1Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
3
Seri 3
Penyelenggaraan Kelas Orang Tua 1
Kelas
Orang Tua
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2022
PANDUAN PENYELENGGARAAN PAUD BERKUALITAS
SERI
3
PENYELENGGARAAN
KELAS ORANG TUA

1Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Seri 3
Penyelenggaraan Kelas Orang Tua 2

2Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Seri 3
Penyelenggaraan Kelas Orang Tua 3
PENYELENGGARA AN
KELAS ORANG TUA
PANDUAN PENYELENGGARAAN P AUD BERKUALIT AS
SERI
3
2022

3Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Pengarah
Muhammad Hasbi
Penanggung Jawab
Nia Nurhasanah
Penyusun
Nia Nurhasanah, Aria Ahmad Mangunwibawa, Mohammad Roland Zakaria, Fitriana Wuri
Herarti, Nana Maznah Prasetyo, Lusi Margiyani, Pia Adiprima, Rosfita Roesli, Dian Fikriani
Penyelaras
Fitria P. Anggriani, Lestari Koesoemawardhani, Nasrudin, Nindyah Rengganis, Irma
Yuliantina, Maria Melita Rahardjo
Penelaah
Harris Iskandar, Dwi Hastuti, Yulia Indriyati, Yanti Sri Yulianti
Penyunting
Khofifah Najma
Kontributor
TK Mutiara Ibu Purworejo, TK PGRI Bunga Winaya Kabupaten Sukabumi, TK Papeda
Kabupaten Keerom Jayapura
Dokumentasi Foto
PAUD Sadilaun, Kabupaten Belu, NTT; TK Rumah Citta Yogyakarta; PAUD Kasih Sejahtera,
Kabupaten Malaka, NTT; PAUD Yenbeser Raja Ampat, Papua Barat; KB Intan - TK Ananda,
Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta; PAUD KB-TK Alfa Omega Sorong, Papua Barat; PAUD
Mkowedi, Raja Ampat, Papua.
Ilustrator
Diambil dari asset PAUDPEDIA
Tata Letak
Mikael Bima Nainggolan
Desain sampul
Zidna Navela Kamelia
Penerbit
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan
Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Gedung E Lantai 7
Jalan Jenderal Sudirman No.10, Senayan, Jakarta 10270
Telp : (021) 572-5712 dan (021) 572-5495
Cetakan pertama, 2022
ISBN xxx-xxx-xxx-xxx-x
Isi buku ini menggunakan huruf Arial, 8-30. pt, The Monotype Corporation.
Isi buku ini menggunakan huruf Century Gothic, 10-12 pt, The Monotype Corporation.
Isi buku ini menggunakan huruf Levenim MT, 11-14. pt, The Monotype Corporation.
V, 76 hlm: 21 cm x 29.7 cm
Seri 3
Penyelenggaraan Kelas Orang Tua 3
PENYELENGGARA AN
KELAS ORANG TUA
PANDUAN PENYELENGGARAAN P AUD BERKUALIT AS
SERI
3
2022

4Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
KATA PENGANTAR
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Di-
rektorat Pendidikan Anak Usia Dini (Direktorat PAUD), terus-menerus mengupayakan pening-
katan pemerataan akses dan kualitas pendidikan anak usia dini. Upaya peningkatan kualitas
tersebut diperkuat melalui Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2022 tentang Evaluasi Sistem Pendidikan. Peraturan ini
menjelaskan bahwa hasil evaluasi sistem pendidikan ditampilkan dalam rapor pendidikan,
baik di tingkat satuan maupun tingkat kabupaten/kota. Rapor tingkat satuan PAUD mengacu
pada kualitas pembelajaran dan kualitas pengelolaan satuan. Sebagai penjabarannya, unit-
unit pengampu PAUD telah menyusun rangkaian indikator layanan yang perlu ada di satuan
PAUD, yang dipergunakan untuk menyusun model PAUD Berkualitas.
Model PAUD Berkualitas bertujuan untuk membangun kesamaan visi tentang trans-
formasi satuan PAUD sehingga memudahkan advokasi, baik kepada satuan PAUD maupun
semua pihak yang mendukung program PAUD. Guna memandu terwujudnya PAUD Berkuali-
tas, Direktorat PAUD menyusun sembilan seri Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas.
Melalui sembilan seri Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas, diharapkan satu-
an PAUD dapat: (i) memperoleh informasi mengenai layanan yang perlu ada di satuan PAUD
dan melakukan refleksi untuk upaya perbaikan, (ii) memperoleh panduan praktis mengenai
upaya yang perlu dilakukan dalam mencapai indikator layanan berkualitas yang diharapkan,
dan (iii) membangun kemitraan dengan ekosistem PAUD terutama dengan pemerintah daer-
ah, pemerintah desa, dan mitra PAUD dalam memastikan kualitas layanan di satuan PAUD.
Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas ini disusun melalui tahapan penggalian
kebutuhan satuan dan uji coba penggunaan di satuan PAUD terpilih yang mewakili berbagai
kondisi. Harapannya, Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas ini dapat digunakan oleh
satuan PAUD dengan ragam kapasitasnya.
Direktorat PAUD menyampaikan apresiasi kepada tim penyusun, tim penelaah, tim
penyelaras, tim penyunting, dan seluruh pihak yang terlibat. Semoga Panduan Penyeleng-
garaan PAUD Berkualitas ini dapat membawa manfaat terbaik bagi anak usia dini Indonesia.
Jakarta, Juni 2022
Direktur PAUD
Dr. Muhammad Hasbi

5Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
ABK : Anak Berkebutuhan Khusus
BB : Berat Badan
BKB : Bina Keluarga Balita
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BOP : Bantuan Operasional Pendidikan
BUMD : Badan Usaha Milik Daerah
BUMDes : Badan Usaha Milik Desa
DAPODIK : Data Pokok Pendidikan
DDTK : Deteksi Dini Tumbuh Kembang
HIMPAUDI : Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia
IGTKI : Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia
KBM : Kegiatan Belajar Mengajar
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KKA : Kartu Kembang Anak
KMS : Kartu Menuju Sehat
NIK : Nomor Induk Kependudukan
NPK : Norma Prosedur Kriteria
PAUD : Pendidikan Anak Usia DIni
PAUD HI : Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif
PBD : Perencanaan Berbasis Data
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
PPDB : Penerimaan Peserta Didik Baru
PTM : Penyakit Tidak Menular
Pustu : Puskesmas Pembantu
RKAS : Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
RKT : Rencana Kegiatan Tahunan
SDM : Sumber Daya Manusia
SSGI : Studi Satuan Gizi Indonesia
TB : Tinggi Badan
UNESCO : United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization
DAFTAR ISTILAH

6Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 4
DAFTAR ISTILAH 5
DAFTAR ISI 6
DAFTAR GAMBAR 7
DAFTAR TABEL 8
1 PENDAHULUAN 9
A. Latar Belakang 9
B. Fondasi dan Elemen PAUD Berkualitas 12
C. Hubungan Panduan Seri dan kontribusinya dalam PAUD Berkualitas 14
D. Tujuan yang Diharapkan 15
E. Sasaran 15
2 DEFINISI DAN MANFAAT KELAS ORANG TUA 16
A. Definisi Kelas Orang Tua 16
B. Manfaat dan Prinsip Penyelenggaraan Kelas Orang Tua 17
3 MEKANISME PENYELENGGARAAN KELAS ORANG TUA 25
A. Persiapan 26
B. Pelaksanaan 37
C. Evaluasi dan Laporan 41
4 REFLEKSI UNTUK PERBAIKAN BERKELANJUTAN 44
A. Refleksi Perencanaan yang Bermakna 44
B. Refleksi dalam Penyelenggaraan Kelas Orang Tua 44
C. Tindak Lanjut dan Rekomendasi 46
D. Kesimpulan 47
LAMPIRAN 48
Materi Tema 1: 48
Menginformasikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Kepada Orang Tua 48
Materi Tema 2: 54
Lingkungan Belajar Inklusif 54
Materi Tema 3: 59
Intervensi Gizi Sensitif dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting 59
DAFTAR PUSTAKA 65
BIODATA PENYUSUN 66

7Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Indikator PAUD Berkualitas 13
Gambar 1.2 Sembilan (9) Seri Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas  14
Gambar 2.1 Sebuah satuan PAUD Kabupaten Belu, NTT menyelenggarakan Kelas
Orang Tua untuk menyampaikan informasi antara pendidik dengan orang tua
untuk mendukung tumbuh kembang anak  16
Gambar 2.2 Kelas orang tua bisa diperuntukkan bagi ayah dan ibu untuk berbagi peran
dalam mendukung tumbuh kembang anak di rumah  17
Gambar 2.3 Orang tua mendampingi anak praktik Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)  18
Gambar 3.1 Kelas orang tua dengan tatap muka secara luring di Raja Ampat, Papua Barat.  28
Gambar 3.2 Sosialisasi Pentingnya Kelas Orang Tua  37
Gambar 3.3 Penyelenggaraan kelas orang tua di Sorong, Papua Barat, dimulai dengan
permainan.  39

8Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tahapan dalam penyelenggaraan kelas orang tua  25
Tabel 3.2 Contoh rencana tahunan kelas orang tua  33
Tabel 3.3 Contoh perencanaan kelas orang tua melalui kunjungan rumah  34
Tabel 3.4 Contoh urutan acara penyelenggaraan kelas orang tua  40
Tabel 4.1 Refleksi Penyelenggaraan Kelas Orang Tua untuk Mewujudkan PAUD Berkualitas 45

9Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua

A. Latar Belakang
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa usia lahir sampai dengan delapan tahun adalah
usia yang sangat penting bagi pembentukan fondasi dari berbagai kemampuan dasar anak.
Hal ini merupakan salah satu pertimbangan mengapa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
diperlukan dan menjadi penting, karena mendidik anak usia dini dapat berdampak positif
secara holistik pada tumbuh kembang anak, baik dari kemampuan motorik, kognitif, maupun
kemampuan sosial emosional (UNICEF, 2018; Britto et al., 2011 dikutip dari Anggriani et. al.,
2020). Artinya, layanan yang diberikan pada anak usia dini oleh satuan PAUD harus mampu
memfasilitasi proses pembentukan fondasi tersebut dan dilanjutkan di jenjang pendidikan
dasar.
PAUD adalah pijakan pertama anak di dunia pendidikan dan titik awal perjalanannya dalam
berkembang dan berperan di masyarakat, negara, dan dunia. Sebagai pijakan pertama, maka
pengalaman anak di PAUD sangatlah penting. Apabila pengalaman belajar yang mereka
alami di PAUD tidak menyenangkan, maka tidak akan ada rasa positif terhadap belajar yang
kemudian menjadi bekal mereka dalam melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
PENDAHULUAN1
Kualitas layanan yang diterima anak juga menentukan apakah pengalaman
tersebut berhasil mengoptimalkan tumbuh kembang anak usia dini yang merupakan
kesempatan yang tak dapat kembali. Dengan demikian, pada saat menyerukan
“Ayo ke PAUD”, maka terdapat makna tersirat di dalamnya bahwa anak perlu
mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas. Satuan PAUD serta pemerintah
kabupaten/kota yang memiliki kewenangan untuk penyelenggaraan layanan
PAUD, sebagaimana dicantumkan di dalam Undang-Undang Nomor 23  Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah pasal 12, perlu mewujudkan hal tersebut.
Untuk memandu peran berbagai pihak dalam menyediakan layanan PAUD, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyusun visi Merdeka
Belajar, Merdeka Bermain, di mana di dalamnya terajut berbagai upaya lintas unit untuk
mewujudkan pendidikan berkualitas dan merata bagi seluruh anak usia dini agar dapat
bertumbuh kembang secara utuh, optimal dan memiliki sikap positif terhadap belajar. Kebijakan
Merdeka Belajar, Merdeka Bermain disebutkan dalam Kepmen Pemulihan Pembelajaran
sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka. Sebagai dukungan dalam mewujudkan visi Merdeka
Belajar, Merdeka Bermain maka disusun model penyelenggaraan layanan PAUD Berkualitas
yang berisikan serangkaian indikator kinerja yang lebih konkret dalam memandu pemerintah
daerah, satuan, dan masyarakat.

10Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Indikator dalam PAUD Berkualitas membangun kesamaan visi dari satuan serta kabupaten/
kota dalam melakukan perubahan menuju PAUD Berkualitas. Indikator yang disusun berupa
kegiatan dan layanan yang dapat menjadi acuan bagi satuan PAUD untuk bergerak bersama
dan mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk pencapaian visi PAUD Berkualitas.
Sesuai dengan filosofi Merdeka Belajar, indikator ini tetap memberikan ruang kemerdekaan
bagi kabupaten atau kota untuk memaknai kualitas yang sesuai dengan nilai-nilai di daerahnya.
Karena kondisi satuan beragam, indikator juga mempertimbangkan titik berangkat satuan
yang beragam. Keberhasilan pencapaian PAUD Berkualitas dimaknai sebagai kemampuan
satuan untuk terus meningkatkan kualitas layanannya dari satu titik ke titik berikutnya dan
bukan pada laju kecepatan satuan untuk mencapai target. Keberhasilan juga ditentukan dari
seberapa besar komitmen satuan dalam upayanya meningkatkan kualitas layanan.

11Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Prinsip Indikator Kinerja:
1. Pemenuhan indikator kinerja perlu dimaknai sebagai proses perjalanan
satuan PAUD dalam upayanya menyediakan layanan berkualitas.
2. Setiap satuan PAUD dapat menentukan indikator kinerja yang menjadi
fokus dan menerapkan laju kecepatan yang berbeda sesuai kondisi. Setiap
satuan PAUD juga dapat mengembangkan alur pembelajaran (learning
journey) sendiri yang selaras dengan visi, misi, kapasitas, dan karakteristik
satuannya.
3. Proses perjalanan satuan PAUD dalam menyediakan layanan berkualitas
ini dipandu menggunakan kerangka Perencanaan Berbasis Data (PBD).
PBD merupakan bagian dari evaluasi sistem internal yang termaktub
dalam Evaluasi Sistem Pendidikan (Permendikbudristek No 9 Tahun 2022).
4. Terdapat 3 langkah utama dalam proses perencanaan tersebut, yaitu:
melakukan identifikasi masalah berdasarkan kondisi di satuan pendidikan
(Identifikasi), melakukan refleksi atas capaian dan proses pembelajaran di
satuan (Refleksi), dan melakukan pembenahan untuk mencapai indikator
layanan PAUD Berkualitas (Benahi).
5. Semua langkah tersebut merupakan bagian dari budaya refleksi dan
perbaikan layanan yang ditampilkan di dalam Rencana Kegiatan
Tahunan (RKT) serta Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) yang
akan memandu upaya perbaikan satuan dalam kurun waktu satu tahun.
Melalui proses ini, kapasitas perencanaan satuan akan terus terasah,
anggaran digunakan secara akuntabel, dan mendorong terwujudnya
lingkungan belajar yang partisipatif saat rangkaian langkah ini dilakukan
oleh berbagai pihak di satuan PAUD (Kepala satuan, pendidik, komite
satuan, bahkan dapat saja melibatkan pengawas/penilik).
6. Upaya penyediaan layanan PAUD Berkualitas melalui PBD ini digunakan
baik oleh satuan maupun Dinas Pendidikan sebagai rujukan dalam
menerapkan perencanaan yang akuntabel.

12Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Elemen pertama: Kualitas proses pembelajaran.
Kualitas proses pembelajaran umumnya merujuk pada kualitas interaksi pendidik
dengan anak, pendekatan pembelajaran yang digunakan, serta kemampuan
pedagogik pendidik untuk dapat merancang rencana pembelajaran. Rencana
pembelajaran yang dirancang berisikan muatan sesuai arahan kurikulum
yang digunakan, serta menerapkan asesmen yang hasilnya digunakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya. 
Elemen kedua: Kemitraan dengan orang tua.
Kegiatan di satuan PAUD umumnya cukup singkat, dibanding dengan durasi
kebersamaan anak dengan orang tua/wali di rumah. Agar dapat berkembang
dengan optimal, anak perlu mendapat stimulasi setiap saat, tidak hanya saat ia
berada di satuan PAUD. Karenanya kemitraan satuan PAUD dengan orang tua/
wali adalah kunci  terjadinya kesinambungan dalam kegiatan bermain dan nilai
pendidikan yang dikenalkan di satuan PAUD dan di rumah. 
Elemen ketiga: Adanya layanan yang memantau pemenuhan
kebutuhan esensial anak usia dini (di luar pendidikan).
Satuan PAUD yang berkualitas adalah satuan yang tidak hanya
menyediakan aspek pendidikan saja. Agar anak berkembang dengan
utuh, maka satuan PAUD perlu juga memantau dan mendukung
terpenuhinya kebutuhan esensial anak di luar pendidikan, yaitu
kesehatan, gizi, pengasuhan, perlindungan dan kesejahteraan, sesuai
dengan amanat Perpres No 60 tahun 2013 tentang Pengembangan Anak
Usia Dini Holistik Integratif. Penyediaan layanan ini tidak harus dipenuhi
oleh satuan PAUD secara mandiri, namun dapat bermitra dengan unit
layanan di sekitarnya. 
B. Fondasi dan Elemen PAUD Berkualitas
Sebagai sebuah target kinerja bersama, secara garis besar, ada satu fondasi dan empat
elemen layanan yang perlu disediakan oleh satuan PAUD. Fondasi dari layanan PAUD
adalah sumber daya yang berkualitas. Tanpa adanya pendidik dan tenaga kependidikan
yang berkompeten, bagaimana peserta didik akan mendapatkan pelayanan yang baik?
Karenanya, setiap penyelenggara layanan harus memastikan sudah memiliki pendidik dan
tenaga kependidikan yang berkompetensi untuk menjalankan kegiatan serta visi misi satuan
sehingga setiap peserta didik dapat mencapai profil yang diharapkan di akhir partisipasinya. 
PAUD Berkualitas terdiri dari 4 elemen layanan, yaitu: (1) Kualitas proses pembelajaran; (2)
Kemitraan dengan orang tua; (3) Dukungan pemenuhan layanan esensial anak usia dini; dan
(4) Kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya. Sebagai sebuah target kinerja bersama,
secara garis besar ada satu fondasi dan empat elemen layanan yang perlu disediakan oleh
satuan PAUD: 
Empat Elemen layanan di PAUD:

13Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Elemen keempat: Kepemimpinan dan pengelolaan sumber
daya.
Agar ketiga elemen diatas dapat mencapai tujuannya, maka diperlukan
elemen kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya yang kuat.
Adanya kepemimpinan dan pengelolaan sumber daya memastikan
adanya kesempatan bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk
dapat terus meningkatkan kompetensinya agar dapat memenuhi
kualitas layanan yang diharapkan, serta tersedianya sarana prasarana
yang menghadirkan lingkungan belajar yang aman dan nyaman
untuk pelaksanaan proses pembelajaran. Aspek ini tidak hanya
mencakup keamanan dan kenyamanan fisik, namun juga keamanan
psikis (sosial dan mental) anak saat berada di lembaga PAUD sebagai
bentuk dukungan pengembangan kesejahteraan (well-being) anak.
Pemenuhan lingkungan aman secara fisik dan psikis saling berkaitan satu
sama lain.
Penjelasan lebih rinci mengenai PAUD Berkualitas dapat dilihat di Pedoman Umum
Penyelenggaraan PAUD Berkualitas. Pedoman tersebut dapat diakses di laman PAUDPEDIA
(https://paudpedia.kemdikbud.go.id).
Gambar 1.1: Indikator PAUD Berkualitas

14Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
C. Hubungan Panduan Seri dan Kontribusinya dalam PAUD
Berkualitas
Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas adalah bagian dari serangkaian NPK (Norma,
Prosedur, Kriteria) yang berfungsi untuk memandu penguatan kualitas layanan PAUD di
Indonesia.
Rangkaian NPK PAUD Berkualitas
Panduan PAUD Berkualitas: Seri Penyelenggaraan Kelas Orang Tua adalah salah satu
dari sembilan (9) seri panduan yang diharapkan dapat memberikan panduan kepada satuan
PAUD dalam menyelenggarakan kelas orang tua (Elemen 2).
Gambar 1.2 Sembilan (9) Seri Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
• Pedoman PAUD Berkualitas
Pedoman umum berisikan penjelasan kerangka PAUD Berkualitas yang perlu
diketahui oleh Dinas Pendidikan dan satuan dalam mencapai kualitas layanan
yang diharapkan.
• Pedoman Peran Desa dalam Penyelenggaraan PAUD
Pedoman peran desa ditujukan kepada pemerintah desa maupun pihak
terkait mengenai peran desa dalam mendukung penyelenggaraan PAUD yang
berkualitas
• Sembilan (9) Panduan Seri PAUD Berkualitas
Panduan yang berisi penjelasan rinci mengenai bagaimana satuan dapat
mewujudkan PAUD Berkualitas.

15Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Kelas Orang tua merupakan salah satu indikator utama yang perlu dipenuhi satuan PAUD dalam
penyelenggaraan kelas orang tua, satuan dapat merujuk pada Seri Panduan Penyelenggaraan
PAUD Berkualitas lainnya yang dapat menjadi rujukan dalam pemilihan topik di kelas orang
tua.
Panduan Seri 1: menjelaskan prinsip interaksi pendidik dan anak dalam proses Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) yang dapat dilanjutkan di rumah oleh orang tua sehingga terjadi
kesinambungan.
Panduan Seri 2: menjelaskan tentang kemitraan dengan orang tua dalam mendukung
kesinambungan stimulasi baik di satuan maupun di rumah.
Panduan Seri 4: menjelaskan mengenai pemenuhan layanan esensial anak usia dini termasuk
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak yang dapat dilakukan juga oleh orang tua.
Panduan Seri 6: menjelaskan tentang lingkungan belajar aman yang juga perlu dihadirkan
orang tua di lingkungan rumah.
Panduan Seri 7: Menjelaskan tentang bagaimana satuan mengembangkan lingkungan
inklusif, termasuk untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), yang perlu juga hadir dalam
lingkungan rumah.
D. Tujuan yang Diharapkan
Tujuan dari penyusunan panduan ini adalah:
1. Sebagai acuan bagi satuan PAUD agar dapat menyelenggarakan kelas orang tua
di tingkat satuan PAUD.
2. Sebagai rujukan bagi satuan saat memprioritaskan kegiatan terkait penyelenggaraan
kelas orang tua dalam upaya pembenahan diri dalam PBD.
3. Sebagai acuan bagi Dinas Pendidikan dalam memberikan dukungan dan pembinaan
bagi satuan PAUD.
E. Sasaran
Panduan Seri Penyelenggaraan Kelas Orang Tua ini dapat digunakan oleh:
1. Satuan PAUD (baik yang dikelola oleh masyarakat/swasta maupun yang dikelola
oleh pemerintah/negeri).
2. Dinas Pendidikan dan Organisasi Perangkat Daerah Terkait
3. Mitra yang akan melakukan pendampingan bagi satuan PAUD.

16Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas

Bab 2 ini menjelaskan definisi dan manfaat kelas orang tua serta prinsip-prinsip umum yang
perlu diketahui satuan PAUD dalam penyelenggaraan kelas orang tua serta tiga (3) tema
prioritas pendukung penerapan lingkungan belajar yang dapat diangkat dalam kelas orang tua.
A. Definisi Kelas Orang Tua
Apa itu kelas orang tua?
Kelas orang tua merupakan salah satu bentuk kemitraan antara satuan PAUD dan orang tua
dalam memberikan pengetahuan, sikap maupun keterampilan kepada orang tua, agar
pendidikan dan pengasuhan yang diperoleh anak di rumah selaras dengan yang diperoleh di
satuan PAUD, maupun sebaliknya.
Keberhasilan kemitraan antara satuan PAUD dan orang tua akan semakin bermakna
dengan adanya interaksi dua arah dan pertukaran informasi antara pendidik dan orang tua/
pengasuh serta sesama orang tua/pengasuh mengenai capaian ataupun tantangan tumbuh
kembang anak. Kelas orang tua diharapkan memiliki dampak pada peningkatan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan baru dari semua orang tua yang anaknya berada di satuan PAUD.
Gambar 2.1 Sebuah satuan PAUD Kabupaten Belu, NTT menyelenggarakan Kelas
Orang Tua untuk menyampaikan informasi antara pendidik dengan orang tua untuk
mendukung tumbuh kembang anak
16
DEFINISI DAN MANFAAT
KELAS ORANG TUA
2

17Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Untuk siapa kelas orang tua Itu?
Kelas orang tua diperuntukan utamanya bagi ayah dan ibu karena pengasuhan anak
merupakan tanggung jawab kedua orang tua. Oleh karena itu, ayah dan ibu perlu berbagi
peran dalam pengasuhan anak. Namun kelas orang tua dapat juga diperuntukkan bagi wali
anak yang paling banyak berinteraksi dengan anak seperti kakak, kakek, nenek, paman dan bibi.
B. Manfaat dan Prinsip Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Mengapa satuan PAUD perlu menyelenggarakan kelas orang tua?
1. Agar tumbuh kembang anak optimal, diperlukan keselarasan dan kesinambungan
stimulasi yang diperoleh anak dari pendidik saat berada di satuan PAUD dan dari orang
tua saat berada di rumah.
2. Waktu anak lebih banyak di rumah bersama orang tua dan keluarga dibandingkan di
satuan PAUD, sehingga pemahaman dan pendekatan yang sejalan antara pendidik PAUD
dan orang tua dalam pemberian stimulasi bagi anak perlu dibangun dengan kuat.
3. Untuk mendukung keselarasan dan kesinambungan stimulasi, orang tua membutuhkan
pengayaan pengetahuan dan keterampilan dalam pengasuhan sebagai upaya preventif
dalam menghadapi beragam tantangan dalam tumbuh kembang anak usia dini.
4. Dalam layanan PAUD Berkualitas perlu terselenggaranya kemitraan dengan orang tua
termasuk didalamnya adalah penyelenggaraan kelas orang tua. Bentuk kemitraan orang
tua dalam PAUD Berkualitas dapat dilihat di Panduan PAUD Berkualitas Seri 2 Kemitraan
Orang Tua.
Gambar 2.2
Kelas orang tua bisa diperuntukkan
bagi ayah dan ibu untuk berbagi
peran dalam mendukung tumbuh
kembang anak di rumah

18Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
8
1. Menyelenggarakan kelas
orang tua secara berkala;
2. Memantau pertumbuhan anak;
3. Memantau perkembangan
anak
4. Berkoordinasi dengan unit
terkait sebagai tindak lanjut
hasil pemantauan
5. Menerapkan perilaku hidup
bersih dan sehat;
6. Menyelenggarakan program
makanan tambahan bergizi
sehat;
7. Memantau kepemilikan NIK
peserta didik; dan
8. Memastikan ketersediaan
fasilitas sanitasi utama.
5. Kelas orang tua merupakan salah satu bentuk dukungan pengembangan anak usia dini
secara holistik. Merujuk pada Peraturan Presiden No 60 tahun 2013 mengenai
Pengembangan Anak Usia Dini Holistik (PAUD HI), kebutuhan esensial anak usia dini
terdiri dari kesehatan dan gizi, stimulasi dan pendidikan, pengasuhan dan perawatan,
serta kesejahteraan dan perlindungan. Dalam konteks layanan di satuan PAUD, terdapat
8 layanan yang diharapkan tersedia sebagai wujud PAUD HI, yaitu:
Penyelenggaraan kelas orang tua akan dibahas dalam Panduan seri 3 ini, sedangkan
tujuh layanan esensial lain ada dalam Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
seri 4 Mendukung Pemenuhan Kebutuhan Esensial Anak Usia Dini.
Gambar 2.3
Orang tua mendampingi
anak praktik Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS)

19Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Apa saja prinsip pelibatan orang tua dalam kelas orang tua?
a. Persamaan hak
• Satuan dan orang tua merupakan mitra sejajar dalam mendukung tumbuh kem -
bang anak sehingga perlu saling menghargai pandangan masing-masing antara
satuan dan orang tua.
• Penyelenggaraan kelas orang tua tidak memandang status sosial, latar belakang
pendidikan, dan kondisi ekonomi orang tua sehingga semua orang tua dapat mem -
berikan pendapat dan dapat mengambil peran dalam pelaksanaan kelas orang
tua.
• Orang tua yang dilibatkan dalam penyelenggaraan kelas orang tua meliputi ayah
dan ibu yang memiliki tanggung jawab yang sama dalam tumbuh kembang anak .
b. Semangat kebersamaan dengan berasaskan gotong royong
• Orang tua sebagai sumber daya penting dalam keseluruhan proses penyelengga -
raan PAUD.
• Orang tua memiliki aktivitas dan jadwal berbeda, maka desain kelas orang tua perlu
mempertimbangkan kondisi tersebut agar mereka dapat berpartisipasi dalam kelas
orang tua.
• Pelaksanaan kelas orang tua perlu didasari oleh prinsip saling mendukung. Pendidik
di satuan memfasilitasi orang tua untuk dapat saling berbagi dan belajar sehingga
dalam pelaksanaan kelas orang tua, perlu menghindari sikap “menyalahkan” sesa-
ma orang tua dalam proses mendukung tumbuh kembang anak.
c. Saling asah, asih dan asuh
• Saling asah artinya saling menajamkan pikiran dan saling mengingatkan, asih artinya
saling mengasihi, dan asuh artinya saling membimbing.
• Pelaksanaan kelas orang tua perlu mempertimbangkan bahwa orang tua adalah
orang yang berpengalaman, maka jadikan pengalaman mereka sebagai sumber
belajar. Misalnya, pengalaman orang tua dalam memberikan pengasuhan positif di
antara keterbatasan, pengalaman dalam memberikan makanan bergizi sesuai den -
gan sumber daya pangan lokal. Penggalian pengalaman orang tua dapat menjadi
pijakan untuk pembahasan mengenai tema yang akan diberikan.
• Orang tua adalah orang yang mandiri, maka penting untuk mendorong kemandirian
dalam belajar dengan menumbuhkan kesadaran dan kebutuhan untuk berubah dari
dalam diri (motivasi internal).
d. Kepentingan anak
• Pelaksanaan kelas orang tua didasarkan oleh kebutuhan dan kepentingan untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak.
• Dalam penyelenggaraan kelas orang tua, fokus untuk mendukung orang tua
menjalankan perannya dalam menyiapkan anak bertumbuh dan berkembang .
Sehingga dalam diskusi yang dilakukan difokuskan pada pemecahan masalah pada
kebutuhan anak.
Sumber: Permendikbud No.30 Tahun 2017

20Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
1. Lokasi pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi
a. Kelas orang tua tidak hanya dapat dilaksanakan di ruang kelas, tapi juga bisa
dilakukan di mana saja misalnya sambil menunggu anak sekolah, ataupun
dengan melakukan kunjungan rumah.
b. Bagi orang tua yang memiliki kendala besar untuk hadir ke satuan PAUD, kelas
orang tua dapat dilakukan di salah satu rumah orang tua yang bersedia, berdasarkan
kesepakatan orang tua dan pendidik.
2. Ada beragam cara belajar
Dalam metode penyampaian kelas orang tua, pemateri perlu ingat bahwa orang tua
memiliki beragam cara belajar. Cara belajar yang ada meliputi pembelajar auditori
(mendengarkan), visual (memakai bantuan visual seperti video atau tayangan gambar)
dan kinestetik (langsung mempraktikkan).
3. Memiliki tujuan pembelajaran yang jelas
Setiap pertemuan kelas orang tua, perlu memiliki topik spesifik dan tujuan yang
jelas. Selanjutnya, sesama orang tua dapat menyepakati apa yang akan
ditindaklanjuti di rumah.
1. Lokasi pelaksanaan disesuaikan
dengan kondisi
2. Ada beragam cara belajar
3. Memiliki tujuan pembelajaran yang
jelas dan dapat diukur
4. Diselenggarakan secara rutin sesuai
dengan waktu yang disepakati
5. Narasumber/pemateri dapat dari
berbagai sumber
6. Ada tim kerja yang melibatkan
perwakilan orang tua
7. Dukungan kelas orang tua dalam
berbagai bentuk
8. Tema/pokok bahasan yang disesuaikan
dengan kebutuhan orang tua
Apa saja yang perlu
diperhatikan dalam
penyelenggaraan
kelas orang tua?

21Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
4. Diselenggarakan secara rutin sesuai dengan waktu yang disepakati
a. Waktu, durasi, dan frekuensi kelas orang tua perlu disepakati dengan orang tua
sesuai dengan ketersediaan sumber daya dan kebutuhan setiap topik.
b. Kelas orang tua dilakukan secara konsisten dan berkala. Idealnya dilakukan
satu bulan sekali, namun setidaknya dapat dilakukan tiga bulan sekali.
c. Semakin sering kelas orang tua dilaksanakan akan semakin berdampak terhadap
perubahan perilaku orang tua sesuai dengan tujuan pembelajaran.
d. Dapat memanfaatkan kegiatan khusus seperti kegiatan keagamaan, misalnya
setelah kegiatan ibadah/perayaan keagamaan dilanjutkan dengan pelaksanaan
kelas orang tua.
e. Selain pertemuan luring, kelas orang tua juga dapat memanfaatkan berbagai
media komunikasi, misalnya melalui media sosial seperti kelompok di Facebook,
kelompok Whatsapp (WAG) atau pertemuan daring melalui Zoom.
5. Narasumber/pemateri dapat dari berbagai sumber
a. Prioritaskan narasumber yang memiliki pengalaman, pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan tema atau topik yang disampaikan.
b. Narasumber dapat berasal dari pendidik, orang tua yang memiliki kompetensi
tertentu maupun narasumber dari luar satuan, misalnya kader Posyandu, kader
BKB, tokoh masyarakat, komunitas pendidikan, komunitas dongeng.
c. Narasumber dalam kelas orang tua dapat menggunakan pendekatan sebagai
fasilitator. Narasumber memfasilitasi orang tua dan menyampaikan materi sesuai
dengan tema yang ingin dipelajari orang tua.
d. Selain melalui narasumber yang hadir langsung, orang tua juga dapat belajar
dari berbagai sumber belajar baik cetak maupun elektronik. Misalnya, buku,
artikel dan berbagai macam kanal media sosial, termasuk melalui laman
PAUDPEDIA milik Kemendikbudristek.
(https://paudpedia.kemdikbud.go.id/)
21

22Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
6. Ada tim kerja yang melibatkan perwakilan orang tua.
a. Satuan PAUD disarankan membentuk tim kerja untuk periode waktu tertentu,
yang melibatkan pendidik dan perwakilan orang tua. Contoh tim kerja kelas orang
tua, ada di Bab 3.
b. Jika keterlibatan orang tua belum terjadi, penyelenggaraan kelas orang tua dapat
dikelola terlebih dahulu oleh satuan PAUD.
c. Apabila keterlibatan dan keaktifan Komite Sekolah atau Paguyuban orang tua
sudah berjalan dengan baik, penyelenggaraan kelas orang tua dapat dilakukan
sepenuhnya oleh orang tua.
7. Dukungan pelaksanaan kelas orang tua dalam berbagai bentuk
Dukungan dapat berasal dari unsur internal maupun di luar satuan PAUD. Bentuk
dukungan dapat berupa gagasan, tenaga, sumbangan barang, perlengkapan ataupun
dana.
8. Tema atau pokok bahasan yang disesuaikan dengan kebutuhan orang tua
Ada 3 (tiga) tema besar yang perlu diusung dalam kelas orang tua sebagai upaya
menuju PAUD Berkualitas. Tiga tema besar ini tidak berdiri sendiri, namun saling
berkaitan. Satu tema dapat diturunkan menjadi beberapa topik dan dibahas dalam
beberapa kali pertemuan. Pemilihan topik disesuaikan dengan kebutuhan orang tua.
Penjelasan mengenai tiga tema besar ini dapat dibaca di bawah, sedangkan penjelasan
lebih lanjut dapat dilihat di Lampiran.

23Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
1. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di satuan PAUD.
Keberhasilan pendidikan anak bergantung kepada keterlibatan keluarga. Sehingga
orang tua perlu mendapatkan informasi mengenai KBM secara lengkap agar dapat
membantu anak di rumah.
Satuan PAUD perlu menginformasikan KBM kepada orang tua agar dapat terlibat dalam
proses belajar anak. Manfaat yang didapat adalah:
a. Pembelajaran yang sedang berlangsung di satuan PAUD, dapat diperkuat di
rumah. Misalnya, saat anak diperkenalkan pada konsep “menjaga alam dan
lingkungan”. Orang tua dapat menunjukkan perilaku membuang sampah pada
tempatnya dan mengenalkan ragam praktek yang memperkuat pemahaman
anak terhadap gagasan tersebut. aat anak diperkenalkan pada konsep huruf
dan bilangan, orang tua juga dapat berpartisipasi dengan membacakan
buku di rumah atau menyebutkan jumlah objek yang dipegangnya, sehingga
kemampuan literasi dan anak terasah secara lebih kokoh. Orang tua juga dapat
menyediakan lingkungan yang mendukung anak untuk dapat berperilaku hidup
bersih dan sehat.
b. Karakter anak akan terbentuk lebih kuat ketika orang tua melanjutkan di rumah,
yaitu praktik pembiasaan karakter yang diberikan di satuan secara konsisten.
c. Memperkuat hubungan positif orang tua dengan satuan PAUD dan para
pendidiknya, sehingga terjalin kerjasama yang baik untuk mendukung
perkembangan anak.
d. Memperkuat pandangan bahwa tanggung jawab pendidikan anak merupakan
kewajiban semua pihak, baik di satuan maupun di rumah, sehingga akan
terbentuk ekosistem pendidikan yang solid.
Jika tidak terjadi penyampaian informasi mengenai KBM dari satuan PAUD ke lingkungan
keluarga, anak dapat mengalami kebingungan dalam belajar karena perbedaan
perlakuan lingkungan belajar di satuan PAUD dan rumah/keluarga.
2. Peran orang tua dalam membentuk lingkungan belajar yang inklusif
a. Satuan memiliki peran penting dalam menyediakan layanan yang memenuhi,
melindungi dan menghormati setiap anak serta dapat menghargai adanya per-
bedaan. Orang tua dapat berperan sebagai mitra dalam mengembangkan
lingkungan belajar yang inklusif dan budaya menghargai perbedaan yang dit-
erapkan di lingkungan satuan dapat secara konsisten diterapkan di rumah.
b. Mengembangkan lingkungan belajar dan pengasuhan yang inklusif adalah ba-
gian dari usaha bersama untuk mencegah perilaku intoleransi dan perundun -
gan (bullying) serta kekerasan seksual, baik di lingkungan satuan PAUD, di rumah
dan di lingkungan sekitar anak. Jika sejak dini anak ditanamkan nilai-nilai yang
menghargai keberagaman, interaksi sosial yang saling menghargai, sekaligus
kemampuan untuk melindungi diri sendiri, maka akan menjadi salah satu faktor
yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.

24Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
3. Intervensi gizi sensitif melalui penguatan keterampilan pemenuhan kebutuhan
esensial yang di dalamnya termasuk pengasuhan dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)
Intervensi gizi sensitif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab
tidak langsung terjadinya stunting, sedangkan intervensi gizi spesifik adalah kegiatan
yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya stunting. Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) berkontribusi dalam intervensi gizi sensitif yang melengkapi intervensi
gizi spesifik. Penyebab tidak langsung terjadinya stunting antara lain pengasuhan dan
pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Intervensi gizi sensitif yang dimasukkan dalam salah satu tema prioritas dalam
penyelenggaraan kelas orang tua merupakan kontribusi satuan PAUD dalam mendukung
penurunan angka stunting pada anak.
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat
kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi
badannya berada di bawah standar. Faktor penyebab lainnya adalah asupan gizi
yang tidak mencukupi, ketersediaan pangan di keluarga yang tidak ada atau tidak
berdasarkan gizi seimbang, tidak lengkapnya imunisasi, lingkungan yang tidak sehat
dan rendahnya perilaku hidup sehat.
Stunting terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), mulai dapat dilihat
dari status gizi ibu hamil yang berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan janin
hingga anak berusia sekitar 2 tahun. Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021,
tingkat stunting di Indonesia adalah 24,4%, sedangkan target Pemerintah Indonesia di
2024, tingkat penurunan stunting menjadi 14%.
Pola asuh serta praktik pemberian makanan bergizi dapat mempengaruhi status
gizi anak. Dengan demikian, kelas orang tua dapat berkontribusi dalam pencegahan
permasalahan gizi dengan memberikan pengetahuan dan berbagi praktik baik dalam
pemberian makanan bergizi. Selain itu, kelas orang tua dapat menjadi forum dalam
meningkatkan pemahaman orang tua mengenai pencegahan dan penanganan
permasalahan gizi melalui pembiasaan hidup sehat.
Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas

25Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Bab III menjelaskan mengenai mekanisme penyelenggaraan kelas orang tua dan contoh cara
memantau tumbuh kembang anak sebagai topik minimal dalam kelas orang tua. Informasi ini
dapat dipergunakan oleh satuan PAUD dalam menyusun Menu Benahi sebagai bagian dari
Perencanaan Berbasis Data.
Table 3.1 Tahapan dalam penyelenggaraan kelas orang tua
TAHAPAN
PENYELENGGARAAN
AKTIVITAS
Persiapan 1. Lakukan pemetaan untuk mengenali orang tua dan
kebutuhannya
2. Kenali potensi narasumber dan sumber belajar
3. Pilih desain kelas orang tua yang sesuai dengan kondisi
masyarakat
4. Kenali berbagai potensi sumber dukungan
5. Susun desain kelas orang tua dan Rencana Kerja Tahunan
6. Bentuk tim kerja penyelenggara kelas orang tua
7. Tentukan topik kelas orang tua
8. Cari informasi, rancang dan susun modul kelas orang tua
Pelaksanaan 1. Lakukan sosialisasi
2. Libatkan orang tua dalam pelaksanaan
Evaluasi 1. Melakukan refleksi dan evaluasi kesesuaian materi dan
narasumber
2. Meminta umpan balik dari semua pihak terkait
pelaksanaan penyelenggaraan kelas orang tua
3. Menyusun rencana penggalian informasi untuk
mengetahui perubahan kebiasaan orang tua dalam
pengasuhan
Tahapan di atas adalah contoh tahapan
penyelenggaraan kelas orang tua. Satuan PAUD
dapat membuat tahapan yang lebih sesuai dengan
kondisi satuan masing-masing.
MEKANISME PENYELENGGARAAN
KELAS ORANG TUA
3
25

26Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
A. Persiapan
1. Lakukan pemetaan untuk mengenali orang tua dan kebutuhannya
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh satuan dalam persiapan kelas orang tua adalah
mengenali dan memahami kebutuhan orang tua. Untuk mengenali dan memahami
kebutuhan tersebut, satuan perlu mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk
mengembangkan desain kelas orang tua.
Bagaimana cara mengumpulkan informasi yang dibutuhkan?
a. Mengumpulkan biodata orang tua dengan membagikan formulir isian untuk
semua orang tua. Formulir isian dapat disesuaikan pada formulir Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) untuk peserta didik baru atau penyebaran formulir
untuk diisi oleh orang tua peserta didik yang sudah terdaftar di satuan.
Menentukan
mekanisme
penyelenggaraan
kelas orang tua
yang dirasa paling
sesuai berdasarkan
pemetaan
terhadap kondisi
orang tua;
1 2
3
Menu benahi satuan
PAUD dalam PBD
berkaitan dengan
penyelenggaraan
kelas orang tua
adalah:
Menentukan
topik yang
diangkat dalam
kelas orang tua;
Memetakan
narasumber.
MENU
BENAHI 6
PBD
SATUAN
PAUD

27Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Contoh formulir dan informasi yang dikumpulkan.
Formulir Pemetaan Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
1. Nama dan usia Ayah-Ibu :
2. Pendidikan Ayah-Ibu :
3. Pekerjaan Ayah-Ibu :
4. Bidang kompetensi (keterampilan yang dimiliki) :
5. Hobi :
6. Jumlah anak dan usia :
7. Status kesehatan anak (Berat Badan(BB)/Tinggi Badan(TB), imunisasi, riwayat
sakit yang pernah diderita,dll) :
8. Anggota keluarga tinggal dalam 1 rumah :
*Daftar pertanyaan bisa ditambah sesuai kebutuhan informasi dari satuan PAUD
b. Melalui rapat atau pertemuan antar satuan dan orang tua, satuan dapat
melakukan dialog dengan orang tua untuk dapat saling mengenal dan bertukar
pikiran mengenai program-program satuan serta sekaligus melakukan identifikasi
potensi yang dimiliki orang tua.
c. Melakukan pembicaraan informal dengan orang tua secara acak, bisa saat
orang tua mengantar dan menjemput anak pulang. Usahakan menanyakan
pertanyaan singkat dan tetap memperhatikan anak di sekitar.

2. Kenali potensi narasumber dan sumber belajar
Satuan PAUD perlu melakukan pemetaan untuk mengenali berbagai pihak di sekitar
satuan yang dapat menjadi narasumber dan sumber belajar dalam kelas orang tua.
Berbagai potensi narasumber dalam kelas orang tua adalah:
a. Orang tua yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus terkait materi atau
keterampilan tertentu. Misalnya, orang tua yang menjadi narasumber kelas orang
tua mengenai cara membuat bento karena keterampilannya membuat nasi bento
untuk anaknya.

28Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
b. Posyandu di sekitar satuan PAUD dan berbagai layanan yang tersedia.
c. Pustu (Puskesmas Pembantu) atau Puskesmas terdekat dan berbagai layanan
anak usia dini yang tersedia.
d. Pendidik PAUD yang sudah mengikuti pelatihan tertentu. Misalnya, Diklat Stunting
yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbudristek.
e. Layanan pengasuhan seperti Bina Keluarga Balita (BKB dari BKKBN), ataupun
layanan pengasuhan dari berbagai organisasi kemasyarakatan.
f. Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan profesional yang tinggal di sekitar satuan
PAUD (contoh: dokter, bidan, psikolog, dosen, pegawai Lembaga sosial
kemasyarakatan, pengusaha, dll).
g. Komunitas yang ada di sekitar satuan PAUD (komunitas dongeng, komunitas
literasi, komunitas musik anak, komunitas permainan tradisional, dll.) baik dari
lingkungan desa, kecamatan maupun kabupaten/ kota.
h. Pemerintah Desa/Kelurahan, Bunda PAUD/Ketua PKK.
i. Potensi lain sesuai konteks daerah.
3. Pilih desain atau model kelas orang tua yang sesuai dengan kondisi masyarakat
Berikut adalah desain atau model kelas orang tua yang dapat dipilih oleh satuan sesuai
kondisi orang tua
a. Kelas orang tua dengan metode pertemuan tatap muka secara kelompok.
Pertemuan tatap muka dapat dilakukan secara luring maupun daring. Jika dilakukan
secara luring, tetap patuhi protokol kesehatan. Kegiatan dapat berisi pembahasan,
diskusi tanya jawab, dan dilanjutkan dengan praktik langsung yang dilakukan
orang tua secara individual atau secara berkelompok dengan menggali
pengalaman orang tua.

Gambar 3.1
Kelas orang tua dengan
tatap muka secara luring
di Raja Ampat, Papua
Barat.
28

29Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
b. Posyandu di sekitar satuan PAUD dan berbagai layanan yang tersedia.
c. Pustu (Puskesmas Pembantu) atau Puskesmas terdekat dan berbagai layanan
anak usia dini yang tersedia.
d. Pendidik PAUD yang sudah mengikuti pelatihan tertentu. Misalnya, Diklat Stunting
yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal GTK, Kemendikbudristek.
e. Layanan pengasuhan seperti Bina Keluarga Balita (BKB dari BKKBN), ataupun
layanan pengasuhan dari berbagai organisasi kemasyarakatan.
f. Tokoh masyarakat, tokoh agama, dan profesional yang tinggal di sekitar satuan
PAUD (contoh: dokter, bidan, psikolog, dosen, pegawai Lembaga sosial
kemasyarakatan, pengusaha, dll).
g. Komunitas yang ada di sekitar satuan PAUD (komunitas dongeng, komunitas
literasi, komunitas musik anak, komunitas permainan tradisional, dll.) baik dari
lingkungan desa, kecamatan maupun kabupaten/ kota.
h. Pemerintah Desa/Kelurahan, Bunda PAUD/Ketua PKK.
i. Potensi lain sesuai konteks daerah.
3. Pilih desain atau model kelas orang tua yang sesuai dengan kondisi masyarakat
Berikut adalah desain atau model kelas orang tua yang dapat dipilih oleh satuan sesuai
kondisi orang tua
a. Kelas orang tua dengan metode pertemuan tatap muka secara kelompok.
Pertemuan tatap muka dapat dilakukan secara luring maupun daring. Jika dilakukan
secara luring, tetap patuhi protokol kesehatan. Kegiatan dapat berisi pembahasan,
diskusi tanya jawab, dan dilanjutkan dengan praktik langsung yang dilakukan
orang tua secara individual atau secara berkelompok dengan menggali
pengalaman orang tua.

Sebagai contoh, kelas orang tua dengan metode tatap muka secara luring
dengan tema intervensi gizi sensitif dapat dilaksanakan dengan alur berikut:
● Pemaparan materi oleh narasumber
● Pembagian kelompok (beranggotakan 3-6 orang)
● Pengerjaan tugas kelompok: mendiskusikan resep makanan bergizi yang
akan dibagikan kepada kelompok lain dalam bentuk buku resep atau
poster sederhana.
b. Kelas orang tua dengan metode komunikasi tertulis
Komunikasi tertulis dapat dipersiapkan oleh satuan atau narasumber dengan
tampilan yang memudahkan orang tua untuk memahami pesan yang ingin
disampaikan. Materi disusun sesuai dengan urutan atau alur informasi yang ingin
disampaikan dan dibagikan kepada orang tua melalui buku penghubung, media
sosial, surat elektronik dan dikirimkan ke orang tua.
c. Kelas orang tua dengan metode kunjungan rumah
1. Apabila karena kondisi tertentu tidak memungkinkan menyelenggarakan kelas
orang tua dengan mengumpulkan orang tua, maka penyelenggaraan kelas
orang tua dapat dilakukan di rumah salah satu orang tua yang bersedia. Apabila
satu rumah tidak dapat mengakomodir jumlah orang tua dari satu kelas, maka
kelas orang tua dengan topik/tema yang sama perlu diadakan kembali di rumah
orang tua yang berbeda.
2. Kunjungan rumah secara personal juga dapat dilakukan oleh pendidik ke rumah
orang tua, apabila dibutuhkan privasi dan tindakan segera. Kunjungan rumah
secara personal ini bisa dilakukan untuk melihat kondisi dan interaksi orang tua
dan anak, lingkungan belajar anak, atau hal lain yang dapat memberikan
dukungan pembelajaran lebih lanjut baik di satuan maupun di rumah.
3. Kunjungan rumah dapat dilakukan untuk mendiskusikan stimulasi yang diberikan
dari orang tua di rumah dengan pembelajaran berbasis rumah. Pembelajaran
berbasis rumah adalah pembelajaran yang menjadikan rumah dan sekelilingnya
menjadi sumber belajar. Melalui kunjungan rumah ini, pendidik dapat menguatkan
praktik KBM dan pengasuhan yang sudah dilakukan oleh orang tua dengan
menggunakan contoh-contoh sumber belajar yang ada di rumah (apa saja yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran berbasis rumah dapat dilihat di lampiran).

30Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Contoh desain kelas orang tua menggunakan pembelajaran berbasis rumah
4. Kenali berbagai potensi sumber dukungan
a. Dukungan Finansial
Dukungan finansial internal satuan PAUD, misal:
1. Dana BOP PAUD, yang tertuang pada lampiran Permendikbudristek No. 2 tahun
2022
2. Kontribusi orang tua melalui mekanisme pembiayaan rutin (misal sebagai bagian
dari uang sekolah) maupun non rutin (misal sumbangan sukarela setiap kali
pertemuan kelas orang tua diselenggarakan)
3. Unit usaha satuan PAUD yang terhubung dengan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes).
4. Bekerjasama dengan orang tua melalui kegiatan ekonomi dari orang tua yang
dikelola oleh satuan PAUD. Misal satuan PAUD di Kabupaten Belu, NTT, orang tua
peserta didik diberdayakan untuk membuat tenun yang kemudian dijual/dipasarkan
melalui satuan PAUD.
5. dan lain-lain.
Dukungan finansial eksternal satuan PAUD, misal:
1. Dana dari Dinas Pendidikan melalui anggaran pemerintah daerah.
2. Dana tanggung jawab sosial dan lingkungan dari sektor swasta maupun BUMD.
3. Dukungan dari pemerintah desa atau mitra pembangunan.
4. Sumber-sumber dana lain sesuai konteks daerah.
• Pendidik memberikan lembar
informasi mengenai kegiatan apa
saja yang dapat distimulasi di rumah
oleh orang tua.
• Orang tua diminta mempraktikkan
stimulasi yang dibutuhkan oleh anak
di rumah.
• Pendidik melakukan kunjungan
rumah untuk dapat membahas
perkembangan pembelajaran
berbasis rumah.

31Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Dukungan Non Finansial
Contoh dukungan non finansial adalah di bawah ini namun tidak terbatas pada:
1. Narasumber/fasilitator tamu dari layanan sosial dasar lain. Misal saat membahas
aspek gizi bisa berkolaborasi dengan ahli gizi dari ahli gizi puskesmas terdekat
atau saat membahas 1000 Hari Pertama Kehidupan berkolaborasi dengan
fasilitator BKB.
2. Dukungan dari tokoh masyarakat atau agama untuk mensosialisasikan pentingnya
kelas orang tua.
3. Dukungan benda-benda atau alat yang digunakan selama pertemuan orang tua
atau dapat dibagikan kepada orang tua. Misalnya,bahan makanan untuk praktik
pembuatan makanan bergizi seimbang, makanan untuk konsumsi saat kelas orang
tua berlangsung.
4. Sumbangan orang tua maupun anggota masyarakat lain berupa hasil pertanian
atau hasil kebun. Misal, setiap keluarga menyumbang 1 cangkir beras, atau hasil
kebun yang kemudian dikumpulkan sehingga bisa dijual sebagai dukungan
pembiayaan pelaksanaan kelas orang tua.
5. Pengabdian masyarakat dari perguruan tinggi.
5. Susun desain/model kelas orang tua dan Rencana Kerja Tahunan
Satuan PAUD perlu menyusun desain kelas orang tua sebagai acuan saat pelaksanaan
Hal yang perlu dilakukan oleh satuan sebelum menyusun desain kelas orang tua:
a. Tentukan tema kelas orang tua yang ditujukan untuk orang tua di semua kelas.
Materi yang diberikan dapat ditujukan untuk tahapan usia tertentu dalam satu
rangkaian kegiatan.
b. Merujuk kepada kalendar akademik dan kalendar satuan, tentukan perkiraan
waktu penyelenggaraan kelas orang tua untuk masing-masing tema dan kelas.
Misalnya, tema keterampilan pra-membaca dan pra-menulis untuk PAUD,
diselenggarakan di awal tahun ajaran dengan tujuan agar orang tua dapat
memahami bantuan apa yang dapat dilakukan di rumah untuk mendukung
pengenalan baca tulis di kelas PAUD.

32Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Contoh Desain Kelas Orang Tua di Satuan PAUD
Kelas orang tua PAUD Bhinneka
Kelas/Tingkat: xxxx
Tanggal:....... Tahun ajaran 20xx/20xx
Metode pembelajaran aktif dengan pelibatan pengalaman orang tua, melalui (pilih
salah satu):
● Pertemuan tatap muka, di tempat yang disepakati dan fleksibel (tidak harus di
ruang kelas), dapat menyesuaikan dalam setiap pertemuan
● Pertemuan daring (Zoom, Gmeet, Whatsapp, video call, dll.)
● Berbagi informasi melalui pesan di kelompok Whatsapp
● Kunjungan rumah ke orang tua
Fasilitator/narasumber:
● Fasilitator internal (berasal dari satuan PAUD maupun orang tua)
● Fasilitator eksternal (professional, petugas layanan sosial dasar lainnya, dan lain-
lain yang merupakan individu di luar satuan PAUD)
Sumber pembelajaran:
● Modul atau buku-buku dengan tema pengasuhan ataupun tumbuh kembang
anak usia dini
● Paparan dari narasumber
● Website PaudPedia
● Lembar kerja
● Lembar informasi (berisi informasi singkat mengenai topik tertentu
Durasi:
● Untuk pertemuan kelompok antara 45-60 menit
● Untuk pertemuan individual antara 15-30 menit
Tempat/lokasi:
● Di lokasi satuan PAUD
● Di lokasi lain…..
Pembiayaan:
● Sumber internal: Rp……… (BOP PAUD)
● Sumber eksternal:Rp……….. (Dana Desa)
Evaluasi penyelenggaraan:
● Internal tim penyelenggara: setiap kali selesai penyelenggaraan kelas orang tua.
Membahas aspek-aspek yang sudah berjalan baik dan yang masih perlu diper-
baiki.
● Tim penyelenggara, perwakilan satuan PAUD, dan perwakilan peserta (orang
tua): dilaksanakan setahun sekali. Selain tema evaluasi rutin, evaluasi tahunan
juga membahas rencana kerja tahun ajaran berikutnya.

33Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Table 3.2 Contoh rencana tahunan kelas orang tua
Kelas/
Tingkat
Tema/Topik Waktu
Pelaksanan
Lokasi Narasumber
Semua Sosialisasi Kelas Orang
Tua
Semester 1 Kelas Kepala Satuan
SemuaKeterlibatan orang tua
pada pembelajaran
anak (Kegiatan belajar
mengajar)
Semester 1 Kelas Guru Kelas
KB Kebutuhan esensial
(pemantauan
pertumbuhan dan
perkembangan,
penyediaan sarana
sanitasi dan PHBS,
pemilikan Akte Lahir/
NIK)
Semester 1 Kelas dan
rumah orang
tua
Dokter dan tenaga
kesehatan Puskesmas,
Petugas Dukcapil
TK A Keterampilan Pra-
Membaca dan Pra-
Menulis
Semester 1 Kelas Praktisi, akademisi,
pegiat
TK B Keterampilan Membaca
dan Menulis
Semester 1 Kelas dan
rumah orang
tua
Praktisi, akademisi,
pegiat, orang tua
Semua Pentingnya
membangun lingkungan
belajar inklusif
Semester 2 Aula Praktisi, akademisi,
pegiat
Semua Intervensi Gizi SensitifSemester 2 Aula Puskesmas, Posyandu,
tenaga kesehatan,
orang tua
KB Pentingnya Stimulasi
Sensori untuk Tumbuh
Kembang Anak
Semester 2 Kelas dan
rumah orang
tua
Puskesmas, ahli gizi,
pegiat
TK A Pengasuhan Positif Semester 2 Kelas dan
rumah orang
tua
Praktisi, akademisi,
pegiat, Kader BKKBN
TK B Meningkatkan
Kreativitas dengan
Menggunakan Barang
di Rumah
Semester 2 Rumah
orang tua
Praktisi, akademisi,
pegiat
33

34Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Contoh Struktur Sederhana Tim Kerja
Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Table 3.3 Contoh perencanaan kelas orang tua melalui kunjungan rumah
Waktu
Kunjungan
Rumah
Kelas/
Tingkat
Pendidik
yang
Berkunjung
Rumah Orang Tua
yang Bersedia
Jumlah
Kapasitas
Maksimum
Topik yang
Didiskusikan
15 April
2022
TKA Ibu Emilia Ibu Sisilia (orang tua
dari Fredi, Kelas B,
TK Ceria) di Desa
Tenukik RT 5
20 orang Pengasuhan
positif
27 April
2022
TKB Ibu Emilia Bapak Andy (orang
tua dari Nuri, Kelas
A, TK Ceria) di Desa
Sukasenang
10 orang Melatih
kemampuan
membaca
menggunakan
sumber belajar
di sekitar rumah
6. Bentuk tim kerja penyelenggara kelas orang tua
Di awal penyelenggaraan kelas orang tua, struktur tim kerja bisa merupakan kombinasi
antara satuan PAUD dan orang tua. Seiring dengan kesiapan satuan dan orang tua/
komite sekolah, diharapkan struktur ini akan kemudian sepenuhnya dikelola oleh orang
tua. Penetapan struktur ini dapat berlaku untuk satu tahun ajaran, satu semester atau
satu periode tertentu tergantung kesepakatan satuan dan komite sekolah.
Koordinator
BendaharaSekretaris Seksi Acara

35Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Pembagian Tugas:
Koordinator:
● Mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kelas orang tua di satuan
PAUD.
● Memonitor pencarian narasumber dan persiapan materi.
● Memastikan persiapan penyelenggaraan kelas orang tua berjalan sesuai rencana.
● Bergantian dengan seksi acara menjadi fasilitator kelas orang tua ataupun menjadi co-fasil-
itator jika mengundang fasilitator eksternal.
Sekretaris:
● Menyiapkan undangan tertulis kelas orang tua.
● Menyiapkan absensi kehadiran peserta dan formulir evaluasi/umpan balik dari peserta ke-
las orang tua.
● Mempersiapkan peralatan kelas orang tua, misal ATK, penggandaan materi (jika ada).
● Membuat notulensi pertemuan persiapan kelas orang tua, yang berisi informasi mengenai
waktu pelaksanaan, tema, narasumber dan jumlah peserta, kesimpulan proses, dan tindak
lanjut.
Bendahara:
● Mengelola dana kelas orang tua, baik dari sumber internal maupun eksternal dan membuat
laporan secara rutin (misal per bulan, mengenai pemasukan dan pengeluaran).
● Mengatur pembayaran narasumber (jika memang kesepakatannya, narasumber dibayar
dan bukan sukarela).
Seksi Acara:
● Mencari dan berkoordinasi dengan narasumber sesuai dengan tema yang dibutuhkan atau
sesuai rencana kerja tahunan.
● Bergantian dengan koordinator menjadi fasilitator kelas orang tua ataupun menjadi
co-fasilitator jika mengundang fasilitator eksternal
● Menyusun dan menyampaikan kepada fasilitator/narasumber eksternal mengenai prin-
sip pembelajaran aktif sebagai metode utama kelas orang tua, dengan mengedepankan
komunikasi dua arah dan keterlibatan pengalaman orang tua
● Menyusun rancangan acara (membuat urutan kegiatan, menentukan moderator, mem-
persiapkan tata letak ruangan, menyiapkan peralatan yang dibutuhkan oleh narasumber,
menata meja konsumsi bila ada, dan persiapan acara lainnya)
7. Tentukan tema kelas orang tua sesuai dengan kebutuhan masing-masing kelas
dan tahapan usia
Tema kelas orang tua dapat beragam sesuai kebutuhan, namun terdapat tiga tema
besar yang merupakan indikator PAUD Berkualitas yang perlu dimunculkan dalam
kelas orang tua.

36Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
1. Menginformasikan
kegiatan belajar
mengajar (KBM) di
satuan kepada orang
tua. 2. Meningkatkan
peran orang tua
dalam membentuk
lingkungan belajar
yang inklusif 3. Meningkatkan
pemahaman orang
tua mengenai
intervensi gizi sensitif
melalui penguatan
keterampilan
pemenuhan
kebutuhan esensial
(termasuk pengasuhan
dan PHBS)
Penyelenggaraan kelas orang tua merupakah salah satu Menu Benahi PBD (Benahi 6:
Melakukan persiapan penyelenggaraan kelas orang tua). Dari tiga tema yang disarankan
dalam kerangka PAUD Berkualitas, satuan minimal perlu memberikan materi mengenai
memantau tumbuh kembang anak yang merupakan turunan dari Tema 3: Meningkatkan
pemahaman orang tua mengenai intervensi gizi sensitif. Dalam tema ini mencakup materi
mengenai pengasuhan juga perilaku hidup bersih dan sehat. Jika orang tua memiliki
pengetahuan mengenai cara memantau tumbuh kembang anak, maka orang tua juga dapat
memahami tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah mengetahui status tumbuh kembang
anak dalam pengasuhan sehari-hari.
Yang dimaksud dengan intervensi gizi sensitif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengatasi penyebab tidak langsung terjadinya stunting, termasuk penyediaan layanan
esensial untuk anak usia dini seperti pengasuhan dan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat).
Materi cara memantau tumbuh kembang anak dapat mengambil dari Panduan
Penyelenggaraan PAUD Berkualitas Seri 4 (Layanan Holistik Integratif).
Dari tema-tema yang disarankan dimunculkan dalam kelas orang tua, satuan dapat menjaring
topik-topik yang menjadi turunan dari setiap tema. Untuk menjaring topik-topik tersebut, dapat
menggunakan strategi sebagai berikut:
a. Topik yang muncul dari permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar.
Salah satu sumber pemantauan tumbuh kembang anak adalah penilaian yang dilakukan
oleh guru di satuan. Dengan demikian, topik pembahasan mengenai perkembangan anak
bisa dimulai dari mengajak orang tua untuk memahami bersama aspek-aspek
perkembangan anak usia dini.
Dalam menyelenggarakan kelas orang tua dengan topik pemantauan tumbuh kembang
anak, dapat juga merujuk pada hasil amatan guru dan juga orang tua terhadap

37Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
perkembangan anak. Jika terdapat permasalahan perkembangan anak yang membutuhkan
tenaga ahli, satuan PAUD dapat mengundang narasumber dan memfasilitasi terjadinya
diskusi mengenai tindak lanjut yang perlu dilakukan orang tua setelah mengetahui kondisi
anaknya masing-masing.
b. Diskusi baik formal maupun informal dengan orang tua atau komite sekolah.Penentuan
topik juga dapat berangkat dari pengalaman orang tua. Salah satu prinsip pelibatan orang
tua adalah menjadikan pengalaman mereka sebagai sumber belajar. Penggalian
pengalaman orang tua dapat menjadi pijakan untuk pembahasan mengenai tema yang
akan diberikan. Misalnya dalam tema tumbuh kembang anak dapat menghadirkan topik
mengenai pengasuhan positif berangkat dari pengalaman orang tua dalam memberikan
pengasuhan positif di antara keterbatasan.
c. Topik yang sedang hangat dibicarakan di masyarakat atau sedang terjadi di satuan PAUD
dan sekitarnya.
Pemilihan topik juga dapat berdasarkan isu yang berkembang pada saat itu atau sedang
terjadi di satuan PAUD. Seperti misalnya terdapat kejadian perundungan (bullying ) di
PAUD dan pendidik merasa perlu memberikan pemahaman terhadap orang tua untuk
mengajarkan anak mereka sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan yang
sering menjadi dasar dari perundungan.
B. Pelaksanaan
1. Kegiatan Sosialisasi untuk Menumbuhkan Kebutuhan
Sebelum memulai kegiatan kelas orang tua, sangat penting untuk mengadakan sosialisasi
yang melibatkan semua orang tua dari anak di satuan PAUD mengenai pentingnya kelas
orang tua.
Tujuan sosialisasi ini agar orang tua terlibat dalam kelas orang tua sehingga menumbuhkan
kesadaran orang tua dan memunculkan komitmen terhadap perubahan pola asuh.
Gambar 3.2
Sosialisasi Pentingnya
Kelas Orang Tua
37

38Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Contoh urutan kegiatan sosialisasi:
a. Satuan dapat melakukan kegiatan sosialisasi kelas orang tua di awal tahun ajaran
melalui pertemuan rutin awal tahun ajaran dengan orang tua.
b. Sosialisasi dilakukan dengan memberikan pengertian mengenai pentingnya keterlibatan
orang tua akan tumbuh kembang anak sesuai tahapan usianya. Sisipkan cerita praktik
baik atau pengalaman sukses pengasuhan orang tua yang berdampak pada anak,
dengan menggunakan cerita salah satu pemuka atau tokoh masyarakat yang dikenal
orang tua. Sampaikan pesan yang menyentuh perasaan orang tua yang tentunya
menginginkan hal terbaik untuk anaknya.
c. Pesan kunci yang dapat disampaikan dan didiskusikan dua arah dengan orang tua
diantaranya adalah:
• Pentingnya peran orang tua bagi tumbuh kembang anak serta pembentukan karakter
anak.
• Harapan-harapan orang tua terhadap anak dan bagaimana bersama-sama berbagi
peran untuk mewujudkan harapan tersebut.
d. Selanjutnya, menjelaskan mengenai tujuan penyelenggaraan kelas orang tua, yaitu
sebagai media belajar dan berbagi dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan
anak.
e. Diakhiri dengan membuat komitmen bersama terkait penyelenggaraan kelas orang tua.
Catatan: Urutan serta durasi tahapan sosialisasi dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi saat pelaksanaan.
2. Tahapan melibatkan orang tua dalam penyelenggaraan kelas orang tua
a. Satuan PAUD mengundang perwakilan orang tua (yang merupakan hasil kesepakatan
di hari kegiatan sosialisasi kelas orang tua) untuk bersama-sama menyusun desain
kelas orang tua dan tim pelaksana.
b. Untuk tahap awal tim pelaksana bisa merupakan kolaborasi perwakilan satuan PAUD
dan perwakilan orang tua yang bersedia.
c. Jika tim pelaksana semuanya berasal dari satuan PAUD, gunakan waktu saat
penyelenggaraan kelas orang tua untuk melakukan pengamatan terhadap orang tua
Ingat prinsip pelibatan
orang tua

39Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
anak yang menunjukkan potensi terlibat dalam tim pelaksana di periode selanjutnya.
Pelaksanaan kelas orang tua ini merupakan kesempatan besar untuk dapat menjadi rujukan
bagi orang tua tentang bagaimana mengelola kelas orang tua selanjutnya. Kesungguhan,
ketulusan, dan kerja keras tim pelaksana akan mudah ditiru oleh orang tua.
d. Setelah tim pelaksana kelas orang tua terbentuk beserta pembagian tugas, dilanjutkan
dengan diskusi penentuan tema per pertemuan dengan menggunakan hasil pemetaan
isu-isu pengasuhan.
e. Jika membutuhkan narasumber dari luar, lihat hasil pemetaan untuk mendapatkan
kemungkinan narasumber yang bisa memberikan dukungan.
3. Tahapan Penyelenggaraan
Susunan kegiatan dalam penyelenggaraan kelas orang tua dapat menyesuaikan metode
penyampaian yang dipilih.
Pertemuan kelas orang tua secara tatap muka langsung secara bersama. Misalnya,
minimal terdiri dari tiga bagian yaitu pembukaan, penjelasan, dan penutupan.
Gambar 3.3
Penyelenggaraan kelas orang tua
di Sorong, Papua Barat, dimulai
dengan permainan.

40Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Table 3.4 Contoh urutan acara penyelenggaraan kelas orang tua
Waktu Sub Kegiatan PJ
10-15 menit Pembukaan, penggalian isu terkait tema yang akan
dipaparkan, dan pemecah suasana agar tidak terasa kaku
atau formal
A
30-40 menitTahap penyampaian materi inti, jika sebatas memberikan
informasi maka dalam periode waktu ini bisa untuk membahas
hingga 3 sub tema. Contoh:
Tema: Pemenuhan gizi untuk anak usia dini
Sub tema:
- Gizi seimbang
- Komposisi gizi seimbang (karbohidrat, protein, buah
dan sayuran memenuhi kebutuhan vitamin)
- Mengembangkan menu bergizi seimbang
Pada pertemuan selanjutnya, baru dilanjutkan dengan praktik
pembuatan menu gizi seimbang
B
10-15 menit- Tanya jawab
- Refleksi dengan menggali poin-poin pesan yang ditangkap
oleh peserta
- Penutup dengan memberikan rangkuman keseluruhan
proses
C
Sedangkan beberapa tahapan penyelenggaraan yang perlu dipertimbangkan dalam
penyelenggaraan kelas orang tua melalui media komunikasi digital (seperti media sosial,
kelompok Whatsapp, Zoom, dll.) adalah:
● Penentuan media yang akan digunakan.
● Intensitas penyebaran informasi (per hari/per minggu/per bulan).
● Pengembangan konten yang spesifik dan pendek namun mudah dipahami.
● Desain/layout pesan-pesan digital.
● Penentuan tim pelaksana.

41Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
C. Evaluasi dan Laporan
Kelas orang tua sebaiknya menetapkan tujuan yang jelas dan hasilnya dapat dipantau
bersama. Hasil yang paling ideal adalah perubahan kebiasaan dan perilaku orang tua dalam
melakukan pengasuhan di rumah.
Oleh karenanya, satuan bersama tim pelaksana perlu mengadakan evaluasi atas
penyelenggaraan Kelas orang tua.
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses evaluasi:
1. Evaluasi merupakan alat ukur untuk mengetahui atau menilai sejauh mana tujuan dari
suatu program sudah tercapai dan mengidentifikasi hal yang dapat diperbaiki untuk hasil
yang lebih baik.
2. Evaluasi selalu berupaya untuk mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari
suatu rencana.
3. Evaluasi juga mengukur hasil-hasil pelaksanaan secara objektif dengan alat ukur yang
dapat diterima oleh seluruh pihak yang terkait.
4. Evaluasi program kelas orang tua sebaiknya dilakukan di setiap akhir kelas orang tua atau
setidak-tidaknya satu kali di akhir kegiatan kelas orang tua. Evaluasi bisa berbentuk kualitatif
melalui diskusi dan tanya jawab misalnya berupa pernyataan yang disampaikan oleh orang
tua baik secara lisan maupun tulisan, dan dapat pula secara kuantitatif dengan penyebaran
kuesioner (angket).
Contoh Formulir Evaluasi Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Nama Orang tua:
Nama Satuan PAUD:
Nama Kelas Orang Tua:

42Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
No Pertanyaan Jawaban
1.Materi apa saja yang diikuti di kelas orang tua
selama semester….. atau tahun ajaran………
2
.Apa materi yang paling bermanfaat bagi Bapak/
Ibu?
3
.Apakah narasumber memberikan pemaparan yang
jelas dan menguasai materi yang disampaikan?
Silakan jelaskan jawaban Anda.
4
.Apa yang Bapak/Ibu ingin mulai terapkan di rumah
dari pembelajaran yang didapat di kelas orang tua?
5
.Apa tema/informasi yang ingin dibahas pada kelas
orang tua periode depan?
6
.Apa masukan agar penyelenggaraan kelas orang
tua dapat lebih baik lagi di periode depan?
5. Hasil evaluasi dibahas dan dianalisis bersama tim pelaksana dan orang tua untuk
mengapresiasi apa yang sudah berjalan baik, membuat rencana perbaikan di
penyelenggaraan berikutnya.
6. Hasil analisis evaluasi baik secara kualitatif maupun kuantitatif, dikompilasi dengan
dokumen lainnya sebagai laporan kegiatan. Hasil evaluasi kelas orang tua ini dapat
dikomunikasikan kepada pihak lain yang berkepentingan seperti pihak desa/kelurahan atau
layanan sosial dasar lainnya untuk dapat ditindaklanjuti jika diperlukan.
Pelaporan penyelenggaraan kelas orang tua bertujuan sebagai dokumentasi dan bahan
perbaikan serta pengembangan kelas orang tua di waktu berikutnya.
Contoh Format Sederhana Laporan
Laporan Kegiatan Kelas Orang tua
Di satuan PAUD Melati
Desa….., Kec….., Kabupaten…….
Pertemuan ke:
Narasumber/fasilitator:
Tema dan sub tema:
Jumlah peserta :
Rangkuman proses :
Evaluasi kegiatan:
Simpulan:

43Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Bagian penting dari tahap pelaporan adalah:
1. Menyusun catatan dan dokumentasi dari proses hingga pelaksanaan kelas orang tua
yang dapat bermanfaat pada waktu akreditasi.
2. Memasukkan terselenggaranya kelas orang tua ke dalam DAPODIK (Data Pokok
Pendidikan).
Gambaran pengisian pelaksanaan kelas orang tua di DAPODIK
Nama Pemenuhan Indikator dalam DAPODIK
Pelaksanaan Kelas
Orang Tua
Dianggap memenuhi apabila KPO tercentang
Item Dapodik
Apabila salah satu indikator tercentang, maka dihitung “Ada”:
● Kelompok Pertemuan Orang Tua (KPO),
● Keterlibatan orang tua di kelas/kelompok,
● Keterlibatan orang tua dalam kegiatan bersama (outbond,
rekreasi, dll.),
● Hari konsultasi,
● Kunjungan rumah,
● dan lain-lain.
43

44Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
A. Refleksi Perencanaan yang Bermakna
Kunci dari peningkatan kualitas layanan adalah terbangunnya budaya refleksi. Melalui
budaya refleksi, secara berkala satuan PAUD melakukan evaluasi diri terhadap praktik
penyelenggaraan layanannya dan bersama-sama menentukan upaya perbaikan apa yang
perlu dilakukan selanjutnya. Praktik ini tidak hanya esensial dalam perbaikan pembelajaran,
namun juga dalam pelaksanaan berbagai aspek layanan seperti layanan kemitraan orang
tua, penyelenggaraan kelas orang tua serta upaya menghadirkan lingkungan belajar yang
aman, inklusif dan partisipatif.
Dipandu oleh seperangkat indikator kinerja bersama, transformasi menuju PAUD
Berkualitas dapat terus dilakukan. Hasil refleksi kemudian digunakan untuk perencanaan
kegiatan serta perencanaan penggunaan anggaran. Artinya penyusunan dokumen
perencanaan tahunan serta pelaporan penggunaan anggaran bukanlah proses administratif
semata, namun merupakan bentuk perencanaan yang bermakna.
B. Refleksi dalam Penyelenggaraan Kelas Orang tua
Satuan PAUD perlu merefleksikan kondisi nyata atas upaya yang telah dilakukan dalam
menyelenggarakan kelas orang tua. Upaya ini dilakukan agar satuan dapat melakukan
pembenahan yang berkelanjutan dan terintegrasi dalam siklus perencanaan berbasis
data (PBD) satuan pendidikan.
Berikut ini tabel untuk memudahkan satuan PAUD melakukan refleksi dan merencanakan
tindak lanjut perbaikan terkait menyelenggarakan kelas orang tua. Tabel ini juga akan
memudahkan tim yang akan mendampingi (baik dari Dinas Pendidikan atau Fasilitator
Kabupaten/Kota) untuk memberikan pendampingan kepada satuan.
REFLEKSI UNTUK
PERBAIKAN BERKELANJUTAN
3
1. Melakukan identifikasi masalah
berdasarkan kondisi di satuan
pendidikan (Identifikasi )
2. Melakukan refleksi atas capaian
dan proses pembelajaran di satuan
(Refleksi)
3. Melakukan pembenahan untuk
mencapai indikator layanan PAUD
Berkualitas (Benahi).
Langkah utama
dalam proses
perencanaan
berbasis data
(PBD):
4

45Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Tabel 4.1 Refleksi Penyelenggaraan Kelas Orang Tua untuk Mewujudkan PAUD Berkualitas
No Evaluasi Diri
(Elemen - Sub
Elemen)
Hal hal yang dapat
dipantau di satuan
PAUD/Identifikasi
Refleksi Benahi
1
Satuan sudah
menyelenggarakan
kelas orang tua
Satuan dapat
mempelajari cara
menyelenggarakan kelas
orang tua dalam hal
persiapan, pelaksanaan
dan evaluasi yang
disediakan di Panduan
Seri 3 ini.
Pemahaman
tentang manfaat
kelas orang tua
belum dimiliki oleh
satuan dan orang
tua. Salah satu
fungsi utama kelas
orang tua adalah
agar orang tua
memahami cara
bermitra dengan
satuan PAUD
untuk memantau
tumbuh kembang
anak.
Melakukan
persiapan
penyelenggaraan
kelas orang tua
2.Kelas orang tua
terselenggara minimal
dua kali dalam setahun
Satuan PAUD
menyelenggarakan kelas
orang tua secara berkala.
3.Satuan mengundang
narasumber kelas orang
tua yang sesuai dengan
kebutuhan tema
Satuan PAUD dapat
melakukan identifikasi
narasumber yang sesuai
dengan kebutuhan tema
di kelas orang tua.
4.Materi kelas orang tua
meliputi:
a. Pembelajaran
(termasuk tumbuh
kembang anak)
b. Pemantauan
kebutuhan
esensial (termasuk
pemahaman
dalam pemenuhan
gizi sensitif)
c. Peran orang tua
dalam membentuk
lingkungan inklusif
a. Satuan PAUD melalui
kelas orang tua dapat
memberikan materi
mengenai tumbuh
kembang anak sebagai
bentuk dukungan
kegiatan belajar
mengajar (KBM).
b. Satuan PAUD
melalui kelas orang
tua meningkatkan
pemahaman orang tua
mengenai intervensi
gizi sensitif (preventif
dan mitigasi stunting)
melalui penguatan
keterampilan
pemenuhan kebutuhan
esensial (termasuk
pengasuhan dan PHBS)
c. Satuan PAUD melalui
kelas orang tua
memberikan materi
untuk menghadirkan
lingkungan yang inklusif

46Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Dari hasil identifikasi, refleksi dan benahi terkait penyelenggaraan kelas orang tua, satuan
perlu menentukan aspek layanan apa yang ingin dikuatkan dalam kurun 1 tahun, kemudian
satuan menentukan apa kegiatan benahinya, dan memasukkannya di RKT (Rencana Kegiatan
Tahunan) dan RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah).
Alur dapat dilihat di bagan berikut:
Rencana Kerja Tahunan
DokumenKegiatanTahapan
Identifikasi Refleksi RKASBenahi
Tahapan:
• Mempelajari setiap
indikator dimensi D
dan E rapor pendidikan.
• Melakukan evaluasi diri
berdasarkan indikator
rapor pendidikan
• Mengisilembar 1:
Evaluasi Diri di lembar
PBD PAUD
Melakukan evaluasi diri Memilih dan
menetapkan Masalah
Merumuskan akar
masalah
Menentukan program
dan kegiatan
Memasukan dalam dokumen
RKAS
Rencana Kegiatan dan
Anggaran Sekolah (RKAS)
Tahapan:
• Mempelajari setiap
daftar indikator
prioritas
• Mengisi lembar 2:
Identifikasi untuk
menetapkan indikator
rapor sebagai
masalah yang akan
diintervensi.
Tahapan:
• Dari masalah yang
akan diintervensi
dilakukan analisi
untuk mencari akar
masalah
• Memasukan hasil
analisi akar masalah
ke dalamLembar 3:
IRB - RKT di Lembar
PBD PAUD
Tahapan:
• Membuat program
dan kegiatan sebagai
solusi untuk setiap
akar masalah yang
ditetapkan
• Memasukan program
dan kegiatan sebagai
solusi pada kolom
Lembar 3: IRB - RKT
di lembar PBD PAUD
Tahapan:
• Menetapkan uraian kegiatan
untuk kegiatan Benahi dan
memasukan ke dalamLembar 4:
Rancangan RKAS pada lembar
PBD PAUD
• Masukan Kegiatan dan isian di
dalam Rancangan RKAS ke
dalam ARKAS saat aplikasi sudah
siap di tahun 2023
C. Tindak Lanjut dan Rekomendasi
1. Satuan dapat membuat refleksi mandiri tentang upaya menyelenggarakan kelas
orang tua yang telah dan yang belum dilakukan di satuan PAUD.
2. Refleksi mandiri dapat dilakukan oleh Kepala satuan dan Pendidik, bermitra dengan
orang tua dan tokoh masyarakat setempat di sekitar satuan PAUD.
3. Satuan dapat mencari dukungan berupa bimbingan teknis dari pihak lain yang
berkaitan dengan menyelenggarakan kelas orang tua. Dikarenakan program kelas
orang tua bagian dari PAUD HI, jika satuan berada di Kabupaten/Kota yang telah
memiliki fasilitator PAUD HI dan Gugus Tugas PAUD HI, maka Dinas Pendidikan dapat
membantu satuan untuk menghubungkan satuan dengan gugus tugas dan fasilitator di
kabupaten/kota.
4. Untuk meningkatkan tingkat kehadiran orang tua pada kelas orang tua, satuan juga
dapat melibatkan anak dalam proses penyelenggaraannya. Contohnya, anak sebagai
penerima tamu dimana anak akan menjemput orang tuanya dan mengantar sampai
lokasi penyelenggaraan kelas orang tua, atau sekedar menuliskan namanya sebagai
pengirim undangan kelas orang tua. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan ketertarikan
orang tua untuk hadir dan terlibat aktif pada kelas orang tua.

47Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
5. Satuan PAUD dengan pendampingan secara rutin oleh Dinas Pendidikan, dapat
melakukan pemutakhiran data di DAPODIK yang merujuk pada penyelenggaraan kelas
orang tua.
D. Kesimpulan
1. Kelas orang tua merupakan salah satu dari delapan indikator mendukung pemenuhan
kebutuhan esensial anak usia dini di luar pendidikan yang ada pada elemen 3 PAUD
Berkualitas.
2. Kelas orang tua merupakan salah satu bentuk kemitraan orang tua untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar (KBM), membentuk lingkungan belajar yang inklusif dan
meningkatkan pemahaman orang tua mengenai gizi sensitif.
3. Kelas orang tua merupakan salah satu indikator utama yang perlu dipenuhi satuan
PAUD dalam PBD dan menjadi salah satu Menu Benahi.
4. Dengan menyelenggarakan kelas orang tua, satuan turut menyumbang keberhasilan
program PAUD HI dan Percepatan Penurunan Stunting.
5. Satuan PAUD dapat melakukan pemutakhiran data DAPODIK yang berkaitan dengan
penyelenggaraan kelas orang tua agar dapat mencapai target persentase lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini yang mengembangkan Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik Integratif dengan target 70% di tahun 2024.
6. Panduan ini juga dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait seperti Dinas Pendidikan,
organisasi mitra, dan akademisi dalam memberikan pendampingan kepada satuan
PAUD untuk menyelenggarakan kelas orang tua sebagai upaya mendukung pemenuhan
kebutuhan esensial.

48Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
LAMPIRAN
Lampiran ini berisi contoh materi-materi yang dapat dipergunakan oleh Satuan PAUD dalam
penyelenggaraan kelas orang tua. Satuan PAUD dapat melengkapi materi dari berbagai
sumber.
Materi Tema 1:
Menginformasikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Kepada Orang Tua
A. Persiapan Kelas Orang Tua dalam Mendukung KBM Kepada
Orang Tua
Merupakan langkah-langkah pendampingan orang tua untuk melanjutkan stimulasi
perkembangan di rumah.
1. Satuan PAUD memberikan pengantar pentingnya melanjutkan stimulasi perkembangan di
rumah dengan:
a. Menjelaskan kepada orang tua terkait arti dari stimulasi yaitu rangsangan dari luar diri
anak untuk mendorong kemampuan anak di berbagai aspek perkembangan sehingga
tumbuh kembang anak lebih optimal. Oleh karena itu, penting bagi orang-orang di sekitar
anak untuk mengetahui peran mereka dalam melakukan stimulasi perkembangan.
b. Selalu mengingatkan orang tua bahwa anak menghabiskan waktu terbesarnya di
rumah, sehingga peran orang tua sangat penting dalam stimulasi perkembangan anak.
2. Satuan PAUD menyampaikan materi atau panduan mengenai perkembangan anak dari
aspek agama dan moral, fisik motorik, kognisi , bahasa, dan sosial emosional yang menjadi
arah capaian kegiatan belajar di satuan PAUD dan di rumah.
3. Satuan PAUD menyampaikan rencana pembelajaran selama satu bulan ke depan di setiap
awal bulan. Penyampaian rencana pembelajaran dilakukan melalui pertemuan tatap muka
langsung, informasi tertulis, ataupun melalui kelompok WAG/kelas. Penyampaian rencana
pembelajaran dilaksanakan dengan langkah berikut:
a. Satuan PAUD dapat membuat buku penghubung yang menjadi alat komunikasi antara
orang tua dan guru sebagai media bertukar informasi mengenai pembelajaran yang
dilakukan di sekolah dan di rumah.
b. Satuan PAUD memberikan panduan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang dapat
dilakukan anak di rumah melalui arahan dari orang tua. Kegiatan tersebut dapat berupa
kegiatan home based learning atau pembelajaran berbasis rumah.
c. Satuan PAUD dapat meminta orang tua untuk melanjutkan stimulasi perkembangan
di rumah, dengan didahului mengajukan pertanyaan berikut kepada anak: “Kegiatan

49Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Kelas orang tua di salah satu
PAUD di Raja Ampat, Papua,
dilakukan untuk mendukung
KBM dengan menyampaikan
materi perkembangan anak.
belajar apa saja yang dilakukan oleh anak di satuan PAUD?”. Kemudian, orang tua
diarahkan mengimplementasikan kegiatan serupa di rumah.
d. Kegiatan bermain sambil belajar harus menjadi “roh” dalam proses pembelajaran di
rumah. Hal ini penting untuk dipahami oleh orang tua bahwa bermain merupakan
peluang belajar bagi anak.
B. Metode Pembelajaran Berbasis Rumah
Salah satu cara dalam memastikan keselarasan stimulasi yang diberikan di satuan maupun
di rumah adalah melalui pembelajaran berbasis rumah.
Apa itu pembelajaran berbasis rumah?
Prinsip pembelajaran berbasis
rumah adalah menjadikan rumah
sebagai sumber serta tempat
belajar dan bermain
Apa manfaat memakai metode pembelajaran berbasis rumah dalam memastikan
keberlangsungan stimulasi yang ada di satuan maupun di rumah?
1. Menjadi salah satu alternatif kegiatan kelas orang tua.
2. Semua yang ada di rumah dapat dijadikan sumber belajar.

50Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Bagaimana pembelajaran berbasis rumah dilakukan?
Contoh Kegiatan Aspek Perkembangan yang
Distimulasi
Membantu mencabut rumput Motorik kasar (mencabut),
motorik halus (menggenggam,
menjumput)
Mengenal tanaman (anak diajarkan mengenai
tanaman tertentu)
Kognisi
Menghitung jumlah daun (menambah dan mengurangi
daun)
Numerasi
Membantu orang tua di kebun sambil diajak berhitung,
misal: jumlah tanaman di satu baris, menghitung jumlah
daun, dll.
Numerasi
Bermain permainan tradisional Motorik kasar, sosial emosional
(bekerjasama, negosiasi)
Memanfaatkan bahan alam yang ada disekitar rumah
untuk dijadikan mainan. Misal: daun menjadi mahkota,
menyusun batu-batuan, membuat wayang dari ranting
pohon, dsb.
Motorik halus, kognisi
Makan sendiri menggunakan tangan Motorik halus dan sosial
emosional (kemandirian)
Merapikan tempat tidur Kemandirian (sosial emosional)
Membantu memotong sayuran sambil mengenalkan
jenis sayuran dan mengajak dialog tentang sayuran
tersebut
Motorik halus (koordinasi
tangan), kognisi, bahasa
Membantu membuat adonan dan menimbang adonan
sambil menyebutkan angka menunjukkan berat adonan
Motorik halus, bahasa, kognisi,
numerasi
Mendampingi anak bermain dan mengajak dialog
mengenai apa yang dikerjakan anak
Bahasa, kognisi (berpikir logika)
Memanfaatkan limbah menjadi mainan, misal kardus
pasta gigi menjadi mobil, membuat celengan dari botol
bekas, membuat boneka dari gelas plastik, dsb.
Sosial emosional (kesabaran
membuat kreasi barang),
kreativitas
Mengajarkan anak bagian tubuh yang boleh disentuh
orang lain dan yang tidak boleh disentuh orang lain
ketika memandikan
Sosial emosional (mengenal
tubuh dan melindungi diri)
Menuangkan air dari satu tempat ke tempat lain Motorik kasar
Mengajari mandi sendiri dan memakai baju sendiri Sosial emosional (kemandirian)
Orang tua bercerita ke anak mengenai asal usul
keluarga (kisah hidup kakek/nenek) dan berdialog
mengenai apa yang bisa diteladani dari kisah hidup
orang tua atau kakek/nenek.
Bahasa, sosial emosional

51Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Contoh kegiatan pemberian pembelajaran di rumah:
Anak diminta membantu memasak sop dengan
mengupas bawang dan diajak menghitung jumlah
bawang yang dibutuhkan sekaligus menyisipkan
penjumlahan dan pengurangan sederhana.
Ketika kita mengajak anak untuk terlibat dalam memasak sayur sop sebenarnya
banyak yang bisa terstimulasi dari kegiatan ini. Dari dialog ketika menyiapkan masakan
anak, terstimulasi bahasanya. Orang tua dapat mengenalkan anak bahan-bahan
masakan, sayur, bumbu dapur dan cara memasaknya. Selain itu, nama alat-alatnya
pun juga dikenalkan untuk menambah kosakata anak. Pengenalan numerasi juga
dapat diselipkan.
Peran Pendidik dalam kegiatan Pembelajaran Berbasis Rumah
1. Pendidik memberikan inspirasi mengenai materi belajar yang ada di
rumah yang dapat menstimulasi perkembangan yang ingin disasar.
2. Pendidik dapat mengajak diskusi orang tua untuk membahas
kegiatan yang sudah dilakukan dan hambatan yang ditemui orang
tua dalam menstimulasi anak.
Kemendikbudristek telah menerbitkan 12 Buku Saku PAUD dan Sumber Belajar Orang Tua
yang memberikan berbagai ide kegiatan anak di rumah di bawah dampingan orang tua.
Buku dapat diunduh di link berikut:
Buku Saku PAUD & Sumber Belajar
Orang Tua – bersama hadapi korona

52Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Contoh salah satu Buku Saku Orang tua: Mengembangkan Literasi Awal Anak di Keluarga
C. Materi Mengelola Perilaku Anak Melalui Disiplin Positif di Rumah
Satuan PAUD perlu meneruskan nilai-nilai mengenai disiplin positif yang dibangun di seko-
lah untuk diterapkan juga di rumah. Disiplin positif merupakan metode membentuk per-
ilaku anak tanpa kekerasan dengan mengajarkan anak untuk memahami konsekuensi/
dampak dari perilakunya.
1. Disiplin positif bertumpu pada pembentukan aturan positif yang dibuat bersama anak.
Aturan Positif
Aturan positif adalah aturan yang langsung menyebutkan perilaku apa yang harus
dilakukan anak. Misalnya, daripada membuat aturan “jangan malas belajar” diubah
menjadi “Rajin belajar”.
Memberikan perintah dan aturan dengan menggunakan kata “jangan” pada anak usia
dini kurang efektif, karena aturan tersebut masih merupakan hal yang abstrak untuk anak
dan menuntut anak untuk mencari tahu apa yang boleh dilakukan.
Contohnya, saat orang tua melarang anak “jangan berlari” di dalam rumah, maka
kemungkinan anak akan terus berlari, bahkan melompat-lompat atau memanjat, atau
perilaku yang lain, padahal yang dimaksud orang tua saat mengatakan jangan berlari
adalah meminta anak untuk berjalan pelan.
Cara Mengembangkan Keterampilan Berbicara
Ayah Bunda, mengapa kita perlu
melatih anak berbicara?
Anak perlu dilatih berbicara agar
mampu menyampaikan pesan lisan
dengan jelas agar dapat diterima
oleh mitra bicara.
Apa yang dapat kita lakukan?
• Mendengarkan anak bicara sampai
selesai
• Ketika anak bicara respons dengan
sikap tubuh yang mendukung,
misalnya tersenyum bila yang
disampaikan lucu.
• Menjadi pembicara yang baik
karena perlu model tampilan
pembicara yang baik, misalnya tidak
memotong pembicaraan dan
memilih kata yang santun
Berbicara adalah kegiatan
menyampaikan pesan lisan dengan
pengucapan yang jelas, mimik yang
sesuai agar pesan dapat diterima
pendengar dengan tepat

53Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
2. Menggunakan pernyataan “Saya” untuk menunjukkan dampak perilaku anak dan mel-
atih anak menerima konsekuensi dari perilakunya.
Beberapa contoh perbedaan aturan negatif dan positif:
• Jangan berteriak → Pelankan suaramu
• Jangan berebut mainan → Pakai mainannya bergantian
• Jangan tidur larut malam → Tidur tepat waktu sesuai kesepakatan
• Jangan memukul teman → Sayangi temanmu
dst
Pernyataan “Saya”
Pernyataan “Saya” adalah respon dari orang tua terhadap perilaku anak dengan
menyampaikan apa yang orang tua rasakan daripada melabeli anak dengan beragam
sebutan negatif. Pernyataan “Saya” akan melatih anak memahami dampak dari
perilakunya terhadap orang lain.
Contoh:
1. Situasi: Anak tidak mau menurut pada permintaan orang tua untuk segera mandi
Respon umum orang tua: “kamu nakal atau keras kepala ya tidak mau menurut”
→ menumbuhkan identitas diri sebagai anak nakal dan keras kepala.
Pernyataan “Saya”: “Bunda sedih kamu tidak mau memenuhi permintaan bunda
untuk segera mandi. Bunda suka sekali mencium bau harum anak Bunda kalau
sudah mandi” → anak menjadi tahu bahwa ketika dia tidak mau mandi telah
membuat bundanya sedih dan badannya harum setelah mandi.
2. Situasi: Anak berlarian di dalam rumah, hingga menabrak meja dan menjatuhkan
gelas sehingga gelas pecah
Respon umum orang tua: “Kamu nakal sekali, sudah dari tadi bunda bilang jangan
berlarian di rumah” → memperkuat identitas diri sebagai anak nakal.
Pernyataan “Saya”: “Bunda sayang sekali sama adik, bunda khawatir kalau adik
berlarian di rumah, adik menabrak sesuatu dan adik bisa terluka, serpihan gelas
ini bisa melukai tubuh adik” → anak menjadi tahu, bahwa bundanya sayang
padanya dan tidak ingin dia terluka.
3. Situasi: Anak bisa bangun pagi sendiri tanpa perlu dibangunkan
Respon umum orang tua: “wah anak bunda sudah bangun” atau “tumben kamu
bisa bangun sendiri” → capaian anak bisa bangun sendiri, dianggap biasa atau
justru dianggap sebagai keanehan.
Pernyataan “Saya”: “wah bunda bangga sekali, adik sudah berhasil bangun
sendiri, hebat deh” → anak senang, bahwa pencapaian dia untuk bangun sendiri
telah membuat bunda bangga.
Dampak dari respon orang tua pada umumnya untuk anak seperti contoh di atas akan
membentuk identitas diri yang negatif pada anak. Hal ini terjadi karena penuh dengan
label/cap negatif dari orang tua pada anak.
Pernyataan “Saya” akan membentuk identitas diri positif, perasaan disayang orang tua,
dan anak belajar memahami dampak dari perilakunya pada orang lain

54Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
3. Mengajarkan pemahaman bahwa konsekuensi tidak sama dengan hukuman
Konsekuensi ≠ Hukuman
Hukuman: Bentuk tindakan yang diberikan kepada anak atas kesalahan atau pelanggaran
yang telah dilakukan dalam hal negatif atau penderitaan dalam rangka pembinaan dan
perbaikan tingkah laku sehingga tidak terulang kembali. Contoh: anak melawan orang
tua, mendapatkan hukuman anak dikunci di kamar mandi.
Konsekuensi: Dampak yang terjadi atas suatu perilaku.
Ada dua bentuk konsekuensi yaitu:
1. Konsekuensi alami, konsekuensi yang langsung/otomatis muncul karena suatu perilaku
(contoh: menaruh mainan sembarangan, mainan terinjak orang lain sehingga rusak).
2. Konsekuensi logis, dampak yang muncul karena melanggar kesepakatan/aturan positif
(contoh: mainan rusak karena anak teledor, maka orang tua tidak lagi membelikan
mainan)
Untuk mengelola perilaku dan kontrol diri anak, kenalkan anak pada konsekuensi logis,
bukan hukuman.
Materi Tema 2:
Lingkungan Belajar Inklusif
Melibatkan orang tua dalam membentuk lingkungan belajar yang inklusif memiliki banyak
manfaat, tidak hanya untuk satuan PAUD namun juga bagi anak dan keluarganya, diantaranya:
1. Anak mengembangkan rasa percaya diri dengan keunikan yang dimilikinya.
2. Anak dan orang tua mampu mengembangkan nilai menghargai perbedaan sebagai
sesuatu yang wajar dan dapat menjadi nilai-nilai unik keluarga.
3. Terbangunnya budaya komunikasi positif dan tenggang rasa (afektif) baik di satuan
PAUD maupun di rumah.
4. Semua anggota komunitas sekolah mampu menghargai diri sendiri dan orang lain.
5. Semua anggota komunitas sekolah menghormati hak dan kewajiban semua orang
tanpa memandang perbedaan.
6. Mengembangkan pemikiran yang terbuka sebagai budaya yang dipraktikkan semua
anggota komunitas satuan.
7. Menumbuhkan rasa kedekatan antar anggota keluarga dan semua anggota komunitas
satuan.
8. Menumbuhkan dorongan untuk berpartisipasi aktif dalam lingkungan.

55Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Beberapa tema yang dapat diangkat dalam kelas orang tua mengenai nilai inklusivitas untuk
membangun sebuah lingkungan belajar yang inklusif, diantaranya:
1. Mengajarkan nilai keberagaman kepada anak
a. Apa itu toleransi dan intoleransi/tidak toleransi?
1. Toleransi adalah sikap saling menghormati, saling menerima, dan saling meng-
hargai di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi, dan karakter ma-
nusia (UNESCO).
2. Intoleransi adalah suatu bentuk penolakan dari seseorang ataupun sekelompok
orang pada orang atau sekelompok orang lain yang berbeda dengan mereka.
Misal, perbedaan pendapat/cara pandang, agama, etnis, budaya, dll.
b. Apa yang terjadi jika anak bisa menghargai keberagaman
1. Keragaman pemikiran dan pandangan dalam pergaulan akan memperkaya cara
anak dalam berpikir dan bijak dalam bertindak.
2. Anak yang tumbuh dengan memahami keragaman akan lebih berempati dan
bertoleransi terhadap orang lain.
3. Anak akan belajar dari apa yang dia lihat dan alami. Orang-orang dewasa di seki-
tar, termasuk orang tua dan sekolah yang memberi contoh perilaku toleransi dan
menghilangkan tindakan-tindakan intoleransi akan menjadi panutan bagi anak
dalam bersikap toleransi.
Apa yang terjadi jika anak tidak memiliki toleransi?
Kerugian terhadap diri sendiri Kerugian terhadap lingkungan
Kesulitan Beradaptasi
terhadap Perubahan
Sikap terbuka dan menghargai perbedaan
membentuk pribadi yang mudah
menyesuaikan diri terhadap perubahan
sebagai bekal masa depan.
Merasa Paling Benar
(eksklusivisme)
Menganggap kebenaran hanya pada suatu
kelompok tertentu memicu perasaan bahkan
tindakan untuk menyingkirkan kelompok lain
yang berbeda.
Tidak mampu bersaing
di abad ke-21
Berpengetahuan saja tidak akan cukup untuk
menghadapi dunia nyata. Intoleransi akan
menghambat generasi muda saat berkarya
dan mengembangkan diri.
Memicu Perundungan
dan Kekerasan
Menanamkan nilai toleransi sedini mungkin
pada anak, berkontribusi mencegah anak
menjadi pelaku atau korban kekerasan.
Kesulitan Dalam Bekerjasama
Kecenderungan untuk menutup diri dari
kelompok berbeda akan menyulitkan dalam
berinteraksi, membina pertemanan dan
kerjasama dengan orang lain.
Tumbuh Prasangka dan Stereotip
Ketidaksediaan mengenal orang lain akan
memicu prasangka dan pelabelan buruk
terhadap kelompok tertentu yang belum
terbukti kebenarannya.

56Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Membangun Inklusivitas
Contoh-contoh yang dapat disampaikan pendidik di satuan kepada orang tua
mengenai cara menanamkan nilai-nilai toleransi dalam pengasuhan sehari hari
a. Mengajak anak untuk mengenali diri dan menghargai adanya keragaman
dengan teman dan lingkungan sekitar misal berbagai ciri fisik warna kulit,
bentuk rambut, bahasa yang digunakan kebiasaan/budaya.
b. Memberikan kasih sayang yang sama dan tidak membeda-bedakan satu anak
dengan anak lainnya, karena setiap anak membawa keunikan tersendiri.
c. Menggunakan kegiatan bermain dengan anak melalui bercerita/mendongeng
untuk menanamkan tentang nilai-nilai keberagaman. Misal membahas cerita
rakyat dari suatu daerah/suku di Indonesia.
d. Memberi pemahaman kepada anak bahwa mereka hidup dalam
keberagaman, misal minta anak untuk menunjukkan perbedaan antar
anggota keluarga (perbedaan fisik, kegemaran, hal yang disukai – tidak disukai,
dll) dilanjutkan dengan perbedaan antara anak dan teman sebayanya di
lingkungan rumah atau di satuan PAUD.
e. Mengajak anak untuk terlibat membuat makanan dari daerah tertentu,
atau mengenalkan anak mengenai beragam makanan daerah. Sangat
dimungkinkan makanan yang sama memiliki nama yang berbeda, misal ote-
ote dari jawa timur, bala-bala dari jawa barat, dan bakwan sayur di Jakarta
adalah makanan yang sama.
Memberikan anak apresiasi atas
usaha yang dilakukan dalam
mengenali perbedaan yang
ditemukan dari dirinya sendiri
dan orang terdekat seperti
keluarga dan saudara
Menghargai Perbedaan
Menumbuhkan Empati
Peran Orang
Tua dalam
Menumbuhkan
Toleransi
Anak-anak
(5-10 tahun)
Memberikan ruang interaksi dengan anak
dalam mengenali emosi dirinya sendiri dan
orang terdekat dengan menggunakan
gambar emosi dasar seperti sedih, marah,
bahagia, dll atau membiasakan penggunaan
kata maaf, terima kasih, dan tolong
Mendorong anak bersosialisasi
dengan keluarga besar serta
lingkungan di rumah dengan
mengundang saudara dan tetangga
untuk bermain di rumah, atau
membiarkan anak untuk berkunjung
ke rumah saudra dan tetangga
Menghilangkan Stereotip
dan Prasangka
Menyediakan media belajar pada
anak seperti buku cerita bergambar
atau mengajak ke tempat wisata yang
menunjukan keberagaman untuk
mengenali berbagai perbedaan yang
terlihat secara langsung

57Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
2. Mengajarkan anak nilai anti kekerasan
Nilai anti kekerasan diantaranya adalah tidak terjadinya perundungan, kekerasan
termasuk di dalamnya kekerasan seksual.
a. Strategi mengembangkan pola asuh yang membentuk karakter anak untuk
tidak melakukan perundungan dengan membangun budaya ramah, penuh
penghormatan, dan penghargaan.
Seperti apa budaya ramah, penuh penghormatan, dan penghargaan?
1. Fokus pada kelebihan anak.
2. Perkenalkan anak terhadap perbedaan yang ada dan ajak anak untuk
menghormati perbedaan tersebut.
3. Berikan pujian pada hal-hal yang menurut anak baik dan menurut anda
baik. Pujian ringan seperti “wah karyamu keren sekali”; “gambarmu bagus!”;
“kamu hebat”; “saya suka sekali dengan gambar buatanmu”; “warnanya
bagus!”; “kamu baik sekali!”.
4. Biasakan kata “tolong” sebelum meminta anak melakukan sesuatu dan
katakan “terima kasih” setelah anak melakukannya.
5. Hindari hukuman fisik, ancaman, kritik berlebihan, dan tindakan yang dapat
mempermalukan anak di depan orang lain.
6. Utamakan mendengarkan anak serta tunjukkan bahwa anda memahaminya
dan peduli kepadanya.
7. Ajarkan anak untuk menjadi pendengar yang baik dengan menerapkan
prinsip “mendengarkan dulu, baru berbicara”.
b. Memberikan informasi kepada orang tua tentang bagaimana mengajarkan anak
untuk terhindar dari kekerasan seksual. Contoh:
1. Kembangkan interaksi yang hangat dan terbuka dengan anak sehingga dapat
mendorong anak untuk bercerita apapun tanpa khawatir akan dimarahi.
2. Ajari anak untuk mengenal anggota tubuhnya, termasuk organ reproduksinya.
3. Ajarkan berulang pada anak bagian mana dari tubuh yang tidak boleh dilihat dan
disentuh oleh sembarang orang, yaitu: sekitar wajah, dada, pantat, dan organ
reproduksi (lagu mengenai pengenalan terhadap bagian tubuhnya: https://www.
youtube.com/watch?v=4O2_s_EC6P4)
4. Memberi contoh saat orang tua hendak menyentuh bagian yang dilarang tersebut
saat memandikan atau membantu anak memakai baju, orang tua meminta ijin
kepada anak.
5. Biasakan minta ijin terlebih dahulu sebelum mencium anak walaupun sebagai
ungkapan sayang. Hormati jika anak tidak ingin dicium. Jika anak terbiasa menerima
perlakuan dicium secara paksa, maka anak akan berpikir tindakan tersebut
merupakan hal yang wajar dia terima dari siapa saja.
6. Sampaikan pada anak untuk memercayai perasaannya dan menyampaikan ke
orang lain jika merasa tidak nyaman.

58Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
3. Memberikan informasi kepada orang tua dengan anak berkebutuhan khusus
Mengasuh dan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus
Setiap anak membawa keunikan, baik itu anak normal pada umumnya, berkekurangan,
atau berkelebihan. Untuk anak yang memiliki keistimewaan atau berkebutuhan khusus,
berikut tindakan yang perlu dilakukan orang tua:
a. Menerima anak apa adanya dengan penuh keikhlasan dan rasa syukur, sebagai
sebuah berkat dari Tuhan YME dan beradaptasi terhadap kekhususan tersebut.
b. Menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung keberadaan anak.
c. Mencari informasi dan sumber dukungan yang tepat.
d. Melakukan pengamatan yang lebih intens dalam pengasuhan dan interaksi sehari hari
dengan anak.
e. Tetap berikan arahan dan bimbingan agar anak dapat tumbuh kembang optimal
dengan kekhususannya.
f. Menguatkan kedekatan emosional dengan anak. Biasanya anak yang memiliki
kekhususan terhambat dalam aspek komunikasi/ menyampaikan apa yang diinginkan/
dirasakannya, sehingga orang tua harus peka memahami hal tersebut berdasarkan
pengamatan yang intens.
g. Tetap dukung anak untuk menggali/eksplorasi terhadap beragam keterampilan yang
menarik minatnya
h. Tetap ajari anak untuk mandiri, memiliki kebutuhan khusus bukan berarti mereka harus
terus tergantung pada orang lain. Mereka tetap butuh mandiri, minimal mampu
mengurus dirinya sendiri (membersihkan diri, makan, dll)
i. Tetap terapkan disiplin positif dalam mengelola perilaku anak.
j. Ikutkan anak pada beragam terapi yang bisa meminimalisir kekhususannya.
Bagaimana Orang Tua Mengidentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus?
1. Sejak masa kehamilan, Ibu mendapatkan buku KIA. Dalam buku tersebut terdapat
penjelasan lengkap mengenai pencapaian perkembangan anak berdasarkan
kelompok usia. Pelajari capaian perkembangan tersebut.
2. Cek/amati capaian perkembangan anak dengan apa yang disampaikan di buku KIA.
3. Jika orang tua menemui beberapa perilaku yang berbeda dari panduan di buku KIA,
segera temui dokter di layanan kesehatan.
4. Ikuti arahan dari layanan kesehatan jika memang anak dirasakan perlu untuk melalui
serangkaian tes DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak).
5. Penting! Sedini mungkin orang tua mampu mengidentifikasi kekhususan anak, maka
semakin besar kemungkinan anak untuk dapat segera diberikan penanganan yang
tepat
Catatan: Gambaran tahapan perkembangan Anak, selain ada di buku KIA juga tersedia
di KKA (Kartu Kembang Anak) yang disediakan oleh program BKB-BKKBN. Satuan PAUD
dan orang tua memiliki kebebasan menggunakan KIA ataupun KKA.

59Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
4. Tips pelibatan ayah dalam proses pengasuhan di rumah
1 Sampaikan anak membutuhkan kedua orang tuanya untuk mampu tumbuh
kembang optimal
2 Peran ayah dan ibu dalam pengasuhan adalah sama pentingnya, hanya tiga
hal terkait kehadiran anak yang hanya bisa dilakukan Ibu (perempuan), yaitu
hamil, melahirkan, dan menghasilkan ASI. Di luar ketiga hal tersebut, ayah bisa
melakukan semua peran-peran pengasuhan Bersama dengan Ibu
3 Beberapa kegiatan dibawah ini menjadi contoh (namun tidak terbatas pada)
mengenai keterlibatan ayah dalam pengasuhan:
• Menjadi teman bermain yang aman dan nyaman bagi anak untuk menum-
buhkan rasa percaya diri dan kompeten.
• Bekerjasama dengan ibu dalam pengasuhan
• Mendorong anak untuk berani bertanggung jawab dengan mengajarkan
kesepakatan dan konsekuensi, hal ini akan membantu meningkatkan ke-
percayaan diri pada anak
Cinta ibu menenangkan,
Cinta ayah menguatkan
(anonymous)
Materi Tema 3: Intervensi Gizi Sensitif dalam Pencegahan dan Penan -
ganan Stunting
Penyebab dari stunting (langsung maupun tidak langsung) bisa dilihat di ilustrasi di bawah:
1000 Hari Pertama Kehidupan
Pertumbuhan &
Perkembangan Janin
Status Kurus terjadi
berulang
Pola Asuh
Asupan Gizi tidak
Adekuat
Keamanan Pangan
Rumah Tangga
Imunisasi, PHBS, Sanitasi, dan
Kesehatan Lingkungan
Status Gizi Ibu Hamil
Stunting
Sumber:
UNICEF: Conceptual Framework of
Malnutrition, 1990. Modifikasi oleh
Endang L. Achadi, 2019
Penyakit Infeksi

60Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Intervensi penurunan tingkat stunting terbagi dalam dua kerangka besar yaitu intervensi gizi
spesifik dan intervensi gizi sensitif.
1. Gizi spesifik adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung
dari stunting seperti asupan makanan, infeksi, status gizi ibu, penyakit menular, dan kes-
ehatan lingkungan.
2. Gizi sensitif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengatasi penyebab tidak
langsung dari stunting seperti ketersediaan air bersih dan sanitasi, pembiasaan hidup
bersih dan sehat, peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan, serta
peningkatan kesadaran, komitmen, dan praktik pengasuhan dan gizi ibu dan anak. PAUD
berperan dalam intervensi gizi sensitif.
Peran PAUD dalam penurunan stunting dibagi menjadi dua (2) periode: (1) intervensi periode
preventif (pencegahan) yaitu sebelum anak mencapai usia 2 tahun; dan (2) intervensi mitigatif
(penanganan) yaitu setelah anak melewati usia 2 tahun.
A. Stunting dan Permasalahan Penyerta
Stunting menjadi isu penting dalam tumbuh kembang anak usia dini. Permasalahan
stunting merupakan permasalahan serius yang berdampak pada produktivitas Sumber
Daya Manusia (SDM) di masa depan. Berikut ini skema berbagai permasalahan yang
muncul menyertai terjadinya stunting
Satuan PAUD berkontribusi melalui pendidikan dengan memberikan stimulasi
seluruh aspek tumbuh kembang anak
Gangguan Gizi
pada janin dan
anak usia dini
Dampak
Jangka Pendek
Dampak
Jangka Panjang
Gangguan
perkembangan
Otak
Rendahnya
Kemampuan
Kognitif
Gangguan
pertumbuhan
Postur Tubuh
Pendek
Gangguan Metabolisme
Tubuh (proses ketika tubuh
mengubah makanan dan
minuman yang dikonsumsi
menjadi energi)
Hipertensi,
Diabetes,
Obesitas,
Penyakit Jantung
Koroner, Stroke

61Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
B. Apa yang dapat orang tua lakukan di rumah?
1. Memastikan tersedianya air bersih dan sanitasi layak
Tersedianya air bersih dan jamban yang layak serta pengelolaan sampah di satuan
PAUD, serta didukung dengan perilaku hidup bersih dan sehat akan mendukung anak
tidak mengalami sakit/infeksi berulang, misal diare dan cacingan.
Gambar:
Gambar anak yang
mengalami diare dan
cacingan
Pada anak yang diare atau cacingan, zat gizi dari makanan
yang dikonsumsi tidak diserap oleh tubuh. Bahkan, dalam
kondisi tertentu, tubuh memecah cadangan makanan
untuk melawan infeksi sehingga membuat anak menjadi
kurus. Infeksi berulang yang terjadi dalam waktu cukup lama
bisa menjadi faktor pemicu terjadinya stunting
2. Membuat pangan bergizi seimbang menggunakan sumber pangan lokal
Makanan bergizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat-
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh seseorang
dengan memperhatikan prinsip variasi jenis makanan, aktivitas fisik, menjaga kebersihan,
dan memperhatikan berat badan ideal.
Dalam tataran praktis keluarga sehari-hari, gizi seimbang diterjemahkan kedalam pan-
duan isi piringku dan 10 pesan praktis gizi seimbang.
Gambar:
Isi Piringku
Lauk
1/3 dari setengah piring
Buah
1/3 dari setengah piring
Sayuran
2/3 dari setengah piring
Makanan
Pokok
2/3 dari setengah piring

62Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Sepuluh (10) pesan gizi seimbang
1. Syukuri dan nikmati aneka ragam makanan
Konsumsi beberapa jenis pangan dalam sekali makan (makanan pokok, lauk pauk,
sayuran, dan buah-buahan).
2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
Sayur dan buah merupakan dua hal yang tidak bisa terpisahkan. Keduanya
mengandung vitamin dan mineral, serta serat yang dibutuhkan tubuh setiap hari dan
berperan untuk mencegah berbagai penyakit.
3. Konsumsi lauk pauk berprotein tinggi
Ada 2 jenis protein, yaitu hewani dan nabati. Protein hewani bersumber dari hewan
(daging sapi, ayam, ikan, telur, udang, dan bahan makanan lainnya), sedangkan
protein nabati bersumber dari tumbuhan (tahu, tempe, oncom, kacang kedelai,
kacang hijau, dan sebagainya). Jika dikonsumsi sesuai porsi yang dianjurkan, maka
kedua jenis protein ini dapat memberikan manfaat bagi tubuh.
4. Konsumsi aneka ragam makanan pokok
Selain nasi, beberapa sumber makanan pokok dapat menjadi pilihan seperti jenis
umbi-umbian (kentang, ubi jalar, talas, dan singkong), roti, jagung, dan lain-lain.
5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak
Kementerian Kesehatan RI menganjurkan untuk mengkonsumsi tidak lebih dari 4 sendok
makan gula, 1 sendok teh garam, dan 5 sendok makan minyak per harinya.
6. Biasakan sarapan pagi sebelum aktivitas
Sarapan yang kaya karbohidrat merupakan sumber energi prima bagi otak yang
berdampak pada kesehatan fisik dan mental yang baik.
7. Minum air putih yang cukup dan bersih
Dengan minum banyak air putih, tubuh dapat terhindar dari dehidrasi dan memiliki
banyak tenaga. Penuhi kebutuhan air dengan mengonsumsi setidaknya 2 liter air per
harinya.
8. Baca label pada kemasan pangan
Membaca label makanan kemasan penting untuk mengetahui bahan yang digunakan,
kandungan gizi, serta tanggal kadaluarsa. Selain itu kita juga dapat mengatur asupan
gizi, terutama gula, garam, dan lemak.
9. Cuci tangan pakai sabun dengan air bersih mengalir
Tangan merupakan salah satu organ tubuh yang menjadi media masuknya kuman
dan mikroba penyebab penyakit ke dalam mulut, hidung dan anggota tubuh lainnya.
Mencuci tangan dengan sabun adalah kegiatan yang sangat dianjurkan untuk
mencegah kuman dan bakteri berpindah tempat atau masuk ke dalam tubuh.
10. Olahraga teratur dan pertahankan berat badan normal
Sumber: Paparan Prof. Endang L. Achadi pada Pelatihan Calon Pelatih Modul Peningkatan Kapasitas dalam Aksi
Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting di Kab/Kota, Maret 2020

63Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
C. Contoh penerapan gizi seimbang di satuan PAUD
1. Dalam tema kelas orang tua, dapat juga membahas tentang gizi seimbang dan isi pir-
ingku yang kemudian dilengkapi dengan sesi praktik pembuatan menu makanan ber-
gizi seimbang.
2. Narasumber bisa meminta bagian gizi di puskesmas kecamatan.
3. Bahan makanan lokal untuk membuat masakan bergizi seimbang bisa merupakan kon-
tribusi dari orang tua.
4. Saat pemberian makanan tambahan (PMT) satuan PAUD harus memastikan bahwa
makanan yang diberikan bukan buatan pabrik (misal: biscuit, susu kotak, dll.). Usa-
hakan PMT merupakan berbagai makanan kecil (snack) yang memiliki kandungan kar-
bohidrat, protein, dan sayuran/buah. Misal: kroket,pastel,risoles (ada bahan kentang
sebagai karbohidrat, ayam atau daging sebagai protein, dan wortel sebagai sayuran).
5. Pendanaan untuk PMT dapat dari dana desa ataupun bekerjasama dengan posyandu.
6. Protein hewani juga tidak harus berupa daging atau ayam (jika harga menjulang), satu-
an PAUD di daerah pantai, bisa menggunakan berbagai jenis ikan untuk menghasilkan
protein. Di daerah lain jika ikan juga termasuk mahal, maka bisa menggunakan telur.
7. Untuk memudahkan dan menghemat biaya, gunakan bahan-bahan yang ada di seki-
tar satuan PAUD. Misal untuk sayuran, jika wortel mahal, sedangkan hampir di setiap
rumah di lingkungan satuan PAUD menanam kelor, maka elemen sayuran dapat meng-
gunakan daun kelor.

64Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Sumber materi dan rujukan mengenai penanganan gizi sensitif
Penanganan gizi sensitif untuk pencegahan stunting merupakan tema yang cuk-
up luas, menyangkut air bersih dan sanitasi, pendidikan, kesehatan dan gizi, ser-
ta pengasuhan. Oleh karena itu, hasil pemetaan lingkungan untuk mendapatkan
gambaran beragam sumber daya yang bisa mendukung kelas orang tua menjadi
penting, misal:
Tema kesehatan dan gizi, narasumber dapat berasal dari puskesmas.
Tema pengasuhan, narasumber bisa berasal dari fasilitator/ kader BKB (baik fasili-
tator BKB HI ataupun BKB Emas yang khusus terkait stunting).
Tema pendidikan, narasumber bisa berasal dari IGTKI atau HIMPAUDI.
Dukungan penanganan anak stunting melalui TPK BKKBN.
Pemantauan tinggi dan badan anak berkolaborasi dengan Posyandu.
Dukungan terhadap air bersih dan jamban yang layak dari pihak desa/kelurahan.
Dukungan koordinasi lintas layanan, melakukan pendekatan dengan pihak desa/
kelurahan.
Tema-tema spesifik atau gabungan dari mitra pembangunan.
Sedangkan untuk materi-materi dari web, beberapa rujukan adalah sbb:
https://stunting.go.id/
1. artikel-artikel terkait pengasuhan dan pencegahan stunting https://www.cegah-
stunting.com/blog
2. https://paudpedia.kemdikbud.go.id/
3. Download buku KIA terbaru: https://kesga.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/
BUKU%20KIA%20REVISI%202021%20LENGKAP.pdf
4. Panduan stimulasi psikososial anak usia 3-6 tahun sebagai mitigasi stunting
5. https://drive.google.com/file/d/1w8aAh40xDAt8Jk8_rcyMImMVHH3oVPyQ/view

65Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Anggriani, F. P., Roesli, R., Adriany, V., Putri, M.L., Nasution, G.P., Purwestri, D. (2020). Ka-
jian Landasan dan Rancangan Peta Jalan PAUD Berkualitas 2020–2035. Unpublished
Manuscript.
Direktur PAUD. (2021). Pedoman Pelaksanaan UKS bagi Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota. Jakarta. Kemendikbudristek, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Direktorat Pendidikan Anak.
Herarti, Fitriana. (2021). Modul Pengasuhan Responsif, ChildFund International di Indone-
sia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.(2019). Apa saja sepuluh pedoman gizi seim-
bang?.http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/apa-saja-sepuluh-pe-
doman-gizi-seimbang (Kapan diakses)
Kementerian Sekretariat Negara RI. (2021). Mengapa Mencegah Stunting itu Penting?.
https://stunting.go.id/mengapa-mencegah-stunting-penting/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Permendikbud No.30 Tahun 2017 ​​ Ten-
tang Pelibatan Keluarga dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta
Papalia, Diane E. dan Ruth Duskin Feldman. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia.
Jakarta: Salemba Humanika.
Tomlison, Heather Bigger. (2015). Parenting Education in Indonesia: World Bank Study.
DAFTAR PUSTAKA

66Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Nia Nurhasanah
Memperoleh gelar magister pada tahun 2015 dengan
program studi Administrasi Pendidikan, sedang
menempuh program doktoral pada program studi Teknologi
Pendidikan sejak 2020. Dari tahun 2006 bekerja sebagai
ASN Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi. Pada tahun 2017 ditugaskan di Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini di bidang Sarana dan dilantik
menjadi Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Direktorat
PAUD pada tahun 2020 sampai sekarang. Aktivitas hingga
saat ini aktif terlibat dalam tim penyusun dan penelaah
beragam buku di bidang Pendidikan Anak Usia Dini.
Aria Ahmad Mangunwibawa
ASN Kemendikbudristek sejak tahun 2005 sampai
sekarang. Bekerja pada berbagai isu terkait pendidikan
khusus, pendidikan layanan khusus, pendidikan
inklusi, gifted & talented, lifeskill bagi ABK, pendidikan
kebencanaan, pendidikan jarak jauh, pendidikan orang
tua, pendidikan anak dan remaja, dukungan psikologis
awal, PAUD, dan PAUD HI. Berlatar belakang S1 Psikologi
dan S2 Psikologi Intervensi Sosial, berpengalaman
sebagai fasilitator, project manager, pengembang dan
perencana program, termasuk berbagai program inisiatif
baru, diantaranya afirmasi Dikmen, pelatihan daring bagi
fasilitator pendidikan keluarga, pengembangan minat dan
bakat anak dll. Aria juga aktif terlibat sebagai kontributor,
penyusun, dan penelaah beragam buku.
BIODATA PENYUSUN

67Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Mohamad Roland Zakaria
ASN Kemendikbudristek sejak tahun 2006 sampai
sekarang. Telah bertugas dalam berbagai isu seperti
Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Pendidikan,
Penjaminan Mutu PAUD, Pendidikan Keluarga, dan
PAUD. Saat ini menjabat sebagai Pengembang Teknologi
Pembelajaran Ahli Muda. Berlatar belakang S1 Sastra
Inggris dan S2 Kurikulum, Pedagogik, dan Asesmen
Pendidikan. Berpengalaman sebagai pengembang
berbagai modul pelatihan Pendidikan Keluarga, Pendidikan
Karakter dan PAUD HI. Disamping itu, berpengalaman pula
dalam pengembangan buku dan video Seri Pendidikan
Orang Tua serta terlibat aktif dalam berbagai penyusunan
NPK terkait PAUD. Saat ini sedang aktif terlibat dalam
Program Sekolah Penggerak jenjang PAUD.
Fitriana Wuri Herarti
Sebagai Senior Program Specialist ECED (Pengembangan
dan Pendidikan Anak Usia Dini) Tanoto Foundation.
Salah satu tugasnya adalah memberikan pendampingan
teknis pada layanan program pengasuhan anak usia
0-3 tahun dan layanan pendidikan usia dini. Memiliki 20
tahun pengalaman dalam beragam program-program
pengembangan orang tua dan anak usia dini di berbagai
wilayah Indonesia. Telah menyusun 3 seri modul
pengasuhan anak usia dini dan 4 seri modul pengasuhan
anak usia sekolah.
Nana Maznah Prasetyo
Praktisi, Konselor dan Mediator bidang Pemberdayaan
Orang tua, Keluarga & Perkawinan. Lulusan Magister
(S2) Psikologi Pendidikan Universitas Tarumanegara
(2008). Fasilitator terakreditasi Internasional Living Value
Education yang bergerak pada pembangunan nilai dan
karakter sekolah dan Parent Effectiveness Training.
Pendiri dan pengelola Lembaga Bantuan Psikologi dan

68Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Pengembangan Diri S.A.T.U Consulting, Ketua Komunitas
Rumah Pencerah Jakarta. Tenaga ahli Himpunan Pendidik
Dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia
(Himpaudi).
Lusi Margiyani.
Lebih dari 30 tahun berkecimpung di bidang Pendidikan
anak dan kesetaraan gender. Saat ini sebagai anggota
Tim Peta Jalan PAUD di Direktorat PAUD, berpengalaman
sebagai fasilitator dan narasumber seputar masalah
pendidikan anak, parenting dan kesetaraan gender.
Sebelumnya sebagai ECCD Adviser (Penasehat PAUD)
di Save the Children (11 tahun), sebagai ECCD Specialist
di Plan International (2 tahun) dan sebagai pendiri dan
pembina beberapa LSM di bidang pendidikan anak:
Yayasan ECCD (Edukasi Cikal Cinta Damai) Resource
Center, LSPPA (Lembaga Studi dan Pengembangan
Perempuan dan Anak) dan Lembaga Pendidikan Warna-
Warni.
Pia Adiprima
Memulai berkarya di bidang pendidikan lebih dari
20 tahun yang lalu sebagai guru PAUD dan meniti
pengalaman sebagai pendidik, pengembang kurikulum,
dan pimpinan sekolah. Saat ini berkarya sebagai spesialis
pengembangan kapasitas guru di Semesta Integrasi
Digital (Sekolah.mu dan Karier.mu) dan aktif berkontribusi
sebagai pelatih di Komunitas Guru Belajar. Berpengalaman
dalam pengembangan kurikulum sebagai konsultan
BIMTEK daring Kemenag RI, kontributor Panduan Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila, Fasilitator Panduan
Pemilihan Minat SMA, kontributor Modul KOS#2 Sekolah
Penggerak, Pelatih Implementasi Kurikulum Merdeka SMP
dan juga kontributor untuk modul ajar dan microlearning
PMM.

69Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua
Rosfita Roesli
Bergabung di Tim Peta Jalan PAUD di Direktorat PAUD,
Kemendikbudristek dengan latar belakang pendidikan
S1 dari Universitas Indonesia dan S2 dari Centre for
Development Studies, University of Leeds, UK. Memiliki
pengalaman lebih dari 20 tahun dalam bidang kerjasama
internasional bidang Pendidikan dengan fokus Pendidikan
Anak Usia Dini dan memiliki pengalaman mengelola
program di tingkat Pusat, Kabupaten/ Kota serta Desa.
Sebelum bergabung dengan Kemendikbudristek, bekerja
di Bank Dunia Jakarta dalam tim Pendidikan. Selain itu
juga terlibat sebagai relawan dalam program peningkatan
kompetensi pendidik PAUD dengan berbagai Mitra.
Dian Fikriani
Sebagai anggota Tim Peta Jalan PAUD di Direktorat PAUD,
Dian sudah berkecimpung di dunia PAUD sejak 15 tahun
lalu. Memulai karirnya di LSPPA, WFP, John Hopkins Uni-
versity CCP, dan UNICEF. Berlatar belakang S1 Psikologi
UGM dan S2 di Monash University. Memiliki keterampi-
lan penelitian kualitatif, berpengalaman dalam melakukan
penelitian baseline dan endline program PAUD dengan
Australian Council for Educational Research serta men-
jadi peneliti lokal dari Asia Pacific Regional Network for
Early Childhood untuk praktik baik PAUD. Menulis artikel
mengenai resiliensi anak usia dini yang dimuat di jurnal
internasional serta salah satu penulis dalam buku Menuju
Psikologi Terapan Indonesia Jilid 2 tentang Pembelajaran
Demokratis di PAUD.

70Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Saran/masukan terhadap
SERI 3
PENYELENGGARAAN KELAS ORANG TUA
dapat disampaikan melalui pos-el (e-mail):
paudpedia
[email protected]

71Seri 3 - Penyelenggaraan Kelas Orang Tua

72Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
2022