala.

6

Hj. Api

Laki-laki

70 tahun

Guru Ngaji
Warga Nahdatul
Ulama/guru Ngaji di
Mesjid Jami’ Nurul Amin
Bangkala


7


Darwis
Hamzah


Laki-laki


39 tahun


Guru
Bendahara Ranting
Muhammadiyah Dampang
Bira Bangkala/Sekretaris
pengurus mesjid Babul
Muttaqim
Muhammadiyah

8

Muh. Amir
S.pd

Laki-laki

32 tahun

Guru
Ketua kordinator bidang
dakwa mesjid Babul
Muttaqim
Muhammadiyah Bangkala
9 Hj. Hada Perempuan 71 tahun Petani Warga Nahdatul Ulama di
Kelurahan Bangkala
Daftar Informan

10

Randi

Laki-laki

22 tahun

Mahasiswa
Warga Nahdatul
Ulama/Pengurus mesjid
Jami’ Nurul Amin
Bangkala
11 Daeng Tarra Laki-laki 69 tahun Pedagang Warga di Kelurahan
Bangkala

12

Rustam

Laki-laki

27 tahun

Mahasiswa
Warga Nahdatul
Ulama/pengurus mesjid
Jami’ Nurul Amin
Bangkala
13 Hj. Kanang Perempuan 68 tahun - Warga Nahdatul Ulama di
Kelurahan Bangkala
14 Nurung Perempuan 55 tahun IRT Warga Nahdatul Ulama di
Kelurahan Bangkala
15

Muhammad
Djufri S. Sos
Laki-laki 50 tahun Sekretaris Lurah Sekretaris Lurah Bangkala
Kecamatan Manggala


16


Ashadi


Laki-laki


35 tahun


Polisi
Warga berkultur NU di
Kelurahan Bangkala serta
anggota
BABINKAMTIBNAS
POLSEK Manggala Kota
Makassar.

Muh. Ashari HS, lahir di Ujung Pandang pada tanggal 21 November 1994.
Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara yang
merupakan buah kasih sayang dari pasangan Supriadi dan
Hasmiati, saat ini penulis dan keluarga berdomisili di
Makassar. Penulis menempuh pendidikan pertama pada
tahun 2000 di SD Inpres Bangkala III Makassar, dan
menimba ilmu selama enam tahun dan lulus pada tahun
2006. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 19 Makassar dan lulus pada tahun 2009. Setelah
selesai, penulis melanjutkan pendidikan di SMK Kartika Wirabuana I Makassar
dan akhirnya selesai pada tahun 2011/2012. Setelah berhasil menyelesaikan
pendidikan di SMK Kartika Wirabuana I Makassar, satu tahun kemudian,
tepatnya pada tahun 2013 penulis memilih melanjutkan pendidikan kejenjang
perguruan tinggi yang ada di Kota Makassar yakni Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Penulis mengambil program strata satu di Fakultas
Ushuluddin, Filsafat dan Politik jurusan Sosiologi Agama. Penulis sangat
bersyukur telah diberikan kesempatan untuk menimbah ilmu diberbagai jenjang
sebagai bekal bagi kehidupan dunia dan akhirat dan semoga mendapat rahmat dari
Allah swt di kemudian hari. Serta dapat membahagiakan orang tua dan keluarga.


RIWAYAT HIDUP