Copyright © 2021 Naidin Syamsuddin
REFLEKSI, Vol. 10, No. 3, Nopember 2021
https://p3i.my.id/index.php/refleksi
247

Model-Model Pengembangan Media dan
Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab

Naidin Syamsuddin

IAIN Palopo
[email protected]

Abstrak
Fenomena aktual yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini yakni
adanya perbedaan persepsi mengenai istilah media pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan konsep yang amat penting dalam
dunia pendidikan. Meskipun media pembelajaran memiliki peranan
penting, namun saat ini adanya perbedaan persepsi terkait media
pembelajaran menjadi salah satu permasalahan krusial di dunia
pendidikan Indonesia. Perbedaan persepsi tersebut mengakibatkan
munculnya pemahaman keliru terkait media pembelajaran. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menghindari miskonsepsi
media pembelajaran yakni melakukan pendalaman mengenai konsep
media pembelajaran di kalangan ilmuwan pendidikan. Dari informasi
yang disajikan pada bagian pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa model merupakan serangakian aktivitas atau kegiatan yang di
dalamnya terdapat prosedur kerja, aturan dan pola pikir yang
sistematis guna menghasilkan atau mencapai tujuan maksimal.
Sedangkan pengembangan diartikan sebagai konsep dalam proses
menciptakan dan mengelola segala media dan teknologi dalam rangka
memaksimalkan proses pembelajaran. Model-model pengembangan
media dan teknologi pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Model
ASSURE, Model PIE, Model Roblyer, dan Model Hannafiin dan Peck.
Kata-kata Kunci: media, teknologi, pembelajaran.


Pendahuluan
Fenomena aktual yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini yakni
adanya perbedaan persepsi mengenai istilah media pembelajaran.
Perbedaan persepsi tersebut disebabkan karena pemahaman yang berbeda
terkait media pembelajaran. Menurut (Yaumi, 2017) mengatakan bahwa

Vol. 10, No. 3, Nopember 2021
ISSN 2301-4059
248
https://p3i.my.id/index.php/refleksi

berbagai istilah disamakan dengan media pembelajaran seperti alat peraga,
teknologi dan sumber belajar. Kondisi tersebut merupakan sesuatu yang
perlu diluruskan dalam rangka menyamakan persepsi terkait konsep media
pembelajaran Bahasa Arab.
Media pembelajaran merupakan konsep yang amat penting dalam
dunia pendidikan. Media pembelajaran berperan penting dalam
meningkatkan mutu pembelajaran, tuntutan paradigma baru, kebutuhan
pasar, dan visi pendidikan global (Asyhar, 2021). Peranan media
pembelajaran Bahasa Arab menjadi salah satu indikator kesuskesan dalam
pembelajaran sehingga perlu mengetahui konsep dan penerapan media
pembelajaran yang sesuai.
Meskipun media pembelajaran Bahasa Arab memiliki peranan
penting, namun saat ini adanya perbedaan persepsi terkait media
pembelajaran khususnya media pembelajaran Bahasa Arab menjadi salah
satu permasalahan krusial di dunia pendidikan Indonesia. Perbedaan
persepsi tersebut mengakibatkan munculnya pemahaman keliru terkait
media pembelajaran. Penggunaan atau penggantian nama mata kuliah
media pembelajaran menjadi teknologi pendidikan atau pembelajaran
merupakan salah satu contoh perbedaan pemahaman terkait media
pembelajaran. Oleh karena itu, konsep media pembelajaran khususnya
media pembelajaran Bahasa Arab di Indonesia berbeda-beda di setiap
perguruan tinggi atau instansi pendidikan lainnya.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menghindari
miskonsepsi media pembelajaran yakni melakukan pendalaman mengenai
konsep media pembelajaran di kalangan ilmuwan pendidikan (Asmawati
dkk., 2017). Pendalaman atau penelaah konsep media pembelajaran
tersebut dapat dilakukan dalam forum-forum resmi seperti seminar,
simposium dan sebagainya. Dengan demikian konsep media pembelajaran
dapat dipahami secara menyeluruh dan tidak ada lagi perbedaan persepsi
mengenai hal tersebut. Adanya penegasan tersebut dapat memberikan
banyak manfaat terkait pemahaman ilmuwan dan seluruh pemangku
kepentingan dunia pendidikan khususnya di Indonesia.

Metode
Metode yang digunakan dalam menyusun artikel ini yaitu metode
pustaka. Artikel ini mengkaji tentang model-model pengembangan media
dan teknologi pembelajaran bahasa arab. Sumber data dipeloleh dari jurnal
dan buku, data tersebut kemudian di kaji dan ditulis dalam artikel ini. Data
yang diperoleh di analisis kemudian menarik sebuah kesimpulan.

Copyright © 2021 Naidin Syamsuddin
REFLEKSI, Vol. 10, No. 3, Nopember 2021
https://p3i.my.id/index.php/refleksi
249

Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Model dan Pengembangan
a. Pengertian Model
Menurut (Banggur dkk., 2018) mengatakan bahwa model adalah
tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta
mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa model merupakan
konsep yang menggunakan seni grafis dengan memperhatikan sistematika
dalam bekerja sehingga hasil pemikiran yang diperoleh maksimal.
Berbeda dengan konsep yang dikemukakan oleh (de Jong & van
Joolingen, 2008) yang mengatakan bahwa model merupakan sistem yang
mengandung variabel atau konsep yang memiliki hubungan kuantitatif dan
kualitatif yang berguna untuk memprediksi perilaku suatu sistem dengan
cara simulasi. Definisi tersebut pada dasarnya menekankan pada perilaku
sistem yang memiliki hubungan secara kuantitatif dan kualitatif.
Hal tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Schwarz &
White, 2005) yang mengatakan bahwa model merupakan serangakaian
representasi , aturan-aturan dan struktur alasan yang mendorng seseorang
untuk melakukan prediksi dan penjelasan. Berdasarkan konsep tersebut
dapat diketahui bahwa konsep model menekankan pada konsep aturan,
struktur dan representasi untuk sebuah tujuan yang jelas dan sistematis.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya model merupakan serangakian aktivitas atau kegiatan yang
di dalamnya terdapat prosedur kerja, aturan dan pola pikir yang sistematis
guna menghasilkan atau mencapai tujuan maksimal. Dalam prsoes
pencapaian tujuan tersebut perlu memperhatikan prosedur dan sistematika
kerja .
b. Pengertian Pengembangan
Menurut (Gustafson, 1991) mengatakan bahwa pengembangan
merupakan aktivitas yang terdiri dari lima kategori yaitu (1) menganalisis
kebutuhan pembelajaran dan kondisi yang terjadi, (2) mendesain
seperangkat spesifikasi lingkungan belajar yang efektif dan efisien, (3)
mengembangkan aspek-aspek yang sesuai dengan peserta didik dan
pengelolaan materi, (4) implementasi materi yang dikembangkan, (5)
mengevaluasi formatif dan sumatif terhadap hasil pengembangan. Dari
penjelasan tersebut dipahami bahwa pengembangan sebagai konsep
pelaksanaan aktivitas yang dilakukan secara sistematis sehingga mencapai
hasil yang maksimal.
Asumsi tersebut sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Bahri,
2017) yang mengatakan bahwa pengembangan merupakan aktivitas atau
proses mendesain pembelajaran secara sistematis dan logis dengan
memperhatikan potensi dan kemampuan peserta didik sehingga mencapai
hasil yang maksimal. Asumsi tersebut menekankan pada kreativitas

Vol. 10, No. 3, Nopember 2021
ISSN 2301-4059
250
https://p3i.my.id/index.php/refleksi

berlandaskan sisteamtika kerja dengan melihat kondisi peserta didik dalam
belajar. Oleh karena itu, konsep pengembangan pembelajaran memberikan
kontribusi pengembangan potensi dan kemampuan peserta didik.
Sedangkan menurut (Suyitno, 2014) mengatakan bahwa
pengembangan sebagai aspek bahan ajar yang dikondisikan dengan
pengetahuan baik secara teoritis maupun secara praktis. Konsep tersebut
memberikan penekanan terhadap pengembangan strategi pembelajaran
sehingga sesuai dengan perkembangan pengetahuan yang ada.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengembangan pembelajaran Bahasa Arab diartikan sebagai konsep dalam
proses menciptakan dan mengelola segala media dan teknologi dalam
rangka memaksimalkan proses pembelajaran. Adanya konsep
pengembangan tersebut dapat meningkatkan kualitas dan kreativitas dalam
proses pembelajaran.
2. Pengembangan Media dan Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab
Pengembangan pembelajaran tentunya telah mengalami
perkembangan yang sangat signifikan (Hasriadi, 2020). Berbagai model
pengembangan pembelajaran Bahasa Arab telah banyak dilakukan oleh
para ilmuwan pembelajaran maupun ilmuwan lainnya. Model -model
pengembangan pembelajaran Bahasa Arab tersebut tentunya memiliki
kontribusi dalam pembelajaran khususnya dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Berbagai model pengembangan Bahasa Arab
telah dirumuskan. Namun, pada dasarnya setiap model memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Berikut ini model-model pengembangan media
dan teknologi pembelajaran Bahasa Arab :
a. Model ASSURE
Model ini dikembangkan oleh Sharon Smaldino , James Rusel, Robert
Heinic, dan Michael Molenda. Model pengembangan tersebut telah dicetak
sampai edisi sepuluh dan akan berkembang hingga edisi berikutnya. Dalam
model ini pembelajaran dituntut untuk dilaksanakan secara efektif sehingga
hasilnya pun maksimal. Penggunaan model ini merupakan hasil perpaduan
pemanfaatan teknologi dan media yang ada di ruang kelas. Pemanfaatan
model assure sangat berperan penting dalam memecahkan persoalan
pembelajaran khsuusnya dalam meningkatkan potensi siswa. Hal tersebut
telah dibuktikan oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sari &
Susiloningsih, 2015) yang mengatakan bahwa penerapan model assure
dengan metode pemecahan masalah lebih baik daripada menggunakan
metode yang biasa. Hal itu sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
(Khasanah, 2012) yang mengatakan bahwa model pembelajaran assure
dapat menciptakan pembelajaran yang lebih efektif. Berdasarkan asumsi
tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran assure pada dasarnya
memberikan kontribusi terhadap proses p embelajaran khusunya
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran siswa dan guru.

Copyright © 2021 Naidin Syamsuddin
REFLEKSI, Vol. 10, No. 3, Nopember 2021
https://p3i.my.id/index.php/refleksi
251

Dalam penggunaan model assure harus memperhatikan beberapa
komponen. Berikut ini komponen model assure :
1) Analisis Karakteristik Peserta Didik yang meliputi: Pertama, karakteristik
umum seperti umur, tingkat, latar geografis, agama, suku dan ras. Kedua,
Pengetahuan yaitu kemampuan dan keterampilan yang dimiliki peserta
didik sebelum mengambil pelajaran. Ketiga, Gaya belajar yakni metode
atau kebiasaan belajar peserta didik. Gaya belajar tersebut sangat penting
dalam melakukan interaksi dan memberikan respon secara emosional
dalam belajar.
2) Menentukan tujuan dan standar pembelajaran yakni dasar memilih
startegi, metode dan media yaitu segala sesuatu yang seharusnya
dilakukan oleh peserta didik setelah melakukan pembelajaran. Dasar
untuk melakukan penilaian yaitu penilaian yang tepat terhadap hasil
belajar. Dasar bagi harapan belajar peserta didik yakni merujuk pada
ekspektasi belajar(Sharon, t.t.).
3) Memilih startegi dan sumber yakni menentukan strategi dan sumber
pembelajaran yang akan digunakan sehingga pembelajaran lebih aktif
dan menarik.
4) Memanfaatkan sumber yakni proses pemanfaatn media, teknologi dan
bahan ajar untuk memudahkan pembelajaran.
5) Melibatkan partisipasi peserta didik yakni bertujuan untuk mencipatkan
pembelajaran yang aktif dan menarik.
6) Evaluasi dan Revisi yakni untuk mengetahui dampak pembelajaran
terhadap perkembangan peserta didik.
b. Model PIE
Model PIE adalah salah satu model pembelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran. Model ini digunakan dengan memadukan
konsep media dan teknologi dalam pembelajaran. Menurut (Patmanthara,
2012) mengatakan bahwa pemanfaatan model PIE dalam pembelajar an
dengan menggunakan multimedia dapat meningkatkan hasil belajar,
konsistensi dalam belajar dan kekuatan ingatan lebih tinggi. Berdasarkan
asumsi tersebut dapat diketahui bahwa pemanfaatan model PIE membantu
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Menurut Timothy, dkk dalam (Yaumi, 2017) mengatakan bahwa ada
tiga tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran model PIE yakni sebagai
berikut:
1) Perencanaan yakni proses mengetahui kebutuhan peserta didik dalam
belajar. Pada tahap ini menghasilkan ikhtisar, RPP dari pengalaman
belajar yang mengarahkan tujuan pembelajaran.
2) Pelaksanaan yakni proses implementasi dari perencanaan yang telah
dilakukan dengan mengetahui hambatan dan kendala dalam
pembelajaran.

Vol. 10, No. 3, Nopember 2021
ISSN 2301-4059
252
https://p3i.my.id/index.php/refleksi

3) Evaluasi yakni proses penilaian terhadap efektivitas penggunaan media
dan teknologi dalam pembelajaran yang dilakukan.
c. Model Roblyer
Model ini disebut juga model TIP (Technology Integration Planning)
atau model perencanaan integrasi teknologi yang digunakan sebagai salah
satu media pembelajaran. Dalam model Roblyer memiliki lima fase yakni
sebagai berikut:
1) Menentukan keuntungan relatif yakni penentuan keuntungan dalam
penggunaan media dan teknologi dalam pembelajaran.
2) Menentukan tujuan yakni proses penentuan kemampuan,
keterampilan dan pengetahuan yang akan dipelajari peserta didik
sekaligus penetapan intstrumen penilaian dalam pembelajaran.
3) Merancang strategi integrasi yakni proses penentuan strategi
mengajar dan kegiatan mengajar lainnya dalam rangka menyesuaikan
kebutuhan peserta didik.
4) Menyediakan lingkungan belajar yakni proses pengelolaan tempat
belajar, fasilitas yang digunakan untuk penerapan teknologi
pembelajaran
5) Mengevaluasi dan merevisi yakni proses penilaian yang dilakukan
terhadap penerapan media pembelajaran untuk mengetahui
efektivitas media pembelajaran tersebut. Dalam fase ini sangat penting
untuk mengetahui perkembangan model pembelajaran yang
digunakan(Sirate & Ramadhana, 2017) .
d. Model Hannafin dan Peck
Model ini merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada
produk. Model ini menggunakan bantuan komputer dalam pembelajaran.
Menurut (Pratomo & Irawan, 2015) mengatakan bahwa penggunaan model
Hannafin dan Peck mampu menghasilkan sistem yang sesuai kebutuhan
pengguna dan pemangku kepentingan. Model pembelajaran ini memiliki
empat tahap yakni sebagai berikut:
1) Penilaian kebutuhan yakni untuk mengetahui segala kebutuhan yang
diperlukan dalam pembelajaran. Dalam fase ini diketahui prose
pengembangan produk yang meliputi rintangan yang dihadapi, tempat
dan untuk siapa produk tersebut dikembangkan.
2) Desain yakni proses pengidentifikasian dan pengumpulan bahan-bahan,
alat dan sumber yang digunakan untuk mencapai hasil maksimal.
3) Pengembangan dan implementasi yakni proses menciptakan atau
memprogramkan, mengji coba, dan melakukan evaluasi. Pada fase ini
menghasilkan produk akhir yang menggunakan program komputer
berupa CAI.
Berdasarkan beberapa model penggunaan media pembelajaran
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam proses
pemanfaatan model tersebut perlu memperhatikan fase dan mekanisme

Copyright © 2021 Naidin Syamsuddin
REFLEKSI, Vol. 10, No. 3, Nopember 2021
https://p3i.my.id/index.php/refleksi
253

penggunaan sehingga hasil yang dicapai maksimal sesuai yang
direncanakan. Pemanfaatan model pembelajaran dapat digunakan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dalam belajar. Selain itu perlunya
mengetahui kondisi peserta didik dan aspek lainnya dalam memutuskan
penggunaan media pembelajaran.

Simpulan
Dari informasi yang disajikan pada bagian pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa model merupakan serangakian aktivitas atau kegiatan
yang di dalamnya terdapat prosedur kerja, aturan dan pola pikir yang
sistematis guna menghasilkan atau mencapai tujuan maksimal. Sedangkan
pengembangan diartikan sebagai konsep dalam proses menciptakan dan
mengelola segala media dan teknologi dalam rangka memaksima lkan
proses pembelajaran. Model-model pengembangan media dan teknologi
pembelajaran yang dapat digunakan yaitu Model ASSURE, Model PIE,
Model Roblyer, dan Model Hannafiin dan Peck.


Referensi
Asmawati, W., Ali, B., & Hasriadi, H. (2017). Perancangan Aplikasi
Pengelolaan Data Perpustakaan Berbasis Visual Basic Pada SMP
Negeri Satap Sampeang. PROSIDING SEMANTIK, 1(2), 117.
Asyhar, R. (2021). Kreatif mengembangkan media pembelajaran.
Bahri, S. (2017). Pengembangan kurikulum dasar dan tujuannya. Jurnal
Ilmiah Islam Futura, 11(1), 15–34.
Banggur, M. D. V., Situmorang, R., & Rusmono, R. (2018). Pengembangan
pembelajaran berbasis blended learning pada mata pelajaran
etimologi multimedia. JTP-Jurnal Teknologi Pendidikan, 20(2), 152–
165.
de Jong, T., & van Joolingen, W. R. (2008). Model-facilitated learning.
Handbook of research on educational communications and
technology, 457–468.
Gustafson, K. L. (1991). Survey of instructional development models. ERIC
Clearinghouse on Information & Technology.
Hasriadi, H. (2020). Pengaruh E-Learning Terhadap Hasil Belajar
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam. IQRO: Journal of Islamic
Education, 3(1), 59–70.
Khasanah, D. I. N. (2012). Penerapan Desain Sistem Pembelajaran ASSURE
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Memukul Bola dalam Permainan
Kasti pada Siswa Kelas IV SD Negeri Purworejo Kecamatan Banjarsari
Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012.

Vol. 10, No. 3, Nopember 2021
ISSN 2301-4059
254
https://p3i.my.id/index.php/refleksi

Patmanthara, S. (2012). Model Pembelajaran Menggunakan Implementasi
Teknologi Informasi Di Perguruan Tinggi. TEKNO, 5(1).
Pratomo, A., & Irawan, A. (2015). Pengembangan media pembelajaran
interaktif berbasis web menggunakan metode Hannafin dan Peck.
Positif, 1(1), 159673.
Sari, W. M., & Susiloningsih, E. (2015). Penerapan model assure dengan
metode problem solving untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 9(1).
Schwarz, C. V., & White, B. Y. (2005). Metamodeling knowledge:
Developing students’ understanding of scientific modeling. Cognition
and instruction, 23(2), 165–205.
Sharon, E. S. (t.t.). dkk. Instructional Technology & Media For Learning.
Kencana, Jakarta.
Sirate, S. F. S., & Ramadhana, R. (2017). Pengembangan Modul
Pembelajaran Berbasis Keterampilan Literasi. Jurnal Inspiratif
Pendidikan, 6(2), 316–335.
Suyitno, I. (2014). Pengembangan bahan ajar Bahasa Indonesia untuk
Penutur Asing (BIPA) berdasarkan hasil analisis kebutuhan belajar.
Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia, 9(1).
Yaumi, M. (2017). Prinsip-prinsip desain pembelajaran: Disesuaikan
dengan kurikulum 2013 edisi Kedua. Kencana.