Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

16

IMPLEMENTASI PERENCANAAN PEMBELAJARAN

I Putu Widyanto
1
, Endah Tri Wahyuni
2
1,2
Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya
[email protected]

Riwayat Jurnal
Artikel diterima : 10 Oktober 2020
Artikel direvisi : 27 Oktober 2020
Artikel disetujui : 16 November 2020
ABSTRAK
Pembelajaran merupakan aktivitas terencana yang disusun guru agar siswa mampu
belajar dan mencapai kompetensi yang diharapkan, oleh karena itu sebelum melaksanakan
pembelajaran guru harus menyusun perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
sangat penting karena menjadi pedoman dan standar dalam usaha pencapaian tujuan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana implementasi perencanaan
pembelajaran berpengaruh terhadap kinerja guru dan proses pembelajaran. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Implementasi perencanaan
pembelajaran akan membuat empat kompetensi guru berjalan dengan baik meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
professional. Dan perencanaan pembelajaran yang baik akan membuat pelaksanaan
pembelajaran akan berjalan baik pula.
Kata Kunci : perencanaan pembelajaran
I. Pendahuluan
Pembelajaran merupakan perubahan
perilaku yang menyangkut aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan dari
tidak mengetahui menjadi memahami
(Syarifuddin, 2011: 113-136). Proses
pembelajaran dapat menentukan cara
pandang siswa, karena sangat dipengaruh
oleh interaksi dengan lingkungan
pembelajaran sehingga menjadi proses
penyesuaian diri dengan perubahan yang
siswa hadapi. Proses pembelajaran
direncanakan untuk memberikan
pengalaman belajar terhadap siswa yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi antar siswa, siswa dengan guru,

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

17

lingkungan dan sumber belajar lainnya
dalam rangka mencapaian capaian
pembelajaran (Rusman, 2017: 85).
Proses pembelajaran yang tepat dapat
memberikan dampak yang besar bagi siswa
antara lain mengembangkan kreativitas,
berpikir kritis, analitik dan tepat dalam
mengidentifikasi dan mengaplikasikan
materi pembelajaran serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi pembelajaran selain itu
dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk memahami masalah klinis dan
meningkatkan keterampilan komunikasi
dan kerja sama tim (Zakaria & Awaisu,
2011: 1).
Proses tersebut dapat dicapai melalui
penciptaan suasana pembelajaran yang
kondusif sehingga berdampak ketercapaian
tingkat kedewasaan baik secara fisik,
psikologis, sosial, emosional, ekonomi,
moral dan spiritual pada siswa. Penciptaan
suasana pembelajaran yang kondusif akan
membuat respon siswa terhadap interaksi
yang dilakukan guru cukup positif, siswa
juga menjadi lebih percaya diri dan
termotivasi untuk aktif dikelas karena
dorongan dan pujian dari guru (Wachyudi,
Srisudarso, & Miftakh, 2015: 40-49).
Proses pembelajaran dapat terlaksana
secara efektif bila didukung manajemen
(Manullang, 2014: 210). Manajemen
merupakan serangkaian aktifitas yang
diarahkan pada sumber-sumber daya
organisasi (manusia, financial, fisik dan
informasi) untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien dan efektif
(Griffin, 2004: 27). Selain itu manajemen
disebut juga sebagai pengelolaan dimana
manajemen merupakan pengelolaan suatu
pekerjaan untuk memperoleh hasil dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan dengan cara menggerakan orang
lain untuk bekerja (Herujito, 2006: 2).
Manajemen merupakan komponen
integral dan tidak dapat dipisahkan dari
proses pembelajaran secara keseluruhan,
karena tanpa manajemen tidak mungkin
capaian pembelajaran dapat diwujudkan
secara optimal, efektif dan efisien, kondisi
inilah tumbuh kesadaran akan pentingnya
manajemen pembelajaran untuk
merencanakan, mengorganisasi,
mengawasi, mempertanggung jawabkan,
mengatur, memimpin sumber-sumber daya
untuk membantu pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan capaian

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

18

pembelajaran (Rukayah & Ismanto, 2016:
179). Manajemen pembelajaran berkaitan
dengan persoalan bagaimana cara
mengusahakan capaian pembelajaran
melalui proses interaksi mahasiswa dengan
dosen dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar yang berpedoman pada
kurikulum yang memuat seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
(Nirwana, 2014: 72).
Pelaksanaan manajemen
pembelajaran agar berjalan efektif
diperlukan fungsi-fungsi manajemen yang
merupakan suatu langkah yang mengatur
tentang bagaimana pelaksanaan
manajemen itu, sehingga dapat menjadi
sebagai arahan bagaimana proses
manajemen itu dapat berjalan (Suwito,
Harun, & Ibrahim, 2017: 68). Fungsi
manajemen terdiri dari fungsi planning,
fungsi organizing, fungsi leading, fungsi
directing, fungsi motivating, fungsi
coordinating, fungsi controlling, fungsi
reporting, fungsi budgeting, fungsi
forecasting (Dadang, 2012: 15), fungsi
facilitating (Ariadi, 2006: 64), fungsi
empowering (Mutamimah & Munadharoh,
2013: 29). Sedangkan secara garis besar
fungsi manajemen terdiri dari fungsi
perencanaan, fungsi mengorganisasikan,
fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan
(Terry, 2012:115). Keempat fungsi
manajemen yang dikembangkan Terry
akan saling terkait bahkan fungsi
pengorganisasian akan melekat pada fungsi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
dimana fungsi tersebut merupakan elemen
dasar yang akan selalu ada dan melekat di
dalam proses manajemen pembelajaran
sebagai bahan acuan oleh guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran untuk
mencapai capaian pembelajaran (Slamet,
2007: 7). Fungsi perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan merupakan fungsi
manajemen yang digunakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran (Davies, 2007:
310).
Proses pembelajaran merupakan
aktivitas terencana yang disusun guru agar
siswa mampu belajar dan mencapai
kompetensi yang diharapkan, oleh karena
itu sebelum melaksanakan pembelajaran
guru harus menyusun perencanaan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan kegiatan pembelajaran (Maria

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

19

& Sediyono, 2017: 60). Selain itu
perencanaan pembelajaran juga sebagai
upaya guru dalam menyiapkan desain
pembelajaran yang berisi tujuan, materi
dan bahan, alat dan media, pendekatan,
strategi serta evaluasi yang akan dijadikan
pedoman dalam pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran sangat penting
karena menjadi pedoman dan standar
dalam usaha pencapaian tujuan (Rayuni,
2010: 77), perencanaan pembelajaran
nantinya sebagai alat pemandu bagi guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran,
oleh sebab itu perencanaan haruslah
lengkap, sistematis mudah diaplikasikan
namun fleksibel dan akuntabel (Abidin,
2016: 287). Perencanaan pembelajaran
yang dibuat harus dapat memenuhi standar
kompetensi lulusan yang mencakup aspek
sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Pengelolaan pembelajaran pendidikan
Hindu di tingkat satuan pendidikan sudah
harus mulai menerapkan prinsif-prinsif
manajemen pembelajaran dengan baik dan
dapat dimulai dari mengimplementasikan
perencanaan pembelajaran. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui bagaimana
implementasi perencanaan pembelajaran
berpengaruh terhadap kinerja guru dan
proses pembelajaran pendidikan agama
Hindu.
I. Pembahasan
1.1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran
merupakan pengambilan keputusan atas
berbagai pilihan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan, dimana p erencanaan
mengandung rangkaian putusan dan
penjelasan dari tujuan, penentuan
kebijakan, penentuan program, penentuan
metode dan prosedur tertentu dan
penentuan kegiatan yang akan
dilaksanakan (Suryapermana, 2017:183).
Perencanaan pembelajaran merupakan
proses penyusunan materi ajar, penggunaan
media, penggunaan pendekatan dan metoda
pengajaran, serta penilaian dalam suatu
alokasi waktu untuk mencapai kompetensi
tertentu yang telah dirumuskan (Novalita,
2014:59). Sedangkan menurut pendapat
Sabirin (2012:117) perencanaan
pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis dilakukan oleh guru dalam
membimbing, membantu dan mengarahkan
peserta didik untuk memiliki pengalaman
belajar serta mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dengan langkah-
langkah penyusunan materi pembelajaran,

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

20

penggunaan media pembelajaran,
penggunaan pendekatan dan metode
pembelajaran dan penilaian dalam suatu
alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
masa tertentu.
Sebelum memulai tahun ajaran baru
kepala sekolah dan guru akan
melaksanakan rapat dengan agenda
persiapan untuk menghadapi ajaran baru.
Didalam kegiatan tersebut akan dievaluasi
kegiatan pembelajaran semester
sebelumnya dan .kepala sekolah akan
memberikan pengarahan terkain persiapan
yang harus dilakukan guru sebelum
pembelajaran dilaksanakan.
Merumuskan RPP selain
berpedoman pada kurikulum dan silabus
guru juga memperhatikan aturan-aturan
yang terdapat pada permendikbut , antara
lain;
1) Capaian Pembelajaran Lulusan.
Proses pembelajaran yang baik adalah
proses pembelajaran yang mampu
memberikan pengalaman belajar secara
bermakna kepada siswa untuk membuka
keunikan potensi dirinya dalam
menginternalisasikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap (Sutrisno &
Suyadi, 2016:110), berupa kegiatan
memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik
melalui interaksi antar siswa, siswa
dengan guru, lingkungan dan sumber
belajar lainnya dalam rangka
mencapaian capaian pembelajaran
berupa aspek sikap, pengetahuan dan
keterampilan (Rusman, 2017:85).
2) Karakteristik Pembelajaran
Pembelajaran yang melibatkan siswa
secara aktif berdampak memberikan
pengalaman belajar lebih banyak kepada
siswa (Sidek & Yunus, 2012:135-143).
Salah satu pendekatan pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif
adalah pendekatan pembelajaran
saintifik, pembelajaran saintifik
menekankan pada proses pencarian
pengetahuan dari pada transfer
pengetahuan, siswa dipandang sebagai
subjek belajar yang perlu dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran
(Suhartati, 2016). Mengapa pendekatan
santifik penting dalam proses
pembelajaran? Karena pembelajaran
saintifik merupakan proses
pembelajaran yang membuat peran
siswa menjadi aktif, dimana selama
pembelajaran siswa mengkonstruksi
konsep melalui tahapan mengamati,
mengidentifikasi, merumuskan

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

21

hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan
mengkomunikasikan ( Deden,
2015:100). Pendekatan saintifik
menawarkan terobosan signifikan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran
dengan mengajak siswa untuk
melakukan proses pencarian
pengetahuan berkenaan dengan materi
pelajaran melalui berbagai aktivitas
proses sains dalam melakukan
penyelidikan ilmiah untuk menemukan
sendiri berbagai fakta, membangun
konsep dan nilai-nilai baru yang
diperlukan (Ine, 2015:271).
3) Metode Pembelajaran.
Penggunaan metode yang tidak sesuai
dengan capaian pembelajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan
yang telah dirumuskan karena setiap
metode pembelajaran memiliki
keunggulannya, oleh sebab itu
pemahaman guru dalam memilih
metode pembelajaran sangat penting
sebelum memutuskan metode mana
yang akan dipakai selain pertimbangan
capaian pembelajaran yang akan dituju
(Samiudin, 2016:119), karena tinggi
dan rendahnya hasil belajar yang
diperoleh siswa tergantung salah
satunya dari metode pembelajaran yang
digunakan oleh guru (Kartiani,
2015:213). Kemampuan berpikir kritis
dan kreatif siswa dapat dilatih dengan
pembelajaran yang menuntut siswa
untuk melakukan eksplorasi, inkuiri,
penemuan dan memecahkan masalah
sehingga salah satu model pembelajaran
yang dapat diasumsikan mampu
meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif siswa yaitu model
pembelajaran berbasis masalah
(Sunaryo, 2014:42). Pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu
model pembelajaran yang menuntut
aktivitas mental siswa untuk memahami
suatu konsep pembelajaran melalui
situasi dan masalah yang disajikan pada
awal pembelajaran dengan tujuan untuk
melatih siswa menyelesaikan masalah
dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah (Utomo, Wahyuni,
& Hariyadi, 2014:6).
4) Prinsip penilaian.
Penilaian hendaknya berorientasi pada
ketercapaian pembelajaran, bukan vonis
terhadap kesalahan artinya, penilaian
masih bisa berubah selagi siswa
bersedia memperbaiki proses dan hasil

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

22

belajarnya sepanjang proses
pembelajaran, hal ini sulit dilakukan
bila sistem penilaian masih hanya
menggunakan sistem tertulis dan tugas
(Sutrisno & Suyadi, 2016:162).
Penilaian otentik adalah pengukuran
yang bermakna secara signifikan atas
hasil belajar siswa untuk ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan,
penilaian otentik memiliki relevansi
kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam
pembelajaran yang mampu
menggambarkan peningkatan hasil
belajar siswa, baik dalam rangka
mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring dan yang lainnya
(Putra, 2015:208). Penilaian proses
pembelajaran menggunakan pendekatan
penilaian otentik untuk menilai kesiapan
siswa, proses, dan hasil belajar secara
utuh, penilaian hasil belajar harus
dilakukan dengan menyeimbangkan
cakupan aspek sikap (afektif),
pengetahuan (kognitif), dan
keterampilan (psikomotor) secara
menyeluruh (Susanti, 2016:56). Prinsip
yang paling penting dari penilaian
otentik adalah dalam pembelajaran tidak
hanya menilai apa saja yang sudah
diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai
apa yang dapat dilakukan oleh siswa
setelah pembelajaran selesai, sehingga
kualitas hasil belajar dan kerja siswa
dalam menyelesaikan tugas dapat
terukur (Ani, 2013:747).
Membuat materi pembelajaran
dengan pendekatan saintifik merupakan hal
selanjutnya yang disusun oleh dosen
setelah penyusunan RPP. Perangkat
pembelajaran tersebut berupa materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Pembelajaran saintifik dapat berjalan
efektif bila didukung oleh beberapa faktor
yaitu kurikulum, dosen, metode, sarana dan
prasarana dan mahasiswa (Ladjid,
2005:113). Sedangkan u ntuk
mempermudah, dosen dan mahasiswa
dalam pelaksanaan pembelajaran saintifik
dibutuhkan sebuah materi pembelajaran
yang telah disiapkan sebelumnya berupa
dokumen yang berisi prinsip dasar serta
merupakan dokumen yang memayungi dan
menjadi acuan bagi guru
(Soemohadiwidjojo, 2014:87). Materi
pembelajaran yang digunakan untuk
membantu dosen dan mahasiswa sebagai
bahan acuan proses pembelajaran saintifik
harus memiliki sifat kepraktisan dan
efektivitas. Kepraktisan menunjukan pada
tingkat kemudahan penggunaan dan

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

23

pelaksanaannya yang meliputi biaya dan
kecepatan dalam pelaksanaan (Sardiman,
2007:55), dan mudah untuk dipahami dan
juga mudah untuk dilaksanakan atau
digunakan (Rajabi & Buditjahjanto,
2015:49). Materi pembelajaran dikatakan
praktis jika setelah diujicoba pada kelas
eksperimen memperoleh respon positif dari
guru dan siswa, serta aktivitas guru saat
pengelolaan kelas menggunakan perangkat
yang dikembangkan pada interprestasi baik
(Aminah (2016:27). Sedangkan efektivitas
adalah tolak ukur yang memberikan
gambaran seberapa jauh target dapat
dicapai (Umar, 2001:334). Keefektifan
pedoman merupakan ketercapaian tujuan
pembelajaran yang dilakukan oleh siswa
dan pembelajaran tersebut memperoleh
respons positif siswa (Nieveen dalam
Rajabi & Buditjahjanto, 2015:49).
Perencanaan pembelajaran sangat
penting karena sebagai alat pemandu bagi
guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, oleh sebab itu perencanaan
haruslah lengkap, sistematis mudah
diaplikasikan namun fleksibel dan
akuntabel (Abidin, 2016:287), serta dapat
menjadi pedoman dan standar dalam usaha
pencapaian tujuan (Rayuni, 2010:77),
karena dengan perencanaan pembelajaran
yang baik akan membuat pelaksanaan
pembelajaran berjalan baik
(Amanaturrakhmah, Kardoyo, & Rifai,
2017:164).
1.2. Pengaruh Perencanaan
pembelajaran Terhadap Kinerja
Guru
Kompetensi guru merupakan
kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban kewajiban secara
tangung jawab dan layak yang berdasarkan
undang undang guru dan dosen kompetensi
guru dikembangkan secara utuh dalam
empat kompetensi meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi
professional. Guru merupakan unsur
dominan dalam pembelajaran, dimana
pembelajaran tidak akan berkualitas tanpa
peran guru, sehingga kemampuan yang
harus dimiliki dan dikembangkan guru
tidak sebatas menyampaikan materi
melainkan mengembangkan kompetensi
lainnya (Nurtanto, 2013:553).
Kompetensi pedagogik adalah
kemampuan mengelola pembelajaran siswa
meliputi pemahaman terhadap siswa,
perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan siswa untuk

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

24

mengaktualisasi ragam potensi yang
dimilikinya (Balqis, Usman, & Ibrahim,
2014:27). Dengan melakukan kegiatan
perencanaan guru dapat melakukan
berbagai persiapan penentuan capaian
pembelajaran, penentuan pendekatan &
metode pembelajaran, penentuan penilaian
yang digunakan dan penentuan
pengalaman belajar yang akan didapatkan
siswa.
Guru mampu melaksanakan
tanggung jawabnya apabila dia memiliki
kompetensi yang diperlukan sebagaimana
yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Guru dan dosen. Setiap tanggung jawab
memerlukan sejumlah kompetensi salah
satunya adalah kompetensi kepribadian.
Kompetensi kepribadian ialah karakteristik
pribadi yang harus dimiliki oleh seorang
guru sebagai individu yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi
teladan bagi peserta didik (Suatrean &
Jusriana, 2016:77).
Kompetensi yang dimiliki siswa
sangat bervariasi mulai anak itu cepat
memahami pelajaran, dan lambat dalam
memahami pelajaran, maka dari itu peran
guru sangat penting untuk membimbing
dan mengarahkan siswa yang menghadapi
masalah dalam belajar dan guru juga
mengarahkan anak itu dan membimbing
(Ramona, Melia, & Harisnawati, 2017:3).
Guru sangat di tuntut untuk mampu
menghadirkan pengalaman belajar yang
dapat memberikan kemudahan penguasaan
capaian pembelajaran untuk itu selama
proses perencanaan guru sudah dapat mulai
merancang pengalaman belajar yang
seperti apa yang di dapatkan siswa dan
bagaimana proses pembelajarannya
berlangsung.
Profesionalisme guru merupakan
suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda-
tunda lagi, seiring dengan dengan semakin
meningkatnya persaingan yang semakin
ketat dalam era globalisasi, sesuai dengan
kapasitas yang dimilikinya agar dapat
berperan secara maksimal, termasuk guru
sebagai sebuah profesi yang menuntut
kecakapan dan keahlian tersendiri
(Yusutria, 2017:40).
Sebelum memulai pembelajaran guru
berkewajiban untuk membuat RPP terlebih
dahulu. Berdasarkan RPP inilah seorang
guru diharapkan bisa menerapkan
pembelajaran secara terprogram, selain itu
RPP mempunyai fungsi perencanaan dan
fungsi pelaksanaan pembelajaran, sebagai
fungsi perencanaan RPP mendorong guru
lebih siap melakukan kegiatan

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

25

pembelajaran dengan perencanaan yang
matang dan dalam pelaksanaan, RPP
berfungsi mengefektifkan prose s
pembelajaran sesuai dengan apa yang
direncanakan (Sholeh, 2007:136).
Standar kompetensi merupakan
sebuah terobosan yang dikeluarkan oleh
kementerian pendidikan dan kebudayaan
yang berusaha untuk memberi kan
gambaran mengenai hal-hal yang harus
dimiliki oleh seorang guru yang berujung
untuk meningkatkan mutu serta kualitas
pendidikan di Indonesia dengan
meningkatkan keprofesionalitasan guru
atau pembimbing. Proses pendidikan tidak
akan berjalan dengan baik apabila guru
tidak mampu berkomunikasi dengan
peserta didik. Oleh karena itu, guru
haruslah memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi dengan peserta didik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik, dan masyarakat sosial.
Kemampuan inilah yang sering disebut
kompetensi sosial guru (Erlinda,
2017:391).
1.3. Pengaruh Perencanaan
pembelajaran Terhadap Proses
Pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari perencanaan
pembelajaran (Rusman, 2017:70).
Pelaksanaan pembelajaran berarti
penerapan secara nyata rencana
pembelajaran yang telah dibuat oeh
pendidik (Novalita, 2014:59), dengan
perencanaan pembelajaran yang baik akan
membuat pelaksanaan pembelajaran akan
berjalan baik pula. Proses pelaksanaan
pembelajaran erat kaitannya dengan
penciptaan lingkungan yang
memungkinkan siswa belajar secara aktif.
Sebagai upaya menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif diperlukan
keterampilan mengelola kelas dengan baik
(Rahayu, 2015:359). Keterampilan tersebut
merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan, memelihara dan
mengendalikan kondisi belajar yang
optimal. (Hasibuan & Moedjiono, 2010:82)
Pelaksanaan pembelajaran
merupakan salah satu faktor eksternal yang
mempengaruhi hasil belajar, jika
pelaksanaan pembelajaran baik, maka
tujuan pembelajaran akan tercapai dengan
baik dan sebaliknya, oleh karena itu guru
memegang peranan penting dalam kegiatan
pembelajaran (N. G. A. A. L. Dewi,
Tripalupi, & Artana, 2013:2). Guru dalam
pelaksanaan pembelajaran berperan
sebagai manejer dalam pembelajaran

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

26

(Nirwana, 2014:72). Pelaksanaan
pembelajaran adalah proses mempengaruhi
siswa untuk melakukan apa yang di
inginkan guru untuk mereka lakukan. Jadi,
pelaksanaan pembelajaran berkaitan
dengan kemampuan mempengaruhi siswa,
karena itu guru sebagai pelaksana
pembelajaran harus mampu memotivasi
siswa untuk melakukan pembelajaran
(Manullang, 2014:213).
Tahapan pelaksanaan proses
pembelajaran terdiri dari tahapan berikut :
Tahap Awal
1. Guru memberi salam dan berdoa
menurut agama masing-masing
Kompetensi sikap dibagi menjadi dua
yaitu sikap spiritual dan sikap sosial, jika
kompetensi sikap spiritual dan sosial
tersebut tidak diajarkan, kompetensi
tersebut harus terimplementasikan dalam
proses pembelajaran melalui pembiasaan
dan keteladanan yang ditunjukkan oleh
siswa dalam keseharian melalui dampak
pengiring dari pembelajaran atau
pembelajaran tidak langsung sehingga pada
tahapan perencanaan guru sudah harus
merancang sikap seperti apa yang menjadi
dampak pengiring pembelajaran (Setiawan,
2017:44).
2. Guru mengabsen siswa, serta
menanyakan keadaannya
Taat hukum dan disiplin dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara
adalah salah satu unsur sikap yang wajib
dimiliki siswa. Pengembangan sikap ini
dilakukan oleh guru, melalui kegiatan
mengecek tingkat kehadiran siswa,
sehingga proses dalam pembelajaran
tersebut bertujuan untuk mengembangkan
perilaku yang terkait dengan sikap yang
termuat capaian pembelajaran (Asmarawati,
Riyadi, & Sujadi, 2016:59). Siswa yang
mempunyai sikap positif, mempunyai
persepsi pandangan lebih luas dan motivasi
belajar lebih tinggi, hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas mental siswa dalam
mengkontruksikan pengetahuan dan sikap
siswa merupakan faktor pembeda yang
menentukan tingkat pengetahuan yang ada
dalam diri siswa. (Asmarawati, Riyadi, &
Sujadi, 2016:60).
3. Penyampian pentingnya memahami
materi yang akan dibahas sekaligus
memberikan gambaran secara umum
materi yang akan dipelajari, serta
menyampaikan capaian pembelajaran
yang ingin dicapai.
Penyampaian capaian pembelajaran
sebelum memulai pembelajaran merupakan

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

27

kegiatan awal yang harus dilakukan guru
(Awaludin, Mallo, & Lefrida, 2016:81),
dengan tujuan dapat membuat siswa
paham kearah mana ia ingin dibawa,
sehingga pemahaman siswa terhadap
tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan
minat siswa untuk belajar yang pada
gilirannya dapat meningkatkan motivasi
belajar mereka (Suprihatin, 2015:78).
Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai,
maka akan semakin kuat motivasi belajar
siswa (Sanjaya, 2009:29). Pengetahuan
tentang hal yang akan dipelajari itu sangat
bermanfaat bagi siswa, yang penting
adalah membangkitkan hasrat ingin tahu
siswa mengenai materi yang akan dibahas
sehingga dapat meningkatkan motivasi
instrinsik siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran yang disajikan guru (Susanti,
2015:78). Mempersiapkan materi selama
proses perencanaan akan mempermudah
guru memberikan pemahaman awal
pentingnya materi yang akan di ajarkan.
Tahap Inti
Pada tahap inti pembelajaran berbasis
masalah ada beberapa kegiatan yang guru
lakukan antara lain :
1. Mengamati
Siswa diberikan permasalahan dalam
bentuk tertulis atau berupa vidio, berisi
fenomena yang membutuhkan
penjelasan.
2. Menanya
Siswa membuat pertanyaan-
pertanyaan berdasarkan hasil
pengamatan dan terhadap istilah atau
pernyataan yang dianggap penting dan
siswa mengidentifikasikan berbagai
masalah yang terdapat dalam objek
pengamatan dan menentukan masalah
apa yang menjadi permasalahan
utama.
3. Mengumpulkan informasi
Dari pertanyaan yang sudah disusun,
siswa dapat mengumpulkan berbagai
informasi untuk memperoleh jawaban
dari pertanyaan yang ada. Sumber
informasi berasal dari buku, jurnal
ilmiah, melakukan percobaan di
laboratorium serta melakukan
wawancara dengan narasumber
tertentu.
4. Mengolah Informasi
Siswa membawa berbagai informasi
yang didapat kedalam proses diskusi
secara kelompok dan siswa
memberikan kesimpulan secara
bersama terhadap pertanyaan dan
permasalahan dan membuat laporan
untuk di komunikasikan dengan

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

28

kelompok lain dalam proses diskusi
bersama.
5. Mengkomunikasikan
Siswa menyampikan hasil kegiatannya
dalam bentuk presentasi dihadapan
kelompok lain. Siswa dari kelompok
lain dapat memberikan komentar
terhadap presentasi yang ditampilkan
(proses diskusi).
Kegiatan pada tahap inti
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik
bila guru telah mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang mendukung
pembelajaran saintifik antara lain
mempersiapkan mengamatan dalam bentuk
video, teks maupun cerita yang
mengandung persoalan yang dapat di
pecahkan siswa selama proses
pembelajaran. Kesiapan perangkat tersebut
hanya dapat di lakukan saat proses
perencanaan pembelajaran.
Tahap Penutup
Pada tahap penutup pembelajaran berbasis
masalah ada beberapa kegiatan yang guru
lakukan antara lain :
1. Guru bersama siswa menyimpulkan
hasil pembahasan dan guru
memberikan penguatan.
Pembelajaran dengan kondisi
kelas aktif merupakan proses kegiatan
belajar mengajar dimana siswa terlibat
secara intelektual dan emosional
sehingga siswa tersebut dapat berperan
dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan
belajar mengajar (Hosnan, 2014:208),
kondisi tersebut hanya dapat terwujud
dengan guru memberikan kesempatan
lebih banyak kepada siswa untuk aktif
di kelas.
2. Diakhiri dengan doa.
Pembiasaan adalah salah satu
metode pengajaran yang paling efektif,
khususnya dalam pembinaan sikap,
cara tersebut secara umum dilakukan
dengan pembiasaaan dan teladan,
untuk itu ada beberapa strategi yang
dapat dilakukan oleh para guru, di
antaranya melalui memberikan contoh
(teladan), membiasakan hal-hal yang
baik, sehingga siswa terbiasa
mengucapkan salam karena guru
sebagai figurnya selalu mengajak dan
memberi contoh kepada siswa tersebut
demikian pula kebiasaan lainnya
(Zuhri, 2013:116).
II. Penutup
Kompetensi guru merupakan
kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban kewajiban secara
bertangung jawab dan dikembangkan

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

29

dalam empat kompetensi meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi professional. Pelaksanaan
kompetensi tersebut dapat berjalan bila
didukung perencanaan pembelajaran yang
baik.
Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari perencanaan
pembelajaran yang berarti penerapan
secara nyata rencana pembelajaran yang
telah dibuat oeh guru, dengan perencanaan
pembelajaran yang baik akan membuat
pelaksanaan pembelajaran akan berjalan
baik pula.

Daftar Pustaka
Abidin, Y. (2016). Desain Sistem
Pembelajaran dalam Konteks
Kurikulum 2013. Bandung: Rafika
Aditama.
Amanaturrakhmah, I., Kardoyo, & Rifai,
A. (2017). Manajemen Pembelajaran
Tematik di Kelas Tinggi SD
Percontohan Kabupaten Indramayu.
Journal of Primary Education, 6(2),
159–165.
Aminah, N. (2016). Kepraktisan Model
Assurance , Relevance , Interest ,
Assessment , Satisfaction ( Arias ).
Journal of Mathematics Education,
2(2), 25–34.
ANI, Y. (2013). Penilaian autentik dalam
kurikulum 2013. Seminar Nasional
Implementasi Kurikulum 2013, 742–
749. Jakarta: Program Studi PEP UNJ
Jakarta.
Ariadi, B. Y. (2006). Analisis kelembagaan
pemasaran apel organik di malang
raya. Humanity, II(September), 58–
67.
Asmarawati, E., Riyadi, & Sujadi, I.
(2016). Proses Integrasi Sikap Sosial
Dan Spiritual Dalam Pembelajaran
Matematika Pada Siswa Kelas Vii
Smp Negeri Di Kecamatan
Purwodadi. Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika, 4(1), 58–
69.
Awaludin, Mallo, B., & Lefrida, R. (2016).
Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Sifat-Sifat
Penjumlahan Dan Pengurangan
Bilangan Bulat Di Kelas VII MTs
Putri Aisyiyah PALU. AKSIOMA
Jurnal Pendidikan Matematika, 5(3),
74–85.
Bafadhal. (2004). Perencanaan

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

30

Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistim. Jakarta: Bumi Aksara.
Balqis, P., Usman, N., & Ibrahim, S.
(2014). Kompetensi Pedagogik Guru
Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Siswa Pada SMPN 3 Ingin
Jaya Kabupaten Aceh Besar. Jurnal
Administrasi Pendidikan
Pascasarjana Universitas Syiah
Kuala, 2(1), 25–38.
Dadang, K. (2012). Manajemen
Organisasi. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Davies, E. (2007). The Training Manager’s
Desktop Guide. In Journal of
Experimental Psychology: General
(Vol. 136). London: Thorogood
Publishing Ltd.
Deden. (2015). Penerapan Pendekatan
Saintifik Dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Inkuiri Pada
Mata Pelajaran Ekonomi. Prosiding
Seminar Nasional 9 Mei 2015, 98–
107.
Dewi, N. G. A. A. L., Tripalupi, L. E., &
Artana, M. (2013). Pengaruh
pelaksanaan pembelajaran dan
kebiasaan belajar terhadap hasil
belajar ekonomi kelas x sma lab
singaraja 1. Jurnal Jurusan
Pendidikan Ekonomi, 3(1).
Erlinda, N. (2017). Karakteristik guru yang
memiliki kompetensi sosial. Prosiding
Seminar Nasional Tahunan Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan, 391–394.
Gora, Winastwan, & Sunarto. (2010).
Pakematik Strategi Pembelajaran
Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Griffin, R. W. (2004). Manajemen.
Terjemahan Gina Gania. Jakarta:
Erlangga.
Gunawan, I. (2017). Instructional
Management in Indonesia : a Case
Study. Journal of Arts, Science &
Commerce, VII(1), 99–108. Retrieved
from http://e -
resources.perpusnas.go.id:2071/docvi
ew/1880386970/fulltextPDF/7385E94
73C9B4129PQ/1?accountid=25704
Hamalik, O. (1995). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2003). Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Haryono, Syaifudin, A., & Widiastuti, S.
(2015). Evaluasi Pendidikan Inklusif
Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(Abk) Di Provinsi Jawa Tengah.
Jurnal Penelitian Pendidikan, 32(2),

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

31

119–126.
Hasibuan, J. J., & Moedjiono. (2010).
Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Herujito, Y. M. (2006). Dasar-Dasar
Manajemen. Jakarta: Grasindo.
Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan
kontekstual dalam pembelajaran abad
21. Bogor: Gahlia Indonesia.
Ine, M. E. (2015). Penerapan Pendekatan
Scientific Untukmeningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Padamata
Pelajaran Ekonomi Pokok Bahasan
Pasar. Prosiding Seminar Nasional 9
Mei 2015, (20), 269–285.
Kartiani, B. S. (2015). Pengaruh Metode
Pembelajaran Dan Motivasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Ips Kelas V
Kabupaten Lombok Barat NTB.
Jurnal Pendidikan Dasar, 6(2), 212–
221.
Ladjid, H. (2005). Pengembangan
Kurikulum Menuju Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Quantum Teaching.
Majid, A. (2005). Perencanaan
Pembelajaran : Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Manullang, M. (2014). Manajemen
Pembelajaran Matematika. JURNAL
PENDIDIKAN DAN
PEMBELAJARAN, 21(2), 208–214.
Maria, E., & Sediyono, E. (2017).
Pengembangan Model Manajemen
Pembelajaran Berbasis Tik Di
Sekolah Dasar. Jurnal Kelola UKSW,
4(1), 59–71.
Mutamimah, & Munadharoh. (2013).
Analisis Empowering Leadership Dan
Psychological Empowerment Dalam
Organisasi. Ekobis, 14(2), 28–43.
Nadzir, M. (2013). Perencanaan
Pembelajaran Berbasis Karakter.
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(2),
339–352.
Nirwana. (2014). Pengaruh Manajemen
Pembelajaran Berbasis Lingkungan
Dan Gaya Kognitif Terhadap Hasil
Belajar Ipa-Fisika Di Smpn Kota
Bengkulu (Studi eksperimen pada
Siswa Kelas VII Semester I SMPN 11
Kota Bengkulu) 2012. Prosiding
Seminar Nasional Fisika (E -
JOURNAL) SNF2014, (3), 71–79.
Novalita, R. (2014). Pengaruh Perencanaan
Pembelajaran Terhadap Pelaksanaan
Pembelajaran (Suatu Penelitian
terhadap Mahasiswa PPLK Program

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

32

Studi Pendidikan Geografi FKIP
Universitas Almuslim). Lentera,
14(2), 56–61.
Nurtanto, M. (2013). Mengembangkan
Kompetensi Profesionalisme Guru
Dalam Menyiapkan Pembelajaran
Yang Bermutu. Seminar Nasional
Inovasi Pendidikan, (10), 553–565.
Putra, N. (2015). PENILAIAN
AUTENTIK MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA. Jurnal Al-
Fikrah, 3(2).
Rahayu, E. F. (2015). Mana jemen
Pembelajaran dalam Rangka
Pengembangan Kecerdasan Majemuk
Peserta Didik. Manajemen
Pendidikan, 24(5), 357–366.
Rajabi, M., & Buditjahjanto, I. G. P. A.
(2015). Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Instalasi Sistem Operasi
Dengan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek. Jurnal Pendidikan Vokasi:
Teori Dan Praktek, 3(1).
Ramona, Melia, Y., & Harisnawati. (2017).
Strategi guru menghadapi siswa slow
learning dan speed learning dalam
proses pembelajaran sosiologi di sma
negeri 4 pariaman. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar.
Rayuni, D. (2010). Manajemen
Pembelajaran Di Madrasah Aliyah
Negeri ( MAN ) 3 Palembang.
TA’DIB, XV(1).
Rukayah, & Ismanto, B. (2016). Evaluasi
Manajemen Berbasis Sekolah Di
Sekolah Dasar Negeri Kabupaten
Semarang. Kelola Jurnal Manajemen
Pendidikan UKSW, 3(2), 178–191.
Rusman. (2017). Belajar & Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Sabirin. (2012). Perencanaan Kepala
Sekolah Tentang Pembelajaran.
Jurnal Tabularasa PPS UNIMED,
9(1), 111–128.
Saifudin. (2014). Pengelolaan
Pembelajaran Teoritis dan Praktis.
Yogyakarta: Deepublish.
Samiudin. (2016). Peran metode untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Jurnal
Studi Islam, 11(2), 94–97.
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sardiman. (2007). Sejarah 1 SMA kelas X.
Jakarta: Yudhistira.
Sari, I. M. (2015). Penggunaan model
listening team sebagai sarana
meningkatkan kemampuan bertanya

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

33

pada pembelajaran ipa siswa kelas x
smk yp 17-2 madiun. Jurnal Florea,
2(1), 23–28.
Setiawan, D. (2017). Pendekatan Saintifik
Dan Penilaian Autentik Untuk
Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Al-
ASASIYYA: Journal Of Basic
Education, 01(02), 34–46.
Sholeh, M. (2007). Perencanaan
Pembelajaran Mata Pelajaran
Geografi Tingkat Sma Dalam Konteks
KTSP. Jurnal Geografi, 4(2), 129–
137.
Sidek, E. A. R., & Yunus, M. M. (2012).
Students’ Experiences on using Blog
as Learning Journals. Procedia -
Social and Behavioral Sciences,
67(November 2011), 135 –143.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.
11.314
Slamet, A. (2007). Manajemen Sumber
Daya Manusia . Semarang:
Universitas Negeri Semarang Press.
Soemohadiwidjojo, A. T. (2014). Mudah
Menyusun SOP. Jakarta: Penebar
Plus.
Suardi, M. (2015). Belajar &
Pembelajaran. Yogyakarta:
Deepublish.
Suatrean, R. A., & Jusriana, A. (2016).
Hubungan Kompetensi Kepribadian
Dengan Kompetensi Pedagogik Guru
Fisika Madrasah Aliyah Kota
Makassar. Jurnal Pendidikan Fisika,
4(2), 75–82.
Sudjana, N. (2004). Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Suhartati. (2016). Penerapan Pendekatan
Saintifik Pada Materi Relasi Dan
Fungsi Di Kelas X Man 3 Banda
Aceh. Jurnal Peluang, 4(April).
Suherman, F., Kardoyo, & Prasetyo, P. E.
(2015). MANAJEMEN
PEMBELAJARAN
KEWIRAUSAHAAN BUDIDAYA
JAMUR TIRAM PADA SISWA
SMPN SATU ATAP 6 SAJIRA.
Journal of Economic Education, 4(1),
100–109.
Sunaryo, Y. (2014). Model Pembelajaran
Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa
SMA Di Kota Tasikmalaya. Jurnal
Pendidikan Dan Keguruan, 1(2), 41–
51.
Suprihatin, S. (2015). Upaya Guru Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

34

Siswa. Promosi Jurnal Pendidikan
Ekonomi UM Metro, 3(1), 73–82.
Suryapermana, N. (2017). Manajemen
Perencanaan Pembelajaran. Tarbawi,
3(02), 183–193.
Susanti, L. (2015). Pemberian Motivasi
Belajar Kepada Peserta Didik Sebagai
Bentuk Aplikasi Dari Teori-Teori
Belajar. Jurnal PPKn & Hukum,
10(2), 71–83.
Susanti, R. (2016). Implementasi Penilaian
Autentik pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Jurnal Al-Fikrah, 4(1).
Sutrisno, & Suyadi. (2016). Desain
Kurikulum Perguruan tinggi,
Mengacu KKNI. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suwito, Harun, C. Z., & Ibrahim, S.
(2017). Manajemen Pembelajaran
Bahasa Inggris Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Pada Smp
Negeri 1 Tapaktuan Aceh. Jurnal
Magister Administrasi Pendidikan
PascasarjanaUniversitasSyiah Kuala,
5(3), 67–73.
Suyanto, & Jihad, A. (2013). Menjadi
Guru Profesional. Jakarta: Esensi
erlangga group.
Syarifuddin, A. (2011). Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Belajar
Dan Faktor -Faktor Yang
Mempengaruhinya. Ta’dib; Vol 16,
No 01 (2011), 113–136. Retrieved
from
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.ph
p/tadib/article/view/57/52
Terry, G. R. (2012). Asas - Asas
Manajemen Edisi Kedelapan.
Terjemahan Winardi. Bandung: PT
Alumni.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan.
(2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Umar, H. (2001). Strategic Management in
Action. Jakarta: Gramedia.
Utomo, T., Wahyuni, D., & Hariyadi, S.
(2014). Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Masalah (
Problem Based Learning ) Terhadap
Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kreatif Siswa ( Siswa Kelas
VIII Semester Gasal SMPN 1
Sumbermalang Kabupaten Situbondo
Tahun Ajaran 2012 / 2013 ). JURNAL
EDUKASI UNEJ, 7(1), 5–9.
Wachyudi, K., Srisudarso, M., & Miftakh,
F. (2015). Analisis Pengelolaan dan
Interaksi Kelas dalam Pengajaran
Bahasa Inggris. Jurnal Ilmiah Solusi,

Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

35

1(4), 40 –49.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107
415324.004
Yusutria. (2017). Profesionalisme Guru
Dalammeningkatkan Kualitas
Sumberdaya Manusia. Jurnal
Curricula, 2(1), 38–46.
Zakaria, S. F., & Awaisu, A. (2011).
Shared-Learning Experience During a
Clinical Pharmacy Practice
Experience. American Journal of
Pharmaceutical Education, 75(4), 75.
https://doi.org/10.5688/ajpe75475
Zuhri, M. N. C. (2013). Studi tentang
efektivitas tadarus al-qur`an dalam
pembinaan akhlak di smpn 8
yogyakarta. Cendekia, 11(1), 113–
129.